bab i ii amdal.docx
DESCRIPTION
Bab 2 tentang amdal pelabuhan . jadi di jelaskan perihal amdal yang akan digunakan di pelabuhan.TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelabuhan bongkar muat Malarko direncanakan memiliki dermaga
seluas 2699,68 m2. Pelebuhan Malarko digunakan sebagai tempat bersandar,
berlabuh, dan bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai
tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi, selain itu pada
pelabuhan terjadi kegiatan penanganan muatan, industri, pengepakan,
asuransi dan jaringan komunikasi. Pelabuhan Malarko memiliki sarana
pendukung seperti Gudang, Terminal dan Depo BBM. Adapun komponen
kegiatan yang melatarbelakangi disusunnya dokumen AMDAL ini adalah
tahap prakonstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi dan tahap pasca operasi.
Pelabuhan sebagai tempet berlabuhnya kapal-kapal dikehendaki merupakan
suatu tempat yang terlindung dari gerakan gelombang laut, sehingga bongkar
muat dapat dilaksanakan demi menjamin keamanan barang. Pelabuhan
Malarko merupakan pengembangan suatu daerah dengan membuat kolam
dengan cara mengeruk tanah dan dibangun pelindung yang merupakan
kategori pelabuhan buatan.
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun
2006 tentang Jenis Rencana dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi
dengan AMDAL, maka pembangunan pelabuhan bongkar muat Malarko
dengan besaran sebagaimana diuraikan wajib dilengkapi dengan dokumen
AMDAL, dikarenakan kegiatan pembangunan Pelabuhan Malarko berpotensi
menimbulkan adanya perubahan arus pantai/pendangkalan, sistem hidrologi,
ekosistem, kebisingan dan dapat menggangu proses alamiah di daerah pantai
yang akan mengakibatkan dampak penting.
Penyusunan dokumen AMDAL mengarahkan dan mengawasi
pembangunan untuk menghindarkan akibat-akibat sampingan yang
merugikan dan tidak diinginkan, yaitu terjadinya dampak negatif dari proyek
pembangunan pada lingkungan hidup, masyarakat dan sumberdaya alam
disamping menghindarkan pula terjadinya perselisiahan yang dapat timbul
antar proyek dengan proyek pembangunan lainnya.
Berdasarkan pendekatan studi pembangunan Pelabuhan Malarko di
Kabupaten Bantul termasuk dalam Dokumen AMDAL yang merupakan
AMDAL Kawasan dikarenakan pada pembangunan pelabuhan Malarko
terdapat lebih dari 1 (satu) usaha perencanaan dan pengelolaannya seperti
pada sektor Industri, Kelauatan, Perikanan dan Pekekerjaan Umum. Kegiatan
penyusunan Laporan AMDAL ini disusun oleh Komisi Penilai AMDAL
(KPA) Provinsi, dikarenakan di Kabupaten Kulon Progo belum memiliki
KPA Kabupaten/Kota, sehingga pada pembanguanan Pelabuhan Kulon
Progo yang merupakan Komisi Penilai AMDAL adalah KPA Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
1.2. Tujuan
Penyusunan proyek laporan AMDAL merupakan alat untuk memberikan
penilaian dan keputusan yaitu dengan membandingkan hasil pemantauan yang
telah tertulis di pelaporan AMDAL. Hasil dari AMDAL proyek yang telah
dibangun dapat dipergunakan sebagai bahan untuk memutuskan tindakan
pengaturan proyek, pengelolaan lingkungan dan mencegah konflik masyarakat
terhadap pembangunan Pelabuhan Malarko yang terletak di Kabupaten Kulon
Progo, DIY.
1.3. Pelaksana Studi AMDAL
Pada pelaksaaan penyusunan dokumen AMDAL Pelabuhan Malarko,
adapun pelaksana Studi AMDAL akan dipaparkan pada tabel 1.1. dibawah ini :
Tabel 1.1. Pelaksana Studi AMDAL
A. Penyusun
No Nama Jabatan Keterangan
1 Muhammad Nooe Chamsyah Ketua
2 Rania Pangestika A.W Anggota 1
3 Andhyka Surya Saputro Anggota 2
B. Tenaga Ahli
No Nama Jabatan Keterangan
1 Khairul Abidin Tenaga Ahli K3
2 Aprili Abinowo Tenaga Ahli Eksosbud
3 Mahdar Gogoro Tenaga Ahli Geografi
4 Muhammad Ridwan Shabu Tenaga Ahli Lingkungan
5 Muhammad Syarifudin Zhein Tenaga Ahli Lingkungan
6 Nazmie Adrian Nur Tenaga Ahli Geologi
7 Riah Komalasari Tenaga Ahli Perhubungan
8 Andhyka Surya Saputro Tenaga Ahli Kelautan
BAB II
PELINGKUPAN
2.1. Deskripsi Rencana yang Dikaji
2.1.1. Status Studi AMDAL
Pemecahan masalah dengan Ilmu dan Teknologi (Itlek) dalam pemecahan
masalah pemenuhan kebutuhan manusia guna mencapai kesejahteraan hidupnya
dengan memanfaatnkan sumber daya alam, tidak selamanya memberikan hasil
yang optimal. Menyadari hal ini, maka perlu suatu pengkajian tambahan yang
memahami hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya
secara menyeluruh. Pemahaman ini dilalui dengan kerjasama secra silang sektoral
dari berbagai disiplin ilmu seperti Ahli Lingkungan, Kesehatan Keselamatan
Kerja (K3), Ekonomi Sosial Budaya (Eksosbud), Geografi, Geologi, Kelautan,
dan Prhubungan. Dengan pengenalan secara menyeluruh ini diharapkan
keserasian dan keseimbngan sumber daya alam, keuntungan dalam jangka
panjang, kelestarian sumber daya alam itu sendiri sebagi modal utama
pertumbuhan kemajuan dapat terjamin. (Soedjono, 1985)
Menurut Soedjono (1985), dengan dibentuknya suatu pelabuhan laut di
suatu lokasi akan berdampak adanya suatu jaringan transportasi dan komunikasi
dengan daerah pedalaman yang nantinya menjadi pendukung kegiatan pelabuhan
tersebut. Transportasi ini dapat berbentuk jaringan jalan baja, jaringan jalan raya
ataupun jaringan jalan air. Dari kegiatan ini berarti terjadi kegiatan konstruksi
yang nantinya mampu merubah bentuk fisik permukaan tanah baik dari segi
topografi asalnya mauoun kandungan tanah dan air didalam atau permukaan tanah
sebagai akibat kebutuhan air bagi pembangunan prasarana dan
urbanisasi/pengumpulan manusia pada waktu sementara pada dearah tersebut.
2.1.2. Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan
(GEOGRAFIS) tataruang/regulasi, geologi
2.1.3. Deskripsi Rencana Kegiatan
Komponen kegiatan yang menimbulkan dampak secara lebih detail
diuraikan sesuai tahapan pembangunan yang dapat dibagi ke dalam empat tahap
yaitu: tahap prakonstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi dan tahap pasca
operasi.
A. Tahap Prakonstruksi
Kajian terhadap dampak pada tahap prakonstruksi yang akan dipelajari
dalam dokumen Andal pembangunan pelabuhan bongkar muat Malarko ini
bersifat evaluasi dampak. Hal ini dikarenakan pelaksanaan prakonstruksi telah
selesai 100%. Kegiatan tahap prakontruksi yang dievaluasi dampaknya meliputi
kegiatan pembebasan lahan, dan reklamasi.
1) Pembebasan Lahan
Pembebasan lahan pada pembangunan pelabuhan bongkar muat Malarko
diperlukan untuk jalan akses masuk pelabuhan dan area industri. Tanah
yang dipergunakan untuk kepentingan ini dimiliki oleh bapak Lubis,
Ma’rufdan H Bariah. Informasi yang diperoleh dari survey awal
pembayaran terhadap pemilik lahan telah dilakukan. Kegiatan ini tidak
menimbulkan dampak negative social terhadap masyarakat. Hal ini dapat
dilihat dari tidak adanya gejolak social ditimbulkan. Namun demikian,
aspek pembebasan lahan ini akan ditelusuri ulang pada saat penyusunan
dokumen Andal.
2) Reklamasi
Pada saat ini kegiatan reklamasi pada bagian causeway dan area sisi darat
telah dilakukan. Reklamasi awal telah dilakukan dengan panjang ± 50 m
dan lebar 8 meter. Reklamasi ini dilakukan untuk memudahkan kegiatan
konstruksi causeway dan untuk menghubungkan dengan daratan. Kegiatan
ini telah menimbulkan dampak berupa penurunan kualitas air khususnya
untuk parameter kekeruhan, berkurangnya luasan zona mangrove
(kemelimpahan mangrove), berkurangnya hasil tangkapan ikan, kerusakan
terumbu karang, serta sikap dan persepsi masyarakat.
B. Tahap konstruksi
1) Penerimaan dan mobilisasi tenaga kerja
Penerimaan dan mobilisasi tenaga kerja untuk pekerjaan konstruksi tahap I
pembangunan dermaga telah dilakukan. Umumnya para pekerja yang
terlibat padatahap ini didatangkan dari luar daerah oleh kontraktor
pelaksana pembangunan. Namun demikian, untuk tahapan pembangunan
berikutnya dimungkinkan masih ada kegiatan penerimaan dan mobilisasi
tenaga kerja.
Pelaksanaan pekerjaan pembangunan pelabuhan bongkat muat Malarko
membutuhkan tenaga yang cukup agar proyek dapat berjalan secara
berkualitas dan tepat waktu. Pekerjaan pembangunan pelabuhan ini akan
membutuhkan banyak tenaga kerja, baik itu tenaga terdidik ataupun tenaga
kasar. Tenaga kerja yang diperlukan diharapkan dapat mengakomodir dari
warga masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi rencana kegiatan dengan
tetap memperhatikan kualifikasi sesuai dengan yang diperlukan.
Jumlah tenaga kerja akan mengalami fluktuasi sesuai dengan tahap
kegiatan yang dilaksanakan. Tenaga kerja ini merupakan tenaga kerja
sementara dan bersifat harian lepas. Kontrak kerja antar pelaksana dan
tenaga kerja ini akan berakhir sejalan dengan berakhirnya pelaksanaan
kegiatan.
Pada tahap konstruksi ini dilakukan penerimaan tenaga kerja yang
diprakirakan sebanyak ± 91 orang dengan komposisi sebagaimana
ditunjukkan pada tabel 2.3.
Tabel 2.1. Prediksi Jumlah Tenaga Kerja
No Jenis Tenaga Kerja
Jumlah Yang
Dibutuhkan
(orang)
1 Team Leader 1
2 Manjemenproyek 1
3 TenagaAhlipelabuhan 2
4 Supervisor / Mandor 2
5 Operasional / sopir 4
6 Tukang 20
7 Buruh 61
Jumlah 91
Sumber Analisis Tim Amdal, 2011
Pengurangan tenaga kerja dilakukan secara bertahap sesuai dengan volume
pekerjaan. Tenaga kerja yang diambil dari masyarakat setempat bersifat
sementara, sebelum mereka dipekerjakan mereka diberikan penyuluhan
tentang peraturan yang harus dipenuhi.
2) Basecamp
Kantor sementara (base camp) diperlukan pada saat tahap konstruksi untuk
berbagai kegiatan seperti: kantorsementara, bengkel, gudang material serta
penginapan bagi para pekerja. Aktivitas di base camp ini biasanya akan
dilakukan pekerjaan antara lain pemeliharaan dan perbaikan
kendaraan/pealatanproyek yang mengalami kerusakan. Base camp juga
dipergunakan oleh para pekerja sebagai tempat penginapan sehingga akan
ada aktivitas MCK.
3) Pembangunan area sisi laut (dermaga)
Pembangunan dermaga pelabuhan bongkar muat Malarko pada sisi laut
akan meliputi: trustle, causeway dan jetty. Pada saat ini konstruksi tahap
pertama yaitu Pembangunan Causeway 337.46 M x 8 M dengan tinggi 3.2
M, dari permukaan tanah dasar telah seleseai 100% dilaksanakan
sebagaimana terlihat pada Gambar 2.6. system konstruksi dermaga
dilakukan dengan dua arah yaitu arah laut untuk mobilisasi alat berat dan
material precast serta arah darat untuk mobilisasi semen curah untuk
pembetonan. Pelaksanaan pembangunan pelabuhan di laut meliputi
pembangunan:
a) Dermaga
Dermaga berfungsi untuk merapat dan bersandarnya kapal yang
akan melakukan proses bongkar muat barang. Pada setiap dermaga
harus dipasang fender yang berfungsi untuk melindungi dermaga
dan kapal dari kerusakan pada saat bertabrakan ketika kapal
bersandar. Fender ada 2 macam yaitu fender yang sejajar garis
pantai (WHRAF atau QUAI) dan yang sejajar garis pantai (pier).
Konstruksi dermaga berdasarkan desain yang ditetapkan, yaitu
berdasarkan kriteria kapal yang direncanakan akan beroperasi serta
beban yang bekerja pada dermaga. Pada pembangunan dermaga
juga dibangun fasilitas tambat yang juga diusulkan disediakan
fasilitas untuk bongkar muat.
b) Kolam pelabuhan
Fasilitas yang ada di kolam pelabuhan meliputi kolam putar kapal
dan kolam parkir kapal. Kolam pelabuhan harus dijaga
kedalamannya, hal ini bertujuan untuk mempermudah memutar
kapal.
c) Pengerukandasarlaut
Pengerukan dasar laut dilakukan untuk menunjang keselamatan dan
mobilitas pelayaran kapal yang akan keluar-masuk pelabuhan.
Pengerukan dengan kedalaman -15 s/d -20 akan dilakukan pada
area alur pelayaran dan kolam pelabuhan.
4) Pembangunan area sisidarat
a) Apron
Apron adalah suatu halaman diatas dermaga yang terbentang dari
muka dermaga, sampai muka gudang laut atau lapangan
penumpukan terbuka. Apron digunakan untuk menempatkan
barang-barang yang akan dinaikan kekapal, atau barang-barang
yang baru saja diturunkan dari kapal.
b) Marshaling yard
Marshaling yard adalah area yang digunakan untuk menempatkan
barang-barang peti kemas yang akan dimasukkan kedalam kapal.
Area ini berada di dekat apron, untuk memudahkan pengangkatan
petikemas
c) Kantor
Bangunan ini digunakan sebagai tempat untuk keperluan
Administrasi pelabuhan. Fasilitas yang terdapat di kantor
disesuaikan dengan tipe pelabuhan. Semakin besar ukuran, tipe dan
jenis pelabuhan maka semakin banyak juga fasilitas yang
dibutuhkan.
d) Gudang dan lapangan penumpukan
Hampir semua jenis pelabuhan membutuhkan gudang dan lapangan
penumpukan yang berfungsi untuk menempatkan sementara
barang-barang atau kontainer yang akan dinaikkan ke kapal atau
pun yang baru diturunkan dari kapal.
5) Jalan pelabuhan dan parkir
Ketersediaan sarana transportasi merupakan hal yang sangat vital
untuk menunjang aksesibilitas dan mobilitas keluar-masuk
pelabuhan bongkar muat Malarko. Adapun prasarana transportasi di
pelabuhan yang akan dibangun meliputi area parker dan akses jalan
masuk:
(1) Parkir Area
Area ini berfungsi untuk parkir kendaraan yang ada di
dalamkawasanpelabuhan, baik kendaraan fasilitas pelabuhan
maupun kendaraan kontainer (truk dan mobil trailer) untuk
bongkar muat barang.
(2) Jalan dalam kawasan pelabuhan
Pembuatan jalan dalam kawasan pelabuhan dilakukan untuk
mempermudah akses kendaraan keluar masuk pelabuhan. Jalan
yang akan dibangun dilengkapi dengan rambu lalu lintas yang
bertujuan untuk mempermudah kendaraan keluar masuk
pelabuhan dan juga saluran drainase.
C. Tahap Operasi
1) Pelayanan kapal
Jasa pelayanan kapal terdiri dari jasa labuh, jasa pandu dan kepil dan jasa
tambat. Jasa labuh adalah Jasa yang diberikan terhadap kapal agar dapat
berlabuh dengan aman menunggu pelayanan berikut seperti tambat,
bongkar muat atau menunggu pelayanan lainnya (docking, pengurusan
dokumen, dll).
Dalam pelayanan ini diharapkan meminimalkan kemungkinan bertabrakan
dengan kapal lain yang sedang berlabuh memastikan kedalaman air agar
kapal tidak kandas dan tidak menunggu alur pelayaran. Jasa pandu adalah
jasa pemanduan kapal sewaktu memasuki alur pelayaran menuju dermaga
atau kolam pelabuhan untuk berlabuh. Pelayanan diberikan adalah Untuk
menjaga keselamatan kapal, penumpang dan muatannya ketika memasuki
alur pelabuhan.
Sementara itu Jasa Tunda dan Kepil adalah melaksanakan pekerjaan untuk
mengikat dan melepaskan talikapal - kapal yang berolah gerak akan
bersandar atau bertolak dari atau satu dermaga. Sementara itu Jasa Tambat
adalah jasa yang diberikan utuk kapa bertambat pada tambatan dan secara
teknis dalam kondisi yang aman, untuk dapat melakukan bongkar muat
dengan lancar dan aman. Dalam pelayanan ini pihak pelabuhan
memberikan usaha untuk menghindari inefisiensi karena penggunaan
tambatan tidak optimal.
2) Pelayanan barang
Untuk jasa pelayanan barang terdapat jasa pelayanan yang diberikan oleh
pihak pelabuhan yaitu jasa bongkar muat, pelayanan dermaga dan jasa
penumpukan. Jasa Bongkar Muatan dalah Kegiatan pelayanan bongkar
muat barang sejak dari kapal hingga saat menyerahkan kepada pemilik
barang. Ada beberapa kegiatan dalam pelayanan bongkar muat muat
barang yaitu stevedoring (kegiatan yang dilakukan sejak
membongkar/memuat di palka kapal hingga melepas ganco didermaga),
corgodoring(menysusun barang sejak dari dermaga hingga
kegudang/lapangan atau sebaliknya) dan Receiving/Delivery, (pekerjaan
menyerahkan atau menerima barang di pintu gudang lini I dari/keatas truk
atau sebaliknya). Jasa pelayanan dermaga adalah Pelayanan penangan
barang didermaga dengan mengatur kelancaran arus barang di dermaga.
Dan Jasa Penumpukan adalah pelayanan penumpukan barang sampai
dengan dikeluarkan dari tempat penumpukan untuk dimuat atau
diserahkan kepada pemilik.
3) Depo BBM
Fasilitas depo BBM berfungsi untuk memasok BBM untuk keperluan
kawasan pelabuhan, kapal dan juga untuk didistribusikan kepada
masyarakat. Selain itu dengan adanya fasilitas ini maka BBM akan terus
tersedia di kawasan Pelabuhan dan Kabupaten Karimun. Mengingat
komoditi ini termasuk jenis berbahaya maka untuk operasional dermaga
dan darat diperlukan pengamanan khusus. Bongkar muat di dermaga selain
menyiapkan peralatan pemadam kebakaran, dan apabila masih
mempergunakan tambatan yang sama untuk kapal lain, perlu pengaturan
agar operasional kapal lain di hentikan untuk sementara. Hal ini tidak
berlaku apabila untuk kapal pengangkut BBM mempergunakan tambatan
tersendiri. Adapun untuk standar pengamanan di darat mempergunakan
SOP pengamanan yang telah baku seperti pembuatanp arit dan pagar
khusus disekeliling tangki timbun.
4) Kawasan Industri
Dalam jangka panjang, pelabuhan bongkar muat Malarko akan
dikembangkan menjadi kawasan industri yang menyatu dengan aktifitas
kegiatan pelabuhan. Namun demikian, sampai dengan saat belum ada
perencanaan detail pemanfaatan kawasan industri
5) Perkantoran
Bangunan kantor yang didirikan diperuntukkan untuk proses administrasi
dan kebutuhan lainnya di area pelabuhan. Kegiatan operasional kantor
direncanakan meliputi: ruang bea cukai, ruang imigrasi, ruang karantina
kesehatan, ruang rapat, ruang kepala pengelola pelabuhan, ruang pengelola
pelabuhan, ruang kepala syahbandar dan ruang syahbandar lobby serta
toilet.
6) Sarana sanitasi
Infrastruktur sanitasi yang dibangun di pelabuhan meliputi sarana
penampung air bersih, saluran drainase. Tempat penampungan air bersih
berfungsi untuk kepentingan kapal, pengelolaan pelabuhan dan juga untuk
fasilitas kantin, Mushola,serta toilet.
7) Area parkir
Pengelolaan parkir merupakan hal yang penting dalam pengelolaan suatu
pelabuhan, karena jika tidak di atur secara baik maka akan menimbulkan
kemacetan. Pengelolaan area parkir dilakuka nuntuk mengatur kelancaran
lalu lintas keluar masuk pelabuhan. Dimana kendaraan yang akan
melakukan proses bongkar muat dilekatkkan di area tersebut selama
menunggu waktu jatah bongkar muat.
D. Tahap Pasca Operasi
1) Pelepasan tenagakerja
Penutupan kegiatan operasional pelabuhan bongkar muat Malarko
dimungkinkan untuk dilakukan bilamana aktifitas kegiatan pelabuhan
Malarko dianggap tidak ekonomis dan atau produktif, pendangkalan dasar
laut yang sulit diatasi, situasi gawat darurat dan kerusakan fatal akibat
bencana alam yang dapat berimplikasi terhadap pelepasan tenaga kerja.
2) Demobilisasi peralatan
Sebagai konsekwensi dari adanya penutupan pelabuhan maka berbagai
peralatan akan didemobilisasi dari area kawasan Pelabuhan.
2.2. Deskripsi Rona Lingkungan Hidup Awal (Environmental Setting)
Pelabuhan sebagi titik simpul dari berbagai kegiatan yang meliputi
berbagai sektor memungkinkan terjadinya ketidak seimbangan dalam berbagai
sektor memungkinkan terjadinya ketidak seimbangan dalam berbagai segi
kehidupn dalam lingkungan pelabuhan tersebut, meliputi berbagai hal, antara lain:
A. Sosial, adanya urbanisasi/tekanan pertambahan penduduk yang meningkat
secara mendadak ; kemungkinan akan dirasakan beratnya daya tampung
fasilitas pusat perburuhan yang tidak memadai sehingga dirasakan adanya
pencemaran lingkungan dan berakibat perusakan dari flora dan fauna.
B. Ekonomi, yang mendorong masyarakat di lingkungan tersebut akan
terjadinya kemajuan, tetapi juga mungkin menberikan dampak negatif.
C. Teknologi, yang diterapkan ada kemungkinan akan mengakibatkan
memperburuk keseimbangan lingkungan sebagai akibat adanya distorsi
terhadap kedaaan semula atau polusi air atau udara atau suara.
Kemungkinann lain yaitu terjadinya ketidak seimbangan dari bentuk
pantai yang berubah sebagai akibat sedimentasi atau desentrasi pasir pada
pesisir (pendangkalan) sehingga memerlukan usaha pengerukan yang
terus-menerus.
2.3. Hasil Pelibatan Masyarakat
2.4. Dampak Penting Hipotetik
2.5. Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian
(GEOGRAFIS) ekologis, sosial adm