bab ii tinjauan pustaka a. asuhan

27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi 1. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Hipertensi Asuhan keperawatan ini difokuskan pada penderita hipertensi dengan masalah pada peningkatan tekanan darah. Maka penyusunan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi data yang ditampilkan data fokusnya saja tetapi pada pelaksanaannya tetap melakukan asuhan keperawatan sesuai prosedur. Menurut Nuraeni, Suchri et.al (2018 : 51) proses asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahapan yaitu : a. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dari proses asuhan keperawatan. Pengkajian dilakukan secara sistematis. Pengkajian terdiri dari : 1) Identitas Puskesmas, mencantumkan : a) Nama puskesmas : Tempat keluarga mendapatkan pelayanan kesehatan b) Nomor register : Mencantumkan nomor urut keluarga diseuaikan dengan aturan yang ada di Puskesmas. c) Tanggal, bulan dan tahun pengkajian : Mencantumkan tanggal, bulan, tahun ketika dilakukan pengkajian keluarga. d) Jarak untuk mencapai pelayanan kesehatan terdekat. e) Nama kepala keluarga f) Alamat klien 2) Daftar anggota keluarga, mencantumkan : - - www.lib.umtas.ac.id Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya - -

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi

1. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Hipertensi

Asuhan keperawatan ini difokuskan pada penderita hipertensi dengan

masalah pada peningkatan tekanan darah. Maka penyusunan proses

keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi data yang ditampilkan data

fokusnya saja tetapi pada pelaksanaannya tetap melakukan asuhan

keperawatan sesuai prosedur. Menurut Nuraeni, Suchri et.al (2018 : 51) proses

asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahapan yaitu :

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses asuhan keperawatan.

Pengkajian dilakukan secara sistematis. Pengkajian terdiri dari :

1) Identitas Puskesmas, mencantumkan :

a) Nama puskesmas : Tempat keluarga mendapatkan pelayanan

kesehatan

b) Nomor register : Mencantumkan nomor urut keluarga diseuaikan

dengan aturan yang ada di Puskesmas.

c) Tanggal, bulan dan tahun pengkajian : Mencantumkan tanggal,

bulan, tahun ketika dilakukan pengkajian keluarga.

d) Jarak untuk mencapai pelayanan kesehatan terdekat.

e) Nama kepala keluarga

f) Alamat klien

2) Daftar anggota keluarga, mencantumkan :

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

8

a) Nama anggota keluarga : menuliskan nama anggota keluarga

yang tinggal dirumah.

b) Hubungan dengan kepala keluarga : menjelaskan hubungan

semua anggota keluarga dengan kepala keluarga.

c) Jenis kelamin : menyebutkan semua jenis kelamin yang ada

didalam keluarga, ditulis L untuk laki-laki dan P untuk

Perempuan.

d) Umur : mencantumkan usia dari setiap anggota keluarga.

e) Pendidikan : mencantumkan pendidikan terakhir dari setiap

anggota keluarga.

f) Pekerjaan : mencantumkan pekerjaan anggota keluarga.

g) Agama : mencantumkan agama yang dianut oleh keluarga.

h) Keadaan kesehatan : mengkaji keadaan kesehatan anggota

keluarga.

i) Imunisasi : mengkaji apakah anggota keluarga mendapatkan

imunisasi.

j) KB : mengkaji apakah anggota menggunakan metode KB atau

tidak.

k) Bahasa indonesia : mengkaji apakah keluarga mampu berbahasa

Indonesia atau tidak.

l) Keterangan : diisi jika ada informasi tambahan.

3) Data umum, mencantumkan :

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

9

a) Genogram keluarga : membuat susunan hubungan antar anggota

keluarga minimal 3 generasi dengan menggunakan simbol.

Dengan adanya genogram keluarga maka bisa menjelaskan

mengenai tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi

serta tahap perkembangan keluarga saat ini berdasarkan keluarga

inti yang dikaji.

b) Biologis keluarga, meliputi :

(1) Keadaan kesehatan : menjelaskan keadaan kesehatan

keluarga secara keseluruhan.

(2) Kebersihan keluarga :

(3) Penyakit yang diderita :

(4) Penyakit kronik/menular :

(5) Kecacatan anggota keluarga :

(6) Pola makan

(7) Pola istirahat,

(8) Reproduksi/akseptor KB.

c) Psikologis keluarga, meliputi :

(1) Keadaan emosi/mental :

(2) Koping keluarga

(3) Kebiasaan buruk

(4) Rekreasi

(5) Pola komunikasi keluarga\Pengambilan keputusan

(6) Peran informal

d) Sosial ekonomi keluarga, meliputi :

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

10

(1) Hubungan dengan orang lain

(2) Kegiatan organisasi sosial

(3) Keadaan ekonomi

e) Spiritual keluarga, meliputi :

(1) Keadaan beribadah

(2) Keyakinan tentang kesehatan

(3) Nilai dan norma

(4) Adat yang mempengaruhi kesehatan

f) Lingkungan rumah, meliputi :

(1) Denah rumah

(2) Kebersihan dan kerapihan

(3) Penerangan

(4) Ventilasi

(5) Jamban

(6) Sumber air minum

(7) Pemanfaatan halaman

(8) Pembuangan air kotor

(9) Pembuangan sampah

g) Fungsi keluarga

(1) Fungsi afektif : hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri

anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam

keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,

dukungan keluarga terhadap anggota keluarga.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

11

(2) Fungsi sosialisasi : dikaji bagaimana interaksi atau hubungan

dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar

disiplin, norma, budaya, penghargaan, hukuman dan

perilaku.

(3) Fungsi perawatan kesehatan : menjelaskan sejauh mana

keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta

merawat anggota keluarga yg sakit. Sejauh mana

pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.

(4) Harapan keluarga : pada akhir pengkajian, perawat

menanyakan harapan keluarga terhadap petugaskesehatan

yang sekarang ini.

h) Pemeriksaan individu/ pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.

Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda

dengan pemeriksaan fisik di klinik, bisa secara head to toe atau

secara persistem dan dalam pmeriksaan fisik ini ada

penekanan/pendalaman pemeriksaan pada anggota keluarga yang

sedang sakit baik sudah terdiagnosa atau belum (Nuraeni, Suchri

et.al (2018 : 59)

b. Analisa Data

Setelah mendapatkan data yang cukup bermakna, data tersebut

diinterfrestasikan atau dikelompokkan sehingga mnghasilkan rumusan

masalah kesehatan pada keluarga. Masalah kesehatan ada yang bersifat

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

12

aktual, resiko dan wellness/ hanya perlu peningkatan atau

mempertahankan yang sudah baik.

Tabel 2.1

Analisa data (Nuraeni, Suchri et.al 2018 : 61)

c. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data

yang didapatkan pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan

yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal. Diagnosa

keperawatan mengacu pada rumusan PES dimana untuk problem dapat

menggunakan rumusan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

(SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar

Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Tipologi dari diagnosa

keperawatan keluarga terdiri dari : aktual (terjadi defisit/gangguan

kesehatan), resiko (ancaman kesehatan) dan keadaan sejahtera.

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang sering muncul pada

keluarga dengan hipertensi adalah defisit pengetahuan (PPNI, 2016 : 246).

d. Menentukan Prioritas Masalah

Pada suatu keluarga mungkin saja perawat menemukan lebih dari

satu diagnosis keperawatan keluarga. Untuk menentukan prioritas

terhadap diagnosis keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung dengan

menggunakan cara sebagai berikut :

Tabel 2.2

No

Data pada keluarga Masalah kesehatan/ Dx

Data objektif

Data subjektif

Aktual

Resiko

Wellnes

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

13

Cara menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan

keluarga No Kriteria Skor Bobot Justifikasi

1.

Sifat masalah:

Tidak/kurang

sehat

Ancaman

kesehatan

Potensial

2

3

1

1

2.

Kemungkinan masalah

dapat diubah:

Mudah

Sebagian

Tidak dapat

diubah

2

1

0

2

3.

Potensi masalah untuk

dicegah

Tinggi

Sedang

Rendah

3

2

1

1

4.

Menonjolnya masalah

Masalah

berat,harus

segera

ditanggani

Ada masalah,

tidak perlu

segera

ditanggani

Masalah tidak

dirasakan

2

1

0

1

Sumber : (Nuraeni, Suchri et.al 2018 : 63)

Skoring:

1) Tentukan skor tiap kriteria

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot.

3) Jumlahkan score untuk semua kriteria.

4) Jumlah skor menentukan diagnosa keperawatan keluarga.

Catatan: skoring dihitung bersama-sama dengan keluarga.

e. Tahap Perencanaan (Intervensi)

Menurut Nuraeni, Suchri et.al (2018 : 64) tahap perencanaan dibuat

kedalam suatu format yang terdiri dari identitas keluarga, tanggal, nomor

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

14

diagnosa keperawatan, diagnosa keperawatan, tujuan diagnosa

keperawatan, rencana keperawatan dan tanda tangan perawat. Perencanaan

yang dapat dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan

hipertensi ini adalah sebagai berikut.

Tabel 2.3

Tabel Intervensi

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Intervensi

Umum Khusus

1. Defisit

pengetahuan

dengan

ketidakmamp

uan keluarga

merawat

dalam

mengenal

anggota

keluarga yang

sakit

Setelah

dilakukan

kunjungan

selama 3x

klien

hipertensi

dapat

menurunkan

tekanan darah

tingginya

Setelah dilakukan kunjungan

selama 3x keluarga mampu :

Mengenal masalah :

1. Keluarga mampu

menyebutkan pengetian

hipertensi

Hipertensi adalah tekanan

darah tinggi yang bersifat

abnormal dan dapat di ukur

secara umum, seseorang

dianggap mengalami

hipertensi apabila tekanan

darahnya lebih dari 140/90

mmHg. (Pamudi, 2014)

1.Kaji

pengetahuan

keluarga tentang

hipertensi

1. Mengambil keputusan

tindakan keperawatan :

Keluarga mampu ikut serta

dalam pemberian obat non

farmakologis yaitu

pemberian jus tomat

dengan mengetahui

manfaat dari jus tomat

yang mengandung banyak

kalium yang menyebabkan

vasodilatasi sehingga

terjadi penurunan retensi

perifer dan meningkatkan

curah jantung, kalium juga

berfungsi sebagai diuretika

sehingga pengeluaran

2.Ajarkan

keluarga tentang

penyakit

hipertensi, gejala,

penyebab, resiko

hipertensi

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

15

natrium dan cairan akan

meningkat.

Jus tomat pernah dilakukan

penelitian mengenai efek

farmakologinya dan telah

terbukti mampu

menurunkan tekanan darah

tinggi (Kusumastuty, 2016

dalam Widyarani, 2019).

2. Merawat anggota keluarga:

Keluarga mampu merawat

anggota keluarga yang

menderita hipertensi

dengan salah satu obat

tradisional pemberian jus

tomat.

3.Jelaskan

manfaat tentang

penerapan

pemberian jus

tomat dan ajarkan

keluarga tatacara

penatalaksanaan

pemberian jus

tomat

3. Mampu memodifikasi

lingkungan yang tepat

untuk anggota keluarga

yang menderita hipertensi:

Keluarga mampu mencari

lokasi yang nyaman

4.Diskusikan

dengan keluarga

lokasi yang

nyaman

4. Menggunakan pelayanan

kesehatan yang ada :

Keluarga mampu

menggunakan fasilitan

kesehatan yang ada dan

tersedia didekat

lingkungannya.

5.Motivasi

anggota keluarga

untuk mengontrol

tekanan darah

secara teratur ke

pelayanan

kesehatan.

Sumber : SDKI, SLKI, SIKI

f. Tahap Implementasi

Implementasi adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada

keluarga berdasarkan perencanaan mengenia suatu diagnosa yang telah

dibuat sebelumnya. Format implementasi dan catatan perkembangan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

16

terdiri dari Identitas keluarga, tanggal, nomor diagnosa keperawatan,

tujuan khusus, dan implementasi. Menurut Nuraeni dan Suchri et.al (2018

:66), tindakan perawatan terhadap keluarga dapat berupa :

1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah

dan kebutuhan kesehatan, dengan cara :

2) Memberikan informasi : penyuluhan atau konseling

3) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

4) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

5) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara :

a) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan

b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

c) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan.

6) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit, dengan cara:

a) Mendemontrasikan cara perawatan

b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah

c) Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan.

7) Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan dengan cara :

a) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

8) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada dengan cara :

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

17

a) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan

keluarga

b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

g. Tahap Evaluasi

Menurut Nuraeni, Suchri et.al (2018 : 64) sesuai rencana tindakan

yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk menilai keberhasilannya.

Bila tidak atau belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai.

Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dilakukan dalam satu kali

kunjungan ke keluarga. Untuk itu, dapat dilakukan secara bertahap sesuai

dengan waktu dan kesediaan keluarga. Penentuan evaluasi dilakukan

dengan cara membandingkan SOAP dengan kriteria dan hasil yang telah

ditetapkan.

S (Subjective) : informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah

tindakan diberikan.

O (objective) : informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,

pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.

A (Analisa) : membandingkan antara informasi subjective dan objective

dengan tujuan dan kriteria hasil, kemuadian diambil kesimpulan bahwa

masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi

P (planing) : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan

berdasarkan hasil analisa.

2. Konsep Dasar Hipertensi

a. Pengertian Hipertensi

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

18

Menurut Lismayanti (2018) hipertensi merupakan keadaan

meningkatnya tekanan darah secara kronis, hal ini terjadi karena jantung

bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen

dan nutrisi tubuh. Apabila kondisi ini tidak diatasi dengan baik, maka akan

berdampak terhadap fungsi organ lain, terutama jantung, ginjal dan saraf.

Hipertensi dapat terjadi pada setiap orang, tidak mengenal jenis kelamin

ataupun usia, tetapi insidensinya meningkat pada usia diatas 40 tahun.

Suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami

kenaikan yang melebihi batas normal yaitu tekanan darah systole >140

mmHg dan diastole 90 mmHg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah

suatu penyakit salah satu resiko tinggi yang bisa menjadi penyakit jantung,

stroke dan gagal ginjal (Lismayanti, 2017).

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan kelainan

sirkulasi darah yang paling sering terjadi. Hipertensi kronis bisa mngantar

seseorang pada penyakit fatal seperti serangan jantung, stroke dan

penyakit ginjal (Wirawan, 2014).

Menurut Wade (2016) Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

secara tetap, khususnya tekanan diastolik melebihi 95 milimeter air raksa

yang tidak bisa dihubungkan dengan penyebab organik tertentu.

b. Klasifikasi Hipertensi

Menurut Kemenkes (2014), seseorang dikategorikan memiliki

tekanan darah tinggi, dilihat dari beberapa sudut pandang yaitu

berdasarkan penyebab serta berdasarkan hipertensi yang lain.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

19

1) Berdasarkan Penyebab

a) Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial

Hipertensi primer adalah hipertensi yang penyebabnya tidak

diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi

faktor gaya hidup seperti kurang bergerak dan pola makan.

Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.

b) Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial

Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang diketahui adalah

penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan

hormonal atau pemakaian obat tertentu misalnya pil

KB.penyebabnya.

c) Hipertensi yang lain

(1) Hipertensi Pulmonal

Hipertensi pulmonal merupakan suatu penyakit yang ditandai

dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah

arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan

pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar

penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit

berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam

melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan.

(2) Hipertensi Pada Kehamilan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

20

Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya

terdapat pada saat kehamilan, yaitu yang pertama

Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi

yang diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan.

Preeklampsia adalah penyakit yang timbul dengan tanda-

tanda hipertensi, edema, dan protein yang timbul karena

kehamilan. Kedua, Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang

sudah ada sejak sebelum ibu mengandung janin. Ketiga,

Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan

gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik dan

keempat hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.

c) Tanda dan Gejala Hipertensi

Menurut Trisnawan (2019 : 2) tanda dan gejala hipertensi pada

setiap orang berbeda-beda. Parahnya lagi, gejala-gejalanya hampir sama

dengan penyakit lainnya, diantaranya sebagai berikut.

1) Sakit kepala atau pusing

2) Jantung berdebar debar

3) Tengkuk terasa pegal dan mudah lelah

4) Penglihatan kabur

5) Sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat

6) Wajah memerah

7) Keluar darah dari hidung dengan tiba tiba

8) Sering buang air kecil di malam hari

9) Telinga berdenging

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

21

10) Vertigo

d. Faktor Resiko Hipertensi

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mempunyai

resiko hipertensi. Menurut Trisnawan (2019) faktor-faktor resiko

hipertensi adalah:

1) Usia

Bertambahnya usia seseorang dapat menyebabkan pengaturan

metabolisme terutama zat kapur atau kalsium terganggu. Ini

ditunjukan oleh banyaknya zat kapur atau kalsium yang beredar

bersama darah. Apabila sudah demikian darah akan menjadi lebih

padat sehingga tekanan darah juga ikut meningkat.

Begitu juga kalsium mengendap di dinding pembuluh darah

akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Akibatnya,

terganggulah aliran darah yang menjadikan tekanan darah ikut

meningkat.

2) Gaya hidup modern

Gaya hidup modern yang selalu menjanjikan kesuksesan pasti

tidak terlepas dari kerja keras. Kerja keras bisa terjadi dalam situasi

penuh tekanan sehingga menimbulkan stres yang berkepanjangan.

Stress menjadi sumber pemicu datangnya berbagai penyakit seperti

sakit kepala, sulit tidur, tukak lambung, hipertensi, stroke dan jantung.

Bukan hanya itu, gaya hidup modern yang penuh kesibukan dapat

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

22

menyebabkan berkurangnya kesempatan atau waktu untuk melakukan

olahraga serta kegiatan menjaga kesehatan diri.

3) Pola Makan Siap Saji

Makanan siap saji yang mudah didapatkan di setiap daerah,

ternyata memiliki kandungan zat yang kurang menguntungkan bagi

tubuh. Misalnya, sering mengonsumsi makanan yang diawetkan

terdapat kandungan garam dapur dalam jumlah yang tinggi. Begitu

juga bila mngonsumsi makanan yang diberi bumbu tambahan

penyedap masakan.

Makanan yang banyak menggunakan bumbu penyedap

masakan dan garam dapur dalam jumlah tinggi diduga dapat

meningkatkan tekanan darah tinggi. Hal ini dikarenakan jumlah

kandungan natriumnya berlebihan dan dapat menahan air sehingga

jumlah volume darah meningkat. Akibatnya jantung harus bekerja

keras memompa dan hal ini menjadikan tekanan darah naik.

4) Obesitas

Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah

obesitas atau berat badan berlebih. Penderita obesitas dengan

hipertensi memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah

yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita yang memiliki

berat badan normal. Hal ini dikarenakan penderita obesitas memiliki

kandungan lemak yang tinggi sehingga bisa mengakibatkan

penyumbatan darah sehingga suplai oksigen dan zat makanan ke

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

23

dalam tubuh terganggu, penyempitan dan sumbatan oleh lemak akan

memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat

memasok kebutuhan darah ke jaringan.

5) Faktor Keturunan

Dalam tubuh manusia terdapat faktor-faktor keturunan yang

diperoleh dari kedua orang tuanya. Jika orang tua mempunyai riwayat

menderita hipertensi maka garis keturunan berikutnya mempunyai

resiko besar menderita hipertensi (Widharto, 2007 : 9).

e. Pencegahan Hipertensi

Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Itulah ungkapan

masyarakat yang sering terdengar di telinga kita. Berikut ini ada beberapa

cara untuk mencegah hipertensi menurut Trisnawan (2019 : 16).

1) Olahraga yang Cukup

Untuk mencegah hipertensi, seseorang sangat dianjurkan

melakukan olahraga yang cukup. Olahraga yang dapat dilakukan

antara lain aerobik seperti jalan, jogging, lari, bersepeda, dan renang,

yoga dan meditasi.

2) Tidak Merokok

Tidak merokok itu baik bagi kesehatan. Namun, apabila sudah

mempunyai kebiasaan merokok, maka ia akan sulit untuk

menghentikannya. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko

kerusakan pembuluh darah dengan mengendapkan kolesterol pada

pembuluh darah jantung koroner. Karena itu, jantung akan bekerja

lebih keras.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

24

3) Tidak Minum Alkohol

Tidak minum alkohol baik yang dibuat pabrik maupun

tradisional dapat mencegah hipertensi. Karena, alkohol akan

membahayakan penderita hipertensi. Alkohol juga terkandung dalam

air tape dan brem.

4) Mengatur Pola Makan

Pola makan yang dianjurkan yaitu sedikit tetapi sering, bukan

makan banyak tetapi jarang. Hal yang terpenting adalah

memperhatikan kandungan zat gizi dalam menu makanan. Selain itu,

harus memperbanyak minum air putih.

5) Istirahat Cukup

Istirahat yang cukup dapat mengurangi ketegangan dan

kelelahan otot bekerja. Dengan istirahat yang cukup dapat

mengembalikan kesegaran tubuh dan pikiran. Istirahat yang baik yaitu

tidur. Ada anggapan bahwa tidur dengan posisi badan berbaring dapat

mengembalikan aliran darah ke otak. Karena itu, penderita hipertensi

mengusahakan istirahat setelah melakukan kegiatan atau sibuk

rutinitas.

6) Pencegahan secara Medis

Pencegahan hipertensi secara medis melibatkan penanganan

dokter dan tenaga medis lainnya. Orang yang memiliki risiko terkena

hipertensi dapat melakukan pemeriksaan ke dokter secara berkala.

Ingat, mencegah lebih baik dan lebih mudah daripada mengobati.

Pengobatan hipertensi harus menurut petunjuk dokter. Jangan sekali-

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

25

kali minum obat tanpa petunjuk dari dokter. Karena hal tersebut dapat

menimbulkan kekebalan terhadap obat tertentu dan kerusakan ginjal.

7) Pencegahan secara Tradisional

Banyak ramuan tradisional dan terapi yang secara turun-

temurun dipercaya dapat menurunkan hipertensi. Meskipun sifatnya

tradisional, ramuan tersebut harus melalui penelitian dan pengujian

secara laboratoris. Ada beberapa bahan yang mempunyai khasiat

untuk menurunkan hipertensi yaitu mengkudu, bawang merah,

alpukat, belimbing, ketimun, melon, tomat, daun seledri, daun tapak

dara, bawang putih, dan akar pepaya.

Semua bahan tersebut mudah dijumpai di sekitar kita seperti

di pasar-pasar tradisional. Harganya pun relatif murah. Dengan

mengonsumsi salah satu bahan tersebut secara teratur, hipertensi dapat

diturunkan. Apabila tekanan darah sudah normal, maka konsumsi

terhadap bahan tersebut dapat dihentikan. Karena pemakaian

berlebihan dapat menurunkan tekanan darah di bawah normal. Terapi

yang berupa pijat/refleksi dan akupuntur pada tempat tertentu juga

termasuk pengobatan secara tradisional.

f. Pengobatan Hipertensi

Menurut Widharto (2007 : 21) secara umum pengobatan hipertensi

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tanpa obat obatan (pengobatan

secara nonfarmakologi) dan dengan obat-obatan (pengobatan secara

farmakologis).

1) Pengobatan Secara Nonfarmakologis

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

26

Pengobatan Secara Nonfarmakologis atau lebih dikenal

dengan pengobatan tanpa obat obatan, pada dasarnya merupakan

tindakan yang bersifat pribadi atau perseorangan. Artinya ada

tindakan tertentu yang bagi sebagian penderita hipertensi tidak

menimbulkan pengaruh yang berarti.

a) Mengurangi Konsumsi Garam

Garam dapur mengandung 40% natrium. Tindakan

mengurangi garam juga merupakan usaha mencegah sedikit

mungkin natrium masuk ke dalam tubuh. Walaupun kandungan

garam dalam makanan dan minuman sangat bervariasi, tetapi

perlu diperhatikan saat seorang penderita berusaha mengurangi

konsumsi garam. Garam tidak hanya terdapat pada masakan,

tetapi juga pada makanan dan minuman yang menjadi menu

makanan sehari hari. Sebagai contoh pada 100g roti terdapat 0,4-

0,7g garam; pada 100g kudapan asin (misalnya kue kering) 0,5-

1g garam, dan pada 1—g buah segar terdapat 0,1-0,2g garam.

b) Mengendalikan berat badan

Mengendalikan berat badan dapat dilakukan dengan

berbagai cara. Misalnya mengurangi porsi makanan yang masuk

ke tubuh atau mengimbangi dengan melakukan banyak aktivitas,

Maksudnya, boleh saja si penderita sesekali memasukan makanan

ke tubuhnya dalam jumlah banyak, tetapi harus diimbangi dengan

kegiatan yang menyita cukup banyak energi.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

27

Kepala klinik hipertensi pada veteran Administration

Center di Washington DC menyatakan: Perlindungan terbaik

terhadap hipertensi adalah pertama jangan sampai kegemukan.

Terdapat bukti yang nyata bahwa setiap penurunan 1kg berat

badan, tekanan darah mengalami penurunan 1 mmHg. Kalaupun

susah untuk menurunkan berat badan, paling tidak penderita

dapat mengendalikan berat badan agar tekanan darahnya tidak

terus naik.

c) Mengendalikan Minum Kopi

Beberapa referensi kesehatan menyatakan kopi tidak baik

bagi penderita tekanan darah tinggi, Senyawa kafein yang

terdapat pada kopi dapat memacu meningkatnya denyut jantung

yang berdampak pada peningkatan tekanan darah. 3 cangkir kopi

kental sudah cukup menyebabkan jantung berdetak semakin

kencang.

d) Membatasi Konsumsi Lemak

Konsumsi lemak berkaitan dengan kadar kolesterol dalam

darah. Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi dapat

mengakibatkan penebalan pembuluh darah. Jika endapan itu

semakin banyak, dinding pembuluh darah semakin kaku atau

berkurang kelenturannya. Kondisi ini akan memperparah jantung

karena jantung bekerja semakin berat saat memompa darah

sehingga memperparah penderita hipertensi.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

28

Penderita hipertensi harus berupaya menjaga kolesterol

dalam darahnya. Kadar kolesterol normal dalam darah sekitar

200mg-250 mg per 100 cc serum darah. Untuk itu himpunan ahli

Jantung amerika (America Heart Association) menganjurkan agar

konsumsi kolesterol maksimal 300 mg per hari.

e) Berolahraga Secara Teratur

Seorang penderita hipertensi dianjurkan berolahraga

secara teratur. Jenis olahraga yang dilarang seperti tinju, karate,

gulat dan lain lain. Jenis olahraga tersebut justru akan

memperparah hipertensinya. Bagi penderita hipertensi semua

olahraga baik asal tidak menyebabkan kelelahan fisik.-Walaupun

belum diketahui mekanisme secara pasti, berolahraga secara

teratur terbukti menurunkan tekanan darah. Ada kemungkinan

bahwa penurunan tekanan darah berkaitan dengan perubahan pola

makan. Pendapat lain menyatakan bahwa olahraga secara teratur

dapat menyebabkan hilangnya endapan kolesterol dalam

pembuluh darah.

f) Menghindari stres

Seseorang yang mengalami stres atau tekanan jiwa selama

bertahun tahun ditempat kerja dapat mengalami resiko hipertensi

3x lebih besar. Beberapa cara yang dapat dilakukan umtuk

menghindari stres, diantaranya dengan melakukan relaksasi atau

meditasi serta berusaha membina hidup yang positif.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

29

2) Pengobatan Secara Farmakologis

Pengobatan ini adalah suatu pengobatab yang menggunakan

obat-obatan. Pemakaian obat obatan anti hipertensi memerlukan

pengawasan dokter.

a) Golongan diuretik

Obat ini bekerja dengan cara membuang kelebihan air dan

natrium melalui pengeluaran urine. Berkurangnya air dalam

darah mengakibatkan volume darah menurun sehingga jantung

menjadi ringan. Pemakai obat ini mengalami banyak buang air.

Golongan obat ini merupakan pilihan pertama pengobatan

hipertensi. Ada 3 jenis diuretik yaitu Theazide diuretik, Loop

diuretik dan Pottasium-sparing diuretik.

Golongan ini masih digunakan pada penderita lanjut usia.

Pengobatan dengan dosis rendah memberi hasil yang maximal

dan memuaskan. Sedangkan dosis tinggi dapat memicu terjadinya

encok dan diabetes, disfungsi sexual pria dan payah jantung.

b) Golongan Beta-Blocker

Golongan ini berkerja dengan cara memperlambat kerja

jantung melalui pengurangan kontraksi otot otot jantung dan

menurunkan tekanan darah. Penggunanaan dalam jangka panjang

mengakibatkan menurunnya kemampuan berolahraga, tangan

dan kaki dingin karena kurangnya aliran darah dan menyebabkan

gangguan tidur.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

30

c) Penghambat saluran kalsium

Golongan ini berguna dengan menghambat kerja kalsium

dalam otot halus pada dinding arteriola dengan terhambatnya

kalsium mengakibatkan membukanya pembuluh darah dan

menurunkan tekanan darah. Efek samping mengkibatkan sakit

kepala, kulit wajah memerah dan pergelangan kaki melebar.

d) Penghambat ACE

Golongan obat ini bererja menghambat kerja enzim

angiotensin II. Angitensin merupakan suatu hormon yang

berperan dalam menyempitkan pembuluh darah.

e) Alpha-Blocker

Golongan ini bekerja dengan cara menghambat adrenalin

pada otot dinding pembuluh darah. Adrenalin menyebabkan

pembuluh darah menyempit sehingga tekanan darah meningkat.

Dengan penghambatan adrenalin menyebabkan pembuluh darah

melebar sehingga tekanan darah menurun.

f) Obat yang bekerja terpusat

Jenis obat ini berkerja dengan mempengaruhi pusat saraf

di otak yang mengendalikan tekanan darah. Obat ini

menyebabkan kelelahan, kelesuan, dan depresi jika dipakai dalam

dosis yang tinggi oleh karena itu jenis obat ini jarang diresepkan

kepada pasien.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

31

B. Konsep Dasar Terapi Jus Tomat

1. Pengertian Tomat

Menurut Dalimartha dan Adrian (2011) Tomat (syn. lycopersicon

esculentum) berasal dari Amerika bagian selatan dan tengah. Tomat ditanam

sebagai tanaman buah diladang, pekarangan, atau ditemukan liar pada

ketinggian 1-1600 mdpl. Walaupun secara botani tomat termasuk buah, tetapi

lebih sering diolah dan dikonsumsi sebagai sayuran. Tanama ini tidak tahan

terhadap hujan dan sinar matahari terik. Tomat ditanam pada tanah yang

gembur dan subur. Terna setahun ini mempunyai buah kecil kecil dan

berdaging agak asam. Kulitnya tipis, licin mengilap, dan berwarna merah.

Bijinya banyak, pipih, warnanya kuning kecoklatan.

Tomat merupakan komoditas yang banyak diusahakan oleh petani

didaerah dataran rendah sampai dataran tinggi penanamannya dapat dilakukan

dilahan sawah maupun lahan kering (Saputra, 2014 : 11).

2. Kandungan Tomat

Menurut Dalimartha dan Adrian (2011 : 160) Kandungan tomat

meliputi alkaloid (tomatin, alpha-tomatin,solanin), saponin, asam polat, asam

malat, asam sitrat, bioflavonoid, adenin, biotin, trigonelline, kholin, mineral

(Ca, Mg, P, K, Na, Fe, sulfur, klorin), vitamin (A, B1, B2, B6, C, E, K, niasin)

histamin, protein, lemak, gula (glukosa, fruktosa) dan serat.

Buah tomat alami anti oksidan untung terapi menurunkan tekanan darah

sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi. Sari buah berisi karotin seperti

lycopene, betacarotin dan vitamin E yang dikenal sebagai anti oksidan.

Mengkonsumsi buah tomat terbukti dapat menurunkan tekanan darah 5mmHg

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

32

sampai dengan 10mmHg (Tabassum dan ahmad, 2011 dalam saputri, 2016 :

33).

3. SOP Pemberian Terapi Jus Tomat

Tabel 2.4

SOP Pemberian Jus Tomat

Standar Operasional Prosedur Pemberian Jus

Tomat

Manfaat Membantu menurunkan tekanan darah

Alat dan bahan Alat

1. Blender

2. Pisau

3. Gelas

4. Mangkuk

5. Sendok

6. Sedotan

7. Lap

8.Timbangan

Bahan

1. 150 gram Buah Tomat

Prosedur Tahap Prainteraksi, meliputi :

1. Cek catatan keperawatan dan medis klien

2. Kaji kebutuhan klien akan pemberian jus tomat

3. Cuci tangan

4. Siapkan alat dan bahan

5. Cuci tangan

Tahap Orientasi, meliputi :

1. Salam pembuka dan perkenalkan diri

2. Jelaskan prosedur

3. Kontrak waktu

4. Tujuan tindakan pada klien dan keluarga

5. Tanyakan keluhan klien

6. Berikan kesempatan klien untuk bertanya

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan

33

Tahap Kerja

1. Sediakan privasi bagi klien

2. Ambil 150 gram tomat berwarna merah dan

sedikit lembek.

3. Cuci bersih tomat tersebut

4. Potong tomat kecil-kecil agar mudah

diblendernya

5. Masukan tomat yang sudah dicuci dan dipotong

ke dalam blender

6. Buah tomat siap diblender

7. Tunggu sampai buah tomat selesai diblender

8. Tuang tomat ke dalam gelas

9. Sajikan jus tomat kepada pasien

10. Bersihkan dan rapikan alat

11. Cuci tangan

Tahap Terminasi

1. Evaluasi hasil kegiatan (subyektif dan obyektif)

2. berikan reinforcement positif pada klien

3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

4. Cuci tangan efektif

Tahap Dokumentasi

Lakukan pendokumentasian : nama klien, tanggal

dan waktu, hasil yang dicapai.

Sumber : Wadyarani, 2019

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--