bab i dan ii

36
 BAB I PENDAHULUAN A. LA TA R BEL AK AN G MASA LA H Dalam bidang pendidikan, salah satu aspek yang mempengaruhi kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar adalah kedisiplinan. Disiplin adalah kunci keberhasilan dalam belajar. Upaya mendisiplinkan siswa tidaklah mudah sebab membutuhkan pemahaman dan dalam pelaksanaannya perlu ada kesadaran dari siswa yang tinggi agar mereka dapat maksimal dalam belajar. Dalam proses belajar mengajar di kelas kedisiplinan belajar merupakan kunc i suk ses proses bel ajar men gajar. Peny ele ngga raan peng ajaran di kelas menuntut adanya kedisiplina n anakan dalam belajar . Ketert iban dan kedisiplinan siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru merupakan suatu yang harus dikerjakan, diselesaikan oleh siswa sebagai usaha memenuhi tugas yang diberikan oleh guru. Dal am mem ber ikan pen gaja ran kep ada sis wa ten tang dis ipl in, bany ak cara dilakukan seseorang. Cara tersebut berbeda antara siswa satu dengan orang lain. Bagi para guru dengan memberikan gambaran yang jelas pada siswa tentang ked isip lin an dal am bel ajar , aga r sis wa ter sebu t mampu membukt ika n pot ensi  belajar yang baik. 1  1

Upload: wawan-haryanto

Post on 18-Jul-2015

968 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 1/36

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam bidang pendidikan, salah satu aspek yang mempengaruhi kegiatan

siswa dalam proses belajar mengajar adalah kedisiplinan. Disiplin adalah kunci

keberhasilan dalam belajar. Upaya mendisiplinkan siswa tidaklah mudah sebab

membutuhkan pemahaman dan dalam pelaksanaannya perlu ada kesadaran dari

siswa yang tinggi agar mereka dapat maksimal dalam belajar.

Dalam proses belajar mengajar di kelas kedisiplinan belajar merupakan

kunci sukses proses belajar mengajar. Penyelenggaraan pengajaran di kelas

menuntut adanya kedisiplinan anakan dalam belajar. Ketertiban dan kedisiplinan

siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru merupakan suatu yang

harus dikerjakan, diselesaikan oleh siswa sebagai usaha memenuhi tugas yang

diberikan oleh guru.

Dalam memberikan pengajaran kepada siswa tentang disiplin, banyak 

cara dilakukan seseorang. Cara tersebut berbeda antara siswa satu dengan orang

lain. Bagi para guru dengan memberikan gambaran yang jelas pada siswa tentang

kedisiplinan dalam belajar, agar siswa tersebut mampu membuktikan potensi

 belajar yang baik.

1

 

1

Page 2: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 2/36

 

Seorang guru harus mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap,

 pendapat, dan tingkah laku melalui mekanisme daya tarik bagi siswa agar dapat

mengikuti pola piker seorang guru. Komunikasi mengandung unsur ide dan

komunikasi sebagai dasar yang hakiki bagi manusia. Dengan demikian disiplin

tidak terlepas dari penyampaian berupa komunikasi antara siswa dan guru, danya

komunikasi maka akan terdorong keinginan untuk berbuat sesuai dengan norma-

norma kedisiplinan sangat diutamakan bagi seorang siswa.

Berdasarkan kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak 

ditemukan siswa yang kurang taat melaksanakan disiplin belajar.

Ketidakdisiplinan ini banyak faktor yang mempengaruhinya menurut Zakiyah

Darajat (2000:155) “antara lain faktor psikologis, perseorangan dan faktor sosial

dan lingkungan. Mengenai faktor psikologis perlu ada upaya-upaya mengatasinya

dengan pendekatan psikologis pula. Pendekatan psikologis untuk membantu

merubah perilaku tersebut diantaranya dengan bimbingan.

Menurut Thulus Hidayat (2007:26) bahwa bimbingan yang dilaksanakan

secara kelompok lebih efisien daripada secara individual, lebih-lebih bagi mata

 pelajaran yang membutuhkan kerja kelompok. Selain efisien, bimbingan secara

kelompok akan membantu proses perkembangan siswa.

Dalam kelompok, siswa berinteraksi dengan guru dan siswa-siswa yang

lain atau temannya. Interaksi sesama anak akan mempunyai arti tersendiri, karena

2

Page 3: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 3/36

 

sesame anak memiliki sifat-sifat yang unik, memiliki persamaan-persamaan,

dimana persamaan-persamaan ini dapat menimbulkan perasaan bersatu sehingga

mereka akan belajar dan bekerja bersama-sama dalam kelompok dengan baik.

Kerjasama yang baik akan menghasilkan tugas yang baik pula, sehingga dapat

meningkatkan prestasi mereka. Dalam kerja sama kelompok siswa dapat

 berdiskusi untuk memecahkan masalah-masalah yang menjadi penghambat

 belajar salah satunya ketidakdisiplinan dalam belajar.

Dalam kenyataan yang ada di lapangan, sering dijumpai bahkan masih

 banyak siswa yang pada saat jam pelajaran sekolah tidak mengikutinya,

membolos pergi ke tempat hiburan atau tempat lain. Bukan hanya itu, banyak 

ditemui anak-anak tidak mengenakan pakaian seragam yang sudah ditentukan

oleh sekolah. Berdasarkan pengamatan sementara oleh penulis di SMP Al-Irsyad

Pemalang dijumpai indicator perilaku tidak disiplin, antara lain siswa sering

terlambat masuk sekolah, siswa sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan,

siswa meninggalkan jam pelajaran tertentu tanpa ijin.

Dengan merujuk pada keterangan dan kondisi seperti tersevut di atas,

maka penulis memilih judul tentang UPAYA PENINGKATAN 

 KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KONSELING KELOMPOK 

(PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS VIII SMP AL-

 IRSYAD PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010)

B. IDENTIFIKASI MASALAH

3

Page 4: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 4/36

 

Atas dasar fenomena yang ada apada latar belakang permasalahan, maka

identifikasi masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Perilaku disiplin siswa di sekolah sebelum diberikan layanan konseling

kelompok belum terbentuk secara baik.

2. Guru pembimbing melaksanakan layanan konseling kelompok terhadap

siswa yang bersangkutan, agar ada peningkatan perilaku disiplinnya dalam

kehadiran di sekolah.

3. Layanan konseling akan dilaksanakan berulang kali jika siswa belum

mengalami perubahan sikap atau tindakannya dalam batas waktu yang telah

ditentukan dan inilah yang disebut sebagai penelitian tindakan.

C. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah sikap

disiplin siswa setelah diberi layanan konseling kelompok bagi siswa kelas VIII

SMP Al-Irsyad Pemalang Tahun Pelajaran 2009/2010.

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan penelitian ini adalah untuk 

mengetahui hasil yang diperoleh yaitu sikap disiplin siswa setelah diberikan

layanan konseling kelompok pada siswa kelas VII SMP Al-Irsyad Tahun

Pelajaran 2009/2010.

E. MANFAAT PENELITIAN

4

Page 5: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 5/36

 

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan

 penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis manfaat penelitian ini dapat digunakan sebagai

referensi, bahan literature atau pustaka, khususnya yang berkaitan dengan

masalah pelaksanaan bimbingan maupun konseling kelompok yang

diselenggarakan di sekolah dan masalah pembentukan sikap disiplin siswa

dalam belajar selama mengikuti proses belajar mengajar baik di sekolah

maupun yang diselenggarakan di luar sekolah.

2. Manfaat Praktis

a.Bagi siswa secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh

terhadap pembentukan kedisiplinan siswa secara umum, khususnya

kedisiplinan siswa di sekolah.

 b.Bagi guru, sekolah/lembaga dapat dijadikan pijakan untuk 

melaksanakan bimbingan konseling yang diharapkan bias membentuk 

kedisiplinan belajar siswa di sekolah.

c.Bagi orang tua merupakan informasi yang dapat digunakan sebagai

acuan dalam membimbing putra-putrinya agar menjadi anak yang sesuai

dengan harapan dan keinginan orang tua khususnya dalam masalah

kedisiplinan baik di sekolah, di rumah maupun dalam kehidupan sehari-

hari.

F. SISTEMATIKA SKRIPSI

5

Page 6: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 6/36

 

1. Bagian Awal, yaitu terdiri dari halaman judul, halaman persetujuan, halaman

 pengesahan, halaman pernyataan, halaman motto dan halaman persembahan,

halaman prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran.

2. Bagian Isi, terdiri dari :

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

dan sistematika skripsi.

BAB II Landasan Teori

Bagian ini berisi teori-teori yang menyangkut tentang pengertian

konseling kelompok, fungsi dan tujuan konseling kelompok,

unsure terbentuknya konseling kelompok, tahap pelaksanaan

konseling kelompok, dilanjutkan dengan teori tentang

kedisiplinan yang meliputi pengertian disiplin dalam belajar,

fungsi disiplin bagi siswa, faktorfaktor yang mempengaruhi

kedisiplinan, pengaruh bimbingan kelompok terhadap perubahan

 perilaku disiplin dalam belajar siswa

BAB III Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang penentuan subjek penelitian, metode

 pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

6

Page 7: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 7/36

 

Bab ini berisi tentang laporan hasil penelitian, tentang kegiatan-

kegiatan yang telah dilakukan dan dianalisa serta dibahas.

BAB V Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran

dari penulis.

3. Bagian Akhir Skripsi

Pada bagian ini berisi antara lain daftar pustaka dan lampiran-lampiran

 pendukung pelaksanaan penelitian.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakekat Konseling Kelompok 

7

Page 8: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 8/36

 

1. Pengertian Konseling Kelompok 

Pengertian konseling menurut James F Adams dalam Surya dan

 Natawijaya (2007:27) adalah suatu pertalian timbale balik antara dua orang

individu dimana yang seorang (counselor ) membantu yang lain (counselee),

supaya ia dapat lebih memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah-

masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan

dating. Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Amti (2006:105) adalah

 proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling

oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang

mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya

masalah yang dihadapi oleh klien.

Konseling sebagai terjemahan dari “counseling ” merupakan bagian

dari bimbingan baik sebagai layanan maupun sebagai teknik layanan.

Layanan konseling adalah jantung hati layanan bimbingan secara

keseluruhan (counseling is the heart of guidance) (Sukardi, 2000:21).

Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konseling

adalah suatu pertalian timbale balik antara konselor dengan klien, agar ia

dapat memahami diri, dalam rangka mengatsi masalah-masalah hiudpnya

untuk mencapai perubahan sikap dan tingkah laku. Di dalam prakteknya di

sekolah bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan pelayanan

yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bimbingan dan konseling di

8

 

8

Page 9: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 9/36

 

sekolah dilaksanakan untuk menciptakan manusia-manusia yng produktif 

melalui pengentasan masalah yang berkaitan dengan prestasi belajar siswa.

Adapun pengertian dari konseling kelompok menurut Buku

Pedoman Bimbingan dan Konseling SMP adalah sebagai bimbingan yang

dimungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh berbgai

 bahan informasi yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari

(Depdikbud, 2004:14). Oleh karena itu arti konseling kelompok 

mengandung makna antara lain, konseling kelompok merupakan suatu

 bimbingan kepada individu-individu melalui prosedur kelompok. Dalam hal

ini kelompok merupakan wadah yang didalamnya diisikan upaya bimbingan

untuk membantu individu yang memerlukan bantuan, konseling kelompok 

merupakan salah satu bentuk usaha pencegahan masalah yang sama dalam

suasana kelompok (antar hubungan dari orang yang terlibat dalam

kelompok), konseling kelompok dimaksudkan memanfaatkan dinamika

kelompok sebagai media dalam upaya membimbing individu-individu yang

memerlukan. Perwujudan dinamika kelompok baru berfungsi sebagai

 bimbingan, kalau memang dimanfaatkan dan diarahkan untuk tujuan

 bimbingan, sehingga akan mampu memberikan pengaruh yang positif 

terhadap perkembangan pribadi para peserta yang terlibat di dalamnya.

2. Tujuan dan Fungsi Layanan Konseling Kelompok 

Layanan konseling kelompok merupkan layanan yang teratur,

terarah dan terkontrol serta tidak diselenggarakan secara acak ataupun

9

Page 10: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 10/36

 

seadanya. Ketika kawan mengawali hubungan konseling, pembimbing perlu

memasang niat dengan motivasi yang kuat untuk membantu siswa. Niat itu

merupakan wujud kesengajaan yang bersifat batiniah yang kalau diikuti

kesadaran yang mendalam akan mampu memberikan arah yang tepat dalam

 proses konseling yang akan dilakukan.

Tujuan konseling kelompok pada dasarnya dibedakan menjadi dua,

yaitu tujuan teoritis dan tujuan operasional. Tujuan teoritis berkaitan dengan

tujuan yang secara umum dicapai melalui proses konseling, sedangkan

tujuan operasionalnya disesuaikan dengan harapan klien dan masalah yang

dihadapi klien.

Dengan adanya layanan konseling kelompok yang baik dan efektif,

setiap siswa diharapkan mempunyai kesempatan untuk mengembangkan

kecakapan dan kemampuan yang seoptimal mungkin.

3. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Konseling Kelompok 

a. Konsistensi anggota dalam suatu kelompok  

Kegiatan konseling kelompok akan berhasil dengan baik apabila

anggota kelompok konsisten menjadi anggota kelomok dan memenuhi

terhadap kesepakatan bersama. Anggoata kelompok harus merasa ada

suatu ikatan dalam suatu kelompok sebagai jiwa dalam suatu kelompok 

yang bersangkutan, agar kelompok tersebut dapat mencapai tujuan atau

kepentingan bersama yang dimaksud.

10

Page 11: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 11/36

 

 b. Kerjasama untuk bertukar pendapat

Kerjasama yang dimaksud adalah saling membantu dan

mendukung dalam pemecahan masalah yang dialaminya. Kerjasama

akan tercipta dengan baik apabila didasari dengan rasa senasib dan

mempunyai tujuan yang sama. Kerjasama tersebut dapat membentuk 

kebersamaan kualitatif yang melalui tukar pendapat akan mampu

mengatasi atau memecahkan permasalahan yang dibahas dalam

kelompok tersebut. Konseling kelompok akan hidup dinamis apabila

kelompok tersebut diwarnai oleh semangat yang tinggi, kerjasama yang

lancer dan mantap serta adanya saling mempercayai diantara anggota-

anggotanya.

c. Bersama-sama sukarela membantu memecahkan

masalah

Dengan sikap sukarela ini memungkinkan anggota untuk saling

membantu satu sama lain dalam anggota kelompoknya. Kondisi

kebersamaan dalam suatu kelompok lebih mudah untuk diciptakan

sebab setiap anggota bukan hal keterpaksaan menjadi anggota dalam

kelompoknya namun diawali dengan sikap sukarela.

d. Selalu berorientasi pada pencapaian tujuan

11

Page 12: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 12/36

 

Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan konseling

kelompok sangat penting untuk ditetapkan secara jelas. Dengan

 berorientasi pada pencapaian suatu tujuan maka kegiatan konseling

kelompok akan terarah dan lebih efektif. Konseling kelompok akan

 berjalan efektif lagi apabila masalah yang menjadi bahasan bersifat

homogen, artinya masalah yang dialami masing-masing anggota dan

hendak diatasi ada kecenderungan banyak kesamaan.

Dalam kegiatan penyelenggaraan konseling kelompok, faktor yang

dapat mempengaruhi kualitas kelompok-kelompok terhadap layanan

konseling kelompok adalah :

a.Tujuan dan kegiatan kelompok 

 b.Jumlah anggota dalam suatu kelompok 

c.Kualitas pribadi masing-masing anggota kelompok 

d.Kedudukan kelompok 

e.Kemampuan kelompok dalam memenuhi kebutuhan anggota untuk 

saling berhubungan sebagai kawan, kebutuhan untuk diterima,

kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan bantuan moral dan

sebagainya.

4. Materi Umum Layanan Konseling Kelompok 

Materi layanan konseling dalam bidang-bidang bimbingan

(Depdikbud, 2004:34-36) :

12

Page 13: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 13/36

 

a. Layanan konseling kelompok dalam bimbingan pribadi

(No. 7A), meliputi kegiatan penyelenggaraan konseling kelompok yang

membahas dan mengentaskan masalah pribadi siswa yaitu masalah-

masalah yang berkenaan dengan :

1) Kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap

Tuhan Yang Maha esa

2) Pengenalan dan penerimaan perubahan, pertumbuhan dan minat

serta penyaluran dan perkembangan fisik dan psikis yang terjadi

 pada diri sendiri

3) Pengenalan tentang kekuatan diri sendiri, bakat dan minat serta

 penyaluran dan pengembangannya

4) Pengenalan tentang kelemahan diri sendiri dan upaya

 penanggulangannya

5) Kemampuan mengambil keputusan dan pengarahan diri sendiri

6) Perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat

 b. Layanan konseling kelompok dalam bimbingan sosial

(No. 7B), meliputi kegiatan penyelanggaraan konseling kelompok yang

membahas dan mengentaskan masalah sosial siswa, yaitu masalah-

masalah yang berkenaan dengan :

1) Kemampuan berkomunikasi, serta menerima dan

menyampaikan pendapat secara logis, efektif dan produktif 

13

Page 14: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 14/36

 

2) Kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial (di rumah,

sekolah dan masyarakat) dengan menjunjung tinggi tata karma,

norma dan nilai-nilai, agama, adapt isitiadat dan kebiasaan yang

 berlaku

3) Hubungan dengan teman sebaya (di sekolah dan masyarakat)

4) Pemahaman dan pelaksanaan disiplin dan peraturan sekolah

5) Pengenalan dan pemahaman pola hidup sederhana yang sehat

dan bergotong royong

c. Layanan konseling kelompok dalam bimbingan belajar  

(No. 7C), meliputi kegiatan penyelenggaraan konseling kelompok yang

membahas dan mengentaskan masalah belajar siswa, yaitu masalah-

masalah yang berkenaan dengan :

1) Motivasi dan tujuan belajar dan latihan

2) Sikap dan kebiasaan belajar 

3) Kegiatan dan disiplin belajar serta berlatih secara efektif, efisien

dan produktif 

4) Penguasaan materi pelajaran dan latihan/ketrampilan

5) Ketrampilan teknis belajar 

6) Pengenalan dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di

sekolah dan lingkungan sekitar 

7) Orientasi belajar di perguruan tinggi

14

Page 15: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 15/36

 

d. Layanan konseling kelompok dalam bimbingan karir  

(No. 7D), meliputi kegiatan penyelenggaraan konseling kelompok yang

membahas dan mengentaskan masalah pilihan pekerjaan dan

 pengembangan karir siswa, yaitu masalah-masalah yang berkenaan

dengan :

1) Pilihan dan latihan ketrampilan

2) Orientasi dan informasi pekerjaan/karier, dunia kerja dan upaya

memperoleh penghasilan

3) Orientasi dan informasi lembaga-lembaga ketrampilan

(Lembaga Kerja Industri) sesuai dengan pilihan pekerjaan dan arah

 pengembangan karir 

4) Pilihan, orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai dengan

arah pengembangan karir.

5. Penyelenggaraan Layanan Konseling kelompok 

Dalam kegiatan kelompok (baik layanan bimbingan kelompok 

maupun konseling kelompok) hal-hal yang perlu ditampilkan oleh seluruh

anggota kelompok adalah (Prayitno, 2008:89) :

a. Membina keakraban dalam kelompok 

 b. Melibatkan diri secara penuh dalam suasana kelompok 

c. Bersama-sama mencapai tujuan kelompok 

d. Membina dan mematuhi aturan kegiatan kelompok 

e. Ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok 

15

Page 16: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 16/36

 

f. Membantu anggota lain dalam kelompok 

g. Memberikan kesempatan kepada anggota lain dalam

kelompok 

h. Menyadari pentingnya kegiatan kelompok 

Masalah yang dibahas dalam konseling kelompok muncul secara

langsung di dalam kelompok itu pada awal kegiatannya. Pemimpin

kelompok mengembangkan suasana kelompok sehingga seluruh anggota

 bersukarela membuka diri masing-masing dengan (1) mengemukakan

 pribadinya dan selanjutnya (2) berpartisipasi aktif membantu kawan

memecahkan masalahnya. Pembukaan masalah pribadi di hadapan

sekelompok orang lain biasanya tidak mudah, dihambat oleh kekhawatiran

akan terbongkar rahasia pribadi.

Oleh karena itu, sejak awal kegiatan guru pembimbing perlu

memantapkan asas kerahasiaan pada anggota kelompok. Anggota kelompok 

yang akan mengemukakan masalah pribadinya harus mendapat jaminan

 bahwa kerahasiaan pribadinya akan terjaga dan disegi lain anggota

kelompok lainnya dengan sungguh-sungguh sanggup menyimpan dan

menjaga kerahasiaan semua masalah kawan-kawannya.

Untuk itu diperlukan teknik sendiri yang harus benar-benar dikuasai dan

diterapkan oleh guru pembimbing.

Setelah anggota kelompok mengemukakan masalah pribadi masing-

masing, maka akan terdapat sejumlah masalah yang peru dibicarakan dalam

16

Page 17: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 17/36

 

kelompok tersebut. Urutan pembicaraannya harus dimusyawarahkan,

sampai pada akhirnya tercipta kesepakatan masalah siapa yang pertama

dibicarakan, kedua, ketiga dan seterusnya.

Untuk setia masalah, pembicaraan langsung ditujukan kepada

teratasinya masalah tersebut. Semua anggota kelompok ikut serta dalam

 pembicaraan dengan tertib melalui pengajuan, pertanyaan, pembicaraan

 jawaban, penjelasan, uraian analisis, nasihat, dorongan, semangat, simpati,

alternatif pemecahan dan sebagainya. Guru pembimbing sebagai fasilitator 

mendorong klien berinteraksi secara penuh dengan seluruh anggota

kelompok lainnya dan menyerap serta menanggapi segala sesuatu yang

 berasal dari teman-teman itu demi terpecahkannya masalah yang

dihadapinya.

Dari segi lain, guru pembimbing juga mendorong semua anggota

kelompok lainnya menyumbangkan apa yang mereka miliki (pendapat,

 pengalaman dan sebagainya) demi terpecahkannya masalah rekan

sekelompok. Sebagai fasilitator, guru pembimbing mengatur lalu lintas

dinamika kelompok yang berkembang, melalui penguatan, meluruskan hal-

hal yang kurang sesuai, merangsang didsikusikannya lebih lanjut sesuatu

yang perlu dan sebagainya.

Penyelanggara konseling kelompk untuk satu masalah memakan

waktu tertentu, misalnya 30 menit, atau satu jam bahkan dua jam atau lebih.

Untuk kelompok tetap yang membahas jumlah masalah anggotanya secara

 berkesinambungan, kegiatan kelompok tersebut perlu dijadwalkan

17

Page 18: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 18/36

 

sedemikian rupa sehingga semua masalah dapat diselesaikan dengan baik.

Apabila kelompok yang menyelenggarakan kegiatan bimbingan kelompok 

dan konseling kelompok adalah kelompok yang sama maka perlu

diupayakan sinkronisasi dan harmonisasi kedua jenis kegiatan itu untuk 

setiap kelompok. Kelompok tidak tetap yang menyelenggarakan kegiatan

 pengentasan kegiatan pengentasan masalah seorang siswa dapat segera

dibubarkan setelah masalah yang dimaksudkan itu selesai dibicarakan.

6. Unsur-unsur Terbentuknya Konseling Kelompok 

Unsur-unsur konseling kelompok perorangan tampil secara nyata

dalam konseling kelompok. Kalau demikian adanya, apa yang membedakan

konseling kelompok dengan konseling perorangan? Satu hal yang paling

 pokok adalah dinamika interaksi sosial yang dapat berkembang dengan

intensif dalam suasana kelompok, yang justru tidak dapat dijumpai dalam

konseling perorangan.

Disitulah keunggulan konseling kelompok, masalah yang dialami

oleh masing-masing individu anggota kelompok dicoa untuk dientaskan.

Peranan konselor sebagai “agen pembangunan” dalam konseling

 perorangan diperkuat oleh peranan dinamika interaksi sosial dalam suasana

kelompok.

Dengan demikian, proses pengentasan masalah individu dalam konseling

kelompok mendapatkan dimensi yang lebih luas. Kalau dalam konseling

 perorangan klien hanya memetik manfaat dari hubungannya dengan

18

Page 19: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 19/36

 

konselor saja, dalam konseling kelompok klien memperoleh bahan-bahan

 bagi pengembangan diri dan pengentasan masalahnya baik dari dinamika

interaksi sosial yang secara intensif terjadi dalam suasana kelompok akan

meningkatkan kemampuan pengendalian diri, tenggang rasa atau tepo

seliro.

Mengenai kondisi homogenitas dan heterogenitas yang terdapat di

dalam konseling kelompok dapat dilihat bahwa anggota kelompok sedapat-

dapatnya homogen, dalam arti semua kelompok diharapkan dapat

menyumbangkan sesuatu dalam pengembangan dinamika interaksi sosial

yang terjadi di dalam kelompok, untuk itu dikehendaki kemampuan para

anggota yang seimbang.

Dalam kedaan tertentu, konselor dapat menghadirkan seorang atau

lebih klien tertentu ke dalam suasana konseling kelompok. “Klien khusus

ini dihadirkan dengan tujuan untuk melibatkan ke dalam interaksi sosial

yang terjadi dalam kelompok, dan dengan keterlibatannya yang intensif itu

ia atau mereka diharapkan dapat memetik berbagai hal berkenaan dengan

masalah-masalah yang ia tidak perlu disampaikan kepada anggota

kelompok lainnya. Hal ini dimaksudkan agar dalam dinamika interaksi

sosial “klien khusus” itu tidak diperlakukan secara khusus.

Mereka justru diberi kesempaatan untuk menjalani keterlibatannya sosial

dalam kenyataan yang sebenarnya, tidak berpura-pura, dan tidak diatur 

secara tersendiri.

19

Page 20: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 20/36

 

Untuk memasuki konseling kelompok, para anggota atau klien pada

awalnya tidak memerlukan persiapan tertentu. Dengan demikian masalah

yang akan mereka bawa masing-masing ke dalam kelompok besar 

kemungkinan berbeda-beda, atau bahkan ada diantara mereka yang menurut

kategori Bordin “tidak bermasalah”. Masalah-masalah yang dibawa oleh

masing-masing anggota itu nantinya akan dikemukakan dalam kegiatan

kelompok. Oleh karena itu akan muncul sejumlah masalah yang berbeda-

 beda yang akan dibicarakan melalui dinamika interaksi sosial dalam kelomk 

itu. Mengenai masalah yang akan dibahas dalam konseling kelompok,

selain masalah yang bervariasi seperti tersebut di atas, konselor dapat

menetapkan melalui persetujuan ( para anggota kelompok ) masalah tertentu

yang akan dibahas dalam kelompok. Pengajuan masalah atau topik tunggal

seperti itu dilalukan apabila tujuan utama konseling kelompok ialah

 pengembangan ketrampilan komunikasi interaksi sosial para anggotanya.

Dengan pembahasan satu topik itu, konselor membawa dan

mengarahkan seluruh anggota kelompok untuk terlibat langsung dalam

dinamika interaksi sosial kelompok. Dengan tujuan yang diajukan haruslah

topik yang hangat, merangsang dan menantang serta sesuai dengan tingkat

kemampuan anggota, sehingga oleh karenanya seluruh anggota merasa

terpanggil ikut membicarakannya.

7. Tahap-Tahap Kegiatan Konseling Kelompok 

20

Page 21: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 21/36

 

  Tahapan dalam konsleing kelompok meliputi tahap permulaan,

tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran.

a) Tahap Permulaan

Tahap permulaan sebagai tahap persiapan diselenggarakan dlam

rangka pembentukan kelompok sampai mengumpulkan peserta yang

siap melaksanakan kegiatan kelompok.

Konselor melakukan upaya untuk menumbuhkan minat bagi

terbetuknya kelompok yang meliputi (Winkel, 2008:554) :

1) Menjelaskan adanya layanan konseling kelompok bagi para

siswa

2) menjelaskan pengertian, tujuan dan kegunaan konseling

kelompok 

3) Mengajak siswa untuk memasuki dan mengikuti kegiatan,

serta kemungkinan adanya kesempatan dan kemudahan bagi

 penyelanggaraan konseling kelompok 

4) Menerangkan tanggung jawab konselor, tanggung jawab

anggota kelompok, dan proses kelompok serta endorng anggota

kelompok untuk menerima tanggung jawab bagi parsipasinya di

dalam kelompok 

21

Page 22: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 22/36

 

5) Mengemukakan keuntungan yang akan diperoleh calon

apabila ia bergabung di dalam kelompok dan memupuk harapan

 bahwa kelompok dapat menolong calon anggota kelompok 

6) Menjelaskan jumlah anggota yang diperkirakan akan

 bergabung dalam kelompok 

7) Menjelaskan tentang seleksi anggota apakah berdasarkan

umur, jenis kelamin atau masalah yang sama

8) Menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang mengandung

unsur-unsur penghormatana kepada orang lain (dan dalam hal ini

anggota kelompok ), ketulusan hati, kehangatan dan empati.

Penampilan seperti ini akan merupakan contoh yang besar 

kemungkinan diikuti oleh para anggota dalam menjalani kegiatan

kelompoknya.

Peranan konselor dalam tahap ini hendaknya benar-benar aktif. Ini

tidak berarti bahwa konselor berceramah atau mengajarkan apa yang

seharusnya dilakukan oleh anggota kelompok.

Dalam rangka mempersiapkan anggota kelompok memasuki kelompok,

Corey (1985, dalam Rochman Natawidjaja, 2007:90) konselor bersama

anggota kelompok membahas :

1) Tujuan kelompok,

22

Page 23: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 23/36

 

2) Bentuk, prosedur, dan pengaturan-pengaturan main

dalam kelompok,

3) Kecocokan proses kelompok dengan kebutuhan

anggota kelompok,

4) Kesempatan mencari informasi tentang kelompok  

yang akan dimasukinya, mengajukan pertanyaan dan menjajaki hal-

hal yang menarik dalam kegiatan kelompok,

5) Pernyataan yang menjelaskan pendidikan, latihan,

dan kualifikasi konselor,

6) Resiko psikologis dalam kegiatan kelompok,

7) Pengetahuan keterbatasan kerahasiaan dalam

kelompok,

8) Perolehan dalam kegiatan kelompok,

9) Bantuan dari konselor dalam mengembangkan

tujuan-tujuan masing-masing anggota kelompok,

10) Pemahaman yang jelas mengenai pembagian

tanggung jawab antara konselor dengan anggota kelompok, hak dan

kewajiban anggota kelompok.

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, pembinaan hubungan

 baik, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam

kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota

saling memperkenalkan diri, membina hubungan baik, dan juga

23

Page 24: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 24/36

 

mengungkapkan tujuan atau pun harapan-harapan yang ingin dicapai

oleh masing-masing, sebagaian maupun seluruh anggota. Langkah-

langkah yang ditempuh oleh konselor adalah :

1) Membina hubungan baik  

Jika konselor benar-benar menginginkan agar pada akhirnya

 perubahan yang diharapkan dapat terjadi pada setiap diri anggota

kelompok, maka hubungan akrab dan saling mempercayai harus

ditempuh dan dibina. Pertama kali yang dilakukan oleh konselor 

adalah harus membina hubungan baik antara pemimpin dengan

anggota kelompok, dan antar anggota kelompok. Setiap anggota

mengharapkan adanya sikap empati, penghargaan, kepekaan, baik 

dari konselor maupun dari anggota kelompok yang lain.

2) Pelibatan diri

konselor memunculkan dirinya sehingga tertangkan oleh

 para anggota sebagai orang yang benar-benar bias dan bersedia

membantu para anggota kelompok untuk mencapai tujuan mereka.

Konselor menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang

mengandung unsur-unsur penghormatan kepada orang lain,

ketulusan hati, kehangatan dan empati. Konselor merangsang dan

memantapkan keterlibatan anggota kelompok dalam suasana

kelompok yang diinginkan, dan juga membangkitkan minat-minat,

24

Page 25: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 25/36

 

kebutuhan serta rasa berkepntingan para anggota mengikuti kegiatan

kelompok yang sedang mulai digerakkan.

3) Agenda

agenda adalah tujuan yang akan dicapai dalam kelompok.

Agenda ini harus sesuai dengan ketidakpuasan yang selama ini

dialami oleh masing-masing anggota. Yang paling efektif adalah

mengemukakan ketidakpuasan ini dalam perilaku nyata dan

 perubahan nyata yang ingin dicapai setelah kegiatan kelompok 

 berakhir.

4) Norma kelompok  

norma kelompok adalah petunjuk yang harus dijalankan oleh

kelomok. Norma ini harus dipatuhi sebelum dan selama bekerja

dalam kelompok. Apabila masing-masing anggota telah mempunyai

agenda, perlu dikemukakan tentang norma kelompok.

Pertama kali yang sangat penting untuk dikemukakan adalah

kerahasiaan. Selain itu perlu diingatkan tentang kehadiran dan

absensi. Diharapkan bahwa semua anggota akan hadir tiap

 pertemuan.

Apabila tidak dapat hadir harus memberitahu. Hal ini sangat

 penting, sebab ketidakhadiran salah satu anggota akan menimbulkan

 pertanyaan bagi konselor maupun anggota yang lain.

5) Penggalian ide dan perasaan

25

Page 26: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 26/36

 

sebelum pertemuan pertama berakhir, perlu digali ide-ide

maupun perasaan-perasaan yang muncul. Usul-usul itu perlu

ditampung. Demikian pula perasaan yang masih mengganjal perlu

diungkapkan sebelum pertemuan berakhir.

 b) Tahap Transisi

Tahap transisi ( peralihan) merupakan masa setelah proses

 pembentukan atau awal konseling dan sebelum masa bekerja atau

konseling. Transisi mulai dengan masa badai, yang mana anggota mulai

 bersaing dengan anggota yang lain dalam kelompok untuk mendapatkan

tempat, kekuasaan dan kelompok. Masa badai adalah masa munculnya

 perasaan-perasaan kecemasan, pertentangan, pertahanan, ketegangan,

konflik, konfrontasi, transferensi (Corey & Corey, 1992 ; Gladding,

1994 dalam Galadding, 1995:104).

Selama masa ini, suasana kelompok berada diambang ketegangan

dan ketidakseimbangan. Dalam keadaan seperti ini banyak anggota

yang merasa tertekan atau rasa yang menyebabkan tingkah laku mereka

menjadi tidak sebagaimana mestinya. Keengganan atau penolakan yang

muncul dalam suasana seperti itu dapat berkembang menjadi bentuk-

 bentuk penyerangan terhadap anggota lain, atau kelompok secara

keseluruhan atau bahkan terhadap konselor. Jika kelompok dapat

dengan berhasil mengatasi hal tersebut, kelompok bergerak kea rah

26

Page 27: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 27/36

 

masa pemberian atau penentuan norma yang mana disitu ada resolusi,

kohesifnes dan kesempatan untuk bergerak ke arah perkembangan.

Pada saat ini dibutuhkan keterampilan konselor dalam beberapa

hal yaitu, kepekaan waktu, kemampuan melihat perilaku anggota, dan

mengenal suasana emosi di dalam kelompok (Galadding, 1985:108).

c) Tahap Kegiatan

Tahap ini disebut juga tahap bekrja, tahap penampilan, tahap

tindakan yang merupakan inti kegiatan kelompok, maka aspek-aspek 

yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing

aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari konselor.

Kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini amat tergantung pada

hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika tahap sebelumhya berhasil dengan

 baik, maka tahap ini akan berlangsung dengan lancer, dan konselor 

sudah bias lebih santai dan membiarkan anggota kelompok melakukan

kegiatan tanpa banyak campur tangan dari konselor.

Tahap ini merupakan tahap kehiduapan yang sebenarnya dari

konseling kelompok, yaitu para anggota kelompok memusatkan

 perhatian terhadap tujuan yang akan dicapai, mempelajari materi-materi

 baru, mendiskusikan topic, menyelesaikan tugas dan melakukan

kegiatan terapeutik. Tahap ini sering dianggap sebagai tahap yang

27

Page 28: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 28/36

 

 paling produktif dalam perkembangan kelompok dan ditandai dengan

keadaan konstruktif dan pencapaian hasil.

d) Tahap Akhir  (Terminasi)

Kegiatan anggota yang paling penting dalam tahap pengakhiran

atau penghentian adalah untuk merefleksikan pengalaman mereka di

masa lalu, untuk memproses kenangan, untuk mengevaluasi apa yang

telah mereka pelajari, untuk menyatakan perasaan yang bertentangan,

dan untuk berhubungan dalam membuat keputusan kognitif.

Tahap pengakhiran sama pentingnya seperti tahap permulaan

sebuah kelompok. Selama masa penghentian, para anggota kelompok 

mengenali dan memahami dir mereka sendiri pada tingkah laku yang

lebih mendalam. Jika dapat dipahami dan diatasi dengan baik,

 penghentian dapt menjadi sebuah dukungan penting dalam menawarkan

 perubahan dalam diri setiap anggota kelompok.

e) Evaluasi dan Tindak Lanjut

Di dalam pelaksanaan konseling kelompok, konselor mempunyai

tanggung jawab untuk mengevaluasi kesuksesan perilaku kerja dan

mengadakan tindak lanjut. Tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui

sejauh manakah konseling kelompok yang telah dilaksanakan mencapai

hasil, dan tindakan apa yang selanjutnya akan dilaksanakan oleh

konselor.

28

Page 29: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 29/36

 

Di dalam konseling, evaluasi kemajuan konseling berarti evaluasi

atas hasil. Evaluasi merupakan bagian dari keseluruhan proses

konseling sendiri, bukan satu kegiatan yang terlepas, yang dilakukan

 pada tahap akhir, yaitu setelah konseling selesai. Dengan begitu

evaluasi masuk menjadi satu dalam bagan arus proses konseling yang

dimulai dari penetapan tujuan sampai pengakhiran konseling kelompok 

(Steart, 1978:72).

B. Perilaku Ketidakdisiplinan dalam Belajar Siswa

1. Pengertian Kedisiplinan Belajar

Disipilin diartikan sebagai suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk 

melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai,

ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan (Soegeng, 1994:23). Seorang

murid atau pengikut harus tunduk kepada peraturan, kepada otoritas guru. Hal

ini berarti bahwa disiplin merupakan kesediaan untuk mematuhi peraturan

agar murid dapat belajar.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan

 pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil belajar ditunjukkan dalam

 berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan

tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-

aspek lain pada individu yang belajar. Proses belajar ini akan lebih berhasil

 jika bermakna.

29

Page 30: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 30/36

 

Kegiatan belajar mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu

kesatuan system antara guru dan siswa. Namun demikian ada sejumlah siswa

mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran karena kurang disiplin dalam

 belajar.

Upaya untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang optimal

dalam rangka mencapai suatu tujuan pendidikan, setiap siswa yang terlibat di

dalamnya harus mampu melaksanakan kedisiplinan belajar baik di sekolah

maupun di rumah. Kedisiplinan belajar adalah suatu perubahan dalam

kepribadian sebagaimana dalam perubahan penguasaan pola respon atau

 perubahan keterampilan, sikap, kebiasaan kesanggupan dan pemahaman

(Tulus Hidayat, 2004:2).

Sejalan dengan pendapat di atas, disiplin belajar ditandai dengan

gejala perilaku sebagai berikut :

a. Tidak terlambat masuk sekolah masuk kelas pada jam

 pertama dan jam-jam berikutnya.

 b. Tidak terlambat membayar iuran pendidikan di sekolah

c. Aktif masuk sekolah

d. Melaksanakan / menyelesaikan tugas yang telah

ditentukan oleh sekolah, guru mata pelajaran

e. Membawa perlengkapan belajar pada jam pelajaran

f. Mengembalikan barang milik sekolah pada waktunya

sesuai dengan perjanjian

30

Page 31: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 31/36

 

g. Aktif mengikuti pelajaran (tidak membolos) pada saat

 proses belajar mengajar berlangsung.

Sedangkan gejala perilaku ketidakdisiplinan dalam belajar ditandai

dengan perilaku yang sebaliknya. Menurut Jeneke Suidman (2003:54),

faktor-faktor penyebab siswa malas berangkat sekolah atau membolos adalah

sebagai berikut :

a.Hubungan yang kurang baik dari guru

 b.Kekurangmampuan mengikuti pelajaran di sekolah

c.Sering diganggu oleh teman-teman di sekolah

d.kondisi fisik tidak baik 

e.Tidak mampu memusatkan perhatian bukan karena adanya konsentrasi

lemah, tetapi akibat berbagai macam masalah yang diderita baik di rumah

maupun di sekolah sehingga tidak betah di sekolah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab anak malas

 berangkat sekolah, dipengaruhi dari faktor-faktor kecerdasan, perhatian dan

motivasi.

2. Fungsi Disiplin Dalam Belajar

Disiplin sebagai alat pendidikan ialah suatu tindakan atau perbuatan

yang dengan sengaja diterapkan untuk kepentingan pendidikan di sekolah.

Tindakan atau perbuatan ini dapat berupa perintah, larangan, harapan dan

 berbabgai sangsi atau hukuman. Untuk mencapai tujuan ini, maka pendidikan

mempunyai arti dan tujuan yang sangat luas yaitu mengambangkan pribadi

31

Page 32: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 32/36

 

anak didik secara menyeluruh serta dituntut adanya situasi yang tertib, teratur 

dan terencana sehingga segala sesuatunya akan berjalan sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Keinginan mempunyai sikap disiplin dalam belajar bagi setiap anak 

didik berbeda-beda, ada yang mempunyai sikap disiplin rendah dan ada juga

mempunyai sikap disiplin yang tinggi. Keadaan seperti ini perlu disadari

 bahwa disiplin belajar bagi anak adalah sebagai proses untuk mewujudkan

tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Belajar

Siti Rahayu Haditono (1984:36) berpendapat bahwa di dalam

mendisiplinkan anak harus diperhatikan adanya faktor, yaitu :

1) Anak itu sendiri

Terhadap anak harus diperhatikan mengenai tingkatan umur anak,

sehingga mengetahui masa-masa sekolah dimana sebetulnya ada dua

 perasaan yaitu perasaan tidak mampu dan perasaan untuk mencapai

 prestasi.

2) Sikap pendidik  

Sikap disiplin anak dapat dipengaruhi oleh adanya sikap yang lemah

lembut, kasih saying dan penuh perhatian. Situasi dan suasana yang

tertekan dapat mempengaruhi perkembangannya.

32

Page 33: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 33/36

 

3) Adanya tujuan

Disiplin dapat juga menjadikan anak untuk bersikap disiplin batin

yaitu menanamkan pengawasan dalam diri sendiri dalam upaya mengatur 

tingkah lakunya sesuai dengan pedoman antara baik dan buruk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar terdiri :

a.Faktor internal, meliputi kesehatan, intelegensia, motivasi dan minat

 b.Faktor eksternal, meliputi keluarga, guru dan lingkungan

4. Upaya yang dapat dilakukan agar siswa rajin berangkat

sekolah

Menurut Udin S. Wirataputra (2001:55) ada beberapa upaya yang

dapat dilakukan agar siswa rajin berangkat sekolah, antara lain : 1) dari orang

tua, 2) sekolah, 3) masyarakat.

a. Orang Tua

1) Sebagai orang tua harus tahu jadwal kegiatan belajar siswa

2) Apabila siswa tidak masuk sekolah pada hari-hari sekolah perlu

ditanyakan alasannya

3) Perlu adanya cross check dengan pihak sekolah

4) Perlu pemantauan kehadiran dan kepulangan siswa secara terus

menerus

5) Perlu adanya nasehat

 b. Sekolah

33

Page 34: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 34/36

 

1) Menanamkan sikap disiplin saat diadakan upacara bendera dan pada

waktu atau sebelum pelajaran dimulai

2) Mengadakan persensi pada awal dan akhir pembelajaran setiap hari

3) Menanyakan ketidakhadiran siswa dengan teman-teman dekat atau

siswa itu sendiri setelah siswa berangkat sekolah

4) Mewajibkan seluruh siswa untuk membuat surat apabila tidak 

 berangkat sekolah

5) Mengadakan home visit pada siswa yang sering tidak masuk sekolah

6) Memberikan konseling perorangan pada siswa yang sering tidak 

masuk sekolah

c. Masyarakat

1) Menanyakan bersekolah atau tidak  

2) Menanyakan bersekolah dimana

3) Menanyakan kenapa tidak masuk  

sekolah

4) Memberikan nasehat agar rajin masuk  

sekolah

5) Membantu pendidik dan petugas

ketertiban anak-anak sekolah

C. Peran Konseling Kelompok Dalam Pembentukan Perilaku Disiplin Belajar

Siswa

34

Page 35: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 35/36

 

Siswa yang tidak disiplin dalam masuk sekolah atau jarang masuk sekolah

 jika menetap dan dibiarkan akan menimbulkan permasalahan pada siswa itu

sendiri. Untuk menghindari hal tersebut perlu mengusahakan dan membimbing

agar siswa yang jarang masuk sekolah menjadi rajin masuk sekolah, sehingga

 belajar bagi siswa tersebut merupakan suatu kebutuhan dan kewajiban. Dalam

mengubah seorang siswa yang jarang masuk sekolah menjadi rajin masuk sekolah

upaya yang dilakukan dengan layanan konsleing kelompok. Diharapkan

 pelaksanaan konseling kelompok akan secara efektif dapat menyelesaikan

 permasalahan yang dihadapi siswa.

Melalui konseling kelompok siswa dilatih menghadapi suatu tugas

 bersama atau memecahkan suatu masalah bersama. Siswa sekolah menengah

 pertama kelas VIII mempunyai dorongan yang besar untuk membentuk kelompok 

sebaya, maka dengan dikelompokkan dengan teman sebayanya akan terpenuhi

kebutuhan psikologinya. Interaksi yang sesuai dengan keinginannya akan

membuat siswa senang dan merasa puas sehingga motivasi untuk bekerja sama

dan belajar bersama sehingga akan berpengaruh pada pencapaian layanan

konsleing kelompok.

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teori di atas, agar siswa berhasil dalam mengikuti

kegiatan belajar mengajar dengan baik, siswa perlu kerjasama dengan yang lain.

Di dalam kerjsama dengan yang lain, siswa dituntut untuk disiplin, bias

menyesuaikan diri dan melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah. Faktor yang

 penting berpengaruh terhadap disiplin siswa adalah faktor dari dalam dan luar,

lingkungan budaya. Layan konseling kelompok siswa dilatih mengahdapi suatu

tugas bersama atau memecahkan suatu masalah bersama, akan timbul rasa

35

Page 36: BAB I DAN II

5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 36/36

 

 percaya diri dan mempunyai keberanian untuk mengeluarkan pendapat sehingga

terdorong untuk belajar mengubah perilakunya.

Hal ini berarti siswa yang semula menunjukkan perilaku ketidakdisiplinan

dalam belajar akan terdorong untuk disiplin dalam belajar. Dengan demikian

layanan konseling kelompok dimngkinkan dapat membentuk perilaku baru atau

mengatasi perilaku yang sudah ada yaitu ketidakdisiplinan dalam belajar menjadi

disiplin dalam belajar.

Selanjutnya kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan dalam bentuk 

 bagan sebagai berikut :

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir 

36

Siswa tidak 

disiplin dalam belajar 

KonselingKelompok 

Ketidakdisplinan

dalam belajar teratasi

Disiplin dalam belajar