5. bab i - iii
DESCRIPTION
babTRANSCRIPT
1
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. Nr
Umur : 23 Tahun (10 Januari 1991)
Alamat : prum buana impian tahap 2 blok wisa L .02
No. HP : 082173578784
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : padang
Nama Suami : Tn. JA
Umur : 25 Tahun (18-07-1989)
Alamat : prum buana impian tahap 2 blok wisa L .02
Pekerjaan : karyawan PT Dynakes
Agama : Islam
Suku : Padang
Tanggal Masuk : 31 Oktober 2014 Pukul 13.30 WIB via UGD
No MR : 106520
1.2 Anamnesis (30 oktober 2014 Pukul 12.45)
Pasien datang ke UGD RSUD Embung Fatimah 31 Oktober 2014 rujuk dari
klinik klinik BIP dengan keterangan G1P0A0H0 Gravida 42-43 minggu dengan
keluhan .
Keluhan utama:
hamil lewat bulan dan tidak ada kontraksi.
2
Anamnesis Khusus:
Pasien wanita 23 tahun G1P0A0H0 gravid 42-43 minggu datang ke UGD RSUD
Embung Fatimah dengan membawa surat rujukan dari klinik BIP keluhan
tidak ada kontraksi dan hamil lewat bulan dan pasien mengatakan hanya nyeri
pingang hiang timbul saat beraktifitas hanya dirasakan sejak satu hari yang
lalu sebelum masuk rumah sakit, dan pasien mengatakan gerak janin aktif, dan
juga tidak mengeluh ada nya lendir, darah dan keluar air-air dari vagina serta
tidak perna mengeluh nyeri pinggang yang menjalar ke pusar. pada tanggal
20-10-2014 dilakukan USG oleh dr.Sp.OG hasil dari pemeriksaan USG janin
di nyatakan janin baik,letak kepala,berat janin2800 gr karena tidak ada
keluhan pasien disaran kan untuk kontrol bila ada keluhan .
RIWAYAT OBSTETRI:
• Anak I: hamil ini
KETERANGAN TAMBAHAN:
Riwayat penyakit dahulu:
Hipertensi (-), DM (-), Asma (-), alergi (+) makan udang. TBC (-), Kusta (-),
TORCH (-).
Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada
Riwayat Marital :
Menikah : ♀, 21 th, IRT
♂, 23 th, Buruh
Menikah pada tahun 2013, pernikahan sudah 2 tahun.
Riwayat Menstruasi :
Menarche : 14 tahun
Lama Haid : 6 sampai 7 hari tidak disertai nyeri perut
3
Jumlah haid : 20 cc
Siklus Haid : 28 hari
HPHT : 9 januari 2014
Taksiran Persalinan munurut USG : 22 oktober 2014
Taksiran persalinan menurut rumus naegele : 17 november 2014
Usia Kehamilan : 42 – 43 Minggu
Riwayat KB :
Tidak pernah KB.
Kebiasaan Sehari-hari:
Os jarang berolah raga, alkohol (-), merokok (-), tidak memelihara hewan
berbulu (-)
Riwayat pengobatan :
Hanya minum vitamin dan tablet penambah darah saat hamil saja.
Riwayat Operasi :
Pasien mengatakan belum pernah mengalami operasi.
Riwayat Pekerjaan :
Pasien selama ini bekerja tidak bekerja pasien hanya sebagai ibu rumah
tangga.
Riwayat Ante Natal Care (ANC):
ANC dilakukan sebanyak 7 kali selama kehamilan di klinik dr.Sp.OG setiap
pemeriksaan diberitahukan bahwa janin dalam keadaan baik,latak baik . Dan
setiap kontrol pasien di beri vitamin dan penambah darah .
STATUS PRESENT
Status Generalis:
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital : T: 110/80 mmHg N: 90x/menit
4
R: 18x menit S : 36,4 oC
Berat badan :62 kg
Tinggi badan :151 cm
Pemeriksaan Fisik:
Kepala : Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Leher : KGB : tidak teraba membesar
JVP : tidak meningkat
Kelenjar thyroid : tidak teraba membesar
Thoraks : Jantung : BJ S1-S2 murni reguler
Paru-paru : Sonor, VBS ki=ka, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : Cembung, lembut, DM (-) , pekak samping (-), pekak pindah (-)
Hepar : sulit dinilai
Lien : sulit dinilai
Ekstremitas : Edema : -/- di kaki kanan & kiri
Varises : -/-
Akral : hangat
5
STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan Luar
Inspeksi :
Perut cembung,stria gravidarum (+), hiperpigmentasi linea alba ,
Pemeriksaan Leopold
• Leopold I : Teraba bokong di fundus, TFU:33 cm,bagian
fundus teraba bokong,lunak dan tidak melintang
• Leopold II : Punggung janin (kanan) & ekstremitas (kiri)
• Leopold III : Teraba bagian bulat keras dan belum masuk PAP
• Leopold IV : konvergen
• DJJ : 140 x/menit, reguler
• His : negatif
• TBJ : 3255 gr (menurut rumus lohnson)
Pemeriksaan Dalam
Inspeksi: labia mayora, labia minora, vulva , vesika urinaria tampak
tenang. tampak lendir dan darah, tidak terdapat tanda-tanda radang, tidak
tampak bengkak, dan tidak terdapat abses dan masa. Varises (-)
pembesaran kelenjar bartolini (-)
Vagina Touche: portio tebal dan lunak, pembukaan (-), latak portio di
tengah, ketuban (-), teraba kepala hodge 1, air ketuban (-), sarung tangan
lendir darah (-)
1.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG ( 30 Oktober 2014 )
a. Hematologi b. Urin lengkap Darah Lengkap
Hemoglobin : 13,4 gr/dL Leukosit :10.200/Ul Hematokrit : 44 % Eritrosit : 5.2 Juta/Ul Trombosit : 188 ribu/Ul
Warna : kuningKejernihan : jernihBJ : 1,000Ph : 7,0Leukosit : (-)Nitrit : (-)
6
Hitung Jenis Leukosit:- Basofil : 0 %- Eosinofil : 0 %- Netrofil Batang : 0 %- Netrofil Segment : 69 %- Limfosit : 24 %- Monosit : 7 %
Masa Pendarahan (BT) :2 Menit Masa Pembekuan (CT):9 Menit Gol. Darah : O Rh (+) Glukosa sewaktu : 85 gr/dl
Protein : (-) Glukosa : (-)Keton : (-)Urobilinogen: (-) Bilirubin : (-)Eritrosit : (-) Sedimen :- Leukosit : 1-2/LPB- Eritrosit : 0-1/LPB- Epitel : 0-1/LPK- Bakteri : (-)- Silinder : (-)- Lain-lain: (-)
c. Imunoserologi
HbsAg :(-) negative
Anti HIV : VCT
1.4 RESUME
Pasien wanita 23 tahun G1P0A0H0 gravid 42-43 minggu datang ke UGD
RSUD Embung Fatimah dengan membawa surat rujukan dari klinik BIP
keluhan tidak ada kontraksi dan hamil lewat bulan dan pasien mengatakan
hanya nyeri pingang hiang timbul saat beraktifitas hanya dirasakan sejak
satu hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, dan pasien mengatakan
gerak janin aktif, dan juga tidak mengeluh ada nya lendir, darah dan keluar
air-air dari vagina serta tidak perna mengeluh nyeri pinggang yang
menjalar ke pusar. pada tanggal 20-10-2014 dilakukan USG oleh
dr.Sp.OG hasil dari pemeriksaan USG janin di nyatakan janin baik,letak
kepala,berat janin2800 gr. Status present dalam batas normal. Status
obstetrikus pada pemeriksaan luar: Leopold I : Teraba bokong di fundus,
TFU:33 cm, Leopold II : Punggung janin (kanan) & ekstremitas (kiri),
Leopold III : Teraba kepala, Leopold IV : konvergen , DJJ: 140 x/menit,
reguler, His (-). Pada pemeriksaan dalam : Inspeksi: labia mayora, labia
7
minora, vulva , vesika urinaria tampak tenang. tampak lendir dan darah,
tidak terdapat tanda-tanda radang, tidak tampak bengkak, dan tidak
terdapat abses dan masa. Varises (-) pembesaran kelenjar bartolini (-).
Vagina Touche: portio tebal dan lunak, pembukaan (-), latak portio di
tengah, ketuban (-), teraba kepala hodge 1, air ketuban (-), sarung tangan
lendir darah (-)
1.5 USUL PEMERIKSAAN
-
1.6 DIAGNOSIS
G1P0A0H0 Gravida 42-43 minggu janin hidup tunggal intrauterine presentasi
kepala + Serotinus.
1.7 KONSULTASI
Dr.Sp.OG
1.8 RENCAN TINDAKAN
induksi
observasi persalinan pervaginam
observasi TTV,DJJ, tanda persaliana .
1.9 RENCANA PENGELOLAAN
Umum:
IVFD RL drip Pitogin 5 unit mulai dari 10 tetes/menit.
Observasi DJJ, TNRS
1.10INFORMED CONSENT
Telah disetujui pasien dan keluarga pasein
8
1.11 PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Qou ad santionam ; dubia ad bonam
9
1.9 Riwayat Singkat Perawatan di Rawat Inap:
31 oktober 2014Pukul 14.20
Induksi di mulai
Jam 13.30 S : lendir (+) O : Keadaan Umum: Baik, Kesadaran: CM,TD : 110/80 mmHg, N : 90 x/i, R:19 x/i, T :36,1 OC, DJJ :154 x/m. HIS (-),VT pembukan (-)P : Naikan drip induksi 15 ggt/30 menit. Observasi Jam 14.00 S : lendir (+) sedikit O : Keadaan Umum: Baik, Kesadaran: CM,TD : 120/80 mmHg, N : 86 x/i, R:19 x/i, T :36,3 OC, DJJ :149 x/m. HIS (-),VT (-)P : Naikan drip induksi 20 ggt/30 menit. Observasi Jam 14.30S : keluhan (-)O : Keadaan Umum: Baik, Kesadaran: CM,TD : 120/80 mmHg, N : 88 x/i, R:20 x/i, T :36,3 OC, DJJ :149 x/m. HIS (-),VT (-)P : naikan drip induksi 25 ggt/30 menit. ObservasiJam 15.00 S : keluhan (-) O : Keadaan Umum: Baik, Kesadaran: CM,TD : 120/70 mmHg, N : 91 x/i, R:20 x/i, T :36,1 OC, DJJ :146 x/m. HIS (-),VT (-)P : naikan drip induksi 30 ggt/30 menit. Observasi Jam 15.30 S : keluhan (-) O : Keadaan Umum: Baik, Kesadaran: CM,TD : 120/80 mmHg, N : 90 x/i, R:20 x/i, T :36,1 OC, DJJ :147 x/m. HIS (-),VT (-)P : naikan drip induksi 35 ggt/30 menit. Observasi
Jam 16.00
S : keluhan (-)
10
O : Keadaan Umum: Baik, Kesadaran: CM,TD : 110/80
mmHg, N : 89 x/i, R:21 x/i, T :36,4 OC, DJJ :145 x/m. HIS
(-),VT (-)
P : naikan drip induksi 4 0 ggt/30 menit.
Observasi
Jam 16.30
S : keluhan (-)
O : Keadaan Umum: Baik, Kesadaran: CM,TD : 120/70
mmHg, N : 90 x/i, R:20 x/i, T :36,1 OC, DJJ :135 x/m. HIS
(-),VT (-)
P : naikan drip induksi 45 ggt/30 menit.
Observasi
Jam 17.00
S : keluhan (-)
O : Keadaan Umum: Baik, Kesadaran: CM,TD : 120/80
mmHg, N : 90 x/i, R:19 x/i, T :36,4 OC, DJJ :149 x/m. HIS
(-),V(-)
P : naikan drip induksi 50 ggt/30 menit.
Observasi
Jam 17.30
S : keluhan (-)
O : Keadaan Umum: Baik, Kesadaran: CM,TD : 110/80
mmHg, N : 89 x/i, R:20 x/i, T :36,3 OC, DJJ :155 x/m. HIS
(-),VT (-)
P : naikan drip induksi 55 ggt/30 menit.
Observasi
Jam 18.00
S : keluhan (-)
O : Keadaan Umum: Baik, Kesadaran: CM,TD : 110/80
mmHg, N : 90 x/i, R:20 x/i, T :36,3 OC, DJJ :155 x/m. HIS
(-),VT pembukaan (-)
11
P : naikan drip induksi 60 ggt/30 menit.
Observasi
Jam 18.30
S : keluhan (-)
O : Keadaan Umum: Baik, Kesadaran: CM,TD : 110/70
mmHg, N : 87 x/i, R:19 x/i, T :36,3 OC, DJJ :140 x/m. HIS
(-),VT pembukaan (-)
P : observasi, beritahu keadaan ibu dan janin
lapor dr.Sp. OG
Jam 19.00
S : keluhan (-)
O : Keadaan Umum: Baik, Kesadaran: CM,TD : 110/80
mmHg, N : 90 x/i, R:19 x/i, T :36,3 OC, DJJ :148 x/m. HIS
(+) jarang.
VT : pembukaan (+) satu jari sempit,portio lunak,presentasi
kepala, hodge I-II
P : lapor dr.Sp.OG advice
induksi stop
IVFD D 5% 20 gtt
gastrul ½ tablet fornik posterior
rencan oprasi SC besok 01-11-2014
bila tidak ada kemajuan persalinan
informconsent
observasi
01 november 2014
Pukul 07.00Ruang
ObservasiSebelum Operasi
S : keluhan (-) O : Keadaan Umum: Baik, Kesadaran: CMTD : 160/90 mmHg, N :82 x/m, R:20 x/m, T :36 OC, DJJ :153 x/m Kepala: Mata: conjunctiva anemis: (-), sclera ikterik: (-), palpebral edem (-)Hidung: dalam batas normal
12
Mulut: dalam batas normal Leher: dalam batas normal.Thorak:Paru: dalam batas normal Jantung: dalam batas normalAbdomen: lihat status obstetri Ekstremitas: dalam batas normalSTATUS OBSTETRI
Pemeriksaan Luar
Inspeksi :
Perut cembung, striae gravidarum (+), hiperpigmentasi
linea alba.
Pemeriksaan Leopold
Leopold I : Teraba bokong di fundus, TFU:33 cm.
Leopold II : Punggung janin (kanan) & ekstremitas (kiri).
Leopold III : Teraba bagian bulat dan keras masuk PAP
Leopold IV : divergen
DJJ : 137 x/menit
His : positif jarang
TBJ : 3255 gram
Pemeriksaan Dalam Inspeksi: labia mayora, labia minora, vulva , vesika urinaria tampak tenang. Tidak tampak lendir dan darah, tidak terdapat tanda-tanda radang, tidak tampak bengkak, dan tidak terdapat abses dan masa. Varises (-) pembesaran kelenjar bartolini (-)Vagina Touche: portio tebal dan lunak, pembukaan 1-2 cm, latak portio di tengah, ketuban (+), teraba kepala hodge I-II, sarung tangan lendir darah (-)A/ G1P0A0H0 janin hidup tunggal intrauterine presentasi kepala + serotinus+ gagal induksiP/ Obervasi DJJ, TNRS dan rencana SC jam 10.00 wib
13
Pasang DC (+)IVFD RL 20 tetes/menit Inj. Ceftriaxone 2 gr/ivInj.dexametason 2 ampPukul 09.45 wib Pasien di antar keruang oprasi emergency untuk di lakukan oprasi SCPukul 10.55 wib Pasien dilakukan anastesi spinal blok Pukul 11.05 wib Oprasi SC di mulai Pukul 11.15 wib Janin lahir dengan jenis kelamin laki-laki,barat badan 3730 gr, panjang badan 52 cm, lahir hidup, lingkar kepala 36 cm, A/S 9/10 Pukul 11.40 wib Oprasi SC selesai
01 november 2014
Ruang NifasSesudah Operasi
Pkl. 13.30 Pindah Keruang Nifas S: kaki terasa kebas (+), Nyeri bekas operasi diperut (+), lemas (+), pusing (+), flatus (-), sesak (-), mual (-), muntah (-) BAB (-) sejak selesai operasi, BAK (+) via kateter, Mobilisasi (-).O: Keadaan Umum: Baik, Kesadaran: Composmentis TD : 110/70 mmHg, N :78 x/i, R:21 x/i, T :36,1 OCKepala: Mata: conjunctiva anemis: (+/+), sclera ikterik:(-),palpebral edem (-)Hidung: dalam batas normal Mulut: dalam batas normal Leher: dalam batas normal.Thorak:Paru: dalam batas normal Jantung: dalam batas normal Abdomen: Inspeksi : datar , beksa operasi masih di verban (+),strie gravidarum (+)Auskultasi : BU (-)Palpasi : supel (+), pembesaran hepar (-), lien (-), nyeri tekan (+) di tempat oprasi.
14
Perkusi : timpani di seluruh lapang perut Ekstremitas: dalam batas normalStatus obstetric Uterus: tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras Genitalia: vulva dalam batas normal, perdarahan pervaginam (+) cair bercampur gumpal warna hitam kecoklatan ± 10 cc , bau (-) A/ P1A0H1 post SC atas indikasi serotinus+ gagal induksi P :IVFD D5%: RL (2:1) 20 tpm Inj Ceftriaxone 1gr 2x1 (iv)Inj Gentamicin 1 amp 3x1 (iv)Inj tramadol 1 amp 2x1 (iv)Pronages supp 2 tabletObservasi vital sing dan tanda perdarahan
02 november 2014
Ruang Nifas
S: nyeri bekas jahitan (+), flatus (+), BAB (-) 2 hari, BAK (+) via kateter, lemas (-), mobilisasi (+) miring kanan kiri dan duduk , keluar darah dari kemaluan (+) sedikit, mual (-), muntah (-), pusing (-), asi (+)O: keadaan umum: baik, kesadaran: Composmentis TD : 110/70 mmHg, N :82 x/i, R:20 x/i, T :36,4 OCKepala: Mata: conjunctiva anemis: (-/-), sclera ikterik: (-), palpebral edem (-)Hidung: dalam batas normal Mulut: dalam batas normal Leher: dalam batas normal.Thorak:Paru: dalam batas normal Jantung: dalam batas normal Abdomen: Inspeksi : datar , beksa operasi masih di verban (+),strie gravidarum (+)Auskultasi : BU (+) baik Palpasi : supel (+)pembesaran hepar (-), lien (-), nyeri tekan (+) di tempat oprasi.
15
Perkusi : timpani di seluruh lapang perut Ekstremitas: dalam batas normalStatus obstetric Uterus: tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras Genitalia: vulva dalam batas normal, perdarahan pervaginam (+) sedikit cair, bau (-) A/ P1A0H1 post SC atas indikasi serotinus+ gagal induksi P :IVFD D5%: RL (2:1) 20 tpm Inj Ceftriaxone 1gr 2x1 (iv)Inj Gentamicin 1 amp 3x1 (iv)Inj tramadol 1 amp 2x1 (iv)Up DC
03 november 2014
S: Keluhan nyeri bekas jahitan (+)saat aktifitas, mobilisasi (+) berjalan,flatus (+), BAB (+),BAK(+), Asi (+) O: keadaan umum: baik, kesadaran: CM TD : 100/70 mmHg, N :78 x/i, R:20 x/i, T :36,3 OCKepala: Mata: dalam batas normal Hidung: dalam batas normal Mulut: dalam batas normal Leher: dalam batas normal.Thorak:Paru: dalam batas normal Jantung: dalam batas norma Abdomen: Inspeksi : datar , beksa operasi masih di verban(+),strie gravidarum (+)Auskultasi : BU (+) baik Palpasi : supel (+)pembesaran hepar (-), lien (-), nyeri tekan (+) di tempat oprasi berkurang .Perkusi : timpani di seluruh lapang perut Ekstremitas: dalam batas normalStatus obstetric Uterus: tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras Genitalia: vulva dalam batas normal, perdarahan
16
pervaginam (+) sedikit , bau (-)Ganti verban : luka jahitan baik, luka jahitan tampak kering, pus (-), darah(-)A/ P1A0H1 post SC atas indikasi serotinus+ gagal induksi P : obat oral Ciprofloxacim tablet 2x1Metronidazole tablet 3x1 SF 1 x1 tabAsam Mefenamad 3 x 1 tabPasien boleh pulang
PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosa paseien ini sudah tepat ?
2. Bagai mana cara mendiagnosa pada kasus ini ?
3. Apakah etiologi pada pasien ini ?
4. Pemeriksaan apa saja yang diperlukan pada kasus ini ?
5. Apakah penatalaksaan pada kasus ini sudah tepat ?
17
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Apakah diagnosa paseien ini sudah tepat ?
Kehamilan postterm, disebut juga kehamilan serotinus, adalah : kehamilan
yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari
pertama haid hari terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28
hari.
18
pada pasien ini berdasarkan anamnesis adalah :hamil lewat bulan, HPHT : 09-01-
2014 di hitung dengan rumus maegele hasil nya gravida 42 minggu1 hari
mendukung diagnosa serotinus pada pasien ini sudah tepat menurut teori .
2.2 Bagai mana cara mendiagnosa pada kasus ini ?
Untuk menegakkan diagnosis Serotinus, perlu dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan yang teliti, dapat dilakukan saat antenatal maupun postnatal.
Anamnesis dan pemeriksaan yang perlu dilakukan dalam menegakkan diagnosis
serotinus antara lain:
1. Riwayat haid
2. Denyut jantung janin
3. Gerakan janin
4. Pemeriksaan ultrasonografi
5. Pemeriksaan radiologi
6. Pemeriksaan sitologi
Menurut pernoll, digunakan beberapa parameter, dianggap serotinus jika 3
dari 4 kriteria hasil pemeriksaan ditemukan, yaitu:
1. Telah lewat 36 minggu sejak tess kehamilan urin dinyatakan positif
2. Telah lewat 32 minggu sejak denyut jantung janin pertama kali terdengar
dengan menggunakan fetalphone Doppler.
3. Telah lewat 24 minggu sejak ibu merasakan aktivitas/gerakan janin
(quickening)
4. Telah lewat 22 minggu sejak denyut jantung janin pertama kali terdengar
dengan menggunakan stetoskop Laennec.
19
Parameter yang dapat membantu penentuan umur kehamilan adalah
tanggal saat pertama kali tes kehamilan positif (+_ UK 6 minggu) persepsi ibu
akan adanya gerakan janin (quickening) pada UK 16-18 minggu, waktu saat detk
jantung janin pertama kali terdengar (10-12 minggu dengan fetal phone/Doppler
dan 19-20 minggu dengan fetoskop).
Pada pasien ini di peroleh keterangan : HPHT : 09-01-2014 PemeriksaanUSG
hasil (janin baik,detak jantung janin ada,)gerak janin aktif selama kehamilan,Pada
pasien ini untuk menentukan serotinusa tidak dapat mengukan teori menurut
pernoll karena pada saat anamnesa informasi yang didapat tidak akurat dan data
yang mendukung tidak didapat.
2.3 Apakah etiologi pada pasien ini ?
Secara umum teori-teori menyatakan serotinus terjadi karena adanya
gangguan terhadap timbulnya persalinan. Menjelang persalinan terjadi penurunan
hormon progesteron, peningkatan oksitosin serta peningkatan reseptor oksitosin,
tetapi yang paling menentukan adalah terjadinya produksi prostaglandin yang
menyebabkan his adekuat.
Secara garis besar penyebab terjadinya serotinus dari beberapa teori
tersebut di atas dapat dirangkum:
1. HPHT tidak jelas terutama pada ibu-ibu yang tidak melakukan
pemeriksaan antenatal yang teratur dan berpendidikan rendah.
2. Ovulasi yang tidak teratur dan adanya variasi waktu ovulasi oleh karena
sebab apapun.
3. Kehamilan ekstrauterin.
20
4. Riwayat KLB sebelumnya, sebesar 15% beresiko untuk mengalami
KLB.
5. Penurunan kadar estrogen janin, dapat disebabkan karena:
- Kurangnya produksi 16-a-hidroksidehidroeplandrosteron-sulfat
(prekursor estrogen) janin, yang sering ditemukan pada anensefalus.
- Hipoplasia adrenal atau insufisiensi hipofisis janin yang dapat
mengakibatkan penurunan produksi prekursor estriol sintesis.
- Defisiensi sulfatase plasenta, yang merupakan x-linked inherited disease
yang bersifat resesif, sehingga pemecahan sulfat dari dehidroandrosteron
sulfat tidak terjadi.
6. Gangguan pada penurunan progesteron dan peningkatan oksitosin serta
peningkatan reseptor oksitosin. Sedangkan untuk menimbulkan kontraksi
uterus yang kuat, yang paling berperan adalah prostaglandin.
7. Nwotsu et al menemukan bahwa kurangnya air ketuban, insufisiensi
plasenta dan rendahnya kadar kortisol dalam darah janin akan
menimbulkan kerentanan terhadap tekanan dari miometrium sehingga
tidak timbul kontraksi.
8. Kurangnya estrogen tidak cukup untuk merangsang produksi dan
penyimpanan glikofosfolipid pada membran janin yang merupakan
penyedia asam arakidonat pada pembentukan konversi prostaglandin.
9. Karena adanya peran saraf pada proses timbulnya persalinan, diduga
gangguan yang menyebabkan tidak adanya tekanan pada pleksus
Frankenhauser oleh bagian tubuh janin, oleh sebab apapun, dapat
mengakibatkan terjadinya kehamilan lebih bulan.
Pada pasien ini dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penujang
tidak dapat mendukung penyebab pasti terjadi nya serotinus perlu evaluasi untuk
menetukan penyebab sesuai dengan teori .
21
2.4 Pemeriksaan apa saja yang diperlukan pada kasus ini ?
Pemeriksaan ultrasonografi dapat digunakan sebagai gold standar dalam
membantu menentukan UK. Ketepatan pemeriksaan ultrasonografi berubah
seiring dengan lamanya umur kehamilan saat diperiksa. Pada trimester I,
parameter yang paling sering dipakai adalah panjang puncak kepala-bokong
(CRL=Crown-Rump Lenght), sedangkan pada trimester kedua digunakan
diameter biparetal (BPD-Biparetal Diameter), lingkar kepala (HC=Head
Circumference) dan panjang femur (FL=Femur Lenght).
Berdasarkan pengukuran CRL, 90% dengan interval kepercayaaan ± 3
hari. BPD sampai UK 20 minggu memeiliki ketepatan 90% interval kepercayaan
± 8 hari, tetapi antara UK 18-24 minggu ketepatan 90% dengan interval
kepercayaan ± 12 hari. Pengukuran BPD dan FL pada trimester ketiga masing-
masing ketepatannya ± 21 hari dan ± 16 hari. Panjang femur pada umumnya
dipakai sebagai pedoman pada UK 14 minggu, dan bila digunakan sebelum UK
20 minggu ketepatannya ± 7 hari. Waktu yang paling baik untuk konfirmasi UK
dengan ultrasonografi adalah antara 16-20 minggu. Bila perkiraan UK dengan
perhitungan berdasarkan HPHT berbeda lebih dari 10-12 hari dibandingkan
pemeriksaan ultrasonografi tersebut.
Pemeriksaan laboratorium
a. Kadar lesitin/spingomielin dalam cairan amnion kadar lesitin/spingomielin
sama maka usia kehamilan sekitar 22-28 minggu, lesitin 1,2 kali kadar
spingomielin 28-32 minggu, pada kehamilan postrem rasionya 2:1 pada
pemeriksaan halim postrem tidak dapat ditentukan rasio kadar lesitin dan
spingomielin.
b. Aktivitas tromboplastin amnion (ATCA) cairan amnion mempercepat
waktu pembekuan darah yang meningkat dengan dengan bertambahnya
usia kehamilan 41-42 minggu ATCA antara 45-65 detik, pada umur
kehamilan >42 minggu ATCA kurang dari 45 detik antara 42-46 detik,
menunjukan kehamilan postrem.
22
c. Sitologi cairan amnion dengan pengecetan hile blue sulphat dapat dilihat
lemak, bila lemak melebihi 10% usia kehamilan 36 minggu dan apabila
50% lebih usia kehamilan>39 minggu.
Pada pasien ini dilakukan USG tanggal 20-10-2014 hasil janin baik dan bukti
gambaran USG,informasi hanya diperoleh dari anamnesis, pemriksaan
laboratorium (darah lengkap,waktu perdarahan,golongan darah, anti HIV,Hbsag,
Gds,urinalisa. Jadi pada pasien ini perlu pemeriksaan USG ulang dan pemeriksaan
tambahan lain .
2.5 Apakah penatalaksaan pada kasus ini sudah tepat ?
Terdapat dua pendapat dalam pengelolaan serotinus yaitu:
1. Pengelolaan ekspektatif/konservatif/pasif
2. Pengelolaan aktif
Pertimbangan dalam pengelolaan pasif adalah dengan mengingat beberapa hal:
a) Usia gestasi tidak selalu diketahui dengan benar, sehingga janin mungkin
kurang matur.
b) Sulit untuk mengidentifikasi dengan jelas apakah janin akan meninggal
atau akan mengalami morbiditas serius jika tetap dipertahankan.
c) Mayoritas janin lahir dalam keadaan baik.
d) Induksi persalinan tidak selalu berhasil.
e) Bedah Caesar meningkatkan resiko morbiditas ibu, bukan hanya pada
kehamilan ini, tapi juga kehamilan berikutnya.
Tapi mengingat resiko untuk terjadinya kegawatan pada janin cukup besar,
dimana resiko kematian janin dapat terjadi setiap saat antepartum, intrapartum
maupun pasca persalinan, maka dianjurkan pengelolaan secara aktif dengan
mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:
1. Terjadinya oligohidramnion tidak dapat diramalkan, bahkan dapat terjadi
dalam 24 jam setelah dilakukan pemeriksaan, dimana ditemukan indeks
cairan amnion cukup.
23
2. Induksi persalinan tidak meningkatkan angka bedah Caesar.
3. Resiko morbiditas dan mortalitas yang dihadapi janin cukup besar, dengan
makin lamanya kehamilan berlangsung.
1. Pengelolaan ekspektatif
Kehamilan dibiarkan berlangsung sampai 42 minggu dan seterusnya
sampai terjadi persalinan spontan sepanjang hasil uji kesejahteraan janin masih
baik. Induksi dilakukan bila terjadi: skor Bishop >5 (matang) atau terdapat
indikasi obstetri untuk mengakhiri kehamilan antara lain bila tes tanpa tekanan
hasilnya abnormal.
Sejak UK 42 minggu dilakukan uji kesejahteraan janin. Uji kesejahteraan
janin dapat menggunakan metode tes tekanan darah oksitosin CST (contraction
stress test) atau tes tanpa tekanan NST (non stress test), profil biofisik, rasio
estrogen-kretinin ibu.
Untuk negara berkembang, Thongsong (1999) mengusulkan pemeriksaan
profil biofisik secara cepat (rapid biophysic profile) yang terdiri atas pemeriksaan
gerakan janin yang terprovokasi suara (sound-provoked foetal movement) dan
pengukuran indeks air ketuban (amnion fluid index=AFI), keduanya dilakukan
dengan menggunakan ultrasonografi.
Rapid biophysic profile memiliki kelebihan: sederhana, murah, interpretasi
hasil lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih pendek, dan apabila dibandingkan
dengan profile biofisik yang lengkap (NST dan AFI) serta 3 komponen gerakan
spontan janin yaitu gerak nafas, gerak janin dan tonus janin) maupun profil
biofisik yang telah dimodifikasi (hanya NST dan AFI) memiliki ketepatan yang
hampir sama.
2. Pengelolaan aktif
24
Pengelolaan aktif adalah upaya untuk menimbulkan persalinan pada setiap
kehamilan sebelum terjadi kehamilan lewat bulan atau pada UK 42 minggu.
Sehingga didapatkan perbedaan mengenai kapan dilakukan induksi persalinan:
pada UK 41 minggu atau 42 minggu. Beberapa penulis menganjurkan suatu
tindakan aktif dengan melakukan induksi persalinan pada UK 41 minggu untuk
menghindari kemungkinan akibat buruk dari KLB. Pada umur kehamilan 41
minggu bila serviks belum matang, maka dialkukan uji kesejahteraan janin dan
dilakukan pematangan serviks terlebih dahulu.
Vorherr mengusulkan pengelolaan yang individualistik, tidak terpaku pada
ketentuan baku pengelolaan aktif dengan melakukan induksi secara rutin atau
pengelolaan ekspektatif. Pemilihan cara pengelolaan tergantung keadaan klinis,
riwayat obstetri, kematangan serviks dan kesejahteraan janin.
Untuk menentukan pengelolaan perlu dengan jelas diketahui umur kehamilan,
berdasarkan itu pengelolaan KLB dapat ditentukan dengan:
Umur kehamilan diketahui dengan jelas
Jika umur kehamilan dapat diketahui dengan jelas, maka pengelolaan KLB dapat
dilakukan secara pasif. Pengelolaan secara pasif dimana penderita dirawat untuk
kemudian dilakukan pemeriksaan elektronik dan ultrasonografi, untuk melihat
kesejahteraan janin, dengan uji tanpa tekanan (NST). Menurut Benedetti dan
Easterling selama uji menunjukkan hasil normal, dianggap janin terganggu
minimal dan tidak dianjurkan dilahirkan. Dengan mengadakan pemantauan
kesejahteraan janin secara serial, maka selama masih dalam keadaan baik,
persalinan dapat ditunggu hingga timbul spontan. Sedangkan secara aktif dengan
melakukan induksi persalinan. Dan jika dalam pemantauan terjadi kegawatan
janin maka dapat diakhiri sesuai dengan indikasi obstetri yang ditemukan.
Umur kehamilan tidak jelas
Jika umur kehamilan tidak diketahui dengan jelas, dianjurkan untuk melakukan
pengelolaan KLB secara pasif/konservatif. Selama kehamilan dilakukan
25
pemeriksaan kesejahteraan janin secara serial. Intervensi baru dilakukan jika
ditemukan gangguan pada janin berupa kurangnya cairan amnion
(oligohidramnion) dan atau gerak janin yang berkurang. Bentuk intervensi yang
dilakukan tergantung indikasi obstetri pada saat itu. Selama tidak terjadi gangguan
pada janin, maka persalinan dapat ditunggu untuk terjadi secara spontan.
Induksi Persalinan
Induksi persalinan dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik operatif/tindakan
maupun dengan menggunakan obat-obatan/medisinal. Untuk menentukan cara
induksi persalinan yang dipilih beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, perlu
dipertimbangkan yaitu: paritas, kondisi serviks, keadaan kulit ketuban dan adanya
parut uterus.
Induksi persalinan secara operatif/tindakan, yaitu:
1. Melepas kulit ketuban dari bagian bawah rahim
2. Amniotomi
3. Rangsangan pada puting susu
4. Stimulasi listrik
5. Pemberian bahan-bahan ke dalam rahim/rektum dan hubungan seksual
Induksi persalinan secara medisinal, yaitu:
a. Tetes oksitosin
b. Pemakaian prostaglandin
c. Cairan hipertonik intrauterin/extra-amniotic normal saline.
Induksi persalinan umumnya dilakukan dengan bermacam-macam
indikasi, dapat karena indikasi dari ibu maupun dari janin.
Indikasi ibu:
26
1. Kehamilan dengan hipertensi
2. Kehamilan dengan diabetes melitus
3. Perdarahan antepartum tanpa kontaindikasi persalinan pervaginam
Indikasi janin:
1. Kehamilan lewat bulan
2. Ketuban pecah dini
3. Kematian janin dalam rahim
4. Pertumbuhan janin terhambat
5. Isoimunisasi-Rhesus
6. Kelainan kongenital mayor
Kontraindikasi
Pada keadaan ini induksi persalinan tidak dapat dilakukan, atau jika
terpaksa dilakukan diperlukan pengamatan yang sangat berhati-hati:
a. Malposisi dan malpresentasi janin
b. Insufisiensi plasenta
c. Disproporsi sefalopelvik Cacat rahim
d. Gemeli
e. Distensi perut berlebihan
f. Plasenta previa.
Komplikasi induksi persalinan
27
Komplikasi dapat ditemukan selama pelaksanaan induksi persalinan
meupun setelah bayi lahir. Pada penggunaan infus oksitosin dianjurkan untuk
meneruskan pemberian hingga 4 jam setelah bayi lahir. Komplikasi yang dapat
ditemukan adalah:
a. Hiponatremia
b. Atonia uteri
c. Hiperstimulasi
d. Fetal distress
e. Prolaps tali pusat
f. Solusio plasenta
g. Ruptura uteri
h. Hiperbilirubinemi
i. Perdarahan postpartum
j. Kelelahan ibu dan krisis emosional
k. Infeksi intrauterin
Pengelolaan pasein ini belum tepat meurut teori dimana pengelolaan tidak dimalai dengan scoring bisop tetapi untuk pengelolaan lain sudah sesuai dimana dimulai secara ekspektatif dan konservatif hingga pengelolaan tidak tercapai dan dilakukan pengelolaan sacara aktif dengan cara induksi drip oxitocin salama 7 jam dan target tidak tercapai laku di putuskan untuk melakukan pematangan servik kemudian dilakana oprasi caesar .
BAB III
KESIMPULAN
Kehamilan serotinus adalah kehamilan 42 minggu lengkap (294 hari) atau
lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir atau 40 minggu (280 hari) dari hari
terjadinya ovulasi. Istilah 42 minggu lengkap berarti harus melewati 41 minggu 7
hari. Kehamilan antara 41 minggu 1 hari dan 41 minggu 6 hari tidak dikatakan 42
minggu lengkap.
28
Pada pasien ini sesuai gambaran serotinus hasil anamnesa dan pemeriksaan di
dapat HPHT : 09-01-2014 di hitung dengan rumus naegele hasil nya gravida 42
minggu 1 hari .