bab ii tinjauan pustaka a. asuhan
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi
1. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Hipertensi
Asuhan keperawatan ini difokuskan pada penderita hipertensi dengan
masalah pada peningkatan tekanan darah. Maka penyusunan proses
keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi data yang ditampilkan data
fokusnya saja tetapi pada pelaksanaannya tetap melakukan asuhan
keperawatan sesuai prosedur. Menurut Nuraeni, Suchri et.al (2018 : 51) proses
asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahapan yaitu :
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses asuhan keperawatan.
Pengkajian dilakukan secara sistematis. Pengkajian terdiri dari :
1) Identitas Puskesmas, mencantumkan :
a) Nama puskesmas : Tempat keluarga mendapatkan pelayanan
kesehatan
b) Nomor register : Mencantumkan nomor urut keluarga diseuaikan
dengan aturan yang ada di Puskesmas.
c) Tanggal, bulan dan tahun pengkajian : Mencantumkan tanggal,
bulan, tahun ketika dilakukan pengkajian keluarga.
d) Jarak untuk mencapai pelayanan kesehatan terdekat.
e) Nama kepala keluarga
f) Alamat klien
2) Daftar anggota keluarga, mencantumkan :
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
8
a) Nama anggota keluarga : menuliskan nama anggota keluarga
yang tinggal dirumah.
b) Hubungan dengan kepala keluarga : menjelaskan hubungan
semua anggota keluarga dengan kepala keluarga.
c) Jenis kelamin : menyebutkan semua jenis kelamin yang ada
didalam keluarga, ditulis L untuk laki-laki dan P untuk
Perempuan.
d) Umur : mencantumkan usia dari setiap anggota keluarga.
e) Pendidikan : mencantumkan pendidikan terakhir dari setiap
anggota keluarga.
f) Pekerjaan : mencantumkan pekerjaan anggota keluarga.
g) Agama : mencantumkan agama yang dianut oleh keluarga.
h) Keadaan kesehatan : mengkaji keadaan kesehatan anggota
keluarga.
i) Imunisasi : mengkaji apakah anggota keluarga mendapatkan
imunisasi.
j) KB : mengkaji apakah anggota menggunakan metode KB atau
tidak.
k) Bahasa indonesia : mengkaji apakah keluarga mampu berbahasa
Indonesia atau tidak.
l) Keterangan : diisi jika ada informasi tambahan.
3) Data umum, mencantumkan :
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
9
a) Genogram keluarga : membuat susunan hubungan antar anggota
keluarga minimal 3 generasi dengan menggunakan simbol.
Dengan adanya genogram keluarga maka bisa menjelaskan
mengenai tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi
serta tahap perkembangan keluarga saat ini berdasarkan keluarga
inti yang dikaji.
b) Biologis keluarga, meliputi :
(1) Keadaan kesehatan : menjelaskan keadaan kesehatan
keluarga secara keseluruhan.
(2) Kebersihan keluarga :
(3) Penyakit yang diderita :
(4) Penyakit kronik/menular :
(5) Kecacatan anggota keluarga :
(6) Pola makan
(7) Pola istirahat,
(8) Reproduksi/akseptor KB.
c) Psikologis keluarga, meliputi :
(1) Keadaan emosi/mental :
(2) Koping keluarga
(3) Kebiasaan buruk
(4) Rekreasi
(5) Pola komunikasi keluarga\Pengambilan keputusan
(6) Peran informal
d) Sosial ekonomi keluarga, meliputi :
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
10
(1) Hubungan dengan orang lain
(2) Kegiatan organisasi sosial
(3) Keadaan ekonomi
e) Spiritual keluarga, meliputi :
(1) Keadaan beribadah
(2) Keyakinan tentang kesehatan
(3) Nilai dan norma
(4) Adat yang mempengaruhi kesehatan
f) Lingkungan rumah, meliputi :
(1) Denah rumah
(2) Kebersihan dan kerapihan
(3) Penerangan
(4) Ventilasi
(5) Jamban
(6) Sumber air minum
(7) Pemanfaatan halaman
(8) Pembuangan air kotor
(9) Pembuangan sampah
g) Fungsi keluarga
(1) Fungsi afektif : hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri
anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
11
(2) Fungsi sosialisasi : dikaji bagaimana interaksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya, penghargaan, hukuman dan
perilaku.
(3) Fungsi perawatan kesehatan : menjelaskan sejauh mana
keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta
merawat anggota keluarga yg sakit. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
(4) Harapan keluarga : pada akhir pengkajian, perawat
menanyakan harapan keluarga terhadap petugaskesehatan
yang sekarang ini.
h) Pemeriksaan individu/ pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda
dengan pemeriksaan fisik di klinik, bisa secara head to toe atau
secara persistem dan dalam pmeriksaan fisik ini ada
penekanan/pendalaman pemeriksaan pada anggota keluarga yang
sedang sakit baik sudah terdiagnosa atau belum (Nuraeni, Suchri
et.al (2018 : 59)
b. Analisa Data
Setelah mendapatkan data yang cukup bermakna, data tersebut
diinterfrestasikan atau dikelompokkan sehingga mnghasilkan rumusan
masalah kesehatan pada keluarga. Masalah kesehatan ada yang bersifat
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
12
aktual, resiko dan wellness/ hanya perlu peningkatan atau
mempertahankan yang sudah baik.
Tabel 2.1
Analisa data (Nuraeni, Suchri et.al 2018 : 61)
c. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data
yang didapatkan pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan
yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal. Diagnosa
keperawatan mengacu pada rumusan PES dimana untuk problem dapat
menggunakan rumusan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Tipologi dari diagnosa
keperawatan keluarga terdiri dari : aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan), resiko (ancaman kesehatan) dan keadaan sejahtera.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang sering muncul pada
keluarga dengan hipertensi adalah defisit pengetahuan (PPNI, 2016 : 246).
d. Menentukan Prioritas Masalah
Pada suatu keluarga mungkin saja perawat menemukan lebih dari
satu diagnosis keperawatan keluarga. Untuk menentukan prioritas
terhadap diagnosis keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung dengan
menggunakan cara sebagai berikut :
Tabel 2.2
No
Data pada keluarga Masalah kesehatan/ Dx
Data objektif
Data subjektif
Aktual
Resiko
Wellnes
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
13
Cara menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan
keluarga No Kriteria Skor Bobot Justifikasi
1.
Sifat masalah:
Tidak/kurang
sehat
Ancaman
kesehatan
Potensial
2
3
1
1
2.
Kemungkinan masalah
dapat diubah:
Mudah
Sebagian
Tidak dapat
diubah
2
1
0
2
3.
Potensi masalah untuk
dicegah
Tinggi
Sedang
Rendah
3
2
1
1
4.
Menonjolnya masalah
Masalah
berat,harus
segera
ditanggani
Ada masalah,
tidak perlu
segera
ditanggani
Masalah tidak
dirasakan
2
1
0
1
Sumber : (Nuraeni, Suchri et.al 2018 : 63)
Skoring:
1) Tentukan skor tiap kriteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot.
3) Jumlahkan score untuk semua kriteria.
4) Jumlah skor menentukan diagnosa keperawatan keluarga.
Catatan: skoring dihitung bersama-sama dengan keluarga.
e. Tahap Perencanaan (Intervensi)
Menurut Nuraeni, Suchri et.al (2018 : 64) tahap perencanaan dibuat
kedalam suatu format yang terdiri dari identitas keluarga, tanggal, nomor
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
14
diagnosa keperawatan, diagnosa keperawatan, tujuan diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan dan tanda tangan perawat. Perencanaan
yang dapat dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan
hipertensi ini adalah sebagai berikut.
Tabel 2.3
Tabel Intervensi
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi
Umum Khusus
1. Defisit
pengetahuan
dengan
ketidakmamp
uan keluarga
merawat
dalam
mengenal
anggota
keluarga yang
sakit
Setelah
dilakukan
kunjungan
selama 3x
klien
hipertensi
dapat
menurunkan
tekanan darah
tingginya
Setelah dilakukan kunjungan
selama 3x keluarga mampu :
Mengenal masalah :
1. Keluarga mampu
menyebutkan pengetian
hipertensi
Hipertensi adalah tekanan
darah tinggi yang bersifat
abnormal dan dapat di ukur
secara umum, seseorang
dianggap mengalami
hipertensi apabila tekanan
darahnya lebih dari 140/90
mmHg. (Pamudi, 2014)
1.Kaji
pengetahuan
keluarga tentang
hipertensi
1. Mengambil keputusan
tindakan keperawatan :
Keluarga mampu ikut serta
dalam pemberian obat non
farmakologis yaitu
pemberian jus tomat
dengan mengetahui
manfaat dari jus tomat
yang mengandung banyak
kalium yang menyebabkan
vasodilatasi sehingga
terjadi penurunan retensi
perifer dan meningkatkan
curah jantung, kalium juga
berfungsi sebagai diuretika
sehingga pengeluaran
2.Ajarkan
keluarga tentang
penyakit
hipertensi, gejala,
penyebab, resiko
hipertensi
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
15
natrium dan cairan akan
meningkat.
Jus tomat pernah dilakukan
penelitian mengenai efek
farmakologinya dan telah
terbukti mampu
menurunkan tekanan darah
tinggi (Kusumastuty, 2016
dalam Widyarani, 2019).
2. Merawat anggota keluarga:
Keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang
menderita hipertensi
dengan salah satu obat
tradisional pemberian jus
tomat.
3.Jelaskan
manfaat tentang
penerapan
pemberian jus
tomat dan ajarkan
keluarga tatacara
penatalaksanaan
pemberian jus
tomat
3. Mampu memodifikasi
lingkungan yang tepat
untuk anggota keluarga
yang menderita hipertensi:
Keluarga mampu mencari
lokasi yang nyaman
4.Diskusikan
dengan keluarga
lokasi yang
nyaman
4. Menggunakan pelayanan
kesehatan yang ada :
Keluarga mampu
menggunakan fasilitan
kesehatan yang ada dan
tersedia didekat
lingkungannya.
5.Motivasi
anggota keluarga
untuk mengontrol
tekanan darah
secara teratur ke
pelayanan
kesehatan.
Sumber : SDKI, SLKI, SIKI
f. Tahap Implementasi
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada
keluarga berdasarkan perencanaan mengenia suatu diagnosa yang telah
dibuat sebelumnya. Format implementasi dan catatan perkembangan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
16
terdiri dari Identitas keluarga, tanggal, nomor diagnosa keperawatan,
tujuan khusus, dan implementasi. Menurut Nuraeni dan Suchri et.al (2018
:66), tindakan perawatan terhadap keluarga dapat berupa :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah
dan kebutuhan kesehatan, dengan cara :
2) Memberikan informasi : penyuluhan atau konseling
3) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
4) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
5) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara :
a) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan
b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
c) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan.
6) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit, dengan cara:
a) Mendemontrasikan cara perawatan
b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
c) Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan.
7) Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan dengan cara :
a) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
8) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada dengan cara :
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
17
a) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan
keluarga
b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
g. Tahap Evaluasi
Menurut Nuraeni, Suchri et.al (2018 : 64) sesuai rencana tindakan
yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk menilai keberhasilannya.
Bila tidak atau belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai.
Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dilakukan dalam satu kali
kunjungan ke keluarga. Untuk itu, dapat dilakukan secara bertahap sesuai
dengan waktu dan kesediaan keluarga. Penentuan evaluasi dilakukan
dengan cara membandingkan SOAP dengan kriteria dan hasil yang telah
ditetapkan.
S (Subjective) : informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan.
O (objective) : informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
A (Analisa) : membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemuadian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi
P (planing) : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
2. Konsep Dasar Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
18
Menurut Lismayanti (2018) hipertensi merupakan keadaan
meningkatnya tekanan darah secara kronis, hal ini terjadi karena jantung
bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi tubuh. Apabila kondisi ini tidak diatasi dengan baik, maka akan
berdampak terhadap fungsi organ lain, terutama jantung, ginjal dan saraf.
Hipertensi dapat terjadi pada setiap orang, tidak mengenal jenis kelamin
ataupun usia, tetapi insidensinya meningkat pada usia diatas 40 tahun.
Suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami
kenaikan yang melebihi batas normal yaitu tekanan darah systole >140
mmHg dan diastole 90 mmHg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
suatu penyakit salah satu resiko tinggi yang bisa menjadi penyakit jantung,
stroke dan gagal ginjal (Lismayanti, 2017).
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan kelainan
sirkulasi darah yang paling sering terjadi. Hipertensi kronis bisa mngantar
seseorang pada penyakit fatal seperti serangan jantung, stroke dan
penyakit ginjal (Wirawan, 2014).
Menurut Wade (2016) Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
secara tetap, khususnya tekanan diastolik melebihi 95 milimeter air raksa
yang tidak bisa dihubungkan dengan penyebab organik tertentu.
b. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Kemenkes (2014), seseorang dikategorikan memiliki
tekanan darah tinggi, dilihat dari beberapa sudut pandang yaitu
berdasarkan penyebab serta berdasarkan hipertensi yang lain.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
19
1) Berdasarkan Penyebab
a) Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
Hipertensi primer adalah hipertensi yang penyebabnya tidak
diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi
faktor gaya hidup seperti kurang bergerak dan pola makan.
Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
b) Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang diketahui adalah
penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan
hormonal atau pemakaian obat tertentu misalnya pil
KB.penyebabnya.
c) Hipertensi yang lain
(1) Hipertensi Pulmonal
Hipertensi pulmonal merupakan suatu penyakit yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah
arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan
pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar
penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit
berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam
melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan.
(2) Hipertensi Pada Kehamilan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
20
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya
terdapat pada saat kehamilan, yaitu yang pertama
Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi
yang diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan.
Preeklampsia adalah penyakit yang timbul dengan tanda-
tanda hipertensi, edema, dan protein yang timbul karena
kehamilan. Kedua, Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang
sudah ada sejak sebelum ibu mengandung janin. Ketiga,
Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan
gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik dan
keempat hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.
c) Tanda dan Gejala Hipertensi
Menurut Trisnawan (2019 : 2) tanda dan gejala hipertensi pada
setiap orang berbeda-beda. Parahnya lagi, gejala-gejalanya hampir sama
dengan penyakit lainnya, diantaranya sebagai berikut.
1) Sakit kepala atau pusing
2) Jantung berdebar debar
3) Tengkuk terasa pegal dan mudah lelah
4) Penglihatan kabur
5) Sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat
6) Wajah memerah
7) Keluar darah dari hidung dengan tiba tiba
8) Sering buang air kecil di malam hari
9) Telinga berdenging
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
21
10) Vertigo
d. Faktor Resiko Hipertensi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mempunyai
resiko hipertensi. Menurut Trisnawan (2019) faktor-faktor resiko
hipertensi adalah:
1) Usia
Bertambahnya usia seseorang dapat menyebabkan pengaturan
metabolisme terutama zat kapur atau kalsium terganggu. Ini
ditunjukan oleh banyaknya zat kapur atau kalsium yang beredar
bersama darah. Apabila sudah demikian darah akan menjadi lebih
padat sehingga tekanan darah juga ikut meningkat.
Begitu juga kalsium mengendap di dinding pembuluh darah
akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Akibatnya,
terganggulah aliran darah yang menjadikan tekanan darah ikut
meningkat.
2) Gaya hidup modern
Gaya hidup modern yang selalu menjanjikan kesuksesan pasti
tidak terlepas dari kerja keras. Kerja keras bisa terjadi dalam situasi
penuh tekanan sehingga menimbulkan stres yang berkepanjangan.
Stress menjadi sumber pemicu datangnya berbagai penyakit seperti
sakit kepala, sulit tidur, tukak lambung, hipertensi, stroke dan jantung.
Bukan hanya itu, gaya hidup modern yang penuh kesibukan dapat
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
22
menyebabkan berkurangnya kesempatan atau waktu untuk melakukan
olahraga serta kegiatan menjaga kesehatan diri.
3) Pola Makan Siap Saji
Makanan siap saji yang mudah didapatkan di setiap daerah,
ternyata memiliki kandungan zat yang kurang menguntungkan bagi
tubuh. Misalnya, sering mengonsumsi makanan yang diawetkan
terdapat kandungan garam dapur dalam jumlah yang tinggi. Begitu
juga bila mngonsumsi makanan yang diberi bumbu tambahan
penyedap masakan.
Makanan yang banyak menggunakan bumbu penyedap
masakan dan garam dapur dalam jumlah tinggi diduga dapat
meningkatkan tekanan darah tinggi. Hal ini dikarenakan jumlah
kandungan natriumnya berlebihan dan dapat menahan air sehingga
jumlah volume darah meningkat. Akibatnya jantung harus bekerja
keras memompa dan hal ini menjadikan tekanan darah naik.
4) Obesitas
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah
obesitas atau berat badan berlebih. Penderita obesitas dengan
hipertensi memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita yang memiliki
berat badan normal. Hal ini dikarenakan penderita obesitas memiliki
kandungan lemak yang tinggi sehingga bisa mengakibatkan
penyumbatan darah sehingga suplai oksigen dan zat makanan ke
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
23
dalam tubuh terganggu, penyempitan dan sumbatan oleh lemak akan
memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat
memasok kebutuhan darah ke jaringan.
5) Faktor Keturunan
Dalam tubuh manusia terdapat faktor-faktor keturunan yang
diperoleh dari kedua orang tuanya. Jika orang tua mempunyai riwayat
menderita hipertensi maka garis keturunan berikutnya mempunyai
resiko besar menderita hipertensi (Widharto, 2007 : 9).
e. Pencegahan Hipertensi
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Itulah ungkapan
masyarakat yang sering terdengar di telinga kita. Berikut ini ada beberapa
cara untuk mencegah hipertensi menurut Trisnawan (2019 : 16).
1) Olahraga yang Cukup
Untuk mencegah hipertensi, seseorang sangat dianjurkan
melakukan olahraga yang cukup. Olahraga yang dapat dilakukan
antara lain aerobik seperti jalan, jogging, lari, bersepeda, dan renang,
yoga dan meditasi.
2) Tidak Merokok
Tidak merokok itu baik bagi kesehatan. Namun, apabila sudah
mempunyai kebiasaan merokok, maka ia akan sulit untuk
menghentikannya. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko
kerusakan pembuluh darah dengan mengendapkan kolesterol pada
pembuluh darah jantung koroner. Karena itu, jantung akan bekerja
lebih keras.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
24
3) Tidak Minum Alkohol
Tidak minum alkohol baik yang dibuat pabrik maupun
tradisional dapat mencegah hipertensi. Karena, alkohol akan
membahayakan penderita hipertensi. Alkohol juga terkandung dalam
air tape dan brem.
4) Mengatur Pola Makan
Pola makan yang dianjurkan yaitu sedikit tetapi sering, bukan
makan banyak tetapi jarang. Hal yang terpenting adalah
memperhatikan kandungan zat gizi dalam menu makanan. Selain itu,
harus memperbanyak minum air putih.
5) Istirahat Cukup
Istirahat yang cukup dapat mengurangi ketegangan dan
kelelahan otot bekerja. Dengan istirahat yang cukup dapat
mengembalikan kesegaran tubuh dan pikiran. Istirahat yang baik yaitu
tidur. Ada anggapan bahwa tidur dengan posisi badan berbaring dapat
mengembalikan aliran darah ke otak. Karena itu, penderita hipertensi
mengusahakan istirahat setelah melakukan kegiatan atau sibuk
rutinitas.
6) Pencegahan secara Medis
Pencegahan hipertensi secara medis melibatkan penanganan
dokter dan tenaga medis lainnya. Orang yang memiliki risiko terkena
hipertensi dapat melakukan pemeriksaan ke dokter secara berkala.
Ingat, mencegah lebih baik dan lebih mudah daripada mengobati.
Pengobatan hipertensi harus menurut petunjuk dokter. Jangan sekali-
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
25
kali minum obat tanpa petunjuk dari dokter. Karena hal tersebut dapat
menimbulkan kekebalan terhadap obat tertentu dan kerusakan ginjal.
7) Pencegahan secara Tradisional
Banyak ramuan tradisional dan terapi yang secara turun-
temurun dipercaya dapat menurunkan hipertensi. Meskipun sifatnya
tradisional, ramuan tersebut harus melalui penelitian dan pengujian
secara laboratoris. Ada beberapa bahan yang mempunyai khasiat
untuk menurunkan hipertensi yaitu mengkudu, bawang merah,
alpukat, belimbing, ketimun, melon, tomat, daun seledri, daun tapak
dara, bawang putih, dan akar pepaya.
Semua bahan tersebut mudah dijumpai di sekitar kita seperti
di pasar-pasar tradisional. Harganya pun relatif murah. Dengan
mengonsumsi salah satu bahan tersebut secara teratur, hipertensi dapat
diturunkan. Apabila tekanan darah sudah normal, maka konsumsi
terhadap bahan tersebut dapat dihentikan. Karena pemakaian
berlebihan dapat menurunkan tekanan darah di bawah normal. Terapi
yang berupa pijat/refleksi dan akupuntur pada tempat tertentu juga
termasuk pengobatan secara tradisional.
f. Pengobatan Hipertensi
Menurut Widharto (2007 : 21) secara umum pengobatan hipertensi
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tanpa obat obatan (pengobatan
secara nonfarmakologi) dan dengan obat-obatan (pengobatan secara
farmakologis).
1) Pengobatan Secara Nonfarmakologis
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
26
Pengobatan Secara Nonfarmakologis atau lebih dikenal
dengan pengobatan tanpa obat obatan, pada dasarnya merupakan
tindakan yang bersifat pribadi atau perseorangan. Artinya ada
tindakan tertentu yang bagi sebagian penderita hipertensi tidak
menimbulkan pengaruh yang berarti.
a) Mengurangi Konsumsi Garam
Garam dapur mengandung 40% natrium. Tindakan
mengurangi garam juga merupakan usaha mencegah sedikit
mungkin natrium masuk ke dalam tubuh. Walaupun kandungan
garam dalam makanan dan minuman sangat bervariasi, tetapi
perlu diperhatikan saat seorang penderita berusaha mengurangi
konsumsi garam. Garam tidak hanya terdapat pada masakan,
tetapi juga pada makanan dan minuman yang menjadi menu
makanan sehari hari. Sebagai contoh pada 100g roti terdapat 0,4-
0,7g garam; pada 100g kudapan asin (misalnya kue kering) 0,5-
1g garam, dan pada 1—g buah segar terdapat 0,1-0,2g garam.
b) Mengendalikan berat badan
Mengendalikan berat badan dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Misalnya mengurangi porsi makanan yang masuk
ke tubuh atau mengimbangi dengan melakukan banyak aktivitas,
Maksudnya, boleh saja si penderita sesekali memasukan makanan
ke tubuhnya dalam jumlah banyak, tetapi harus diimbangi dengan
kegiatan yang menyita cukup banyak energi.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
27
Kepala klinik hipertensi pada veteran Administration
Center di Washington DC menyatakan: Perlindungan terbaik
terhadap hipertensi adalah pertama jangan sampai kegemukan.
Terdapat bukti yang nyata bahwa setiap penurunan 1kg berat
badan, tekanan darah mengalami penurunan 1 mmHg. Kalaupun
susah untuk menurunkan berat badan, paling tidak penderita
dapat mengendalikan berat badan agar tekanan darahnya tidak
terus naik.
c) Mengendalikan Minum Kopi
Beberapa referensi kesehatan menyatakan kopi tidak baik
bagi penderita tekanan darah tinggi, Senyawa kafein yang
terdapat pada kopi dapat memacu meningkatnya denyut jantung
yang berdampak pada peningkatan tekanan darah. 3 cangkir kopi
kental sudah cukup menyebabkan jantung berdetak semakin
kencang.
d) Membatasi Konsumsi Lemak
Konsumsi lemak berkaitan dengan kadar kolesterol dalam
darah. Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi dapat
mengakibatkan penebalan pembuluh darah. Jika endapan itu
semakin banyak, dinding pembuluh darah semakin kaku atau
berkurang kelenturannya. Kondisi ini akan memperparah jantung
karena jantung bekerja semakin berat saat memompa darah
sehingga memperparah penderita hipertensi.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
28
Penderita hipertensi harus berupaya menjaga kolesterol
dalam darahnya. Kadar kolesterol normal dalam darah sekitar
200mg-250 mg per 100 cc serum darah. Untuk itu himpunan ahli
Jantung amerika (America Heart Association) menganjurkan agar
konsumsi kolesterol maksimal 300 mg per hari.
e) Berolahraga Secara Teratur
Seorang penderita hipertensi dianjurkan berolahraga
secara teratur. Jenis olahraga yang dilarang seperti tinju, karate,
gulat dan lain lain. Jenis olahraga tersebut justru akan
memperparah hipertensinya. Bagi penderita hipertensi semua
olahraga baik asal tidak menyebabkan kelelahan fisik.-Walaupun
belum diketahui mekanisme secara pasti, berolahraga secara
teratur terbukti menurunkan tekanan darah. Ada kemungkinan
bahwa penurunan tekanan darah berkaitan dengan perubahan pola
makan. Pendapat lain menyatakan bahwa olahraga secara teratur
dapat menyebabkan hilangnya endapan kolesterol dalam
pembuluh darah.
f) Menghindari stres
Seseorang yang mengalami stres atau tekanan jiwa selama
bertahun tahun ditempat kerja dapat mengalami resiko hipertensi
3x lebih besar. Beberapa cara yang dapat dilakukan umtuk
menghindari stres, diantaranya dengan melakukan relaksasi atau
meditasi serta berusaha membina hidup yang positif.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
29
2) Pengobatan Secara Farmakologis
Pengobatan ini adalah suatu pengobatab yang menggunakan
obat-obatan. Pemakaian obat obatan anti hipertensi memerlukan
pengawasan dokter.
a) Golongan diuretik
Obat ini bekerja dengan cara membuang kelebihan air dan
natrium melalui pengeluaran urine. Berkurangnya air dalam
darah mengakibatkan volume darah menurun sehingga jantung
menjadi ringan. Pemakai obat ini mengalami banyak buang air.
Golongan obat ini merupakan pilihan pertama pengobatan
hipertensi. Ada 3 jenis diuretik yaitu Theazide diuretik, Loop
diuretik dan Pottasium-sparing diuretik.
Golongan ini masih digunakan pada penderita lanjut usia.
Pengobatan dengan dosis rendah memberi hasil yang maximal
dan memuaskan. Sedangkan dosis tinggi dapat memicu terjadinya
encok dan diabetes, disfungsi sexual pria dan payah jantung.
b) Golongan Beta-Blocker
Golongan ini berkerja dengan cara memperlambat kerja
jantung melalui pengurangan kontraksi otot otot jantung dan
menurunkan tekanan darah. Penggunanaan dalam jangka panjang
mengakibatkan menurunnya kemampuan berolahraga, tangan
dan kaki dingin karena kurangnya aliran darah dan menyebabkan
gangguan tidur.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
30
c) Penghambat saluran kalsium
Golongan ini berguna dengan menghambat kerja kalsium
dalam otot halus pada dinding arteriola dengan terhambatnya
kalsium mengakibatkan membukanya pembuluh darah dan
menurunkan tekanan darah. Efek samping mengkibatkan sakit
kepala, kulit wajah memerah dan pergelangan kaki melebar.
d) Penghambat ACE
Golongan obat ini bererja menghambat kerja enzim
angiotensin II. Angitensin merupakan suatu hormon yang
berperan dalam menyempitkan pembuluh darah.
e) Alpha-Blocker
Golongan ini bekerja dengan cara menghambat adrenalin
pada otot dinding pembuluh darah. Adrenalin menyebabkan
pembuluh darah menyempit sehingga tekanan darah meningkat.
Dengan penghambatan adrenalin menyebabkan pembuluh darah
melebar sehingga tekanan darah menurun.
f) Obat yang bekerja terpusat
Jenis obat ini berkerja dengan mempengaruhi pusat saraf
di otak yang mengendalikan tekanan darah. Obat ini
menyebabkan kelelahan, kelesuan, dan depresi jika dipakai dalam
dosis yang tinggi oleh karena itu jenis obat ini jarang diresepkan
kepada pasien.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
31
B. Konsep Dasar Terapi Jus Tomat
1. Pengertian Tomat
Menurut Dalimartha dan Adrian (2011) Tomat (syn. lycopersicon
esculentum) berasal dari Amerika bagian selatan dan tengah. Tomat ditanam
sebagai tanaman buah diladang, pekarangan, atau ditemukan liar pada
ketinggian 1-1600 mdpl. Walaupun secara botani tomat termasuk buah, tetapi
lebih sering diolah dan dikonsumsi sebagai sayuran. Tanama ini tidak tahan
terhadap hujan dan sinar matahari terik. Tomat ditanam pada tanah yang
gembur dan subur. Terna setahun ini mempunyai buah kecil kecil dan
berdaging agak asam. Kulitnya tipis, licin mengilap, dan berwarna merah.
Bijinya banyak, pipih, warnanya kuning kecoklatan.
Tomat merupakan komoditas yang banyak diusahakan oleh petani
didaerah dataran rendah sampai dataran tinggi penanamannya dapat dilakukan
dilahan sawah maupun lahan kering (Saputra, 2014 : 11).
2. Kandungan Tomat
Menurut Dalimartha dan Adrian (2011 : 160) Kandungan tomat
meliputi alkaloid (tomatin, alpha-tomatin,solanin), saponin, asam polat, asam
malat, asam sitrat, bioflavonoid, adenin, biotin, trigonelline, kholin, mineral
(Ca, Mg, P, K, Na, Fe, sulfur, klorin), vitamin (A, B1, B2, B6, C, E, K, niasin)
histamin, protein, lemak, gula (glukosa, fruktosa) dan serat.
Buah tomat alami anti oksidan untung terapi menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi. Sari buah berisi karotin seperti
lycopene, betacarotin dan vitamin E yang dikenal sebagai anti oksidan.
Mengkonsumsi buah tomat terbukti dapat menurunkan tekanan darah 5mmHg
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
32
sampai dengan 10mmHg (Tabassum dan ahmad, 2011 dalam saputri, 2016 :
33).
3. SOP Pemberian Terapi Jus Tomat
Tabel 2.4
SOP Pemberian Jus Tomat
Standar Operasional Prosedur Pemberian Jus
Tomat
Manfaat Membantu menurunkan tekanan darah
Alat dan bahan Alat
1. Blender
2. Pisau
3. Gelas
4. Mangkuk
5. Sendok
6. Sedotan
7. Lap
8.Timbangan
Bahan
1. 150 gram Buah Tomat
Prosedur Tahap Prainteraksi, meliputi :
1. Cek catatan keperawatan dan medis klien
2. Kaji kebutuhan klien akan pemberian jus tomat
3. Cuci tangan
4. Siapkan alat dan bahan
5. Cuci tangan
Tahap Orientasi, meliputi :
1. Salam pembuka dan perkenalkan diri
2. Jelaskan prosedur
3. Kontrak waktu
4. Tujuan tindakan pada klien dan keluarga
5. Tanyakan keluhan klien
6. Berikan kesempatan klien untuk bertanya
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
33
Tahap Kerja
1. Sediakan privasi bagi klien
2. Ambil 150 gram tomat berwarna merah dan
sedikit lembek.
3. Cuci bersih tomat tersebut
4. Potong tomat kecil-kecil agar mudah
diblendernya
5. Masukan tomat yang sudah dicuci dan dipotong
ke dalam blender
6. Buah tomat siap diblender
7. Tunggu sampai buah tomat selesai diblender
8. Tuang tomat ke dalam gelas
9. Sajikan jus tomat kepada pasien
10. Bersihkan dan rapikan alat
11. Cuci tangan
Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan (subyektif dan obyektif)
2. berikan reinforcement positif pada klien
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Cuci tangan efektif
Tahap Dokumentasi
Lakukan pendokumentasian : nama klien, tanggal
dan waktu, hasil yang dicapai.
Sumber : Wadyarani, 2019
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--