asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe ii

40
ASUHAN KEPERAWATAN Ny. R A. PENGKAJIAN Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2012. Ruang : Alamanda. 1. Identitas Klien Nama : Ny. R Umur : 48 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Gedong Songo Raya, Semarang Agama : Islam Status : Kawin Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Pekerjaan : Swasta Diagnosa medis : Diabetes Mellitus tipe II Nomor RM : 18.11.59 Tanggal masuk : 16 Juni 2012 2. Identitas Penanggung Jawab Nama : Tn. D Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Gedong Songo Raya, Semarang Hub. Dengan klien : Suami

Upload: margaretha-septianingtyas

Post on 02-Aug-2015

1.162 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. R

A. PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2012.

Ruang : Alamanda.

1. Identitas Klien

Nama : Ny. R

Umur : 48 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Gedong Songo Raya, Semarang

Agama : Islam

Status : Kawin

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Pekerjaan : Swasta

Diagnosa medis : Diabetes Mellitus tipe II

Nomor RM : 18.11.59

Tanggal masuk : 16 Juni 2012

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. D

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Gedong Songo Raya, Semarang

Hub. Dengan klien : Suami

3. Keluhan Utama

Klien mengatakan kakinya terasa kesemutan dan terasa berat untuk

berjalan.

4. Riwayat Penyakit Sekarang

Page 2: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

Klien mengatakan dua hari yang lalu kepalanya pusing, rasanya cekot-

cekot. Klien mengatakan lemas dan bila berjalan kaki terasa berat. Kaki

sering merasa kesemutan. Kemudian diperiksakan di puskesmas wilayah

Gedong Songo, nilai GDS adalah 411. Dari pihak puskesmas

menganjurkan klien untuk periksa di poliklinik Rumah Sakit. Klien

memeriksakan diri di RSUD Tugurejo pada tanggal 16 juni 2012, hasil

yang didapat adalah GDS 298, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi

88x/menit. Klien disarankan untuk rawat inap, diagnosanya adalah

diabetes mellitus tipe II. Klien dirawat di ruang alamanda, di ruangan klien

mendapatkan terapi obat metformin 3 x 500 mg, asam mefenamat 3 x 500

mg, BC 3 x 100 mg , cefotaxim 2 x 2 mg, ranitidine 2 x 2 ml, dan infus

Nacl 20 tpm 500 cc.

5. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien pernah operasi batu ginjal satu tahun yang lalu.

6. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga tidak mempunyai riwayat diabetes mellitus, hipertensi, jantung,

dan lain-lain.

7. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-tanda Vital

Tanggal 19 Juni 2012

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Denyut nadi : 88 kali/menit

Pernafasan : 18 kali/menit

Suhu : 37,5°C

b. Kulit

Warna kulit sawo matang, bengkak di kaki kanan dan kiri, kulit kering,

turgor kulit di ekstremitas bawah buruk.

c. Kepala dan Leher

Page 3: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

Bentuk kepala : mesochepal.

Rambut : rambut beruban, panjang, ikal, tipis, penyebaran

merata, tidak ada lesi.

Mata : simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis,

palpebra tidak kehitaman, penglihatan baik.

Telinga : simetris, tidak ada keluaran yang abnormal.

Hidung : tidak ada sekret, tidak ada lesi, tidak ada massa.

Mulut : Tidak ada sariawan, mukosa bibir kering, tidak ada

gusi berdarah.

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.

d. Jantung

Inspeksi : IC tampak.

Palpasi : IC teraba di SIC V.

Perkusi : Pekak.

Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, tidak ada bising, tidak

ada gallop.

e. Paru-paru

Inspeksi : simetris, pengembangan dada kurang maksimal.

Palpasi : pengembangan paru kanan dan kiri simetris.

Perkusi : sonor.

Auskultasi : tidak ada suara whezzing dan ronkhi.

f. Abdomen

Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit sawo matang.

Auskultasi : bising usus 10 kali/menit.

Palpasi : tidak terdapat massa, tidak ada benjolan.

Perkusi : timpani.

g. Ekstremitas

1) Look

a) Ekstremitas atas

Page 4: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

Warna kulit sawo matang dan merata, kulit kering, tidak ada

edema di telapak tangan kanan dan kiri, tidak ada fraktur dan

deformitas.

b) Ekstremitas bawah

Warna kulit sawo matang, bengkak dibagian punggung kaki

kanan dan kiri, tidak ada fraktur dan deformitas.

2) Feel

a) Ekstremitas atas

Tidak terdapat nyeri tekan pada ekstremitas atas kanan dan kiri,

tidak ada baal, tidak ada kesemutan.

b) Ekstremitas bawah

Terdapat nyeri tekan pada bagian punggung kaki kanan dan

kiri, nyeri terasa cekot-cekot dan terkadang tiba-tiba terasa

nyeri seperti disetrum, kadang terasa kesemutan, klien

mengatakan skala nyeri 4, frekuensi nyerinya sering dirasakan.

c) Move

a) Ekstremitas atas :

Tangan kanan dan kiri bisa digerakkan. Tangan kanan dan kiri

klien mampu menentang gravitasi dan tahanan, mampu

melakukan fleksi-ekstensi, pronasi-supinasi, dan rotasi.

b) Ekstremitas bawah :

Kaki kanan dan kiri bisa digerakkan. Kaki kanan dan kiri

mampu menentang gravitasi dan tahanan tetapi kurang

maksimal, tidak mampu melakukan fleksi-ekstensi,

dorsofleksi-plantarfleksi. Terdapat bengkak di punggung kaki

kanan dan kiri.

d) Kekuatan otot

Ekstremitas atas Kanan Kiri

Siku 5 5

Lengan bawah 5 5

Page 5: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

Pergelangan tangan 5 5

Jari 5 5

Ekstremitas bawah Kanan Kiri

Lutut 4 4

Betis 4 4

Pergelangan kaki 4 4

Jari 4 4

h. Genetalia

Tidak terkaji.

i. Sistem persarafan

1. Status mental

Tingkat kesadaran compos mentis, GCS 15 (E4V5M6), gaya bicara

pelan dan jelas.

2. Fungsi intelektual

Orientasi waktu, orang dan tempat baik.

3. Daya pikir

Daya pikir spontan, alamiah dan masuk akal, tidak ada kesulitan

berpikir dan tidak ada halusinasi .

4. Status emosional

Status emosional pasien alamiah dan datar, tidak pemarah, cemas

dan tidak apatis.

j. Sistem Gastrointestinal

Klien mengatakan nafsu makan bertambah, banyak minum, dan buang

air kecil kurang lebih 7-8 kali per hari.

k. Sistem Imunitas

Klien mengatakan tidak alergi makanan ataupun obat-obatan.

Page 6: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

8. Pengkajian Fungsional

a. Persepsi terhadap kesehatan-manajemen kesehatan

Klien mengatakan ketika sakit selalu memeriksakan ke Puskesmas atau

dokter. Klien mengatakan sehat adalah suatu kondisi tubuh yang bisa

melakukan apapun, sedangkan sakit adalah kondisi tubuh yang lemah.

Klien tidak minum minuman keras, tidak merokok, tidak memakai

narkoba.

b. Kebutuhan Oksigenasi

Klien tampak tidak mengalami sesak nafas, tidak ada cuping hidung,

tidak mengalami sianosis, tidak batuk. Tidak terdengar bunyi

whezzing, ronki.

c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

Sebelum dirawat di Rumah Sakit klien mengatakan makan 5 kali

dalam sehari, nafsu makan bertambah sejak 1 bulan yang lalu. Klien

mengatakan tidak begitu suka sayur. Klien mengatakan kurang lebih

minum 6-7 gelas perhari. Sebelum sakit tinggi badan klien adalah 155

cm, berat badan 54 kg. Klien mengatakan mengalami penambahan

berat badan selama 1 bulan dari 54 kg menjadi 60 kg.

Saat sakit klien mendapatkan diit makanan bubur tanpa sari rendah

gula. Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 16 Juni 2012 Hb

14.10 g/dl (normal 13.2-17.3), hematocrit 42.40% (normal 40-52). Saat

masuk di Rumah Sakit BB klien turun menjadi 58 kg, albumin 4.8

(normal 3.2-5.2).

IMT = BB/TB2

= 58/ (1,552)

= 58/2,4025

= 24,14 (normal)

Keterangan :

1) Tinggi badan dalam meter.

2) Klasifikasi nilai IMT.

Page 7: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

IMT Status gizi Kategori

< 17,0 Gizi kurang Sangat kurus

17,0 – 18,5 Gizi kurang Kurus

18,5 – 25,0 Gizi baik Normal

25,0 – 27,0 Gizi lebih Gemuk

>27,0 Gizi lebih Sangat gemuk

d. Kebutuhan Eliminasi

Sebelum masuk Rumah Sakit, klien mengatakan melakukan eliminasi

urin sebanyak ± 7-8 kali dalam sehari, eliminasi fekal sebanyak 2 kali

selama ± 1 hari (diare) selama 3 hari.

Saat masuk rumah sakit, frekuensi eliminasi urin sedikit berurang

menjadi 5-6 kali dalam sehari, eliminasi fekal 1 kali dalam sehari

dengan konsistensi lembek.

e. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan

Aktivitas Keterangan Skor

Makan 0 : tidak mampu, 5 : memerlukan bantuan seperti memotong makanan, mengoleskan mentega, atau memerlukan bentuk diet khusus, 10 : mandiri/tanpa bantuan

10

Mandi 0 : tergantung, 5 : mandiri 5

Kerapian/penampilan 0 : memerlukan bantuan untuk menata penampilan diri, 5 : mampu secara mandiri menyikat gigi, mengelap wajah, menata rambut dan bercukur

5

Berpakaian 0 : tergantung/tidak mampu, 5 : perlu dibantu tetapi dapat melakukan sebagian, 10 : mandiri (mampu mengancingkan baju, menutup

5

Page 8: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

resleting, merapikan baju)

BAB 0 : inkontinensia/tergantung pada enema, 5 : kadang mengalami gangguan, 10 : normal

5

BAK 0 : inkontinensia, harus dipasang kateter atau tidak mampu mengontrol BAK secara mandiri, 5 : kadang mengalami kesulitan, 10 : normal

10

Penggunaan kamar mandi 0 : tergantung, 5 : perlu bantuan tetapi tidak tergantung penuh, 10 : mandiri

10

Berpindah tempat 0 : tidak mampu, mengalami gangguan keseimbangan, 5 : memerlukan banyak bantuan untuk bisa duduk, 10 : memerluka sedikit bantuan (diarahkan secara verbal), 15 : mandiri

15

Mobilitas 0 : tidak mampu atau berjalan kurang dari 50 yard, 5 : hanya bisa bergerak dengan kursi roda > 50 yard, 10 : berjalan dengan bantuan > 50 yard, 15 : mandiri (meski dengan alat bantu)

15

Naik/turun tangga 0 : tidak mampu, 5 : memerlukan bantuan , 10 : mandiri

10

Total = 90 (mandiri)

80 – 100 : mandiri

60 – 79 : bantuan minimal dalam ADL

40 – 59 : sebagian tergantung

20 – 39 : sangat tergantung

< 20 : tergantung total

f. Kebutuhan Istirahat dan tidur

Sebelum sakit, keluarga klien mengatakan frekuensi tidur klien ± 8

jam/hari, dengan kualitas tidur yang baik dan tidak mengalami

gangguan tidur (insomnia, parasomnia).

Page 9: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

Saat masuk rumah sakit, frekuensi tidur klien bertambah, ± tidur klien

sekitar 10 jam/hari.

g. Kebutuhan Personal Hygiene

Sebelum sakit, klien selalu mandi 2 kali dalam sehari, rajin menggosok

gigi, dan toileting secara mandiri. Klien mencuci rambut 1 kali dalam

2 hari. Saat sakit, klien bisa melakukan perawatan diri secara mandiri,

seperti mandi, toileting, namun dalam hal berpakaian klien

membutuhkan bantuan orang lain.

h. Kebutuhan Persepsi Sensori

Penglihatan : baik.

Pendengaran : tidak menggunakan alat bantu dengar.

Penciuman : baik, mampu mencium aroma.

Pengecap : baik.

Perabaan : mengenali rangsang (benda tumpul, tajam, halus).

i. Kebutuhan Komunikasi dan Mental

Klien berbicara jelas. Klien menggunakan bahasa jawa, klien adalah

orang yang ekstrovert.

j. Kebutuhan Kenyamanan

Klien bedrest, ekstremitas bawah terasa nyeri dan berat sehingga malas

untuk berjalan, nyeri yang dirasakan seperti disetrum, kadang terasa

kesemutan, klien mengatakan skala nyeri 4, frekuensi nyerinya sering

dirasakan. Klien merasa lemas.

k. Kebutuhan Seksualitas

Tidak terkaji.

l. Kebutuhan Mekanisme Koping

Klien mengatakan koping yang dilakukan klien saat menghadapi

tekanan adalah menonton televise dan berkebun.

m. Kebutuhan Konsep diri.

Harga diri : klien tidak malu dengan penyakit yang dialaminya.

Ideal diri : klien ingin cepat sembuh dan melakukan pekerjaan

rumah seperti biasa.

Page 10: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

Identitas diri : klien mengakui sebagai perempuan.

Peran : klien sebagai ibu rumah tangga.

Gambaran diri : klien ikhlas dengan penyakit diabetes yang

dialami.

n. Kebutuhan Rekreasi dan Spiritual

Sebelum masuk rumah sakit, klien mengatakan suka jalan-jalan

menonton televisi dan berkebun. Klien rajin sholat 5 waktu. Saat

masuk rumah sakit, klien hanya bisa berdoa.

9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium (2 Juni 2012)

Komponen Hasil Normal

Leukosit

Eritrosit

Hb

Ht

MCV

MCH

MCHC

Trombosit

RDW

Eosonofil Absolut

Basofil Absolut

Netrofil Absolut

Limfosit Absolut

Monosit Absolut

Eosonofil

Basofil

Neutrofil

Limfosit

Monosit

7,81

5,08

14,10

42,40

83,50

27,80

33,30

286

12,40

0,28

0,02

3,20

3,61

0,70

3,60

0,30

40,90

H 46,20

H 9,00

3,6-11 10^3 /Ul

3,8-5,2 10^6 /Ul

11,7-15,53 g/dl

35-47 %

80-100 L

26-34 pg

32 – 36 g/dl

150-440 10^3 /Ul

11,5-14,5 %

0,045-0,44 10^3 /Ul

0-0,2 10^3 /Ul

1,8-8 10^3 /Ul

0,9-5,2 10^3 /Ul

0,16-1 10^3 /Ul

2-4 %

0-1 %

50-70%

25-40 %

2-8 %

Page 11: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

Glukosa sewaktu

Kolesterol total

Trigliserida

Asam urat

SGOT

SGPT

Ureum

Albumin

H 247

186

148

3,0

13

12

21

4.8

< 125 mg/Dl

< 200 mg/Dl : desirabelle

200-239 : borderline high

>240 : high

< 150 ug/Dl : borderline high

200-499 : high

>500 : very high

2.4 – 5,7 mg/dL

0 – 35 u/L

0 – 35 u/L

10,0 – 50,0 mg/dL

3.2-5.2 g/dL

Page 12: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

10. Therapy

Nacl 20 tetes per menit (infus)

Cefotaxim 2 x 1 gr (intravena)

Ranitidin 2 x 2 ml (intravena)

Metformin 3 x 500 mg (oral)

Asam mefenamat 3 x 500 mg (oral)

BC tablet 3 x 100 mg (oral)

No. Terapi Cara

Pemberian

Dosis Indikasi Kontraindikasi Efek Samping

1 Nacl Infus 500 ml Hipostremia atau sindrom

rendah garam, mengembalikan

keseimbangan cairan tubuh dan

NaCl, terapi untuk alkalosis

metabolic, pengganti cairan

ekstraseluler, pelarut untuk obat

yang diberikan secara infus intra

vena drip.

Hipernatremia, retensi

cairan.

Demam, nekrosis, jaringan

atau infeksi pada tempat

suntikan, hypervolemia,

sindrom intoleransi garam

pasca operasi.

2 Cefotaxim Intravena 2 x 1 gr Infeksi saluran pernafasan Hipersensitifitas terhadap Reaksi hipersensitifitas,

Page 13: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

bagian bawah, infeksi saluran

kemih & kelamin, gonore,

infeksi kulit & jaringan lunak,

infeksi dalam perut termasuk

peritonitis (radang selaput

perut), infeksi tulang & sendi,

infeksi susunan saraf pusat

(meningitis/radang selaput otak).

Sefalosporin, penderita

ginjal berat.

eosinofilia, neutropenia,

leukopenia yang bersifat

sementara, flebitisefek pada

lambung-usus, superinfeksi.

Peradangan iritatif dan nyeri

pada tempat penyuntikan.

3 Ranitidin Intravena 2 x 2 ml - Pengobatan jangka pendek

tukak usus 12 jari aktif,

tukak lambung aktif,

mengurangi gejala refluks

esofagitis.

- Terapi pemeliharaan setelah

penyembuhan tukak usus 12

jari, tukak lambung.

- Pengobatan keadaan

hipersekresi patologis, misal

sindroma Zollinger Ellison

- Penderita gangguan

fungsi ginjal.

Wanita hamil dan menyusui

Diare, nyeri otot, pusing,

timbul ruam kulit, malaise,

nausea, konstipasi.

Page 14: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

dan mastositosis sistemik.

4 Metformin Per oral 3 x 500 mg - Pengobatan penderita diabetes

yang baru terdiagnosis setelah

dewasa, dengan atau tanpa

kelebihan berat badan dan bila

diet tidak berhasil. 

- Sebagai kombinasi terapi pada

penderita yang tidak responsif

therhadap terapi tunggal

sulfonilurea baik primer ataupun

sekunder. 

- Sebagai obat pembantu untuk

mengurangi dosis insulin apabila

dibutuhkan.

Penderita kardiovaskular,

gagal ginjal, gagal hati,

dehidrasi dan peminum

alkohol, koma diabetik,

ketoasidosis, infark

miokardial, keadaan

penyakit kronik akut yang

berkaitan dengan hipoksia

jaringan, keadaan yang

berhubungan dengan

asidosis laktat seperti syok,

insufisiensi pulmonar,

riwayat asidosis laktat.

Efek samping bersifat

reversible pada saluran cerna

termasuk anoreksia,

gangguan perut, mual,

muntah, rasa logam pada

mulut dan diare. 

Dapat menyebabkan asidosis

laktat tetapi kematian akibat

insiden ini lebih rendah 10 -

15 kali dari fenformin dan

lebih rendah dari kasus

hipoglikemia yang

disebabkan oleh

glibenklamid/sulfonilurea.

Kasus asidosis laktat dapat

diobati dengan natrium

bikorbonat. Kasus individual

dengan metformin adalah

Page 15: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

anemia megaloblastik,

pneumonitis, vaskulitis.

5 Asam

mefenamat

Per oral 3 x 500 mg Untuk menghilangkan segala

macam nyeri dan ringan sampai

sedang dalam kondisi akut dan

kronis. termasuk nyeri karena

trauma, nyeri sendi, nyeri otot,

sakit sehabis operasi dan

melahirkan, nyeri sewaktu haid.

sakit kepala dan sakit gigi.

Pada penderita dengati

tukak lambung / usus.

pendenta asma.penderita

ginjal dan penderita yang

hipersensitif.

Mual, muntah, diare,

agranulositosis dan hemolitik

anemia.

6 BC Per oral 1 x 5 mg Menjaga kesehatan system saraf,

kulit, system pencernaan,

meningkatkan energy dan

stamina serta imunitas, anti

stress dan depresi, mengatasi

kelelahan, melancarkan sirkulasi

darah, pembentukan sel darah

merah yang sehat, antioksidan

Hipersensitif. Sedasi.

Page 16: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

dalam menangkal serangan

radikal bebas.

Page 17: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

B. ANALISA DATA

1. DS :

- Klien mengatakan klien malas untuk

beraktivitas karena merasa cepat

lelah.

- Klien mengatakan jika berjalan kaki

terasa berat dan kesemutan.

- Klien mengatakan lebih suka

istirahat.

DO :

- Punggung kaki kanan kiri bengkak.

- Kekuatan otot :

Tangan kanan 5Tangan kiri 5Kaki kanan 4Kaki kiri 4

- Skor GCS 15.

Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan gaya

hidup kurang gerak dan

kelelahan.

3. DS :

- Klien mengatakan bengkak di punggung

kaki kanan dan kiri.

- Klien mengatakan sudah mengetahui

bahwa klien punya penyakit DM.

DO :

- Bengkak di punggung kaki kanan dan

kiri.

- Tanda-tanda vital : tekanan darah

120/80 mmHg, denyut nadi 88

kali/menit, pernafasan 18 kali/menit,

suhu 37,5°C

Ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer

berhubungan dengan

diabetes mellitus.

C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Page 18: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya hidup kurang gerak dan

kelelahan.

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan diabetes

mellitus.

3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan poliuri dan

dehidrasi.

Page 19: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx. Kep Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1 Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

gaya hidup kurang gerak

dan kelelahan.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam maka

klien dapat bertoleransi terhadap

aktivitas dengan kriteria hasil :

1. Berpartisipasi dalam aktivitas

fisik tanpa disertai peningkatan

tekanan darah, nadi dan RR.

2. Mampu melakukan aktivitas

sehari hari (ADLs) secara

mandiri.

3. Keseimbangan aktivitas dan

istirahat.

1. Observasi adanya pembatasan klien dalam

melakukan aktivitas.

2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan

kelelahan.

3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang

adekuat.

4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan

emosi secara berlebihan.

5. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas

(takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis,

pucat, perubahan hemodinamik).

6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat

pasien.

7. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi

Medik dalam merencanakan progran terapi yang

Page 20: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

tepat.

8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas

yang mampu dilakukan.

9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang

sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan

sosial.

10. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan

sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang

diinginkan.

11. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas

seperti kursi roda, krek.

12. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang

disukai.

13. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan

diwaktu luang.

14. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi

kekurangan dalam beraktivitas.

15. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif

beraktivitas.

Page 21: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

16. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi

diri dan penguatan.

17. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual.

2 Ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer

berhubungan dengan

diabetes mellitus.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam maka

ketidakefektifan perfusi jaringan

teratasi dengan kriteria hasil:

1. Tekanan systole dan diastole

dalam batas normal.

2. Tidak ada gangguan mental,

orientasi kognitif dan kekuatan

otot.

3. Na, K, Cl, Ca, Mg, BUN, Creat

dan Biknat dalam batas normal.

4. Tidak ada distensi vena leher.

5. Intake output seimbang.

6. Tidak ada oedem perifer dan

asites.

1. Observasi status hidrasi (kelembaban membran

mukosa, TD ortostatik, dan keadekuatan

dinding nadi)

2. Monitor HMT, Ureum, albumin, total protein,

serum osmolalitas dan urin

3. Observasi tanda-tanda cairan berlebih/ retensi

(CVP meningkat, oedem, distensi vena leher

dan asites)

4. Pertahankan intake dan output secara akurat

5. Monitor TTV

6. Monitor adanya tanda-tanda infeksi.

7. Kompres dengan air hangat bagian yang

bengkak.

Page 22: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

E. IMPLEMENTASI

Dx. Kep

TanggalWaktu

Implementasi Respon TTD

1 19 Juni 2012

08.00 WIB

- Memberikan injeksi cefotaxim dan ranitidin S : klien menanyakan fungsi obat

cefotaxim dan ranitidin

O : Klien kooperatif.

08.05 WIB - Merapikan tempat tidur dan menciptakan

lingkungan yang terapeutik

S : klien mengatakan “terimakasih”O : klien kooperatif, tempat tidur bersih.

08.00 WIB - Mengkaji faktor penyebab kelelahan S : klien mengatakan cepat lelah jika beraktivitas dan pusing.O : klien kooperatif, ada bengkak di punggung kaki kanan dan kiri

08.10 WIB - Mengkaji pola tidur klien S : Klien mengatakan tidur kurang

lebih 8 jam per hari, saat di rumah

sakit frekuensi tidur bertambah

menjadi 10 jam per hari.

O : palpebral tidak kehitaman,

konjungtiva tidak anemis, kantung

Page 23: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

mata tidak membengkak.

10.00 WIB - Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas

ringan yang bisa dikerjakan

- Membantu klien untuk menentukan jadwal

aktivitas sehari-hari.

S : klien mengatakan bisa melakukan

pekerjaan rumah yang ringan seperti

menyapu, mencuci piring.

O : klien kooperatif.

12.00 WIB - Mengukur tanda-tanda vital S : klien mengatakan pusing

O : TD 120/90 mmHg, nadi 96 kali per

menit, suhu 37,5° C, pernafasan 20 kali

per menit.

12.10 WIB - Mengkaji kekuatan otot S : -

O : ekstremitas atas kanan dan kiri 5,

ekstremitas bawah kanan dan kiri 4.

12.15 WIB - Mengajarkan teknik ROM S : klien mengatakan akan melakukan

ROM

O : klien kooperatif.

20 Juni 2012 - Memberikan injeksi ranitidine dan cefotaxim S : -

Page 24: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

08.00 WIB O : klien kooperatif

09.00 WIB - Mengajarkan teknik ROM pada keluarga

klien.

S : -

O : Klien kooperatif.

09.30 WIB - Mengklarifikasi jadwal yang sudah

ditentukan pada tanggal 19 Juni 2012.

S : klien mengatakan kemarin jalan-

jalan sampai depan ruangan ditemani

keluarga.

O : klien kooperatif.

12.00 WIB - Mengukur TTV S : klien mengatakan pusing sudah

berkurang.

O : Klien kooperatif, TD 110/80

mmHg, nadi 86 kali per menit, suhu 37°

C, pernafasan 19 kali per menit.

08.00 WIB - Memberikan penguatan positif untuk

melakukan aktivitas ringan.

S : klien mengatakan akan melakukan

aktivitas ringan, jika sudah terasa lelah

akan beristirahat

O : klien kooperatif

Page 25: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

2 19 Juni 2012

08.30 WIB

- Mengobservasi tanda-tanda cairan berlebih/

retensi (CVP meningkat, oedem, distensi

vena leher dan asites)

S : -

O : bengkak di punggung kaki kanan

dan kiri

10.00 WIB - Mengompres bagian bengkak dengan air

hangat.

S : klien mengucapkan terimakasih

O : Klien kooperatif.

12.00 WIB - Mengukur tanda-tanda vital. S : klien mengatakan pusing

O : TD 120/90 mmHg, nadi 96 kali per

menit, suhu 37,5° C, pernafasan 20 kali

per menit.

12.10 WIB - Mengkaji tingkat mobilitas fisik. S : klien mengatakan malas untuk

melakukan aktivitas karena terasa

berat dan cepat lelah.

O : kekuatan otot ekstremitas atas 5,

kekuatan otot ekstremitas bawah 4.

20 Juni 2012

08.30 WIB

- Mengajarkan pada keluarga untuk

mengompres hangat.

- Melakukan kompres hangat pada daerah

S : -

O : bengkak berkurang.

Page 26: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

bengkak.

09.00 WIB - Monitor tanda-tanda infeksi S : -

O : Klien kooperatif, warna kulit yang

bengkak adalah kemerahan.

12.00 WIB - Mengukur TTV S : klien mengatakan pusing sudah

berkurang.

O : Klien kooperatif, TD 110/80

mmHg, nadi 86 kali per menit, suhu 37°

C, pernafasan 19 kali per menit.

F. EVALUASI

TanggalWaktu

No.Dx.

DiagnosaKeperawatan

Evaluasi TTD

16 Juni 2012

08.00 WIB

1 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya hidup kurang gerak dan kelelahan.

S :

- klien mengatakan akan mencoba untuk

melakukan aktivitas yang ringan terlebih

dahulu, jika merasa lelah klien akan beristirahat,

Page 27: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

klien mengatakan akan menggunakan jadwal

harian sebagai acuan untuk latihan beraktivitas.

- Klien mengatakan sudah mencoba melakukan

aktivitas ringan seperti jalan-jalan sampai depan

ruang Alamanda.

O :

- Klien tampak bersemangat.

- Klien membuat jadwal untuk beraktivitas.

- Klien mengalami kemajuan dalam beraktivitas

(belajar untuk tidak bedrest)

A : Masalah teratasi sebagian.

P : Lanjutkan intervensi.

- Lanjutkan jadwal aktivitas.

- Berikan penguatan positif terhadap klien.

2 Ketidakefektifan perfusi jaringan

perifer berhubungan dengan diabetes

mellitus.

S : klien mengatakan nyeri di bagian yang bengkak

sudah sedikit berkurang.

O :

- Kekuatan otot klien untuk ekstremitas atas 5,

Page 28: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

ekstremitas bawah 5.

- Bengkak sudah tidak ada.

A : Masalah teratasi sebagian.

P : Lanjutkan intervensi

- Kompres air hangat jika terjadi bengkak

kembali.

Page 29: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS TIPE II

PADA Ny. R DI BANGSAL ALAMANDA

RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Keperawatan Dewasa I

(Keperawatan Medikal Bedah)

Pembimbing :

Ns. Ali, S.Kep

Oleh :

Septianingtyas

G2B009053

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2012