bab i-ii

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ileus merupakan salah satu kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai. Setiap tahun 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus. Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000- 400.000 menderita ileus setiap tahunnya. Di Indonesia, tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruksi tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut data Departemen Kesehatan Indonesia. 1 Ileus merupakan gangguan pasase isi usus terdapat tanda adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terbagi menjadi dua yaitu ileus obstruksi dan ileus paralitik. Ileus obstruksi adalah ileus yang disebabkan adanya sumbatan saluran pencernaan. Sedangkan ileus paralitik adalah ileus yang disebabkan gerakan peristaltik usus yang menghilang. 2 Adapun etiologi dari ileus obstruksi antara lain adhesi, hernia inkarserata, neoplasma, intusepsi dan striktur. Sedangkan salah satu etiologi ileus 1

Upload: febrianti-trianingrum

Post on 27-Oct-2015

34 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

radiologi bab I-II

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I-II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ileus merupakan salah satu kegawatan dalam bedah abdominalis yang

sering dijumpai. Setiap tahun 1 dari 1000 penduduk dari segala usia

didiagnosa ileus. Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita

ileus setiap tahunnya. Di Indonesia, tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik

dan obstruksi tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan

pada tahun 2004 menurut data Departemen Kesehatan Indonesia.1

Ileus merupakan gangguan pasase isi usus terdapat tanda adanya obstruksi

usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terbagi

menjadi dua yaitu ileus obstruksi dan ileus paralitik. Ileus obstruksi adalah

ileus yang disebabkan adanya sumbatan saluran pencernaan. Sedangkan ileus

paralitik adalah ileus yang disebabkan gerakan peristaltik usus yang

menghilang. 2

Adapun etiologi dari ileus obstruksi antara lain adhesi, hernia inkarserata,

neoplasma, intusepsi dan striktur. Sedangkan salah satu etiologi ileus paralitik

adalah pascaoperasi. Manifestasi dari ileus berupa adanya nyeri abdomen,

muntah, distensi, kegagalan buang air besar (konstipasi).2

Ileus obstruksi dan ileus paralitik mempunyai perbedaan yang cukup

berarti tak terkecuali pada bidang radiologi dimana mempunyai gambaran

khas yang berbeda. Radiologi yang digunakan pada kedua penyakit tersebut

adalah foto polos abdomen 3 posisi yaitu posisi terlentang (supine), duduk

atau setengah duduk bila memungkinkan, dan tidur miring ke kiri (left lateral

decubitus); CT-scan hingga MRI.3

1

Page 2: BAB I-II

1.2. Tujuan

1. Untuk mengetahui gambaran radiologi dari ileus obstruksi.

2. Untuk mengetahui gambaran radiologi dari ileus paralitik.

3. Untuk dapat membedakan gambaran radiologi pada ileus obstruski dan

ileus paralitik guna mendiagnosa penyakit.

2

Page 3: BAB I-II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Usus

Gambar 1. Anatomi Usus

1. Usus Halus

Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang

membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup

panjang usus halus sekitar 12 kaki. Usus mengisi bagian tengah dan bawah

abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi

semakin ke bawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi

sekitar 2,5 cm. Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum.3

a. Duodenum

Duodenum panjangnya sekitar 25cm, mulai dari pilorus sampai kepada

jejenum. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum

treitz, suatu pita muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra dekat

3

Page 4: BAB I-II

hiatus esofagus dan berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum.

Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum suspensorium

(penggantung).

b. Jejenum dan Ileum

Kira – kira dua per lima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga

perlima terminalnya adalah ileum. Jejenum terletak di regio abdominalis

media sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung terletak di regio

abdominalis bawah kanan. Jejenum mulai pada junctura duodenojejunalis

dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis.

Lekukan-lekukan jejunum dan ileum melekat pada dinding posterior

abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas

yang dikenal sebagai messentrium usus halus. Pangkal lipatan yang

pendek melanjutkan diri sebagai peritoneum parietal pada dinding

posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke bawah dan ke kanan dari

kiri vertebra lumbalis kedua ke daerah articulatio sacroiliaca kanan. Akar

messentrium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri

vena mesenterica superior antara kedua lapisan peritoneum yang

membentuk mesentrium.

Pada usus halus, arteri mesentrika superior dicabangkan dari aorta tepat

di bawah arteri seliaka. Arteri ini mendarahi seluruh usus halus kecuali

duodenum yang sebagian atasduodenum adalah arteri

pancreaticoduodenalis superior, suatu cabang arteri gastroduodenalis.

Sedangkan bagian bawah duodenum diperdarahi oleh arteri

pancreaticoduodenalis inferior, suatu cabang arteri mesentrica superior.

Pembuluh-pembuluh darah yang memperdarahi jejenum dan ileum ini

beranastomosis satu sama lain untuk membentuk serangkaian arkade.

Bagian ileum yang terbawah juga diperdarahi oleh arteri ileocolica. Darah

dikembalikan lewat vena messentrika superior yang menyatu dengan vena

lienalis membentuk vena porta.

4

Page 5: BAB I-II

Saraf-saraf dueodenum berasal dari saraf simpatis dan

parasimpatis(vagus) dari pleksus mesentericus superior dan pleksus

coeliacus. Sedangkan saraf untuk jejunum dan ileum berasal dari saraf

simpatis dan parasimpatis(nervus vagus) dari pleksus mesentericus

superior. Rangsangan parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan

pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis menghambat pergerakan usus.

Serabut-serabut sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan

serabut-serabut parasimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik ,

yang menimbulkan fungsi motorik berjalan melalui pleksus Auerbach

yang terletak dalam lapisan muskularis, dan pleksus Meissener di lapisan

submukosa.

Pembuluh limfe duodenum mengikuti arteri dan mengalirkan cairan

limfe ke atas melalui nodi limphatici pankreatikoduodenalis ke nodi

limphatici gastroduodenalis dan kemudian ke nodi limphatici soeliakus

dan ke bawah melalui nodi limphatici pankreatikoduodenalis ke nodi

limphatici mesenterikus superior sekitar pangkal arteri mesenterica

superior.

Pembuluh limfe jejunum dan ileum berjalan melalui banyak nodi

limphatici mesenterikus dan akhirnya mencapai nodi limphatici

mesenterikus superior, yang terletak sekitar pangkal arteri mesenterikus

superior.

2. Usus Besar

Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang

sekitar 5 kaki(sekitar 1,5 cm) yang terbentang dari sekum sampaai kanalis

ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-

rata sekitar 2,5 inci(sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus semakin

kecil.3

Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum

terdapat katup ileocaecal dan appendiks yang melekat pada ujung sekum.

5

Page 6: BAB I-II

Sekum menempati sekitar dua ata tiga inci pertama dari usus besar. Katup

ileocaecal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi

menjadi kolon ascendens, transversum, descendens dan sigmoid. Kolon

ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan

hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati,

kolon ascendens membelok ke kiri, membentuk fleksura koli

dekstra(fleksura hepatik).

Kolon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari

fleksura koli dekstra sampai fleksura koli sinistra. Kolon transversum,

waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah, membentuk

fleksura koli sinistra(flleksus lienalis) untuk kemudian menjadi kolon

descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid

merupakan lanjutan kolon descendens. Ia tergantung ke bawah dalam

rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan

rektum di depan sakrum. Rektum menduduki bagian posterior rongga

pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan turun

di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Di

sini rektum melanjutkan diri sebagai anus dalam perineum.

Pada usus besar, arteri mesenterika superior memperdarahi belahan

bagian kanan (sekum, kolon ascendens, dan duapertiga proksimal kolon

transversum) dengan cabangnya yaitu a.ileokolika, a. Kolika dekstra, a.

Kolika media, serta a. Pancreaticodudodenalis inferior dan arteria

mesenterika inferior memperdarahi bagian kiri (sepertiga distal kolon

transversum, kolon descendens dan sigmoid, dn bagian proksimal rektum)

melalui a. Kolika sinistra, a. Sigmoidalis, a. Hemoroidalis superior.

Pembuluh limfe sekum berjalan melewati banyak nodi limphatici

mesenterikus dan akhirnya mencapai nodi limphatici mesenterikus

superior. Pembuluh limfe untuk kolon mengalirkan cairan limfe ke

kelenjar limfe yang terletak d sepanjang perjalanan arteri vena kolika.

Untuk kolon ascendens dan duapertiga dari kolon transversum cairan

limfenya akan masuk ke nodi limphatici mesenterikus superior, sedangkan

6

Page 7: BAB I-II

yang berasal dari sepertiga distal kolon transversum dan kolon descendens

akan masuk ke nodi limphatici mesenterikus inferior.

Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan

perkecualian sfingter eksterna yang berada di bawah kontrol voluntar.

Sekum, appendiks, dan kolon ascendens dipersarafi oleh serabut saraf

simpatis dan parasimpatis nervus agus dari pleksus saraf mesenterikus

superior. Pada kolon transversum dipersarafi oleh saraf simpatis nervus

vagus dan saraf parasimpatis nervus pelvikus. Serabut simpatis berjalan

dari pleksus mesenterikus superior dan inferior. Serabut-serabut nervus

vagus hanya mempersarafi duapertiga proksimal kolon transversum,

sepertiga distal dipersarafi oleh saraf parasimpatis nervus pelvikus.

Sedangkan pada kolon descendens dipersarafi serabut-serabut simpatis

dari pleksus saraf mesenterikus inferior dan saraf parasimpatis nervus

pelvikus. Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan ssekresi dan

kontraksi, serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan perangsangan

parasimpatis mempunyai efek berlawanan.

2.2. Ileus Obstruksi

1. Definisi

Ileus obstruksi merupakan suatu suatu penyumbatan mekanis pada usus

di mana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau

mengganggu jalannya isi usus, yaitu oleh karena kelainan dalam lumen

usus, dinding usus atau luar usus yang menekan. Hambatan pada jalan isi

usus akan menyebabkan isi usus terhalang dan tertimbun di bagian

proksimal dari sumbatan, sehingga pada daerah proksimal tersebut akan

terjadi distensi atau dilatasi usus.

2. Klasifikasi

Pada ileus obstruksi dapat dibedakan menjadi obstruksi sederhana dan

strangulasi. Obstruksi sederhana adalah obstruksi yang tidak disertai

terjepitnya pembuluh darah. Sedangkan strangulasi terdapat pembuluh

7

Page 8: BAB I-II

darah yang terjepit sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan

nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang

disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.

Berdasarkan penyebabnya ileus obstruksi dibedakan menjadi tiga

kelompok yaitu :

a. Lesi – lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, batu empedu.

b. Lesi – lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.

c. Lesi – lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau

intusepsi.

Selain itu, ileus obstruksi juga dibagi menjadi 3 jenis, antara lain :

a. Ileus obstruksi sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan

terjepitnya pembuluh darah.

b. Ileus obstruksi strangulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya

penjepitan pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan

berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala

umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.

c. Ileus obstruksi jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk

dan keluar suatu gelung usus tersumbat, paling sedikit terdapat dua

tempat obstruksi.

Berdasarkan letak sumbatannya, ileus obstruksi dibagi menjadi :

a. Obstruksi letak tinggi, dimana mengenai duodenum sampai jejunum.

b. Obstruksi letak rendah, dimana mengenai kolon – sigmoid – rectum.

3. Etiologi

a. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus

obstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan

ada riwayat operasi intrabdominal sebelumnya atau proses inflamasi

intrabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang

sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam

8

Page 9: BAB I-II

hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus

obstruktif di dalam masa anak-anak.

Gambar 2. Adhesi

b. Hernia inkarserata eksternal(inguinal, femoral, umbilikal, insisional,

atau parastonal) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab

ileus obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang

tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia

interna(paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen

winslow) juga bisa menyebabkan hernia.

Gambar 3. Hernia

c. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi

intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intrabdomen

dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal.

d. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intusepsi, atau

penumpukan cairan.

e. Intusepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap

bagian usus yang mengalami intusepsi. Tumor, polip, atau

9

Page 10: BAB I-II

pembesaran limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal

adanya intusepsi.

f. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai

inflamasi akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik

g. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital,

seperti malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab

obstruksi usus besar.

Gambar 4. Volvulus

h. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intusepsi

dan hernia Litre.

i. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantung

empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau

usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus

gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus,

umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang

menyebabkan obstruksi.

j. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan ishkemia,

inflamasi, terapi radiasi, atau trauma operasi.

10

Page 11: BAB I-II

Tabel 1. Etiologi Ileus Obstruksi

Ekstraluminal Instrinsik Intraluminal

Adhesi Intususepsi Batu empede

Hernia inkarserata Penyakit crohn

Neoplasma Kongenital (volvulus)

Abses, hematoma Striktur

2.3. Ileus Paralitik

1. Definisi

Ileus paralitik adalah suatu keadaan dimana usus gagal atau tidak

mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus

paralitik disebut juga ileus adinamik atau non mekanik. Ileus paralitik ini

bukan merupakan suatu penyakit primer usus, melainkan akibat dari

berbagai penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan

rongga perut, toksin, obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot

polos usus, dan ileus obstruktif yang lama.

2. Etiologi

Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca operasi

abdomen. Keadaan ini biasanya hanya berlangsung antara 24-72 jam.

Beratnya ileus paraltik pasca operasi bergantung pada lamanya operasi,

seringnya manipulasi usus dan lamanya usus berkontak dengan dunia luar.

Selain itu, bisa juga dari inflamasi intraperitoneal atau retroperitoneal

(apendisitis, diverticulitis, dan sebagainya), gangguan metabolik

(hipokalemia), obat-obatan (antikolinergik, opioid, dan sebagainya).

11

Page 12: BAB I-II

2.4. Patofisiologi

Terdapat kemiripan proses patofisiologis yang terjadi setelah obstruksi

usus, tanpa memandang penyebab obstruksi yang disebabkan oleh mekanis

atau fungsional. Perbedaaan utamanya adalah pada obstruksi paralitik,

peristaltik dihambat sejak awal, sedangkan pada obstruksi mekanis, awalnya

peristaltik diperkuat, kemudian timbul intermitten, dan akhirnya menghilang.

Perubahan patofisiologi utama yang terjadi pada obstruksi usus dapat

dilihat dalam gambar. Dinding usus yang terletak di sebelah proksimal dari

segmen yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh penimbunan

cairan dan gas (70% dati udara yang tertelan) dalam lumen. Distensi berat

pada dinding usus akan mengurangi pengaliran air dan natrium dari lumen

usus ke darah. Sekitar 8 liter cairan disekresi ke dalam saluran cerna setiap

hari, sehingga tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan

intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah dimulainya

pengobatan merupakan penyebab utama kehilangan cairan dan elektrolit.

Pengaruh kehilangan ini adalah pengerutan ruang cairan ekstrasel yang

mengakibatkan syok-hipotensi, berkurangnya curah jantung, berkurangnya

perfusi jaringan, dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terjadi secara

terus menerus mengakibatkan timbulnya lingkaran setan penurunan absorpsi

cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Effek lokal peregangan

usus adalah iskemia akibat peregangan dan peningkatan permeabilitas yang

disebabkan oleh nekrosis, disertai dengan absorpsi toksin bakteri ke dalam

rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik.

12

Page 13: BAB I-II

2.5. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik ileus obstruksi ditandai dengan adanya nyeri abdomen

yang bersifat kolik, muntah-muntah dan obstipasi, distensi intestinalis, dan

tidak adanya flatus. Rasa nyeri perut dirasakan seperti menusuk-nusuk atau

13

Obstruksi Usus

Akumulasi gas dan cairan intralumen di sebelah proksimal dari letak obstruksi

Distensi

Tekanan intralumen dipertahankan

Iskemia dinding usus

Kehilangan cairan menuju ruang peritoneum

Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum

dan sirkulasi sistemik

Peritonitis septikemia

Proliferasi bakteri yang berlangsung cepat

Kehilangan H2O dan elektrolit

Volume ECF

Syok hipovolemik

Page 14: BAB I-II

rasa mulas yang hebat, umumnya nyeri tidak menjalar. Pada saat datang

serangan, biasanya disertai perasaan perut yang melilit.

Bila obstruksi tinggi, muntah hebat bersifat proyektil dengan cairan

muntah yang berwarna kehijauan. Pada obstruksi rendah, muntah biasanya

timbul sesudah distensi usus yang jelas sekali, muntah tidak proyektil dan

berbau “feculent”, warna cairan muntah kecoklatan.

Tabel 3. Perbandingan Manifestasi Klinik Ileus Obstruski dan

Ileus Paralitik

Macam

Ileus

Nyeri usus Distensi Muntah

borborigmi

Bising

usus

Keterangan

abdomen

Obstruksi

simple

tinggi

++ (kolik) + +++ Meningkat -

Obstruksi

simple

rendah

+++ (kolik) +++ + lambat,

fekal

Meningkat -

Obstruksi

strangulasi

++++

(terus-

menerus,

terlokalisir)

++ +++ Tak tentu

biasanya

meningkat

+

Paralitik + ++++ + Menurun -

Oklusi

vaskuler

+++++ +++ +++ Menurun +

14

Page 15: BAB I-II

2.6. Pemeriksaan Radiologi

1. Foto Polos Abdomen

Ileus merupakan penyakit abdomen akut yang dapat muncul secara

mendadak yang memerlukan tindakan sesegera mungkin. Adanya dilatasi

dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid level” pada foto

polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto

polos abdomen memiliki tingkat senstivitas 66% pada obstruksi usus halus

sedangkan untuk obstruksi kolon 84%.

Pada kasus abdomen akut diperlukan pemeriksaan 3 posisi, antara lain :

a. Posisi terlentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi

anteroposterior (AP)

b. Duduk atau setengah duduk bila memungkinkan, dengan sinar

horizontal proyeksi AP

c. Left lateral decubitus, dengan arah horizontal, proyeksi AP

Sebaiknya pemotretan dibuat dengan kaset film yang dapat mencakup

seluruh abdomen beserta dindingnya.

Hal – hal yang dapat dinilai dengan foto polos abdomen 3 posisi ialah :

1) Posisi terlentang (supine)

- Dinding abdomen, yang penting adalah lemak preperitoneal

kanan dan kiri baik atau menghilang.

- Garis psoas kanan dan kiri baik, menghilang atau adanya

penggelembungan (bulging).

- Batu yang radioopal, kalsifikasi atau benda asing yang

radioopak.

- Kontur ginjal kanan dan kiri

- Gambaran udara usus :

o Normal

o Pelebaran lambung, usus hallus, kolon

o Penyebaran dari usus – usus yang melebar

o Keadaan dinding usus

o Jarak antara dua dinding usus yang berdampingan

2) Posisi duduk atau setengah duduk atau tegak (erect)

15

Page 16: BAB I-II

- Gambaran udara bebas di bawah diafragma

3) Posisi left lateral decubitus

- Hampir sama seperti posisi duduk, hanya udara bebas yang

letaknya antara hati dengan dinding abdomen.

Selain itu, sebelum dilakukan foto polos abdomen ada beberapa

persiapan yang perlu dilakukan, antara lain :

a. Diberi obat pencuci perut

b. Makan makanan rendah lemak dan serat

c. Perbanyak minum air putih

Pada hasil foto polos abdomen 3 posisi, jika penyebab ileus berupa

adanya obstruksi maka didapatkan gambaran berupa :

a. Posisi tidur : untuk melihat distribusi usus, preperitonial fat, ada

tidaknya penjalaran. Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus

di proksimal daerah obstruksi, penebalan dnding usus, gambaran

seperti duri ikan (Herring bone appearance)

b. Posisi tegak : gambaran adanya air fluid level dan step ladder

appearance.

c. Posisi LLD : untuk melihat air fluid level dan kemungkinan

perforasi usus. Dari air fluid level dapat diduga gangguan pasase

usus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus letak tinggi, sedang

jika panjang – panjang kemungkinan gangguan di kolon. Gambaran

yang diperoleh adalah adanya udara bebas infra diafragma dan air

fluid level.

Sedangkan pada ileus paralitik didapatkan gambaran berupa :

a. Distensi usus general, dimana pelebaran usus menyeluruh sehingga

kadang – kadang susah membedakan antara intestinum tenue yang

melebar atau intestinum crassum.

b. Air fluid leved

c. Herring bone appearance

16

Page 17: BAB I-II

17

Gambar 5. Foto abdomen 3 posisi ileus obstruktif letak tinggi tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan paling distal di iliocecal junction) dan kolaps usus dibagian distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang terdilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra (dari ikan), dan muskulus yang sirkular menyerupai kostanya. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang berbentuk seperti tangga disebut juga step ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang mengalami distensi.

Page 18: BAB I-II

18

Gambar 6. Foto abdomen 3 posisi ileus obstruktif letak rendah tampak dilatasi usus di proksimal

sumbatan (sumbatan di kolon) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan. Penebalan dinding usus

halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding

usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler

menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen.

Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang berbentuk seperti tangga disebut juga step

ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi dan air fluid level

yang panjang-panjang di kolon.

Page 19: BAB I-II

19

Gambar 7. Foto abdomen 3 posisi ileus paralitik terdapat dilatasi usus secara menyeluruh dari gaster

sampai rektum. Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring

bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran

vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga

distensi tampak pada tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang

berbentuk seperti tangga atau disebut juga step ladder appearance di usus halus dan air fluid level yang

panjang-panjang di kolon

Page 20: BAB I-II

2. USG Abdomen

* Perforated appendicitis with pus in the peritoneal cavity and ileus with dilatated

bowel loops

20

Page 21: BAB I-II

3. CT-Scan Abdomen

CT (Computed Tomography) merupakan metode body imaging dimana

sinar X yang sangat tipis mengitari pasien. Detektor kecil akan mengatur

jumlah sinar X yang diteruskan kepada pasien untuk menyinari targetnya.

Komputer akan segera menganalisa data dan mengumpulkan dalam bentuk

potongan cross sectional. Foto ini juga dapat disimpan, diperbesar maupun

dicetak dalam bentuk film. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa

keakuratan CT-Scan dalam mendiagnosis obstruksi usus > 95%. Spesifik

dan sensitifitasnya > 94%. MRI jauh lebih baik daripada CT-Scan dalam

menentukan lokasi dan penyebab obstruksi. 4, 5

a. Prosedur Pemeriksaan

Lokasi untuk abdomen bawah daerah yang diambil dari

pemeriksaan CT-umum dimulai dengan slice pertama di process

xiphoid diteruskan ke crista illiaca. Untuk pelvis daerah yang diambil

pada slice pertama dimulai dengan crista illiaca dan diteruskan ke

symphysis pubis. Untuk pemeriksaan abdomen rutin tebal slice

umumnya 10 mm. (Bontrager, 2001).

Pada pemeriksaan abdomen rutin dengan serial scanning

membutuhkan waktu ± 1 sekon untuk melihat gerakan peristaltik dan

proses respirasi. (Bontrager 2001). 

b. Media Kontras

21

Page 22: BAB I-II

Media kontras dilakukan melalui mulut dan rectum untuk

pemeriksaan CT-Abdomen dan pelvis (media kontras rectal digunakan

jika media kontras oral tidak dapat masuk ke rectum). Media kontras

melalui oral untuk melihat atau membedakan organ pada tractus

gastrointestinal.

Media kontras oral diberikan sebelum pemeriksaan. Ada 3 (tiga)

tingkatan media kontral oral diberikan pada pasien : 

- Malam hari sebelum pemeriksaan. 

- Satu jam sebelum pemeriksaan. 

- Di tengah-tengah sebelum pemeriksaan. 

Ada 2 (dua) tipe kontras untuk menunjukkan opasitas pada tractus

gastromtestinal yaitu barium sulfat suspensions dan water soluble

solution (diatrizoate meglumine atau diatrizoate sodium) (Bontrager,

2001).

c. Irisan Axial Pada Abdomen

Lima contoh CT irisan axial pada abdomen dengan 10 mm setiap

slice. Pertama dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip infus

melalui kontras intravena. Persiapan kontras oral dengan water-soluble

solution.

i. Irisan Axial 1

Irisan axial 1 untuk memperlihatkan bagian atas liver. Liver dibagi

menjadi dua lobus, lobus kanan dan lobus kiri.

22

Page 23: BAB I-II

ii. Irisan Axial 3

Irisan axial 3 untuk melihat ekor pankreas. Ekor pankreas terletak

di depan ginjal kiri.

23

Keterangan :

A. Lobus kanan liver

B. Lobus kiri liver

C. Lambung

D. Lambung (fundus dan bagian

atas daerah lambung)

E. Spleen

F. Vertebre Thoracal 10 dan

Vertebre Thoracal 11

G. Aorta abdominal 

H. Vena Cava Inferior

Keterangan :

A. Lobus kanan liver dari posterior

B. Kantong empedu

C. Lobus kiri liver

D. Lambung

E. Kolon desenden

F. Ekor pankreas

G. Spleen

H. Bagian atas lobus kiri ginjal

I. Kelenjar adrenal sebelah kiri

J. Vetebra Thoracal 11 – Thoracal 12

K. Vena Cava Inferior 

L. Bagian atas lobus kanan ginjal

Page 24: BAB I-II

iii. Irisan Axial 5

Irisan axial 5 melihat bagian ke dua duodenum. Kepala pankreas

terletak di luar dari duodenum. Jika bagian ke dua duodenum terlihat

putih, maka dapat dikatakan tumor pankreas.

24

Keterangan : 

A. Lobus kanan liver

B. Kantong empedu

C. Bagian ke dua duodenum

D. Lobus kiri liver

E. Lambung (pylorus)

F. Jejenum

G. Kolon desenden

H. Ginjal kiri

I. Aorta Abdominal

J. Vetebra Lumbal I

K. Vena Cava Inferior

L. Kepala pankreas

Page 25: BAB I-II

iv. Irisan Axial 7

Irisan axial 7 memperlihatkan bagian tengah ginjal.

v. Irisan Axial 8.

Irisan axial 8 adalah 2 cm ke arah bawah renal pelvis pada ginjal

dan perjalanan kontras menuju ureter pada ginjal.

25

Keterangan : 

A. Inferior lobus liver

B. Pankreas

C. Kandung empedu

D. Kolon (asenden dan tranversum)

E. Jejenum

F. Kolon desenden

G. Renal pelvis ginjal kiri

H. Aorta Abdominal

I. Vetebra Lumbal I 

J. Vena Cava Inferior

Keterangan : 

A. Inferior lobus liver

B. Kolon asenden

C. Vena Cava Inferior

D. Aorta

E. Jejenum

F. Kolon desenden

G. Ginjal kiri

H. Ureter kiri

I. Vertebra Lumbal 2- lumbal 3

J. Muskulus psoas major 

K. Ureter kanan.

Page 26: BAB I-II

2.7. Tatalaksana Ileus

1. Ileus obstruksi

Pengelolaan ileus obstruktif adalah sebagai berikut:

- Pemasangan sonde lambung

- Penderita dipuasakan

- Perbaikan kadar elektrolit

- Tindakan bedah diperlukan bila terjadi:

Strangulasi

Obstruksi totalis

Hernia inkarserata

Tidak ada perbaikan pada pengobatan konservatif

2. Ileus paralitik

Pengelolaan ileus paralitik adalah dengan konservatif. Tindakannya

berupa dekompresi dengan pipa nasogastrik, menjaga cairan dan elektrolit,

mengobati kausa atau penyakit primer dan pemberian nutrisi yang adekuat.

BAB III

26

Page 27: BAB I-II

KESIMPULAN

1. Pada penyakit ileus dapat dibedakan menjadi 2, yaitu ileus obstruktif dan

ileus paralitik.

2. Etiologi ileus obstruktif terdapat sumbatan atau obstruksi pada ususnya

contohnya adhesi, intusepsi, neoplasma, hernia, sriktur, dan lain-lain.

Sedangkan ileus paralitik gagalnya usus melakukan peristaltik yang

biasanya terjadi pasca operasi.

3. Pada pemeriksaan radiologi digunakan pemeriksaan foto polos abdomen 3

posisi (supine / terlentang, setengah duduk, Left Lateral Decubitus / miring

ke kiri). Posisi ini dapat menentukan letak dan bagian mana usus yang

mengalami ileus.

4. Perbedaan foto polos abdomen antara ileus obstruktif dan paralitik adalah

terjadi pelebaran usus menyeluruh sehingga air fluid level ada yang

pendek – pendek (usus halus) dan panjang – panjang (kolon) karena

diameter lumen kolon lebih lebar daripada usus halus yang biasa terjadi

pada ileus paralitik. Dan pelebaran parsial usus pada ileus obstruktif.

5. Selain foto polos abdomen 3 posisi, pemeriksaan radiologi lain yang dapat

membantu menegakan diagnosa dengan bantuan USG, CT-Scan dan MRI.

27