bab i mars igd

Upload: ra-tiara

Post on 12-Mar-2016

48 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MARS

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, Indonesia menghadapi berbagai perubahan dan tantangan strategis, baik eksternal maupun internal. Perubahan eksternal yang terjadi adalah berlangsungnya era globalisasi yang ditandai dengan meningkatnya persaingan bebas yang mengharuskan setiap komponen bangsa untuk meningkatnya daya saing. Perubahan interna yang terjadi adalah munculnya krisis moneter pada tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multidimensi, kemudian berujung kepada perubahan mendasar, sebuah ketetapan MPR RI Nomor X tahun 1998 tentang pokok-pokok reformasi total kebijakan pembangunan disegala bidang. Untuk bidang kesehatan, diberlakukan paradigma baru pembangunan kesehatan yaitu paradigma sehat dengan visi Indonesia sehat 2010.Paradigma sehat bukanlah sederhana, untuk menerapkannya diperlukan perubahan pada 15 bidang yang kesemuanya memerlukan perubahan pola pikir para petugas kesehatan baik ditingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, puskesmas sampai kota.

Rumah Sakit mempunyai fungsi utama dalam menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medik, penunjang medik, rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan. Dan juga berfungsi sebagai pusat rujukan dalam jejaring kerja pelayanan kesehatan. Mengelola rumah sakit merupakan tugas yang rumit dan penuh tantangan. Sementara itu, dewasa ini perumahsakitan berkembang menjadi industri jasa rumah sakit. Sebagai industri jasa mempunyai fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Untuk itu banyak rumah sakit yang bersaing dalam menarik pasien dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan disemua bidang, salah satunya adalah pelayanan kesehatan rawat jalan.1.2 Tujuan Penulisan1.2.1 Tujuan Umum1.2.1.1 Untuk memperoleh gambaran tentang fasilitas dan perlengkapan yang tersedia di instalasi gawat darurat (IGD) RSUD Solok.1.2.2 Tujuan Khusus1.2.2.1 Mendapatkan informasi mengenai pelayanan di instalasi gawat darurat berdasarkan fasilitas dan perlengkapan yang tersedia di RSUD Solok.1.3 Manfaat Penulisan1.3.1Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dalam menunjang peningkatan pelayanan medis di RSUD Solok.1.3.2 Bagi Penulis1.3.2.1 Menambahan pengetahuan dan wawasan tentang instalasi gawat darurat di Rumah Sakit1.3.2.2 Mengetahui sarana dan prasarana yang ada di instalasi gawat darurat Rumah SakitBAB 2TINJAUAN KEPUSTAKAAN2.1 Rumah Sakit2.1.1 Definisi Rumah Sakit

Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa rumah sakit merupakan pusat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar dan medik spesialistik, pelayanan penunjang medis, pelayanan perawatan, baik rawat jalan, rawat inap maupun pelayanan instalasi. Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah, dan atau masyarakat.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan yang juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan.Rumah Sakit menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut :a. Rumah Sakit adalah suatu alat organisasi yang terdiri dari tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.b. Menurut Assosiation of Hospital Care (1947), Rumah Sakit adalah tempat di mana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. c. Rumah sakit adalah bagian yang amat penting dari suatu sistem kesehatan. Dalam jejaring kerja pelayanan kesehatan, rumah sakit menjadi simpul utama yang berfungsi sebagai pusat rujukan. Rumah Sakit adalah organisasi yang bersifat padat karya, padat modal, padat teknologi dan padat keterampilan.d. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.e. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dinyatakan bahwa: Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.f. Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010 adalah: Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan.g. Menurut American Hospital Assosiation (1974), Rumah sakit adalah suatu alat organisasi yang terdiri tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.h. Menurut Wolper dan Pena (1997), Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan tenaga profesi kesehatan lain diselenggarakan. Dari pengertian diatas, rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Tugas Rumah sakit pada umumnya menyediakan keperluan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 983/menkes/SK/XI/1992 tentang pedoman organisasi rumah sakit, tugas rumah sakit adalah sebagai berikut melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan. Untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud, rumah sakit mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. 2.1.3 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit

2.1.3.1 Jenis Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.1. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. a. Rumah sakit umum, memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. b. Rumah sakit khusus, memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.

2. Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah sakit publik dan rumah sakit privat. a. Rumah sakit publik sebagaimana dimaksud dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit privat. b. Rumah sakit privat sebagaimana dimaksud dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit dapat ditetapkan menjadi rumah sakit pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan.2.1.3.2 Klasifikasi Rumah Sakit Di Indonesia Dalam rangka penyelenggaraan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit umum diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Rumah Sakit umum kelas A

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.

b. Rumah Sakit umum kelas B

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar. c. Rumah Sakit umum kelas C

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.

d. Rumah Sakit umum kelas DAdalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.

Berdasarkan jenis pelayanannya1. Rumah Sakit UmumRumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik. Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam, bedah, pediatrik, psikiatrik, ibu hamil, dan sebagainya.

2. Rumah Sakit KhususRumah sakit khusus adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi primer, memberikan diagnosis dan pengobatan untuk penderita yang mempunyai kondisi medik khusus, baik bedah atau non bedah, misal : Rumah Sakit Ginjal, Rumah Sakit Kusta, Rumah Sakit Jantung, Rumah Sakit Bersalin dan Anak, dan lain-lain.Berdasarkan kepemilikan

1. Rumah Sakit Umum PemerintahRumah sakit umum pemerintah adalah rumah sakit umum milik pemerintah, baik pusat maupun daerah, Departemen Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha Milik Negara. Rumah sakit umum pemerintah dapat dibedakan berdasarkan unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan menjadi empat kelas yaitu rumah sakit umum Kelas A, B, C, dan D.2. Rumah Sakit Umum Swastaa. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yaitu rumah sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas D.

b. Rumah Sakit Umum Swasta Madya, yaitu rumah sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas C.

c. Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yaitu rumah sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik dan subspesialistik, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas B.Berdasarkan Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur 1. Rumah Sakit Kelas A, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik luas, dengan kapasitas lebih dari 1000 tempat tidur.2. Rumah Sakit Kelas Ba. Rumah sakit B1 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik minimal 11 (sebelas) spesialistik dan belum memiliki sub spesialistik luas dengan kapasitas 300-500 tempat tidur.

b. Rumah sakit B2 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik spesialistik dan sub spesialistik terbatas dengan kapasitas 500-1000 tempat tidur.3. Rumah Sakit Kelas C, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar, yaitu penyakit dalam, bedah, kebidanan atau kandungan dan kesehatan, dengan kapasitas 100-500 tempat tidur.4. Rumah Sakit Kelas D yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar, dengan kapasitas tempat tidur kurang dari 100.Sesuai dengan klasifikasi di atas, untuk mengarahkan dan mengendalikan perkembangan rumah sakit diperlukan klasifikasi dan subklasifikasi rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan medik, penunjang medik dan perawatan yang dikemukakan oleh Departemen Kesehatan RI, sebagai berikut :a. Pelayanan medik umum

b. Pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik1. Pelayanan medik spesialistik 4 dasar :

a. Penyakit dalam

b. Bedah

c. Kebidanan dan kandungan

d. Kesehatan anak

2. Pelayanan 6 medik spesialistik :

a. Mata

b. Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT)

c. Kulit kelamin

d. Syaraf

e. Kesehatan jiwa

f. Gigi dan mulut

3. Pelayanan medik lainnya

a. Jantung

b. Paru-paru

c. Syaraf

d. Bedah syaraf

e. ortopedi

4. Pelayanan medik sub-spesialis

Dari setiap cabang spesialis 4 dasar dan 6 spesialistik tersebut dapat berkembang satu atau lebih sub-spesialistik.

c. Pelayanan penunjang medik

1. Radiologi

2. Patologi meliputi :

a. Patologi klinik

b. Patologi anatomi

c. Patologi forensik

3. Anestesi

4. Gizi

5. Farmasi6. Rehabilitasi medik

d. Pelayanan perawatan

1. Pelayanan perawatan umum dasar

2. Pelayanan perawatan spesialistik

3. Pelayanan perawatan sub-spesialistik

Sedangkan menurut Dirjen Yan. Medik Depkes RI (1993), pengelompokan rumah sakit menjadi dua yaitu berdasarkan jenis dan pengelolanya.

Berdasarkan jenisnya yaitu :1. Rumah Sakit Umum

2. Rumah Sakit Jiwa3. Rumah Sakit Khusus yang meliputi :a. Rumah Sakit Kustab. Rumah Sakit Tuberkulosisc. Rumah Sakit Mata

d. Rumah Sakit Ortopedi dan Protease

e. Rumah Sakit Bersalinf. Rumah Sakit Khusus Spesialis lainnya.Sedangkan menurut pengelolanya, rumah sakit dibedakan menjadi sebagai berikut:

a. Rumah sakit vertikal (Depkes RI)

b. Rumah sakit provinsi

c. Rumah sakit kabupaten/kota

d. Rumah sakit tentara

e. Rumah sakit departemen lainnya.

f. Rumah sakit swasta2.2 Pelayanan Kesehatan 2.2.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan menurut Levey dan Loomba (1973) adalah setiap upaya yang akan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Somer dan Somers (1974) dalam Azwar (2002) membagi pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu kepada dua jenis yaitu : 1. Pelayanan kesehatan yang berhasil memadukan berbagai upaya kesehatan di masyarakat seperti pelayanan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, serta pemulihan kesehatan. Dianggap terpadu bila mengandung kelima unsur ini. 2. Pelayanan kesehatan yang menerapkan pendekatan menyeluruh (holistic approach). Jadi tidak hanya memperhatikan kesehatan penderita saja, akan tetapi juga memperhatikan keadaan sosial ekonomi, sosial budaya, sosial psikologi dan lain sebagainya. Di sini diperhatikan berbagai aspek para pemakai jasa pelayanan kesehatan. Pendekatan tersebut dapat ditempuh dengan dua cara yaitu: a. Pendekatan Institusi Artinya penyelenggaraan kesehatan dilakukan dalam satu atap. Setiap jenis dan bentuk pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dikelola dalam satu institusi kesehatan saja. b. Pendekatan Sistem

Akibat kompleksnya pelayanan kesehatan, maka adalah mustahil untuk menyediakan segala bentuk dan jenis pelayanan dalam satu institusi, Karena terlalu mahal dan tidak efektif dan efisien. Dalam keadaan seperti ini diharapkan mewujudkan pelayanan kesehatan yang terpadu dan menyeluruh melalui pendekatan sistem (system approach). 2.2.2 Tujuan Pelayanan Kesehatan Dalam usaha pelayanan kesehatan pada masyarakat, tujuan pelayanan kesehatan dibagi atas 3 golongan, yaitu:

a. Pencegahan

b. Pengobatan

c. Pemulihan

Ketiga hal tersebut dimaksudkan agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

2.2.3 Penilaian Pelayanan Kesehatan Suatu Rumah Sakit Menurut Iskandar Damly (1998:40), dalam mengukur tingkat pelayanan kesehatan pada rumah sakit digunakan suatu indikator, yaitu:

1. Angka Pemakaian Tempat Tidur/ Bed Occupancy Rate (BOR)

BOR menurut Huffman (1994) adalah the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).

2. Rata-rata Lama Dirawat/ Average Lenght of Stay (AVLOS)

AVLOS menurut Huffman (1994) adalah The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).3. Angka Kematian Netto/Net Death Rate (NDR)

NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.2.3 Rawat Jalan

Instalasi rawat jalan adalah unit pelayanan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada direktur medik dan keperawatan. Instalasi rawat jalan dipimpin oleh seorang kepala instalasi. Mempunyai tugas dan fungsi menyediakan fasilitas terhadap penyelanggaraan kegiatan pelayanan poliklinik rawat jalan dari berbagai disiplin ilmu kedokteran klinik. Selain itu juga melaksanakan pendidikan dan penelitian.

Fungsi instalasi rawat jalan adalah sebagai tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter ahli dibidang masing-masing yang disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu singkat untuk penyembuhannya atau tidak memerlukan pelayanan perawatan. Poliklinik juga berfungsi sebagai tempat untuk penemuan diagnosa dini, yaitu tempat pemeriksaan pasien pertama kali dalam rangka pemeriksaa lebih lanjut di dalam tahap pengobatan penyakit

2.3.1 Pelayanan Rawat JalanPelayanan rawat jalan adalah satu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap (hospitalization). Pelayanan rawat jalan ini termasuk tidak hanya yang diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenal rumah sakit atau klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien (home care) serta di rumah perawatan (nursing home). Pelayanan kesehatan rawat jalan di Rumah Sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek , diantaranya adalah :

a. penampilan keprofesian atau aspek klinis.

aspek ini menyangkut pengetahuan , sikap dan perilaku dokter dan perawat dan tenaga profesi lainnya.

b. Efisiensi dan efektifitas.

Aspek ini menyangkut pemanfaat sumber daya yang ada di Rumah Sakit.c. Keselamatan pasien.

Aspek ini menyangkut keselamatan pasien.

d. Kepuasan pasien.

Aspek ini menyangkut kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan rumah sakit.Mutu pelayanan rawat jalan dikatakan baik apabila :

a. Memberikan rasa tentram kepada pasien.

b. Menyediakan pelayanan yang benar benar profesional.

Dari kedua aspek ini dapat diartikan sebagai berikut :

a. Petugas penerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien harus mampu melayani dengan benar.

b. Penanganan pasien dengan dokter yang profesional.

c. Kepercayaan pasien,bahwa mereka tidak salah memilih rumah sakit.

d. Ruangan yang bersih dan nyaman.

e. Peralatan yang memadai.

f. Lingkungan rumah sakit yang nyaman

Menurut sabarguna (2004 ) , kualitas pelayanan terdiri dari empat aspek :

1. kualitas klinis : pelayanan kedokteran, ketepatan diagnosa, ketepatan terapi, dan kesembuhan yang diterima

2. kualitas efisiensi : dilihat dari sudut keuangan, murah, mahal, atau wajar bila kualitasnya berimbang

3. kualitas keamanan pasien

4. kualitas kepuasan pasien2.3.2 Pelayanan Rawat Jalan di Klinik Rumah Sakit

Bentuk pertama dari pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan oleh klinik yang ada kaitannya dengan rumah sakit (hospital based ambulatory care). Jenis pelayanan rawat jalan di rumah sakit secara umum dapat dibedakan atas 4 macam yaitu : a. Pelayanan gawat darurat (emergency services) yakni untuk menangani pasien yang butuh pertolongan segera dan mendadak. b. Pelayanan rawat jalan paripurna (comprehensive hospital outpatient services) yakni yang memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai dengan kebutuhan pasien. c. Pelayanan rujukan (referral services) yakni hanya melayani pasien-pasien rujukan oleh sarana kesehatan lain. Biasanya untuk diagnosis atau terapi, sedangkan perawatan selanjutnya tetap ditangani oleh sarana kesehatan yang merujuk. d. Pelayanan bedah jalan (ambulatory surgery services) yakni memberikan pelayanan bedah yang dipulangkan pada hari yang sama 2.3.3 Menjaga Mutu Pelayanan Rawat Jalan

Sama halnya dengan berbagai pelayanan kesehatan lainnya, maka salah satu syarat pelayanan rawat jalan yang baik adalah pelayanan yang bermutu. Karena itu untuk dapat menjamin mutu pelayanan rawat jalan tersebut, maka program menjaga mutu pelayanan rawat jalan perlu pula dilakukan.

Untuk ini diperhatikan bahwa sekalipun prinsip pokok program menjaga mutu pada pelayanan rawat jalan tidak banyak berbeda dengan berbagai pelayanan kesehatan lainnya, namun karena pada pelayanan rawat jalan ditemukan beberapa ciri khusus, menyebabkan penyelenggaraan program menjaga mutu pada pelayanan rawat jalan tidaklah semudah yang diperkirakan, ciri-ciri khusus yang dimaksud adalah:1. Sarana, prasarana serta jenis pelayanan rawat jalan sangat beraneka ragam, sehingga sulit merumuskan tolak ukur yang bersifat baku.2. Tenaga pelaksana bekerja pada sarana pelayanan rawat jalan umumnya terbatas, sehingga di satu pihak tidak dapat dibentuk suatu perangkat khusus yang diserahkan tanggung jawab penyelengaraan program menjaga mutu, dan pihak lain, apabila beban kerja terlalu besar, tidak memiliki cukup waktu untuk menyelengarakan program menjaga mutu.3. Hasil pelayanan rawat jalan sering tidak diketahui. Ini disebabkan karena banyak dari pasien tidak datang lagi ke klinik.4. Beberapa jenis penyakit yang datang ke sarana pelayanan rawat jalan adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri, sehingga penilaian yang objektif sulit dilakukan.5. Beberapa jenis penyakit yang datang ke sarana pelayanan rawat jalan adalah mungkin penyakit yang telah berat dan bersifat kronis, sehingga menyulitkan pekerjaan penilaian.6. Beberapa jenis penyakit yang datang berobat datang kesarana pelayanan rawat jalan mungkin jenis penyakit yang penanggulangannya sebenarnya berada di luar kemampuan yang dimiliki. Keadaan yang seperti ini juga akan menyulitkan pekerjaan penilaian.7. Rekam medis yang dipergunakan pada pelayanan rawat jalan tidak selengkap rawat inap, sehingga data yang diperlukan untuk penilaian tidak lengkap8. Perilaku pasien yang datang ke sarana pelayanan rawat jalan sukar dikontrol, dan karenanya sembuh atau tidaknya suatu penyakit yang dialami tidak sepenuhnya tergantung dari mutu pelayanan yang diselenggarakan.

BAB 3PEMBAHASAN3.1 RSUD Padang Panjang3.1.1 Gambaran umum RSUD Padang Panjang

Gambar 1: RSUD Padang panjang

RSUD padang panjang merupakan rumah sakit Tipe C yang beralamat di Jl.Tabek gadang bukik kanduang, kelurahan Ganting gunung padang panjang. Padang Panjang, Sumatera Barat. No.Telepon (0752-82118-82046) dengan direktur dr.H.Erman Ramli,Sp.OG (K).3.1.2 Falsafah RSI Ibnu Sina Bukit TinggiRumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukit Tinggi merupakan sarana dakwah bil hal dalam bidang pelayanan kesehatan sebagai perwujudan keimanan dan ketaqwaan kepada allah SWT.3.1.3 Visi Misi RSI Ibnu Sina Bukit TinggiVISI: RSU sebagai tujuan wisata kesehatan dengan keunggulan di bidang respirasi yang islami.

MISI:a. Menyelenggarakan pelayanan medis dengan teknologi canggihb. Menyelenggarakan pelayanan keperawatan yang bersahabatc. Menyelenggarakan pelayanan rujukan (respirasi) melalui kerjasama regional, nasional dan internasionald. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan dan kesinambungane. Menyediakan fasilitas dan alat kesehatan yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan informasi3.1.4 Motto RSI Ibnu Sina Bukit TinggiBekerja dan beramal dengan mengharapkan ridha allah SWT

3.1.5 Tujuan RSI Ibnu Sina Bukit TinggiBerkurangnya angka kesakitan , kematian dan kecacatan melalui pelayanan kuratif, rehabilitatif disamping pelayanan preventif dan promotif sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku dan kaidah-kaidah ajaran islam tanpa memandang perbedaan agama, kedudukan,warna kulit serta status sosial.

Gambar 2: falsafah, visi, misi, motto,tujuan RSI ibnu sina3.2 Instalasi Gawat Darurat RS Solok3.2.1 Pengertian TriageTriase berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage dan

diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang yang memerlukan perawatan di UGD setiap tahunnya. Sistem triase mulai dikembangkan mulai pada akhir tahun 1950-an seiring jumlah kunjungan UGD yang melampaui kemampuan sumber daya yang ada untuk melakukan penanganan segera. (Oman, 2008). Tujuan dari triase dimanapun dilakukan, bukan saja supaya bertindak dengan cepat dan waktu yang tepat tetapi juga melakukan yang terbaik untuk pasien. Dimana triase dilakukan berdasarkan pada ABCDE, beratnya cedera, jumlah pasien yang datang, sarana kesehatan yang tersdia serta kemungkinan hidup pasien.( Pusponegoro, 2010)

3.2.2Pengetahuan Prinsip Triase.

Di rumah sakit, didalam triase mengutamakan perawatan pasien berdasarkan gejala. Perawat triase menggunakan ABC keperawatan seperti jalan nafas, pernapasan dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu, nadi, respirasi, tingkat kesadaran dan inspeksi visual untuk luka dalam, deformitas kotor dan memar untuk memprioritaskan perawatan yang diberikan kepada pasien di ruang gawat darurat. Perawat memberikan prioritas pertama untuk pasien gangguan jalan nafas, bernafas atau sirkulasi terganggu. Pasien-pasien ini mungkin memiliki

kesulitan bernapas atau nyeri dada karena masalah jantung dan mereka menerima pengobatan pertama. Pasien yang memiliki masalah yang sangat mengancamkehidupan diberikan pengobatan langsung bahkan jika mereka diharapkan untuk mati atau membutuhkan banyak sumber daya medis. (Bagus,2007) .

Menurut Brooker, 2008. Dalam prinsip triase diberlakukan system prioritas, prioritas adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan : 1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit. 2) Dapat mati dalam hitungan jam. 3) Trauma ringan. 4) Sudah meninggal.3.2.2 Pengetahuan Prioritas TriaseTriase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik. Artinya memilih berdasar prioritas atau penyebab ancaman hidup. Tindakan ini berdasarkan prioritas ABCDE. Prioritas I (prioritas tertinggi) warna merah untuk berat dan biru untuk sangat berat. Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki, combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25%.

Prioritas II (medium) warna kuning. Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: patah tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak/abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.

Prioritas III (rendah) warna hijau. Perlu penanganan seperti pelayanan

biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka superficial, luka-luka ringan.

Prioritas 0 warna Hitam. Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala berat. (Mosby, 2008).a. Poliklinik Penyakit Dalamb. Poliklinik Bedahc. Poliklinik Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA)d. Poliklinik Kebidanan Dan Kandungane. Poliklinik Anak

f. Poliklinik Urologig. Poliklinik Penyakit Matah. Poliklinik Telinga, Hidung Dan Tenggorokan (THT)

i. Poliklinik Gigij. Poliklinik Kulit Dan Kelamink. Poliklinik Sarafl. Poliklinik Jiwam. Poliklinik Jantungn. Poliklinik Paruo. Poliklinik Konsultasip. Poli Umum3.2.2 Fasilitas yang tersedia di instalasi rawat jalan RSI Ibnu Sina a. Poliklinik Penyakit DalamPoliklinik penyakit dalam di RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi ditangani oleh dr.H. Asri, Sp.PD, dr.H.Khairullah, Sp.PD, dr.H.Armyn Azis, Sp.PD dan dr.H.Azwir Dahlan, Sp.PD,Mkes. Gambar 4: nama dokter di poliklinik penyakit dalamb. Poliklinik BedahPoliklinik bedah memberikan pelayanan tentang semua hal yang berhubungan dengan bedah, baik konsultasi, pemeriksaan dan pengobatan. Poliklinik ini memberikan pelayanan bedah umum, bedah tulang, bedah onkologi, dan bedah digestif. Poliklinik bedah di RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi ini ditangani oleh dr.Nawazir B, Sp.B, dr. H.Arsil Hamzah, Sp.B, dr.H.Delsi Hidayat,Sp.Bo, dr.H.Ismeldi Syarief,Sp.B(K) Onk, dr.H. Anbiyar, Sp.B-KBD dan dr.H. Harmazaldi,Sp.B. Fasilitas yang terdapat di poliklinik bedah ini diantaranya meja perawat, meja dokter, tempat tidur pasien, stetoskop, tensimeter, timbangan ZT, rak penyimpanan status pasien, rak obat, sterilisator, kipas angin dan westafel.

Gambar 5 : fasilitas di poliklinik bedahc. Poliklinik Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA)

Poliklinik kesehatan ibu dan anak ini memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak. Poliklinik kesehatan ibu dan anak di RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi ini ditangani oleh dr.Ratna Juwita. Fasilitas yang terdapat di poliklinik ini adalah meja perawat, meja dokter, tempat tidur pasien, lemari penyimpanan alat, lemari penyimpanan status pasien, stetoskop, tensimeter, timbangan berat badan, tong sampah.

Gambar 6: nama dokter poliklinik KIAd. Poliklinik Kebidanan Dan KandunganPoliklinik kebidanan dan kandungan ini memberikan pelayanan pemeriksaan kandungan, konsultasi kesehatan reproduksi wanita dan lain-lain. Poliklinik kebidanan dan kandungan RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi ini ditangani oleh dr.H. Erman Ramli, SP.OG (K) , dr.Hj.Armeina B,Sp.OG, dr.H.Fakhrul I Nizar,Sp.OG dan dr.H.Pelsi Sulaini,Sp.OG (K) onk. Fasilitas yang terdapat di poliklinik ini diantaranya meja dokter, lemari penyimpanan alat dan status pasien, timbangan berat badan, tensimeter, stetoskop, stetoskop leanec, fetal dropler, USG, IUD Kit, lampu periksa, set pemeriksaan ginekologi, tong sampah.

e. Poliklinik AnakPoliklinik anak memberikan pelayanan terhadap semua penyakit dan tumbuh kembang anak. Poliklinik anak di RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi ini ditangani oleh dr.H.Metrizal N, Sp.A, dr.Hj. Rahmi Yetti, Sp.A (K), dr.H.Nazdi, Sp.A dan dr.Lidya Asmiwati, Sp.A.M.Biomed. Fasilitas yang terdapat di poliklinik ini diantaranya meja dokter, tempat tidur pasien, stetoskop, tensimeter, detecto, bath room scale, timbangan bayi digital, mainan bayi dan westafel.

Gambar 7 : fasilitas di poliklinik anak

f. Poliklinik UrologiPoliklinik urologi ini memberikan pelayanan yang berhubungan dengan kesehatan serta penyakit ginjal dan saluran kemih. Poliklinik urologi di RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi ini ditangani oleh dr.Sufriadi, Sp.U. Fasilitas yang terdapat di poliklinik ini diantaranya

Gambar 8 : fasilitas di polilinik urologig. Poliklinik mata

Poliklinik mata memberikan semua pelayanan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit mata. Poliklinik mata RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi ini ditangani oleh dr.H.Djamhari Z, Sp.M, PhD. Fasilitas yang terdapat di poliklinik ini diantaranya meja perawat, meja dokter, autorefleksi, slit lamp, laser diode, optotype, keratometer, snellen chart, lup, tonometer schiotz, ophtalmoskop, ishihara test, lemari penyimpanan alat dan westafel.

Gambar 9: fasilitas di poliklinik mata

h. Poliklinik gigi

Poliklinik gigi memberikan semua pelayanan yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut. Poliklinik ini ditangani oleh drg. H.Mesgito dan drg. H afdi muslim. Fasilitas yang terdapat di poliklinik ini diantaranya meja dokter, dental unit, dental chair, instrumen bedah gigi dan mulut (dental operating instrument), sterilisator, set penambalan gigi, set pencabutan gigi, set embersihan karang gigi, set pembuatan protesa, set operasi kecil, set tambalan sinar, lemari penyimpanan alat, tong sampah dan westafel.

Gambar 10: fasilitas di poliklinik gigi

i. Poliklinik THTPoliklinik ini memberikan pelayanan kesehatan telinga, hidung dan tenggorokan. Poliklinik THT RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi ini ditangani oleh dr.H.Allan Gazali Saus, Sp.THT-KL,MHA dan dr.Puti Alia Saus, SP.THT-KL. Fasilitas yang tersedia di poliklinik ini diantaranya sterilisator, lampu kepala van hasselt, otoskop, spekulum telinga, alat penghisap, forsep telinga, hak tajam, pemilin kapas, semprit telinga, garpu tala, spekulum hidung, rinoskop, pinset, pipa penghisap, kaca rinoskopi posterior, spatula lidah, laringoskopi, audiometri, meja dokter, lemari penyimpanan alat, westafel, tong sampah, tempat tidur pasien.

Gambar 11: fasilitas di poliklinik THTj. Poliklinik kulit dan kelamin

Poliklinik ini memberikan pelayanan konseling, pemeriksaan, pengobatan kulit dan kelamin. Poliklinik kulit dan kelamin RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi ini ditangani oleh dr.H.Yosse Rizal,Sp.KK.

Gambar 12 : nama dokter di poliklinik kulit kelamin

k. Poliklinik saraf

Poliklinik saraf memberikan pelayanan yang berhubungan dengan saraf. Poliklinik saraf di RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi ditangani oleh dr.H.Amilus Ismail,Sp.S, dr.H.Hardy, Sp.S dan dr.Ruhaya Fitrina, Sp.S. Fasilitas yang terdapat di poliklinik saraf RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi ini diantaranya ophtalmoskop, palu refleks, stetoskop, tensimeter, set diagnostik saraf , flash light, garpu tala, termometer, spatel lidah, tempat tidur pasien, meja dokter, meja perawat, tong sampah, westafel.

Gambar 13 : fasilitas di poliklinik sarafl. Poliklinik paru dan unit DOTSPoliklinik ini memberikan pelayanan kesehatan dan penyakit paru serta merupakan unit Directly observed treathment short course (DOTS) yang bertugas menjamin seluruh obat yang telah dirancang untuk penderita TB dimakan oleh penderita di depan petugas minum obat (PMO). Poliklinik Paru di RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi ini ditangani oleh dr.Hj.nuraida, Sp.P dan dr.Taufik Hidayat, Sp.P. Fasilitas yang tersedia di poliklinik ini diantaranya stetoskop, tensimeter, timbangan berat badan, peak flow meter, spirometri, meja perawat, meja dokter, lemari penyimpanan alat, lemari penyimpanan status, kipas angin, tong sampah, tempat tidur pasien,westafel, Gambar 14: fasilitas di poliklinik Paru dan Unit DOTS

m. Poliklinik jantung

Poliklinik jantung memberikan pelayanan kepada pasien tentang permasalahan seputar jantung dan pembuluh darah. Poliklinik jantung di RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi ini ditangani oleh dr.Yovi Kurniawati, Sp.Jp. fasilitas yang terdapat di poliklinik jantung ini diantaranya EKG set, tensimeter, tabung oksigen, stetoskop, senter dan pen light, stavolt meter, tread mild, lemari penyimpanan alat, meja dokter, tempat tidur pasien, 1 set komputer, westafel, tong sampah kering dan tong sampah basah. Gambar15 : fasilitas di poliklinik jantung

n. Poliklinik konsultasi

Poliklinik konsultasi menyediakan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan konseling baik masalah kesehatan, perilaku, psikiologi. Poliklinik konsultasi di RSI Ibnu Sina bukit Tinggi ini ditangani oleh dua orang ahli yaitu Dra.Hj.Eva Yunilawati,Psi seorang psikolog dan Embut Rafles, SHI seorang ruhis. Fasilitas di rungan poliklinik konsultasi ini tidak banyak hanya meja dokter, dan lemari.

Gambar 16: fasilitas di poliklinik konsultasio. Poli umum

Poli umum memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan oleh dokter umum, baik berupa pemeriksaan dan pengobatan, tempat konsultasi suatu penyakit, melakukan rujukan kasus ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi secara tepat, cepat dan benar.

Poli umum di RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi ini tangani oleh dr.H.Syawir, dr.H.Syahnuril saad dan dr.Hj.Zulfa. Fasilitas yang terdapat di poli umum ini antara lain : stetoskop, tensimeter, tempat tidur pasien, meja periksa dokter, kursi tunggu keluarga pasien, timbangan ZT-180, tong sampah, kipas angin, lemari penyimpanan alat dan status pasien dan toilet. Gambar 17: fasilitas di poli umumBAB 4KESIMPULAN DAN SARAN4.1 KesimpulanDari hasil pengamatan serta wawancara secara langsung dengan petugas instalasi rawat jalan RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi tahun 2013 adalah sebagai berikut :

1. Fasilitas dan peralatan yang tersedia di instalasi rawat jalan cukup memadai.

2. Penataan peralatan di instalasi rawat jalan masih kurang tertata dengan baik sehingga menimbulkan kesan ruangan jalan kurang luas.

3. Penggunaan ruangan bersama sehingga menimbulkan kurangnya tertatanya fasilitas dan peralatan yang tersedia.

3.1 Saran 1. Hendaknya melakukan tinjauan ulang mengenai kelengkapan fasilitas medis dan non medis serta peralatan yang menunjang kegiatan pelayanan kesehatan.

2. Hendaknya melakukan tinjauan ulang pada penggunaan ruang bersama agar peralatan yang tersedia dapat tertata dengan baik sehingga membuat ruangan pemeriksaan menjadi lebih nyaman.3. Penerapan sistem informasi yang berbasis komputerisasi akan sangat menunjang dalam prosedur rawat jalan di RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi.BAB 5 DAFTAR PUSTAKAAditama, Tjandra Yoga. 1999. Manajemen Adminisrasi Rumah Sakit.Jakarta. UI-PressAzwar, A, Joedo P. 2003. Metode Penilitian Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Binarupa aksaraDepartemen Kesehatan Republik Indonesia.1994. Pedoman Akreditasi Rumah Sakit Di Indonesia. Jakarta : Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang Standar Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI.

26