bab i pendahuluan-finish

52
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, ras, dan suku bangsa untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter. Masalah utama dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta ialah penggunaan metode atau model pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran Budaya Demokrasi belum tepat, belum memenuhi muatan tatanan nilai, agar dapat diinternalisasikan pada diri siswa serta mengimplementasikan hakekat pendidikan nilai dalam kehidupan sehari-hari-belum memenuhi harapan seperti yang diinginkan. Hal ini berkaitan dengan metode pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) terkesan sangat 1

Upload: syusma

Post on 25-Jun-2015

158 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Pendahuluan-finish

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,

sosiokultural, bahasa, usia, ras, dan suku bangsa untuk menjadi warganegara

Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter. Masalah utama dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas XI IPS 3 SMA Negeri

8 Surakarta ialah penggunaan metode atau model pembelajaran dalam

menyampaikan materi pelajaran Budaya Demokrasi belum tepat, belum

memenuhi muatan tatanan nilai, agar dapat diinternalisasikan pada diri siswa serta

mengimplementasikan hakekat pendidikan nilai dalam kehidupan sehari-hari-

belum memenuhi harapan seperti yang diinginkan.

Hal ini berkaitan dengan metode pembelajaran dalam Proses Belajar

Mengajar (PBM) terkesan sangat kaku, kurang fleksibel, kurang demokratis, dan

guru cenderung lebih dominan. Guru PKn di SMA N 8 Surakarta mengajar lebih

banyak mengejar target yang berorientasi pada nilai ujian akhir, disamping masih

menggunakan model konvensional yang monoton, aktivitas guru lebih dominan

daripada siswa, akibatnya guru seringkali mengabaikan proses pembinaan tatanan

nilai, sikap, dan tindakan, sehingga siswa menjadi jenuh dan tidak

memperhatikan.

1

Page 2: Bab i Pendahuluan-finish

2

Kurangnya perhatian dari siswa dalam mengikuti pelajaran merupakan

hambatan yang paling utama. Materi budaya demokrasi merupakan materi

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas XI Sekolah Menengah Atas

(SMA). Perhatian siswa pada saat mengikuti materi tersebut sangat rendah, di

kelas XI IPS 3 tersebut terdiri dari empat puluh dua siswa. Dari jumlah

tersebut berdasarkan hasil observasi pendahuluan hanya ada 20 siswa yang

serius memperhatikan materi pelajaran, sedangkan siswa lainnya kurang

memperhatikan. Hal ini merupakan masalah yang sangat serius untuk

ditindak lanjuti.

Saat mengikuti pelajaran di kelas siswa diharapkan untuk serius dan

tenang serta fokus pada materi pelajaran, dengan demikian siswa akan lebih

berkonsentrasi pada materi, sehingga apa yang menjadi tujuan utama materi

pelajaran itu tercapai. Untuk mengatasi masalah tersebut guru sudah

berupaya mengambil tindakan dengan berbagai metode pembelajaran. Salah

satunya dengan metode diskusi dan ceramah tetapi cara itu belum berhasil.

Siswa kurang aktif dan merasa bosan. Untuk itu guru mencoba menggunakan

strategi lain salah satunya adalah Role Playing. Strategi ini diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman siswa dalam mengikuti materi pelajaran budaya

demokrasi. Melalui strategi Role Playing siswa itu harus berperan serta dalam

menilai apa yang ada di dalam materi, sehingga kecenderungan siswa untuk

ramai sendiri itu tidak ada. Dengan demikian diharapkan perhatian siswa dalam

mengikuti pelajaran di dalam kelas semakin meningkat.

2

Page 3: Bab i Pendahuluan-finish

3

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas tentang “Penerapan Strategi

Role Playing untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi Budaya

Demokrasi dalam Mata Pelajaran PKn bagi Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8

Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”.

B. Identikasi Masalah

Upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi budaya

demokrasi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berhubungan baik

dari diri siswa atau dari luar siswa. Beberapa masalah yang berhubungan dengan

upaya untuk meningkatkan perhatian siswa pada materi demokrasi antara lain:

siswa, guru, suasana kelas dan penerapan strategi pembelajaran. Selain itu masih

banyak lagi masalah yang dapat dikemukakan dan yang herhubungan dengan

upaya meningkatkan pemahaman pada materi demokrasi. Berdasarkan latar

belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dipandang cukup

penting untuk mengadakan penelitian tindakan kelas tentang “Penerapan

Strategi Role Playing untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi

Budaya Demokrasi dalam Mata Pelajaran PKn bagi Siswa Kelas XI IPS 3 SMA

Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”.

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang berkaitan dengan judul di atas sangat luas, sehingga

tidak mungkin semua permasalahan itu dapat terselesaikan. Oleh karena itu

3

Page 4: Bab i Pendahuluan-finish

4

perlu pembatasan dan pemfokusan masalah sehingga yang diteliti lebih jelas

dan kesalahpahaman dapat dihindari. Dalam penelitian ini penulis membatasi

variabel penelitian sebanyak dua jenis.

1. Variabel penerapan strategi Role Playing (bermain peran) sebagai

variabel terikat.

Adapun yang menjadi bagian dari variabel tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Siswa SMA Negeri 8 Surakarta.

b. Kelas XI IPS 3 Semester 2.

c. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi Budaya Demokrasi.

2. Variabel meningkatkan pemahaman siswa sebagai variabel bebas.

Adapun yang menjadi bagian dari variabel tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Intensitas pemahaman siswa dalam mengikuti pelajaran.

b. Intensitas pemahaman siswa dalam peran permainan.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan bagian terpenting yang harus ada dalam

penulisan karya ilmiah. Oleh karena itu, sebelum melakukan penelitian, harus

mengetahui terlebih dahulu perrnasalahan yang ada. Dengan permasalahan yang

jelas maka proses pemecahannya akan terarah dan terfokus. Berdasarkan latar

belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan

sebagai berikut: "Apakah penerapan strategi Role Playing pada materi budaya

4

Page 5: Bab i Pendahuluan-finish

5

demokrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa saat mengikuti pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas XI SMA IPS 3 Negeri 8

Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010?”.

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

a. Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam proses kegiatan

pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan.

b. Untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam proses kegiatan pembelajaran

Pendidikan kewarganegaraan.

2. Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi Budaya Demokrasi

dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui penerapan

strategi Role Playing bagi siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Dari hasil penelitian diharapkan mendapatkan teori baru tentang peningkatan

pemahaman siswa melalui strategi Role Playing (bermain peran).

b. Sebagai dasar untuk kegiatan selanjutnya yang sejenis.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, dapat memberikan pemahaman pada materi demokrasi

5

Page 6: Bab i Pendahuluan-finish

6

b. Bagi guru, sebagai bahan evaluasi terhadap keberhasilan dalam proses

pembelajaran.

c. Bagi sekolah, memberikan input yang bermanfaat untuk bahan

pertimbangan dalam melaksanakan program kegiatan belajar bagi siswa di

masa yang akan datang.

6

Page 7: Bab i Pendahuluan-finish

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teoritis

1. Penerapan Strategi Role Playing

a. Pengertian Role Playing (bermain peran). Menurut Kiranawati (2009:1),

strategi Role Playing adalah:

Suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.(http://gurupkn. wordpress.com /2007/11/16/metode-role-playing/)

Menurut Erman (2002:12), “strategi Role Playing adalah menyiapkan

skenario pembelajaran dengan permainan, menunjuk beberapa siswa untuk

mempelajari skenario permainan”. Selanjutnya kelompok siswa membahas peran

yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan

dan refleksi.

b. Prosedur atau langkah-langkah strategi Role Playing. Menurut Hamzah

(2007:26) ada sembilan langkah, antara lain:

1) Pemanasan. Guru berupaya memperkenalkan siswa pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajari dan menguasainya.

2) Memilih pemain (partisipan). Siswa dan guru membahas karakter dari setiap pernain dan menentukan siapa yang akan memainkannya.

3) Menata panggung. Dalam hal ini guru mendiskusikan dengan siswa dimana dan bagaimana peran itu akan dimainkan.

4) Guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat.5) Permainan peran dimulai. Permainan peran dilaksanakan secara

spontan.

7

Page 8: Bab i Pendahuluan-finish

8

6) Guru dan siswa mendiskusikan permainan dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan.

7) Permainan peran ulang. Siswa dapat memainkan perannya lebih sesuai dengan skenario.

8) Pembahasan diskusi dan evaluasi lebih diarahkan pada realitas.9) Siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peran

yang telah dilakukan dan dilan;utkan dengan membuat kesimpulan.

c. Kelebihan dan kekurangan bermain peran (Role Playing). Menurut Alim

(2006:1), kelebihan strategi Role Playing adalah sebagai berikut:

1) Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.

2) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.3) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam

situasi dan waktu yang berbeda.4) Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada

waktu melakukan permainan. (http://learning-withme.blogspot.com).

Kelemahan strategi bermain peran (Role Playing). Kelemahan Role Playing

menurut Blatner sebagaimana dikutip Kurniawati (2006:1), antara lain:

1) Bermain peran merupakan satu metode belajar yang memungkinkan adanya improvisasi dari para pelakunya. Kemampuan untuk melakukan improvisasi ini menuntut rasa keamanan, sehingga pengajar harus memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempelajari peran yang diberikan lebih dulu (warming-up process). Warming-up ini sebenarnya sudah merupakan bagian dari bermain peran itu sendiri, sehingga waktu akan terkurangi.

2) Adanya anggapan bahwa kemampuan interpersonal lebih mudah dari kemampuan teknis, sehingga mereka cenderung berfikir mampu melakukan permainan peran meski mereka belum pernah memperoleh materi/tema yang akan diperankan (www.snapdrive.net).

2. Peningkatan Pemahaman Siswa

a. Pengertian pemahaman. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia,

pemahaman berasal dari kata paham. Paham berarti pengertian, pendapat atau

pikiran, mengerti benar akan. Oleh karena itu arti kata pemahaman adalah proses,

perbuatan, cara memahami atau memahamkan (Depdikbud, 1989:636), sedangkan

dalam pengertian lain bahwa arti pemahaman adalah perbuatan atau cara

8

Page 9: Bab i Pendahuluan-finish

9

memahami sesuatu. (Poerwadarminta, 1986:694). Jadi dapat disimpulkan bahwa

pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami

sesuatu setelah diketahui dan diingat melalui suatu proses. Pemahaman dapat

dimiliki seseorang setelah mengetahui dan mengerti sesuatu.

b. Macam-macam pemahaman. Menurut Walgito (1997:57), bahwa

pemahaman itu ada bermacam-macam, sesuai dari segi wana pemahaman itu

akan ditinjau meliputi sebagai berikut:

Dilihat dari banyaknya objek yang dapat dicakup oleh pemahaman pada suatu waktu dibedakan menjadi:1) Pemahaman yang sempit, yaitu pemahaman individu pada suatu waktu

hanya dapat memperhatikan sedikit objek.2) Pemahaman yarg luas, yaitu pemahaman individu pada suatu waktu

dapat memperhatikan banyak objek pada suatu saat sekaligus.Sehubungan dengan ini pemahaman dapat juga dibedakan atas:1) Pemahaman yang terpusat, yaitu individu pada suatu walau hanya dapat

memusatkan pemahamannya pada sesuatu objek. Pada umumnya orang yang mempunyai pemahaman yang sempit sejalan dengan pemahaman yang terpusat.

2) Pemahaman yang terbagi-bagi, yaitu individu pada suatu waktu dapat memahami banyak hal atau objek. Pada umumnya or -ang yang mempunyai pemahaman yang luas sejalan dengan pemahaman yang terbagi ini.

Dilihat dari fluktuasi pemahaman dapat dibedakan menjadi:1) Pemahaman yang statis, yaitu individu dalam waktu yang tertentu dapat

dengan statis atau tetap pemahamannya tertuju kepada objek tertentu. Orang yang mempunyai perhatian semacam ini sukar memindahkan perhatiannya dari satu objek ke objek lain.

2) Pemahaman yang dinamis, yaitu individu dapat memindahkan pemahamannya secara lincah dari satu objek ke objek lain. Individu yang mempunyai pemahaman semacam ini akan mudah memindahkan pemahamannya dari satu objek ke objek lain.

3. Penerapan strategi Role Playing untuk meningkatkan pemahaman siswa

Mata pelajaran PKn merupakan kelompok program normatif yang

mempunyai jumlah jam tatap muka setiap minggunya. Dalam proses

pembelajaran diperlukan adanya interaksi antara guru dan siswa agar terjadi

9

Page 10: Bab i Pendahuluan-finish

10

timbal balik dalam kegiatan pembelajaran di kelas tersebut, sehingga siswa juga

ikut berperan. Narnun dengan perhatian siswa belum tentu menjamin tingkat

keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar. Karena tidak semua siswa akan

memperhatikan penjelasan dari guru, semua itu dikarenakan dari faktor-faktor

tertentu. Pemahaman pada materi demokrasi dalam mata pelajaran PKn akan

meningkat apabila ada suatu tindakan dengan strategi Role playing, dengan

demikian hasil pembelajaran akan menjadi lebih baik dan lebih sempurna dari

yang sebelumnya.

4. Materi Budaya Demokrasi

a. Pengertian Budaya. Menurut Soerjanto Poespowardojo (1993:1),

menjelaskan bahwa budaya adalah:

Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang. dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. (yang dikutip dalam http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-budaya-kerja-dan-tujuan-manfaat-penerapannya-pada-lingkung-an-sekitar).

b. Pengertian Demokrasi. Menurut Budiarjo (1999:50), istilah demokrasi

menurut asal kata berarti “rakyat berkuasa” atau “government or rule by the

people” (kata Yunani demos berarti rakyat, kratos atau kratein berarti kekuasaan

atau berkuasa). Demokrasi dirumuskan pula sebagai suatu sistem bermasyarakat

dan bernegara yang penekanan pada kekuasaan di tangan rakyat, baik dalam

penyelenggaraan negara maupun pemerintahan.

c. Syarat Pemerintahan Demokrasi. Menurut International Commission of

Jurists suatu organisasi ahli hukum internasional dalam konferensinya di Bangkok

10

Page 11: Bab i Pendahuluan-finish

11

tahun 1965, dikemukakan bahwa syarat dasar untuk terselenggaranya

pemerintahan yang demokratis di bawah Rule of Law ialah:

1) Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi; selain dari menjamin hak-hak individu, harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin,

2) Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak (independent and impartial tribunals),

3) Pemilihan umum yang bebas,4) Kebebasan untuk menyatakan pendapat,5) Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan

beroposisi, 6) Pendidikan kewarganegaraan (Budiarjo, 1999:60).

d. Lembaga Penunjang Demokrasi. Menurut Budiarjo (1999:64), lembaga-

lembaga yang menunjang pelaksanaan demokrasi dalam suatu negara antara lain

adalah:

1) Pemerintahan yang bertanggung jawab. Penyelenggaraan pemerintahan dapat dan mau mempertanggungjawabkan pelaksanaan pemerintahan yang dilakukan kepada rakyatnya.

2) Dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan dan kepentingan dalam masyarakat. Diadakan pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang mengawasi jalannya pemerintahan.

3) Organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai politik. Partai-partai politik menyelenggarakan hubungan yang kontinyu antara masyarakat dan pemimpinnya.

4) Pers dan media massa untuk menyatakan pendapat. Pers memperoleh jaminan dalam menyuarakan pendapat dan memberitakan suatu kejadian.

5) Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak asasi dan mempertahankan keadilan. Lembaga peradilan yang mengatur tata cara dan sistem hukum kehidupan bermasyarakat.

B. Penelitian Yang Relevan

11

Page 12: Bab i Pendahuluan-finish

12

Kreativitas siswa dapat tercapai apabila ada pemahaman siswa mengenai

materi yang diherikan dengan Role Playing dalam belajar ataupun perhatian

dalam proses pembelajaran. Guru dituntut untuk memberikan penjelasan kepada

siswa mengenai strategi-strategi yang digunakan dalam proses belajar mengajar,

sehingga siswa dapat memahami strategi belajar yang akan digunakan dalam

proses belajar mengajar.

Hasil penelitian Muti’ah (2008:58) membuktikan adanya peningkatan

hasil belajar setelah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Role Playing, hasil penilaian aspek afektif pada siklus I rata-rata

sebesar 29 (kurang berhasil), pada siklus II rata-rata sebesar 36.75 (cukup

berhasil), dan pada siklus III rata-rata sebesar 40.12 (berhasil). Dengan

meningkatnya hasil belajar (nilai) siswa, maka akan meningkat pula

pemahaman siswa pada materi yang telah dipelajari. Hasil penelitian Khotimah,

(2009), bahwa penerapan strategi bermain peran (Role Playing) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa meningkat 66,67% pada siklus pertama menjadi

83,33% pada siklus kedua (http://karya-ilmiah.um.ac.id). Dengan meningkatnya

pemahaman siswa akan dapat mencapai prestasi belajar siswa dengan maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dipahami bahwa metode dan

model pembelajaran merupakan faktor yang berpengaruh terhadap

pemahaman siswa. Oleh karena itu, sangat beralasan diadakan kajian

mengenai pemahaman siswa pada materi Budaya Demokrasi dalam pelajaran

pendidikan kewarganegaraan melalui strategi Role Playing.

12

Page 13: Bab i Pendahuluan-finish

13

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teoritis di atas, maka dapat disusun kerangka

pemikiran bahwa dengan penelitian penerapan strategi Role Playing akan

meningkatkan pemahaman siswa khususnya pada materi Budaya Demokrasi

di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta 2009/2010. Strategi Role Playing

diharapkan dapat menuntun siswa untuk mengenal, memahami, dan

memerankan materi, sehingga dapat menjadi bekal bagi siswa untuk

mendalami materi yang telah disampaikan oleh guru. Metode Role Playing

ini sebag ai bentuk upaya peningkatan pemahaman siswa. Dari kerangka

pemikiran di atas, secara skema kerangka pemikiran sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Siswa banyak yang ramai dan kurang aktif.

Pemahaman siswa terhadap materi kurang.

Tindakan 1Guru mengajar dengan metode ceramah dan diskusiTindakan 2Penerapan strategi Role Playing

Penerapan strategi Role Playing dapat meningkatkan pemahaman siswa mata pelajaran PKn khususnya materi Budaya Demokrasi.

13

Page 14: Bab i Pendahuluan-finish

14

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Diduga penerapan strategi

Role Playing dapat meningkatkan pemahaman materi Budaya Demokrasi dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA

Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”.

14

Page 15: Bab i Pendahuluan-finish

15

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di SMA Negeri 8 Surakarta kelas XI IPS 3

Tahun Pelajaran 2009/2010. Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan sejak persiapan

sampai dengan penulisan laporan penelitian secara keseluruhan dilakukan selama

kurang lebih empat bulan, yaitu sejak bulan April sampai dengan bulan Juli 2010.

Adapun tahap-tahap perincian kegiatan pokok yang dilakukan adalah

sebagaimana dipaparkan dalam tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Perincian Kegiatan Penelitian

No Nama Kegiatan

Bulan Pelaksanaan Penelitian Tahun 2010

April Mei Juni Juli

2010 2010 2010 2010

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41. Tahap Persiapan x x x x

Penyusunan proposal x

Mengurus Perijinan xMenyusun Instrumen x x x

2. Tahap pelaksanaan x x x xPengumpulan Data xAnalisis Data x xPerumusan Hasil Penelitian

x

3. Tahap penyelesaian x x x xPenyelesaian kerangka laporan

x

Penulisan Laporan xRevisi dan Editing Laporan

x

Penyerahan Laporan x

15

Page 16: Bab i Pendahuluan-finish

16

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah seluruh siswa

kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 dengan

jumlah siswa 40 siswa, yang terdiri dari 22 siswa putra dan 18 siswa putri.

C. Sumber Data

Menurut Moleong (2007:157), "sumber data utama dalam penelitian kualitatif

ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen

dan lain-lain". Dalam penelitian ini sumber datanya adalah guru mata pelajaran

Pkn kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta, guru sebagai pemberi tindakan dan

siswa sebagai penerima tindakan.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Observasi

Menurut Nawawi dan Martini (1992:74), “observasi adalah pengamatan dan

pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu

gejala atau gejala-gejala pada obyek penelitian”. Dengan observasi peneliti dapat

mengetahui kegiatan peserta didik dalam mempersiapkan, memperhatikan dan

menanggapi penjelasan dari guru selama proses pembelajaran.

2. Metode Wawancara ( Interview)

Menurut Nawawi dan Martini (1992:98), pengertian wawancara sebagai

berikut:

16

Page 17: Bab i Pendahuluan-finish

17

Interview (wawancara) adalah alat yang dipergunakan dalam komunikasi tersebut yang berbentuk sejumlah pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengumpul data sebagai pencari informasi (interviewer atau information) yang dijawab secara lisan pula oleh responden (interviewee).

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan tidak terstruktur karena peneliti tidak menggunakan

pedoman wawancara yang di susun secara sistematis dan lengkap untuk

mengumpulkan datanya sehingga wawancara bebas.

E. Validitas Data

Menurut pendapat Moleong (1991:175-178), dalam penelitian ini pengujian

keabsahan data penulisan dilakukan dengan cara perpanjangan pengamatan dan

triangulasi. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan

derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Selain itu keikutsertaan juga

dimaksudkan untuk membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan

juga kepercayaan peneliti sendiri.

Menurut Patton sebagaimana dikutip Moleong (1991:178), triangulasi

dilakukan dengan cara memanfaatkan metode, ini berarti peneliti mengadakan

pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik

pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data

dengan metode yang sama. Penelitian ini menggunakan obsevasi, wawancara

dokumentasi dan catatan lapangan untuk sumber data yang sama secara serempak.

F. Analisis Data

17

Page 18: Bab i Pendahuluan-finish

18

Menurut Moleong (2004:247), proses analisis data dimulai dengan menelaah

seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara,

pengamatan, yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi,

dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Langkah-langkah analisis data

menurut Miles dan Huberman (1992:15), adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data di lokasi penelitian dengan

melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan menentukan

strategi pengumpulan data yang dipandang tepat dan untuk menentukan fokus

serta pendalaman data pada proses pengumpulan data berikutnya.

2. Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan,

transformasi data kasar yang ada di lapangan langsung, dan diteruskan pada

waktu pengumpulan data, dengan demikian reduksi data dimulai sejak peneliti

mulai memfokuskan wilayah penelitian.

3. Penyajian data, yaitu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan

penelitian dilakukan. Dalam penyajian data diperoleh berbagai jenis metrik

gambar, jaringan kerja, keterkaitan kegiatan atau tabel.

4. Penarikan kesimpulan, yaitu dalam pengumpulan data, peneliti harus mengerti

dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung di lapangan dengan

menyusun pola-pola pengarahan dan sebab-akibat.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis interaktif.

Menurut Miles dan Huberman (1992:20), siklus analisis interaktif dapat

digambarkan dalam bentuk skema berikut ini.

18

Page 19: Bab i Pendahuluan-finish

19

Gambar 2. Komponen-Komponen Analisis Data: Model Interaktif

G. Indikator Kinerja

Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah: diharapkan setelah penerapan

strategi Role Playing, pemahaman siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta

pada mata pelajaran PKn meningkat sebanyak 70% siswa.

H. Prosedur Penelitian

Menurut Suharsini (2006:16), model penelitian tindakan kelas adalah :

”secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1)

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi”.

Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai

berikut pada halaman berikutnya.

Pengumpulan data

Penyajiandata

Kesimpulan- kesimpulan

Penarikan/Varifikasi

Reduksidata

19

Page 20: Bab i Pendahuluan-finish

20

Gambar 3. Prosedur Penelitian

Keterangan:

Tahap 1: Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,

oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang

ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antar pihak yang melakukan

tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.

Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan

implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksanaan guru harus

20

Page 21: Bab i Pendahuluan-finish

21

ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirurnuskan dalam rancangan, tapi

harus tetap berlaku wajar tidak dibuat-buat.

Tahap 3: Pengamatan (Observing)

Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.

Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan dipisahkan dengan pelaksanaan

tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang

ditakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

Tahap 4: Refleksi (Reflecting)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang

sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru

pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan

peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Dalam hal ini

guru pelaksana sedang menyampaikan pengalaman kepada peneliti yang

mengamati kegiatannya dalam tindakan. Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu

ketika guru pelaku tindakan siap mengatakan kepada peneliti tentang hal-hal yang

sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum.

Dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) yang tediri dari dua siklus, yaitu sebagai berikut:

a. Siklus I, yang terdiri dari:

1. Planning (perencanaan)

2. Acting (tindakan)

3. Observing (pengamatan)

4. Reflecting (refleksl)

21

Page 22: Bab i Pendahuluan-finish

22

Keterangan:

Tahap I: Perencanaan (Planning)

Peneliti melakukan perencanaan tindakan kelas yang akan dilakukan untuk

meningkatkan pemahaman siswa kelas XI IPS 3 pada mata pelajaran PKn, karena

pemahaman siswa dirasa kurang karena apabila ada pertanyaan dari guru mereka

tidak dapat menjawabnya meskipun materi sudah disampaikan. Penelitian itu

dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juni 2010 di SMA Negeri 8

Surakarta, oleh guru mata pelajaran PKn, yaitu oleh Ibu Ninik SPd. Tindakan

awal yang dilakukan adalah perencanaan penggunaan strategi Role Playing.

Sebelum guru memulai kegiatan pembelajaran, guru harus menyiapkan atau

menyusun RPP, didalam RPP terdapat pokok-pokok materi yang akan di

sampaikan dan juga metode pembelajaran yang akan di gunakan dalam

penyampaian materi. Selain materi yang akan di sampaikan, juga dicantumkan

perangkat serta instrumen yang akan di gunakan dalam pembelajaran.

Tahap II: Pelaksanaan (Acting)

Dalam penelitian ini guru memilih strategi pembelajaran Role Playing, yaitu

pembelajaran dengan bermain peran, dan peran tersebut dimainkan oleh siswa.

Prosedur atau langkah-langkah dari Role Playing adalah sebagi berikut:

a) Pemanasan. Guru berupaya memperkenalkan siswa pada permasalahan yang

mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajari

dan menguasainya.

b) Memilih pemain (partisipan). Siswa dan guru membahas karakter dari setiap

pernain dan menentukan siapa yang akan memainkannya.

22

Page 23: Bab i Pendahuluan-finish

23

c) Menata panggung. Dalam hal ini guru mendiskusikan dengan siswa dimana

dan bagaimana peran itu akan dimainkan.

d) Guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat.

e) Permainan peran dimulai. Permainan peran dilaksanakan secara spontan.

f) Guru dan siswa mendiskusikan permainan dan melakukan evaluasi terhadap

peran-peran yang dilakukan.

g) Permainan peran ulang. Siswa dapat memainkan perannya lebih sesuai

dengan skenario.

h) Pembahasan diskusi dan evaluasi lebih diarahkan pada realitas.

i) Siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang

telah dilakukan dan dilan;utkan dengan membuat kesimpulan.

Pada penelitian ini guru akan memberikan pelajaran dengan strategi Role

Playing. Guru menyiapkan skenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa

untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian

kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya,

kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil

kelompok, bimbingan penyimpulan dan refleksi.

Tahap III: Pengamatan (Observing)

Dalam tahap ini peneliti hanya mengamati tindakan yang telah direncanakan

pada tahap awal dan tidak melakukan tindakan tersebut, yang melakukan tindakan

adalah guru mata pelajaran PKn kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta.

Tindakan tersebut adalah strategi Role Paying untuk meningkatkan pemahaman

siswa pada saat pelajaran PKn. Pada pengamata tersebut ternyata masih banyak

23

Page 24: Bab i Pendahuluan-finish

24

terjadi kecurangan, misalnya: siswa yang tidak memperhatikan dan pada saat

diskusi tidak bisa menjawab pertanyaan dari siswa lain.

Tahap IV: Refleksi (Reflecting)

Tindakan yang dilakukan oleh guru dirasa belum berhasil, dapat dilihat dari

tingkat perhatian sswa yang masih rendah dan dalam diskusi siswa yang tidak bisa

menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa lain secara balk dan benar sesuai

yang diharapkan.

b. Siklus II, dilakukan untuk menguatkan tindakan pada siklus I yang terdiri dari:

1) Planning (pereneanaan)

2) Acting (tindakan)

3) Observing (pengamatan)

4) Reflecting (refleksi)

Keterangan:

Tahap I: Perencanaan (Planning)

Peneliti melakukan perencanaan tindakan kelas yang akan dilakukan untuk

meningkatkan pemahaman siswa kelas XI IPS 3 pada mata pelajaran PKn, karena

pemahaman siswa dirasa kurang pada materi Budaya Demokrasi mata pelajaran

PKn. Tindakan awal yang dilakukan adalah pemberian tugas serta pemberian

pretest dan post-test, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Pada siklus ke-2 ini akan

diberikan strategi Role Playing kepada para siswa yang kurang memperhatikan

penjelasan dari guru. Diharap dengan tindakan tersebut siswa akan lebih

memperhatikan penjelasan guru sehingga pemahaman rnateri akan semakin

bertambah dan prestasi juga akan lebih meningkat.

24

Page 25: Bab i Pendahuluan-finish

25

Tahap II: Palaksanaan (Acting)

Pada siklus ke-2 penelitian ini guru akan memberikan strategi Role Playing

kepada siswa yang kurang memperhatikan, sedangkan siswa yang pada siklus 1

sudah memperhatikan, dalam strategi ini tidak begitu banyak bermain peran.

Diharapkan para siswa yang kurang memperhatikan akan mengambil peranan

yang lebih besar dalam starategi ini.

Tahap III: Pengamatan (Observing)

Pada tahap ini dilakukan observasi penggunaan strategi Role Playing pada

mata pelajaran PKn dalam materi Budaya Demokrasi. Diharapkan dengan

penggunaan strategi Role Playing para siswa dapat memahami materi Budaya

Demokrasi sesuai dengan yang di harapkan. Pada tindakan ini ada peningkatan

pemahaman siswa karena banyak siswa yang dapat mengerjakan soal dan

menjawab pertanyaan dari guru, ada juga siswa yang masih tidak dapat

memahami materi karena mereka menyepelekan mata pelajaran PKn.

Tahap IV: Refleksi (Reflecting)

Disini guru mata pelajaran PKn kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta

mengatakan kepada peneliti tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik

atau belum, dan sudah berhasil atau belum tindakan yang dilakukan untuk

meningkatkan pemahaman siswa. Ternyata disini tindakan yang dilakukan oleh

guru dirasa cukup berhasil. Dapat dilihat dari observasi yang menunjukkan tingkat

pemahaman siswa yang meningkat karena mampu menjawab pertanyaan yang di

berikan oleh guru.

25

Page 26: Bab i Pendahuluan-finish

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal Penelitian

Dalam proses pembelajaran di dalam kelas guru harus memperhatikan

kondisi kelas, terutama perhatian siswa saat guru menyampaikan materi, sehingga

dapat menciptakan suasana belajar yang efektif di SMA Negeri 8 Surakarta

khususnya di kelas XI IPS 3. Guru mata pelajaran PKn mengalami suatu

permasalahan, yaitu kurangnya pemahaman siswa pada materi budaya demokrasi

dalam mata pelajaran PKn. Berdasarkan hasil pengamatan guru, hanya terdapat 17

dari 40 orang siswa (42,5%) yang mampu menjawab benar pertanyaan dari guru.

Ada 23 orang siswa yang sangat kurang memahami penjelasan guru, anak-anak

tersebut selalu membuat keramaian di dalam kelas dengan berbicara dengan

teman sebelah, mengerjakan tugas lain, melempar kertas pada teman-teman yang

lain sehingga menimbulkan keramaian di dalam kelas, dan mengganggu siswa

lain.

Berdasarkan latar belakang tersebut terdapat kesenjangan, yang seharusnya

siswa memahami penjelasan dari guru, namun ada beberapa siswa yang kurang

memahami. Pemahaman siswa dirasa sangat kurang, dan selama ini guru telah

menempuh beberapa cara untuk meningkatkan pemahaman siswa antara lain

adalah dengan mengeluarkan siswa yang membuat ramai di kelas dan tidak

diperbolehkan mengikuti pelajaran, dan meresum semua penjelasan yang telah

guru sampaikan. Dari semua cara yang telah dilakukan untuk meningkatkan

26

Page 27: Bab i Pendahuluan-finish

27

pemahaman siswa, guru merasa tidak ada perubahan dan hasilnya masih sama saja

dan belum sesuai dengan yang diharapkan. Upaya yang dilakukan untuk dapat

meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn pada kelas IX IPS 3,

dengan jalan memberikan strategi Role Playing.

B. Deskripsi Hasil Siklus I

1. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan kondisi awal di atas, maka dalam penelitian akan diberikan

pembelajaran dengan strategi Role Playing kepada siswa secara keseluruhan, agar

pemahaman siswa dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pemberian pembelajaran dengan strategi Role Playing dilaksanakan pada

saat pelajaran PKn. Pada pelaksanaan strategi Role Playing siswa dibentuk

kelompok-kelompok bermain. Pada masing-masing kelompok, siswa memerankan

skenario yang telah ditetapkan oleh guru.

3. Pengamatan dan Hasil Pengamatan Tindakan

Dalam tahap pengamatan tindakan ini, ternyata masih banyak siswa yang

tidak memperhatikan penjelasan dari guru dan pemahaman terhadap materi

kurang. Semuanya dapat dilihat pada saat pelaksanaan strategi Role Playing,

siswa yang tidak memperhatikan tidak dapat menjalankan peranannya dengan

baik, sebagian siswa hanya mengandalkan siswa yang aktif. Dari hasil

pengamatan guru bahwa pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn setelah

diadakan strategi Role Playing secara keseluruhan hanya mengalami peningkatan

27

Page 28: Bab i Pendahuluan-finish

28

7,5% saja (3 siswa), masih banyak anak-anak yang suka ramai saat pelajaran

masih saja tidak memperhatikan guru saat guru menyampaikan materi.

Tabel 2. Daftar Siswa yang Mengalami Peningkatan Pemahaman

No Nama Awal Siklus 1

1 Alend Sahita 5 6

2 Hengki Kuncoro 5 7

3 Stefani Dwi P. 5 8

4. Refieksi

Berdasarkan hasil pengamatan di atas, peningkatan pemahaman siswa

dengan cara pemberian strategi Role Playing secara keseluruhan ternyata tidak

mampu meningkatkan pemahaman siswa. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan

tindakan berikutnya untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa yaitu

pemberian strategi Role Playing khusus terhadap siswa yang kurang

memperhatikan dan kurang aktif pada siklus 1.

C. Deskripsi Hasil Siklus II

1 . Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil dari siklus I yaitu tidak ada peningkatan pemahaman

dengan pemberian strategi Role Playing secara keseluruhan, untuk itu tindakan

selanjutnya akan dilakukan pemberian strategi Role Playing khusus terhadap

siswa yang kurang memahami materi demokrasi dalam mata pelajeran PKn. Agar

tujuan pembelajaran mencapai sasaran dengan baik seperti yang tercantum dalam

28

Page 29: Bab i Pendahuluan-finish

29

kurikulum, selain digunakan model pembelajaran yang sesuai, perlu adanya

perangkat pembelajaran yang sesuai pula.  Perangkat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang dicancang yang memuat

informasi berharga yang dibutuhkan guru, khususnya berbagai macam strategi dan

metode serta sumber belajar yang ditempatkan pada strategi Role Playing

sehingga sangat mudah dilihat dan mudah dipahami.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pemberian strategi Role Playing secara khusus dilaksanakan pada saat mata

pelajaran PKn. Pelaksanaan pada tindakan ini sama dangan pelaksanaan pada

sikius I, yaitu peneliti menyiapkan skenario pembelajaran, menunjuk beberapa

siswa untuk mempelajari skenario tersebut. Pembentukan kelompok siswa,

penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah

dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon,

presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan dan refleksi.

3. Pengamatan dan Hasil Pengamatan Tindakan

Dalam tahap pengamatan tindakan ini, ada peningkatan perhatian dan

keaktifan siswa saat guru menyampaikan materi. Dapat dilihat pada saat peneliti

memberikan materi pelajaran sebagian besar siswa memperhatikan. Kemudian

setelah diberikan pertanyaan, 35 dari 40 orang siswa (87,5%) mampu menjawab

pertanyaan yang diberikan peneliti atau siswa lain dalam diskusi. Dari hasil

pengamatan tersebut, bahwa dengan pemberian strategi Role Playing dapat

meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn yaitu dari 50%

29

Page 30: Bab i Pendahuluan-finish

30

menjadi 87,5% (35 siswa). Adapun siswa-siswa yang tidak mengalami

peningkatan pemahaman sebagai berikut.

Tabel 3. Siswa yang tidak Mengalami Peningkatan pada Siklus 2

No Nama Siklus 1 Siklus 2

1 Abdul Azis 4 5

2 Alfian Nazarudin 5 -

3 Eido Rangga 4 5

4 Indri Wulandari 5 4

5 Ressa Bramantara - -

4. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II, pemberian strategi Role

Playing dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi demokrasi dalam

mata pelajaran PKn dari 50% (20 siswa) menjadi 87,5% (35 siswa). Dengan

demikian pemahaman siswa dapat meningkat sesuai yang diharapkan.

D. Pembahasan Hasil Tiap Siklus dan Antar Siklus

l. Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus I dan II

Pada siklus I hanya melakukan upaya peningkatan pemahaman siswa pada

materi budaya demokrasi dalam mata pelajaran PKn yaitu pemberian strategi Role

Playing terhadap siswa secara keseluruhan, dan hasilnya pemahaman siswa

meningkat sebesar 7,5% dari 42,5% (17 siswa) menjadi 50% (20 siswa).

Selanjutnya pada siklus II dilakukan tindakan untuk meningkatkan pemahaman

30

Page 31: Bab i Pendahuluan-finish

31

dengan cara pemberian strategi Role Playing khusus terhadap siswa yang pada

siklus I kurang memperhatikan dan kurang aktif dalam permainan. Setelah

pelaksanaan tindakan siklus II, pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn

meningkat menjadi 87,5% (35 siswa), suasana belajar juga tenang, sehingga siswa

dapat fokus pada materi yang disampaikan guru.

2. Hasil Pengamatan Pada Siklus II

Pada hasil pengamatan siklus II pemberian strategi Role Playing secara

khusus dapat meningkatkan pemahaman siswa, dimana pemahaman siswa

meningkat dari 42,5% menjadi 87,5% (35 siswa).

Kondisi awal : 17 siswa

Siklus I : 20 siswa

Siklus II : 35 siswa

Gambar 4. Grafik Peningkatan Pemahaman Siswa

3. Refleksi Pada Siklus I dan II

Berdasarkan hasil pengamatan diatas, pemberian strategi Role Playing

secara khusus dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi budaya

demokrasi dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan nilai di tingkat SMA, dalam

upaya meningkatkan kinerja profesional guru, yaitu membelajarkan siswa dapat

belajar PKn dengan strategi Role Playing. Pembelajaran strategi Role Playing

40

30

20

10

Kondisi awal Siklus I Siklus II

42,5%

87,5%%

50%

31

Page 32: Bab i Pendahuluan-finish

32

merupakan salah satu alternatif pemecahan pembelajaran yang inovatif, yang

secara langsung menjadi wahana pembinaan nilai keaktifan pada diri siswa dan

secara tidak langsung menjadi wahana implementasi pendidikan budi pekerti bagi

siswa.

Pembelajaran strategi Role Playing dapat digunakan untuk

mengembangkan berbagai potensi pemahaman siswa, baik berkenaan dengan

aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa, terutama pembinaan tatanan

nilai, yaitu peranan aktif diri pada siswa. Model ini sangat potensial dalam

meningkatkan pemahaman siswa, dengan tujuan agar siswa menjadi warga negara

yang cerdas, kreatif, partisipatif, prospektif, dan bertanggung jawab.

Penggunaan pembelajaran strategi Role Playing dalam pembelajaran PKn

berimplikasi luas terhadap khasanah piranti profesional guru sebagai seorang

fasilitator, direktor-motivator, mediator, rekonstruktor pembelajaran bagi siswa,

dalam upaya mengembangkan dan membekali sejumlah keterampilan dan

wawasan life skill (kemampusan hidup) kewarganegaraan siswa, yaitu: civic life

(hidup bernegara), civic skill (ketrampilan kenegaraan), civic participation

(pastisipasi kenegaraan), yang wajib dimiliki oleh setiap insan, agar siswa dapat

hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai dengan hak dan

kewajibannya.

32

Page 33: Bab i Pendahuluan-finish

33

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

A. Kesimpulan

Dari rangkaian putaran penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan ter-

lihat adanya perubahan yang merupakan hasil penelitian dalam rangka usaha

meningkatkan pemahaman siswa SMA Negeri 8 Surakarta kelas XI IPS 3 pada

materi Budaya Demokrasi. Bertitik tolak dari tindakan yang telah dilaksanakan

pada penelitian ini, maka dapat memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan strategi Role Playing dapat meningkatkan pemahaman siswa pada

materi Budaya Demokrasi dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

pada siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta.

2. Penerapan strategi Role Playing dapat meningkatkan pemahaman siswa pada

pelajaran PKn dari 42,5% (20 siswa) menjadi 87,5% (35 siswa). Dari jumlah

siswa 40 orang, dengan adanya tindakan ini maka siswa yang memahami

materi Budaya Demokrasi sebanyak 35 orang siswa dan mampu menjawab

benar pertanyaan dari peneliti, sehingga dirasa pemahaman siswa sudah

meningkat dengan optimal.

B. Implikasi

Kesimpulan di atas memberikan implikasi bahwa penerapan strategi Role

Playing dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi Budaya Demokrasi.

Peningkatan pemahaman siswa pada materi Budaya Demokrasi dapat dicapai

33

Page 34: Bab i Pendahuluan-finish

34

dengan cara mengajak sisiwa untuk melakaukan permainan peran dalam

pembelajaran.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon

guru untuk meningkatkan pemahaman siswa. Apabila siswa sudah dapat

memahami materi yang telah mereka pelajari maka hasil belajarnya juga akan

meningkat.

C. Saran

1. Bagi Guru

a. Dalam proses pembelajaran harusnya guru memperhatikan kondisi siswa, dan

menggunakan strategi mengajar yang bervariasi. Dengan demikian

pemahaman siswa akan meningkat pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan.

b. Diharapkan guru saat mengajar tidak hanya berceramah saja, tetapi juga

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat

tentang materi yang telah diterimanya.

2. Bagi Siswa

a. Seharusnya siswa selalu memperhatikan setiap penjelasan dari guru pada

setiap maia pelajaran.

b. Sebaiknya siswa apabila sudah mulai menyampaikan materi fokus terhadap

materi yang disampaikan oleh guru.

c. Siswa seharusnya lebih konsentrasi atau fokus pada materi pelajaran yang

diajarkan.

34