kti ibu wina (buda )

Upload: ruth-alor

Post on 15-Jul-2015

177 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Medis 1. Pengertin Nifas Masa Nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. (Mansjoer,Arif.2003 ) Periode pasta partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali keadaan normal sebelum

hamil.(Bobak,dkk.2005) Periode Masa Nifas mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah 6-8 minggu,akan tetapi seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro,Hanifa.2007) Pasa partum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) sehingga kembalinya

traktusreproduksi wanita pada kondisi tidak hamil.(Varney,Helen,dkk.2007) Masa Nifas adalah masa yang di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.(Maryunani,Anik.2009). Masa Nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa Nifas berlansung selama 6 minggu atau 40 hari.(Ambrawati,Eny R.2009) Dari beberapa pengertian di atas,dapat di simpulkan bahwa masa nifas adalah periode dari lahirnya plasenta sampai alat atau organ reproduksi kembali pada keadaan sebelum hamil yang berlansung selama 6 minggu tau 8 minggu. 2. Pembagian Masa Nifas Nifas di bagi dalam 3 periode a. Pueperinium dini,yaitu kepulihan dimana ibu telah di perbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperinium intermedial yiaitu kepulihan menyeluruh alat genatalia yang lamanya 6 8 minggu. c. Remote puerperium adalah waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.Waktu untuk sehat sempurna bisa bermingguminggu,bulanan atau tahunan.(Ambarwati,Eny R,2009 ) 3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas a. Sisetm reprokduksi 1. Uterus a. Proses Involusi Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil.Uterus ibu hamil yang baru melahirkan masih membesar,jika di raba dari luar tinggi fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah pusat,sedabngkan beratnya lebih kurang 1 kg .Hari kedua, uterus membesar masih setelah itu berangsur-angsur menjadi kecil, hari ketiga , kira-kira 2 atau 3 jari di bawah pusat, hari kelimah,pada pertengahan antarampusat dan sinpisis, hari kesembilan,kira-kira satu jari di atas sinpisis dan hari kesepuluh, biasanya uterus tersebut dari luar tidak teraba lagi. b. Kontraksi Kontraksi uterus semakin meningkat seara bermakna setelah bayi keluar, yang di perkirakan terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uteri yang sangat besar dan menyebabkan iskemiam pada lokasi perlekatan anatar plasenta dan dinding uterus menjadi nekrosis dan lepas. Hemeostatis setelah persalinan di capai terutama akibat konpresit pembuluh darah intrametrium, bukan karna agregasi trombosit dan pembentukan bekuan kelenjar hipofisis ikut serta

mengeluarkan hormon yang memperkuat dan mengatur kontraksi

uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu hemostatis yang dapat mengurangi perdarahan. c. Afterpain Dalam minggu pertama sesudah bayi lahir, mungkin ibu mengalami kram / mulas pada abdomen yang berlangsung sebentar, mirip sekali pada saat menstruasi. Kram / mules akan lebih terasa lagi pada saat menyusui bayi oleh karena stimulasi punting susu menimbulkan aksi refleks pada uterus. Pada primipara tonus uterus meningkat sehingga fundus pada

umumnya tetap kencang. d. Tempat plasenta Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar dari desidua yang mengililingi tempat plasenta akan menjadi nekrotik (layu/mati). Desidua yang mati akan keluarbersama dengan sisa cairan, suatu caira yang di namakan lokia yang menyebabkan pelepasan jaringa nekrotik seperti yang di ceritakan di atas adalah karena pertumbuhan endometrium. Endometrium mengadakan regenerasi cepat dimana dalam waktu 2 3 hari sisa lapisan desidua teleh bergenerasi. Regerasi endometrium lengkap kembali sampai pada sekitar minggu ketiga pada masa pasca partum. e. Lokia Lokia adalah darh atau cairan yang keluar dari vagina selama masa nifas.Lokia mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada vagina normal. Lokia mempunyai bau amis (anyir),meskipun tidak menyengat dan volumenya berbeda-beda setiap ibu. Lokia mengalami perubahan karena involusi. Mula-mula berwarna merah, kemudian berubah menjadi merah tua atau merah kecoklatan sampai berwarna kekuning-kuningan atau keputihputihan.

Jenis-jenis lokia sesuai dengan warnanya yaitu (1) Lokia rubra/kruenta Merupakan cairan bercampur darah dan sisa-sisa penebalan dinding rahim dan sisa-sisa penanaman plasenta,berbau

amis. Lokia rubra berwarna kemerah-merahan dan keluar pada hari ke -3 atau hari ke -4. (2) Lokia serosa Lokia ini mengadung cairan dan denganan jumlah darah yang lebih sedikit dan lebih banyak mengandung serum dan leukosit serta robekan atau laserasi plasenta. (3) Lokia Alba (putih) Lokia Alba terdiri dari leokosit, lendir leher rahim (serviks) dam jaringanjaringan mati alba yang lepas lebih dalam pucat, proses putih

penyembuhan.Lokia

berwarna

kekuning-kuningan dan keluar selam 2-3 minggu. 2. Serviks uteri Involusi serviks dan segmen bawah uterus setelah persalinan berbeda dan tidak kembali pada keadaan sebelum hamil. Muara serviks eksternal terlihat memanjang seperti celah atau garis

horisontal agak lebar, sering di sebut mulut ikan (Porous serviks). Serviks akan menjadi lunak setelah melahirkan. Dalam waktu sekitas 20 jam setelah persalinan,serviks memendek dengan kosistensi lebih padat dan kembali ke bentuk semula masa involusi. 3. Vagina Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae kembali.Vagina yang semua sangat teregang aan kembali secara bertahap seperti ukuran sebelum hamil pada minggu ke 6 sampai minggu ke 8 setelah melahirkan.Rugae akan terlihat kembali pada minggu ke 3 atau minggi ke 4, ekstrogen setelah melahirkan sangat berperan dalam penebalan mukosa vagina dan pembentukan rugae kembali.

4. Perinium Perinium setelah melahirkan menjadi agak bengkak atau edema an mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi yaitu sayatan untuk memperluas pengeluran janin, penyembuhan luka biasanaya berlansung sampai 3-4 minggu setalah melahirkan. 5. Otot-otot punggul Struktur dan penopang otot uterus dan vagina dapat mengalami cedera selama waktu melahirkan.Hal ini dapat panggul yang

menopang uterus,dinding vagina, rektum, uretra dan kandung kemih. b. Perubahan pada sistem kardiovaskuler 1. Komponen darah Nilai kadar darh seharusnya kembali keadaan sebelum hamil pada akhir periode sebelum pasca persalinan. Lekositosis normal selama kehailan rata-rata sekitar 12.000/mm3, selam 10 sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir, nilai leokosit antar 15.000 dan 20.000/mm3 adalah hal umum.Kadar hemoglobin dan hematoksit dalam 2 hari pertama agak mengalami perubahn karena adanya perubahan voluma darah.Pada umumnya, penurunan 2% dari nilai hematokrit pada saat masuk sampai saatmelahirkan mengindikasihkan kehilangan darah 500 ml.Kadar hemaglobin dan hematokrit akan kembali keadaan normal dalam 2 sampai 6 minggu. 2. Curah jantung / cardiac output Denyut jantung sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil. Segerah setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali esirkulasi umum. Nilai curah jantung mencapai puncak selama awal puerperium 2 sampai 3 minggu setelah melahirkan nilai curah jantung berada pada tingkat sebelum hamil. (Maryunani, Anik.2009 )

c. Perubahan pada sistem perkemihan Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi ) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan kadar sirkteroid setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selam pasca partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah wanita melahirkan. Di perlukan kirakira 2-8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan di latasi ureter serta pelvis ginjal kembali keadaan sebelum hamil. Pada bagian kecil wanita, dilatasi ureter urinarius bisa menetap selama sebulan. 1. Komponen urenen Glikosuria ginjal yang di induksi oleh kehamilan menghilang, laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan hal yang normal. B UN (Blood Urea Nitroge) yang meningkat selama partuml merupakan akibat ototlisis uterus yang berinvolusi. Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan protenuria ringan (+1) selama 1-2 hari setelah wanita melahirkan. Hal ini terjadi pada sekitar 50 % wanita. Asetonuria bisa terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah suatu persalinan yang lama dan di sertai dehidrasi. 2. Diuresis pascapartum Dalam 12 jam setalah melahirkan, ibu mulai membuang kelebiahan cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. Salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang terentensi selama masa hamil ialah diaforesis. Terutama pada malam hari, 2-3 hari pertama setelah melahirkan. Dueresis pasca partum, yang di sebabkan oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tungkai bawah dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme lain tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urene menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa partum. Pengeluran kelebihan cairan

yang tertimbun selam hamil kadang-kadang di sebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water metabolisme of pregnancy ). 3. Uretra dan Kandung Kemih Teruma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemesis, edema dan kadang di sertai hemoragi. Pengambilan uerene dengan cara bersih atau melalui kateter sering menunjukan adanya trauma pada kandung kemih. Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami edema. Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan berkemih menurun. Selain itu, rasa nyeri pada punggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi menurun atau merubah refleks berkemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Pada masa pasca partum tahap lanjut, distensi yang menyebabka kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga mengganggu proses berkemih normal. d. Perubahan pada sistem endrokrim 1. Hormon plasenta Selama periode pasca partum, terjaidi perubahan hormon yang besar. Pengeluran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon- hormon yang di produksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon-hormon plasenta laktogen (hPL), estrogen, dan kortisol, serta plaecntal enzyme insulinase membaik efek diabetik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada masa puwerperium. Ibu diabetik biasanya membuthkan insulin dalam jumlah yang jauh lebih kecil selama beberapa hari. Karena

perubahan hormon normal ini membuat masa puerperinium menjadi satu periode transisi untuk metabolisme karbohidrat, interpretasites toleransi glukosa lebih sulit pada sat ini. Kadar estrogen dan progesteron turun secara mencolok setelah plaasenta keliar, kadar terendanya di capai kira-kira 1 minggu pasca partum. Penurunan kadar estrogen berkaitan dengan pembengkakan payu darah dan diuresis cairan ekstra seluler cairan berlebih yang berakomolasi selama masa hamil. 2. Hormon hipofisis dan fungsi ovarium Waktu dimulainya ovulasi dan mentruasi pada wanita menyusui an tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekn ovulasi. Karena kadar follicle-stimulating hormone (FSH) terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menuyusui, disimpulkan ovarium tidak berespon terhdap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat. Kadar prolaktin meningkat secar progresif sepanjang masa hamil. Pada wanita menyesui, kadar tetap meningkat sampai minggu ke-6 stelah melahirkan. Kadar prolaktin sering di pengaruhi oleh kekerapan menyesui, lama setiap kali menyesui dan banyak tambahan makanan yang di berikan. Perbedaan individual dalam kekuatan mengisap kemungkinan juga mempengarui kadar prolaktin. Hal ini memperjelas bukti bahwa menyusui bukanlah bentuk KB yang baik. Setelah melahirkan, wanita tidak menyesui mengalami penurunan kadar prolaktin, mencapai rentang sebelum hamil dalam dua minggu.pada wanita tidak menyusui ovulasi terjadi dini,yakni dalam 27 hari setelah melahirkan,dengan waktu rata-rata 70-75 hari. Pada wanita menyusui,waktu rata-rata terjadinya,ovulasi sekitar 190 hari. Di antara wanita yang menyusui, 15% mengalami mentruasi dalam 6 minggu dan 45% dalam 12 miggu. Di antara wanita yang tidak menyusui, 40% mengalami menstruasi dalm 6 minggu,65% dalam 12 minggu,dan 90% dalam 24 minggi. Pada wanita menyusui

80% siklus menstruasi pertama tidak

mengandung ovum (

anovulatory). Pada wanita tidak menyusui,50% siklus pertama tidak mengandung ovum.Cairan nmenstruasi pertama setelah melahirkan biasanya lebih banyak dari pada normal. Dalam 3-4 siklus jumlah cairan menstruasi wanita kembali seperti sebelum hamil, e. Perubahan sistem gastrointestinal 1. Nafsu makan Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan,sehingga ia boleh mengkonsumsi makanan ringan.setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anastesia dan keletihan, kebanyakan ibu sangat lapar. Makanya ibu meminta makan lebih dari jumlah biasanya di komsumsi. 2. Motolitas Secara khas, penurunan tonus dan motolitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan mortalitas ke keadaan normal. 3. Defekasi Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses prsalinan dan selama masa posca partum, diare sebelum persalinan, enema sebelu melahirkan, kurang makan, ibu seringkali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri di rasakan di perinium akibat episiotomi, laserasi atau hemroid. Kebiasaan buang air yang teratur perlu di capai kembali setelah tonus usus kembali ke normal. f. Perubahan Dinding Abdomen / perut Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan setelah abdomen akan menonjol dan akan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Dalam dua minggu setelah melahirkan dinding abdomen wanita itu akan rileks. Di perlikan sekitar 6 minggu untuk

dinding abdomen kembali kepada kaeadaan sebelum hamil. Kulit memperolek kembali elastistas, tetapi jumlah striae menetap.

Pengambilan tonus otot bergntung pada bergantung pada kondisi tonus sebelum hamil, latihan fisik yang tepat, dan jumlah jaringan lemak. Pada kedaan tertentu, dengan atau tampak ketegangan yang berlebihan, seperti bayi besar atau hamil kembar, otot-otot dinding abdomen memisah, suatu keadaan yang di namai diastasis rekti abdominis. g. Perubhan sistem integumen Penurunan melanin umumnya setalah persalinan menyebabkan

berkurangnya hiperpigmentasi kulit. Perubhn pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun. h. Perubahan sistem muskuloskeletal Stabilitas sendi secara sempurna pada nifas terjadi kurang lebih 6-8 minggu. Setelah persalinan selama masa pemulihan adaptasi ibu pada sistem muskuloskeletal biasanya di pengaruhi oleh relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pada pusat gravitasi ibu yang di sebabkan oleh pembesaran uterus. i. Perubahan sistem neurologis Perubahan neorologis masa nifas di sebabkan oleh adaptasi ibu terhadap kehamilan dan trauma pada saat partus, sakit kepal masa nifas mungkin di sebabkan oleh perubahan kondisi termasuk hipertensi akibat kehamilan serta stres. j. Perubahan tanda-tanda vital 1. Suhu Satu hari (24 jam) post prtum suhu badan akan naik sedikit (37,5C 38 C ) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan akan naik lagi karena ada pembentuka ASI. Buah dadan menjadi akan menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tiak turun

kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genitalis atau sistm lain. 2. Nadi Denyut nadi pada orang dewasa 60 80 x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. 3. Tekanan darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan arah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada post partum dapat menandakan terjadinya preeklampsia post partum. 4. Pernapasan Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran napas (Bobak, 2005) 4. Adaptasi psikologi Menjadi orang tua merupaka suatu krisis tersendiri dan harus melewati transisi. Masa transisi pada masa nifas yang harus di perhatikan perawat adalah : a. Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stress, terutama ibu primipara. b. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua. c. Respon dan suport dari keluarga dan teman terdekat. d. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan yang lalu. e. Harapan / keinginan dan inspirasi ibu saat hamil dan saat melahirkan. 5. Perawatan Masa Nifas a. Makanan dan cairan Bagi penderita, makanan dan minuman merupakan faktor yang sangat penting untuk memulihkan kesehatan serta sebagai pembentuk dan pengeluran ASI ibu. Nutrisi ibu harus mendapat perhatian karena makanan

yang baik mempercepat penyembuhan ibu. Lagi pula makanan ibu sangat mempegaruhi susunan air susu. Selama menyesui ibu memproduksi sekitar 600kkal. karena itu, ibu manyesui memerlukan tambahan 800kkali , produksi ASI dan 200 kkal untuk di komsumsi. Adapun pemenuhan nutrisi ibu nifas terdiri dari : 1. Kalori 2. Protein 3. Kalsium 4. Vitamin A b. Aktifitas Aktifitas pada persalinan normal sebaiknya aktifitas di kerjakn setelah 8 jam, ibu boleh miring ke kiri dan kekanan untuk mencegah adanya trombosit. Perawatan mobilitasi dini mempunyai keuntungan : 1. Melancarkan pengeluaran lokhia, megurangi infeksi puerperium 2. Mempercepat involusi alat kanungan 3. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan. 4. Meningkatkan kelancaran peredaran darah, fungsi ASI dan pengeluran sisa metabolisme. Aktifitas di lakukan secara berangsur-angsur, maksudnya bukan ibu diharuskan lansung bekerja (mencuci,memasak,dsb) setelah bangun. c. Eliminasi (BAK dan BAB) 1. BAK Setelah ibu melahirkan, terutama bagi ibu yang baru pertama kali melahirkan akan terasa pedih bila buang air kacil, ini kemungkinan di sebabkan iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan sehingga penderita takut buang air kemih. Bila kandungan kemih penuh harus di usahakan agar penderita dapat buang air kemih, bila tidak maka di sehingga mempercepat : 2800 kkal : 58 gram : 1,1 gram : 600 lu

lakukan tindakkan dengan : a. Diransang dengan mengalirkan air kran didekat klien. b. Mengompres air hangat di atas simpisis c. Klien di suruh kencing Bila tidak berhasil dengan cara di atas maka di lakukan kateterisasi. Hal ini klien merasa tidak nyaman dan resiko infeksi saluran kencing tinggi. 2. BAB Kebanyakan penderita mengalami konstipasi setelah melahirkan, hal ini di sebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, selain itu mempengaruhi peristaltik usus. Pengeluran cairan lebih banyak pada waktu persalinan

mempengaruhi terjadinya konstipasi. Biasanya penderita tidak BAB sampai 2-3 hari sesudah persalinan, maka sebaiknya di berikan laksan suposutoria atau paraffin (1-2 hari post partum), atau pada hari ke-3 di beri laksan supositosuria dan minum air hangat. Agar dapat buang air besar dengan teratur dapat di lakukan dengan : 1. Diet teratur 2. Pemberian cairan yang banyak 3. Olaraga yang baik 4. Bila takut buang air besar dengan episiotomi maka di berikan laksan suposutoria d. Kebersihan diri 1) Kebersihan diri a. Personal hygiene Mandi di tempat tidur di lakukan sampai ibu dapat mandi sendiri di kamar mandi, yang terutama yang di bersihkan puting susu dan mammae. Setelah mandi ganti baju.

b. Puting susu Harus di perhatikan kebersihan dan rhagade (luka pecah) harus segerah di obati, karena kerusakan puting susu mmerupakan port de entri dan dapat menimbulkan mastitis. Air susu yang menjadi kering merupakan kerak dan dapat merangsang kulit sehingga

timbul enzim, maka sebaiknya puting susu di bersihkan dengan air yang telah di masak, tiap kali sebelum dan sesudah memandikan bayi, rhagade di obati dengan salep penisilin,lanolin,dll. c. Pembengkakan payu darah dan pengeluaran ASI Apabila pada hari ke-3 sampai ke-5 payu arah membengkak akibat bendungan ASI, maka lakukan : (1) Pengompresan payuara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 manit. (2) Urut payudara dan arah pangkal enuju puting. (3) Keluarkan ASI dari sebagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak. (4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI keluarkan dengan tangan. (5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui. 2) Perawatan perineum Bila sudah buang air besar atau air kecilperineum harus diberikan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal sehari sekali. Biasanya ibu takut akan jahitan yang lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan atau dicuci. Cairan sabun yang hangat atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah ibu buang air kecil atau air besar. Sesudah atau sebelum mengganti pad harus cuci tangan dengan larutan desinfektan atau sabun. Ibu perlu diberitahu cara mengganti pad yaitu bagian dalam jangan sampai terkontaminasi oleh tangan. Cara memakainya yaitu dari depn ke belakang. Pad yang kotor harus segera diganti paling sedikit 4 hari sekali.

Penanganan kebersihan diri : a) Anjurkan kebersihan diri. b) Mengajarkan ibu bgaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian di bersihkan daerah sekitr anus. Nasehatkan pada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil/besar. c) Saranka ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut sedikitnya 2 kali sehari, kain ddapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dapat dikeringkan dibawah matahari atau disetrika. d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air, sebelum dan sesuah membersihkan daerah kelaminnya. e) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari dari menyentuh area luka. e. istrahat umumnya wanita sangat sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila partus berlansung agak lama. Seornag ibu baru akan merasa cemas apakah ia mampu merawat anaknya atau tidak. Hal ini akan mengakiabatkan susah tidur, juga akan terjadi gangguan pada tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk menyusui atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah di lakukan., untuk itu anjurkan ibu : 1) Beristrahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. 2) Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatank yang tidak berat 3) Kurang istrahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal : a) Mengurangi jumlah ASI yang di produksi b) Memperlambat perdarahan. c) Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. proses involusi, uterus dan memperbanyak

f. Seksualitas begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyaman pada vagina, aman untuk melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya dan tradisi memulai hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnay setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan. g. Latihan atau senam nifas Senam penting untuk mengembalikan otot perut dan pinggul kembali normal. Ibu merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat, sehingga mengurangi kesakitan pengguna. Latihan tertentu yang di lakukan beberapa menit setiap hari sangat membantu , seperti : 1) Tubuh terlentang dengan lengan di samping, menarik otot perut, menarik nafas,tahan nafas kedalam dan angkat dagu kedada lalu tahan 15 menit, hitung rileks an ulangi 10 kali. 2) Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel) : berdiri dengan tungkai di rapatkan, kencangkan otot-otot pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan, kendurkan dan ulangi sebanyak 5 kali. 3) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan setiap minggu. (http:sekuraciti.blogspot.com/,2010) B. Konsep keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian merupakan pendekatan stimulasi untuk mengumpulkan data dan menganalisa data sehingga dapat kebutuhan klien. Hasil analisa data merupakan pernyataan masalah keperawatan apa yang disebut diagnosa keperawatan (Doengoes,dkk,2004). a. Biodata Suami/istri, meliputi : nama,umur,pendidika terakhir,pekerjaan, alamat,tanggal masuk puskesmas,tanggal dan tanggal pengkajian. Tujuan di lakukannya pengkajian biodata agar dapat mengenal klien

lebih dekat sehingga terbina hubungan saling percaya antara klien dan perawat. b. Riwayat kesehatan, hal yang di tanyakan pada klien adalah : 1) Kenaikan BB selama kehamilan, pertambahan BB ibu mengidetifikasi adanya kelainan jika di identifikasi adanya pertambahan tubuh yang tidak sesuai dengan normalnya. 2) Pola haid : kapan pertma kali haid (menarce), siklus haid teratur atau tidak, dan durasi haid, untuk mengetahui perkiraan partus, atau adanya keterlambatan kelahiran. 3) Status obstetri : apakah pernah hamil dan melakukan persalinan pada masa lalu, berapa jumlah anak, bagaimana jenis persalinannya, untuk mengetahui adanya kelainan di sesuikan dengan kedaan kelahiran anak berapa. 4) Riwat KB : apakah ibu pernah menggunakan KB, jenisnya apa dan keluhan saat menggunakannya, untuk mengetahui keinginan untuk memiliki anak atau terjadi kehamilan yang tidak di inginkan. 5) Riwat persalinan terakhir (sekarang) : kapan tanggal dan jam

persalinan, bagaiman perjalanan kala I- kala IV , untuk mengetahui adanya gejala pada persalinan terakhir. 6) Genogram 3 generasi, untuk mengetahui 3 ganerasi. 7) Riwat kesehatan masa lalu : apakah klien pernah penyakit menular. 8) Riwat kesehatn keluarga : apakah di antara anggota keluarga yang mengalami penyakit menular atau yang serius. c. Data dasar 1) Keluhan utama Pada umumnya klien post partum keluhan utamanya adalah after pains. 2) Riwat keluhan utama mengalami

Yang

mengcangkup

PQRST

yaitu

faktor

pencetus,

yang

memperberat dan memperingan, sifat kualitas nyeri, lokasi, skla nyeri, dan pengaruhnya terhadap aktifitas serta kapan mulai timbul. 3) Aktifitas/istrahat Insomnia mungkin teramati 4) Sirkulasi Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari 5) Integritas ego Peka merangsang, takut/menangis (post partum blues) sering

terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan. 6) Eiliminasi Diuresis di antara hari ke-2 dan hari ke-5. 7) Makanan dan cairan Kehilangan nafsu makan mungkin di keluhkan kira-kira hari ke-3. 8) Neorosensori Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun karena adanya anastesia spinal atau analgesia kaudal/epidural. Hiperrefleksia ada (menunjukan terjadinya atau menetapnya hipertensi, khususnya pada diabetik, remaja atau klien primipara ) 9) Nyeri / ketidak nyaman Nyeri tekan payudara/i pembasaran dapat terjadi di antara hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca partum. 10)Keamanan Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (pengerahan tenaga,dehidrasi). Perbaikan episiotomi utuh, dengan tepi jaringan merapat. 11)Seksualitas a. Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.

b. Lokhia rubra berlanjut sampai hari ke 2-3, berlanjut menjadi lokhia serosa dengan aliran tergantung pada posisi, misalnya : rekumben vs ambulasi berdiri dan aktifitas misalnya :menyusui c. Payu darah : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur, biasanya hari ke-3, mungkin lebih dini,

tergantungkapan menyesui di mulai. 12)Interaksi sosial Kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan. 13)Penyuluhan/pembelajaran Cacat obat-obatan yang di berikan, termasuk waktu dan jumlah. Rasa ingin tahu mengenai teknik menyusui, perawatan payudara, tali pusat, makanan bergizi, perwatan vulva.

2. Dignosa Keperawatan Diagnosa keperawatan menurut Doengoes,dkk. (2004) adalah : I. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek harmonal. II. Ketidakpuasan dengan pengalaman menyesui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur/karakteristik payudara ibu. III. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator, efek-efek anastesi. IV. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif. V. Perubahan eliminasi urene berhubungan dengan efek-efek hormonal (peningkatan cairan/peningkatan aliran plasma ginjal), trauma

mekanisme, edema jaringan. VI. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan atau penggantian tidak adekuat, kehilanggan cairan berlebihan (muntah, diforesis,peningkatan haluaran urene, dan

kehilangan tidak kasat mata meningkat, hemoragi) VII. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan

penggantian cairan. 3. Rencana keperawatan Intervensi keperawatan menurut doengoes, dkk.(2004) yaitu : I. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek harmonal. 1) Tujuan : Nyeri hilang atau minimal 2) Rencana tindakan a) Tentukan adanya, lokasi dan sifat nyeri. Tinjau ulang persalinan dan catat kelahiran.

Rasional

:

mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus dan intervensi yang tetap.

b)

Inspeksi perbaikan perinium dan episitomi. Perhatikan edema, ekimosis, nyeri tekan, eksudat purulen atau

kehilangan perekatan jahitan. Rasional : Dapat menunjukan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan / atau terjadinya

komplikasi yang memerlikukan evaluasi dan intervensi lanjut. c) Berikan kompres es pada perinium, khususnya selam 24 jam pertama setelah melahirkan. Rasional : Memberi nanstesia lokal, meningkatka vaso kontriksi dan mengurang edema dan

vasodilatasi d) Kaji nyeri tekan uterus dan perhatikan faktor pemberat Rasional : Selama 12 jam pertama pasca partum, kontraksi uterus kuat dan regular dan ini berlanjut selama 2-3 hari selanjutnya, meskipun frekuensi dan intensitasnya berkurang. e) Insfeksi payudara dan jarinan puting, kaji adanya

pembesaran dan / atau puting pecah-pecah Rasional : pada 24 jam pasca partum, payudara harus lunak dan tidak perih dan puting harus bebas dari pecah-pecah atau area kemerahan. Pembesaran payudara, nyeri tekan puting atau adanya pecahpacah pada puting (bila klien menyesui) dapat terjadi hari ke-2 sampai ke-3 pasca partum. f) Berikan analgetik 30-60 menit sebelum menyusui. Untuk klien yang tudak menyesui, berikan analgetik setiap 3-4 jam selam pembesaran payudara dan after pain

Rasional : memberikan keyaman, khususnya selama laktasi, bila afterpain paling hebat karena pelepasan oksitosin. II. Ketidakpuasan dengan pengalaman menyesui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur/karakteristik payudara ibu. 1. Tujuan : Klien akan mengungkapkan pemahaman tetang proses / sitiasi menyusui, mendemostrasikan teknik efektif dari menyesui. 2. Rencana tindakan a) Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya. Rasional : memmbantu dalam mengidetifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan rencana

keperwatann b) Tentukan sistem pendukung dan yang tersedia pada klien dan sikap pasangan / keluarga. Rasional : mepunyai dukungan yang cukup meningkatkan kesempatan untuk pengalaman menusui

dengan berhasil. c) Berikan informasi mengenai fisiologis dan keuntungan

menyesui, perawtan punting dan payudara, kebutuhan diet khusus dan faktor-faktor yang memudahkan atau menggau keberhasilan menusui. Rasional : membantu menjamin suplai susu adekuat, mencegah punting luka dan pecah,

memberikan kenyaman dan membuat peran ibu menyesui.

III.

Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator, efek-efek anastesi. 1) Tujuan : Kilen akanmendemostrasikan perilaku untuk menurunkan faktorfaktor resiko / melindungi diri 2) Rencana tindakan a) Tinjau ulang kadar Hb darah dan kehilangan darah pada waktu melahirkan, catat tanda-tanda kelelahan, pesing pucat) Rasional : Anemia atau kehilangan darah menpredisposisikan pada sinkope b) Anjurkan ambulasi dan klien kerena latihan ketidakadekuatan klien yang pengiriman oksigen ke otak. kecuali anemia (misalnya :

mendapatkan anastesia subaranoid, yang mungkin akan tetap berbaring selam 6-8 jam, tampa penggunaan bantal atau meninggikan kepala, sesuai indikasi protokol dari kembalinya sensasi / kontrol otot. Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan aliran balik ke ekstremitas bawah, menurunkan resiko

pembentukan trombus yang di hubungkan dengan statis. Meskipun posisi rekumben setelah anastesia kontroversi ini dapat

membantu mencegah kebocoran CCS dan sakit kepala lanjut. c) Bantu klien dengan ambulasi awal. Berikan supervisi yang adekuat pada mandi shower atau rendaj duduk. Berikan bel pemanggi dalam jangkauan klien. Rasional : hipotensi ostostatik mungkin terjadi pada waktu berubah posisi dari terlentang ke berdiri di awali dengan ambulasi atau mungkin karena

vasodilatasi yang di sebabkan oleh panas pada waktu mandi shower atau rendah duduk. d) Bantu klien duduk di lantai atau di kursi dengan kepala di antar kaki atau berbaring pada posisi datar, bila ia merasa pusing (gunakan kapsul amonia/gram smelling) Rasional : Membantantu mempertahankan atau

meningkatkan sirkulasipengiriman oksigen ke otak. e) Inspeksi ekstremitas bawah terhadap tanda-tanda

tromboflebitis (mis:kemerahan,nyeri tekan) Rasional : penigkatan produk split fibrin kemungkinan pelepasan dari sisi plasenta. Penurunan mobilitas , trauma, sepsis an aktifitas

berlebihan dari pembekuan darah kelahiran memberi tromboflebitis. f) Berikan kompres panas lokal, tingkatan tirah baring dengan meningkatkan tungkai yang sakit. Rasional : merangsang sirkulasi dan menurunkan kecenderungan terjadinya

penumpukan pada vena di ekstremitas bawah, menurunkan edema dan

meningkatkan penyembuhan. IV. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif 1) Tujuan Klien kan mendemostrasikan teknik-teknik untuk menurunkan resiko / meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka yang bebas dari drinase puralen, tidak febris dan karakter normal. 2) Rencana tindakan a) Kaji catatan pranatal, perhatikan frekuen pemeriksaan vagina dan komplikasi

Rasional

:

membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menggu penyembuhan dan atau

kemunduran endometrium

pertumbuhan dan memberi

epitel

jaringan

kecenderungan

klien terkena infeksi. b) Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi, catat tanda-tanda menggil, anoreksia atau malaise. Rasional : peningkatan suhu sampai 38,3 C dalam 24 jam pertama sangat menanakan infeksi ; peningkatan sampai 38 C pada 2 dari 10 hari pertama lokhial uterus; perhatikan

pasca partum adalah bermakna. c) Cacat jumlah dan bau rabas perubahan pada kemajuan normal dari rubra menjadi serosa Rasional : lokhia secara normal mempunyai bau amis atau daging; namun, pada endometritis, rabas

mungkin purulen dan bau busuk, mungkin gagal untuk menunjukan kaajuan normal dari rubra menjadi serosa sampai alba d) Perhatikan jumlah frekuensi / jumlah berkemih Rasional : statis urinarius meningkatkan resiko terhadap infeksi. e) Berikan antibiotik sesuai indikasi Rasional : mencegah infeksi dari penyebaran ke jaringan sekitar atau aliran darah. Pilihan antibiotik tergantung pada sensifitas organisme infeksi. V. Perubahan elimiasi urene berhubungan dengan efek-efek hormonal (peningkatan cairan/peningkatan aliran plasma ginjal), trauma mekanisme, edema jaringan dn efek-efek anestesia. 1) Tujuan Berkemih tidak di bantu dalam 6-8 jam setelah kelahiran dan mengosongkan kandung kemih setiap berkemih.

2) Rencana tindakan a) Palpasi kandung kemih, pantau tinggi fundus dan lokasi serta jumlah aliran lokhia. Rasional : aliran plasma ginjal yang meningkat 25 % sampai 50 % selama periode pranatal tetap tinggi pada minggu I pasa partum mengakibatkan

peningkatan pengisian kandung kemih. Distensi kandung kemih yang dapat di kaji dengan derajat perubahan posisi uterus menyebabkan

peningkatan relaksasi uterus dan aliran likhia. b) Anjurkan berkemih 6 sampai 8 jam setelah melahirkan Rasional : Variasi intervensi keperawatan mungkin perlu untuk merangsang atau memudahkan

berkemih. Kandung kemih penuh mengganggu mobilitas dan involusi uterus dan meningkatkan aliran lokhia. Distensi berlebihan kandung

kemih dalam waktu lama dapat merusak dinding kandung kemih dan mengakibatkan atoni. c) Anjurkan minum 6-8 gelas cairan perhari Rasional : membantu mencegah statis dan dehidrasi dan mengganti melahirkan. d) Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih Rasional : statis, hegiene buruk dan masuknya banteri dapat memberi kecenderungan klien terinfeksi saluran kemih. VI. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan atau penggantian tidak adekuat, kehilanggan cairan berlebihan (muntah, diforesis,peningkatan cairan yang hilang waktu

haluaran urene, dan kehilangan tidak kasat mata meningkat, hemoragi)

1) Tujuan : a) Pasien tidak menjadi hipovolemik sebagai kehilangan darah berlebihan. b) Tanda-tanda vital dalam batas normal 2) Rencana tindakan a) Cacat kehilangan cairan pada waktu kelahiran, tinjau ulang riwayat intrapartal. Rasional : potensial hemoragi atau kehilangan darah berlebihan pada waktu kelahiran yang akibat dari

berlanjut pada periode pasca partum dapat di akibatkan stimulasi dari persalinan yang lama, oksitosin, tertahannya jaringan,

uterus overdistensi atau anestesia umum. b) Dengan perlahan masase fundus bila uterus menonjol Rasional : merangsang kontraksi uterus dapat mengontrol perdarahan. c) Perhatikan adanya rasa haus ; berikan cairan sesuai toleransi Rasional : Rasa haus merupakan cara homeostatis dari penggantian cairan melalui peningkatan rasa haus. d) Evaluasi status kandung kemih; tingkatkan pengosongan bila kandung kemih penuh. Rasional : Kandung kemih penuh mengganggu kontraktilitas uterus menyebabkan perubahan posisi dan relaksasi fundus e) Evaluasi masukan haluaran urin selam di beri infus I.V atau pola berkemih sampai kembali normal. Rasional : Membantu dalam menganalisa keseimbangan cairan dan derajat kekurangan.

VII.

Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggantian cairan. 1) Tujuan : Menunjukan TD dan nadi batas normal, bebas dari edema dan gangguan penglihatan dengan bunyi nafas bersih.

2) Rencana tindakan 1) Tujuan a) Pantau TD dan nadi. Auskultasi bunyi nafas, perhatikan batu berdahak , bising atau ronkhi. Rasional : Kelebihan beban sirkulasi di manifestasikan dengan TD dan nadi serta akumulasi cairan pada paru-paru. b) Pantau masukan cairan dan haluaran urin Rasional : menandakan kebutuhan cairan / keadekuatan terapi c) Kaji adanya, lokasi dan luasnya edema. Pantau tandatanda kemajuan edema. Rasional : Bahaya eklampsia atau kenjang ada selama 72 jam, tetapi dapat tejadi secara aktual

selambat-lambatnya 5 hari setelah kelahiran. Obat-obatan dapat menutupi tanda-tanda sakit kepala yang di sebabkan oleh edema serebral. d) Evaluasi keadan neorologis klien. Perhatikan hiperefleksia, peka rangsang atau perubahan kepribadian Rasional : Intoksikasi serebral adalah indikator awal dari kelebihan retensi cairan.

e) Catat hasil tes asam urat, protein 24 jam dan kadar kreatin serum.

Rasional : Hasil abnormal, seperti peningktan asam urat (lebih besar dari 7 mg / 100 ml ) dan peningkatan kadar kreatin, menandakan deteriorisasi fungsi ginjal. 4. Implementasi keperawatan Pada inplentasi dari proses keperawatan mengikuti rumusan dari rencana keperawatan. Inplementasi mengacu pada pelaksanaan rencana keperawatan yang sudah di susun. a. Rencana keperawatan menjadi landasan untuk implementasi. b. Sasaran jangka pendek, menengah dan jangka panjang di gunakan untuk sebagai fokus implementasi dari intervensi keperawatan yang di buat. c. Saat menginplementasikan asuhan keperawatan, perawat secara berkesenambungan mengkaji pasien an responnya terhadap asuhan keperawatan d. Perubahan di buat dalam rencana keperawatan sesuai

perubahan kondisi, masalah dan respon pasien dan jika di butuhkan penyusunan ulang prioritas ( Smeltzer, Susanne C.2005 ) 5. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dan di arahkan untuk menentukan respon pasien terhadap intervensi keperawatan dan sebatas mana tujuan-tujuan sudah tercapai. Rencana keperawatan memberikan lanadasan bagi evaluasi; diagnosa keperawatan, masalahmasalah kolaboratif, tujuan-tujuan, intervensi keperawatan, dan hasil yang di perkirakan memberikan penduan yang spesifik yang nenentukan fokus evaluasi. (Smeltzer, Susanne C.2005 )

Evaluasi pada klien post partum meliputi a. Nyeri hilang atau minimal, fundus uetrus keras dan bebas nyeri b. Klien yang mengungkapkan pemahaman tentang proses / situasi menyusui, mendemostrasikan teknik efektif dari menyusui. c. Klien akan mendemontrasikan teknik-teknik untuk menurunkan faktor-faktor resiko / melindungi diri. d. Klien akan mendemostrasikan teknik- teknik untuk menurunkan resiko / meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka yang bebas dari drainase puralen, tidak febris dan karakter normal. e. Berkemih tidak di bantu dalam 6 8 jam setelah kelahiran dan mengosongkan kandung kemih setiap berkemih. f. Tetap normontentif dengan masukan cairan dan haluaran urin seimbang dan Hb / Ht dalam kadar normal. g. Menunjukan TD dan nadi dalam batas normal, bebas dari edema dan gangguan penglihatan dengan bunyi nafas bersih.