bab i distribusi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Listrik merupakan suatu kebutuhan penting bagi manusia dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari, dimana pada yang zaman modern ini sudah banyak alat pendukung
kehidupan manusia yang membutuhkan tenaga listrik untuk mengoperasikannya, seperti
lampu, mesin cuci, mesin pompa air, televisi, radio, komputer dan perangkat elektronik
lainnya.
Listrik telah menjadi kebutuhan yang mendasar untuk berbagai aktifitas manusia,
yang kemudian digunakan untuk beragam fungsi kedepannya. Listrik menjadikan manusia
ketergantungan akan keberadaannya, tidak dapat dipungkiri bahwa listrik merupakan tenaga
yang dibutuhkan manusia dalam segala hal yang mendukung aktifitas manusia. Adapun
akhirnya peran dari pemerintah dalam penyediaan listrik bagi masyarakat luas. Tidak heran
jika pemerintah menguasai kepentingan listrik dalam bentuk badan usaha milik negara untuk
dapat mengaturnya dengan baik untuk kepentingan bersama agar tidak terjadi monopoli
dalam kepentingan ini.
Suatu perusahaan besar sebagai penyedia listrik untuk masyarakat adalah PT. PLN, dimana
perusahaan listrik milik negara ini telah banyak memberikan kontribusi yang besar dalam
memasok kebutuhan listrik untuk masyarakat. Selaku perusahaan milik negara yang
menangani masalah kepentingan listrik di Indonesia, yang memberikan jumlah pasokan
listrik kepada masyarakat dalam jumlah yang sangat besar. Tentunya PT. PLN memberikan
pelayanan sebagai upaya pasti dalam memberikan public service yang maksimal untuk
kepentingan dan kemajuan bangsa. Masyarakat sebagai konsumen yang seakan merasa
“ketergantungan” akan kebutuhan listrik memang tidak memiliki banyak pilihan dalam
pemenuhan kebutuhan listrik selain PT. PLN.
PT. PLN menyadari kebutuhan listrik masyarakat yang semakin ketergantungan
akan adanya tenaga listrik, dengan terus melakukan berbagai kajian untuk meningkatkan
mutu pelayanan dengan menawarkan berbagai program layanan. Seiring berjalannya waktu
dan untuk mengembangkan pelayanan suatu perusahaan, maka dibuatlah suatu inovasi
demi mempertahankan eksistensi dan juga untuk kemajuan serta pengembangan dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Bentuk inovasi yang diciptakan oleh PT. PLN adalah dengan mengeluarkan program
listrik prabayar. Program listrik prabayar ini telah dikeluarkan sejak tahun 2008, salah satu
alasan selain untuk meningkatkan pelayanan, dibuatnya program listrik prabayar ini
diantaranya adalah, kejadian salah baca meter, tagihan yang tidak menentu, tunggakan
rekening, dan salah pemutusan. Yang menderita juga bukan hanya masyarakat, tapi PLN
pun ikut merugi. Sebagai pembelajaran dari hal itu maka diluncurkanlah Listrik Prabayar,
maka dengan program ini masyarakat diajak agar lebih menghargai akan keberadaan
tenaga listrik dan lebih bijak dalam penggunaan listrik. Penggunaan listrik yang cenderung
terlewatkan oleh para konsumennya yang notabene adalah masyarakat luas, sehingga
penggunaan listrik terkadang memakan biaya yang tidak sedikit untuk konsumsi rumah
ataupun usaha.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa masalah yaitu:
1. Apa pengertian Listrik secara umum ?
2. Apa saja penyebab terjadinya krisis listrik ?
3. Bagaimana kondisi listrik saat ini ?
4. Apa saja upaya yang telah dilakukan PT. PLN selama ini ?
5. Bagaimana solusi yang baik agar tidak terjadi lagi krisis listrik ?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan yang akan didapat dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui pengertian Listrik secara umum.
2. Dapat mengetahui keadaan listrik saat ini.
3. Dapat mengetahui apa saja yang menjadi penyebab terjadinya krisis listrik di Indonesia.
4. Dapat mengetahui upaya yang telah dilakukan oleh PT. PLN selama ini.
5. Dapat mengetahui solusi-solusi yang baik agar tidak terjadi lagi krisis listrik di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. TINJAUAN UMUM
Listrik adalah merupakan daya atau kekuatan yang ditimbulkan oleh adanya
pergesekan ataupun melalui sebuah proses kimia dimana hasil dari proses kimia tersebut
bisa digunakan untuk kemudian menghasilkan panas, cahaya, atau bahkan bisa
dimanfaatkan untuk menggerakkan sebuah mesin. Ada banyak hal dan kata yang berkaitan
dengan listrik itu sendiri. Dimana semua hal yang berkaitan dengan listrik sudah pasti turut
memanfaatkan energi dari listrik itu sendiri.
Masalah kelistrikan menjadi salah satu isu yang banyak diperbincangkan dewasa ini.
Terjadinya pemadaman listrik secara bergilir, naiknya harga berlangganan listrik, dan usaha
untuk mencari sumber listrik baru adalah isu sentral yang menjadi pusat perhatian banyak
pihak. Namun, masalah mendasar dari pengelolaan kelistrikan seolah tertutup oleh isu
hangat yang belakangan muncul sebagaimana disebutkan di atas. Sudah bukan rahasia lagi
bahwa perusahaan yang mengelola kelistrikan selalu mengalami kerugian. Mari kita tinjau
kembali struktur umum pengelolaan kelistrikan.
Dalam sistem kelistrikan paling tidak terdapat tiga fungsi umum atau subsistem, yaitu
subsistem pembangkitan, subsistem transmisi, subsistem distribusi. Tiap-tiap subsistem ini
memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda tapi saling berhubungan. Selanjutnya akan
dibahas masing-masing subsistem tersebut.
Subsistem pembangkitan memiliki fungsi memproduksi (membuat) atau
membangkitkan listrik. Subsistem ini pada dasarnya adalah sebuah pabrik yang
memproduksi listrik tetapi karena listrik bukanlah suatu benda yang dapat dilihat maka istilah
memproduksi lebih tepat dinyatakan dengan pembangkitan listrik. Listrik dapat dihasilkan
dari berbagai macam cara, menggunakan air disebut PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air),
menggunakan uap air disebut PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), dan lain-lain.
Subsistem pembangkitan biasanya terletak di tempat-tempat listrik itu dihasilkan. PLTA
terletak di bendungan atau waduk, PLTU terletak di dekat sumber panas bumi penghasil
uap, dan seterusnya. Listrik yang dihasilkan tidak bias disimpan atau ditampung dulu, tetapi
harus langsung dialirkan ke tempat dimana listrik itu akan dipakai. Jadi, tidak ada gudang
penyimpanan listrik atau tendon penyimpanan listrik. Inilah salah satu karakteristik dari listrik
dipandang dari segi produksi.
Karena listrik tidak dappat disimpan, maka listrik itu harus terus dialirkan dari
subsistem pembangkitan ke tempat listrik itu akan dipakai. Di sinilah peran subsistem
transmisi. Subsistem ini berfungsi mengalirkan listrik ke tempat-tempat di mana listrik akan
digunakan. Lagi pula tempat pembangkitan listrik biasanya jauh sehingga diperlukan cara
agar listrik bias dialirkan ke tempat lain. Maka kita sering melihat kabel-kabel listrik
membentuk saluran listrik tegangan tinggi yang membentang dari satu tempat ke tempat lain
itulah yang digolongkan sebagai subsistem transmisi.
Sebelum listrik sampai ke pemakai, saluran listrik tegangan tinggi yang dialirkan dari
subsistem pembangkit perlu dibagi ke beberapa pemakai. Subsistem yang menjalankan
fungsi ini disebut subsistem distribusi. Pada tahap ini listrik dibagi-bagi dengan tegangan
tertentu ke sejumlah pemakai, baik pemakai rumah tangga maupun pemakai industry. Kita
sering melihat gardu-gardu listrik yang tersebar di beberapa tempat, di sinilah listrik itu
didistribusikan. Pada gardu-gardu terdapat trafo yang berfungsi menaikkan atau
menurunkan tegangan ke tegangan yang sesuai. Kita juga sering mendengar pemadaman
listrik di suatu daerah dihubungkan dengan kejadian disuatu gardu, karena memang di
gardu inilah pusat penyaluran listrik di daerah tersebut.
Proses perhitungan biaya listrik yang dipakai oleh pemakai, kerugian akibat
pencurian listrik dan segala macam masalah yang berkaitan langsung dengan pemakai
listrik termasuk ke dalam subsistem distribusi.
Pengelolaan system kelistrikan di Indonesia yang meliputi tiga fungsi sebagaimana
dijelaskan di atas dilakukan oleh operator tunggal sekaligus sebuah badan usaha milik
Negara (BUMN), yaitu PLN.
BAB III
ISI
A. MASALAH
Rasio elektrifikasi yang baru mencapai angka sekitar 50 % untuk mencapai 60 % di
tahun 2009/2010, banyaknya permintaan listrik untuk industri dan masyarakat merupakan
faktor utama yang menyababkan tingginya permintaan akan tenaga listrik di masyarakat,
dan terakhir ini terjadinya krisis listrik dibeberapa daerah Indonesia yang disebabkan oleh
beberapa faktor. Hal ini tercermin pada tingginya kenaikan beban listrik, yaitu sekitar 14-16
% pada 5 tahun terakhir, dan diperkirakan untuk 5 tahun yang akan datang dengan
pertumbuhan kebutuhan listrik mencapai 7,1 % per tahun. Untuk menghadapi masalah ini,
PLN sebagai perusahaan tunggal penyalur tenaga listrik di Indonesia, harus membangun
instalasi yang mampu melayani kebutuhan listrik masyarakat. Kendala yang dihadapi dalam
mengatasi masalah tersebut terutama adalah Dana dan Sumber Daya Manusia.
Sebagai pemegang kuasa usaha kelistrikan (PKUK), PLN mempunyai tugas utama
membangkitkan, menyalurkan, dan mendistribusikan tenaga listrik pada masyarakat. Dalam
perjalanannya, perkembangan kondisi kelistrikan Indonesia saat ini hanya mempunyai
kemampuan total kapasitas pembangkit sebesar 29.083 MW dengan jaringan interkoneksi
hanya terbangun di daerah Jawa – Madura – Bali dan pulau Sumatera dengan jumlah 7
sistem interkoneksi terpasang dan lebih dari 600 sistem yang masih ter-isolate/terpisah di
daerah lainnya Indonesia. Dengan pertimbangan aset PLN pada tahun 2006 dengan jumlah
pegawai 45.878 dan jumlah kapasitas pelanggan sebanyak 33,1 Juta pelanggan. Akan
diikuti dengan pertumbuhan kebutuhan listrik yang diperkirakan mencapai angka 7,1 % per
tahun.
Selain kendala dan tantangan peningkatan instalasi jaringan dan pembangkit di
seluruh Indonesia baik menyangkut consensus elektrifikasi di kota maupun pelosok desa,
tantangan
penyediaan listrik terkait dengan krisis listrik di beberapa daerah Indonesia. Tiga hal yang
yang dapat dipaparkan disini, yaitu :
1. Terdapat mismatch keberadaan sumber daya listrik dengan sebaran penduduk yang hampir
80 % tinggal dinpulau jawa.
2. Penggunaan energi primer untuk pembangkitan saat ini masih mengandalkan BBM yang
kondesi potensi energinya semakin menipis, sedangkan cadangan batubara dan energy
primer lainnya di beberapa daerah cukup melimpah.
3. Keterbatasan dana investasi pemerintah untuk sector ketenagalistrikan dalam membangun
tambahan pembangkit, sarana transmisi dan distribusi, yang mana rata-rata sarana dan
penyediaan tenaga listrik ini masih didominasi PLTD. Sedangkan proyeksi laju pertumbuhan
beban listrik di Indonesia hingga tahun 2020, PLN harus membangun instalasi baru sebagai
berikut :
Dipergunakan tambahan kapasitas pembangkit sebesar 41 GW, yang tediri atas 39 GW
pembangkit baru dan 2 GW pengganti pembangkit pembangkit retired. Kapasitas total
pembangkit menjadi 77 GW.
Saluran Transmisi 29.000 kms
Gardu Induk 79 GVA
Gardu Induk Distribusi 49 GVA
Jaringan Transmisi Menengah 202.000 kms
Jaringan Transmisi Rendah 289.000 kms
Dengan pembangunan instalasi ini berkembang seiring dengan peningkatan
pertumbuhan beban yang diperkirakan mengalami kenaikan mencapai 7,1 % setiap
tahunnya dari 33,1 juta pelanggan.
Upaya program percepatan yang dicanangkan dalam mengelola energi listrik
primer Indonesia, juga jaminan ketersediaan pasokan listrik Indonesia. Program percepatan
diversifikasi energi, khususnya batubara untuk pembangkit listrik menjadi alternatif yang
sangat rasional dan menjawab kebutuhan dan tantangan energi Indonesia kedepan. Hal ini
akan diimplementasikan dengan pembangunan kapasitas pembangkit dengan total
kapasitas pembangkit sebesar 10.000 MW pada tahun 2009. Yang tersebar di Jawa –
Madura – Bali sebesar 6.900 MW dan di luar Jawa – Madura – Bali sebesar 3.900 MW.
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan road maping kelistrikan Indonesia target hingga tahun 2009/2010 ini
adalah:
1. Pasokan kritis listrik diupayakan dibawah 30 %,
2. Komposisi penggunaan BBM ditekan hanya sebesar 17 %,
3. Rasio elektrifikasi mencapai 60 %,
4. Desa berlistrik mencapai 91 %,
5. Konsumsi listrik per kapita meningkat menjadi 530 TWh.
Selanjutnya perkembangan kelistrikan Indonesia hingga tahun 2015 menjadi :
1. Diharapkan pasokan listrik mencukupi dalam arti tidak ada kritis lagi di Indonesia,
2. Komposisi BBM rendah hanya 3 %,
3. Rasio elektrifikasi mencapai 65 – 80 %,
4. Desa berlistrik mencapai 100 %,
5. Konsumsi per kapita menjadi 650 – 850 TWh, dan pada tahun 2020 telah dicapai
elektrifikasi 100 % dengan rasio konsumsi per kapita menjadi 950 – 1.300 TWh.
Perkembangan ketenagalistrikan pada saat ini dengan prediksi kapasitas
pembangkit total mencapai 77,8 GW pada tahun 2020 dengan pertumbuhan sebesar 9,5 %
pembangkit. Proyeksi kelistrikan Indonesia dibagi dalam tiga tahap perkembangan
sebagaimana yang telah tertuang dalam road maping kelistrikan Indonesia hingga tahun
2020, yang dimulai dari program percepatan hingga tahun 2009 ini, yakni dengan sasaran
antara lain :
Tahap pertama, mempercepat proses diversifikasi energi khususnya dari BBM
menjadi batubara, hal ini terkait dengan ketersediaan potensi dan biaya produksi tenaga
listrik, secara otomatis diharapkan dapat mengurangi tingkat subsidi. Pembangunan
kapasitas pembangkit jenis batubara ini dengan total 10.000 MW juga menjadi skala
prioritas dalam mengatasi kekurangan krisis listrik Indonesia.
Tahap kedua, pengembangan jangka menengah hingga tahun 2015, yakni selain
rasio elektrifikasi yang telah dicapai, pembangunan pembangkit ditingkatkan dengan
menggunakan suplai gas sebagaimana cadangan potensi hingga 61 tahun ke depan.
Disamping pemanfaatan energi baru terbarukan PLTA Pump Storage, dan panas bumi.
Untuk meningkatkan keandalan dan efesien system tenaga listrik akan dibangun
interkoneksi jaringan transmisi Indonesia, dimana saat ini kita hanya mempunyai 7 sistem
jaringan interkoneksi dan lebih dari 600 sistem yang masih isolated/terpisah.
Tahap terakhir atau rencana jangka panjang untuk mencapai target tahun 2020,
pembangunan pembangkit dengan memanfaatkan energi baru nuklir untuk pembangkit
listrik. Akan dibangun perluasan transmisi di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Dan
interkoneksi antar Sumatera dengan Malaysia Barat dan Kalimantan Barat dengan Malaysia
Timur (cross border interconnection).
C. SOLUSI
Upaya menambah pembangkit sebenarnya telah dilakukan pemerintah. Namun
membutuhkan proses yang lama dan anggaran yang besar. Apalagi saat ini PLN sedang
mengalami kerugian dan menanggung utang yang cukup besar. Hal ini tak lepas dari akibat
praktek KKN yang masih melekat pada birokrasi dan kepengurusan PLN. Oleh karena itu,
kerja sama dan partisipasi berbagai pihak sangat diperlukan untuk mengatasi krisis energy
listrik ini.
Berbagai upaya perlu untuk mengatasi krisis energi listrik ini secara simultan dan
terstruktur. Adapun langkah strategis yang dapat dilakukan diantaranya perbaikan sistem
distribusi listrik, mengurangi ketergantungan kepada BBM sebagai bahan bakar pembangkit
tenaga listrik, internalisasi hidup hemat kepada khalayak baik dari mulai level rumah sampai
perusahaan besar, dan perapihan internal pengurus PLN.
1. Perbaikan Sistem Distribusi Listrik
Saat ini sistem distribusi listrik yang digunakan oleh PLN umumnya adalah sistem
sentralisasi listrik. Sistem tersebut ternyata dapat membawa dampak buruk dalam distribusi
listrik di Indonesia. Diantaranya menyebabkan banyaknya wilayah yang sulit dicapai oleh
jaringan listrik dan faktor geologisnya buruk, tidak dapat menikmati listrik. Selain itu, dapat
juga menyebabkan terjadinya penyusutan tenaga listrik, tidak stabilnya tegangan listrik
hingga pada pemadaman aliran listrik yang berakibat seluruh wilayah yang bergantung pada
gardu tertentu akan mengalami black out.
Contoh kasus listrik terbesar yang terjadi adalah mati listrik Jawa-Bali pada 18
Agustus 2005 di Indonesia, di mana listrik di Jakarta dan Banten mati total selama tiga jam.
Mati listrik ini terjadi akibat kerusakan di jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET) 500 KV Jawa-Bali. Dampak yang diakibatkan antara lain : Sebanyak 42
perjalanan kereta rel listrik (KRL) rute Jakarta-Bogor-Tanggerang-Bekasi dibatalkan.
Sebanyak 26 KRL yang sedang beroperasi tertahan di beberapa perlintasan. Potensi
kehilangan pendapatan mencapai Rp 200 juta. Di Bandara Soekarno-Hatta gangguan listrik
berlangsung sekitar empat jam dan menyebabkan 15 penerbangan tertunda. PLN
memperkirakan ada sekitar 3,2 juta pelanggan yang terkena pemadaman total, terutama di
daerah Jakarta dan Banten.
Mati listrik bagi masyarakat pada umumnya bila dilihat sepintas memang merupakan
hal yang sepele, tapi bayangkan jika hal ini terjadi pada sebuah pabrik produksi skala besar
atau pusat perbelanjaan dan perkantoran yang tidak dapat ‘hidup’ tanpa pasokan listrik.
Satu menit aliran listrik sangat berarti bagi mereka. Gara-gara mati listrik, satu pekerjaan
terhambat akan membuat efek domino hingga pekerjaan lain pun terhambat. Bila hal ini
dibiarkan, kegiatan perekonomian, pendidikan, dan bidang vital lainnya akan terganggu.
Meninjau masalah di atas, sangatlah diperlukan suatu sistem baru yang dapat
menyokong penyediaan energi listrik saat ini. Suatu sistem yang dapat menjangkau seluruh
pelosok tanah air. Itulah sistem desentralisasi listrik. Sistem ini menggunakan pembangkit
listrik berskala kecil yang terdesentralisasi (tersebar) di seluruh daerah rawan listrik dan
membutuhkan pasokan listrik yang besar. Saat ini alat untuk mendukung sistem
desentralisasi listrik telah tersedia, misalnya turbin gas mikro, dan mikro hidro. Yang perlu
dilakukan sekarang adalah bagaimana PLN, para akademisi, dan investor melakukan kaji
ulang dan mengimplementasi sistem tersebut.
2. Kurangi Ketergantungan kepada BBM
BBM merupakan sumber daya yang tak dapat diperbarui yang semakin lama akan
semakin berkurang persediaannya. Oleh karena itu, ketergantungan terhadap BBM sebagai
bahan bakar pembangkit tenaga listrik harus dikurangi. Pemenuhan kebutuhan energi yang
tergantung pada BBM sering kali mengganggu pasokan energi nasional, apalagi jika terjadi
kelangkaan atau meningkatnya harga BBM di pasar internasional.
Selama 2-3 tahun terakhir ini harga minyak mentah di dunia meningkat. Pasokan
listrik akan berkurang dan subsidi listrik pun meningkat. Perlu diketahui bahwa cadangan
minyak bumi di tanah air hanya tinggal 1,2 % dari cadangan minyak bumi dunia. Kalau tidak
ada penemuan baru, maka cadangan kita tinggal hanya bertahan sampai 20 tahun. Gas
tinggal sekitar 60 tahun saja, kalau tidak ada penemuan baru. Batu bara lebih panjang dari
itu, masih 150 tahun lagi. (Sambutan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam
Peresmian PLTU Tanjung Jati B Jepara, Jawa Tengah).
Upaya mengurangi pemanfaatan minyak bumi dan beralih pada sumber energi lain,
terutama sumber energi non fosil dan energi terbarukan perlu kita lakukan. Indonesia
memiliki cadangan sumber energi non fosil yang cukup melimpah, namun belum
dimanfaatkan secara optimal, misalnya bahan bakar nabati dari jarak, singkong, tebu,
kelapa sawit, dan sampah.
Salah satu perkembangan teknologi yang mendukung penyediaan energy saat ini
adalah pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa). Beberapa waktu lalu ITB telah membuat
PLTSa walaupun ada pro dan kontra.
Sebagai tambahan, saat ini sampah telah menjadi masalah besar terutama di kota-
kota besar di Indonesia. Hingga tahun 2020 mendatang, volume sampah perkotaan di
Indonesia diperkirakan akan meningkat lima kali lipat. Tahun 1995, menurut data yang
dikeluarkan Asisten Deputi Urusan Limbah Domestik, Deputi V Menteri Lingkungan Hidup,
Chaerudin Hasyim, di Jakarta baru-baru ini, setiap penduduk Indonesia menghasilkan
sampah rata-rata 0,8 kilogram per kapita per hari, sedangkan pada tahun 2000 meningkat
menjadi 1 kilogram per kapita per hari. Pada tahun 2020 mendatang diperkirakan mencapai
2,1 kilogram per kapita per hari. (kompas, 18/09/’03). Semoga dengan adanya PLTSa ini,
persoalan sampah dapat terselesaikan sekaligus krisis energi listrik dapat tertangani.
3. Internalisasi Hidup Hemat
Pemborosan merupakan salah satu penyebab terbesar krisis energy listrik yang
terkadang dirasakan kecil pengaruhnya. Padahal bila kita kalkulasikan secara kumulatif,
energy yang terbuang secara sia-sia akibat pemborosan listrik ini sungguh besar. Mengutip
kata-kata bijak dari Bapak H. Usep Romli dalam artikel Pikiran Rakyat 23 April 2006, bahwa
perkara kecil memang suka dianggap sepele dan tak penting. Justru yang kecil itulah, yang
tak ditangani serius, yang akan mengubah situasi dan kondisi secara fatal. Virus hanya
sebentuk makhluk kecil yang dikategorikan mikroskopis. Hanya dapat dilihat dengan
mikroskop berkekuatan lipat-ganda. Tetapi dari virus itulah muncul aneka macam penyakit.
Terutama flu, baik flu manusia maupun flu burung yang menghebohkan itu. Dalam sejarah
Arab pra-Islam, pasukan gajah Abrahah dikalahkan oleh burung-burung “ababil” yang kecil-
kecil. Dalam sejarah Mesir Kuno, seorang Firaun dikalahkan oleh serangan kutu-kutu kecil
dan katak-katak kecil. Oleh karena itu, janganlah menyepelekan yang hal kecil.
Saat ini, jumlah kerugian akibat pemborosan listrik mencapai triliunan rupiah. Kondisi
memiriskan ini, memaksa kita berhemat untuk memakai listrik. Sampai-sampai ketika 2
tahun yang lalu para pejabat negara dan pihak-pihak dari instansi mencanangkan gerakan
hemat listrik
di kantornya. Gerakan itu merupakan pengejawantahan dari Inpres No 10 Tahun 2005
tentang Penghematan Energi yang dikeluarkan Presiden, Susilo Bambang Yudhoyono pada
10 Juli 2005.
Memang terjadi telah penghematan yang cukup signifikan, terutama pada instansi
pemerintah. Namun seiring dengan waktu, gerakan hemat listrik ini tinggal sejarah. Pola
konsumsi listrik berlebihan dan tidak berdaya guna, kembali menjadi kebiasaan di mana-
mana. Di gedung pemerintahan sekalipun, itu hanya tinggal sebatas imbauan di atas kertas
yang ditempel di dinding-dinding kantor. Di sana, lampu dibiarkan tetap menyala –bahkan
disengaja untuk dihidupkan– kendati cahaya mentari sudah cukup memberi terang pada tiap
ruang. Gerakan ini idealnya tetap dilaksanakan dan harus dilaksanakan. Tapi, perlu adanya
kerjasama antara pihak pemerintah, LSM, para pelajar, dan media untuk menyuarakan
gerakan hemat listrik secara berkelanjutan.
Untuk menghemat energi listrik masyarakat disarankan untuk mengurangi
penggunaan alat elektronik yang banyak menyedot daya listrik, seperti kulkas, mesin cuci,
AC dan mesin pompa air. Diharapkan juga untuk menggunakan lampu hemat energi (LHE).
Komparasi penggunaan LHE jauh berbeda dengan lampu pijar biasa. Bagi pengguna LHE,
misalnya dengan daya 900 watt bisa menghemat biaya 10.000 sampai 12.000 rupiah per
bulan. Rekening listrik yang dibayarkanpun akan semakin berkurang.
4. Perapihan dan Transparansi Internal Pengurus PLN
Dibandingkan dengan negara-negara lain, harga pokok listrik di Indonesia tergolong
tidak efisien. Harga pokok listrik di Indonesia mencapai 6,5 sen dollar AS per kWh, masih
lebih tinggi daripada negara-negara lain di sekitarnya. Seperti Malaysia dengan biaya
listriknya hanya 6,2 sen dollar AS per kWh, Thailand hanya 6,0 sen dollar AS per kWh,
Vietnam 5,2 sen dollar AS per kWh.
Jika dibandingkan dengan berbagai inovasi yang dilakukan swasta dalam mengatasi
energinya sendiri, tidak sedikit biaya produksi listrik swasta lebih rendah dari PLN, terutama
listrik untuk kebutuhan perusahaan sendiri. Namun, karena PLN masih bersifat monopoli,
tidak ada pembanding dan tidak ada tekanan terhadap PLN untuk melakukan efisiensi.
Yang terjadi selama ini dalam sejarah PLN tidak lain adalah rangkaian KKN, yang
memeras sumber daya perusahaan ini. Pembangkit swasta bernuansa KKN dipaksakan
masuk ke PLN dengan harga penjualan daya listrik lebih tinggi dari harga PLN, yang dijual
kepada masyarakat. Pengadaan mesin yang tidak efisien banyak terjadi di lingkungan PLN.
Hasil audit BPK yang telah menurunkan defisit yang diajukan PLN sebenarnya masih
bisa menemukan titik kritis lebih jauh lagi di dalam sistem tubuh PLN, terutama masalah
inefisiensi. Biaya yang diajukan PLN terlalu besar, yakni sebesar 93,2 triliun rupiah, tanpa
ada upaya efisiensi semaksimal mungkin
Dalam hal ini, PLN ditantang untuk bisa berlaku transparan terhadap besaran BPP
yang ditanggungnya. Hal ini diperlukan agar masyarakat bisa mengetahui seberapa besar
biaya pruduksi yang ditanggung PLN untuk memproduksi listrik. Dari situ dapat diketahui
pula apakah PLN sudah melakukun efisiensi dan efektivitas dalam manajemen. Di samping
perlu juga dilakukan evaluasi soal sejauh mana upaya PLN dalam mencegah pencurian
listrik.
5. Listrik Prabayar
Lewat layanan Listrik Prabayar yang diberi judul Prabayar Merupakan Solusi Kreatif
Menyelesaikan Masalah, PLN dinilai memiliki inovasi yang mampu memberikan kemudahan,
kepraktisan dan kenyamanan bagi masyarakat dalam berlangganan listrik PLN.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proyek percepatan pembangunan pembangkit listrik di Indonesia harus didukung
oleh setiap lapisan masyarakat. Jangan ada lagi daerah yang menolak tempatnya dibangun
pembangkit-pembangkit listrik skala besar non-BBM. Sebaliknya, pemerintah daerah jangan
lagi mengijinkan pihak swasta untuk membangun proyek pembangunan pembangkit listrik
berbahan bakar BBM untuk menyelesaikan masalah krisis listrik di daerahnya.
Seluruh wilayah di Indonesia harus dapat menikmati listrik secara berkecukupan
agar pertumbuhan ekonomi di setiap daerah bisa meningkat dengan merata. Tugas
selanjutnya setelah semua daerah di Indonesia terlistriki adalah membuat sistem
interkoneksi yang menghubungkan seluruh pulau di Indonesia. Apabila percepatan
pembangunan infrastruktur kelistrikan ini berjalan dengan baik, hal ini memungkinkan kita
untuk menghemat energi nasional.
B. SARAN
Telah terdapat beberapa langkah strategis yang dijelaskan di atas, namun itu semua
tidak akan bermakna manakala tidak adanya kerjasama antara pihak pemerintah,
masyarakat, dan instansi terkait dalam menangani krisis energi listrik. Oleh karena itu,
kerjasama antara pihak-pihak tersebut amatlah penting. Mulai dari penanaman budaya
hemat listrik, sampai masalah teknis penanganan dan pengelolaan sistem distribusi listrik
baik dalam hal pemakaian pembangkit listrik maupun akuntabilitas finansialnya yang
diharapkan lebih transparan. Semoga krisis energi listrik tidak terjadi lagi di negara kita
tercinta ini.