skripsi i-iii

42
1 BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia terutama pola pikirnya yang mulai mengalami perubahan. Hal ini tampak pada perubahan pola pikir anak-anak remaja sekarang ini terutama pandangan mereka mengenai pentingnya pendidikan. Pendidikan merupakan usaha manusia dalam mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Usaha pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dalam hal ini departemen pendidikan nasional memberikan perhatian pada lembaga pendidikan dasar pada pendidikan tinggi. Aktualisasi dari usaha pemerintah dapat dilihat dari berbagai segi seperti halnya pembangunan dan perbaikan sarana

Upload: adhye-dihya-al-qalbi

Post on 30-Jun-2015

463 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI I-III

1

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi

segala aspek kehidupan manusia terutama pola pikirnya yang mulai

mengalami perubahan. Hal ini tampak pada perubahan pola pikir anak-anak

remaja sekarang ini terutama pandangan mereka mengenai pentingnya

pendidikan. Pendidikan merupakan usaha manusia dalam mengembangkan

potensi dirinya melalui proses pembelajaran.

Usaha pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dalam hal

ini departemen pendidikan nasional memberikan perhatian pada lembaga

pendidikan dasar pada pendidikan tinggi. Aktualisasi dari usaha pemerintah

dapat dilihat dari berbagai segi seperti halnya pembangunan dan perbaikan

sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan pengetahuan, tenaga

pengetahuan, tenaga kependidikan, penyesuaian kurikulum dan lain

sebagainya.

Kemajuan Ilmu Pengetahuan tidak lepas dari perkembangan

kehidupan masyarakat dewasa ini yang senatiasa ingin berkembang dan lebih

maju, semua ini dasar berlangsungnya pembangunan khususnya dunia

Page 2: SKRIPSI I-III

2

pendidikan. Oleh karena itu Ilmu Pengetahuan dan Teknologi harus senantiasa

selaras dengan pendidikan.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mendorong

masyarakat untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan yang

dimilikinya. Sehubungan hal tersebut, masyarakat mengembangkan potensi

pada setiap jenjang pendidikan. Fisika merupakan kerangka dasar dari ilmu

pengetahuan dan teknologi, maka fisika salah satu cabang ilmu pengetahuan.

Fisika penting dan keberadannya sangat diperlukan, sehingga upaya

kita selanjutnya adalah bagaimana agar fisika itu dapat dipelajari, diketahui,

dan dipahami sampai akhirnya dapat diterapkan oleh semua orang dalam

kehidupan sehari-hari dalam bentuk yang paling sederhana sekalipun.

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa prestasi belajar

siswa dalam mata pelajaran fisika masih belum menggembirakan.

Berdasarkan hasil observasi awal penulis dengan guru mata pelajaran fisika

yang bertindak sebagai observator di SMP Negeri 2 Tinambung, ditemukan

bahwa rata-rata interaksi dan minat siswa terhadap mata pelajaran Fisika

masih kurang. Oleh karena itu guru tidak berhenti mencari model

pembelajaran untuk memperbaiki masalah rendahnya prestasi belajar siswa

pada mata pelajaran Fisika.

Berbagai usaha telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan prestasi

belajar Fisika siswa. Namun pada akhirnya kita sadari bahwa prestasi belajar

Page 3: SKRIPSI I-III

3

siswa dapat meningkat jika siswa dapat termotivasi dengan giat untuk belajar.

Sehingga salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh guru adalah menerapkan

metode yang sesuai dengan kebutuhan sekolah khususnya siswa sehingga ada

motivasi belajar dan memberikan semangat dan dukungan agar Self-Efficacy

atau keyakinan siswa tertanam dalam dirinya bahwa ia bisa meningkatkan

hasil belajarnya karena potensi diri yang ia miliki dan lingkungan sekitarnya

yang mendukung.

Adapun faktor yang mempengaruhi peningkatan Self-Efficacy atau

keyakinan seseorang adalah:

a. Pengalaman keberhasilan (masteri experiences)

Keberhasilan yang sering didapatkan akan meningkatkan Self-efficacy

yang dimiliki seseorang sedangkan kegagalan akan menurungkan Self-

efficacynya. Apabila keberhasilan yang didapat seseorang lebih lebih

banyak karena faktor-faktor diluar dirinya, biasanya tidak akan membawa

pengaruh terhadap peningkatan Self-efficacy. Akan tetapi jika keberhalan

tersebut didapat dengan melalui hambatan yang besar dan merupakan hasil

perjuangannya sendiri, maka hal itu akan membawa pengaruh pada

peningkatan Self-efficacynya.

Page 4: SKRIPSI I-III

4

b. Pengalaman orang lain (vicarious experiences)

Pengalaman keberhasilan orang lain yang memiliki kemiripan dengan

individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan meningkatkan

Self-efficacy seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama.

c. Persuasi sosial (social persuation)

Informasi tentang kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh

seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk meyakinkan

bahwa ia cukup mampu melakukan suatu tugas.

d. Keadaan psikologi dan emosional (physiological and emotional states)

Kecemasan dan stress yang terjadi dalam diri seseorang ketika melakukan

suatu tugas sering diartikan sebagai suatu kegagalan. Pada umumnya

seseorang cenderung akan mengharapkan keberhasilan dalam kondisi

yang tidak diwarnai oleh ketegangan dan tidak merasakan adanya keluhan

atau gangguan somatik lainnya. Self-efficacy biasanya ditandai oleh

rendahnya tingkat stress dan sebaliknya Self-efficacy yang rendah ditandai

oleh tingkat stress dan kecemasan yang tinggi pula.

Dengan adanya Self-efficacy yang tinggi dalam diri siswa maka ia

dapat menguasai dan menghasilkan hasil (outcomes) yang positif

(santrouck,2001).

Page 5: SKRIPSI I-III

5

Bertolak dari uraian diatas, maka penulis mencoba mengangkat

permasalahan dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika

Melalui Peningkatan Self-efficacy Siswa dengan penerapan metode

Cooperative Script pada siswa kelas VIII SMP NEGERI 2

TINAMBUNG ”

B. RUMUSAN MASALAH.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah hasil belajar fisika siswa

kelas VIII SMP Negeri 2 Tinambung dapat ditingkatkan melalui

peningkatan Self-efficacy siswa dengan penerapan metode Cooperative

Script?

C. TUJUAN PENELITIAN.

Pada dasarnya tujuan penelitian adalah untuk menjawab masalah

yang telah dikemukakan diatas. Adapun tujuan penelitian ini secara

operasional adalah untuk mengetahui apakah dengan melalui peningkatan

Self-efficacy siswa dengan penerapan metode Cooperative Script fisika

siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tinambung dapat meningkat atau tidak.

Page 6: SKRIPSI I-III

6

D. MANFAAT PENELITIAN.

1. Untuk siswa, hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa yang

mengalami kesulitan belajar, karena kurangnya rasa kepercayaan

dirinya dalam melaksanakan tugasnya.

2. Untuk guru, hasil penetian ini akan menjadi masukan bagi guru

sebagai metode atau pendekatan yang sesuai dengan kondisi kelas

yang mereka tangani.

3. Untuk sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan

peningkatan Self-efficacy dengan penerapan metode Cooperative

Script yang dapat pula diterapkan pada mata pelajaran lain.

4. Bagi peneliti, memberikan pengalaman langsung dalam melakukan

penetian dengan mengembangkan peningkatan Self-efficacy dengan

penerapan metode Cooperative Script dan hasilnya dapat dijadikan

sebagai bahan perbandingan dan informasi bagi para peneliti lain.

Page 7: SKRIPSI I-III

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

A. TINJAUAN PUSTAKA.

1. Hakikat Belajar Mengajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar

mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa

berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung

bagaimana proses belajar dialami oleh siswa sebagai anak didik.

a. Belajar

Pada dasarnya belajar pada diri manusia merupakan suatu kegiatan

yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan serta sasaran yaitu: a)

tujuannya mengubah tingkah laku kearah yang lebih berkualitas, b)

sasaranya meliputi tingkah laku penalaran (kognitif), keterampilan

(psikomotorik), dan sikap (efektif).

Berikut ini diberikan pengertian belajar menurut para ahli yang

dikemukakan dalam Haling (2007:1):

1. Slameto (2003) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Page 8: SKRIPSI I-III

8

2. Winkel (1991) mengatakan bahwa belajar pada manusia

merupakan suatu proses psikologi yang berlangsung dalam

interaksi aktif subjek dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap

yang bersifat konstan.

3. Gredler (1991) mengatakan bahwa belajar adalah proses orang

memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap.

4. Hamalik (1993) mengatakan bahwa belajar adalah suatu

perkembangan dari seseorang yang dinyatakan dalam cara

bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.

Dari beberapa pendapat tentang belajar dapat disimpulkan

bahwa belajar dalam arti luas adalah kegiatan psikofisik menuju

perkembangan pribadi seutuhnya sedangkan belajar dalam arti sempit

adalah usaha penguasaan materi pelajaran.

b. Mengajar

Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses

penyampaian informasi atau pengalaman dari guru kepada siswa.

Proses penyampaian itu dapat diartikan dengan menanamkan ilmu

pengetahuan seperti yang dikemukakan Smith (1987) bahwa mengajar

adalah menanamkan pengetahuan atau keterampilan (teaching is

imparting knowledge or skill) sedangkan menurut Gegne (1992)

Page 9: SKRIPSI I-III

9

mengajar merupakan bagian dari pembelajaran dimana guru lebih

ditekankan bagaimana merancang berbagai sumber dan fasilitas yang

tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari

sesuatu. (Sanjaya, 2007:102)

Dalam mengajar terjadi interaksi atau hubungan situasi timbal

balik antara siswa dengan guru antar sesama siswa dalam proses

pembelajaran. Proses pembelajaran ditandai oleh komponen

komponen yang saling mempengaruhi yakni tujuan intruksional yang

ingin dicapai dalam materi yang diajarkan oleh guru.

2. Pembelajaran Fisika

Para ahli memberikan batasan tentang pembelajaran yang

dikemukakan oleh Degeng dan Miarso (1993), bahwa pembelajaran

adalah suatu proses yang dilaksakan secara sistematik dimana setiap

komponen saling berpengaruh. Dalam proses secara implisit terdapat

kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk

mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan sedangkan menurut AECT

(1986) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang

secara sengaja dikelola untuk memungkinkan terjadinya belajar pada diri

pembelajar. (Haling, 2007:14)

Sanjaya (2007:23) mengemukakan bahwa pembelajaran guru

berperan sebagai fasilitator yang memberikan pelayanan untuk

Page 10: SKRIPSI I-III

10

memudahkan siswa dalam kegiatan belajar. Sebagai motivator guru

hendaknya dapat mendorong siswa agar bergairah dan belajar. Sebagai

dinamisator guru perlu menciptakan situasi yang hidup dan monoton agar

semangat belajar siswa meningkat.

Cara yang baik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah

cara yang dapat membuat siswa tak sekedar mengetahui tapi mampu

mencari sendiri apa yang harus ia pelajari. Untuk itu sebagai guru

seharusnya mempunyai metode pembelajaran yang berkualitas.

Seperti hal dengan materi pembelajaran fisika yang membutuhkan

cara pendekatan mengajar, hal ini cukup beralasan karena kenyataan

menunjukkan bahwa mata pelajaran fisika di SMP masih banyak siswa

yang menganggap materi pelajaran rumit dan sulit untuk dipelajari. Hal ini

dapat memberikan pengaruh yang buruk terhadap hasil belajar fisika.

Untuk mengantisifasi hal tersebut mata pelajaran fisika sebaiknya

disajikan dalam menggunakan metode yang tepat

3. Konsep Dasar SELF-EFFICACY

Menurut Badura Self-efficacy adalah belief atau keyakinan

seseoarang bahwa ia dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil

(autcomes) yang positif (Santrock,2001). Sedangkan menurutWilhite

(1990) dalam tesis yang berjudul goal orientation, Self-efficacy dan

prestasi belajar pada siswa peserta dan Non peserta program pengajaran

Page 11: SKRIPSI I-III

11

intensif di Sekolah oleh Retno Wulansari tahun 2001, Self-efficacy adalah

suatu keadaan dimana seseorang yakin dan percaya bahwa mereka dapat

mengontrol hasil dari usaha yang telah dilakukan.

Menurut Dale Schunk Self-efficacy mempengaruhi siswa dalam

memilih kegiatannya. Siswa dengan Self-efficacy yang rendah mungkin

menghindari pelajaran yang banyak tugasnya, khususnya untuk tugas-

tugas yang menantang, sedangkan siswa dengan Self-efficacy yang tinggi

mempunyai keinginan yang besar untuk mengerjakan tugas-tugasnya.

a. Manfaat SELF-EFFICACY

Sebagaimana dikatan dalam tesis yang berjudul Goal

Orientantion, Self-efficacy dan prestasi balajar pada siswa peserta dan

Non peserta program pengajaran intensif di Sekolah oleh Retno

Wulansari tahun 2001, bahwa ada beberapa fungsi dari Self-efficacy

yaitu:

1) Pilihan perilaku dengan adanya Self-efficacy yang dimiliki,

individu akan menetapkan tindakan yang akan ia lakukan dalam

menghadapi suatu tugas untuk mencapai tujuan yang

diinginkannya.

2) Pilihan karir Self-efficacy merupakan mediator yang cukup

berpengaruh terhadap pemilihan karir seseorang. Bila seseorang

Page 12: SKRIPSI I-III

12

merasa mampu melaksakan tugas-tugas dalam karir tertentu maka

biasanya ia akan memilih karir tersebut.

3) Kuantitas usaha dan keinginan untuk bertahan pada suatu tugas

individu yang memiliki Self-efficacy yang tinggi biasanya akan

berusaha keras untuk menghadapi kesulitan dan bertahan dalam

mengerjakan suatu tugas bila mereka telah mempunyai

keterampilan prasyarat. Sedangkan individu yang mempunyai

Self-efficacy yang rendah akan terganggu oleh keraguan terhadap

kemampuan diri dan mudah menyerah bila menghadapi kesulitan

dalam mengerjakan tugas.

4) Kualitas usaha penggunaan strategi dalam memproses suatu tugas

secara lebih mendalam dan keterlibatan kognitif dalam belajar

memiliki hubungan yang erat dengan Self-efficacy yang tinggi.

Sebuah penelitian telah menemukan bahwa ada hubungan yang

erat antara Self-efficacy dan orientasi sasaran (goal orientasi). Self-

efficacy dan achievemen siswa akan meningkat saat mereka

menetapkan tujuan yang spesifik, untuk jangka pendek dan menantang.

Meminta siswa untuk menetapkan jangka panjang adalah hal yang baik

seperti: “saya ingin melanjutkan keperguruan tinggi”, tetapi akan

sangat lebih baik kalau mereka juga membuat tujuan jangka pendek

Page 13: SKRIPSI I-III

13

tentang apa yang harus ia lakukan seperti: “saya harus mendapatkan

angka 100 untuk tes ujian fisika yang akan datang”.

4. Pegukuran SELF-EFFICACY

Menurut Badura (1997) sebagaimana dikatakan dalam tesis yang

berjudul Goal Orientantion, Self-efficacy dan prestasi belajar pada siswa

peserta Non Peserta Program Pengajaran Intensif di Sekolah oleh Retno

Wulansari tahun 2001, pengukuran Self-efficacy yang dimiliki seseorang

mengacu pada tiga dimensi yaitu:

a. Magnitude, yaitu suatu tingkat ketika seseorang menyakini usaha atau

tindakan yang dapat ia lakukan.

b. Strength, yaitu suatu kepercayaan diri yang ada dalam diri seseorang

yang dapat ia wujudkan dalam meraih performa tertentu.

c. Generatily, diartikan sebagai keleluasaan dari bentuk Self-efficacy

yang dimilki seseorang untuk digunakan dalam situasi lain yang

berbeda.

5. Strategi untuk Meningkatkan SELF-EFFICACY.

Untuk meningkatkan Self-efficacy siswa, ada beberapa strategi

yang dapat kita lakukan (Stipek, 1996) yaitu:

a. Mengajarkan siswa suatu strategi khusus sehingga dapat meningkatkan

kemampuannya untuk fokus pada tugas-tugasnya.

Page 14: SKRIPSI I-III

14

b. Memandu siswa dalam menetapkan tujuan, khususnya dalam membuat

tujuan jangka pendek setelah tujuan jangka panjang.

c. Memberikan reward untuk performa siswa.

d. Mengkombinasikan strategi training dengan menekankan pada tujuan

dan member feedback tentang hasil pembelajarannya.

e. Memberikan support atau dukungan pada siswa. Dukungan yang

positif dapat berasal dari Guru seperti pernyataan “Kamu dapat

melakukan ini”, orang tua dan peers.

f. Menyakinkan bahwa siswa tidak terlalu aroused dan cemas karena hal

itu justru akan menurungkan Self-efficacy siswa.

g. Menyediakan siswa model yang bersifat positif seperti adult dan peer.

Karakteristik tertentu dari model dapat meningkatkan Self-efficacy

siswa. Modeling efektif untuk meningkatkan Self-efficacy khususnya

ketika siswa mengobservasi keberhasilan teman peernya yang

sebenarnya mempunyai kemampuan yang sama dengan mereka.

6. Penerapan Metode Cooperative Script Dalam Proses Pembelajaran

Pada dasarnya, agar semua metode berhasil seperti yang diharapkan

pembelajaran kooperatf, setiap metode harus melibatkan materi ajar yang

memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka

belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk

menyelesaikan tugas.

Page 15: SKRIPSI I-III

15

Skrip kooperatif adalah metode belajar siswa bekerja berpasangan dan

secara lisan mengiktisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

langkah-langkah penerapan metode skrip kooperatif sebagai berikut:

a) Guru membagi siswa untuk berpasangan.

b) Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan

membuat ringkasan.

c) Guru dan siswa menetapkan siapa yang berperan sebagai

pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

d) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin,

dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / mununjukkan

ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat /

menghapal ide-ide pokok dengan menhubungkan materi

sebelumnya atau dengan materi sebelumnya atau dengan

materi yang lainnya.

e) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi

pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti diatas.

f) Kesimpulan guru

g) Penutup

Kelebihan metode skrip kooperatif:

a) Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.

Page 16: SKRIPSI I-III

16

b) Setiap siswa mendapat peran.

c) Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.

Kekurangan metode skrip kooperatif:

a) hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas

sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

(Kiranawati, 2007)

7. Hasil Belajar Fisika

Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk mengukur

tingkat keberhasilan seseorang yang akan dicapai setelah seseorang

melakukan usaha tertentu. Dalam kamus bahasa indonesia, hasil berarti

sesuatu yang telah dicapai dan telah dilakukan atau dikerjakan

sebelumnya. Pengertian hasil belajar dikemukakan oleh Sudjana (1989)

bahwa suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-

tujuan intruksional telah dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk-

bentuk hasil belajar yang telah diperlihatkannya setelah mereka

menempuh pengalaman belajarnya.

Menurut Abdurrahman (1999:37) hasil belajar adalah:

“Kemampuan yang diperoleh anak yang melalui kegiatan belajar. Belajar

tersebut dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan anak melalui

kegiatan belajar mengajar”.

Page 17: SKRIPSI I-III

17

Selanjutnya menurut Gagne dan Driscoll dalam Djamaah

(2000:126) mengemukakan hasil hasil belaja adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa akibat perbuatan belajar yang dapat

diamati melalui penampilan siswa (leartner’ performance).

Pengertian hasil belajar menurut sagala (2006:23)

“Hasil belajar merupakan penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar. Penampilan-penampilan tersebut dapat berupa ketera,pilan-keterampilan intelektual yang memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan, strategi-stragi kognitif yang merupakan proses-proses kontrol dan dikelompokkan sesuai dengan fungsinya.

Dari beberapa pengertian belajar diatas jelas terlihat bahwa

hasil belajar tidak lain adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh

siswa sebagai hasil pembelajaran yang diamati melalui penampilan siswa

dengan menggunakan tes sebagai alat ukur hasil belajar fisika.

B. KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan teori-teori dan didukung oleh hasil-hasil penelitian yang

relevan maka berikut ini dikemukakan kerangka pikir yang mendasari

penelitian ini.

Page 18: SKRIPSI I-III

18

Proses belajar mengajar merupakan aktifitas yang selalu mendapat

perhatian terutama dari kalangan pakar pendidikan. Berbagai langkah-

langkah, upaya-upaya dan metode telah dirancang guna meningkatkan

kualitas pembelajaran sehingga kualitas pendidikan lebih optimal.

Keberhasilan mengajar seorang guru tidak hanya ditentukan oleh hal-hal yang

berhubungan langsung dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, seperti

perumusan tujuan secara tepat dan jelas, pemilihan materi pengajaran yang

sesuai dan penguasaan materi yang memadai, tetapi juga pemilihan metode

pengajaran yang tepat.

Dalam proses belajar mengajar khususnya IPA Fisika guru memiliki

peran yang sangat penting dalam membangkitkan minat siswa untuk

mengikuti pelajaran. Oleh karena itu, salah satu strategi pembelajaran yang

baik adalah pembelajaran beriorentasi pada aktivitas siswa. Salah satu strategi

pembelajaran yang beriorentasi pada pada aktivitas siswa adalah melalui

metode cooperative script, diharapkan self-efficacy siswa akan meningkat,

sehingga siswa akan lebih berminat untuk belajar fisika, dan pada akhirnya

akan dapat meningkatkan hasil belajar fisika.

Page 19: SKRIPSI I-III

Pengajaran Fisika

Metode Cooperative Script

self-efficacy siswa meningkat

Hasil pembelajaran fisika meningkat

pembelajaran kondusif (minat siswa meningkat dan interaksi guru dan siswa meningkat)

19

Gambar 1. Kerangka Pikir

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan Tinjauan Pustaka, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai

berikut: “jika peningkatan self-efficacy siswa dengan penerapan metode

cooperative script dalam proses pembelajaran fisika secara optimal, maka

hasil belajar siswa kelas VIII.B SMPN 2 Tinambung akan meningkat”.

Page 20: SKRIPSI I-III

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research) yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha

menjelaskan atau memaparkan keadaan berdasarkan fakta yang ada.

B. Lokasi Dan Subjek Penelitian

Penelitian diadakan di SMP Negeri 2 Tinambung. Dengan mengambil

siswa kelas VIII tahun ajaran 2008/2009 sebagai subjek penelitian.

C. Variabel Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah

dipaparkan sebelumnya, maka yang akan menjadi variabel dalam penelitian

ini adalah peningkatan self-efficacy dengan penerapan metode cooperative

script dan hasil belajar fisika.

D. Defenisi Operasional Variabel

1. Peningkatan self-efficacy dalam pembelajaran fisika yang dimaksud

adalah peningkatan kepercayaan diri siswa SMP Negeri 2 Tinambung

Page 21: SKRIPSI I-III

21

kelas VIII untuk mengajukan pendapatnya dan dapat mengerjakan

tugasnya di sekolah dan tugasnya di rumah.

2. Metode cooperative script yang di maksud adalah metode belajar dimana

siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengiktisarkan

bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

3. Hasil belajar fisika adalah hasil yang dicapai oleh siswa SMP Negeri 2

Tinambung kelas VIII setelah mengikuti kegiatan pembelajaran fisika

melalui peningkatan self-efficacy siswa dengan penerapan metode

cooperative script, dimana hasil tersebut dinyatakan dalam skor.

E. Prosedur Penelitian

Sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas (PTK) maka dalam penelitian

ini disusun langkah-langkah kegiatan yang mendukung komponen utama PTK

yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang dibagi

menjadi beberapa siklus. (Arikunto,2007:20)

Page 22: SKRIPSI I-III

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

?

(Arikunto,2007:19)

22

F. Rencana Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dengan prosedur (1)

tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap observasi, (4) tahap releksi.

Secara rinci tiap siklus dijabarkan sebagai berikut:

1. Siklus I dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan atau 8 jam pelajaran.

2. Siklus II dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan atau 6 jam pelajaran.

Tiap siklus terdiri dari beberapa tahapan kegiatan sesuai hakikat

penelitian. Kegiatan disiklus II merupakan pengulangan dan perbaikan pada

siklus I.

Page 23: SKRIPSI I-III

23

1. Siklus I.

a. Tahap perencanaan.

1. menelaah materi yang akan diajarkan.

2. Membuat materi yang akan diajarkan dikelas yang menjadi subyek

penelitian.

3. Membagi siswa untuk berpasangan.

4. Menyusun tugas-tugas yang akan diberikan siswa.

b. Tahap pelaksanaan Tindakan.

1. Menginformasikan tujuan pembelajaran.

2. Membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat

ringkasan.

3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai

pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan

memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara

pendengar;

Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang

lengkap.

Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan

menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

Page 24: SKRIPSI I-III

24

5. Bertukaran peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi

pendengar dan sebaliknya. Melakukan kegiatan sebelumnya.

6. Membuat kesimpulan bersama dengan siswa.

7. Memantau keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar

berdasarkan pedoman observasi.

c. Tahap Refleksi.

Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan (observasi) dikumpulkan

dan dianalisis. Dari hasil analisis tersebut dilakukan refleksi yaitu bagian

mana yang perlu diperbaiki dan dikembangkan dengan tetap

memperhatikan hasil pada setiap pertemuan dan dilakukan diskusi hasil

refleksi dengan guru mata pelajaran fisika.

Hasil refleksi pada siklus I digunakan sebagai acuan untuk

melaksanakan siklus berikutnya.

2. Siklus II.

Kegiatan siklus II relatif sama dengan siklus I dengan mengadakan

perbaikan dan menyempurnakan sesuai dengan kebutuhan dilapangan.

Secara rinci hal-hal yang dilakukan dalam siklus ini adalah sebagai

berikut:

Page 25: SKRIPSI I-III

25

a. Tahap perncanaan.

Untuk tahap ini, dirumuskan perencanaan siklus II sesuai dengan

pelaksanaan siklus I dengan menambah atau mengurangi bagian yang

dianggap kurang sempurna berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

b. Tahap pelaksanaan tindakan

Tindakan pada siklus II dilakukan dengan melanjutkan langkah-

langkah siklus I disesuaikan dengan perencanaan untuk siklus II.

c. Tahap Observasi dan Evaluasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan

tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat

serta melaksanakan evaluasi.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi siklus ini, pada dasarnya sama dengan apa yang

dilakukan pada siklus I. pada tahap ini siswa diberikan kesempatan

untuk memberikan tanggapannya terhadap proses pembelajaran fisika

bekerja berpasangan dan bergantian. Hasil analisis yang diperoleh

dari tahap observasi secara kualitatif maupun kuantitatif menjadi

dasar dilakukannya releksi terhadap kegiatan tindakan yang telah

dilakukan.

Page 26: SKRIPSI I-III

26

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah tes hasil pelajaran fisika dan lembar

observasi serta tanggapan siswa kelas SMP Negeri 2 Tinambung.

2. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan, yaitu data kuantitatif yang diperoleh dari

hasil belajar dan data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi.

Adapun keseluruhan data diperoleh dengan melalui:

a. Tes hasil belajar

b. Lembar observasi

3. Cara pengambilan data

a. Data tingkah laku dan pelaksanaan pembelajaran oleh guru pada saat

proses belajar mengajar diambil melalui lembar format observasi dan

diskusi antar peneliti dan observer.

b. Data tentang hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes hasil

belajar siswa pada setiap siklus.

H. Teknik Analisis Data

Data pengamatan tentang aktifitas siswa dan guru dianalisis secara kualitatif,

sedangkan data hasil tes dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan

statistic deskriptif berupa persentase, dengan rumus:

PTK= XY

× 100 %

Page 27: SKRIPSI I-III

27

Dimana : PTK : persen tingkat penguasaan

X : Skor total

N : skor maksimum (Suharsimi Arikunto, 2003)

Untuk pengategorian digunakan skala lima dengan rumus:

γ = Skor ideal

Jumlah skala

Sehingga diperoleh kategori dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1: kategori penskoran

Skor Kategori

0 - 4 Sangat Rendah

5 - 8 Rendah

9 - 12 Sedang

13 - 16 Tinggi

17 - 20 Sangat Tinggi

Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) berdasarkan kompetensi

dasar yang berlaku di SMP Negeri 2 Tinambung yakni setiap siswa disebut

telah tuntas belajar bila telah mencapai persentase skor hasil belajar 65% dari

100% yang mungkin dicapai oleh siswa.

I. Indikator Keberhasilan

1. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila persentase siswa kelas VIII.B yang

tuntas meningkat dari siklus I ke siklus II.

Page 28: SKRIPSI I-III

28

2. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila skor rata-rata hasil belajar yang

diperoleh oleh siswa kelas VIII.B meningkat dari siklus I ke siklus II.

3. Bila guru (peneliti) telah dapat melaksanakan metode pembelajaran secara

optimal yang meliputi pengelolaan kelas dan pemberian materi.