bab i - iii skripsi modul pembelajaran

41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu komponen penting dalam proses belajar adalah media. Kedudukan media pembelajaran ini tidak hanya sekedar alat bantu mengajar, tetapi juga merupakan salah satu cara untuk memotivasi dan berkomunikasi dengan siswa agar lebih efektif. Selain dapat menggantikan sebagian tugas guru sebagai penyaji materi (penyalur pesan). Media juga memiliki kegunaan untuk mengatasi hambatan dalam berkomunikasi, keterbatasan fisik dalam kelas, sikap pasif siswa serta mempersatukan pengamatan mereka. Oleh karena itu media pembelajaran dapat dikatakan sebagai sumber belajar yang dapat membantu mencapai tujuan dari pembelajaran. Media yang dapat menunjang keaktifan siswa adalah Lembar Kerja Siswa. Selain membuat siswa lebih aktif dan mandiri, LKS juga memacu guru untuk menciptakan suatu media yang berhubungan erat dengan materi yang disampaikan. Hal yang menjadi harapan, apabila materi tidak tersampaikan dengan jelas karena waktu yang singkat di kelas, maka siswa dapat belajar mandiri dengan melatih diri menjawab soal-soal yang ada pada LKS mata pelajaran terkait di luar kelas. 1

Upload: reregaret

Post on 25-Sep-2015

46 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSalah satu komponen penting dalam proses belajar adalah media. Kedudukan media pembelajaran ini tidak hanya sekedar alat bantu mengajar, tetapi juga merupakan salah satu cara untuk memotivasi dan berkomunikasi dengan siswa agar lebih efektif. Selain dapat menggantikan sebagian tugas guru sebagai penyaji materi (penyalur pesan). Media juga memiliki kegunaan untuk mengatasi hambatan dalam berkomunikasi, keterbatasan fisik dalam kelas, sikap pasif siswa serta mempersatukan pengamatan mereka. Oleh karena itu media pembelajaran dapat dikatakan sebagai sumber belajar yang dapat membantu mencapai tujuan dari pembelajaran.Media yang dapat menunjang keaktifan siswa adalah Lembar Kerja Siswa. Selain membuat siswa lebih aktif dan mandiri, LKS juga memacu guru untuk menciptakan suatu media yang berhubungan erat dengan materi yang disampaikan. Hal yang menjadi harapan, apabila materi tidak tersampaikan dengan jelas karena waktu yang singkat di kelas, maka siswa dapat belajar mandiri dengan melatih diri menjawab soal-soal yang ada pada LKS mata pelajaran terkait di luar kelas.Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMK N 1 Cidaun, belum tersedia media LKS pada mata pelajaran produktif. Akibatnya sumber belajar siswa hanya didapatkan dari pengetahuan guru saja. Apabila materi tidak tersampaikan dengan jelas oleh guru karena waktu yang singkat di kelas maka siswa harus belajar mandiri. Terlebih lagi pada mata pelajaran produktif pengolahan pangan dengan menggunakan media penghantar panas merupakan salah satu standar kompetensi yang berisi banyak materi. Tidak tersedianya media LKS menyebabkan siswa tidak bisa belajar mandiri sehingga pemahaman siswa terhadap pelajaran produktif tidak maksimal.Solusi yang bisa dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan mengembangkan media pembelajaran yang sesuai dengan karakter materi pelajaran yang akan disampaikan di dalam kelas yaitu media LKS. Media LKS memberikan banyak materi-materi dasar yang perlu dipahami secara mendalam sehingga memerlukan kerjasama antar siswa untuk memahami secara menyeluruh materi yang ada.Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengembangkan media belajar tambahan berupa LKS agar siswa dapat belajar mandiri baik di dalam kelas maupun di luar kelas dan bermaksud untuk mengadakan penelitian yang berjudul : Pengembangan Media LKS pada Kompetensi Dasar Menerapkan Penggorengan (Deep Frying).

B. Identifikasi MasalahBeberapa masalah yang telah diidentifikasi oleh penulis diantaranya adalah:a. Pada pembelajaran produktif di SMKN 1 Cidaun saat ini belum diterapkan media belajar berupa LKS .b. Pemahaman siswa yang belum maksimal pada mata pelajaran produktif.

C. Batasan MasalahPenelitian ini dibatasi pada :1. Penelitian terfokus pada bagaimana pengembangan media LKS dalam mata pelajaran pengolahan pangan dengan menggunakan media penghantar panas.2. Penerapan media LKS pada kelas X Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP) tahun ajaran 2013/2014 semester 2.

D. Rumusan MasalahBerdasarkan batasan masalah diatas terdapat beberapa rumusan masalah, diantaranya adalah:a. Bagaimana prosedur pengembangan media pembelajaran pada standar kompetensi pengolahan pangan dengan menggunakan media penghantar panas kompetensi dasar menerapkan penggorengan (deep frying) dengan menggunakan media LKS?b. Apakah pengembangan media LKS dapat meningkatkan pemahaman siswa?

E. Tujuan PenelitianSesuai dengan masalah yang diteliti, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:a. Menghasilkan media LKS yang layak dan valid digunakan untuk pembelajaran pada Kompetensi Dasar menerapkan penggorengan (Deep Frying).b. Mengetahui peningkatan pemahaman siswa setelah menggunakan media LKS.F. Manfaat PenelitianPelaksanaan penelitian Pengembangan Media ini diharapkan akan memberikan manfaat, yaitu:a. Meningkatkan hasil belajar siswa dan motivasi belajar siswa dengan strategi pembelajaran yang bervariasi juga meningkatkan keterampilan guru (peneliti) dalam menggunakan LKS sebagai alat bantu yang efisien dan meningkatkan motivasi guru agar melakukan inovasi dalam pembelajaran serta membantu guru berkembang secara profesional.b. Pengembangan media LKS pada Kompetensi Dasar menerapkan penggorengan (Deep Frying) merupakan sumbangan pemikiran di SMK untuk pelajaran produktif.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Media PembelajaranKata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. AECT (association of Education and Communication Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator, dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran (Arsad, 2010).Pengertian media pembelajaran adalah paduan antara bahan dan alat atau perpaduan antara software dan hardware (Sadiman,1996). Media pembelajaran bisa dipahami sebagai media yang digunakan dalam proses dan tujuan pembelajaran. Pada hakikatnya proses pembelajaran juga merupakan komunikasi, maka media pembelajaran bisa dipahami sebagai media komunikasi yang digunakan dalam proses komunikasi tersebut, media pembelajaran memiliki peranan penting sebagai sarana untuk menyalurkan pesan pembelajaran.Media dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu alat bantu pembelajaran (instructional aids) dan media pembelajaran (instrutional media). Alat bantu pembelajaran atau alat untuk membantu guru (pendidik) dalam memperjelas materi (pesan) yang akan disampaikan. Oleh karena itu alat bantu pembelajaran disebut juga alat bantu mengajar (teaching aids). Misalnya OHP/OHT, film bingkai (slide) foto, peta, poster, grafik, flip chart, model benda sebenarnya dan sampai kepada lingkungan belajar yang dimanfaatkan untuk memperjelas materi pembelajaran (Anderson,1987).

OHP, Slide, peta, Gambar, Poster, Model Grafik, Flip Chart, dan benda sebenarnya, Lingkungan.Alat Bantu

Media

Media Pembelajaran

Televisi, Film Chart, Modul, Slide dan Program Audio.

Gambar 1. Bagan Penggolongan Media (Warsita,2008)

B. Fungsi dan Manfaat Media PembelajaranPemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran dan orientasi pembelajaran akan sangat membantu keaktifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya (Hamalik, 1986).Media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman, orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarkannya. Selanjutnya menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran karena media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbaharui semangat mereka, membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran.Empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu: Fungsi Atensi, Fungsi Afektif, Fungsi Kognitif, Fungsi Kompensatoris. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran peserta didik tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata kuliah yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Media visual yang diproyeksikan dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada mata pelajaran yang akan mereka terima (Levie,1982). Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi materi pelajaran semakin besar.Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta didik ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras. Fungsi kognitif media visual terlihat dari lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.Manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa (Sudjana,2002) yaitu:1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa sehingga memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar pada setiap jam pelajaran.4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan mendemostrasikan, memamerkan dll.Beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi lebih langsung antara siswa dan lingkungannya.3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.a. Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilakan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model.b. Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar.c. Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide, disamping secara verbal.d. Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara konkret melalui film, gambar, slide, atau simulasi komputer.e. Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video.f. Pristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik video, slide, atau simulasi komputer.4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya. C. Media LKSLembar Kerja Siswa (student work sheet) adalah lembaran duplikat yang dibagikan guru pada tiap siswa disuatu kelas untuk melakukan kegiatan (aktivitas mengajar). LKS adalah tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa teori dan atau praktek(Zamroni, 2004). LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa yang berisikan petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.LKS dapat berupa materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. LKS merupakan salah satu alat bantu untuk memahami materi yang diberikan. Dalam LKS, siswa pada saat yang bersamaan diberi materi dan tugas yang berkaitan dengan materi tersebut. Secara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pedukung pelaksanaan RPP, LKS juga dapat berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh siswa.Pada dasarnya LKS merupakan lembaran bahan pelajaran yang disusun langkah demi langkah secara sistematis dan teratur. LKS merupakan lembaran yang berisikan pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang terprogram.

D. Kategori LKSAda dua kategori LKS yaitu :1. LKS tak berstruktur yaitu lembaran yang berisi sarana untuk menunjang materi pelajaran siswa yang dipakai guru untuk menyampaikan pelajaran yang berisi sedikit petunjuk tertulis atau lisan untuk mengarahkan kerja siswa.2. LKS berstruktur yaitu memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS ini dirancang untuk membimbing siswa dalam satu program kerja atau mata pelajaran,dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sasaran pembelajaran.LKS ada dua macam,yaitu LKS eksperimen dan LKS non eksperimen. LKS eksperimen digunakan untuk membimbing siswa dalam melakukan eksperimen, sedangkan LKS non eksperimen digunakan sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi hambatan proses pembelajaran (Mita,2006), misalnya: sekolah tidak mempunyai fasilitas untuk kegiatan laboratorium.Sebelum membuat LKS sendiri hendaknya kita memperhatikan beberapa hal yaitu:1. Materi harus mengacu pada kurikulum.2. Memperhatikan adanya perbedaan individual, karena dalam KTSP menekankan pada adanya kompetensi maka LKS harus dapat mengukur kemampuan siswa.3. Kegiatan mendukung pemahaman konsep, kegiatan dalam LKS membantu memahami konsep-konsep yang dipelajari.4. Kegiatan dikaitkan dengan kegiatan nyata dan teknologi.5. Memiliki tujuan belajar yang jelas.6. Memuat pokok-pokok materi dan rinciannya.7. Menggunakan kalimat yang sederhana, jelas dan mudah dipahami.8. Memiliki tata urutan yang sesuai dengan kemampuan siswa.9. Mendorong siswa belajar dan bekerja secara ilmiah.10. Ada kesesuaian antara materi dan waktu yang tersedia.11. Digunakan untuk melaksanakan kegiatan atau pemecahan masalah dan menarik kesimpulan.

E. Teknik membuat LKS Adapun tehnik untuk membuat Lembar Kerja Siwa (LKS) adalah sebagai berikut:1. Sesuaikanlah LKS yang akan kita buat mulai dari SK, KD dan indikator.2. Biasakanlah LKS dibuat dalam satu kali pertemuan sesuai dengan materi yang diajarkan.3. Pertama-tama tuliskanlah SK, KD dan indikatornya.4. Buatlah teori singkat dari materi yang akan kita buatkan LKSnya.5. Petunjuk dalam LKS yang akan kita buat, dapat berupa petunjuk langsung atau dalam bentuk gambar dan simbol.6. Jika LKS kita dalam bentuk petunjuk,berilah petunjuk yang mudah dipahami siswa.7. Jika LKS kita hanya dalam bentuk symbol dan gambar maka symbol dan gambar harus jelas mengarah pada pertanyaan.8. Dalam memberi soal test harus sesuai dengan indikator yang yang ada.

F. Kompetensi Dasar Menerapkan Penggorengan (Deep Frying)Pengolahan pangan dengan media penghantar panas adalah jenis pengolahan yang menggunakan benda/barang yang mampu menghantarkan panas dengan baik saat pengolahan pangan, seperti minyak, pasir, wajan, kompor, dan sebagainya. Kompetensi dasar ini mengharuskan siswa dapat mengerti tentang definisi, prinsip, proses, metode, keuntungan dan kerugian serta penerapan dalam industri dan kehidupan sehari-hari. Adapun materi pengolahan pangan dengan menggunakan media penghantar panas adalah penggorengan dan penyangraian. Penggorengan itu sendiri dibagi lagi menjadi: deep frying,surface frying/ pan frying, vacum frying. Semua jenis penggorengan yang disebutkan menggunakan media minyak goreng baik dalam jumlah sedikit dan dalam jumlah yang banyak. Sedangkan penyangraian yaitu pengolahan pangan dengan media penghantar panas tetapi tidak menggunakan media minyak goreng melainkan media pasir atau batu kerikil.Pengertian penggorengan itu secara sederhana adalah proses pemasakan menggunakan minyak atau lemak sebagai medium transfer panas (biasanya minyak/ lemak nabati). Pemasakan dengan penggorengan cenderung lebih cepat daripada perebusan dan pemanggangan. Proses penggorengan meliputi transfer panas dari permukaan penggorengan ke medium pemasak dan dari medium pemanas ke permukaan bahan pangan yang digoreng. Selama proses penggorengan air diuapkan dan permukaan bahan yang digoreng menjadi berubah. Medium penggorengan (minyak) juga dapat teradsorpsi pada permukaan atau terabsorpsi menuju bagian dalam produk yang digoreng. Perubahan cita rasa dan tekstur pada bagian dalam terjadi karena panas.Adapun deep frying adalah teknologi penggorengan rendam/dalam dimana media minyak yang digunakan dalam jumlah banyak dan wajan yang cekung serta dalam suhu yang tinggi, contohnya; keripik dan kerupuk, fried chicken dll. Berbeda halnya dengan teknologi penggorengan dangkal/pan frying dimana minyak yang digunakan dalam jumlah sedikit dan wajan yang sedikit cekung pula serta suhunya tidak terlalu tinggi, contohnya; pancake, telur dadar dll. Sedangkan teknologi penggorengan vakum/ vacuum frying adalah pengolahan pangan dengan menggunakan media penghantar panas namun dikhususkan untuk produksi buah-buahan dan buah dengan kadar minyak rendah yang memiliki tekstur dan karakteristik rasa, contoh; keripik buah.Penyangraian berasal dari kata sangrai yang artinya menggoreng tanpa minyak. Sehingga penyangraian dapat diartikan sebagai proses menggoreng bahan tanpa menggunakan minyak. Bahan yang diolah menggunakan penyangraian adalah biji kopi,kakao, dan biji kacang-kacangan. Menurut (Mawaddah, 2012) penyangraian adalah: proses pindah panas baik tanpa mediamaupun mengunakan pasirdengan tujuan mendapatkancitarasa tertentu. Contoh : penyangraian kerupuk, kopi, biji kakao, dan kacang.Penyangraian kopi adalahproses yang tergantung waktu dantemperature, dimana senyawa-senyawa kimia di dalam kopi akan berubah dengan hilangnya massa kering kopi yang sebagian besar adalah karbondioksida dan gas-gas volatile lainnya sebagai produk dari pirolisis. Sekitar setengah dari karbondioksida yang dihasilkan akan tertahan dalam kopi yang telah disangrai bersama-sama dengan senyawa flavor penting yang bersifatvolatile.

G. Lembar Kerja Siswa untuk Kompetensi Dasar Menerapkan Penggorengan (Deep Frying)Lembar Kerja Siswa (student work sheet) adalah lembaran duplikat yang dibagikan guru pada tiap siswa disuatu kelas untuk melakukan kegiatan (aktivitas mengajar). Pada umumnya Lembar Kerja Siswa berisikan ringkasan materi-materi pelajaran dan juga memuat soal-soal latihan mengenai pelajaran tersebut.Lembar kerja siswa untuk kompetensi dasar menerapkan penggorengan (Deep Frying) adalah tergolong dalam kategori LKS berstruktur yaitu memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS ini dirancang untuk membimbing siswa dalam satu program kerja atau mata pelajaran,dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sasaran pembelajaran.suatu media yang memuat tentang ringkasan materi dan soal-soal latihan mengenai penggorengan terendam baik itu alat dan bahan yang digunakan juga keuntungan dan kerugian dari penggorengan terendam tersebut.Media ini juga membahas bagaimana definisi, prinsip, proses, dan metode metode penggorengan (Deep Frying), kriteria minyak goreng yang baik, indikator dan kesegaran minyak. Perbedaan antara Deep frying dengan Surface frying juga dimuat dalam media ini. Adanya media Lembar Kerja Siswa untuk kompetensi dasar menerapkan penggorengan (Deep Frying) akan mempermudah siswa dalam memahami materi dan lebih mampu untuk menguasai materi dan mengerjakan soal-soal latihan.Lembar kerja siswa ini dibagikan kepada setiap siswa dan kemudian siswa disuruh untuk mengerjakan soal-soal yang ada pada lembar kerja siswa tersebut. Kemudian lembar kerja siswa akan dikumpulkan kembali kepada guru untuk dilakukan evaluasi untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai dan paham mengenai materi penggorengan.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIANA.Lokasi dan Subjek Penelitian1.Lokasi PenelitianPenelitian mengenai pengembangan media LKS untuk materi dasar penggorengan (deep frying) dilakukan di SMK Negeri 1 Cidaun, Cianjur. Penelitian yang dilakukan difokuskan pada kelas X program keahlian Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP) tahun ajaran 2013/2014.2.Subjek Penelitian1)Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian SMK Negeri 1 Cidaun, Cianjur.2)SampelSampel merupakan bagian yang diambil dari suatu populasi yang dinilai dapat mewakili populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Sampel yang diambil untuk uji coba terbatas dalam penelitian ini adalah 12 orang siswa kelas X (TPHP) SMK Negeri 1 Cidaun, Cianjur.B.Pendekatan PenelitianPendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan instrumen (alat pengumpul data) yang menghasilkan data numerikal (angka). Data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian diinterpretasikan.

C.Metode PenelitianPenelitian pengembangan media LKS pada kompetensi dasar menenerapkan penggorengan (Deep Frying) yang akan dilakukan menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2013), metode Research and Development (R&D) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.Langkah-langkah metode Research and Development (R&D) menurut Sugiyono (2013:409) dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Langkah-langkah metode Research and Development (R&D)(sumber: Sugiyono, 2013)Pertimbangan peneliti menggunakan metode Research and Development (R&D) adalah sebagai berikut:1.Tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah mengembangkan suatu produk berupa Lembar Kerja Siswa sebagai media dalam proses pembelajaran.2.Sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan, maka digunakan metode Research and Development (R&D) yang merupakan rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan.D.Definisi OperasionalUntuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian, maka penulis menganggap perlu digunakannya definisi operasional sebagai berikut:1.Media PembelajaranMedia pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar (Sumiati, 2007).2.Lembar Kerja SiswaLembar Kerja Siswa (student work sheet) adalah lembaran duplikat yang dibagikan guru pada tiap siswa disuatu kelas untuk melakukan kegiatan (aktivitas mengajar). LKS adalah tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa teori dan atau praktek. LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa yang berisikan petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas (Zamroni, 2004).3.Kompetensi Dasar: Menerapkan Penggorengan (Deep Frying)Pengolahan pangan dengan media penghantar panas adalah jenis pengolahan yang menggunakan benda/barang yang mampu menghantarkan panas dengan baik saat pengolahan pangan, seperti minyak, pasir, wajan, kompor, dan sebagainya. Kompetensi dasar ini mengharuskan siswa dapat mengerti tentang definisi, prinsip, proses, metode, keuntungan dan kerugian serta penerapan dalam industri dan kehidupan sehari-hari.E.Teknik Pengumpulan DataUntuk melaksanakan penelitian dan memperoleh data, maka perlu ditentukan teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah:1.ObservasiObservasi yang dilakukan pada penelitian ini merupakan obesrvasi nonpartisipan, yakni peneliti tidak terlibat langsung dalam aktivitas yang menjadi sumber data penelitian dan hanya berperan sebagai pengamat (Sugiyono, 2013). Pengumpulan data dengan teknik observasi nonpartisipan dilakukan pada tahap identifikasi potensi dan masalah.2.Angket Validasi dan Angket TanggapanPengumpulan data menggunakan angket dilakukan melalui permintaan keterangan kepada sumber data. Pengumpulan data melalui angket validasi pada penelitian ini dilakukan pada tahap validasi ahli. Sedangkan pengumpulan data melalui angket tanggapan dilakukan pada uji coba terbatas.3.TesTes merupakan kumpulan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu/kelompok. Pengumpulan data melalui tes dilakukan pada tahap uji coba terbatas berupa post test yang dilakukan setelah penggunaan buku ajar yang dihasilkan sebagai media pembelajaran. Pada tahap ini digunakan pre-experimental design dengan bentuk one-shot case study. Paradigma dari one-shot case study adalah Terdapat suatu kelompok diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya (Sugiyono, 2013). Treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen. Paradigma bentuk one-shot case study dapat digambarkan seperti yang terlihat pada Gambar 3.1.X O

X = treatment yang diberikan (variabel independen) O = observasi (variabel dependen)Gambar 3.1. Paradigma Bentuk One-Shot Case Study(sumber: Sugiyono, 2013)F.Instrumen PenelitianInstrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2013). Lebih lanjut Sugiyono (2013:148) mengemukakan bahwa Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah:1.Lembar validasi ahli beserta rubrik penskoranLembar validasi beserta rubrik penskoran merupakan instrumen dari angket validasi yang digunakan pada tahap validasi ahli dengan responden penelitian sebagai berikut: Burhan, S.TP., dan guru mata pelajaran produktif sebagai validator materi, guru Bahasa Indonesia sebagai validator bahasa, serta Dr. Sri Handayani, M.Pd. sebagai validator media.

Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Lembar Validasi MateriNo Aspek Indikator Skor

4321

1.Silabus Kesesuaian materi dengan:

a. Standar Kompetensi

b. Kompetensi Dasar

c. Indikator

2.Materi Kebenaran materi pada segmen:

a. Pengertian,tujuan, prinsip deep frying

b. Alat-alat penggorengan (deep frying)

c. Proses penggorengan (deep fying)

Keterkinian materi

Kemenarikan materi

Kedalaman materi

3.Penyajian programKemudahan untuk dipahami

Ketepatan penggunaan bahasa

Kesesuaian gambar yang digunakan dengan materi:

a. Pengertian, tujuan dan prinsip deep frying

b. Alat-alat penggorengan (deep frying)

c. Keuntungan dan kerugian penggorengan (deep frying)

Kesesuaian soal latihan yang digunakan dengan materi pada segmen:

a. Pengertian, tujuan dan prinsip penggorengan (deep frying)

b. Alat-alat penggorengan (deep frying)

c. Keuntungan dan kerugian penggorengan (deep frying)

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Lembar Validasi BahasaAspekIndikatorNo butir

Bahasaa. Penggunaan bahasab. Ketepatan penulisan/redaksic. Mudah dimengerti dan komunikatifd. Penggunaan istilah1, 234,56, 7

Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Lembar Validasi MediaAspekIndikatorNo butir

Mediaa. Komunikasi visual (layout dan desain)b. Bentuk dan ukuran hurufc. Daya tarikd. Konsistensie. Formatf. Organisasi123456

2.Lembar angket tanggapan siswaLembar angket tanggapan siswa merupakan instrumen dari angket tanggapan siswa kelas X TPHP SMK Negeri 1 Cidaun sebagai responden penelitian. Lembar angket yang diberikan berupa kuisioner tanggapan siswa mengenai LKS yang diterapkan Kisi-kisi instrumen angket tanggapan siswa secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.4. berikut ini:

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Angket Tanggapan SiswaNo.PernyataanSkor

4321

1Melalui media LKS ini, saya dapat memahami:

Pengertian penggorengan (deep frying)

Tujuan penggorengan (deep frying)

Prinsip prinsip penggorengan (deep frying)

Alat-alat penggorengan (deep frying)

Kelebihan penggorengan (deep frying)

Kekurangan penggorengan (deep frying)

2Materi penggorengan (deep frying) yang ditampilkan sesuai dengan kebutuhan belajar saya

3Tampilan media LKS ini menarik

4Bahasan yang digunakan mudah dipahami

5Teks yang digunakan jelas dan mudah dibaca

6Saya tertarik untuk mempelajari kembali materi penggorengan (deep frying) di rumah

7Saya senang belajar dengan penggorengan (deep frying) ini

8Gambar-gambar yang digunakan membuat saya lebih cepat memahami materi

9Soal latihan yang digunakan membuat saya lebih cepat memahami materi

10Saya merasa bersemangat untuk belajar setelah menyimak media LKS penggorengan (deep frying) ini

G.Teknik Analisis Data1.Validitas Instrumen PenelitianSebelum instrumen penelitian digunakan, dilakukan pengujian validitas instrumen terlebih dahulu.Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid (Sugiyono, 2013). Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Definisi dari instrumen yang reliabel, yaitu Instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama Selain itu, (Sugiyono, 2013).Dalam penelitian yang akan dilakukan, validasi angket tanggapan siswa dan lembar validasi media hanya akan dilakukan melalui pendapat dari seorang ahli. Sedangkan untuk soal tes, akan dilakukan uji coba terlebih dahulu kemudian dihitung validitas dan reliabilitas dari soal tes yang digunakan. Secara teknis pengujian validitas instrumen dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen (Sugiyono, 2013). Indikator yang terdapat dalam kisi-kisi instrumen validasi ahli dan angket tanggapan siswa dapat dijadikan sebagai tolak ukur, selain itu terdapat pula nomor butir item instrumen sehingga pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.

2.Validasi Lembar Kerja SiswaValidasi lembar kerja siswa yang dihasilkan dilakukan oleh validator materi, validator bahasa, serta validator media dan dianalisis menggunakan teknik deskriptif persentase (Sudijono, 2009) dengan rumus:

dimanaP = persentase skorf = jumlah skor yang diperolehN = jumlah skor maksimumValidator materi, validator bahasa, dan validator media akan menjawab pertanyaan dengan memberi skor sesuai rubrik validasi (skor tertinggi = 4 dan skor terendah = 1). Penentuan kriteria validitas ditentukan dengan cara sebagai berikut (Sudjana, 2005):1.Tentukan persentase skor tertinggi/maksimum, yaitu:

2.Tentukan persentase skor terendah/minimum, yaitu:

3.Tentukan range, yaitu persentase skor maksimum dikurangi persentase skor minimum:

4.Menetapkan banyak kelas interval, yaitu 4 (sangat layak, layak, kurang layak, dan tidak layak)5.Tentukan panjang interval, yaitu range dibagi dengan banyak kelas interval. Banyak kelas interval yang diambil adalah 19 dengan perhitungan sebagai berikut:

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka rentang persentase dan kriteriakualitatif uji kelayakan media dapat ditetapkan pada Tabel 1.Tabel 1. Rentang Persentase dan Kriteria Kualitatif Kelayakan MediaRentang PersentaseKriteria KualitatifKeterangan

82 % 100 %Sangat layakTidak perlu revisi

63 % 81 %LayakRevisi

44 % - 62 %Kurang layakRevisi

25 % - 43 %Tidak layakRevisi

Sumber: Sudjana (2005) dengan modifikasi2.Analisis Tanggapan SiswaTanggapan siswa mengenai penggunaan lembar kerja siswa sebagai media pembelajaran diambil melalui angket. Skala pengukuran yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh melalui angket tanggapan siswa adalah Skala Likert. Angket tanggapan siswa dibuat dalam bentuk checklist yang berisi beberapa pernyataan dengan jawaban setiap item instrumen mempunyai gradasi pilihan jawaban sebagai berikut (Sugiyono, 2013): sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), dan tidak setuju (TS). Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka masing-masing jawaban diberi skor, yaitu: SS = 4, S = 3, KS =2, TS = 1. Hasil tanggapan siswa kemudian dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut (Sudijono, 2009):

dimanaP = persentase skorf = jumlah skor yang diperolehN = jumlah skor maksimumKriteria hasil tanggapan siswa ditentukan dengan cara sebagai berikut (Sudjana, 2005):1.Tentukan persentase skor tertinggi/maksimum, yaitu:

2.Tentukan persentase skor terendah/minimum, yaitu:

3.Tentukan range, yaitu persentase skor maksimum dikurangi persentase skor minimum:

4.Menetapkan banyak kelas interval, yaitu 4 (sangat baik, baik, kurang baik, dan tidak baik)5.Tentukan panjang interval, yaitu range dibagi dengan banyak kelas interval. Banyak kelas interval yang diambil adalah 19 dengan perhitungan sebagai berikut:

Berdasarkan perhitungan di atas, maka rentang persentase dan kriteria kualitatif dapat ditetapkan pada Tabel 2.Tabel 2. Rentang Persentase dan Kriteria Kualitatif Tanggapan SiswaRentang PersentaseKriteria KualitatifKeterangan

82 % 100 %Sangat baikTidak perlu revisi

63 % 81 %BaikRevisi

44 % - 62 %Kurang baikRevisi

25 % - 43 %Tidak baikRevisi

Sumber: Sudjana (2005) dengan modifikasi

3.Penilaian Hasil Penerapan LKSEfektifitas penerapan lembar kerja siswa terhadap hasil belajar siswa diukur melalui hasil post test. Nilai post test tiap siswa dianalisis dengan menggunakan rumus:

Keterangan:Jika jawaban benar, diberi bobot nilai 1Jika jawaban salah, diberi bobot nilai 0Media LKS dikatakan efektif apabila hasil belajar siswa (post test) menunjukkan 60% siswa mencapai angka KKM, yaitu 75.H.Prosedur PenelitianLangkah-langkah prosedur penelitian sesuai alur metode Research and Development (R&D) dijabarkan sebagai berikut:1.Potensi dan MasalahPada tahap ini dilakukan observasi nonpartisipan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada. Pada program keahlian TPHP SMKN 1 Cidaun khususnya kelas X, belum tersedia media LKS yang dapat digunakan sebagai sumber dan media pembelajaran. Materi ajar yang disampaikan lebih banyak disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas atau melalui tugas mandiri. Media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas masih terbatas pada penggunaan papan tulis dan Microsoft Power Point yang dilengkapi dengan penggunaan LCD projector. Buku yang tersedia di perpustakaan juga masih sangat minim dan tidak lengkap. Siswa yang memiliki komputer dan akses internet pun sangat sedikit sehingga pemahaman siswa terhadap kompetensi yang harus dikuasai cenderung kurang berkembang karena terbatasnya materi yang dapat disampaikan oleh guru di dalam kelas. Kondisi pembelajaran di kelas dan buku yang belum di perpustakaan dapat dilihat pada dokumentasi berikut ini:

mj

jjjGambar 3.1. kondisi perpustakaanSumber: dokumentasi pribadi

Gambar 3.2. Kondisi pembelajaran tanpa media LKSSumber: dokumentasi pribadi

2.Pengumpulan DataPengembangan media LKS untuk kompetensi dasar menerapkan penggorengan (deep frying) membutuhkan literatur-literatur sebagai sumber informasi sebagai acuan dalam penyusunannya. Literatur-literatur yang digunakan diantaranya: Media LKS untuk SMK, buku-buku mengenai pengolahan pangan dengan menggunakan media penghantar panas, buku-buku mengenai bahan pangan yang diolah dengan cara penggorengan, silabus SMK, serta jurnal-jurnal yang mendukung pengembangan LKS.3.Pengembangan ProdukPengembangan produk dilakukan dengan membuat desain LKS termasuk membuat garis-garis besar isi media, jabaran materi, serta naskah media. Produk yang dihasilkan berupa LKS yang memuat materi pada kompetensi dasar menenerapkan penggorengan (Deep Frying).4.Validasi AhliSetelah LKS selesai dibuat maka tahap selanjutnya adalah validasi yang dilakukan oleh validator ahli, yaitu validator materi, validator bahasa, dan validator media.5.Revisi ProdukMedia LKS yang telah divalidasi kemudian diperbaiki apabila masih terdapat kekurangan berdasarkan saran validator materi, validator bahasa, dan validator media .6.Uji Coba TerbatasMeida LKS yang telah diperbaiki kemudian diuji cobakan pada 12 orang siswa kelas X program keahlian TPHP SMK Negeri 1 Cidaun, Cianjur. Selain itu, siswa akan diminta untuk mengisi angket tanggapan berisi pertanyaan mengenai penilaian siswa terhadap kemudahan dalam memahami materi yang terdapat di dalam LKS dan ketertarikan siswa menggunakan LKS untuk pembelajaran.7.Revisi Produk AkhirLKS kemudian direvisi dan disempurnakan kembali berdasarkan hasil uji coba terbatas (skala kecil).

8. Penerapan LKSSetelah media LKS direvisi, media LKS diterapkan kepada 25 orang siswa kelas X TPHP SMK Negeri 1 Cidaun, Cianjur.

Gambar 2. Langkah-langkah Prosedur Penelitian Sesuai Alur Metode R&D dengan Modifikasi

27

28