bab i dan ii

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas penting manusia dalam menjalani kehidupan. Sebagai bagian dari makhluk sosial yang syarat dengan keberagaman kebutuhan dan kepentingan serta harapan-harapan yang ingin dicapai manusia tidak lepas dari aktivitas komunikasi. Perawat sebagai salah satu profesi kesehatan yang mempunyai waktu paling lama berinteraksi dengan klien dituntut mempunyai mempunyai keterampilan komunikasi. Komunikasi verbal dan non verbal adalah salaing mendukung satu sama lain. Seperti anak-anak, perilaku non verbal sama pentingnya pada orang dewasa seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh dan nada suara memberi tanda tentang status emosional dari orang dewasa. Sedangkan komunikasi pada lansia yang harus diperhatikan yaitu faktor fisik, psikologi, dan keterampilan komunikasiyang tepat. Selain itu, dalam komunikasi terhadap lansia juga dibutuhkan keterampilan, di karenakan lansia mengalami berbagai penurunn diantaranya adalah mengalami penurunan fungsi pendengaran. Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer keperawatan dan sebagai yang selalu ada dalam proses manajemen keperawatan. 1

Upload: senja-tsamrotul

Post on 13-Aug-2015

189 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab I dan II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan aktivitas penting manusia dalam menjalani

kehidupan. Sebagai bagian dari makhluk sosial yang syarat dengan keberagaman

kebutuhan dan kepentingan serta harapan-harapan yang ingin dicapai manusia tidak

lepas dari aktivitas komunikasi. Perawat sebagai salah satu profesi kesehatan yang

mempunyai waktu paling lama berinteraksi dengan klien dituntut mempunyai

mempunyai keterampilan komunikasi.

Komunikasi verbal dan non verbal adalah salaing mendukung satu sama lain.

Seperti anak-anak, perilaku non verbal sama pentingnya pada orang dewasa seperti

ekspresi wajah, gerakan tubuh dan nada suara memberi tanda tentang status

emosional dari orang dewasa. Sedangkan komunikasi pada lansia yang harus

diperhatikan yaitu faktor fisik, psikologi, dan keterampilan komunikasiyang tepat.

Selain itu, dalam komunikasi terhadap lansia juga dibutuhkan keterampilan, di

karenakan lansia mengalami berbagai penurunn diantaranya adalah mengalami

penurunan fungsi pendengaran.

Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer

keperawatan dan sebagai yang selalu ada dalam proses manajemen keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari Komunikasi Asertif ?

2. Bagaimana proses Komunikasi ?

3. Bagaiman prinsip komunikasi manajer keperawatan ?

4. Apa saja Model Komunikasi ?

1

Page 2: bab I dan II

5. Apa saja Strategi Komunikasi Dalam Praktik Keperawatan Dirumah

Sakit ?

6. Bagaimana mengaplikasi Komunikasi Dalam Asuhan Keperawatan ?

7. Apa pengertiian dari sikap asertif ?

8. Apa tujuan dari Pelatihan Sikap Asertif ?

9. Apa saja ciri-ciri asertif ?

10. Apa saja unsur-unsur dari sikap asertif ?

11. Bagaimana sikap asertif perawat ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Komunikasi

Asertif dalam Keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai definisi

Komunikasi Asertif

b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai proses

Komunikasi

c. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai prinsip

komunikasi manajer keperawatan

d. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Model

Komunikasi

e. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Strategi

Komunikasi Dalam Praktik Keperawatan Dirumah Sakit

f. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasi Komunikasi Dalam

Asuhan Keperawatan

g. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai sikap asertif

h. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai tujuan dari

Pelatihan Sikap Asertif

i. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai ciri-ciri asertif

2

Page 3: bab I dan II

j. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai unsur-unsur

dari sikap asertif

k. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai sikap asertif

perawat

1.4 Manfaat Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, banyak sekali manfaat yang dapat di ambil.

Antara lain: mahasiswa memiliki pengetahuan tentang Komunikasi asertif dalam

keperawatan. Yang di harapkan dapat di aplikasikan dalam dunia kerja khususnya

dibidang keperawatan.

1.5 Metode dan Teknik Penulisan

Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu :

Jenis data : data yang dikumpulkan berupa data sekunder, yaitu data yang

dikumpulkan secara tidak langsung.

Cara pengumpulan data : dengan mencari data tersebut di internet dan

buku.

3

Page 4: bab I dan II

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi berasal dari kata “Communicare” (bahasa latin) yang artinya

memberitahukan. Sedangkan menurut bahasa inggris disebut Communication yang

artinya pertukaran informasi konsep, ide, perasaan antara dua atau lebih.

Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer keperawatan

dan sebagai yang selalu ada dalam proses manajemen keperawatan. Shannon dan

Weaver (1949) mendefinisikan komunikasi sebagai semua yang terjadi diantara 2

pikiran atau lebih. Karena tingkah laku adalah apa yang dipersepsikan oleh oarng

lain, maka semua tingkah laku adalah komunikasi,dan semua komuniksi adalah

menghasilkan tingkah laku.

Menurut Potter dan Perry (1993), Komunikasi merupakan proses kompleks

yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan

orang lain dan dunia sekitarnya. Dan menurut Tappen (1995) mendefinisikan bahwa

komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan dan pendapat dan

memberkan nasehat dimana terjadi diantara dua orang atau lebih yang sedang

bekerja sama.

2.1.2 Proses Komunikasi

Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapatnya menyusun dan

menghatarkan suatu pesan dengan cara yang gampang sehingga orang lain dapat

mengerti dan menerima. Karena komunikasi adalah sesuatu yang kompleks, banyak

model dipergunakan dalam menjelaskan bagaimana organisasi dan orang

berkomunikasi. Dasar model yang umum sebagaimana dalam gambar di bawah,

dimana setiap komunikasi pasti adanya pengirim pesan, dan menerima pesan.

4

Page 5: bab I dan II

Pesan tersebut dapat berupa verbal, tertulis, maupun non verbal. Pada proses ini

juga melibatkan suatu lingkungan internal dan eksternal, dimana komunikasi

dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi nilai – nilai , kepercayaan, temperamen,

dan tingkat stress pengerim pesan dan penerima pesan. Sedangkan factor

eksternalmeliputi kadaan cuaca, suhu, factor kekuasaan, dan waktu. Kedua belah

pihak (pengirim dan penerima pesan) harus pecan terhadap factor internal dan

eksternal, seperti persepsi dari komunikasi yang ditentukan oleh lingkungan yang

ada.

Gambar 1. Diagram proses komunikasi (Marquis & Huston, 1998: 290)

2.1.3 Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan

Walaupun komunikasi dalam suatu organisasi adalah sangat kompleks,

manajer dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap tersebut di bawah

ini :

a. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman tentang

siapa yang akan terkena dampak dari pengambilan keputusan yang telah

5

Faktor Internal

Factor Eksternal

Tertulis

Verbal

Faktor Eksternal

Non Verbal

Factor Internal

Komunikasi

Pesan

Komunikasi

Page 6: bab I dan II

dibuat. Oleh Karen aitu jaringan komunikasi formal dan informal perlu di

bangun antara manajer dan staf.

b. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagaia bagian

proses yang tak terpisahkan dlam kebijaksanaan organisasi. Jika bagian

lainnya akan terkena dampak akibat komunikasi, manajer harus konsultasi

tentang isi komunikasi dan meminta umpan balik dari orang ynag

kompeten sebelum melakukan suatu perubahan atau tindakan.

c. Komunikasi harus jelas, sederhana dan tepat.

d. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima

secara akurat. Salah satu cara untuk melaksanakan pada proses ini adalah

bertanya pada penerima pesan atau instruksi yang disampaikan.

e. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi

manajer. Hal yang perlu dilakukan adalah menerima semua informasi yang

disampaikan orang lain dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu

terhadap pesan yang disampaikan.

2.1.4 Model Komunikasi

a. Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam organisai. Dalam

mencapai setipa kebutuhan individu / staf, setiap organisasi telah

mengembangkan metode penulisa dalam mengkomunikasikan pelaksaan

pengelolaan, misalnya publikasi perusahaan, surat menyurat ke staf,

pembayaran, dan jurnal. Manajer harus terlibat dalam komunikasi tertulis,

khususnya kepada stafnya.

Menurut Asosiasi Pendidikan Kesehatan di Amerika (1988)

menyarankan bahwa komunikasi tertulis dan memo dalam suatu organisasi

meliputi :

1) Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai menulis

2) Menulis nama orang dalam tulisan Anda perlu dipertimbangkan

dampaknya.

3) Gunkan kata aktif, dimana akan mempunyai pengaruh yang baik.

6

Page 7: bab I dan II

4) Tulis kata yang sederhana, familier, spesifik dan nyata. Tulisan yanga

sederhana akan lebih mudah untuk dipahami dan memungkinkan untuk

dibaca orang lain.

5) Gunakan seminimal mungkin penggunaan kata - kata yang tidak

penting. Temukan cara yang baik untuk menggambarkan inti tulisan

sehingga orang lain mudah mengerti.

6) Tulis kalimat di bawah 20 kata dan masukan satu ide setipa kalimat.

Tulisan kalimat yang penting dan menjadi isu utama.

7) Berikan pembaca petunjuk; konsistensi penggunaan istilah dan pesan.

8) Atur isi tulisan secara sistematis.

9) Gunakan paragraf untuk mempermudah pembaca; untuk memo antara

8 – 10 baris; dan untuk surat tidak lebih dari 6 baris setiap paragraf.

10) Jelas; focus komunkasi didefinisikan secara jelas.

b. Komunikasi Secara Verbal

Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atas dan

bawahan baik secara formal dan informal. Mereka juga melakukan

komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik kepada individu

dlam kelompok dan presentasi secara formal.

Tujuan komunikasi verbal adalah “assertiveness”. Perilaku asertif adalah

suatu cara komunikasi yang memberikan kesempatan individu untuk

mengekspresikan perasaan secara langsung, jujur, dan cara yang sesuai

tanpa menyinggung perasaan orang lian yang tidak diajak komunikasi.

Hal yang harus dihindari pada komunikasi secara asertif adalah pasif,

agresif khususnya agresif yang tidak langsung. Komunikasi pasif akan

terjadi jika individu tidaj tertarik terhadapa topic atau karena enggan

berkomunikasi. Komunikasi agresif terjadi jika individu merasa superior

terhadap topic yang di bicarakan.

7

Page 8: bab I dan II

c. Komunikasi Non – Verbal

Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengna menggunakan

exspresi wajah pergerkkan tubuh, dan sikap tubuh atau “body language”.

Menurut Arnold & Boggs (1989) Karena komunikasi non verbal meliputi

komponen emosi terhadap pesan yang diterima atau disampaikan, maka

komunikasi non verbal lebih mengandung arti yang signifikasi

dibandingkan komunikasi verbal. Tetapi akan menjadi sesuatu yang

membahayakan jika komunikasi non verbal diartikan salah tanpa adanya

penjelasan secara verbal.

Dibawah ini adalah kunci bagian komunikasi non verbal yang dapat

terjadi tanpa atau dengan komunikasi verbal :

1) Lingkungan : tempat dimana komunikasi dilaksanakan merupakan

bagian penting pada proses komunikasi.

2) Penampilan : pemakaian pakaian, kosmetik, dan sesuatu yang menarik

merupakan bagian. Dari komunikasi yang perlu diidentifikasi.

3) Kontak mata : kontak mata memberikan makna terhadap kesediaan

seseorang untuk berkomunikasi.

4) Postur tubuh & Gesture : Bobot suatu pesan bias ditunjukan dengan

orang yang menunjukan telunjuknya, berdiri atau duduk.

5) Ekspresi wajah : komunikasi ynag efektif memerlukan suatu respon

yang setuju terhadap pesan yang disampaikan.

6) Suara : intonasi, volume, dan refleksi.cara tersebut menandakan bahwa

pesan dapat ditransfer dengan baik.

Manajer yang efektif akan melakukan komunikasi verbal dan non verbal,

supaya individu (atasan atau bawahan) akan dapat menerima pesan secara

jelas.

d. Komunikasi Via Telepon

Pada era millennium ini, manajer sangat ketergantungan melakukan

komunikasi dengan menggunakan telepon. Dengan kemudahan sarana

komunikasi tersebut, memungkinkan manajer untuk merespon setiap

perkembangan dan masalah dalam organisasi. Oleh karena itu untuk

8

Page 9: bab I dan II

menjaga citra organisasi, manajer dan semua staf, harus belajar dan

sopan serta menghargai setiap menjawab telepon. Jika orang lain harus

menunggu untuk berbicara, mka waktu yang diperlukan harus singkat

untuk menghindari kesan yang negatif.

2.1.5 Strategi Komunikasi Dalam Praktik Keperawatan Dirumah Sakit

Komunikasi pada tahapan ini, tidak hanya secara spesifik ditujukan melalui

strategi perencanaan. Tetapi ke 3 komponen harus menjadi perhatian yang sama,

yaitu : struktur, budaya, dan teknologi.

Pada struktur bertujuan untuk mencapai status praktik komunikasi yang

dapat direncanakan dan diterapkan oleh kelompok kerja.tetapi setiap struktur yang

ada harus ada kelompok klinik yang dirancang untuk pelaksanaan prinsip – prinsip

asuhan keperawatan pada pasien, keterampilan yang baik, dan dapat menbantu

dalam penyelasian suatu masalah pada organisasi.

Budaya dalam suatu organisasi bukan sesuatu yang mudah untuk diubah

dalam waktu yang sesaat, tetapi kita percaya kita akan bekerja dengan lingkungan

dan individu yang mempunyai budaya yang berbeda. Keadaan ini penting untuk

diperhatikan perubahan suatu budaya dalam manajeman adalah aspek yang penting

pada proses perubahan yang efektif.

Teknologi merupakan komponen ketiga dalam praktik komunikasi yang

efektif. Komunikasi interpersoanal dan secara organisasi sering diperlukan suatu

perantara, yang disebut teknologi elektronik dan penggunaan media tersebut akan

sangat bermanfaat pada masa yang akan datang. Setiap suatu perubahan di Rumah

Sakit harus selalu didukung terhadap perencanaan tentang HIS (Health Information

System) yang efektif. Komunikasi melalui teknologi akan selalu dipantau dan

dievaluasi pada setiap tahap proses perubahan.

9

Page 10: bab I dan II

Gambar 2. Diagram strategi komunikasi yang terbaik dalam praktik keperawatan

(Walker, Evans, And Robbson, 1996)

10

MISI ORGANISASI (terbaik dalam pelayanan, pendidikan, dan penelitian)

Penampilan praktek yang terbaik

Pendidikan BenchmarkingKomunikasiPenghargaan

Struktur TeknologiBudaya

Tujuan :

Peningkatan struktur kesehatan pasien & organisasi dalam meningkatkan kepuasan pasien dan perawat.

Pencapaian :

Struktur implementasi focus kepada klien

Struktur strategi manajemen strategic dalam implementasi.

Struktur / bagian kolaborasi klinik.

Tujuan :

Untuk mendukung komunikasi dalam pengambilan keputusan dan meningkatkan kepuasaan pasien & staf

Pencapaian :

System pembayaran

Jaringan dengan mobile phone, mata, dll.

Forum CEO

Jurnal.

Tujuan :

Focus pada pasien dan orang, dan nilai – nilai budaya.

Pencapaian :

Survey kepuasan staf

Strategi manajemen tentang nilai – nilai

Perkembangan fiosofi Rumah Sakit

Page 11: bab I dan II

2.1.6 Aplikasi Komunikasi Dalam Asuhan Keperawatan

Komunikasi dalam praktik keperawatan professional merupakan unsur

utama bagi perawat dalam melaksanakan asuahan keperawatan untuk mencapai

hasil yang optimal. Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi meliputi :

a. Komunikasi Dalam Timbang Terima

Pada saat timbang terima diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang

kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi dan yang

belum, serta respon pasien yang terjadi. Perawat memerlukan timbang

terima dengan berjalan bersama dengan perawat lainnya dan

menyampaikan kondisi pasein secara akuratndi dekat pasien. Cara ini

akan lebih efektif dari pada harus menghabiskan waktu orang lain untuk

membaca untuk membantu perawat dalam menerima timbang terima

secara nyata.

b. Interview / Ananmnesa

Anamnesa kepada pasien merupakan kegiatan yang selalu dilakukan

oleh perawat kepada pasien pada saat melaksanakan asuahn

keperawatan (proses keperawatan). Perawat melakukan anamnesa

kepada pasien, keluarga, dokter dan tim kerja lainnya. Interview adalah

suatu komunikasi denga tujuan tertentu untuk memperoleh data tentang

keadaan klien yang akan dipergunakan dalam mendukung masalah ynag

dihadapi pasien dan melaksanakan tindakan secara akurat. Oleh karena

itu interview adalah terencana, maka data yang didapatkan harus akurat

tanpa bias.

Prinsip yang harus diterapkan oleh perawat pada komunikasi ini adalah :

1) Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat. Ciptakan

suasana yang hangat, kekeluargaan.

2) Hindari interupsi. Komunikasi adalah suatu proses yang aktif yang

memerlukan suatu pernyataan yang focus dan perlu perhatian. Hindari

suatu interupsi atau gangguan yang timbul akibat dari lingkungan yang

gaduh.

11

Page 12: bab I dan II

3) Hindari respon dengan kata hanya “ ya atau tidak “. Respon tersebut

akan mengakibatkan tidak berjalannya komunikasi yang baik, karena

perawat kelihatan kurang tertarik dengan topic yang dibicarakan dan

enggan untuk berkomunikasi.

4) Jangan memonopoli pembicaraan. Meskipun kata – kata ya dan tidak

meninggalkan pesan negatif, tetapi kata – kata tersebut perlu

disampaikan dengan menambah kata – kata sesuai dengan topic yang

dibicarakan.

5) Hindari hambatan personal. Keberhasilan suatu komunikasi sangat

ditentukan oleh subjektifitas seseorang. Jika perawat sebelum

komunikasi menunjukan rasa tidak senang kepada klien, maka

keadaan ini akan berdampak terhadap hasil yang didapat selam

proses komunikasi.

c. Komunikasi Melalui Komputer

Computer merupakan suatu alat komunikasi cepat dan akurat pada

manajemen keparawatan saat ini. Penulisan data – data klien dalam

computer akan mempermudah perawat lain dalam mengidentifikasi

masalh pasien dan memberikan inetervensi yang akurat. Melalui

computer, informasi – informasi terbaru dapat cepat didapatkan dengan

menggunakan internet bila perawat mengalami kesulitan dalam

menangani masalah klien.

d. Komunikasi Tentang Kerahasiaan

Pasien yang masuk dalam system pelayanan kesehatan menyerahkan

rahasia dan rasa percaya kepada institusi. Perawat sering dihadapkan

pada suatu dilema dalam menyimpan rahasia pasien, disatu sisi

dibutuhkan informasi dengan orang lain, dilain pihak dia harus

memegang janji untuk tidak menyampaikan informasi tersebut kepada

siapapun.

e. Komunikasi Melalui Sentuhan

Komukasi melalui sentuhan kepada pasien merupakan metode dalam

mendekatkan hubungan antara pasien dan perawat. Sentuhan yang

12

Page 13: bab I dan II

diberikan oleh perawat juga dapat sebagai terapi bagi pasien, khususnya

pasien dengan depresi, kecemasan, dan kebingungan dalam mengambil

suatu keputusan. Tetapi yang perlu dicacat dalam sentuhan tersebut

adalah perbedaan jenis kelamin antara perawat dan pasien. Dalam

situasi ini perlu adanya persetujuan.

f. Dokumentasi Sebagai Alat Komunikasi

Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam

komunikasi keperawatan dalam memvalidasi asuhan keperawatan,

sarana komunikasi antar tim kesehatan lainnya, dan merupakan

dokumen paten dlam pemberian asuahan keperawatan.

Menurut Nursalam (2002) kapan saja perawat melihat pencacatan

kesehatan, perawat memberi dan menerima pendapat dan pemikiran. Dalam

kenyataannya, dengan semakin kompleknya pelayanan keperawatan dan

peningkatan kualitas keperawatan, perawat tidak hanya dituntut untuk meningkatkan

kualitas tetapi, dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Ketrampilan

dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan

kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan

akan dikerjakan oleh perawat.

Manfaat komunikasi dalam pendokumentasian adalah :

1) Dapat digunkan ulang untuk keperluan yang bermanfaat

2) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya dan tenaga

kesehatan apa tang sudah dan akan dilakukan kepada pasien

3) Manfaat dan data pasien yang akurat dan dapat dicacat.

g. Komunikasi Perawat Dan Tim Kesehatan Laninnya

Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan professional antar

perawat dan tim kesehatan lainnya : dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan lain –

lain. Pengembangan model praktek keperawatan professional merupakan

sarana peningkatan komunikasi antara perawat dan tim kesehatan

lainnya. Komunikasi yang dimaksudkan disini adalah adanya suatu

13

Page 14: bab I dan II

kejelasan dalam pemberian informasi dari masing – masing individu

sesuai dengan kedudukannya.

2.2 SIKAP ASERTIF

2.2.1Definisi Asertif

Sikap asertif adalah,dimana seseorang yang memiliki tingkah laku atau

perilaku asertif orang yang berpendapat dari orientasi dari dalam, memiliki

kepercayaan diri yang baik, dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang

sebenarnya tanpa rasa takut dan berkomunikasi dengan orang lain secara lancar.

Sebaliknya orang yang kurang asertif adalah mereka yang memiliki ciri terlalu

mudah mengalah/ lemah, mudah tersinggung, cemas, kurang yakin pada diri sendiri,

sukar mengadakan komunikasi dengan orang lain, dan tidak bebas mengemukakan

masalah atau hal yang telah dikemukakan. (Stresterhim dan Boer ;1980)

Menurut Suterlinah Sukaji (1983), perilakuasertif adalah perilaku seseorang

dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang tepat, jujur,

relative terus terang, dan tanpa perasaan cemas terhadap orang lain. Sementara

menurut Lange dan Jukubowski (1976), seperti yang dikutip oleh Calhoun

(1990), perilaku asertif merupakan perilaku sesorang dalam mempertahankan hak

pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keyakinan secara

langsung dan jujur dengan cara yang tepat.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif

adalah perilaku sesesorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut, emosi,

perasaan, pikiran serta keinginan dan kebutuhan secara terbuka, tegas dan jujur

tanpa perasaan cemas atau tegang terhadap orang lain, tanpa merugikan diri sendiri

dan orang lain.

Perilaku asertif diperlukan, sedikitnya jika dilihat dari dua sdut pandang: (1)

ini menunjukkan komunikasi yang terbuka, dewasa, dan langsung, yang

memungkinkan orang lain unuk melihat dan mengetahui perasaan seseorang, serta

meningkatkan harga diri (percell,1977) dan (2) merupakan cara yang “tidak terlalu

14

Page 15: bab I dan II

mahal” untuk menciptakan hubungan antar-pribadi yang efektif dari pada perilaku

pasif atau agresif.

2.2.2Tujuan dari Pelatihan Sikap Asertif

Menurut Wheeler (1977) tujuan dari pelatihan sikap asertif adalah untuk

mengajar orang tentang bagaimana menggunakan hak mereka, untuk membantu

mereka dalam mengembangkan berbagai perilaku, dan untuk membantu mereka

bertindak menurut minat terbaik mereka sendiri. Karena pelatihan sikap asertif ini

adalah metoda perilaku (bukan metoda yang berorientasi pada pemahaman), maka

tujuannya lebih bersifat induktif dari pada deduktif. Terdapat tiga tingkatan dimana

sikap asertif ini terjadi : teknik, pola respon, dan pola hidup. Penguatan terhadap

sikap asertif ini akan terjadi sementara seseorang belajar dan berlatih teknik-teknik

asertif. Membuat permintaan, mengatakan tidak, menerima pujian, dan

mengungkapkan kekhawatiran akan menjadi lebih mudah, sehinga orang akan lebih

menghargainya dirinya dan interaksi akan meningkat. Dan pada gilirannya, hal-hal

ini dapat menjuruskan ke pola respon asertif, dimana sikap asertif lebih menjadi

terasa wajar dan ditandai oleh ungkapan-ungkapan verbal dan nonverbal yang

terbuka. Pada tingkat kognitif yang paling rumit, seseorang dapat mengembangkan

pola hidup asertif , yang meliputi kesadaran intra dan interpersonal. Bila pelatihan

sikap asertif “ dilakukan” pada tingkat ini, hasil akhirnya sangat mirip dengan tujuan

dari banyak bentuk psiko-terapi manusia: yaitu kemudahan dalam hubungan

interpersonal: keselarasan pikiran, perasaan dan perilaku : dan kemauan menerima

tanggung jawab atas tindakan seseorang serta untuk menerima akibat dari tindakan

tersebut.

2.2.3 Ciri-Ciri Asertif

Komunikasi asertif memiliki cirri-ciri, sebagai berikut:

a. Terbuka dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain.

b. Mendengarkan pendapat orang lain dan memahaminya.

15

Page 16: bab I dan II

c. Menyatakan pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang

lain.

d. Mencari solusi bersama dan keputusan.

e. Menghargai diri sendiri dan orang lain dan mampu mengatasi konflik.

f. Menyatakan perasaan pribadi, jujur tetapi hati-hati.

g. Mempertahankan hak diri

Sedangkan, Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat sesorang

dikatakan mempunyai sikap asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata

maupun tindakan.

b. Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.

c. Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan

dengan baik.

d. Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap

pendapat orang lain, atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan

cenderung bersifat negatif.

e. Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika

membutuhkan.

f. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang

tidak menyenangkan dengan cara yang tepat.

g. Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.

h. Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap

berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin,

sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan tetap memiliki harga diri

(self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).

2.2.4 Unsur – Unsur Sikap Asertif

Secara garis besar, sikap asertif dapat terbagi menjadi dua unsur yaitu:

1. Unsur Verbal

16

Page 17: bab I dan II

Menurut Cololey dan Hollandworth (1977) telah menyebutkan

tiga unsur verbal dari pernyataan yang asertif :

a. Mengatakan tidak.

Pernyataan asertif dapat berupa inisiasi atau reaksi. Terdapat

cara-cara untuk mengatakan tidak secara asertif sebagai respon

terhadap permintaan terhadap orang lain. Banyak orang merasa

disudutkan ketika diminta untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin

mereka lakukan. Keluhan yang sering muncul adalah “ saya tidak

bisa berkata tidak”. Ada berbagai alasan dari orang tidak dapat atau

tidak mau mengatakan tidak ; beberapa merasa takut pada

kemarahan atau tidak diakui oleh orang lain ; beberapa takut

menyakiti perasaan orang lain : beberapa takut akan penolakan ;

dan beberapa merasa bahwa mengatakan tidak akan merusak

konsep diri mereka sebagai “ yang baik”.

Meskipun demikian, setiap orang akan merasa ingin atau

perlu untuk menolak kebaikan menimbulkan rasa tidak nyaman,

maka seseorang dapat secara tidak sengaja menjadi agresif atau

terlalu membenarkan penolakan. Sebuah aspek penting dari

mengatakan tidak secara asertif adalah bahwa penolakan dipahami

dan dipercaya. Mengatakan terlalu banyak akan membuat

seseorang tidak meyakinkan, dan mengatakan terlalu sedikit dapat

tampak sebagai penolakan. Tujuannya adalah mengatakan tidak

dengan tegas dan tanpa kompromi, sementara tetap mengakui hak

orang lain untuk meminta. Mengatakan tidak secara asertif berarti

seseorang dapat menolak sebuah permintaan dan memberi alasan

dari penolakannya sambil menunujukan bahwa orang lain tersbut

telah didengarkan ; “ saya mengerti bahwa anda benar-benar ingin

menukar waktu dinas dengan saya, tetapi saya tidak dapat

melakukannya pada hari kamis karena saya telah mempunyai

rencana lain.

b. Menunujukan sikap.

17

Page 18: bab I dan II

Unsur dari asertif ini bisa merupakan inisiasi atau respon

terhadap suatu situasi. Unsur kunci pada area ini adalah kejelasan

dari posisi seseorang, penghargaan diri dengan mana posisi tersebut

dinyatakan, dan pemahaman tentang posisi orang lain.

c. Meminta pertolongan.

Ketika meminta pertolongan, bersikap asertif berarti

menyatakan masalah dengan jelas dan membuat permintaan yang

khusus. Seberapa lama orang harus bertahan dengan permintaannya

adalah masalah penilaian : permintaan harus berakhir dengan

persetujuan atau dengan pemahaman mengapa tidaak dapat atau

tidak boleh disetujui. Jangan mengakhiri permintaan sebelum titik ini

dicapai.

d. Mengajukan hak.

Unsur kunci dari pengajuan hak ini hampir sama dengan

unsur kunci dari permintaan pertolongan ; menyatakan masalah,

membuat permintaan khusus untuk perbaikan atau perubahan, dan

bertahan sampai seseorang telah mengkomunikasikan sebuah hal

dengan efektif.

e. Ungkapan perasaan.

Meskipun perasaan sering muncul dan tampak dari perilaku

nonverbal, orang mungkin tidak mengetahui perasaan orang lain

kecuali jika perasaan itu diungkapkan melalui kata-kata.

2. Unsur Nonverbal

Menurut Serber (1977) menyebutkan bahwa unsur non-verbal

dari perilaku adalah sebagai berikut :

a. Kekerasan suara.

Berteriak atau berbisik bukanlah sikap asertif. Nada suara

tidak tergantung pada isi pesan yang dikirim. Nada yang asertif

harus keras dan tegas sehingga terdengar dengan jelas ; tetapi tidak

boleh terlalu keras sehingga memekakkan telinga penerima.

b. Kelancaran.

18

Page 19: bab I dan II

Kelancaran mengatakan kata-kata juga tergantung pada isi

pesan. Orang yang menggunakan terlalu banyak penghentian atau

kata-kata “pengisi” seperti “uh”,”eh”,”huh”, ‘anda tahu”, “seperti”, dan

sebagainya, cenderung dilihat sebagai orang yang ragu, sedangkan

orang yang berbicara terlalu cepat sering dialami oleh orang lain

sebagai orang yang terlalu membebani. Yang asertif adalah

kecepatan bicara yang sedang dan tidak terputus-putus.

c. Ungkapan tubuh.

Seperti ungkapan wajah, cara seseorang berdiri,duduk, atau

bergerak sebenarnya menyampaikan sekumpulan sikap yang

kompleks. Orang yang asertif dalam ungkapan tubuhnya akan

tampak santai tetapi tidak membungkuk, berdiri tegak tanpa menjadi

kaku, dan menggunakan tangan serta bahu untuk menekankan

pembicaraan mereka tanpa menjadi terlalu memaksa atau kasar.

d. Jarak.

Seberapa jauh seseorang berdiri dari orang lain ketika

berinteraksi akan berbeda-beda dalam setiap kebudayaan dan

setiap orang. Orang yang asertif dalam jarak mereka dari orang lain,

akan berdiri cukup dekat dengan dekat sehingga tidak banyak yang

dapat lewat diantara mereka dan penerima mereka (misalnya, tubuh

orang lain) tetapi tidak terlalu dekat sehingga “ memecahkan “

gelembung mereka.

e. Kontak mata.

Tidaklah mungkin untuk menjadi asertif bila tidak melihat

kepada penerima yang diharapkan. Kontak mata asertif berarti

bahwa seseorang mampu memandang wajah penerima secara

(hampir) terus menerus tetapi tanpa intensitas tertentu yang

membuat penerima merasa tertantang.

f. Ungkapan wajah.

Orang yang terkekeh-kekeh saat marah atau mengerutkan

dahi saat mengatakan sayang, akan ‘menghianati’ isi dari kata-kata

19

Page 20: bab I dan II

mereka. Bila marah, janganlah tersenyum; bila menunujukan

penghargaan, tersenyumlah. Meskipun ungkapan wajah sulit diukur

atau digambarkan, kebanyakan orang telah tersosialisasi untuk

mampu memilih ungkapan wajah yang cocok untuk menyelaraskan

kata-kata dengan irama, seringkali hal ini merupakan tanda dari

rasa tidak nyaman atau kecemasan ; karena keselarasan dan

kecemasan merupakan reaksi-reaksi eklusif yang saling

menguntungkan, maka menjadi selaras dapat membantu

mengurangi kecemasan.

2.2.5 Perilaku Asertif pada Perawat

Kebutuhan untuk pelatihan sikap asertif bagi para perawat telah

banyak dicatat, baik melalui praktek keperawatan di lapangan maupun

secara tertulis di literature (Clark, 1978, 1979; Pardue, 1980). Tetapi,

ungkapan kebutuhan ini selama ini terbatas untuk kepala manajer dan

perawat. Terdapat alasan untuk meyakini bahwa staf perawat, terutama

pada permulaan karir mereka, dapat memperoleh keuntungan dari latihan

sikap asertif,khususnya karena kebanyakan perawat adalah wanita, yang

seringkali merupakan korban dari semua akibat sosialisasi peran seksual,

yang dilaksanakan untuk menghambat perilaku asertif (Jakubowski-

Spector,1973). Lebih jauh lagi, bila perilaku asertif dipelajari sejak awal

karir seorang perawat, maka terdapat kemungkinan yang lebih besar untuk

berkembang selama berjalannya waktu. Perilaku yang dewasa ini

memampukan seseorang untuk menjadi calon yang lebih baik di posisi

administrasi dan menjadi lebih efektif pada posisi seperti itu.

Karekteristik pekerjaan keperawatan sedang berubah, sehingga

tercipta tuntutan untuk tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar

pada semua tingkat profesi keperawatan. Kebutuhan ini merubah konsep

diri professional dari para praktisi keperawatan. Terdapat berbagai alasan

mengapa pelatihan sikap asertif menarik minat para perawat: (1) para

20

Page 21: bab I dan II

perawat yang lebih menyukai sikap reaktif mungkin perlu lebih mengenal

dan mahir dalam keterampilan dan bahasa yang lebih aktif dan

berpartisipasi dalam pekerjaan mereka, (2) mereka yang mendukung peran

perawat yang professional dan primer mungkin akan menemukan bahwa

pelatihan sikap asertif akan berguna untuk memungkinkan perkembangan

sikap-sikap perilaku keperawatan yang bertanggung jawab, serta

keterampilan komunikasi yang efektif dan, (3) para professional

keperawatan yang peduli pada pandangan masyarakat terhadap

keperawatan mungkin dapat menemukan cara untuk mengkomunikasikan

sikap-sikap dan harapan-harapan mereka lebih jelas.

21