bab ii distribusi frekuensi

23
BAB II PEMBAHASAN DISTRIBUSI FREKUENSI Hasil pengukuran yang kita peroleh disebut dengan data mentah. Besarnya hasil pengukuran yang kita peroleh biasanya bervariasi. Apabila kita perhatikan data mentah tersebut, sangatlah sulit bagi kita untuk menarik kesimpulan yang berarti. Untuk memperoleh gambaran yang baik mengenai data tersebut, data mentah tersebut perlu di olah terlebih dahulu. Pada saat kita dihadapkan pada sekumpulan data yang banyak, seringkali membantu untuk mengatur dan merangkum data tersebut dengan membuat tabel yang berisi daftar nilai data yang mungkin berbeda (baik secara individu atau berdasarkan pengelompokkan) bersama dengan frekuensi yang sesuai, yang mewakili berapa kali nilai-nilai tersebut terjadi. Daftar sebaran nilai data tersebut dinamakan dengan Daftar Frekuensi atau Sebaran Frekuensi (Distribusi Frekuensi). Dengan demikian, distribusi frekuensi adalah daftar nilai data (bisa nilai individual atau nilai data yang sudah dikelompokkan ke dalam selang interval tertentu) yang disertai dengan nilai frekuensi yang sesuai. Pengelompokkan data ke dalam beberapa kelas dimaksudkan agar ciri-ciri penting data tersebut dapat segera terlihat. 1

Upload: irfan-anak-naburju

Post on 13-Aug-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Distribusi Frekuensi

BAB II

PEMBAHASAN

DISTRIBUSI FREKUENSI

Hasil pengukuran yang kita peroleh disebut dengan data mentah. Besarnya hasil

pengukuran yang kita peroleh biasanya bervariasi. Apabila kita perhatikan data mentah

tersebut, sangatlah sulit bagi kita untuk menarik kesimpulan yang berarti. Untuk

memperoleh gambaran yang baik mengenai data tersebut, data mentah tersebut perlu di

olah terlebih dahulu.

Pada saat kita dihadapkan pada sekumpulan data yang banyak, seringkali

membantu untuk mengatur dan merangkum data tersebut dengan membuat tabel yang

berisi daftar nilai data yang mungkin berbeda (baik secara individu atau berdasarkan

pengelompokkan) bersama dengan frekuensi yang sesuai, yang mewakili berapa kali

nilai-nilai tersebut terjadi. Daftar sebaran nilai data tersebut dinamakan dengan Daftar

Frekuensi atau Sebaran Frekuensi (Distribusi Frekuensi).

Dengan demikian, distribusi frekuensi adalah daftar nilai data (bisa nilai

individual atau nilai data yang sudah dikelompokkan ke dalam selang interval tertentu)

yang disertai dengan nilai frekuensi yang sesuai.

Pengelompokkan data ke dalam beberapa kelas dimaksudkan agar ciri-ciri penting

data tersebut dapat segera terlihat. Daftar frekuensi ini akan memberikan gambaran yang

khas tentang bagaimana keragaman data. Sifat keragaman data sangat penting untuk

diketahui, karena dalam pengujian-pengujian statistik selanjutnya kita harus selalu

memperhatikan sifat dari keragaman data. Tanpa memperhatikan sifat keragaman data,

penarikan suatu kesimpulan pada umumnya tidaklah sah.

1

Page 2: Bab II Distribusi Frekuensi

Sebagai contoh, perhatikan contoh data pada Tabel 1. Tabel tersebut adalah daftar

nilai ujian Matakuliah Statistik dari 80 Mahasiswa (Sudjana, 19xx).

Tabel 1. Daftar Nilai Ujian Matakuliah Statistik

7949487481988780

8084907091938278

7071923856817473

6872855165938386

9035837374438688

9293767190726775

8091617297918881

7074999580597177

6360838260678963

7663887066887975

Sangatlah sulit untuk menarik suatu kesimpulan dari daftar data tersebut. Secara

sepintas, kita belum bisa menentukan berapa nilai ujian terkecil atau terbesar. Demikian

pula, kita belum bisa mengetahui dengan tepat, berapa nilai ujian yang paling banyak

atau berapa banyak mahasiswa yang mendapatkan nilai tertentu. Dengan demikian, kita

harus mengolah data tersebut terlebih dulu agar dapat memberikan gambaran atau

keterangan yang lebih baik.

Bandingkan dengan tabel yang sudah disusun dalam bentuk daftar frekuensi

(Tabel 2a dan Tabel 2b). Tabel 2a merupakan daftar frekuensi dari data tunggal dan

Tabel 2b merupakan daftar frekuensi yang disusun dari data yang sudah di kelompokkan

pada kelas yang sesuai dengan selangnya. Kita bisa memperoleh beberapa informasi atau

karakteristik dari data nilai ujian mahasiswa.

2

Page 3: Bab II Distribusi Frekuensi

Tabel 2a.

No Nilai Ujian Frekuensi

xi fi

1 35 1

2 36 0

3 37 0

4 38 1

: : :

16 70 4

17 71 3

: : 1

42 98 1

43 99 1

Total 80

Pada Tabel 2a, kita bisa mengetahui bahwa ada 80 mahasiswa yang mengikuti

ujian, nilai ujian terkecil adalah 35 dan tertinggi adalah 99. Nilai 70 merupakan nilai yang

paling banyak diperoleh oleh mahasiswa, yaitu ada 4 orang, atau kita juga bisa

mengatakan ada 4 mahasiswa yang memperoleh nilai 70, tidak ada satu pun mahasiswa

yang mendapatkan nilai 36, atau hanya satu orang mahasiswa yang mendapatkan nilai 35.

3

Page 4: Bab II Distribusi Frekuensi

Tabel 2b.

Kelas ke- Nilai Ujian Frekuensi fi

1 31 – 40 2

2 41 – 50 3

3 51 – 60 5

4 61 – 70 13

5 71 – 80 24

6 81 – 90 21

7 91 – 100 12

Jumlah 80

Tabel 2b merupakan daftar frekuensi dari data yang sudah dikelompokkan. Daftar

ini merupakan daftar frekuensi yang sering digunakan. Kita sering kali mengelompokkan

data contoh ke dalam selang-selang tertentu agar memperoleh gambaran yang lebih baik

mengenai karakteristik dari data. Dari daftar tersebut, kita bisa mengetahui bahwa

mahasiswa yang mengikuti ujian ada 80, selang kelas nilai yang paling banyak diperoleh

oleh mahasiswa adalah sekitar 71 sampai 80, yaitu ada 24 orang, dan seterusnya. Hanya

saja perlu diingat bahwa dengan cara ini kita bisa kehilangan identitas dari data aslinya.

Sebagai contoh, kita bisa mengetahui bahwa ada 2 orang yang mendapatkan nilai antara

31 sampai 40. Meskipun demikian, kita tidak akan tahu dengan persis, berapa nilai

sebenarnya dari 2 orang mahasiswa tersebut, apakah 31 apakah 32 atau 36 dst.

4

Page 5: Bab II Distribusi Frekuensi

Ada beberapa istilah yang harus dipahami terlebih dahulu dalam menyusun daftar

frekuensi.

Tabel 3.

Kelas ke-Selang

Nilai Ujian Batas Kelas

Nilai Kelas

(xi)

Frekuensi

(fi)

1 31 – 40 30.5 – 40.5 35.5 2

2 41 – 50 40.5 – 50.5 45.5 3

3 51 – 60 50.5 – 60.5 55.5 5

4 61 – 70 60.5 – 70.5 65.5 13

5 71 – 80 70.5 – 80.5 75.5 24

6 81 – 90 80.5 – 90.5 85.5 21

7 91 – 100 90.5 – 100.5 95.5 12

Jumlah 80

Range : Selisih antara nilai tertinggi dan terendah. Pada contoh ujian di atas, Range = 99

– 35 = 64

Batas bawah kelas: Nilai terkecil yang berada pada setiap kelas. (Contoh: Pada Tabel 3

di atas, batas bawah kelasnya adalah 31, 41, 51, 61, …, 91)

Batas atas kelas: Nilai terbesar yang berada pada setiap kelas. (Contoh: Pada Tabel 3 di

atas, batas bawah kelasnya adalah 40, 50, 60, …, 100)

Batas kelas (Class boundary): Nilai yang digunakan untuk memisahkan antar

kelas, tapi tanpa adanya jarak antara batas atas kelas dengan batas bawah kelas

berikutnya. Contoh: Pada kelas ke-1, batas kelas terkecilnya yaitu 30.5 dan terbesar 40.5.

Pada kelas ke-2, batas kelasnya yaitu 40.5 dan 50.5. Nilai pada batas atas kelas ke-1

(40.5) sama dengan dan merupakan nilai batas bawah bagi kelas ke-2 (40.5). Batas kelas

selalu dinyatakan dengan jumlah digit satu desimal lebih banyak daripada data

5

Page 6: Bab II Distribusi Frekuensi

pengamatan asalnya. Hal ini dilakukan untuk menjamin tidak ada nilai pengamatan

yang jatuh tepat pada batas kelasnya, sehingga menghindarkan keraguan pada kelas mana

data tersebut harus ditempatkan. Contoh: bila batas kelas di buat seperti ini:

Kelas ke-1 : 30 – 40

Kelas ke-2 : 40 – 50

dst.

Apabila ada nilai ujian dengan angka 40, apakah harus ditempatkan pada kelas-1 ataukah

kelas ke-2?

Panjang/lebar kelas (selang kelas): Selisih antara dua nilai batas bawah kelas

yang berurutan atau selisih antara dua nilai batas atas kelas yang berurutan atau selisih

antara nilai terbesar dan terkecil batas kelas bagi kelas yang bersangkutan. Biasanya lebar

kelas tersebut memiliki lebar yang sama. Contoh:

lebar kelas = 41 – 31 = 10 (selisih antara 2 batas bawah kelas yang berurutan) atau

lebar kelas = 50 – 40 = 10 (selisih antara 2 batas atas kelas yang berurutan) atau

lebar kelas = 40.5 – 30.5 = 10. (selisih antara nilai terbesar dan terkecil batas kelas pada

kelas ke-1)

Nilai tengah kelas: Nilai kelas merupakan nilai tengah dari kelas yang bersangkutan

yang diperoleh dengan formula berikut: ½ (batas atas kelas+batas bawah kelas). Nilai

ini yang dijadikan pewakil dari selang kelas tertentu untuk perhitungan analisis statistik

selanjutnya. Contoh: Nilai kelas ke-1 adalah ½(31+40) = 35.5

6

Page 7: Bab II Distribusi Frekuensi

Banyak kelas: Sudah jelas! Pada tabel ada 7 kelas.

Frekuensi kelas: Banyaknya kejadian (nilai) yang muncul pada selang kelas

tertentu. Contoh, pada kelas ke-1, frekuensinya = 2. Nilai frekuensi = 2 karena pada

selang antara 30.5 – 40.5, hanya ada 2 angka yang muncul, yaitu nilai ujian 31 dan 38.

Teknik pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi (TDF)

Distribusi frekuensi dibuat dengan alasan berikut:

kumpulan data yang besar dapat diringkas

kita dapat memperoleh beberapa gambaran mengenai karakteristik data, dan

merupakan dasar dalam pembuatan grafik penting (seperti histogram).

Banyak software (teknologi komputasi ) yang bisa digunakan untuk membuat tabel

distribusi frekuensi secara otomatis. Meskipun demikian, di sini tetap akan diuraikan

mengenai prosedur dasar dalam membuat tabel distribusi frekuensi.

Langkah-langkah dalam menyusun tabel distribusi frekuensi:

Urutkan data, biasanya diurutkan dari nilai yang paling kecil

o Tujuannya agar range data diketahui dan mempermudah penghitungan

frekuensi tiap kelas!

Tentukan range (rentang atau jangkauan)

o Range = nilai maksimum – nilai minimum

Tentukan banyak kelas yang diinginkan. Jangan terlalu banyak/sedikit, berkisar

antara 5 dan 20, tergantung dari banyak dan sebaran datanya.

o Aturan Sturges:

o Banyak kelas = 1 + 3.3 log n, dimana n = banyaknya data

Tentukan panjang/lebar kelas interval (p)

o Panjang kelas (p) = [rentang]/[banyak kelas]

Tentukan nilai ujung bawah kelas interval pertama

7

Page 8: Bab II Distribusi Frekuensi

Pada saat menyusun TDF, pastikan bahwa kelas tidak tumpang tindih sehingga setiap

nilai-nilai pengamatan harus masuk tepat ke dalam satu kelas. Pastikan juga bahwa tidak

akan ada data pengamatan yang tertinggal (tidak dapat dimasukkan ke dalam kelas

tertentu). Cobalah untuk menggunakan lebar yang sama untuk semua kelas, meskipun

kadang-kadang tidak mungkin untuk menghindari interval terbuka, seperti ” ≥ 91 ” (91

atau lebih). Mungkin juga ada kelas tertentu dengan frekuensi nol.

Contoh:

1. Kita gunakan prosedur di atas untuk menyusun tabel distribusi frekuensi nilai ujian

mahasiswa (Tabel 1).

Berikut adalah nilai ujian yang sudah diurutkan:

35 38 43 48 49 51 56 59 60 60

61 63 63 63 65 66 67 67 68 70

70 70 70 71 71 71 72 72 72 73

73 74 74 74 74 75 75 76 76 77

78 79 79 80 80 80 80 81 81 81

82 82 83 83 83 84 85 86 86 87

88 88 88 88 89 90 90 90 91 91

91 92 92 93 93 93 95 97 98 99

2. Range:

[nilai tertinggi – nilai terendah] = 99 – 35 = 64

3. Banyak Kelas:

Tentukan banyak kelas yang diinginkan.

Apabila kita lihat nilai Range = 64, mungkin banyak kelas

sekitar 6 atau 7.

Sebagai latihan, kita gunakan aturan Sturges.

banyak kelas = 1 + 3.3 x log(n)

= 1 + 3.3 x log(80)

= 7.28 ≈ 7

8

Page 9: Bab II Distribusi Frekuensi

4. Panjang Kelas:

Panjang Kelas = [range]/[banyak kelas]

= 64/7

= 9.14 ≈ 10

(untuk memudahkan dalam penyusunan TDF)

5. Tentukan nilai batas bawah kelas pada kelas pertama.

Nilai ujian terkecil = 35

Penentuan nilai batas bawah kelas bebas saja,

asalkan nilai terkecil masih masuk ke dalam kelas tersebut.

Misalkan: apabila nilai batas bawah yang kita pilih adalah 26,

maka interval kelas pertama: 26 – 35, nilai 35 tepat jatuh

di batas atas kelas ke-1. Namun apabila kita pilih

nilai batas bawah kelas 20 atau 25, jelas nilai terkecil, 35,

tidak akan masuk ke dalam kelas tersebut.

Namun untuk kemudahan dalam penyusunan dan pembacaan TDF,

tentunya juga untuk keindahan, he2.. lebih baik kita memilih

batas bawah 30 atau 31. Ok, saya tertarik dengan angka 31,

sehingga batas bawahnya adalah 31.

Dari prosedur di atas, kita dapat info sebagai berikut:

Banyak kelas : 7

Panjang kelas : 10

Batas bawah kelas : 31

Selanjutnya kita susun TDF:

Form TDF:

------------------------------------------------------------

Kelas ke- | Nilai Ujian | Batas Kelas | Turus | Frekuensi

------------------------------------------------------------

1 31 -

2 41 -

3 51 -

9

Page 10: Bab II Distribusi Frekuensi

: : -

6 81 -

7 91 -

------------------------------------------------------------

Jumlah ------------------------------------------------------------

Tabel berikut merupakan tabel yang sudah dilengkapi

Kelas ke- Nilai Ujian Batas KelasFrekuensi

(fi)

1 31 – 40 30.5 – 40.5 2

2 41 – 50 40.5 – 50.5 3

3 51 – 60 50.5 – 60.5 5

4 61 – 70 60.5 – 70.5 13

5 71 – 80 70.5 – 80.5 24

6 81 – 90 80.5 – 90.5 21

7 91 – 100 90.5 – 100.5 12

Jumlah 80

atau dalam bentuk yang lebih ringkas:

Kelas ke- Nilai Ujian Frekuensi

(fi)

1 31 – 40 2

2 41 – 50 3

3 51 – 60 5

4 61 – 70 13

5 71 – 80 24

6 81 – 90 21

7 91 – 100 12

Jumlah 80

10

Page 11: Bab II Distribusi Frekuensi

Distribusi Frekuensi Relatif dan Kumulatif

Variasi penting dari distribusi frekuensi dasar adalah dengan menggunakan nilai

frekuensi relatifnya, yang disusun dengan membagi frekuensi setiap kelas dengan total

dari semua frekuensi (banyaknya data). Sebuah distribusi frekuensi relatif mencakup

batas-batas kelas yang sama seperti TDF, tetapi frekuensi yang digunakan bukan

frekuensi aktual melainkan frekuensi relatif. Frekuensi relatif kadang-kadang dinyatakan

sebagai persen.

Frekuensi relatif =

Contoh: frekuensi relatif kelas ke-1:

fi = 2; n = 80

Frekuensi relatif = 2/80 x 100% = 2.5%

Kelas ke- Nilai Ujian Frekuensi relatif (%)

1 31 – 40 2.50

2 41 – 50 3.75

3 51 – 60 6.25

4 61 – 70 16.25

5 71 – 80 30.00

6 81 – 90 26.25

7 91 – 100 15.00

Jumlah 100.00

a. Distribusi Frekuensi kumulatif

Variasi lain dari distribusi frekuensi standar adalah frekuensi kumulatif. Frekuensi

kumulatif untuk suatu kelas adalah nilai frekuensi untuk kelas tersebut ditambah dengan

jumlah frekuensi semua kelas sebelumnya.

11

Page 12: Bab II Distribusi Frekuensi

Perhatikan bahwa kolom frekuensi selain label headernya diganti dengan

frekuensi kumulatif kurang dari, batas-batas kelas diganti dengan “kurang dari” ekspresi

yang menggambarkan kisaran nilai-nilai baru.

Nilai Ujian Frekuensi kumulatif kurang

dari

kurang dari 30.5 0

kurang dari 40.5 2

kurang dari 50.5 5

kurang dari 60.5 10

kurang dari 70.5 23

kurang dari 80.5 47

kurang dari 90.5 68

kurang dari 100.5 80

atau kadang disusun dalam bentuk seperti ini:

Nilai Ujian Frekuensi kumulatif kurang

dari

kurang dari 41 2

kurang dari 51 5

kurang dari 61 10

kurang dari 71 23

kurang dari 81 47

kurang dari 91 68

kurang dari 101 80

Variasi lain adalah Frekuensi kumulatif lebih dari. Prinsipnya hampir sama dengan

prosedur di atas.

12

Page 13: Bab II Distribusi Frekuensi

HISTOGRAM

Histogram adalah merupakan bagian dari grafik batang di mana skala horisontal

mewakili nilai-nilai data kelas dan skala vertikal mewakili nilai frekuensinya. Tinggi

batang sesuai dengan nilai frekuensinya, dan batang satu dengan lainnya saling

berdempetan, tidak ada jarak/ gap diantara batang. Kita dapat membuat histogram setelah

tabel distribusi frekuensi data pengamatan dibuat.

POLIGON FREKUENSI:

Poligon Frekuensi menggunakan segmen garis yang terhubung ke titik yang

terletak tepat di atas nilai-nilai titik tengah kelas. Ketinggian dari titik-titik sesuai dengan

frekuensi kelas, dan segmen garis diperluas ke kanan dan kiri sehingga grafik dimulai dan

berakhir pada sumbu horisontal.

13

Page 14: Bab II Distribusi Frekuensi

OGIVE

Ogive adalah grafik garis yang menggambarkan frekuensi kumulatif, seperti

daftar distribusi frekuensi kumulatif. Perhatikan bahwa batas-batas kelas dihubungkan

oleh segmen garis yang dimulai dari batas bawah kelas pertama dan berakhir pada batas

atas dari kelas terakhir. Ogive berguna untuk menentukan jumlah nilai di bawah nilai

tertentu. Sebagai contoh, pada gambar berikut menunjukkan bahwa 68 mahasiswa

mendapatkan nilai kurang dari 90.5.

14

Page 15: Bab II Distribusi Frekuensi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Data seringkali dinyatakan dalam bentuk daftar bilangan, namun kadangkala

dinyatakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi tunggal

merupakan cara untuk menyusun data yang relatif sedikit. Perhatikan contoh data berikut.

5, 4, 6, 7, 8, 8, 6, 4, 8, 6, 4, 6, 6, 7, 5, 5, 3, 4, 6, 6

8, 7, 8, 7, 5, 4, 9, 10, 5, 6, 7, 6, 4, 5, 7, 7, 4, 8, 7, 6

Dari data di atas tidak tampak adanya pola yang tertentu maka agar mudah dianalisis

data tersebut disajikan dalam tabel seperti di bawah ini. Daftar di atas sering disebut

sebagai distribusi frekuensi dan karena datanya tunggal maka disebut distribusi frekuensi

tunggal.

B. SaranPenulis mengharapkan kritik dan saran pembaca yang membngun diri penulis

demi kesempurnaan makalah ini. Dan juga semoga dapat dijadikan referensi bagi pembacanya.

15

Page 16: Bab II Distribusi Frekuensi

DAFTAR PUSTAKA

http://smartstat.wordpress.com/2010/03/29/distribusi-frekuensi/

http://12puby.blogspot.com/2012/04/distribusi-frekuensi-statistik-dasar.html

http://id.shvoong.com/exact-sciences/statistics/2027988-distribusi-frekuensi-statistik/

16