bab i, ii, iii asuhan kep.doc

38
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Konsep dasar peritonitis 1.1.1 Definisi peritonitis Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis yang kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa. Keluhan yang di rasakan yaitu nyeri saat di palpasi atau di saat ditekan. Nyeri pada daerah perut kuadran kanan bawah bisa berupa visceral maupun somatik, dan dapat berasal dari berbagai proses pada berbagai organ di dalam rongga perut (Sjamsuhidajat, 2004). Peritonitis adalah peritoneum (membrane serosa yang melapisi ronnga abdomen dan menutupi visera abdomen) merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Reaksi awal terhadap invasi bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa. Terbentuk kantong-kantong nanah (abses) di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi (Price, 2005). 1

Upload: berkat-ners

Post on 16-Dec-2015

225 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

10

BAB IITINJAUAN PUSTAKA1.1 Konsep dasar peritonitis

1.1.1 Definisi peritonitis

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis yang kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa. Keluhan yang di rasakan yaitu nyeri saat di palpasi atau di saat ditekan. Nyeri pada daerah perut kuadran kanan bawah bisa berupa visceral maupun somatik, dan dapat berasal dari berbagai proses pada berbagai organ di dalam rongga perut (Sjamsuhidajat, 2004).

Peritonitis adalah peritoneum (membrane serosa yang melapisi ronnga abdomen dan menutupi visera abdomen) merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Reaksi awal terhadap invasi bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa. Terbentuk kantong-kantong nanah (abses) di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi (Price, 2005).

Gambar 2.1 Peradangan pada abdomen1.1.2 Etiologi 1.1.2.1 Secara langsung:

Operasi yang tidak steril, terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi peritonitis yang disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon terhadap benda asing, disebut juga peritonitis granulomatosa serta merupakan peritonitis lokal, trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, ruptur hati, melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis. Terbentuk pula peritonitis granulomatosa.1.1.2.2 Kuman yang paling sering ialah bakteri coli, streptokokus dan hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah clostridium wechii. 1.1.2.3 Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis. Penyebab utama adalah streptokokus atau pnemokokus. 1.1.2.4Secara tidak langsung:

Infeksi bakteri mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal, appendikcitis yang meradang dan perforasi, tukak peptic (lambung/dudenum), tukak thypoid, tukak disentri amuba/colitis, tukak pada tumor, salpingitis, divertikulitis. 1.1.3Manifestasi klinis

Diagnosis peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya peritoneum visceral yang makin lama makin jelas lokasinya peritoneum parietal. Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yangi bisa menjadi hipotermia, tatikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum. Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi misalnya diabetes berat, penggunaan steroid dan pascatransplantasi penderita dengan penurunan kesadaran misalnya trauma kranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesik, penderita dnegan paraplegia dan penderita geriatric.1.1.3.1 Demam.1.1.3.2 Distensi abdomen.1.1.3.3 Nyeri tekan abdomen.1.1.3.4 Bising usus tidak terdengar.1.1.3.5 Penurunan peristaltik (ileus paralitik).1.1.3.6 Peningkatan suhu dan nadi.1.1.3.7 Peningkatan jumlah leukosit1.1.4 Patofisiologi

Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan mekanisme tubuh yang melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu sendiri untuk menciptakan kondisi abdomen yang steril. Masuknya bakteri dalam jumlah besar ini bisa berasal dari berbagai sumber. Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri akibat penyakit viseral atau intervensi bedah yang merusak keadaan abdomen. Selain jumlah bakteri transien yang terlalu banyak di dalam rongga abdomen, peritonitis terjadi juga memang karena virulensi kuman yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan bakteri dengan neutrofil. Keadaan makin buruk jika infeksinya bersamaan dengan pertumbuhan bakteri lain atau jamur, misalnya pada peritonitis akibat koinfeksi Bacteroides fragilis dan bakteri gram negatif, terutama coli. Isolasi peritoneum pada pasien peritonitis menunjukkan jumlah candida albicans yang relatif tinggi, sehingga dengan menggunakan skor acute physiology and kronic health evaluation diperoleh mortalitas tinggi, 52%, akibat kandidosis tersebut. Saat ini peritonitis juga diteliti lebih lanjut karena melibatkan mediasi respon imun tubuh hingga mengaktifkan systemic inflammatory response syndrome dan multiple organ failure.

Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen ke dalam rongga abdomen, biasanya diakibatkan dan peradangan iskemia, trauma atau perforasi tumor, peritoneal diawali terkontaminasi material. Awalnya material masuk ke dalam rongga abdomen adalah steril kecuali pada kasus peritoneal dialisis tetapi dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri. Akibatnya timbul edema jaringan dan pertambahan eksudat. Caiaran dalam rongga abdomen menjadi keruh dengan bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang rusak dan darah. Respon yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotil tetapi segera dikuti oleh ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan di dalam usus besar.

Gambar 2.2 Pathway peritonitis1.1.5Komplikasi

Komplikasi pasca operasi paling umum adalah eviserasi luka dan pembentukan abses. Komplikasi pembedahan dengan laparotomi eksplorasi memang tidak sedikit. Secara bedah dapat terjadi trauma di peritoneum, fistula enterokutan, kematian di meja operasi, atau peritonitis berulang jika pembersihan kuman tidak adekuat. Namun secara medis, penderita yang mengalami pembedahan laparotomi eksplorasi membutuhkan narkose dan perawatan intensif yang lebih lama. 1.1.5.1 Ventilasi paru tidak adekuat1.1.5.2 Eviserasi luka (post operasi)1.1.5.3 Pembentukkan abses (post operasi).1.1.5.4 Syok akibat septikemi atau hipovolumi.1.1.5.5 Sepsis penyebab kematian umum peritonitis.1.1.5.6 Proses inflamasi dapat menyebabkan obstruksi usus, terutama yang disebabkan oleh perlekatan usus.1.1.6 Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan yang dapat di lakukan pada pasien dengan peritonitis 1. Test laboratorium

1). Leukositosis2). Hematokrit meningkat3). Asidosis metabolik2. Drainase panduan CT-Scan dan ultrasonogravi3. X. Ray Foto polos abdomen tiga posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan :1) Ileus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.2) Usus halus dan usus besar dilatasi.3) Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.1.1.7 Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan pada peritonitis koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan melakukan intubasi dan dekompresi, memperbaiki peritonitis dan syok, menghilangkan obsruksi untuk memulihkan kontinuitas dan fungsi usus kembali normal. 1. Pemberian analgesik untuk mengatasi nyeri.2. Antiemetik untuk mengatasi mual dan muntah.3. Intubasi usus dan pengisapan membantu mengurangi distensi abdomen dan meningkatkan fungsi usus. Cairan dalam rongga abdomen dapat menyebabkan adanya tekanan yang mengurangi ekspansi paru dehingga menyebabkan distres pernafasan.4. Terapi oksigen dengan masker atau kanul nasal akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat. Intubasi jalan nafas dan ventilasi kadang dibutuhkan.

5. Terapi antibiotik masif biasanya dimulai sejak awal pengobatan peritonitis.

6. Antibiotik spektrum luas diberikan secara intravena sampai diketahui organisme penyebab sehingga terapi antibiotik yang tepat dapat dimulai.2.1 Konsep dasar asuhan keperawatan pada diagnosa peritonitis2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada.2.2.1.1 Identitas klien

Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan terakhir, status perkawinan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.

2.2.1.2 Keluha utama

Keluhan utama yang sering muncul adalah nyeri kesakitan di bagian perut sebelah kanan dan menjalar ke pinggang.2.2.1.3 Riwayat penyakit sekarangPeritinotis dapat terjadi pada seseorang dengan peradangan iskemia, peritoneal diawali terkontaminasi material, sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus, dan sirosis hepatis dengan asites.2.2.1.4 Riwayat penyakit dahulu

Seseorang dengan peritonotis pernah ruptur saluran cerna, komplikasi post operasi yang tidak steril dan akibat pembedahan, trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa dan ruptur hati.

2.2.1.4 Keluhan umum .

Pasien sering mengeluh nyeri saat di lakukan palpasi pada daerah kuadran kanan bawah, peningkatan suhu tubuh, nadi, peningkatan jumlah leukosit, mengalami letih.2.2.1.5 Pemeriksaan Fisik

1)

B1 (Breath): ,pernapasan dangkal, takipnea.

2) B2 (Blood): Takikardia, berkeringat, hipotensi (tanda syok).

3) B3 (Brain): Nyeri abdomen.

4). B4 (Bladder)

: penurunan frekuensi buang air kecil.

5). B5 (Bowel): Ketidakmampuan defekasi dan flatus, Penurunan peristaltik, anoreksia, mual/muntah.6) B6 (Bone): Otot tegang (abdomen), lutut fleksi. 2.2.1.6 Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan medis

(1) Penggantian cairan, koloid dan elektroli adalah fokus utama.

(2) Analgetik diberikan untuk mengatasi nyeri analgetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah.

(3) Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang inkubasi jalan napas dan bantuk ventilasi diperlukan.

(4) Tetapi medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotik.

(5) Terapi hemodinamik untuk paru dan ginjal.

(6) Terapi nutrisi dan metabolik dan terapi modulasi respon peradangan.

2) Penatalaksanaan keperawatan

(1) Monitor kesadaran.

(2) Observasi tanda-tanda vital.

(3) Observasi dan catat sifat drain (warna, jumlah) drainase.2.2.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan ini dapat memberikan dasar pemilihan intervensi untuk menjadi tanggung gugat perawatan

Diagnosa yang diangkat pada penyakit peritonitis 2.2.2.1 Nyeri (Akut) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam rongga abdomen .2.2.2.2 Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuat masukan nutrisi.2.2.3 Intervensi keperawatan dan Implementasi keperawatanIntervensi merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan (Hidayat, 2004).Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien (Hidayat, 2004).2.2.3.1 Diagnosa: Nyeri (akut) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam rongga abdomen.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama satu kali dua puluh empat jam diharapkan pasien melaporkan rasa nyeri berkurang atau hilang. Kriteria hasil:

1). Tampak rileks mampu tidur/ istirahat dengan tenang.

2). Nyeri berkurang. Tabel 2.1 Intervensi dan rasional

No Intervensi dan implemantasiRasional

1.Jelaskan pada pasien tentang penyebab nyeri.1.Informasi yang tepat dapat menambah pengetahuan pasien tentang nyeri.

2.Kaji derajat nyeri.

2.Mengetahui keadaan umum pasien.

3.Pantau tanda - tanda vital.

3.Untuk mengetahui keadaan umum pasien.

4.Ajarkan teknik relaksasi.4.Napas dalam dapat secara adekuat sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.

5.Berikan tindakan nyaman seperti pijatan punggung.

5.Menurunkan ketegangan pada abdomen.

6.Berikanaktivitas hiburan (ngobrol dengan anggota keluarga).6.Meningkatkan relaksasi , meningkatkan kemampuan koping.

7.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik.

7.Menghilangkan rasa nyeri.

8.Observasi tanda - tanda vital.

8.Deteksi dini terhadap perkembangan kesehatan pasien.

2.2.3.2 Diagnosa: Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kepeperawatan selama tiga kali dua puluh empat jam diharapkan pasien dapat mempertahankan berat badan normal atau tetap.

Kriteria hasil: 1). Nafsu makan meningkat.

2). Pasien bisa menghabiskan diet yang diberikan.

3). Berat badan konstan atau bertambah. Tabel 2.2 Intervensi dan rasionalNoIntervensi dan implementasiRasional

1.Memberikan penjelasan kepada pasien tentang pentingnya makan dan minum.

1.Pasien mengetahui pentingnya makan, dan minum.

2.Pantau tanda-tanda vital.2.Mengetahui keadaan pasien saat itu.

3.Kaji pola makan pasien.3.Untuk memantau keadaan atau perkembangan pasien.

4.Anjurkan kebersihan mulut sebelum makan.4.Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan.

6.Anjurkan makan dan minum dalam porsi sedikit tetapi sering.6.Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien

7.Anjurkan istirahat yang cukup.

7.Untuk pemulihan stamina yang cukup.

8.Konsulkan dengan ahli gizi tentang nutrisi pasien.

8.Memenuhi nutrisi pasien.

9.Observasi tanda-tanda vital.9.Deteksi terhadap perkembangan kesehatan pasien

2.2. 4 Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memilki pengetahuan dan kemempuan dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemempuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang di capai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil (Hidayat, 2004).

2.2.3.1 Nyeri (akut) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam rongga abdomen .

1) Nyeri yang di rasakan berkurang.2) Pasien merasa tenang/nyaman.3) Tanda-tanda vital dalam batas normal.

2.2.3.2 Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.

1) Nafsu makan klien sudah mulai membaik.2) Berat badan klien ada perubahan.3) Nutrisi pasien terpenuhi.BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN3.1Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 14 januari 2013 (jam 15.00) di ruang D RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya 3.1.1 Identitas pasienNama

: Tn. UUmur

: 26 TahunJenis kelamin

: Laki-lakiSuku/bangsa

: Dayak /indonesiaAgama

: Hindu kharinganPekerjaan

: Swasta

Pendidikan

: Sekolah dasarStatus Perkawinan : Menikah

Alamat : Desa tanjung rodan

Tanggal masuk rumah sakit : 10 Januari 2013Diagnosa Medis : Peritonitis

Tanggal praktek : 14-15 januari 2013

Tanggal & jam pengkajian : 14 januari jam 15.00

3.1.2 Riwayat kesehatan/perawatan3.1.2.1 Keluhan utama

Pasien mengatakan nyeri P= pasien merasa nyeri saat di palpasi pada daerah kuadran kanan bawah, Q= rasa nyeri yang di rasakan seperti di tusuk-tusuk, R= pasien merasa nyeri saat di palpasi pada daerah kuadran kanan bawah , S= skala nyeri yang dirasakan pasien empat sampai enam nyeri sedang, T= nyeri yang di rasakan berulang-ulang selama satu sampai lima menit.3.1.2.2 Riwayat penyakit sekarang :

Pasien mengatakan pada hari kamis tanggal 09 januari 2013 pasien mengalami kecelakaan lalu lintas dan tidak sadarkan diri. Keadaan pasien sangat lemah oleh sebab itu pasien langsung di bawa oleh keluarga ke RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya pada tanggal 10 januari 2013, langsung di tangani di IGD dan pasien di beri terapi natrium klorida 0,9 % 30 tetes/menit, obat injeksi ranitidine 2x1 gr (intravena), ceftriaxone 2x1 gr (intravena), pasien di anjurkan oleh dokter di rawat inap di ruang D (bedah pria) karena di diagnosa peritonitis.

3.1.2.3 Riwayat penyakit sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi):

Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah di rawat di rumah sakit dan pasien tidak ada riwayat operasi sebelumya.

3.1.2.4 Riwayat penyakit keluarga: Pasien mengatakan bahwa dalam keluarganya ada penyakit keturunan dari ibunya dengan penyakit hipertensi. Namun pasien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada penyakit yang menular seperti tubercolusis.

Gambar 3.1 Genogram keluargaKeterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Hubungan keluarga

: Satu rumah

3.1.3 Femeriksaan fisik

Keadaan umum pasien tampak lemah, dengan kesadaran compos menthis, status mental baik, saat di palpasi adanya nyeri tekan pada daerah kuadran kanan bawah, saat di inspeksi perut terlihat kembung dan tegang, ekspresi wajah meringgis kesakitan.

3.1.3.1 Bentuk badan Tn.U kurus cara berbaring/bergerak terlentang/bebas, berbicara lancar dan jelas. Suasana hati sedih, penampilan kurang rapi.

3.1.3.2 Fungsi kognitif orientasi waktu dapat mengenali dokter, perawat dan keluarganya. Orientasi tempat pasien mengetahui bahwa dirinya berada di rumah sakit.

3.1.3.3 Halusinasi tidak ada halusinasi yang di alami oleh pasien Tn.U. Proses berpikir, proses berpikir Tn.U bloking.

3.1.3.4 Insting Tn.U baik tidak mengingkari maupun menyalahkan orang lain.

Mekanisme pertahanan diri pertahanan diri Tn.U adaptif.3.1.3.5 Tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 85x/menit, 27x/menit, suhu 38,9 o C.3.1.3.6 Pernapasan (breathing)

Bentuk dada simetris, kebiasaan merokok dua bungkus/hari. Tipe pernafasan Tn.U dada perut, iraman pernafasan teratur, suara nafas tambahan tidak ada.3.1.3.7 Cardiovasculer (blood) Tidak ada masalah cardiopaskuler yang di alami pasien Tn.U suara jantung lup-dup normal, lingkar perut tidak di kaji.3.1.3.8 Persyarafan (brain)

1) Nilai Glasgow koma skala eye empat (membuka mata spontan), verbal lima (orentasi dengan baik), motorik enam (bergerak sesuai perintah), total nilai Glasgow koma skala lima belas normal.

2) Kesadaran Tn.U compos menthis, pupil Tn.U isokor tidak ada kelainan pada pupil pasien. 3) Reflex cahaya kanan, kiri, positif tidak ada gangguan yang di alami Tn.U3.1.3.9 Uji syaraf kranial :

1).Nervus kranial I, pasien dapat mencium bau-bauan seperti: alkohol.2). Nervus kranial II, pasien dapat melihat dengan jelas orang yang disekitarnya.

3). Nervus kranial III, pupil pasien dapat berkontraksi saat melihat cahaya.

4). Nervus kranial IV, pasien dapat menggerakkan bola matanya ke atas dan ke bawah.

5). Nervus kranial V, pasien dapat mengunyah makanan: seperti nasi, kue.6). Nervus kranial VI , pasien dapat melihat ke samping. 7). Nervus kranial VII, pasien dapat tersenyum.8). Nervus kranial VIII, pasien dapat mendengar perkataan dokter, perawat dan keluarganya.

9). Nervus kranial IX , pasien dapat membedakan rasa pahit, manis.

10). Nervus kranial X , pasien dapat berbicara dengan jelas.11). Nervus kranial XI, pasien dapat mengangkat bahunya.12). Nervus kranial XII, pasien dapat mengatur posisi lidahnya ke atas dan ke bawah.

3.1.3.10 Uji koordinasi Ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif, ekstrimitas bawah tumit ke jempul kaki positif .3.1.3.11 Uji kestabilan tubuh uji kestabilan tubuh Tn.U negatif

3.1.3.12 Refleks kanan dan kiri positip, pergerakan kaki dan tangan Tn.U normal bisa di gerakkan tidak mengalami kekakuan.3.1.3.13Eliminasi urine (bladder)

Produksi Urine Tn.U seribu dua ratus mili atau tiga kali/hari, warna urine kuning, bau khas urine. Tn.U tidak mengalami masalah dalam buang air kecil atau lancar dalam sehari Tn.U 3 kali buang air kecil.3.1.3.14 Eiminasi alvi (bowel):

Mulut Tn.U tidak mengalami lesi, faring Tn.U tidak terdapat lesi , bibir Tn.U lembab, gigi lengkap.

Gusi tidak ada peradangan, lidah lembab, mukosa tidak ada peradangan, tonsil tidak ada peradangan.

Rectum tidak di kaji, tidak terdapat haemoroid pada pasien Tn.U, buang air besar satu kali/hr dengan warna kuning konsistensi padat. Tidak terdapat benjolan pada kaki dan tangan Tn.U.

Pada saat di inspeksi perut terlihat tegang, perut terlihat kembung, saat dilakukan palpasi pasien mengeluh nyeri tekan pada daerah kuadran kanan bawah, meringgis kesakitan saat di lakukan palpasi pada kuadaran kanan bawah, nyeri datang ketika di lakukan palpasi pada daerah abdomen, pasien tampak lemah, nyeri saat beraktivitas.

Masalah keperawatan nyeri (akut) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam rongga abdomen.3.1.3.15 Tulang - otot integumen (bone)

Pergerakan Tn.U bebas dan tidak terbatas, ekstremitas atas kiri dan kanan 5/5 dan ekstremitas bawah kiri dan kanan 5/5 normal pergerakanya tidak mengalami kekakuan.Tidak terdapat peradangan maupun deformitas pada tulang Tn.U , maupun patah tulang. 3.1.3.16 Kulit-kulit rambut

Riwayat alergi obat Tn.U tidak pernah mengalami alergi obat, makanan dan kosmetik. Suhu kulit Tn.U hangat, warna kulit Tn.U normal tidak ada kelainan pada kulit Tn.U. Turgor kulit Tn.U halus tidak kasar dan tidak terlihat kemerahan peradangan. Jaringan parut Tn.U tidak ada. Tekstur rambut Tn.U keriting, distribusi rambut Tn.U merata, bentuk kuku Tn.U simetris tidak ada kelainan.3.1.3.17 Sistem penginderaan

Fungsi penglihatan Tn.U baik tidak kabur, gerakan bola mata Tn.U normal, kanan 6/6 normal, kiri 6/6. Skera Tn.U normal/putih, konjungtiva merah muda, kornea bening, pasien Tn.U tidak menggunakan alat bantu atau kacamata. Fungsi penciuman Tn.U simetris tidak terdapat peradangan maupun kelainanan.3.1.3.18 Leher dan kelenjar limfe Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar tiroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.3.1.3.19 Sistem reproduksi

Reproduksi pria dan reproduksi wanita tidak di kaji.3.1.4Pola fungsi kesehatan3.1.4.1 Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit Pasien mengatakan kesehatan adalah sesuatu yang penting dan sangat berharga, karena dengan badan yang sehat bisa melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik dan mandiri.3.1.4.2 Nutrisi metabolisme

Tinggi badan seratus enam puluh tujuh cm, berat badan sekarang lima puluh empat kg, berat badan Sebelum sakit lima puluh delapan kg, diet biasa tidak cair. Tn.U harus mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori, tinggi protein. Selama di rumah sakit pola makan Tn.U tidak teratur dan Tn.U tidak ada nafsu makan, badan kurus, nutrisi Tn.U tidak terpenuhi, terpasang infus natrium klorida 0,9 % 20 tetes per menit, berat badan menurun, keadaan lemah, mual/muntah.

Tabel 3.1 Pola makan

Pola makan sehari-hariSesudah sakitSebelum sakit

Frekuensi/hari

1x / Sehari3x / Sehari

Porsi3 Sendok Makan1 Porsi

Nafsu makanKurangBaik

Jenis MakananNasi, sayur, ikan, buahNasi, sayur, ikan

Jenis MinumanAir putihAir putih, Teh

Jumlah minuman/cc/24 jam1200cc/ 24 jam3500 cc/ 24 jam

Kebiasaan makanPagi, malamPagi, Siang, Sore, Malam

Keluhan/masalahNafsu makan berkurangNafsu makan baik

Masalah keperawatan resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuat masukan nutrisi.3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur

Pasien mengatakan pola istirahatnya sebelum sakit tidur siang satu sampai empat jam, tidur malam enam sampai delapan jam, saat sakit tidur siang dua sampai empat jam, Tidur malam tujuh sampai delapan jam, tidak ada masalah keperawatan.3.1.4.4 Kognitif

Pasien masih kurang mengerti tentang penyakit yang di deritanya saat ini meskipun petugas kesehatan sudah menjelaskan tentang penyakit atau keadaannya saat di rawat, tidak ada masalah keperawatan.3.1.4.5 Konsep diri (gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran )

Gambaran diri pasien menyukai tubuhnya secara utuh, ideal diri pasien ingin cepat sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas diri pasien seorang kepala keluarga dan seorang laki-laki, harga diri pasien sangat di perhatikan oleh keluarga, istri, dan merasa di hargai, peran pasien adalah sebagai tulang punggung bagi istri dan anak-anaknya.3.1.4.6 Aktivitas sehari-hari

Aktivitas pasien sebelum sakit secara mendiri bekerja di ladang untuk menafkahi keluarganya.

Aktivitas saat sakit pasien tidak bisa bekerja dan beraktivitas secara mandiri, pasien hanya bias berbaring di tempat tidur dan mengobrol dengan keluarga.3.1.4.7 Koping sampai toleransi terhadap stress

Pasien mengatakan jika ada masalah saya akan menceritakan kepada keluarga agar mendapat jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang saya alami. 3.1.4.8 Nilai sampai pola keyakinan

Pasien mengatakan semua tindakan yang dilakukan yang dilakukan oleh petugas kesehatan tidak ada yang bertentangan dengan pola keyakinan pasien.3.1.5 Sosial - spiritual3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi

Pasien mampu berkomunikasi dengan jelas dan terarah secara terapeutik.3.1.5.2 Bahasa sehari-hari

Bahasa yang digunakan pasien sehari-hari, yaitu bahasa dayak/indonesia.3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga

Hubungan pasien dengan keluarga baik, biasa di buktikan dengan adanya keluarga yang merawat dan mengurusnya.3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :

Hubungan pasien dengan petugas kesehatan/orang lain cukup baik, pasien kopoperatif bila petugas kesehatan memberikan tindakan keperawatan dan pemeriksaan yang di lakukan oleh dokter.

3.1.5.5 Orang berarti/terdekat :

Orang yang berarti/terdekat bagi pasien yaitu istri, anak dan keluarga.3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang

Pasien mengatakan saat sakit pasien menggunakan waktu luang dengan mengobrol bersama keluarga, dan berbaring di tempat tidur saja. Sebelum sakit pasien bertani.3.1.6 Data penunjang (radiologis, laboraturium, penunjang lainnya)

Tabel 3.2 Data penunjang

No Pemeriksaan Hasil Normal

1WBC10.65 X 10^ /ul4.00 10.00^/ul

2RBC3.33 X 10^/ul3.50 -.5.50^/ul

3HBG9.7 g/dl11.0 16.0^/dl

4PLT248 X 10^/ul150 400^/ul

5HB8,0 gr %L = 13,5 18,0 gr %

3.1.7 Penatalaksanaan medis

Tabel 3.3 Penatalaksanaan medis

NO Tanggal 14 Januari 2013

1 Infus natrium klorida 0,9 % 20 tetes per menit.

Obat injeksi

Inj. Cefotaxime 2x1 gr (IV). Inj. Ranitidine 2x1 gr (IV).

Inj. Ketorolac 30 mg 3x1 (IV) .

Inj. Asam tranexamat 500 3x1 (IV).

Palangka Raya, 15 Januari 2013 Mahasiswa

(SANTALIANI)3.2 Analisis data

Tabel 3.4 Analisa data

Hari /tanggalNoData subjektif dan data objektifKemungkinan penyebabMasalah

Senin , 14 januari 20131 Data subjektif : PQRST

P:Pasien merasa nyeri saat di palpasipada daerah kuadran kanan bawah.

Q: Rasa nyeri yang di rasakan seperti di tusuk-tusuk.

R: Pasien merasa nyeri saat di palpasi pada daerah kuadran kanan bawah.

S: Skala nyeri yang di rasakan empat sampai enam nyeri sedang.

T: Nyeri yang di rasakan berulang-ulang selama satu sampai lima menit.

Data objektif :

1.Pasien tampak lemah.

2.Pasien tampak meringgis kesakitan saat di lakukan palpasi pada kuadaran kanan bawah.

3.Saat di palpasi adanya nyeri tekan pada daerah kuadran kanan bawah.

4.Nyeri datang ketika dilakukan palpasi didaerah abdomen.

5. Nyeri saat beraktivitas.7. Perut terlihat tegang.

8. Perut terlihat kembung.6.Tekanan darah: 130/90 mmHg. Nadi: 105x/menit.

Respirasi: 27x/menit.

Suhu: 38,9 C.Trauma pada abdomen

Poliferasi

Edema

Eksudasi

Peritonitis

Inflamasi jaringan

Nyeri (Akut)

Nyeri (Akut)

Tabel 3.5 Analisa data

Hari /tanggalNoData subjektif dan data objektifKemungkinan penyebabMasalah

Senin , 14 januari 20132 Data subjektif:

Pasien mengatakan kurang napsu makan.

Data objektif:

1.Pasien tampak lemah.

2. Berat badan sebelum sakit 58 kg. 3.Berat badan saat sakit 54 kg.4. Porsi makan sebelum sakit 1 porsi.

5.Masukan nutrisi berkurang.

6.Berat badan menurun.

7. Porsi makan saat sakit tiga sendok.

8. Terpasang infus natrium klorida 0,9 % 20 tetes per menit.

9.Bentuk badan pasien terlihat kurus.

Trauma pada abdomen

Peritonitis

Penurunan peristaltik usus

Mual/muntah

Tidak adekuat masukan nutrisi

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3.3 Prioritas masalah3.1.9 Nyeri (akut) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam rongga abdomen.3.1.10 Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuat masukan nutrisi.26

26

Inflamasi, infeksi, iskemia, trauma abdomen

Poliferasi bakteri

Edema jaringan

Eksudasi jaringan

Peritonitis

Proses inflamasi jaringan

Suplai darah ke usus berkurang

Nekrose usus

Masuk rumah sakit

Luka post operasi

Cemas

Resiko infeksi EMBED MSGraph.Chart.8 \s ksi

Nyeri

Kerusakan mobilitas fisik

Penumpukan cairan di abdomen

Menekan diafragma

Sesak

Perubahan pola nafas

1

15

O2 berkurang

CO turun

Penurunan peristaltik

O2 ke jaringan otot berkurang

Gelisah

Kesadaran menurun

Resiko cidera

Flow ginjal turun

Produksi urine menurun

Gangguan eliminasi urine

Distensi abdomen

Mual muntah

Kelemahan ekstrimitas

Resiko kerusakan integritas kulit

Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2

_1422178367.xls