isi makalah b

30
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pengukuran adalah tindakan dari proses dari mengukur. Mengukur adalah membandingkan antara dua hal, biasanya salah satunya adalah suatu standar yang menjadi alat ukur. Dalam percobaan untuk memahami fenomena yang terjadi di sekitar kita, para ilmuwan mencari hubungan berbagai besaran fisika yang mereka teliti dan ukur dan menuangkannya dalam informasi kuantitatif. Untuk menentukan hubungan tersebut, dibutuhkan pengukuran yang teliti dan akurat agar hanya menghasilkan kesalahan sekecil mungkin. Cara melakukan perhitungan panjang dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa alat ukur panjang. Alat untuk mengukur panjang ada bermacam-macam tergantung pada ukuran benda yang akan diukur. Alat-alat itu diantaranya adalah penggaris, mistar, meteran, jangka sorong, dan micrometer skrup. Kita sudah biasa melihat 1

Upload: ornela-izzawati

Post on 25-Jun-2015

629 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: isi makalah b

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1 Latar Belakang

Pengukuran adalah tindakan dari proses dari mengukur. Mengukur

adalah membandingkan antara dua hal, biasanya salah satunya adalah

suatu standar yang menjadi alat ukur. Dalam percobaan untuk memahami

fenomena yang terjadi di sekitar kita, para ilmuwan mencari hubungan

berbagai besaran fisika yang mereka teliti dan ukur dan menuangkannya

dalam informasi kuantitatif. Untuk menentukan hubungan tersebut,

dibutuhkan pengukuran yang teliti dan akurat agar hanya menghasilkan

kesalahan sekecil mungkin.

Cara melakukan perhitungan panjang dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa alat ukur panjang. Alat untuk mengukur panjang

ada bermacam-macam tergantung pada ukuran benda yang akan diukur.

Alat-alat itu diantaranya adalah penggaris, mistar, meteran, jangka

sorong, dan micrometer skrup. Kita sudah biasa melihat penggaris, mistar,

dan meteran dalm kehidupan sehari-hari.

Cara melakukan perhitungan massa dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa alat ukur massa. Pengukuran massa dapat

dilakukan dengan menggunakan alat yang dinamakan timbangan atau

dacin. Timbangan yang biasa dipakai dalam dunia pendidikan adalah

neraca O’hauss. Neraca O’Hauss memiliki ciri dan spesifikasi tertentu.

1

Page 2: isi makalah b

Pengukuran waktu adalah hal yang paling sering kita lakukan

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengukuran waktu, digunakan

beberapa alat yaitu jam analog, stop watch, jam atom, jam digital, jam

matahari ataupun jam pasir. Semua alat itu dapat kita manfaatkan untuk

mengukur waktu. Kita dapat memilih untuk menggunakan sesuai dengan

kebutuhan kita.

Dalam pengukuran sering terjadi ketidakakuratan. Hubungan

ketidakakuratan pada pengukuran disebabkan adanya kesalahan baik si

pengukur maupun alat ukur panjang, massa dan waktu. Ketidakakuratan

(error) adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai sebenarnya. Ada

3 macam ketidakakuratan dalam pengukuran, yaitu ketidakakuratan

umum, ketidakakuratan acak, ketidakakuratan sistematis.

1.2. Perumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apa pengertian dari pengukuran ?

2. Bagaimana cara melakukan perhitungan panjang ?

3. Bagaimana cara melakukan perhitungan massa ?

4. Bagaimana cara melakukan perhitungan waktu ?

5. Bagaimana hubungan keakuratan pengukuran terhadap perhitungan

panjang, massa dan waktu?

2

Page 3: isi makalah b

BAB II

P E M B A H A S A N

2.1. Pengukuran

Peranan pengukuran dalam kehidupan sehari-hari sangat penting.

Seorang tukang jahit pakaian mengukur panjang kain untuk dipotong

sesuai dengan pola pakaian yang akan dibuat dengan menggunakan

meteran pita. Penjual daging menimbang massa daging sesuai kebutuhan

pembelinya dengan menggunakan timbangan duduk. Seorang petani

tradisional mungkin melakukan pengukuran panjang dan lebar sawahnya

menggunakan satuan bata, dan tentunya alat ukur yang digunakan adalah

sebuah batu bata.

Pengukuran adalah suatu teknik untuk mengkaitkan suatu bilangan pada suatu sifat fisis dengan membandingkannya dengan suatu besaran standar yang telah diterima sebagai suatu satuan (Alonso,1980:12)

Mengukur adalah membandingkan antara dua hal, salah satunya

adalah suatu standar yang menjadi alat ukur. Ketika kita mengukur jarak

antara dua titik, kita membandingkan jarak dua titik tersebut dengan jarak

suatu standar panjang, misalnya penggaris. Ketika kita mengukur berat

suatu benda, kita membandingkan berat benda tadi dengan berat benda

standar. Jadi dalam mengukur kita membutuhkan standar sebagai

pembanding besar sesuatu yang akan diukur. Standar tadi kemudian

3

Page 4: isi makalah b

biasanya dinyatakan memiliki nilai satu dan dijadikan sebagai acuan

satuan tertentu.

Walau kita dapat menentukan standar ukur, tetapi tidak ada artinya

bila tidak sama di seluruh dunia. Oleh sebab itu, perlu diadakan suatu

standar internasional. Selain itu standar tersebut haruslah praktis dan

mudah diproduksi ulang di manapun di dunia ini. sistem standar

internasional ini sudah ada, dan sekarang dikenal dengan Sistem

Internasional (SI). Terkait dengan SI, terdapat satuan SI. Satuan SI untuk

panjang adalah meter, satuan untuk waktu adalah sekon, dan satuan

untuk massa adalah kilogram (Halliday, 1992: 4)

Pengukuran yang akurat sangat penting dalam fisika. Namun,

pengukuran sedikit banyak dipengaruhi oleh kesalahan. Kesalahan

eksperimen dalam ketelitian mengukur, keterbatasan alat indera dan

kesalahan pada alat ukur itu sendiri. Oleh karena itu, banyak ilmuwan

mulai merancang teknik-teknik pengukuran dan alat-alat ukur dengan

kesalahan sekecil mungkin. Yang paling diperlukan dalam pengukuran

adalah ketelitian, sehingga semakin kecil kesalahan yang kita lakukan

dalam pengukuran.

Pada umumnya pola ini selalu mungkin dalam mengukur besaran-besaran dalam batasan makroskopis (yaitu benda yang terdiri dari sejumlah besar molekul), karena orang hanya perlu menggunakan alat ukur yang menghasilkan gangguan yang beberapa orde lebih kecil daripada besaran yang diukur (Alonso,1980:12)

4

Page 5: isi makalah b

Alat-alat ukur diciptakan dengan ketelitian yang berbeda-beda.

Contohnya jika kita ingin mengukur panjang kertas, cukup memakai

sebuah penggaris, hasilnya dapat dipastikan akurat hingga 0,1 cm yang

merupakan bagian terkecil dari penggaris tersebut. Berbeda jika kita ingin

mengukur ketebalan kertas, kita tidak bisa memakai penggaris karena

tebal kertas kurang dari 0,1 cm, maka kita menggunakan mikrometer

sekrup yang keakuratannya 0,01 mm. Sehingga pengukuran yang kita

lakukan semakin mendekati sempurna.

Hasil pengukuran harus dinyatakan ketelitiannya atau

ketidakpastiannya. Dengan demikian kita mendefinisikan jumlah angka

yang akan diinformasikan. Contohnya, hasil pengukuran lebar daun pintu

adalah 5,432 ± 0,1 cm. ± 0,1 cm menyatakan angka ketidakpastian,

sehingga lebar daun pintu dimungkinkan antara 5,4 cm dan 5,5 cm. Jika

hasil pengukuran 543,2333 ± 1%, berarti ketidakpastiannya sekitar 5,4.

Dalam hal ini bilangan yang harus diambi adalah 543,2 ± 5 (Alonso, 1980:

12)

Ketika melakukan pengukuran, sebaiknya hindari penulisan hasil

pengukuran dengan banyak angka. Jumlah angka yang dapat dituliskan

disebut angka penting atau angka signifikan. Jumlah angka penting

mungkin tidak terlalu jelas atau teratur, biasanya dilakukan pembulatan

bilangan. Pengukuran dalam fisika terbentang mulai dari ukuran partikel

yang sangat kecil, seperti massa elektron, sampai dengan ukuran yang

sangat besar, seperti massa bumi. Penulisan hasil pengukuran benda 5

Page 6: isi makalah b

sangat besar, misalnya massa bumi kira-kira 6.000.000.000

000.000.000.000.000 kg atau hasil pengukuran partikel sangat kecil,

misalnya massa sebuah elektron kira-kira

0,000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.911 kg memerlukan tempat

yang lebar dan sering salah dalam penulisannya.

Menurut Martin (2007) dalam notasi ilmiah, hasil pengukuran

dinyatakan sebagai :

di mana :

a, adalah bilangan asli mulai dari 1 – 9 (angka penting)

n, disebut eksponen dan merupakan bilangan bulat dalam persamaan

tersebut,

10n, disebut orde besar

Contoh :

Massa bumi = 5,98 x1024

Massa elektron = 9,1 x 10-31

0,00000435 = 4,35 x 10-6

345000000 = 3,45×108

Penulisan notasi angka bisa berbeda-beda, bergantung pada jenis

konversinya. Sebagai contoh: untuk menuliskan empat ribu lima ratus

koma satu,

Menurut notasi standar desimal US : 4,500.1

Menurut notasi standar desimal Eropa : 4.500,1

6

a, . . . . x 10n

Page 7: isi makalah b

Selain menggunakan notasi ilmiah dalam penulisan perhitungan

dalam pengukuran, kita juga mengenal istilah angka penting atau angka

signifikan. Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil

pengukuran, yang terdiri dari angka eksak dan satu angka terakhir yang

ditaksir (atau diragukan). Bila kita mengukur panjang suatu benda dengan

mistar berskala mm dan melaporkan hasilnya dalam 4 angka penting,

yaitu 114,5 mm. Jika panjang benda tersebut kita ukur dengan jangka

sorong maka hasilnya dilaporkan dalam 5 angka penting, misalnya 114,40

mm, dan jika diukur dengan mikrometer sekrup maka hasilnya dilaporkan

dalam 6 angka penting, misalnya 113,390 mm.

Ini menunjukkan bahwa banyak angka penting yang dilaporkan

sebagai hasil pengukuran mencerminkan ketelitian suatu pengukuran.

Makin banyak angka penting yang dapat dilaporkan, makin teliti

pengukuran tersebut. Tentu saja pengukuran panjang dengan mikrometer

sekrup lebih teliti dari jangka sorong dan mistar. Hal ini dikarenakan

mikrometer sekrup memiliki ketelitian yang lebih kecil.

Menurut Martin (2007) pada hasil pengukuran mistar tadi

dinyatakan dalam bilangan penting yang mengandung 4 angka penting :

114,5 mm. Tiga angka pertama, yaitu: 1, 1, dan 4 adalah angka eksak

karena dapat dibaca pada skala. Sedangkan satu angka terakhir, yaitu 5

adalah angka taksiran karena angka ini tidak bisa dibaca pada skala,

tetapi hanya ditaksir. Angka penting memilki beberapa peraturan yang

7

Page 8: isi makalah b

terkait.

Aturan-aturan angka penting:

a. Semua angka bukan nol adalah angka penting.

b. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol termasuk angka

penting.

c. Semua angka nol yang terletak pada deretan akhir dari angka-angka

yang ditulis di belakang koma desimal termasuk angka penting.

d. Angka-angka nol yang digunakan hanya untuk tempat titik desimal

adalah bukan angka penting.

Bilangan-bilangan puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya yang

memiliki angka-angka nol pada deretan akhir harus dituliskan dalam

notasi ilmiah agar jelas apakah angka-angka nol tersebut adalah angka

penting atau bukan. Bilangan penting diperoleh dari kegiatan mengukur,

sedangkan bilangan eksak diperoleh dari kegiatan membilang. Hasil

perkalian atau pembagian antara bilangan penting dengan bilangan eksak

hanya boleh memiliki angka penting sebanyak bilangan pentingnya.

Angka lebih kecil dari sama dengan 4 ditiadakan dalam pembulatan,

sehingga angka sebelumnya tidak berubah.

Menurut (Giancoli, 2001:9) “sebagai aturan umum, hasil akhir dari

perkalian atau pembagian harus memiliki digit hanya sebanyak digit pada

angka dengan jumlah angka penting terkecil yang digunakan pada

perhitungan tersebut.”

8

Page 9: isi makalah b

Menurut Martin (2007) banyak angka penting dalam hasil perkalian

atau pembagian bilangan-bilangan penting sama dengan banyak angka

penting dari bilangan penting yang memiliki angka penting paling sedikit.

Hasil penjumlahan atau pengurangan bilangan-bilangan penting hanya

boleh mengandung satu angka taksiran. Hasil memangkatkan atau

menarik akar suatu bilangan penting hanya boleh memiliki angka penting

sebanyak angka penting dari bilangan penting yang dipangkatkan atau

ditarik akarnya. Berikut ini beberapa contoh mengenai angka penting.

Contoh:

0,00345 3 angka penting

182,320 6 angka penting

3,33 x 107 3 angka penting

2.2.Perhitungan panjang

Menurut (Frauenfelder,1965:2) “The measurement of space is

based on a unit of length. A definition of the standard of length determines

the units of area and volume as well as the unit of length”

Pada tahun 1960 standar atomic untuk meter telah ditetapkan, dengan menggunakan panjang gelombang dari cahaya jingga-merah yang diemisikan oleh atom-atom krypton (86Kr) di dalam suatu tabung lucutan cahaya. Pada November 1983 standar panjang berubah lagi, secara lebih radikal. Laju rambat cahaya dalam ruang hampa didefinisikan dengan tepat sebagai 299.792.458 m/s. Meter didefinisikan ulang supaya konsisten dengan bilangan ini dan dengan definisi sekon di atas. Karena itu, definisi baru dari meter adalah jarak yang ditempuh oleh cahaya di ruang hampa dalam 1/299.792.458 sekon. Cara ini memberikan

9

Page 10: isi makalah b

standard panjang yang jauh lebih teliti daripada standard yang didasarkan pada panjang gelombang cahaya (Young, 2002:4).

Pada pertengahan abad kedua puluh prototipe bar meteran tidak

lagi cukup baik sebagai sebuah standar panjang. standar sekunder bisa

dibandingkan dengan hanya untuk akurasi kira-kira satu bagian dalam

sepuluh juta. Sementara itu persyaratan untuk teknologi industri modern

menyerukan toleransi urutan 10-7. Patut diperhatikan bahwa definisi meter

sebagai satuan dasar panjang adalah bergantung dari definisi detik,

seperti yang ditunjukan oleh persamaan di atas. Awalan yang sering

digunakan untuk kelipatan meter adalah sebagai berikut.

10-12 meter

10-9 meter

10-6 meter

10-3 meter

10-2 meter

10-1 meter

101 meter

102 meter

103 meter

106 meter

pikometer (pm)

nanometer (nm)

mikrometer (μm)

milimeter(mm)

sentimeter (cm)

desimeter (dm)

dekameter (dam)

hektometer (hm)

kilometer (km)

megameter (Mm)

10

Satuan Nama Satuan

Page 11: isi makalah b

109 meter

1012 meter

gigameter (Gm)

terameter (Tm)

(Young, 2002: 5)

Batangan standard Prototipe Meter Internasional terbuat dari

platinum-iridium. Batangan ini digunakan sebagai standard sampai tahun

1960, dimana sistem SI yang baru menggunakan pengukuran spektrum

krypton sebagai dasarnya. Pada tahun 1983, satuan meter yang berlaku

didefinisikan dengan hubungannya terhadap kecepatan cahaya di ruang

hampa. Alat untuk mengukur panjang ada bermacam-macam tergantung

pada ukuran benda yang akan diukur ( Halliday, 1992: 7-9 )

Alat-alat itu diantaranya adalah penggaris, mistar, meteran, jangka

sorong, dan micrometer skrup. Kita sudah biasa melihat penggaris, mistar,

dan meteran dalam kehidupan sehari-hari. Maka kita membahas lebih

lanjut mengenai jangka sorong dan micrometer skrup. Jangka sorong dan

micrometer skrup butuh ketelitian khusus dalam penggunaannya, berikut

ini spesifikasi dari kedua alat tersebut :

A. Micrometer skrup

Micrometer skrup dapat digunakan untuk mengukur benda yang

mempunyai ukuran kecil dan tipis, seperti tebal kertas, diameter kawat

dan lain-lain. Micrometer skrup memiliki ketelitian 0,01 mm.

B. Jangka sorong

11

Page 12: isi makalah b

Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter suatu benda

kecil, diameter dalam pipa kecil dan kedalaman air yang dangkal. Jangka

sorong memiliki ketelitian 0,1 mm.

2.3. Perhitungan massa

Standar massa, kilogram, didefinisikan sebagai massa suatu tabung yang terbuat dari paduan (alloy) platinum-iridium. Tabung tersebut disimpan di Internasional Bureau of Weights and Measures di Sevres, dekat Paris. Suatu standar atomic dari massa akan membuatnya lebih mendasar lagi, tetapi hingga sekarang kita belum dapat mengukur massa dalam skala atomik dengan akurasi seperti dalam skala makroskopik. Gram adalah 0,001 kilogram (Young, 2002:4)

Material diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk, seperti :

a. Unsur, merupakan bentuk materi terkecil setelah atom. Unsur tidak

dapat lagi diurai secara kimia.

b. Senyawa adalah bentuk materi yang tersusun dari beberapa

molekul

c. Campuran adalah bentuk-bentuk materi yang terdiri dari kombinasi

kimiawi terikat unsur atau senyawa (Frauenfelder,1965: 3)

Satuan massa dalam Sistem International adalah "kilogram"

(disingkat kg). Definisi adalah massa sebuah kilogram standar, silinder

platinum-iridium yang disimpan di lembaga Timbangan dan Ukuran

Internasional (CGPM ke-1, 1899). Dalam skala atomik, kita memiliki

standar massa kedua, bukan satuan SI yaitu massa dari atom C12 yang

12

Page 13: isi makalah b

berdasarkan perjanjian internasional diberi harga, tepat, dan perdefinisi,

sebesar 12 satuan massa atom terpadu ( Halliday, 2002: 10)

Satuan massa dapat diturunkan dari satu kilogram standar yang

telah ditentukan sebagai berikut :

a. 1 ton = 1.000 kg = 103 kg

b. 1 kuintal = 100 kg = 102 kg

c. 1 hektogram (hg) = 1 ons = 0,1 kg = 10-1 kg

d. 1 dekagram (dag) = 0,01 kg = 10-2 kg

e. 1 gram (g) = 0,001 kg = 10-3 kg

f. 1 miligram (mg) = 0,000001 kg = 10-6 kg

g. 1 mikrogram (mg) = 0,000000001kg = 10-9 kg ( Young, 2002: 5 )

Agar memudahkan dalam melakukan konversi satu satuan SI

besaran massa ke satuan SI lainnya dapat kita gunakan tangga satuan

besaran massa di bawah ini

13

Page 14: isi makalah b

Pengukuran massa dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang

dinamakan timbangan atau dacin. Timbangan yang biasa dipakai dalam

dunia pendidikan adalah neraca O’hauss.

2.4.Perhitungan waktu

Pada tahun 1889 sampai 1967, satuan waktu didefinisikan sebagai satu fraksi tertentu dari rata-rata lamanya siang hari (yaitu saat matahari bersinar), waktu rata-rata antara kedatangan berturut-turut matahari pada titik tertingginya di langit. Standar yang sekarang digunakan, dibuat tahun 1967, jauh lebih teliti. Standard itu berdasarkan pada jam atomic, yang menggunakan beda energy antara dua tingkat energy terendah dari atom cesium. Ketika ditembaki dengan gelombang mikro pada frekuensi yang tepat, atom cesium mengalami transisi dari salah satu dari kedua tingkat energy ini ke tingkat energy satunya. Satu sekon didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk melakukan 9.192.631.770 siklus dari radiasi ini. (Young, 2002:4)

Detik atau sekon adalah satuan waktu dalam SI (Sistem

Internasional) yang didefinisikan sebagai durasi selama 9.192.631.770 kali

periode radiasi yang berkaitan dengan transisi dari dua tingkat hyperfine

14

Page 15: isi makalah b

dalam keadaan ground state dari atom cesium-133 pada suhu nol kelvin.

Dalam penggunaan yang paling umum, satu detik adalah 1/60 dari satu

menit, dan 1/3600 dari satu jam. Pada awalnya, istilah second dalam

bahasa Inggris dikenal sebagai "second minute" (menit kedua), yang

berarti bagian kecil dari satu jam. Bagian yang pertama dikenal sebagai

"prime minute" (menit perdana) yang sama dengan menit seperti yang

dikenal sekarang.

Besarnya pembagian ini terpaku pada 1/60, yaitu, ada 60 menit di

dalam satu jam dan ada 60 detik di dalam satu menit. Ini mungkin

disebabkan oleh pengaruh orang-orang Babylonia, yang menggunakan

hitungan sistem berdasarkan sexagesimal (basis 60). Istilah jam sendiri

sudah ditemukan oleh orang-orang Mesir dalam putaran bumi sebagai

1/24 dari mean hari matahari. Ini membuat detik sebagai 1/86.400 dari

mean hari matahari. Di tahun 1956, International Committee for Weights

and Measures (CIPM), dibawah mandat yang diberikan oleh General

Conference on Weights and Measures (CGPM) ke sepuluh di tahun 1954,

menjabarkan detik dalam periode putaran bumi di sekeliling matahari di

saat epoch, karena pada saat itu telah disadari bahwa putaran bumi di

sumbunya tidak cukup seragam untuk digunakan sebagai standar waktu

(Halliday, 2002: 12-15)

Gerakan bumi itu digambarkan di Newcomb's Tables of the Sun

(Daftar matahari Newcomb), yang mana memberikan rumusan untuk

gerakan matahari pada epoch di tahun 1900 berdasarkan observasi

15

Page 16: isi makalah b

astronomi dibuat selama abad ke delapanbelas dan sembilanbelas.

Dengan demikian detik didefinisikan sebagai 1/31.556.925,9747 bagian

dari tahun matahari di tanggal 0 Januari 1900 jam 12 waktu ephemeris.

Definisi ini diratifikasi oleh General Conference on Weights and Measures

ke sebelas di tahun 1960. Referensi ke tahun 1900 bukan berarti ini

adalah epoch dari mean hari matahari yang berisikan 86.400 detik

(Halliday, 2002: 12-15)

Melainkan ini adalah epoch dari tahun tropis yang berisi

31.556.925,9747 detik dari Waktu Ephemeris. Waktu Ephemeris

(Ephemeris Time - ET) telah didefinisikan sebagai ukuran waktu yang

memberikan posisi obyek angkasa yang terlihat sesuai dengan teori

gerakan dinamis Newton. Dengan dibuatnya jam atom, maka

ditentukanlah penggunaan jam atom sebagai dasar pendefinisian dari

detik, bukan lagi dengan putaran bumi. Dari hasil kerja beberapa tahun,

dua astronomer di United States Naval Observatory (USNO) dan dua

astronomer di National Physical Laboratory (Teddington, England)

menentukan hubungan dari hyperfine transition frequency atom caesium

dan detik ephemeris (Halliday, 2002: 12-15)

Dengan menggunakan metode pengukuran common-view

berdasarkan sinyal yang diterima dari stasiun radio WWV, mereka

menentukan bahwa gerakan orbital bulan disekeliling bumi, yang dari

mana gerakan jelas matahari bisa diterka, di dalam satuan waktu jam

atom. Sebagai hasilnya, di tahun 1967, General Conference on Weights

16

Page 17: isi makalah b

and Measures mendefinisikan detik dari waktu atom dalam International

System of Units (SI) sebagai durasi sepanjang 9.192.631.770 periode dari

radiasi sehubungan dengan transisi antara dua hyperfine level dari ground

state dari atom caesium-133. Ground state didefinisikan di ketidak-adaan

(nol) medan magnet. Detik yang didefinisikan tersebut adalah sama

dengan detik ephemeris (Halliday, 2002: 12-15)

Definisi detik yang selanjutnya adalah disempurnakan di pertemuan

BIPM untuk menyertakan kalimat “definisi ini mengacu pada atom

caesium yang diam pada temperatur 0 K”. Dalam prakteknya, ini berarti

bahwa realisasi detik dengan ketepatan tinggi harus mengkompensasi

efek dari radiasi sekelilingnya untuk mencoba mengextrapolasikan ke

harga detik seperti yang disebutkan di atas. Dalam pengukuran waktu,

digunakan beberapa alat yaitu jam analog, stop watch, jam atom, jam

digital, jam matahari ataupun jam pasir. Semua alat itu dapat kita

manfaatkan untuk mengukur waktu, kita dapat memilih untuk

menggunakan sesuai dengan kebutuhan kita.

2.5.Hubungan keakuratan pengukuran terhadap perhitungan

panjang, massa, dan waktu.

Hubungan ketidak akuratan pada pengukuran disebabkan adanya

kesalahan baik si pengukur maupun alat ukur panjang, massa dan waktu.

Ketidak akuratan merupakan penyimpangan nilai yang diukur dari nilai

sebenarnya. Ketidak akuratan dalam pengukuran terjadi karena kurang

17

Page 18: isi makalah b

terampilnya kita dalam menggunakan alat ukur, kurang teliti dalam

pembacaan alat ukur, kesalahan pada alat ukur, alat ukur tidak dari titik

nol, kesalahan cara pandang alat ukur, dan kesalahan juga dapat terjadi

karena faktor eksternal seperti pada zat kimia yang mudah menguap

hingga ukuran volumenya mudah berubah.

Oleh karena itu, kita harus benar – benar terlatih dalam menggunakan

alat ukur dengan tepat agar kesalahan dalam pengukuran dapat

diminimalisir. Kita juga harus tepat menggunakan alat ukur sesuai

kebutuhannya, misalnya saat kita ingin mengukur diameter sehelai rambut

kita tidak bisa menggunakan penggaris sebagai alat ukur, kita harus

menggunakan mikrometer skrup karena memiliki ketelitian lebih tinggi.

Cara pandang kita harus lurus terhadap batas ukur agar tidak terjadi

kesalahan baca pada alat ukur. Selain itu, kesalahan pengukuran akibat

faktor eksternal dapat diatasi dengan mengambil rata-rata pengukuran.

Dalam perhitungan panjang, massa dan waktu kita harus benar-benar

melakukan pengukuran seakurat mungkin agar tidak terjadi kesalahan

dalam menginformasikan secara kuantitatif perhitungan yang sudah

dilakukan.

18

Page 19: isi makalah b

BAB III

P E N U T U P

3.1.Kesimpulan

1. Pengukuran adalah tindakan dari proses dari mengukur. Mengukur

adalah membandingkan antara dua hal, biasanya salah satunya

adalah suatu standar yang menjadi alat ukur.

2. Cara melakukan perhitungan panjang adalah dengan menggunakan

alat ukur panjang, misalnya penggaris, mistar, meteran, jangka sorong,

dan micrometer sekrup.

3. Cara melakukan perhitungan massa adalah dengan menggunakan alat

ukur massa, misalnya timbangan atau dacin dan neraca O’Hauss.

4. Cara melakukan perhitungan waktu adalah dengan menggunakan alat

ukur waktu, misalnya jam analog, stop watch, jam atom, jam digital, jam

matahari ataupun jam pasir.

5. Ketidakakuratan dalam pengukuran dapat terjadi akibat dari kesalahan

dari pengukur maupun kesalahan dari alat ukur. Ada 3 macam

ketidakakuratan dalam pengukuran ,yaitu ketidakakuratan umum,

ketidakakuratan acak, dan ketidakakuratan sistematis

19

Page 20: isi makalah b

3.2.Saran

Dalam kehidupan sehari-hari kita harus membiasakan diri untuk

melakukan perhitungan dengan akurat dan teliti. Kesalahan yang kita buat

menjadi semakin kecil. Karena pengukuran tidak lengkap tanpa bilangan.

20

Page 21: isi makalah b

DAFTAR PUSTAKA

Alonso, Marcelo dan Edward J. Finn. Dasar-dasar Fisika Universitas edisi ke 2. Jakarta: Erlangga, 1980

Browne, Michael E. Schaum Outline of Theory and Problems of Physics for Engineering and Science. United State of America: McGraw-hill book company, 2004

Frauenfelder, P dan P. Huber, Introduction To Physics. Basel: Pergamon Press, 1966

Giancoli, Douglas C. Fisika edisi ke 5 jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2001.

Halliday, David dan Robert Resnick. Fisika edisi ke-3. Jakarta: Erlangga, 1992

Kertiasa, Nyoman. Fisika 1 Petunjuk Guru. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.

Marion, Jerry B. Physics and Physical Universe Third Edition. United State of America: John Wiley & Sons, Inc, 1980

Sirait, Martin TH. “Besaran Pokok dan Angka Penting”. http://mharteens.wordpress.com/2007/11/08, diakses 5 Maret 2010

____________. “Notasi dan Angka Penting”. http://kontek-martin07.blogspot.com/, diakses 5 Maret 2010

Smith, Alpheus W dan John N. Cooper. Element of Physics. United State of America: McGraw-hill book company, 1964

Tipler, Paul A. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga,1998

Young, Hugh D dan Roger A. Freedman. Fisika Universitas edisi 10 jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2002

21