bab i-iii 5

Upload: ismail-andi-baso

Post on 08-Apr-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    1/40

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LatarBelakang

    Seiring keinginan bangsa kita untuk menuju perbaikan kinerja

    pegawai melalui penilaian prestasi kerja (PPK) yang sudah ada.

    Baik pemerintah maupun swasta mengharapkan organisasinya

    tumbuh dan berkembang. Sebab dunia terus berkembang. Dengan

    perkembangan tersebut diharapkan organisasi mampu bersaing

    dan berakselarasi dengan kemajuan zaman. Salah satu cara yang

    dapat digunakan untuk melihat perkembangan suatu organisasi,

    yaitu melalui hasil penilaian prestasi kerja atau kinerja pegawai

    yang ada pada organisasi tersebut. (Ilyas, 2001).

    Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantias yang

    dicapai oleh seseorang pegawai dalam kemampuan melaksanakan

    tugas-tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan atasan

    kepadanya. Selain itu kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu

    hasil yang dicapai seseorang yang dicapai dengan adanya

    kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu. (Hasibuan,

    2005).

    Kinerja dapat menunjukkan apakah pegawai pada organisasi

    tersebut telah memenuhi sasaran atau target sebagaimana yang

    dikehendaki organisasi, baik secara kuantitas maupun kualitas,

    bagaimana prilaku pegawai dalam melaksanakan pekerjaanya,

    apakah cara kerja tersebut sudah efektif dan efisien, bagaimana

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    2/40

    2

    penggunaan waktu kerja dan sebagainya. Dengan hal tersebut

    berarti kinerja merupakan refleksi dari berkembang atau tidaknya

    organisasi. (Cokroaminoto, 2007).

    Menurut peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang

    tenaga kesehatan menyebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah

    setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta

    memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan

    dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

    kewewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

    Di Indonesia, pada tahun 2002, rata-rata setiap 100.000

    penduduk baru dapat dilayani 3,5 puskesmas. Selain jumlahnya

    yang kurang, kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan

    kesehatan di puskesmas masih menjadi kendala. Pelayanan

    kesehatan masih belum memenuhi harapan masyarakat. (kurniadi,

    2007)

    Masih rendahnya kinerja tenaga kesehatan dapat dilihat dari

    beberapa program, seperti proporsi pertolongan persalinan oleh

    tenaga kesehatan, pada tahun 2010 cakupan persalinan oleh

    pegawai baru mencapai 67,7% dari target 90%, dengan variasi

    antara 41,3% di provinsi Maluku dan 78,9% di propinsi Bali dan

    Sumatera selatan. Proporsi bayi yang mendapatkan imunisasi

    campak untuk bayi umur 12-23 bulan baru mencapai 71,6% dari

    target 90% dengan variasi antara 44,1% di propinsi banten dan

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    3/40

    3

    91,1% di propinsi DIY. Proporsi penemuan kasus (Case Detection

    Rate)TB Paru baru mencapai 29% dengan target 100%.(Kurniadi,

    2007).

    Demikian halnya yang terjadi di Samarinda, rendahnya kinerja

    tenaga kesehatan dapat dilihat dari beberapa program berikut,

    seperti proporsi pertolongan persalinan oleh pegawai pada tahun

    2009 baru mencapai 91,8 %. Proporsi bayi yang mendapatkan

    imunisasi campak pada tahun 2009 baru mencapai 48,2%. Proporsi

    penemuan kasus TB paru pada tahun 2009 baru mencapai 62,2%.

    (DKK Samarinda, 2010)

    Rendahnya kinerja tenaga kesehatan disebabkan oleh

    beberapa faktor penting yang saling berkaitan, yaitu : individu

    (kemampuan dan keterampilan, mental, fisik, latar belakang

    keluarga, tingkat sosial, pengalaman, demografi), organisasi

    (sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, desain pekerjaan,

    supervisi, control), dan psikologi (persepsi,sikap, belajar, motivasi,

    kepribadian) (Gibson dan Ilyas, 2000).

    Salah satu faktor yang bersumber dari individu adalah

    Kemampuan kerja. Kemampuan kerja adalah keadaan dimana

    pegawai dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan benar atau

    dengan kata lain memiliki kompetensi yang bersumber dari

    pendidikan, pengalaman, pelatihan dan pengembangan sehingga

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    4/40

    4

    memiliki pengaruh positif terhadap kinerja (prestasi kerja).

    (Atmosoeprapto, 2000).

    Selain faktor individu, faktor yang bersumber dari organisasi

    juga mempengaruhi kinerja tenaga kesehatan di puskesmas. Salah

    satu faktor dari organisasi tersebut yaitu kepemimpinan.

    Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain

    agar orang tersebut mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang

    telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai

    kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organisasi

    untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai.

    (Edy, 2008).

    Sedangkan salah satu faktor dari faktor psikologis adalah

    faktor motivasi, Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang

    seperti keinginan, harapan, keutuhan, dorongan, dan kesukaan

    yang mendorong keinginginan individu untuk melakukan atau

    berprilaku kerja guna mencapai tujuan (kepuasan-kepuasan atau

    mengurangi ketidak seimbangan) (Handoko, 2003).

    Demikian pula halnya yang terjadi di Puskesmas Lempake,

    masih belum optimalnya kinerja tenaga kesehatan dipuskesmas

    lempake dapat dilihat dari beberapa program berikut, seperti

    proporsi pelayanan gigi oleh tenaga kesehatan pada tahun 2009

    baru mencapai 8,1%. Proporsi bumil yang belum mendapatkan

    pelayanan K4 tahun 2009 baru mencapai 78% dari target 90%.

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    5/40

    5

    Proporsi rumah tangga sehat dari hasil survey PHBS Gakin 11,56%

    dari target 65%. Proporsi home visit kesling pada penderita TB paru

    dan diare 80% dari target 100%. Proporsi ABJ di wilayah endemis

    pada tahun 2009 baru mencapai 86% dari target 95%. Proporsi

    pemantauan balita (% balita yang naik berat badan) pada tahun

    2009 baru mencapai 56% dari target 80%. Proporsi pemberian asi

    eksklusif pada tahun 2009 baru mencapai 14,66% dari target 80%.

    (Profi Puskesmas Lempake, 2010).

    Dari data tersebut di atas terlihat bahwa capaian kinerja

    tenaga kesehatan dari beberapa program masih rendah atau belum

    memenuhi target sebagaimana yang dikehendaki organisasi. Oleh

    karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kinerja

    organisasi dalam rangka pencapaian peningkatan kinerja melalui

    optimalisasi kinerja pegawai.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka

    rumusan masalah dalam penelitian adalah Apakah ada hubungan

    antara kepemimpinan, motivasi dan pelatihan kerja terhadap kinerja

    tenaga kesehatan di Puskesmas Lempake Samarinda tahun

    2010 ?

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    6/40

    6

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja

    tenaga kesehatan di Puskesmas Lempake Samarinda Tahun

    2010.

    2. TujuanKhusus

    a. Mengetahui hubungan antara kepemimpinan dengan

    kinerjan tenaga kesehatan di Puskesmas Lempake

    Samarinda tahun 2010.

    b. Mengetahui hubungan antara motivasi dengan kinerja

    tenaga kesehatan di Puskesmas Lempake Samarinda tahun

    2010.

    c. Mengetahui hubungan antara pelatihan kerja dengan kinerja

    Tenaga Kesehtan di Puskesmas Lempake Samarinda tahun

    2010.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi penulis

    Merupakan penerapan pengetahuan teori dan wawasan

    serta pencapaian ilmu selama perkuliahan.

    2. Bagi pegawai

    Dapat melaksanakan program-program agar dapat

    meningkatkan kinerja pegawai.

    3. Bagi pihak instansi terkait

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    7/40

    7

    Hasil penelitian dapat dijadikan bahan masukan bagi instansi

    yang terkait seperti dinas Ketenagakerjaan, Hiperkes, serta

    akademisi sebagai pedoman dalam menentukan prioritas

    pelaksanaan program dan menentukan arah kebijakan dalam

    upaya meningkatkan kinerja pegawai.

    4. Bagi peneliti lain

    Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk bahan informasi

    awal penelitian lebih lanjut serta sebagai bahan perbandingan

    bagi peneliti lain.

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    8/40

    8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A.Tinjauan Umum Tentang Kinerja

    1. Pengertian Kinerja

    Menurut Cokroaminoto, kinerja dapat diartikan sebagai

    hasil kerja pegawai secara kuantitas maupun kualitas. Kinerja

    dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok.

    (Cokroaminoto, 2007)

    Kinerja adalah suatu keadaan atau kegiatan yang dapat

    dihitung atau diukur dalam menetapkan alat ukur kinerja

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    9/40

    9

    ( indikator kinerja), harus dapat diidentifikasi suatu bentuk

    pengukuran yang akan menilai hasil dan outcome yang diperoleh

    dari kegiatan yang dilaksanakan. Indikator kinerja ini digunakan

    untuk meyakinkan bahwa kinerja hari demi hari personil

    organisasi membuat kemajuan menuju tujuan dan sasaran

    organisasi dalam rencana strategis. (Barlet, 1999)

    Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual

    performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang

    dicapai oleh seseorang). Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil

    kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

    pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

    tanggung jawab yang telah diberikan kepadanya.

    (Mangkunegara, 2000).

    Kinerja merupakan suatu pencapaian persyaratan-

    persyaratan kerja tertentu yang akhirnya langsung dapat

    tercermin dari output yang dihasilkan baik jumlah maupun

    kualitasnya. Yang dimaksud dengan output disini adalah baik

    dalam bentuk fisik maupun non fisik. (Simamora, 1999)

    Kinerja merupakan penampilan hasil kerja pegawai secara

    kuantitas maupun kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan

    kerja perorangan maupun kelompok (Ilyas, 1993 dalam

    Cokrominoto, 2007)

    2. Tujuan penilaian kinerja.

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    10/40

    10

    Secara garis besar terdapat dua Tujuan Utama, yaitu :

    a. Evaluasi terhadap tujuan (goal) organisasi,mencakup :1) Feedbackpada pekerjaan untuk mengetahui di mana

    posisi mereka.

    2) Pengembangan data yang valid untuk pembayaran

    upah/bonus dan keputusan promosi serta menyediakan

    media komunikasi untuk keputusan tersebut.

    3) Membantu manajemen membuat keputusan

    pemberhentian sementara atau PHK dengan memberikan

    peringatan kepada pekerja tentang kinerja kerja mereka

    yang tidak memuaskan. (Michael Beer dalam French,

    1986).

    b. Pengembangan tujuan (goal) organisasi,mencakup :1) Pelatihan dan bimbingan pekerjaan dalam rangka

    memperbaiki kinerja dan pengembangan potensi di masa

    yang akan datang.

    2) Mengembangkan komitmen organisasi melalui

    diskusi kesempatan karier dan perencanaan karier.

    3) Memotivasi pekerja.

    4) Memperkuat hubungan atasan dengan bawahan.

    5) Mendiagnosis problem individu dan organisasi.

    3. Manejemen Kinerja

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    11/40

    11

    Kinerja seorang pegawai akan baik, jika pegawai

    mempunyai keahlian yang tinggi, kesediaan untuk bekerja,

    adanya imbalan yang layak dan mempunyai harapan masa

    depan. Secara teoritis ada tiga kelompok variable yang

    mempengaruhi prilaku kerja dan kinerja individu. Sedangkan

    variable demografis mempunyai pengaruh yang tidak langsung.

    (Cokroaminoto, 2007).

    Kinerja organisasi mrupakan hasil interaksi yang kompleks

    dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi. Secara

    umum faktor fisik dan non fisik sangat berhubungan. Berbagai

    kondisi lingkungan fisik sangat berhubungan dengan kondisi

    pegawai dalam bekerja. Selain itu, kondisi lingkungan fisik juga

    akan mempengaruhi berfungsinya faktor lingkungan non fisik.

    (Cokroaminoto, 2007)

    4. Variabel kinerja

    Unsur prestasi kerja pegawai yang dinilai oleh setiap

    organisasi secara umum selalu sama. Umar, 2001

    mengemukakan bahwa variabel kinerja terdiri atas komponen-

    komponen sebagai berikut :

    a. Ketepatan waktu

    Seorang pegawai dapat menggunakan waktu yang diberikan

    dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    12/40

    12

    b. Tanggung jawab

    Adanya rasa tanggung jawab pada diri pegawai dalam

    menyelesaikan tugasnya.

    c. Kerja sama

    Pegawai ini bersedia melakukan kerja sama dengan pegawai

    lain sehingga pekerjaannya lebih baik

    d. Inisiatif

    Kemampuan pegawai untuk mengambil keputusan atau

    semua tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas

    pokok tanpa menunggu perintah dari pimpinan

    e. Kedisiplinan

    Disiplin pegawai dalam mematuhi peraturan-peraturan yang

    ada dan dalam melakukan pekerjaannya sesuai dengan

    instruksi yang diberikan kepadanya.

    f. Keandalan

    Pegawai ini dalam menyelesaikan pekerjaannya dinilai jarang

    sekali melakukan kekeliruan atau kesalahan.

    5. Komponen penilaian kinerja

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    13/40

    13

    Yang berhubungan terhadap pencapaian kinerja adalah

    Kemampuan (ability) dan motivasi (motivation) adalah sebagai

    berikut : (Mangkunegara, 2000)

    Human performance = Ability + Motivation

    Motivation = Atitude + Situation

    Abillity = Knowledge + Skill

    Kinerja itu dapat berbentuk produk akhir (barang dan jasa)

    dan atau berbentuk prilaku, kecakapan, kompetensi, sarana dan

    keterampilan spesifik yang dapat mendukung pencapaian tujuan,

    sasaran organisasi. (Sianipar, 2000)

    6. Metode penilaian kinerja pegawai

    Pendekatan yang dilakukan dalam penilaian kinerja

    pegawai sangat banyak. Menurut Marihot, 2000. Dari sekian

    banyak metode yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi

    dua bagian, yaitu :

    a. metode yang berorientasi masa lalu, seperti Skala Grafik

    dengan Rating, Metode Ceklis (Checklist), Metode Essai,

    Metode Pencatatan Kejadian Kritis, dan Metode Wawancara.

    b. metode yang berorientasi masa depan, seperti penilaian diri,

    tes psikologi, MBO, dan pusat penilaian.

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    14/40

    14

    Metode penilaian yang berorentasi pada masa lalu diartikan

    sebagai penilaian prilaku tenaga kerja yang dilakukan pada

    masa lalu sebelum penilaian dilakukan. Melalui hasil penelitian

    tersebut dapat dilakukan usaha untuk mengubah prilaku atau

    pengembangan pegawai. Beberapa metoda penilaian tersebut

    menurut Hadi, 2001 terdiri :

    a. Rating scale

    Rating scale adalah evaluasi subyektif, dilakukan oleh penilai

    terhadap prestasi kerja pegawai dengan skala tertentu dari

    rendah sampai tinggi. Kelebihan metode ini adalah tidak

    mahal dalam penyusunan administrasinya, penilaian hanya

    memerlukan sedikit latihan, tidak memakan waktu dan dapat

    diterapkan untuk jumlah pegawai yang besar.

    b. Checklist

    Metode Checlist dimaksudkan untuk mengurangi beban

    penilai. penilai tinggal memilih kalimat-kalimat atau kata-kata

    yang menggambarkan prestasi kerja dan karakteristik-

    karakteristik pegawai. Seperti metode rating scale, penilai

    biasanya adalah atasan langsung.

    c. Metode peristiwa kritis

    Metode peristiwa kritis (sritical incident technique) merupakan

    metode penilaian berdasarkan pada catatan penilai yang

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    15/40

    15

    mendasarkan pada catatan penilai yang menggambarkan

    prilaku-prilaku pegawai sangat baik atau sangat jelek dalam

    kaitanya dengan pelaksanaan kerja.

    d. Metode peninjauan lapangan

    Agar tercapainya penilaian yang lebih terstandarisasi, banyak

    perusahaan menggunakan metode peninjauaan lapangan

    (field review method). Dengan metode ini, wakil ahli

    departemen personalia turun ke lapangan dan membantu para

    penyelia dalam penilaian mereka.

    e. Metode wawancara

    Maksud dari penggunaan cara wawancara ini adalah agar

    pegawai mengetahui posisi dan bagaimana cara kerja

    mereka. Selain itu wawancara juga dimaksudkan untuk :

    1) Mendorong perilaku positif.

    2) Menerangkan apa target/sasaran yang diharapkan dari

    pegawai.

    3) Mengkomunikasikan masalah-masalah yang berkaitan

    dengan upah dan promosi.

    4) Rencana memperbaiki kinerja di masa yang akan datang.

    5) Memperbaiki hubungan antara atasan dengan bawahan.

    Sedangkan penilaian masa yang akan datang diartikan

    dengan penilaian akan potensi seorang pegawai untuk

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    16/40

    16

    melakukan pekerjaan pada masa datang. Beberapa metode

    penilaiaan itu menurut hadi, 2001 terdiri atas :

    a. Penilaian diri sendiri (Self Apraisal)

    Tekhnik evaluasi ini berguna apabila tujuan evaluasi adalah

    untuk melanjutkan pengembangan diri. Bila pegawai menilai

    dirinya, prilaku defensif cenderung tidak terjadi, sehingga

    upaya perbaikan diri juga cenderung dilaksanakan.

    b. Manajement By Objective (MBO)

    Inti pendekatan Manajement By Objective setiap pegawai dan

    penyelia secara bersama menetapkan tujuan-tujuan atau

    sasaran pelaksanaan kerja pada waktu yang akan datang.

    Kemudian dengan menggunakan sasaran tersebut, penilaian

    prestasi kerja dilakukan secara bersama pula.

    c. Penilaian secara psikologis (Psycological Appraisal)

    Penilaian ini pada umumnya terdiri dari wawancara

    mendalam, tes-tes psikologis, diskusi dengan atasan langsung

    dan review evaluasi-evalusi lainnya. Penilaian psikologis,

    bisanya dilakukan oleh para psikolog terutama dilakukan

    untuk menilai potensi pegawai diwaktu yang akan datang.

    d. Tekhnik Pusat Penilitian (Assessment Centre)

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    17/40

    17

    Assessment centre atau pusat penelitian adalah suatu bentuk

    penilaian pegawai yang distandarisasikan dimana tergantung

    pada berbagai tipe dari penilaiaan dari penilai. Penilaiaan bisa

    meliputi, wawancara, tes-tes psikologi, diskusi kelompok,

    simulasi dan sebagainya untuk mengevaluasi potensi pegawai

    diwaktu yang akan datang.

    B.Tinjauan Umum TentangKepemimpinan

    1. Pengertian kepemimpinan

    Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang

    lain agar orang tersebut mau bekerja sama untuk mencapai

    tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal

    sebagai kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota

    organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan

    organisasi tercapai. (edy, 2008).

    Menurut Stogdill dan Koontz, kepemimpinan dapat diartikan

    sebagai berikut :

    a. Kepemimpinan adalah suatu seni untuk menciptakan

    kesesuaian paham.

    b. Kepemimpinan adalah suatu bentuk inspirasi dan persuasi.

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    18/40

    18

    c. Kepemimpinan merupakan hubungan kekuatan untuk

    kekuasaan.

    d. Kepemimpinan adalah cara mempengaruhi orang lain agar

    ikut serta dalam mencapai tujuan organisasi.

    Kepemimpinan dapat disimpulkan sebagai proses dalam

    mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang dalam

    usahanya mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui

    metode-metode kegiatan manajemen. Kepemimpinan dapat pula

    diartikan sebagai atribut pemimpin yang harus

    dikenakan/digunakan oleh seseorang pemimpin untuk dapat

    membuat bawahanya bekerja dengan baik. Banyak sekali pakar

    manajemen maupun pakar kepemimpinan berhasil mengkaji dan

    menemukan sifat-sifat baik yang menentukan kualitas seorang

    pemimpin yang berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas

    kepemimpinannya.

    a. John D. Millet, menegaskan bahwa ada 4 macam sifat

    mendasar untuk dimiliki oleh seorang pemimpin agar

    pemimpin tersebut. Empat sifat tersebut adalah :

    1) Kemampuan melihat organisasi sebagai suatu keseluruhan.

    2) Kemampuan mengambil keputusan

    3) Kemampuan mendelegasikan wewenang

    4) Kemampuan menanamkan kesetiaan

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    19/40

    19

    b. Keith Davis, mengatakan ada 4 (empat) sifat yang dimiliki oleh

    seorang pemimpin, yaitu :

    1) Pemimpin harus memilki intelegensia. Seorang pemimpin

    harus memiliki kecerdasan, hal ini nampaknya merupakan

    suatu persyaratan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

    2) Seorang pemimpin harus memiliki kematangan dan

    keluasan wawasan. Memahami masyarakatan, kehidupan

    sosial dan kerjasama sosial akan lebih memantapkan

    kepemimpinan seorang pemimpin, bahkan lebih memiliki

    keyakinan akan kepercayaan diri.

    3) Seorang pemimpin harus memiliki motivasi dan keinginan

    berprestasi yang datang dari dalam.

    4) Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan hubungan

    antar manusia.

    c. Chester I. Bernard, lebih mendasarkan pada pengalaman

    memimpin suatu perusahaaan. Ada 7 yang perlu dimiliki oleh

    seorang pemimpin yaitu :

    1) Seorang pemimpin harus memiliki fisik yang ideal.

    2) Seorang pemimpin harus memiliki kecakapan.

    3) Seorang pemimpin harus menguasai teknologi.

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    20/40

    20

    4) Seorang pemimpin harus mempunyai daya tangkap yang

    tinggi.

    5) Seorang pemimpin harus mempunyai pengetahuan

    6) Seorang pemimpin harus mempunyai daya ingat yang

    tinggi

    7) Seorang pemimpin harus memiliki imajinasi

    d. Ralph Stogdill, mengelompokan sifat-sifat yang perlu dimiliki

    oleh seorang pemimpin yaitu :

    1) Karakteristik fisik

    2) Latar belakang sosial

    3) Kecerdasan dan kemampuan

    4) Kepribadian

    5) Karekterisik yang berorientasikan pada tugas

    6) Karekteristik sosial

    2. Fungsi dan Tugas Kepemimpinan

    Menurut Edi, 2008 seorang pemimpin secara umum

    berfungsi sebagai berikut :

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    21/40

    21

    a. Mengambil keputusan

    b. Mengembangkan informasi

    c. Memelihara dan mengembangkan loyalitas anggota

    d. Memberi dorongan dan semangat kepada anggota

    e. Bertanggung jawab atas semua akivitas kegiatan

    f. Melakukan pengawasan aas pelaksanaan kegiatan

    g. Memberi penghargaan pada anggota yang berprestasi

    Sedangkan tugas kepemimpinan dapat dijelaskan sebagai

    berikut :

    a. Yang berkaitan dengan kerja :

    1) Mengambil inisiatif

    2) Mengatur langkah dan arah

    3) Memberikan informasi

    4) Memberikan dukungan

    5) Memberikan pemikiran

    6) Mengambil suatu kesimpulan

    b. Yang berkaitan dengan kekompakan anggota :

    1) Mendorong, bersahabat, bersikap menerima

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    22/40

    22

    2) Mengungkapkan perasaan

    3) Bersikap mendamaikan

    4) Berkemampuan mengubah dan menyusuaikan pendapat

    5) Memperlancar pelaksanaan tugas

    6) Memberikan aturan main

    3. Gaya kepemimpinan

    Hersey dan Blanchard (1992) dalam kurnia, 2008

    berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya

    merupakan perwujudan dari tiga komponen yaitu pemimpin itu

    sendiri, bawahan dan situasi kerja dimana kepemimpinan

    tersebut diwujudkan.

    Menurut Davis dan Newsrom (1995) dalam kurnia, 2008

    menyebutkan beberapa gaya kepemimpinan, yaitu :

    a. Teori Genetis (keturunan. Inti dari teori menyatakan bahwa

    leader are born and not made (pemimpin itu dilahirkan /

    bakat, bukanya dibuat). Para penganut aliran teori ini

    mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin

    akan menjadi pemimpin karena dia telah dilahirkan dengan

    bakat kepemimpinan.

    b. Teori Sosial. Jika teori pertama diatas adalah teori yang

    ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun ekstrim pada sisi

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    23/40

    23

    lainnya. Inti aliran teori sosial ini adalah bahwa leader are

    made and not born (pemimpin itu dibuat atau dididik

    bukannya kodrati).

    c. Teori ekologis. Kedua teori yang ekstrim diatas tidak

    seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi

    terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga .

    teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa

    seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik

    apabila ia memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut

    kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan

    pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih

    lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua

    teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori

    yang paling mendekati kebenaran.

    4. Tipe kepemimpinan

    Menurut Siagian, 1997 dalam Kurnia, 2008 terdapat

    beberapa tipe kepemimpinan, yaitu :

    a. Tipe Otokratis. Seorang pemimpin yang otokratis ialah

    pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut :

    Mengidentikkian tujuan pribadi dengan tujuan organisasi,

    menganggap bawahan sebagai alat semata-mata, tidak mau

    menerima kritik, saran dan pendapat, terlalu bergantung pada

    kekuasaan formal.

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    24/40

    24

    b. Tipe Militeritistik. Seorang pemimpin yang bertipe militeristik

    ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat sebagai

    berikut : Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang

    lebih sering dipergunakan, senang bergantung kepada

    pangkat dan jabatan, senang pada formalitas yang berlebihan,

    menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, sukar

    menerima kritikan dari bawahan, menggemari upacara-

    upacara untuk berbagai keadaan.

    c. Tipe Paternalistis. Seorang pemimpin yang tergolong

    pemimpin yang paternalistis adalah seorang yang memiliki ciri

    sebagai berikut : Menganggap bawahannya sebagai manusia

    yang tidak dewasa , bersikap terlalu melindungi, jarang

    memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

    mengambil keputusan, jarang memberikan keputusan kepada

    bawahanya untuk mengembangkan daya kreasi dan

    fantasinya dan sering bersikap maha tahu

    d. Tipe Kharismatik. Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil

    menemukan sebab-sebab mengapa seorang pemimpin

    memiliki kharismatik.

    C.Tinjauan Umum Tentang Motivasikerja

    Pengertian motivasi adalah proses pemberian motive /

    penggerak bekerja kepada bawahan sedemikian rupa sehingga

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    25/40

    25

    mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan secara

    efisien. Pemberian motivasi pada dasarnya adalah melakukan

    penyusuaian kebutuhan organisasi dengan kebutuhan pegawai,

    penyusuaian kegiatan yang dimiliki organisasi dengan kegiatan

    pegawai serta penyusuaian tujuan yang dimiliki organisasi dengan

    tujuan pegawai. Motivasi dapat dibagi menjadi 2 jenis :

    1. Motivasi positif, yaitu suatu dorongan yang bersifat positif

    2. Motivasi negatif, yaiu mendorong bawahan dengan ancaman

    hukuman.

    Alat-alat motivasi (perangsang) yang diberikan kepada bawahan,

    adalah :

    1. Material incentive adalah motivasi yang bersifat material sebagai

    imbalan prestasi yang diberikannya.

    2. Non material incentive adalah motivasi yang tidak berbentuk

    materi

    Martoyo mendefinisikan motivasi adalah pekerjaan yang

    dilakukan oleh seorang manajer dalam memberikan inspirasi,

    semangat dan dorongan kepada orang lain dalam hal ini pegawai

    untuk mengambil tindakan-tindakan, pemberian dorongan itu

    bertujuan untuk menggiatkan pegawai agar mereka bersemangat

    dalam mencapai hasil yang telah ditetapkan. (Martoyo,1996)

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    26/40

    26

    Kontz dan ODonnel mengatakan motivasi adalah suatu reaksi

    yang diawali dengan adanya kebutuhan yang menimbulkan

    kesenjangan atau upaya mencapai tujuan yang selanjutnya

    menimbulkan ketegangan yaitu belum terpenuhinya yang kemudian

    menyebabkan timbulnya tindakan yang mengarah pada tujuan dan

    akhirnya memuaskan keinginan.(ODonnel,2000)

    Secara umum untuk mengukur motivasi berprestasi

    seseorang dapat menggunakan pendekatan berdasarkan harapan

    dari setiap individu dalam mengejakan setiap pekerjaannya. Karena

    itu motivasi juga dapat diukur dari :

    1. Kuatnya keinginan untuk memperoleh hasil dari pekerjaanya,

    berupa :

    a. Kecenderungan menghindari pekerjaan

    b. Masa bodoh pada pekerjaan

    c. Semangat meelakukan pekerjaan

    2. Perhatian pada pekerjaan itu sendiri berupa :

    a. Kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cepat

    dan tepat

    b. Kreatif dalam mencoba dan mencoba metode kerja yang

    menjamin penyelesaian pekerjaan dengan cepat

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    27/40

    27

    3. Kadar kekuatan keyakinan bahwa prestasi yang dicapai

    sebanding dengan upaya yang dilakukan dalam mengerjakan

    pekerjaan, dimana :

    a. Tidak ada harapan, apabila seorang staff tidak melihat adanya

    kemungkinan bahwa upayanya dapat menghasilkan prestasi.

    b. Terdapat harapan, Apabila yang bersangkutan melihat adanya

    kemungkinan bahwa upayanya akan menghasilkan prestasi

    yang dicapai sebanding dengan imbalan yang diterima berupa

    1) Imbalan jasa

    2) Tunjangan, bonus dan lain-lain

    3) Promosi jabatan

    4) Pujian

    Karakteristik motivasi tersebut adalah adanya kebutuhan

    mampu memicu prilaku manusia dan organisasi, adanya dorongan

    yang membuat manusia berprilaku, bisa mengarahkan prilaku untuk

    mencapai tujuan. Motivasi adalah dorongan yang ada dalam diri

    seseorang atau dorongan yang datangnya dari luar diri seseorang

    untuk melakukan perbuatan atau tingkah laku untuk mencapai

    tujuan. Itu berarti bahwa motivasi seseorang terhadap pekerjaanya

    sangat ditentukan oleh kuat lemahnya motif yang ada dalam

    dirinya.

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    28/40

    28

    Motivasi dapat pula sebagai energi untuk membangkitkan

    dorongan dalam diri. Teori motivasi kerja adalah teori kebutuhan

    dari Abraham Maslow dimana kebutuhan adalah kesenjangan atau

    pertentangan antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada

    dalam diri.

    Kebutuhan merupakan fondamen yang mendasari prilaku

    pegawai, tidak mungkin memahami prilaku pegawai tanpa mengerti

    kebutuhannya. Hierarki kebutuhan menurut Abraham Maslow ada 5

    (lima), yaitu kebutuhan fisiologis (kebutuhan yang mendasar),

    kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk rasa memilki, kebutuhan

    akan harga diri dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.

    (Mangkunegara,2000)

    Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan seseorang yang

    dapat menimbulkan tingkat presistensi dan antusiasmenya dalam

    melakukan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri

    individu itu sendiri maupun dari luar individu itu sendiri. (Sudrajat,

    2008)

    Menurut A.S Makmun (2003) dalam sudrajat (2008), Motivasi

    individu dapat dilihat dari beberapa indikator diantaranya : durasi

    kegiatan, frekuensi kegiatan, persistensi pada kegiatan, ketabahan,

    keuletan, kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan

    devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, tingkat aspirasi

    yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan, tingkat

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    29/40

    29

    kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan

    yang dilakukan serta arah sikap terhadap sasaran kegiatan.

    D.Tinjauan Umum Tentang Pelatihankerja

    Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki prestasi

    kerja pegawai pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi

    tanggung jawabnya. Idealnya. Pelatihan harus dirancang untuk

    mewujudkan tujuan-tujuan para pekerja secara perorangan.

    Pelatihan sering dianggap sebagai aktivitas yang paling umum dan

    para pimpinan mendukung adanya pelatihan karena dengan

    melalui pelatihan, para pekerja akan terampil dan karenanya akan

    lebih produktif sekalipun mamfaat tersebut harus diperhitungkan

    dengan waktu yang tersita ketika pegawai sedang dilatih. (Gomes.

    1997).

    Menurut Moekijat, 1991 dalam Gomes, 2003 tujuan umum dari

    pada pelatihan adalah :

    a Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat

    diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.

    b Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat

    diselesaikan secara rasional.

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    30/40

    30

    c Untuk mengembangkan sikap sehingga menimbulkan kerja

    sama dengan teman-teman pegawai dan pimpinan.

    Secara menyeluruh, beberapa alasan penting untuk

    mengadakan pelatihan pegawai yaitu pegawai yang baru sering kali

    belum memahami secara benar bagaimana melakukan pekerjaan,

    Perubahan-perubahan lingkungan kerja dan tenaga kerja.

    Perubahan-perubahan disini meliputi perubahan dalam teknologi

    proses seperti munculnya teknologi baru atau metode kerja baru

    yang memiliki latar belakang keahlian, nilai, sikap yang berbeda

    yang memerlukan pelatihan untuk menyamakan sikap dan prilaku

    mereka terhadap pekerjaan, meningkatkan dan memperbaiki

    produktivitas, menyesuaikan dengan peraturan-peraturan yang ada

    misalnya standar-standar pelaksanaan pekerjaan yang dikeluarkan

    oleh pemerintah, untuk menjamin kualitas pegawai. (Hariandja,

    2002).

    Dengan program pelatihan kerja ini diharapkan para pegawai

    diharapkan akan mempunyai tingkah laku yang baru, sedemikian

    rupa sehingga produkivitas baik dari segi jumlah maupun mutu

    dapat ditingkatkan. (Hariandja, 2002)

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    31/40

    31

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    32/40

    32

    E.KerangkaTeori

    Klinger dan Nanbaldian dalam Gomes, 2003, Menyatakan

    bahwa produktivitas merupakan fungsi perkalian dari usaha

    pegawai (effort), yang didukung dengan motivasi yang tinggi,

    dengan kemampuan pegawai (ability), yang diperoleh melalui

    latihan-latihan. Produktivitas yang meningkat, berarti performance

    yang baik, akan menjadi feedback bagi usaha atau motivasi

    pekerja pada tahap berikutnya. Proses keterkaitan kita ini

    dijelaskan oleh Klingner dan Nanbaldian dalam gambar berikut.

    (Gomes, 2003)

    X =

    Usaha (effort)

    a.

    Kepemimpinan

    Feedback (Penilaian

    kinerja)

    Kemampuan(ability)

    a. Kemampuan

    Produktivita

    s

    Kondisi kerja (working

    condition)

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    33/40

    33

    Gambar. 2.1. Kaitan usaha dan kemampuan dengan Produktivitas.

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik,

    dengan pendekatan cross sectional study (rancangan potong

    lintang) yaitu penelitian yang dilakukan dengan sekali pengamatan

    pada suatu saat tertentu(Notoatmodjo, 2005).

    B. Waktu dan Lokasi Penelitian

    1. LokasiPenelitian

    Lokasi penelitian dilaksanakan di Puskesmas Lempake

    2. WaktuPenelitian

    Penelitian ini pada bulan Juni tahun 2010

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    34/40

    34

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah semua Pegawai

    yang bekerja di Puskesmas Lempake Samarinda yakni sebanyak

    33 orang

    2. Sampel

    Dalam pengambilan sampel penulis menggunakan tehnik total

    sampling dimana seluruh populasi yang diambil adalah Pegawai

    Negeri Sipil (PNS) yaitu pegawai sebanyak 27 orang

    D. Kerangka Konsep

    Adapun yang menjadi kerangka konsep dari penelitian ini

    yaitu:

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Kepemimpinan

    Motivasi Kerja Kinerja pegawai

    pegawai

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    35/40

    35

    Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

    E. Hipotesa Penelitian

    1. Ada hubungan antara kepemimpinan terhadap kinerja pegawai

    2. Ada hubungan antara motivasi kerja terhadap kinerja pegawai

    3. Ada hubungan antara Pelatihan kerja terhadap kinerja pegawai.

    F. Variabel Penelitian

    1. Variabel Dependen : Kinerja

    pegawai

    2. Variabel Independen : Kepemimpinan, motivasi kerja, dan

    pelatihan kerja

    G.Definisi Operasional

    Pelatihan kerja

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    36/40

    36

    Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional

    No VariableDefinisi

    OperasionalKriteriaObjektif

    AlatUkur

    SkalaUsaha

    1. Dependent

    Kinerjapegawai

    hasil kerja yangbersifat konkrit,dapat diamatidan dapatdiukur selamawaktu tertentu.

    Baik :Apabilamemperolehnilai 8.

    Kurang baik: Apabilamemperolehnilai 7

    Kuisioner Ordinal

    Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional

    No Variable Definisi Kriteria Alat Ukur Skala

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    37/40

    37

    Operasional Objektif

    2. Independent

    a. kepemimpinan

    b. MotivasiKerja

    c. Pelatihankerja

    Prilakupemimpin yangdiperlihatkanterhadapanggotaorganisasidalammengkoordinirdanmenggerakkanorganisasi untuk

    mencapai tujuan

    Kondisi yangmendorongseseorangmelakukanperbuatan yangberlangsungsecara sadar.

    Salah satuusaha yangdigunakan untukmeningkatkankinerja pegawai

    Baik : Apabilamemperolehnilai 10

    Kurang Baik :Apabilamemperolehnilai 9

    Baik : Apabilamemperolehnilai 8

    Kurang baik :Apabilamemperoleh

    nilai 7

    Tinggi :Apabilamemperolehnilai 8

    Rendah :apabilamemperolehnilai 7

    Kuesioner

    Kuesioner

    Kuesioner

    Ordinal

    Ordinal

    Ordinal

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    38/40

    38

    H. Instrumen Penetiian

    Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang

    digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan

    lebih mudah dan lebih baik hasilnya, dalam arti lebih cermat,

    lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolahnya (Arikunto,

    2002). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    kuisioner.

    I. Tehnik Pengumpulan dan Pengoln Data

    1. Teknik Pengumpulan Data

    a. Data Primer

    Pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara

    terpimpin yang dilakukan oleh peneliti kepada responden

    yaitu pegawai Puskesmas Lempake Samarinda.

    b. Data sekunder

    Data diperoleh dari dokumen atau laporan instansi

    terkait dengan penelitian ini yaitu Pusksmas Lempake

    Samarinda.

    2. Teknik Pengolahan Data

    Beberapa tahapan dalam pengolahan data yaitu :

    a. Editing

    Bertujuan untuk meneliti kembali jawaban yang telah

    diberikan responden. Editing dilakukan di lapangan agar

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    39/40

    39

    dapat mempermudah dalam proses melengkapi atau

    menyempurnakan data yang kurang.

    b. Coding

    Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf

    menjadi data berbentuk angkabilangan agar mempermudah

    pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat

    entrydata.

    c. Proccessing

    Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar

    dan juga sudah melewati pengkodingan maka langkah

    selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis

    dengan cara meng-entrydata dari kuesioner ke computer.

    d. Cleaning

    Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan

    pengecekan kembali data yang sudah di-entryapakah ada

    kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dapat terjadi

    pada saat meng-entryke komputer.

    J. Analisis Data dan Pengujian Hipotesa

    Data yang sudah terkumpul melalui kuesioner lalu di olah dan

    selanjutnya untuk membuktikan hipotesis, maka dugunakan

    program SPSS (statistical Product and Service Solutions) 11,5 for

    windows dan selanjutnya data di analisis dengan cara :

  • 8/6/2019 BAB I-III 5

    40/40

    40

    1. Analisa Univariat

    Dilakukan untuk mendeskripsikan setiap variabel penelitian

    dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi tiap variabel

    dan mencari rata-rata tiap variabel.

    2. Analisa Bivariat

    Untuk mencari hubungan antara dua variabel yaitu variabel

    bebas (kepemimpinan, motivasi kerja, kemampuan kerja)

    dengan variabel terikat ( kinerja/prestasi kerja) dengan

    menggunakan uji Chi Square.