bab i lapsus

31
BAB I PENDAHULUAN Vertigo atau dizzinesm giddiness, dan lightheadedness adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitar dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit. 1 Vertigo adalah perasaan seolah olah penderita bergerak atau berputar, atau benda disekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai mula dan kehilangan keseimbangan. Hal ini berlangsung beberapa menit, jam hingga hari. Penderita vertigo akan merasa lebih baik jika berbaring diam. 1 Vertigo adalah sensasi rotasi tanpa adanya perputaran yang sebenarnya atau rasa berputar yang khayal dengan disorientasi ruang yang biasanya menimbulkan gangguan keseimbangan Penderita merasa dirinya berputar atau lingkungannya yang bergerak mengelilinginya. Penderita yang lain merasa dirinya seperti ditarik atau dalam keadaan ketidakseimbangan 2 Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi ruangan. Banyak system organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh. Keseimbangan diatur oleh intergrasi berbagai system, yang banyak peranannya adalah system vestibular, system visual dan system somatosensorik. 3 1

Upload: lestari-novita

Post on 13-Apr-2016

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kasus

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Lapsus

BAB I

PENDAHULUAN

Vertigo atau dizzinesm giddiness, dan lightheadedness adalah adanya sensasi gerakan

atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitar dengan gejala lain yang timbul, terutama

dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh

berbagai keadaan atau penyakit.1 Vertigo adalah perasaan seolah olah penderita bergerak atau

berputar, atau benda disekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai mula

dan kehilangan keseimbangan. Hal ini berlangsung beberapa menit, jam hingga hari.

Penderita vertigo akan merasa lebih baik jika berbaring diam.1

Vertigo adalah sensasi rotasi tanpa adanya perputaran yang sebenarnya atau rasa

berputar yang khayal dengan disorientasi ruang yang biasanya menimbulkan gangguan

keseimbangan Penderita merasa dirinya berputar atau lingkungannya yang bergerak

mengelilinginya. Penderita yang lain merasa dirinya seperti ditarik atau dalam keadaan

ketidakseimbangan 2

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau

gangguan orientasi ruangan. Banyak system organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur

dan mempertahankan keseimbangan tubuh. Keseimbangan diatur oleh intergrasi berbagai

system, yang banyak peranannya adalah system vestibular, system visual dan system

somatosensorik.3

1

Page 2: Bab i Lapsus

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Umur : 31 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : RT 33 kelurahan beringin pasar

Pekerjaan : wiraswasta

MRS : 18/03/2015

DAFTAR MASALAH

No

.

Masalah Aktif Tanggal Masalah Pasif Tanggal

1. Pusing berputar-

putar

18-03-2015

2.

II. DATA SUBYEKTIF (Anamnesis tanggal 18 maret 2015)

1. Keluhan utama : pusing berputar-putar sejak 1 hari SMRS

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Lokasi : kepala

Onset : Berulang

Kualitas : pusing berputar-putar hilang dengan istirahat

Kuantitas : Kegiatan sehari-hari terganggu

Kronologis :

Seorang pasien perempuan berusia 31 tahun diantar keluarganya ke IGD

RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan pusing berputar ± 1 hari SMRS.

Pusing timbul setelah di pukul sama preman. mual (+) dan muntah (-). Pusing Pasien

mengaku sakit ini sering berulang. kelemahan anggota gerak disangkal. riwayat

trauma kepala 1 minggu yang lalu .setelah kajadian pasien sering mengeluhkan

pusing berputar-putar. Pandangan kabur disangkal .

Gejala penyerta : mual (+)

2

Page 3: Bab i Lapsus

Faktor yang memperberat : sakit kepala , susah tidur

Faktor yang memperingan : -

3. Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat Hipertensi disangkal

Riwayat DM disangkal

4. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan

yang sama seperti pasien

5. Riwayat sosial ekonomi : Pasien seorang IRT, mempunyai 1 orang anak.

III. OBYEKTIF

1. Status Presens

Kesadaran : Compos mentis, GCS: 15 E:4 M:6 V: 5

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 80x/i

Suhu : 36,6 oC

Respirasi : 20x/i

Kepala : Mata : CA-/-, SI -/-,

Pupil : isokor refleks cahaya (+)

Visus : ka:6/6, ki:6/6

Leher : JVP 5-2 cm H2O, pembesaran KGB (-)

Dada : Simetris, tidak ada retraksi

Jantung : BJ I dan BJ II regular, Gallop (-), Mur-mur (-)

Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Perut : Soepel, BU (+) N

Alat kelamin : Tidak diperiksa

Ekstremitas : Akral hangat

2. Status Psikitus

Cara berpikir : Baik

Perasaan hati : Biasa

Tingkah laku : Normoaktif

3

Page 4: Bab i Lapsus

Ingatan : Baik

Kecerdasan : Baik

3. Status Neurologikus

a. Kepala

Bentuk : Normochepal

Nyeri tekan : (-)

Simetri : (+)

b. Leher

Sikap : Lurus

Pergerakan : Baik

Kaku kuduk : (-)

c. Nervus kranialis Kanan Kiri

N. Olfaktorius : Normosmia Normosmia

N. Optikus

Visus : 6/6 6/6

N. Okulomotorius Normal Normal

Ptosis : - -

Pergerakan bola mata: Normal Normal

Pupil : Bulat isokor Bulat isokor

Diameter : ± 3 mm ± 3 mm

Strabismus : - -

Nistagmus : - -

N. Trochlearis

Pergerakan bola mata: Normal Normal

N. Trigeminus

Mengunyah : Normal Normal

Menggigit : Normal Normal

Membuka mulut : Normal Normal

Sensibilitas wajah: Normal Normal

N. Abdusen

Pergerakan bola mata: Normal Normal

4

Page 5: Bab i Lapsus

N. Fascialis

Mengerutkan Dahi : Normal Normal

Menutup mata : Normal Normal

Memperlihatkan gigi: Normal Normal

Bersiul : Normal Normal

N. Vestibulocochlearis

Detik arloji : Normal Normal

Past pointing : Normal

N. Glosofaringeus & N. Vagus

Arkus faring : Simetris Simetris

Gangguan menelan: - -

Berbicara : Normal Normal

N. Accesorius

Memalingkan kepala: Normal Normal

Mengangkat bahu: Normal Normal

N. Hipoglosus

Menjulurkan lidah: Normal Normal

Atropi papil : - -

Disatria : - -

d. Anggota gerak atas

Motorik Kanan Kiri

Pergerakan N N

Kekuatan 5 5

Tonus N N

Trofi Eutropi Eutropi

R. Fisiologis N N

R. Patologis - -

Sensibilitas : N N

e. Anggota gerak bawah

Motorik Kanan Kiri

Pergerakan N N

Kekuatan 5 5

Tonus N N

Trofi Eutrofi Eutrofi

5

Page 6: Bab i Lapsus

R. Fisiologis N N

R. Patologis - -

Sensibilitas : N N

f. Gerakan Abnormal

Tremor : (-)

Atetosis : (-)

Miokloni : (-)

Khorea : (-)

Rigiditas : (-)

g. Alat Vegetatif

Miksi : Normal

Defekasi : Normal

h. Koordinasi, gait dan keseimbangan

Cara berjalan : terbatas

Romberg Test : tidak dilakukan

Disdiadokokinesis: tidak dilakukan

Dismetri : tidak dilakukan

Ataxia : tidak dilakukan

i. Pemeriksaan lain : -

IV. RINGKASAN

V. S: Seorang pasien perempuan berusia 31 tahun diantar keluarganya ke IGD RSUD

Raden Mattaher Jambi dengan keluhan pusing berputar ± 1 hari SMRS. Pusing timbul

setelah di pukul sama preman. mual (+) dan muntah (-). Pusing Pasien mengaku sakit

ini sering berulang. kelemahan anggota gerak disangkal. riwayat trauma kepala 1

minggu yang lalu .setelah kajadian pasien sering mengeluhkan pusing berputar-putar.

Pandangan kabur disangkal

Gejala penyerta : mual (+)

Riwayat hipertensi dan diabetes melitus disangkal,

O : Compos mentis, GCS: 15, TD 110/80 mmHg, N: 80x/I

6

Page 7: Bab i Lapsus

T: 36,6 oC, RR: 20x/i

A : Diagnosa Klinis : vertigo

Diagnosa Topis : benign paroxysmal positional vertigo (BPPV)

Diagnosa Etiologi : vertigo simptomatik

Tx : IVFD RL + drip ketorolac 30 mg

Inj. Ranitidin 2 x 1 amp

Betahistin tab 3x1 tab

Flunarizine tab 2 x10 mg

Alprazolam 1x 1

Mx : -

Ex : Beri penjelasan kepada pasien mengenai keadaan pasien, mengatur pola makan yang

sehat, penanganan stres dan istirahat yang cukup.

VI. PROGNOSIS

- Quo ad vitam : dubia ad bonam

- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

- Quo ad sanam : dubia ad bonam

VII.RIWAYAT PERKEMBANGAN: -

(18 maret 2015)

S :pusing, mual (+)

O: TD: 100/80 mmHg, N: 83 x/m, T : 36.2 ◦C

Anggota gerak atas

Motorik Kanan Kiri

Pergerakan N N

Kekuatan 5 5

Tonus N N

Trofi Eutropi Eutropi

R. Fisiologis N N

R. Patologis - -

Sensibilitas : N N

7

Page 8: Bab i Lapsus

Anggota gerak bawah

Motorik Kanan Kiri

Pergerakan N N

Kekuatan 5 5

Tonus N N

Trofi Eutrofi Eutrofi

R. Fisiologis N N

R. Patologis - -

Sensibilitas : N N

A Diagnosa Klinis : vertigo

Diagnosa Topis : benign paroxysmal positional vertigo (BPPV)

Diagnosa Etiologi : vertigo simptomatik

Tx : : IVFD RL + drip ketorolac 30 mg

Inj. Ranitidin 2 x 1 amp

Betahistin tab 3x1 tab

Flunarizine tab 2 x10 mg

Alprazolam tab 1x 1

(19 maret 2015)

S :pusing, mual (-)

O: TD: 100/80 mmHg, N: 83 x/m, T : 37 ◦C

Anggota gerak atas

Motorik Kanan Kiri

Pergerakan N N

Kekuatan 5 5

Tonus N N

Trofi Eutropi Eutropi

R. Fisiologis N N

R. Patologis - -

Sensibilitas : N N

Anggota gerak bawah

Motorik Kanan Kiri

Pergerakan N N

8

Page 9: Bab i Lapsus

Kekuatan 5 5

Tonus N N

Trofi Eutrofi Eutrofi

R. Fisiologis N N

R. Patologis - -

Sensibilitas : N N

A : Diagnosa Klinis : vertigo

Diagnosa Topis : benign paroxysmal positional vertigo (BPPV)

Diagnosa Etiologi : vertigo simtomatik

Tx : : IVFD RL + drip ketorolac 30 mg

Inj. Ranitidin 2 x 1 amp

Betahistin tab 3x1 tab

Flunarizine tab 2 x10 mg

Alprazolam tab 1x 1

BAB III

A. Definisi

9

Page 10: Bab i Lapsus

Vertigo atau dizzinesm giddiness, dan lightheadedness adalah adanya sensasi gerakan

atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitar dengan gejala lain yang timbul, terutama

dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh

berbagai keadaan atau penyakit.1 Vertigo adalah perasaan seolah olah penderita bergerak atau

berputar, atau benda disekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai mula

dan kehilangan keseimbangan. Hal ini berlangsung beberapa menit, jam hingga hari.

Penderita vertigo akan merasa lebih baik jika berbaring diam.1

Vertigo adalah sensasi rotasi tanpa adanya perputaran yang sebenarnya atau rasa

berputar yang khayal dengan disorientasi ruang yang biasanya menimbulkan gangguan

keseimbangan. Penderita merasa dirinya berputar atau lingkungannya yang bergerak

mengelilinginya. Penderita yang lain merasa dirinya seperti ditarik atau dalam keadaan

ketidakseimbangan 2

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau

gangguan orientasi ruangan. Banyak system organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur

dan mempertahankan keseimbangan tubuh. Keseimbangan diatur oleh intergrasi berbagai

system, yang banyak peranannya adalah system vestibular, system visual dan system

somatosensorik.3

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Vestibularis

Membran labirin berisi endolimf dan dikelilingi perilimf, terletak di dalam rongga

labirin tulang di dalam tulang temporal dasar tengkorak. Sistem vestibularis terdiri dari

labirin statik yang memberikan informasi mengenai posisi kepala di dalam ruang (makula dan

utrikulus), dan labirin kinetik yang mengirimkan informasi mengenai pergerakan kepala dari

area khusus di dalam ampula 2,3

Syaraf vestibularis menghantarkan 2 jenis informasi yaitu posisi kepala dalam ruang

dan rotasi angular kepala. Seluruh peralatan vestibuler memberikan informasi yang

membantu dalam mempertahankan keseimbangan dan bersama-sama dengan sistem

penglihatan dan proprioseptif, memberikan rasa posisi yang kompleks di dalam batang otak

dan serebelum.2,3

C. Patofisiologi dan Etiologi

10

Page 11: Bab i Lapsus

Vertigo timbul bila terdapat gangguan pada alat-alat vestibuler atau pada serabut-

serabut yang menghubungkan alat/nukleus vestibularis dengan pusatnya di serebelum atau di

korteks cerebri2

Gangguan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai hal yang dapat dikelompokkan

menjadi3,4,5 :

1. Kelompok penyakit yang menimbulkan gangguan di bagian perifer dari susunan

vestibularis, diantaranya :

- Penyakit-penyakit telinga

- Neuronitis vestibularis

- Vertigo posisional benigna

- Penyakit meniere

- Pengaruh obat-obatan yang bersifat toksik terhadap vestibuler, seperti

streptomisin, anti konvulsan, gentamisin dll.

- Trauma kepala dan leher

- Infeksi

- Oklusi arteri labirin

- Tumor di fosa posterior seperti neuroma akustik, dll

2. Kelompok penyakit yang menimbulkan gangguan di bagian sentral dari susunan

vestibularis, antara lain :

- Neoplasma

- Migren basiler

- Gangguan di serebelum

- Epilepsi

- Stroke batang otak atau TIA di daerah arteri vertebro basilaris

- Spondilitis servikalis, dll

3. Kelompok penyakit sistemik yang menimbulkan gangguan di bagian perifer atau

sentral, seperti Diabetes Mellitus, hipoglikemi, anemia, hipotensi postural, dll.

D. Gejala Klinis

Keluhan dari pasien dapat berupa rasa berputar, atau tempat di sekitarnya bergerak

atau perasaan bahwa mereka mengelilingi sekitarnya dan tidak dapat menentukan tempatnya.

11

Page 12: Bab i Lapsus

Beberapa orang menggambarkan perasaan tertarik ke arah lantai atau ke arah satu sisi

ruangan, sukar untuk memfokuskan penglihatan dan merasa tidak enak untuk membuka mata

selama serangan. Disertai pula dengan mual muntah, keringatan dan dada berdebar-debar (4).

Dari gejala yang didapatkan dapat dibedakan apakah kelainannya di perifer atau sentral,

seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan vertigo tipe perifer dengan sentral

Gejala Perifer Sentral

Onset Tiba-tiba Perlahan

Beratnya keluhan Gejala hebat, episodic Gejala ringan, kontiniu

Durasi dan Gejala Beberapa menit sampai jam Kronik

Sifat vertigo Rasa berputar Rasa melayang, hilang keseimbangan, light headed

Nistagmus (+) satu arah (dengan fase cepat atau lambat)

Kadang-kadang dua arah

Fiksasi visual Dihambat oleh nistagmus dan vertigo

Tidak ada hambatan

Arah post pointing Ke arah fase lambat Berubah-ubah

Arah jatuh pada Romberg test

Ke arah fase lambat Berubah-ubah

Gangguan lain Tuli, tinitus, mual, muntah Jarang

E. Pemeriksaan Penderita dengan Vertigo

1. Anamnesis

12

Page 13: Bab i Lapsus

Anamnesis merupakan bagian pemeriksaan yang paling penting untuk penderita

vertigo, oleh sebab itu diperlukan anamnesis yang cermat dan banyak memerlukan waktu 6,7

Penderita diminta melukiskan dengan kata-kata sendiri apa yang dimaksudnya dengan

pusing

Anamnesis khusus dengan vertigonya

o Adakah kekhususan sifat vertigo yang timbul, keparahan vertigonya

o Intensitas timbulnya vertigo berkaitan dengan perjalanan waktu

o Bagaimana timbul dan bagaimana berakhirnya

o Pengaruh lingkungan atau situasi

o Keluhan lain seperti telinga berdenging, mual, muntah dll

Anamnesis untuk keluhan-keluhan lain (drop attack, gangguan penglihatan, disatria,

disfonia, gangguan pergerakan atau sensibilitas) bilamana keluhan ini ada dan

bersamaan dengan penurunan kesadaran maka perlu dicurigai kelainan

serebrovaskuler.

Anamnesis intoksikasi/pemakaian obat-obatan, sepeti streptomisin, anti konvulsan,

gentamisin, anti hipertensi, kanamisin, penenang, neomisin, alkohol, fenilbutazol,

kinin, asam eta-akrinik, tembakau.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan mata dilakukan pada kondisi mata bergerak dan dalam posisi netral. (6,7,8)

1. Mencari adanya strabismus dan atau diplopía

2. Mencari adanya nistagmus

3. Pemeriksaan dengan rangsangan perubahan posisi kepala dan tubuh

Cari kemungkinan posisi yang membangkitkan nistagmus atau vertigo.

Test baring terlentang, baring miring ke kiri, kanan dan tes baring terlentang

dengan kepala menggantung. Tiap-tiap test dilakukan selama 1 menit dengan

kecepatan perubahan posisi 90 derajat dalam 5 detik sehingga pengaruh gaya

gravitasi ditiadakan (9)

4. Manuver Hallpike

Langkah-langkah :

13

Page 14: Bab i Lapsus

- Tolehkan kepala pasien 450 ke arah kiri

- Kemudian pasien direbahkan sampai kepala bergantung di pinggir tempat

tidur

- Pasien tetap membuka mata agar pemeriksa dapat melihat gejala nistagmus.

- Tolehkan kepala pasien ke arah kanan, perhatikan munculnya nistagmus ke

arah yang berlawanan.

Pemeriksaan Keseimbangan

Berdiri tegak, berjalan, berjalan di atas jari kaki, berjalan di atas tumit dan berjalan

secara tandem.

Duduk di kursi dan angkat kedua lengan serta kedua kaki dengan mata tertutup.

Pemeriksaan Pendengaran

Garpu tala

Audiometri

F. Klasifikasi Vertigo8,9,10

1. VERTIGO POSISIONAL BENIGNA

          Vertigo benigna dikenal juga sebagai vertigo Barany. Syndrome vestibular ini paling

umum, dan dijuluki posisional karena vertigonya timbul kalau kepala berputar kekanan atau

kiri. Hal ini terjadi kalau kepala menoleh kekanan atau kekiri dan jika merebahkan badan

untuk berbaring atau berbalik kesamping sewaktu berbaring.

            Vertigo yang timbul pada saat perubahan sikap kepala ini bersifat berputar-putar

dimana orang sakit merasa bahwa seisi ruangan berputar-putar seolah-olah bergelimpangan

dan berjungkir balik. Jika penderita disuruh berbaring untuk diperiksa seringkali ia tidak mau,

karena ia takut akan diserang oleh vertigo itu. Kebanyakan vertigo posisional benigna ini

tergolong pada kelompok yang berusia 45 tahun keatas dan kaum wanita. Nistagmus ritmis

selalu mengiringi vertigo tersebut. daya pendengaran tetap utuh, muntah jarang tetapi mual

hampir selalu ada.

            Jika orang sakit disuruh berbaring dengan mata tertutup dan merebahkan dirinya

perlahan-lahan, serangan vertigo posisional dapat dihindarkan. Tetapi jika diprovokasi

14

Page 15: Bab i Lapsus

dengan memutarkan kepala penderita, vertigo serta nistagmus akan bangkit. Etiologinya

jarang dapat ditentukan secara mantap dan biasanya tidak diketahui. Tetapi seringkali

dipikirkan ischemia vestibular akibat tertekannya arteria vertebralis karena osteofit yang

menonjol kedalam foramen intervertebralis, sewaktu kepala berputar. Adapun pengiraan lain

adalah tertekuknya arteria vertebralis pada kelokan-kelokan sepanjang perjalanan arteri

tersebut terutama jika sudah ada banyak tempat-tempat sklerotik pada dinding arteri.

               Vertigo posisional benigna didasari oleh gangguan vestibular perifer yang

reversibel. Akan tetapi vertigo posisional dapat juga disebabkan oleh lesi sentral misalnya

karena lesi dibatang otak pada sclerosis multipleks, infark dan tumor infratentorial. Maka

pada setiap kasus vertigo posisional perlu diselidiki adanya gejala-gejala yang merupakan

manifestasi penyakit-penyakit tersebut diatas. Pada permulaan penyakit-penyakit tersebut

mungkin hanya menimbulkan vertigo posisional. Dalam hal ini perlu diadakan test-test yang

dapat membedakan vertigo posisional perifer dan sentral.

2. PUSING AKIBAT KOMOSIO/KONTUSIO SEREBRI

            Trauma kepala dan leher menimbulkan pusing dalam 25-50% dari kasus-kasus.

Kerusakannya tidak usah mengenai sistema vestibuler. Gangguan saraf otonom akibat trauma

kepala pun sudah dapat menimbulkan pusing yang disertai palpitasi, ’flushing’ (wajah dan

kepala merasa panas sejenak) dan berkeringat banyak. Tetapi pada trauma kepala berat

kecendrungan untuk merusak labirin adalah besar. Dalam hal ini timbul pusing yang bersifat

vertigo tanpa tanda-tanda gangguan saraf autonom tersebut diatas. Sindroma vertigo post

trauma dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu vertigo post trauma akut dan vertigo post

trauma posisional.

a. vertigo post trauma akut

            vertigo post trauma akut sering disebut sindroma komosio labirintes. Karena trauma

timbul paresis vesribuler unilateral yang dapat dibuktikan oleh test kalorik. Gejala-gejalanya

terdiri dari vertigo, mual dan muntah-muntah. Vertigonya terus-menerus dan disertai

nistagmus spontan dengan komponen cepat yang mengarah kesisi lesi. Kecendrungan untuk

jatuh kesisi lesi dan penyimpangan gerakan tangkas kearah lesi dapat ditemukan juga. Gejala-

gejala tersebut lebih jelas dan bertambah berat oleh gerakan cepat dari kepala terlebih-lebih

bila sisi kepala yang terganggu berada dibawah belahan kepala yang sehat.

15

Page 16: Bab i Lapsus

b. Vertigo post trauma posisional

            Vertigo post trauma posisional menjadi suatu kenyataan beberapa hari atau minggu

setelah mengidap trauma kepala. Jenis vertigo ini umumnya mulai timbul setelah gejala-

gejala sindroma vertigo post trauma akut menghilang. Jadi, segera setelah mengalami trauma

kapitis timbul vertigo yang terus-menerus. Kemudian, vertigo itu hanya timbul pada sikap

kepala tertentu. Tanpa pengobatan vertigo posisional tersebut dapat lenyap dengan sendiri,

tetapi dapat juga sekali-kali timbul kembali. Bahkan adakalanya vertigo posisional itu

menetap dan amat mengganggu kehidupan penderita. Destruksi sistema vestibular pada sisi

yang sakit harus dianjurkan bila vertigo posisional itu tidak dapat diredakan dengan obat-obat

dan orangsakit tidak dapat merobah sikap kepalanya sedikit pun.

3. NEURONITIS VESTIBULARIS

            Penyakit tersebut diatas timbul secara mendadak dengan serangan vertigo yang berat

diiringi mual-mual dan muntah-muntah. Nistagmus spontan menyertai serangan vertigo itu.

Komponen cepat vertigo ini mengarah kesisi yang normal. Pada test kalorik ditemukan

paralisis vestibular unilateral. Nistagmus posisional dapat dijumpai 30% dari kasus-kasus

neuronitis vestibularis. Tinitus atau perasaan seolah-olah liang telinga kemasukan air dapat

ditemukan pada 40% dari kasus-kasus. Namun demikian, daya pendengaran tidak terganggu.

Juga audiogramnya nornal. Penyakit ini tidak pernah dijumpai pada anak-anak, melainkan

pada orang dewasa saja yang berumur antara 20-60 tahun. Dengan obat atau tanpa obat

serangan vertigo berat terlukis diatas dapat hilang sama sekali dalam beberapa minggu atau

dengan gejala sisa yang berupa vertigo posisional yang berlangsung sejenak dan bangkit

sekali-sekali saja.

            Walau dinamakan neuronitis vestibularis , jenis infeksinya belum pernah

diungkapkan. Pendapat umum adalah infeksi virus, tetapi sebenarnya faktor etiologiknya

masih tetap belum diketahui.

4. PENYAKIT MENIERE

16

Page 17: Bab i Lapsus

            Secara tidak tepat diagnosa penyakit meniere dibuat untuk setiap jenis vertigo yang

timbul secara berkala. Dalam praktek lebih sering dijumpai neuronitis vestibularis atau

vertigo posisional benigna daripada penyakit meniere. Ciri banding yang pokok ialah, pada

neuronitis vestibularis dan vertigo posisional benigna daya pendengaran tidak terganggu,

sebaliknya pada penyakit meniere pendengaran selalu terganggu pada waktu serangan vertigo

berlangsung. Maka oleh karana itu diagnosa penyakit meniere harus digunakan hanya untuk

sindroma yang dilukis dibawah ini saja:

            Serangan berkala yang terdiri dari mual, muntah-muntah dan vertigo dengan tinitus

atau perasaan penuh didalam telinga dan tuli sementara. Tinitus, perasaan pengang atau

penuh didalam telinga dapat berkembang secara berangsur-angsur untuk memuncak dan pada

saat itu bangkit vertigo secara tiba-tiba yang disertai dengan muntah-muntah, mual dan tuli.

Tiap serangan berlangsung beberapa jam. Setelah serangan berlalu, daya pendengaran pulih

kembali dalam beberapa jam. Jika serangan kerap kali timbul, daya pendengaran bisa mundur

secara mantap dan akhirnya bisa menjadi tuli mutlak setelah itu tidak akan bangkit vertigo

lagi.   Yang mendasari serangan vertigo itu ialah hidrops unilateral. Namun demikian proses

apa yang menimbulkan hidrops unilateral itu belum diketahui. Maka karena itu

pengobatannya simptomatik.

5.PUSING IATROGENIK

Intoksikasi obat-obat dapat menimbulkan vertigo dan lain-lain gejala

vestibular.Intoksikasi antikonvulsan (barbiturat, phenytoin, ethosuximide dan carbamazepine)

dan alkohol membangkitkan pusing yang terus-menerus dan dapat disertai nistagmus dan

ataxia. Penghentian terapi obat-obat tersebut dan penghentian minum-minuman keras

melenyapkan manifestasi intoksikasi tersebut diatas.

            Intoksikasi salisilat mulai menjadi kenyataan dengan timbulnya tinitus yang disusul

dengan tuli perseptif dan vertigo. Dua atau tiga hari setelah penggunaan salisilat dihentikan

gejala-gejala tersebut mereda untuk lenyap dalam hari-hari berikutnya.

            Intoksikasi aminoglycoside (streptomycin, kanamycin, gentamycin dsb) mengganggu

fungsi vestibular dan auditorik. Neomycin dan kanamycin lebih mengganggu fungsi auditorik

daripada fungsi vestibular, sedangkan streptomycin dan gentamycin lebih cepat menimbulkan

defisit vestibular daripada auditorik. Gejala dini sindroma intoksikasi tersebut berupa mual,

pusing dan sempoyongan. Kemudian bekembang vertigo dan nistagmus. Gangguan auditorik

17

Page 18: Bab i Lapsus

berupa tinitus dengan nada tinggi, tetapi tulinya terutama untuk nada rendah, sehingga

mengganggu sekali untuk mendengarkan percakapan biasa,

6. VERTIGO PADA TUMOR AKUSTIKUS DAN MENINGIOMA

            Vertigo sebagai gejala dini dari meningioma, schwannoma dan lain-lain tumor

infratentorial serta tumor serebelar sering luput didiagnosa. Kebanyakan dikira sebagai

vertigo benigna saja. Seorang neurolog kenamaan (prof Dr. Mathews) berpendapat bahwa

seorang dokter tidak usah malu atau depresif kalau ia luput mendiagnosa tumor serebri pada

tahap dini. Oleh karena pada hakikatnya tindakan terapeutik umumnya bermanfaat sekali

walaupun terapi itu bersifat simtomatik. Dengan pertolongan itu orang sakit bisa lebih lama

menikmati hidupnya daripada tumor serebrinya ditemukan dalam tahap dini. Karena akibat

pemerikasaan invasif dan operasi untuk mengangkat tumor serebri itu, tidak jarang orang

sakit lebih menderita. Ia bisa menjadi lebih dulu cacat menahun dan penghidupannya akan

diliputi oleh kekhawatiran keganasan neoplasma, daripada tidak dioperasi sedini itu.

Persoalan inu memang masih bisa diperdebatkan, tetapi tidak selalu berarti suatu malapetaka

jika suatu tumor serebri tidak dapat didiagnosa sedini mungkin. Hal ini dapat dicontohkan

oleh neurinoma akustik dan tumor infratentorial lainnya.

            Schwannoma atau neurinoma akustikus mula timbulnya dengan tuli perseptif

unilateral yang progresif. Pada tahap dini terdapat vertigo. Bisa jadi ada pusing non vertigo

dengan kecenderungan untuk sempoyongan, kalau tumor itu menjalar dan merusak meatus

akustikus interna, maka hemihipestesia fasialis dengan refleks kornea yang menurun atau

lenyap dapat ditemukan bersama-sama dengan adanya hemiparesis fasialis ringan akibat

terlibatnya nervus trigeminus/ganglion Gasseri dan nervus fasialis. Vertigo posisionil dan

nistagmus dapat bekembang pada tahap itu juga. Pemeriksaan kalorik dan audiogram sudah

dapat memperlihatkan kerusakan disusunan vestibularis dan auditorik sesisi. Perjalanan

penyakitnya sangat lambat.

            Meningioma. Lokalisasi meningioma kebanyakan disisi konveksitas otak (50%) dan

dibasisnya (40%). Yang berkedudukan disekitar sayap sfenoid dapat mengganggu funsi

auditorik dan vestibular. Kebanyakan orang dengan meningioma tergolong pada orang-orang

berusia 40 tahun keatas dan lebih banyak wanita daripada pria.

7. VERTIGO PADA SINDROMA WALLENBERG

18

Page 19: Bab i Lapsus

            Sindroma wallenberg atau lateral medullary onfarction terjadi akibat infark bagian

dorsolateral medula oblongata yang dipendarahi oleh arteri serebeli posterior inferior. Pada

saat terjadinya penyumbatan arteri tersebut timbul secara serentak vertigo, muntah-muntah

dan singultus. Pertolongan dokter dicari karena vertigonya yang sangat mengganggu. Setelah

vertigo mereda, barulah pasien merasa adanya hemihipestesia alternans, yaitu perasaan baal

pada belahan wajah sisi ipsilateral dengan perasaan baal pula pada belahan tubuh sisi

kontralateral, selanjutnya disfagia dan suara sedikit sengau karena kelumpuhan N.IX dan

N.X.         

Adapun pembagian Vertigo yang lainnya adalah sebagai berikut :

1. VERTIGO VESTIBULAR

  ini adalah salah satu pemicu munculnya vertigo. Jika ada gangguan pada sistem ini, yang

lazim disebut vertigo vestibular, dunia akan terasa seperti berputar. Serangan vertigo jenis ini

umumnya terjadi secara mendadak, bersifat datang-pergi (episodik), disertai rasa

mual/muntah, kadang-kadang ada denging di telinga. Pencetus serangan ini adalah gerakan

kepala.

Vertigo vestibular ini dibedakan menjadi dua tipe

1. Tipe sentral, gangguan terjadi pada batang otak sampai otak besar. Adapun gejalanya

diplopia (pandangan ganda), sakit kepala hebat, gangguan kesadaran, koordinasi tubuh

menurun, mual dan muntah, serta lemas.

2. Tipe perifer, gangguan terletak pada batang otak sampai labirin di telinga bagian dalam.

Gejalanya adalah pandangan kabur, letih, lesu, sakit kepala, detak jantung cepat, kehilangan

keseimbangan, kehilangan konsentrasi, nyeri otot terutama di leher dan punggung, mual,

muntah kemampuan kognitif menurun, serta sensitif terhadap cahaya dan bunyi.

2. VERTIGO NONVESTIBULAR

Pada vertigo nonvestibular, sensasi yang dirasakan penderita adalah melayang,

bergoyang, atau sempoyongan. Serangan biasanya terjadi terus-menerus, tetapi tidak ada

mual maupun muntah. Vertigo akibat gangguan sistem visual biasanya dicetuskan oleh situasi

yang ramai, banyak orang atau benda lalu lalang.

  Pada gangguan sistem somatosensorik/proprioseptik atau gangguan pada saraf

sumsum tulang belakang, misalnya gangguan pada saraf tepi berupa kaki baal atau pundak

19

Page 20: Bab i Lapsus

kaku, impuls gerakan terlambat diterima otak besar. Akibatnya, keseimbangan penderita

terganggu dan termanifestasi sebagai vertigo.

Gangguan baal biasanya dialami penderita diabetes. Adapun leher kaku (cervical

tension) umumnya dialami mereka yang bekerja di belakang meja.

Selain dari vertigo vestibular dan nonvestibular, ternyata flu juga bisa menjadi pemicu

dari vertigo. Jika flu tersebut menyebabkan infeksi atau peradangan di telinga dalam, maka

akan mengakibatkan organ keseimbangan kita kacau dan terjadi deh si vertigo-nya. Selain

flu, alergi dari obat-obatan juga bisa memicu si vertigo jika si obat-obat tersebut menyerang

tiga sistem keseimbangan .

G. Pengobatan

1. Medikamentosa

Umumnya merupakan pengobatan simptomatis. Beberapa obat yang dapat diberikan

antara lain sebagai berikut (6,7) :

1. antikolinergik/parasimpatolitik

2. antihistamin

3. penenang minor dan mayor

4. simpatomimetik

5. vasodilator

2. Fisioterapi

Bertujuan untuk mempercepat tumbuhnya mekanisme kompensasi/ adaptasi atau

habituasi sistem vestibuler yang mengalami gangguan tersebut(6,7).

Pengobatan vertigo :

Terapi kausal : merupakan pengobatan terbaik yaitu sesuai dengan etiologi

– Pengobatan terhadap kelainan susunan saraf pusat seperti iskemia, hipotensi,

infeksi, trauma kepala, tumor, migren

– Pengobatan kelainan sistem vaskuler perifer seperti kelainan telinga

tengah/dalam

Terapi simptomatik (medika mentosa) ditujukan kepada 2 gejala

a. rasa vertigo, mutar melayang

b. gejala otonom (mual, muntah)

20

Page 21: Bab i Lapsus

Pemilihan obat: sesuai efek obat, berat dan fase vertigo

Golongan obat :

a. Menekan irritabilitas vestibular

- Anti histamin: dimenhidrinat (dramamin)

- Prometazine (phenergan)

- Sinarizin (vertizin, stugoron)

- Benzodiazepin

- Beta blocker : carvedilol

- Ca entry blocker (flunarizine)

b. Memperbaiki aliran darah ke labirin dan batang otak (meningkatkan

oksigenasi)

- Histaminik : betahistin (merislon)

- Ca entry blocker (flunarizine)

c. Mengatasi mual, muntah

- Fenotiazine (proklorperazin, stemetil)

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: Bab i Lapsus

1. Lumbantobing S.M. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2003.

2. Marjono M, Sdharta P. Dalam : Neurologi Klinik Dasar. Dian Rakyat. Jakarta, 1997

3. Lumbantobing SM. Vertigo. Tujuh keliling. FKUI. Jakarta. 2007

4. Anderson JH dan Levine SC. Sistem Vestibularis. Dalam : Effendi H, Santoso R,

Editor : Buku Ajar Penyakit THT Boies. Edisi Keenam. Jakarta : EGC. 1997. h 39-45

5. Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti, Sp.THT.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telinga

hidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. Gaya Baru. Jakarta.

6. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada Press. Yogyakarta, 2000

7. Lumbantobing S.M. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2003.

8. Anderson JH dan Levine SC. Sistem Vestibularis. Dalam : Effendi H, Santoso R,

Editor : Buku Ajar Penyakit THT Boies. Edisi Keenam. Jakarta : EGC. 1997. h 39-45

9. Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti, Sp.THT.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telinga

hidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. Gaya Baru. Jakarta.

10. Bashiruddin J. Vertigo Posisi Paroksismal Jinak. Dalam : Arsyad E, Iskandar N,

Editor. Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI. 2008. Hal. 104-9

22