bab i pendahuluan makalah b

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Peningkatan kadar kolesterol dalam darah merupakan penyebab utama terjadinya aterosklerosis. Penurunan kadar kolesterol dapat dilakukan dengan diet, olahraga, maupun dengan obat-obatan hipolipidemia. Harga obat-obatan hipolipidemia yang mahal, menyebabkan tidak seua orang dapat menjangkaunya. Pemakaian obat sintesis sering menimbulkan efek samping dan adanya kontra indikasi terhadap penyakit tertentu yang juga diderita oleh penderita aterosklerosis. Sehingga, tidak semua orang dapat menggunakannya. Pencarian obat hipolipidemia terutama yang berasal dari alam sangat giat dilakukan. Obat-obatan dari alam ini selain murah dn mudah didapat, juga memiliki efek samping yang kecil sehingga relatif aman jika dibandingkan denga obat-obatan sintetis. Tumbuhan merupakan sumber senyawa kimia, baik yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui jenisnya. Dimana banyak diantaranyya berpotensi sebagai bahan dasar obat-obatan. Salah satu senyawa inia adalah senyawa turunan xanthon yaitu alfa- 1

Upload: 081810301018

Post on 30-Jun-2015

4.562 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Pendahuluan Makalah b

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Peningkatan kadar kolesterol dalam darah merupakan penyebab utama

terjadinya aterosklerosis. Penurunan kadar kolesterol dapat dilakukan dengan

diet, olahraga, maupun dengan obat-obatan hipolipidemia. Harga obat-obatan

hipolipidemia yang mahal, menyebabkan tidak seua orang dapat

menjangkaunya. Pemakaian obat sintesis sering menimbulkan efek samping

dan adanya kontra indikasi terhadap penyakit tertentu yang juga diderita oleh

penderita aterosklerosis. Sehingga, tidak semua orang dapat menggunakannya.

Pencarian obat hipolipidemia terutama yang berasal dari alam sangat

giat dilakukan. Obat-obatan dari alam ini selain murah dn mudah didapat, juga

memiliki efek samping yang kecil sehingga relatif aman jika dibandingkan

denga obat-obatan sintetis. Tumbuhan merupakan sumber senyawa kimia,

baik yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui jenisnya. Dimana

banyak diantaranyya berpotensi sebagai bahan dasar obat-obatan. Salah satu

senyawa inia adalah senyawa turunan xanthon yaitu alfa-mangostin. Dari

penulusran pustaka diketahui senyawa alfa-mangostin memiliki aktivitas anti

oksidan, anti kanker, anti mikroba, depresan saraf pusat, anti jamur, dan

menghambat oksidasi LDL.

Telah dilaporkan bahwa ekstrak murni peicarp Garcinia mangostana

(manggis) digunakan sebagai obat menurunkan berat badan. Ekstrak ini

mengandung metabolis sekunder senyawa turunan xanthon yaitu alfa-

magostin. Orang yang mempunyai kelebihan berat badan cenderung

mempunyai kadar kolesterol dan lemak yang tinggi dalam darah dan sering

mempunyai kadar HDL yang lebih rendah. Salah satu cara menurunkan berat

badan adalah dengan mengurangi penimbunan lemak dalam tubuh yang secara

tidak langsung dapat menurunkan keadaan hiperlipoproteinemia.

1

Page 2: Bab i Pendahuluan Makalah b

1.2. Rumusan masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah yaitu

bagaimana efek α-magostin terhadap kadar kolesterol total darah,

trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol LDL serta penentuan lethal dosis

50 (Ld50)?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek α-

magostin terhadap kadar kolesterol total darah, trigliserida, kolesterol

HDL, kolesterol LDL serta penentuan lethal dosis 50 (Ld50).

1.4. Manfaat

Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk meneliti efek α-magostin

terhadap kadar kolesterol total darah, trigliserida, kolesterol HDL,

kolesterol LDL serta penentuan lethal dosis 50 (Ld50). Hasil penelitian ini

memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

2

Page 3: Bab i Pendahuluan Makalah b

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lipid

Lipid merupakan konstituen diet penting karena nilai energinya yang

tinggi dan karena adanya vitamin larut lemak dan asam lemak esensial di

dalam lemak makanan alami. Lipid memiliki sifat umum yaitu relatif tidak

larut di dalam air (hidrofobik), tetapi larut di dalam pelarut nonpolar,

sepertieter , kloroform, serta benzene. Selain sebagai sumber energi yang

efisien, lemak juga berfungsi sebagai insulator (isolator) panas di dalam

jaringan subkutan dan sekeliling organ tertentu serta sebagai insulator listrik

di sepanjang serabut saraf bermyelin. Fungsi yang lain apabila lemak dan

protein bergabung menjadi suatu lipoprotein, yaitu sebagai pembentuk

penting pada sel, baik di dalam membrane sel maupun mitokondria di dalam

sitoplasma. Lipid dengan makna fisiologis penting adalah asam lemak dengan

senyawa esternya, bersama kolesterol serta senyawa steroid lain.

Senyawa yang termasuk lipid dibagi menjad beberapa golongan

yakni: (1) lipid sederahna, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol;

(2) lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang memiliki gugus tambahan; (3)

derivat lipid yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid.

Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester

trigliserida, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah

asam karboksilat yang mempunyai rantai karbon panjang denagn rumus

umum:

O

R – C – OH

Dimana R adalah rantai karbon yang jenuh atau tidak jenuh dan terdiri

atas 4 sampai 24 buah atom karbon.

Lipid bersifat tak larut dalam air sehingga pengangkutannya oleh

plasma darah dalam bentuk lipoprotein. Ada empat kelompok utama

lipoprotein yaitu: Kilomikron mengangkut lipid yang terbentuk dari

3

Page 4: Bab i Pendahuluan Makalah b

pencernaan dan penyerapan. VLDL (very low density lipoprotein)

mengangkut triasilgliserol dari hati. LDL (low density lipoprotein)

merupakan lipoprotein yang kaya akan kolesterol serta terbentuk dari

metabolisme VLDL, dan HDL (high density lipoprotein) juga merupakan

lipoprotein yang kaya akan kolesterol tetapi terlibat di dalam pengeluaran

kolesterol dari jaringan serta pada metabolisme jenis lipoprotein lain.

2.2. Hiperlipidemia dan faktor yang mempengaruhinya

Hiperlipidemia adalah suatu keadaan patologis akibat kelainan

metabolisme lemak darah yang ditandai dengan meningginya kadar kolesterol

darah (hiperkolesterolemia), trigliserida (hipertrigliseridemia) atau kombinasi

keduanya. Hiperlipidemia yang disebabkan kelainan genetik disebut

hiperlipidemia primer. Pada umumnya tidak ada keluhan, kecuali sudah

tampak adanya xantoma atau penumpukan lemak di bawah jaringan kulit.

Pada hiperlipidemia sekunder terdapat peningkatan kadar lipid darah

disebabkan oleh penyakit, misalnya diabetes melitus, gangguan tiroid,

penyakit hepar dan ginjal. Penyakit ini sifatnya berulang. Namun kebanyakan

hiperlipidemia disebabkan oleh faktor gaya hidup, seperti obesitas, diet kaya

lemak, kurang melakukan olah raga, penggunaan alkohol, dan merokok.

2.3. Profil lipid pada hiperlipidemia

Hiperlipidemia mengakibatkan peningkatan kolesterol, adanya

sindroma metabolik, peningkatan trigliserida, juga penurunan kadar kolesterol

HDL. Kolesterol HDL disebut juga kolesterol baik. Hal ini berkaitan dengan

peran HDL dalam cholesterol reverse transport (dari jaringan perifer ke

hepar) untuk didaur ulang atau diekskresikan oleh hepar. Selain itu HDL

mampu menghambat oksidasi LDL dan membran biologik. Kolesterol HDL

mempunyai efek antioksidan yang kuat. Suatu HDL terkait enzim, lecithin-

kolesterol acyltransferase, yang membentuk bagian dari HDL, merupakan

enzim antioksidan yang kuat yang dapat memblokir oksidasi kolesterol LDL.

4

Page 5: Bab i Pendahuluan Makalah b

LDL memiliki fungsi utama mentranspor kolesterol dari hepar ke

jaringan dan memasukkannya ke dalam membran sel. Sehingga LDL

merupakan komponen pembentuk kolesterol dinding sel. Kenaikan kadar

kolesterol yang terdapat pada LDL berkaitan dengan penyakit aterosklerosis.

Meningkatnya jumlah kolesterol LDL serum membebani antioksidan pada

endothelium yang sehat dan menyebabkan cedera endotel. Penelitian

membuktikan bahwa LDL teroksidasi merupakan prediktor aterosklerosis dan

penyakit kardiovaskular yang lebih baik dibanding LDL kolesterol biasa.

LDL yang teroksidasi dapat menjadi sangat berbahaya, karena dapat menjadi

efek toksik dan menyebabkan disfungsi sel atau dinding pembuluh darah,

yang berkaitan dengan pembentukan aterosklerosis.

2.4. Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah suatu kelainan inflamasi kronik, dengan

karakteristik akumulasi monosit atau makrofag, sel otot polos, dan limfosit di

dalam dinding arteri sebagai respons untuk pelepasan molekul proinflamasi.

Pembentukan dari plaque aterosklerosis memiliki komplikasi di antaranya:

1. Kalsifikasi, yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kurang lentur

dan mudah pecah.

2. Ulserasi pada permukaan plaque, yang dapat menyebabkan kaskade

agregasi trombosit yang pada akhirnya dapat membentuk trombus yang

akan menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan gangguan aliran

darah.

3. Pada pembuluh darah yang besar, bagian dari ateroma yang terlepas

dapat menyebabkan emboli pada bagian distal pembuluh darah,

4. Ruptur endotel atau kapiler yang memperdarahi plaque, yang dapat

menyebabkan perdarahan didalam plaque, dan

5. Penekanan plaque terhadap tunika media yang dapat meyebabkan

terjadinya atropi dan berkurangnya jaringan elastis sehingga dapat

mengakibatkan terbentuknya aneurisma.

5

Page 6: Bab i Pendahuluan Makalah b

Sistem imun memiliki peran penting pada pembentukan plaque

aterosklerosis dan segala komplikasinya. Hal ini dibuktikan dengan

ditemukannya limfosit T jenis CD8+ dan CD4+ pada semua stadium lesi.

Mekanisme ini melibatkan stimulasi beberapa antigen yang berhubungan

dengan pathogenesis aterosklerosis.

LDL teroksidasi (oxLDL) merupakan antigen yang paling sering

dipelajari dalam aterosklerosis. Jumlah LDL teroksidasi yang meningkat

dalam serum dibawa oleh makrofag dan sel otot polos. Hal ini kemudian

menimbulkan akumulasi LDL teroksidasi di dalam plaque aterosklerosis.

2.5. Antioksidan

Antioksidan secara umum didefinisikan sebagai senyawa yang dapat

menunda, memperlambat dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti

khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya

reaksi autooksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid ( Kochhar dan Rossell,

1990). Cuppert (1997) dan Disitir Widjaya (2003) menyatakan bahwa

antioksidan sebagai senyawa secara nyata dapat memperlambat oksidasi,

walaupun dengan konsentrasi yang lebih rendah sekalipun dibandingkan

dengan substrat yang dapat dioksidasi. Berdasarkan fungsinya antioksidan

dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Antioksidan primer

Antioksidan primer adalah senyawa yang dapat menghentikan reaksi

berantai pembentukan radikal. Senyawa ini dapat memberikan atom

hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya

ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A*)

tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida. Zat-zat

ini dapat berasal dari alam maupun buatan. Antioksidan alam antara lain :

tokoferol, lesitin,sesamol, fosfasida, dan asam askrobat. Antioksidan

buatan adalah senyawa-senyawa fenol,misalnya : butylated

hidroxytoluene (BHT).

6

Page 7: Bab i Pendahuluan Makalah b

2. Antioksidan sekunder

Antioksidan sekunder adalah suatu senyawa yang dapat mencegah

kerja prooksidan yaitu faktor-faktor yang mempercepat terjadinya reaksi

oksidasi. Antioksidan ini memperlambat laju autooksidasi dengan

berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi

dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil (Gordon,1990).

Ross mengungkapkan bahwa antioksidan dapat mengurangi formasi

radikal bebas oleh LDL teroksidasi. Antioksidan ini mempunyai peran

penting dalam menghambat reaksi kimia oksidasi, yang dapat merusak

makromolekul.

Mekanisme antioksidan dalam menghambat oksidasi atau

menghentikan reaksi berantai pada radikal bebas dari lemak yang teroksidasi,

dapat disebabkan oleh 4 (empat) macam mekanisme reaksi yaitu :

1. pelepasan hidrogen dari antioksidan.

2. Pelepasan elektron dari antioksidan

3. Addisi asam lemak ke cincin aromatik pada antioksidan

4. Pembentukan senyawa kompleks antara lemak dan cincin aromatik dari

antioksidan

Prinsip kerja antioksidan dalam menghambat otooksidan pada lemak

dapat dilihat sebagai berikut :

Oksigen bebas di udara akan mengoksidaksi ikatan rangkap pada asam

lemak yang tidak jenuh. Kemudian radikal bebas yang terbentuk akan

bereaksi dengan oksigen sehingga akan menghasilkan peroksida aktif.

RH + O2 R* + OOH

Asam lemak tidak jenuh Oksigen Radikal bebas

R* + O2 ROO

Radikal bebas oksigen Peroksida aktif

Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada

lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan

minyak. Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap

inisiasi maupun propagasi. Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk

7

Page 8: Bab i Pendahuluan Makalah b

pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk

dapat bereaksi dengan molekul lipida lain untuk membentuk radikal lipida

baru (Gordon, 1990).

Inisiasi : R* + AH RH + A*

Radikal bebas antioksidan

Propagasi : ROO* + AH ROOH + A*

2.6. Alfa mangostin (α-Mangostin)

Xanton adalah salah satu jenis zat warna pada manggis yang berasal

dari kulit buah manggis. Senyawa Xanthone yang terkandung di dalam kulit

buah manggis meliputi mangostin, mangostenol, mangostinon A,

mangostenon B, trapezifolixanthone, tovophyllin B, alfa mangostin, beta

mangostin, garcinon B, mangostanol, flavonoid epicatechin, dan gartanin.

Senyawa tersebut sangat bermanfaat untuk kesehatan. Senyawa Xanthone

tersebut hanya dihasilkan dari genus Garcinia.

Hasil penelitian melaporkan bahwa alfa mangostin (1,3,6-trihidroksi-

7-metoksi-2,8-bis (3metil-2-butenil)-9H-xanten-9-on) hasil isolasi dari kulit

buah manggis mempunyai aktivitas antiinflamasi dan antioksidan. Dari hasil

studi farmakologi dan biokimia dapat diketahui bahwa alfa mangostin secara

kompetitif menghambat tidak hanya reseptor histamin H, mediator kontraksi

otot lunak tetapi juga epiramin yang membangun tempat reseptor H1 pada sel

otot lunak secara utuh.

Mangostin merupakan tipe baru dari histamin. Toksisitas pemberian

ekstrak daun muda terhadap mencit bunting dengan dosis 500, 1000, dan

1500 mg/kg BB menunjukkan efek pada fetus berupa penurunan berat badan,

terjadinya perdarahan pada fetus, dan adanya perubahan jaringan hati fetus

seperti nekrosis pada sel hepar, tetapi tidak terjadi kelainan perkembangan

dan aborsi. Ekstrak daun manggis dengan berbagai dosis dapat mengurangi

jumlah sel spermatid, terjadi penambahan jumlah spermatozoa abnormal, dan

lambatnya gerak maju spermatozoa mencit.

8

Page 9: Bab i Pendahuluan Makalah b

Ekstrak kulit buah yang larut dalam petroleum eter ditemukan dua

senyawa alkaloid. Kulit kayu, kulit buah, dan lateks kering Garcinia

mangostana mengandung sejumlah zat warna kuning yang berasal dari dua

metabolit yaitu alfa-mangostin dan mangostin yang berhasil diisolasi.

Mangostin merupakan komponen utama sedangkan mangostin merupakan

konstituen minor. Ditemukan metabolit baru yaitu 1,3,6,7-tetrahidroksi-2,8-di

(3-metil-2butenil) xanton yang diberi nama a-mangostanin dari kulit buah

Garcinia mangostana.

Adapun stuktur dari α-mangostin ditunjukkan pada gambar di bawah

ini,

2.7. Manggis

Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah sejenis pohon hijau

abadi dari daerah tropika yang diyakini berasal dari Kepulauan Nusantara.

Secara fisik, pohon manggis mampu tumbuh mencapai 7 hingga 25 meter.

Bentuknya khas dengan kulit berwarna merah keunguan ketika matang, meski

ada juga varian yang kulitnya berwarna merah.

Manggis berkerabat dengan kokam, asam kandis, dan asam gelugur,

rempah bumbu dapur dari tradisi boga India dan Sumatera

Buah ini merupakan spesies terbaik dari genus Garcinia. Manggis

termasuk buah eksotik yang sangat digemari konsumen, baik didalam

maupun luar negeri, karena rasanya lezat, bentuk buah yang indah, dan

tekstur daging buah yang putih halus. Tidak heran, manggis mendapat

julukan Queen of Tropical Fruits (ratunya buah-buah tropis).

9

Page 10: Bab i Pendahuluan Makalah b

Pada umumnya masyarakat memanfaatkan tanaman manggis karena

buahnya yang menyegarkan dan mengandung gula sakarosa, dekstrosa, dan

levulosa. Komposisi bagian buah yang dimakan per 100 gram meliputi 79,2

gram air, 0,5 gram protein, 19,8 gram karbohidrat, 0,3 gram serat, 11 mg

kalsium, 17 mg fosfor, 0,9 mg besi, 14 IU vitamin A, 66 mg vitamin C,

vitamin B (tiamin) 0,09 mg, vitamin B2 (riboflavin) 0,06 mg, dan vitamin B5

(niasin) 0,1 mg. Kebanyakan buah manggis dikonsumsi dalam keadaan segar,

karena olahan awetannya kurang digemari oleh masyarakat.

Selain buah, kulit buah manggis juga dimanfaatkan sebagai pewarna

alami dan bahan baku obat-obatan. Kulit buah manggis diketahui mempunyai

daya antimikroba terhadap beberapa jenis bakteri. Di luar negeri kulit buah

manggis sudah dibuat kapsul yang digunakan untuk suplemen diet,

antioksidan, dan antikanker.

Hasil penelitian menunjukkan, ekstrak kulit manggis mempunyai

aktivitas melawan sel kanker meliputi breast, liver, dan leukemia. Selain itu,

juga digunakan untuk antihistamin, antiimpflamasi, menekan sistem saraf

pusat, dan tekanan darah, serta antiperadangan. Kulit buah juga mengandung

antosianin seperti cyanidin-3-sophoroside, dan cyanidin-3-glucoside.

10

Page 11: Bab i Pendahuluan Makalah b

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Bahan, hewan, dan alat

3.1.1. Bahan

Bahan yang digunakan sebagai berikut:

a) Senyawa α-mangostin

b) Pulvis gumni arabicum

c) Air suling

d) Makanan standar mencit

e) Makanan diet lemak tinggi yang merupakan campuran lemak sapi

dan minyak kelapa (1:5)

f) Larutan pereaksi kolesterol dari DIASYS

Terdiri darai:

1. Good buffer pH 6-7 50 mmol/l

2. Fenol 5 mmol/l

3. 4-aminoantipirin 0,3 mmol/l

4. Kolesterol esterase 200 U/l

5. Kolesterol oksidase 50 U/l

6. Peroksidase 3 U/l

7. Standar 200 mg/dl (2,3 mmol/l)

g) Reagen pereaksi trigliserida dari DIASYS

Terdiri dari:

1. Good’s buffer pH 7,2 50 mmol/l

2. 4-Chlorophenol 4 mmol/l

3. ATP 2 mmol/l

4. Mg2+ 15 mmol/l

5. Glycerokinase ≥0,4 kU/l

6. Perokidase ≥2 kU/l

7. Lipoprotein Lipase ≥2 kU/l

8. 4-Aminoantipyrin ≥0,5 kU/l

11

Page 12: Bab i Pendahuluan Makalah b

9. Glycerol-3-phospate-oxidase ≥0,5 mmol/l

10. Standar 200 mg/dl (2,3 mmol/l)

h) Larutan pengendap koleserol

Terdiri dari:

1. Phorphotongistic acid 0,55 mmol/l

2. Magnesium Chloride 25 mmol/l

3. Standar 200 mg/dl

3.1.2 Hewan

Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih jantan galur

DDY Japan dengan berat 20-3- gram dan berumur 2-3 bulan

sebanyak 24 ekor.

3.1.3 Alat

Alat yang digunakan sebagai berikut:

1. Timbangan analitik

2. Timbangan hewan

3. Wadah hewan

4. Tabung sentrifuge

5. Sentrifuge (Hettich EBA 20)

6. Pipet mikro (Biohit)

7. Pipet tetes

8. Vortex (Fisons)

9. Gelas ukur

10. Jarum oral

11. Lumpang dan alu

12. Silet

13. Tissue

14. Vial

15. Kaca arloji

16. Spektrofotometer UV-Vis

12

Page 13: Bab i Pendahuluan Makalah b

3.2. Persiapan hewan percobaan

Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 6 kelompok dan masing-

masing kelompok terdiri dari 4 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam

kandang yang berbeda. Sebelum penelitian dilakukan mencit diaklimatisasi

selama 7 hari untuk membiasakan pada lingkungan percobaa. Dan diberi

makanan standar. Hewan dianggap sehat apabila perubahan berat badan tidak

lebih dari 10 % serta memperlihatkn perilaku normal.

3.3. Perencanaan dosis

Dosis pemberian senyawa mangostin yang direncanakan adalah 30, 100,

dan 300 mg/kgBB

3.4. Pembuatan sediaan uji

Konsentrasi sediaan uji dibuat dan dihitung dengan rumus :

Dosis (mg/kgBB) x Berat Badan (kg)

Konsentrasi (mg/ml) =

Volume pemberian (ml)

Senyawa uji ditimbang berdasarkan konsentrasi masing-masing

dosis. Kemudian disuspensikan dengan Pulvis Gumni Arabicum (PGA) 2%

dalam air suling.

3.5. Penentuan dosis gemfibrozil

Dosis gemfibrozil yang biasa dipakai oleh manusia adalah 2 x 600

mg/hari. Dosis pemakaian untuk mencit dapat dihitung dengan mengalihkan

dosis pemakaian pada manusia tersebut dengan faktor konversi manusia ke

mencit yaitu 0,0026. Sehigga didapat dosis pemakaian untuk mencit dengan

berat badan 20 g sebagai berikut:

1200 mg x 0,0026 = 3,12 mg/20 g BB

= 0,156 mg/g BB

= 156 mg/kgBB

13

Page 14: Bab i Pendahuluan Makalah b

3.6. Perlakuan hewan percobaan

Hewan percobaan dibagi dalam 6 kelompok. Tiap kelompok terdiri

dari 4 ekor. Masing-masing kelompok diperlakukan sebagai berikut: kelompo

I (kontrol negatif) diberikan suspensi PGA 2 % B, Kelompok II (kontrol

positif) diberikan Makanan Diet Lemaka Tinggi (MDLT) 2 % BB, Kelopmok

III (pembanding) diinduksi dengan MDLT 2 % BB + gemfibrozil dosis 156

mg/kg BB, kelompok IV, V, dan VI diberikan MDLT 2 % BB + sediaan uji

dosis 30, 100, dan 300 mg/kg BB.

Sebelum diberi suspensi sediaan uji, mencit diberi Makanan Diet

Lemak Tinggi (MDLT) yang terdiri dari campuran lemak sapi dan minyak

(1:5) kecuali kontrol negatif. Cara pembuatannya: timbang lemak sesuai

dengan yang dibutuhkan kemudian campurkan dengan minyak dengan

bantuan pemanasan.

MDLT diberikan secara oral sebanyak 2 % BB selama 7 hari untuk

menngkatkan kadar kolesterol. Kemudian selama 7 hari mencit diberi MDLT

2 % BB dan sediaan uji dengan tiga variasi dosis yaitu 30, 100, dan 300

mg/kg BB dengaan VAO 1 % BB, kelompok pembanding diberikan MDLT 2

% BB dan gemfibrozil dosis 156 mg/kg BB dengan VAO 1 % BB, dan

kelompok kontrol positif hanya diberi MDLT saja.

3.7. Pengukuran kadar koleserol

Setelah perlakuan pada mencit selama 7 hari, pengukuran kadar

kolesterol total dilakukan pada hari ke 8 untuk setiap mencit pada masing-

masing kelompok. Darah mencit diambil dengan memotong pembuluh darah

leher mencit dan ditampung dengan tabung sentrifuge. Darah didiamkan

selama 20 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

Serum darah dipipet dengan pipet mikro sebanyak 0,01 ml

dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan pereaksi

kolesterol sebnayak 1 ml lalu dicampur dengan menggunakan vortex. Dan

dibiarkna sellama 20 menit pada suhu kamar. Ukur serapan pada panjang

14

Page 15: Bab i Pendahuluan Makalah b

gelombnag 500 nm terhadap blanko. Sebagai blanko digunakan pereaksi

kolesterol 1 ml dan aquadest 0,01 ml.

Pengukuran serapan standar sama dengan pengukuran serapan

kolesterol total, tetapi serum darah diganti dengan standar kolesterol.

Kadar kolesterol total dihitung dengan rumus sebagai berikut:

A Sampel

C = x C st

A Standar

Dimana : C = kadar kolesterol (mg/dl)

A = serapan

Cst = kadar kolesterol standar (200 mg/dl)

3.8. Pengukuran kadar trigliserida

Pada hari ke-8 drah hewan diambil dengan cara memotong

pembuluh darah didaerah leher. Darah ditampung dengan tabung reaksi. Lalu

diamkan selama 20 menit. Setelah itu darah disentrifuge selama 20 menit

dengan kecepatan 3000 rpm kemudian serumnya dipisahkan untuk

pengukuran kadar trigliseridanya.

Caranya:

Serum dipipet sebanyak 10 µl dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

lalu ditambahkan larutan pereaksi trigliserida sebnayak 1000 µl lalu campur

larutan dengan baik menggunakan vortex. Kemudian biarkan 20 menit pada

suhu kamar dan ukur serapan pada panjang gelombnag 500 nm terhadap

blanko. Pengukuran serapan standar dilakukan dengan cara yang sama

dengan pengukuran serapan sampel.

Kadar trigliserida dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

A Sampel

C = x C st

A Standar

15

Page 16: Bab i Pendahuluan Makalah b

Dimana : C = kadar trigliserida(mg/dl)

A = serapan

Cst = kadar trigliserida standar (200 mg/dl)

3.9. Pengukuran kadar HDL dan LDL darah mencit putih jantan

Pengukuran kadar HDL dilakukan pada hari ke 15. Darah diambil

dengan cara memotong pembluh darah leher mencit dan ditampung dengan

tabung sentrifuge sebanyak ± 2 ml. Darah didiamkan selama 15 menit,

kemudian sentrifuge selama 20 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Bagian

cairan jernh (serum) dari darah digunakan untuk pengaturan kadar kolesterol

HDL dengan cara:

a. Pengukuran kadar kolesterol HDL dengan cara:

Pipet serum sebanyak 0,02 ml lalu ditambahkan 0,5 ml larutan pengendap,

dokocok, dibiarkan 10 menit pada suhu kamar dan disentrifuge selama 20

menit dengan kecepatan 4500 rpm. Diambil 0,01 supernatan, dimasukkan

kedalam tabung reaksi, ditambahkan pereaksi kolesterol sebanyak 1 ml,

dihomogenkan dengan vortex lalu dibiarkan 20 menit pada suhu kamar

dan diukur serapan pada panjang gelombang 500 nm. Hasil serapan yang

diperoleh dihitung dengan menggunakan rumus:

A Sampel

C = x C standar (200 mg/dl)

A Standar

Dimana : C = kadar kolesterol HDL (mg/dl)

A = serapan

b. Pengukuran kadar kolesterol LDL

Untuk mengukur kadar kolesterol LDL dihitung dengan rumus (Artiss, et

al, 1997):

Trigliserida

LDL (mg/dl) = kolesterol total - - HDL

5

16

Page 17: Bab i Pendahuluan Makalah b

3.10. Penentuan (LD – 50) senyawa α-mangostin (Thomson 1985)

Untuk penentuan LD – 50 hewan dikelompokkan secara acak

menjadi 5 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Hewan-hewan

dalam tiap kelompok diinjeksikan sediaan uji secara oral. Masing-masinh

menerima satu peringkat dosis, dosis yang digunakan diperoleh dari hasil

pemeriksaa pendahuluan yang menyebabkan kematian hewan terkecil dan

dosis yang menyebabkan kematian hewan 100 %, yaitu dosis 1000 mg/kgBB,

3000 mg/kgBB, 9000 mg/kgBB, dan 15000 mg/kgBB. Pegamatan jumlah

hewan yang mati dan jangka selang waktu 24 jam dicatat dan penyebab

kelemahan hewan dianalisa.

3.11. Evaluasi data hasil penelitian

Data hasil penelitian diolah secara statistik dengan Statistik Analisa

Varian (ANOVA) satu arah berdasarkan rancangan acak kelompok dan

dilanjutkan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan.

17

Page 18: Bab i Pendahuluan Makalah b

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL darah

mencit pada penelitian ini dilakukan dengan metoda enzimatis menggunakan alat

spektrofotometer. Reaksi yang terjadi yaitu: enzim koleserol eterase akan

menghidrolisis kolesterol ester menjadi kolesterol bebas dan asam lemak. Enzim

kolesterol oksidase akan mengoksidasi kolesterol bebas menjadi kolestenon dan

hidrogen peroksida. Selanjutnya hidrogen peroksida akan bereaksi dengan 4-

aminoantipirin dan fenol membentuk komleks quinoneimine yang berwarna

merah. Warna yang terbentuk diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-

Vis pada panjang gelombang 500 nm. Reaksi yang terjadi pada penetapan kadar

trigliserida adalah dengan terbentuknya senyawa kompleks 4-(p-benzokinin-

monoimino)-fenazon yang berwarna kuning kecoklatan, yang kemudian diukur

serapannya pada panjang gelombang 500 nm. Mekanisme reaksinya adalah

sebagai berikut: Trigliserida dengan adanya enzim lipoprotein lipase akan

dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol dengan adanya adenosin

trifosfat (ATP) oleh enzim gliserol kinase dirubah menjadi gliserol-3-fosfat

dioksidasi oleh enzim gliserol phospat oksidase menjadi dihidroksiasetonphosphat

dan hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan 4-aminofenazon dan 4-

klorofenol membentuk senyawa 4-(p-benzokinin-monimino)-fenazon yang

berwarna kuning kecoklatan.

Sebelum perlaukan mencit diklimatisasi terlebih dahulu selama 7 hari

untuk penyesuaian terhadap lingkungan. Mencit diberi MDLT yaitu campuran

minyak sawit dengan lemak sapi dengan perbandinhan 1:5 selama 7 hari yang

bertujuan untuk mengoptimalkan kadar kolesterol darah mencit. Lemak sapi

mengandung lemak jenuh sterol yang kaya akan kandungan kolesterol sedangkan

minyak sawit mengandung trigliserida. Trigliserida yang masuk dari makanan

diemulsikan oleh asam empedu terlebih dahulu baru kemudian diserap oleh usus

halus. Di pankreas terdapat dua enzim yaitu enzim lipase dan fosfolipase A2.

Enzim lipase menghidrolisis trigliserida menjadi 1,2-digliserida dan 2-gliserida,

18

Page 19: Bab i Pendahuluan Makalah b

sedangkan enzim fosfolipase A2 menghidrolisi fosfolipid menjadi asam lemak

dan lysofosfolipid.

Semua produk yang dihsilkan dipindahkan ke sel epitelial usus dimana

di tempat ini trigliserida disintesis kembali. Trigliserida ini bersama dengan

protein, fosfolipid, dan kolesterol ester bergabung membentuk kilomikron.

Trigliserida yang terdapat dalam kilomikron ini akan dihidrolisis oleh enzim

lipoprotein lipase menjadi asam lemak dan gliserol dimana asam lemak akan

memasuki sel-sel jaringan, sebagian lagi akan diubah menjadi energi dan sebagian

lagi akan dioksidasi menjadi asetil-CoA yang merupakan prekusor pembentuk

kolesterol. Mekanisme peningkatan kolesterol dan trigliserida dari makanan diet

lemak jenuh (MDLT) ini belum diketahui secar pasti tetapi diperkirakan bahwa

lemak jenuh dapat menyebabkan peningkatan pembentukan partikel VLDL yang

berukuran kecil serta mengandung kolesterol yang relatif banyak. Hal ini terbukti

dari hasil penelitian yang didapatkan dimana mencit yang diberi MDLT

meningkat kadar kolesterol, trigliserida, dan LDLnya dibandingkan mencit yang

hanya diberi makanan standar saja (Tabel I,II,III).

Hasil penelitian memperlihatkan bahawa efek α-mangostin terhadap

penurunan kadar kolesterol total darah rata-rata mencit kelompok dosis 30, 100,

dan 300 mg/kg BB menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan, yang

dibuktikan dengan data persentase efek penurunan kadar kolesterol total darah

rata-rata mencit putih jantan dengan 3 variasi dosis α-mangostin dan pembanding

GFB dosis 156 mg/kg BB, setelah diinduksi dengan MDLT 2 % BB terhadap

kontrol (+) (Tabel IV).

Pengaruh senyawa α-mangostin terhadap kadar kolesterol total,

trigliserida, HDL, dan LDL darah mencit putih jantan ini diduga senyawa ini

dapat meningkatkan aktifitas enzim lipoprotein lipase yang akan meningkatkan

katabolisme VLDL. VLDL adalah lipoprotein berdensitas sangat rendah yang

terdiri dari 60 % trigliserida dan 10-15 % kolesterol. Denagn adanya enzim

lipoprotein lipase, VLDL yang kaya trigliserida ini akan mengalami hidrolisis

menjadi asam lemak dan gliserol. Hasil samping dari penguraian ini berupa

19

Page 20: Bab i Pendahuluan Makalah b

kolesterol, fosfolipid, dan apoprotein yang akan dipindahkan ke HDL. Akibatnya

kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL akan menurun dan kadar HDL akan

meningkat. Kolesterol bentuk HDL akan dibawa ke hati dan kemudian diubah

menjadi asam empedu yang selanjutnya akan dikeluarkan melalui feses. Dengan

demikian akan terjadi penurunan kadar kolesterol total darah mencit. Untuk

menjamin keamanan penggunaan α-mangostin, maka dilakukan penentuan harga

dosis letal 50 terhadap mencit putih jantan. Pemberian α-mangostin dengan dosis

1, 3, dan 10 g/kgBB pada hewan percobaan terlihat tidak menyebabkan kematian

hewan percobaan dalam waktu 24 jam, dengan demikian penentuan Dosis Letal

50 ini tidak dilanjutkan lagi dengan dosis yang lebih tinggi, karena sampai dosis

10 g/kg BB idak satupun hewan percobaan yang mati dalam 24 jam. Berarti α-

mangostin dapat dikategorikan sebagai obat yang relatif aman.

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa senyawa α-

mangostin dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, dan kolesterol

LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL pada darah mencit, sehingga dapat

digunakan sebagai fitofarmaka anti aterosklerosis yang sangat aman karena tidak

toksik.

20

Page 21: Bab i Pendahuluan Makalah b

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa

pemberian senyawa α-mangostin pada dosis 30, 100, dan 300 mg/kg BB dapat

menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL serta meningkatkan

kadar HDL darah mencit putih jantan secara sangat bermakna (p<0,01).

Pemberian α-mangostin dengan dosis 10 g/kg BB tidak menyebabkan kematian

pada hewan percobaan dalam waktu 24 jam setelah senyawa diberikan, sehingga

senyawa ini dapat dikatakan aman.

5.2. Saran

Agar senyawa α-mangostin ini bisa digunakan sebagai obat anti

aterosklerosis maka disarankan peda peneliti selanjutnya untuk meakukan uji

klinik dan uji toksisitas akut, subkronis, dan kronis dari senyawa α-mangostin.

21

Page 22: Bab i Pendahuluan Makalah b

DAFTAR PUSTAKA

Brown, M., S., and Goldstein, J., L., “Druds Used in The Treatment of

Hyperpoliproteinemias” in GOODmoan, L. S., and A. Gilman, “The

Pharmacological Basis o Therapeutics”, 10 th Ed., Mc Graw Hill Medical

Publishing Division, New York, 2001.

Dalimartha, Setiawan dr, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 3, Puspa Swara,

Anggota IKAPI, Jakarta, 2003.

Ganiswara, G. S., Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi,

Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta, 1995.

Kaplan, A., Clinical Chemistry Interpretation and Techniques, Lea and Febringer,

Phyladelpia, 1979.

Murray, R. K., Granner, P. A. Mayes and V. W. Rodwell, Biokimia Harper, Edisi

ke-24, diterjemahkan oleh A. Hartono, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta, 1997.

Natureswellnessecrets, The XangoTM Report.

http://www.natureswellnessecrets.com/α-mangostin/The Xango TM

Report.pdf.

Rivai, Erizal, “Pengembangan Fitofarmaka Sebagai Salah Satu Komoditas

Agromedisin untuk Pengobatan Alternatif”, Disampaikan pada Seminar

Ilmiah Nasional dalam Kegiatan Musyawarah Ilmiah Nasional IX dan

Pekan Ilmiah Nasional VIII – ISMAFARMASI, Padang 9 September 2002,

Universitas Andalas, Padang, 2002.

Sedianto, W. D., “Profil Obat Tradisional Indonesian dan Arah Pengembangan

Untuk Pelayanan Kesehatan Masyarakat”, Proceding Simposium

Penelitian Tumbuhan Obat X dan Jamu, Jakarta, 1986.

22

Page 23: Bab i Pendahuluan Makalah b

Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi ke-2, Balai Penerbit FKUI,

Jakarta, 1987.

Thompson, E. B., Drug Bioscreening : Fundamental of Drug Evaluation

Techniques in Pharmacology, Craseway Publishing Company, New York,

1985.

23