bab i dan bab ii

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik indonesia tahun 1945 pasal 31 ayat 1 dan 3 telah mengatur tentang hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan dan pengaturan penyelenggaraan pendidikan. Untuk itu seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. Sementara itu pasal keempat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai berikut: 1

Upload: jhael

Post on 10-Jun-2015

1.327 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I dan bab II

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui

proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.

Undang-Undang Dasar Negara Republik indonesia tahun 1945 pasal 31 ayat 1

dan 3 telah mengatur tentang hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan

dan pengaturan penyelenggaraan pendidikan. Untuk itu seluruh komponen

bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan

negara Indonesia.

Sementara itu pasal keempat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai berikut:

“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”

Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peranan sekolah

tidak bisa dilepaskan begitu saja. Sekolah Menengah Kejuruan salah satu lembaga

pendidikan yang melakukan pembelajaran dan pelatihan teknologi mempunyai

tujuan memberikan bekal dasar kemampuan kejuruan kepada siswanya untuk

1

1

Page 2: BAB I dan bab II

pengembangan diri siswa secara berkelanjutan sehingga mampu memenuhi

tuntutan kebutuhan dunia industri dan dunia usaha, serta mengubah status siswa

dari status beban menjadi aset bangsa.

Sekolah Menengah Kejuruan sebagai sarana belajar dan berlatih ilmu serta

keterampilan untuk mempersiapkan siswanya menjadi lulusan yang siap pakai

dan terampil mengisi lapangan kerja tingkat menengah. Sekolah Menengah

Kejuruan Teknologi terus berusaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan

para lulusannya agar bisa terpakai di dunia usaha dan dunia industri (Kurikulum

SMK 1999).

Sekolah menengah kejuruan (SMK) Negeri 1 Sungai Manau merupakan

salah satu SMK yang ada di indonesia dalam bidang kelompok teknologi industri.

Dimana dituntut untuk berkompeten dalam bidang teknologi yang menghasilkan

lulusan yang siap pakai, terampil, dan berkualitas dibidang teknologi.

Program keahlian teknik mekanik otomotif merupakan salah satu program

keahlian yang ada di SMK N 1 Sungai Manau. Tujuan dari program keahlian ini

adalah seperti yang tercantum dalam kurikulum SMK (edisi 2004) adalah :

“Membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar berkompeten :1. Perawatan dan perbaikan motor otomotif.2. Perawatan dan perbaikan sistem pemindah tenaga otomotif.3. Perawatan dan perbaikan chasis dan suspensi otmotif.4. Perawatan dan perbaikan system kalistrikan otomotif”

2

Page 3: BAB I dan bab II

Berdasarkan pada tujuan yang ada dalam kurikulum diatas ditarangkan

bahwa, sebuah lembaga pendidikan kejuruan dalam hal ini SMK dapat memberi

pembekalan kepada setiap peserta didiknya melalui serangkaian mata pelajaran

yang mendukung agar dihasilkan peserta didik yang terampil, berpengetahuan dan

bersikap kompeten. Tentunya juga dengan dukungan sarana dan prasarana yang

memadai.

Untuk mencapai tujuan SMK tersebut banyak hal yang perlu diperhatikan

dan dibenahi. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam sektor

pendidikan terutama untuk sekolah menengah kejuruan teknologi antara lain:

peningkatan kemampuan tenaga pengajar dan pendidik sebagai fasilisator, yang

mendidik dan membimbing siswa dalam pengembangan potensi yang dimilikinya,

penyesuaian kurikulum dan program pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan

serta tuntutan dari dunia usaha dan dunia industri, peningkatan sarana dan

prasarana sekolah, serta yang tak kalah pentingnya siswa sebagai objek latihan

dan pembelajaran yang perlu dikembangkan kemampuan dan potensinya sesuai

dengan jurusan yang diminatinya.

Dalam penyediaan sarana dan prasara sekolah, pemerintah daerah sudah

berupaya agar peralatan bahan ajar yang diperlukan tersebut tersedia, namun hal

tersebut tentunya juga menemukan kendala, seperti belum siapnya sekolah–

sekolah dalam menyediakan tempat ( ruangan ) untuk peralatan tersebut, juga

belum adanya tenaga ahli yang bisa bertanggung jawab menjaga dan merawatnya.

3

Page 4: BAB I dan bab II

Pemanfaatan alat praktikum yang belum optimal membuat alat-alat yang

tersedia tidak dapat dimanfaatkan untuk kemajuan penyelenggaraan pendidikan.

Ini menyebabkan sebagian siswa ada yang belum mengetahui kegunaan dan cara

menggunakan peralatan yang ada di wokshop sekolah mereka.

Sehubungan dengan itu maka tanggung jawab yang sangat berat terletak

pada administrator, dalam hal ini adalah guru sebagi pengajar dan penyusun

jadwal pembelajaran sampai pada kepala labor workshop agar mampu berusaha

mengoptimalkan utulisasi dari semua fasilitas yang telah tersedia dalam

mengelola penyelenggaraan pendidikan diantaranya alat. Utilisasi yang tinggi dari

alat praktek sangat penting bagi lembaga pendidikan mengingat tingginya biaya

pembelian alat workshop.

Jarangnya frekwensi penggunaan sebagian alat praktek di wokshop

otomotif dan siswa yang menggunakanya sedikit. Sebaliknya serng juga didapati

penggunaan suatu alat yang tinggi frekwensi penggunaanya dengan jumlah siswa

yang menggunakanya jauh lebih banyak sehingga tidak semua siswa dapat

menggunakan alat tersebut. Amran Gambut (1983 : hal 4):

“Walaupun peralatan labor dan workshop sudah lengkap dan modern, kemudian skema kerja pembelajaran telah disusun dengan rapi, tapi bila mana masih ada peralatan yang belum dipergunakan sebagaimana mestinya, maka telah terjadi pemborosan secara ekonomi dalam jumlah yang besar.”

Ini berarti pula bahwa perencanaan pengembangan yang telah diakukan

serta pembiayaan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah sia-sia”.

4

Page 5: BAB I dan bab II

Mungkin ada beberapa alat praktek yang tidak digunakan secara optimal,

misalkan satu alat praktek model terbaru dan mahal harganya tapi hanya dipakai

oleh siswa hyanya sekali atau dua kali saja, bahkan ada bahan prakte yang

menjadi barang pajangan saja karena tidak termasuk dalam bahan pengajaran.

Dengan latar belakang semua aspek diatas, maka sangat dirasakan sekali

perlu mengetahui seberapa besar faktor Utilisasi dari fasilitas yang telah ada,

yaitu alat praktek. Dengan demikian dapat dinilai sejauh mana pemanfaatan

fasilitas tersebut, sehingga dapat juga dijadikan bahan dalam peningkatan

kegiatan penyelenggaraan program pendidikan dimasa yang akan datang,

disamping itu perlu juga diselidiki apakah alat praktek yang dirancang

sebelumnya memang terpakai untuk pengajaran sesuai dengan silabus dan

kurikulum dengan cara meninjau penggunaan alat tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul utulisasi Utilisasi Peralatan Praktikum

pada Workshop Otomotif Jurusan Teknik Mekanik Otomotif di SMK N 1

Sungai Manau Jambi.

5

Page 6: BAB I dan bab II

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan bahwa

permasalahan utama terletak pada permanfaatan peralatan yang digunakan dalam

proses belajar mengajar praktek di worshop. Permasalahan yang timbul adalah :

1. Kurangnya frekwensi penggunaan beberapa alat praktek di workshop

otomotif, sehingga memungkinkan untuk meningkatkan frekwensi

penggunaanya.

2. Adanya beberapa alat di workshop yang tinggi frekwensi penggunaanya,

sehingga kesempatan menggunakan bagi siswa sedikit.

3. Adanya beberapa kerusakan yang sering terjadi pada satu alat praktikum

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka yang

penulis teliti adalah pemanfaatan dan pemeliharaan peralatan praktikum di

workshop otomotif jurusan teknik mekanik otomotif di SMK N 1 Sungai Manau

Jambi.

6

Page 7: BAB I dan bab II

D. Perumusan Masalah

Dari batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Seberapa besar frekwensi pemafaatan peralatan

seperti peralatan tangan, alat ukur, alat bantu dan peralatan pendukung lainya

di worshop otomotif di SMKN 1 Sungai Manau Jambi?

2. Apakah semua peralatan seperti peralatan tangan,

alat bantu, alat ukur dan peralatan lainya sudah digunakan sebagaimana

menurut fungsinya masing-masing?

3. Sejauh mana kerusakan alat tersebut terjadi dan

apa faktor yang menyebabkan hal tersebut?

4. Apakah penyimpanan peralatan dengan

menggunakan skema menejemen sekarang sudah dapat terjaga dan

dimanfaatkan dengan baik?

5. Apakah penyediaan alat oleh pemerintah daerah,

ditambah dengan pendanaan dari sekolah sendiri sudah mencukupi untuk

dipergunakan secara optimal oleh para peserta didik?

6. Apakah tindakan yang dilakukan oleh para guru

dan kepala labor workshop otomotif sendiri sudah optimal dalam melakukan

7

Page 8: BAB I dan bab II

perawatan peralatan praktikum di workhop otomotif di SMKN 1 Sungai

Manau Jambi?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam peneltian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan peralatan praktikum

di workshop otomotif jurusan teknik mekanik otomotif di SMK N 1 Sungai

Manau Jambi.

2. Untuk mengetahiu apa penyebab kerusakan peralatan praktek

tersebut yang menyebabkan bertambahnya frekwensi pemakaian peralatan

yang lainya pada mata pelajaran selanjutnya.

3. memberikan masukan kepada para guru agar memberikan

persiapan yang lebih kepada siswa sebelum melaksanakn praktikum agar

peralatan yang ada dipergunakan sebagaiman fungsinya

4. Untuk mengetahui apakah penyimpanan peralatan dengan

menggunakan menajemen sekarang sudah dapat terjaga dan dimanfaatkan

sebagaimana mestinya.

5. Memberikan masukan kepada para teknisi tindakan apa yang

akan dilakukan dalam rangka pemeliharaan peralatan tersebut.

8

Page 9: BAB I dan bab II

6. Untuk mengetahui seberapa besar pengadaan peralatan yang

diberikan oleh pemerintah ataupun pangadaan yang dilakukan oleh sekolah itu

sendiri.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai iformasi dan masukan bagi :

1. Guru mata pelajaran produktif (paraktikum) di SMK N 1

Sungai Manau Jambi serta Kepala labor workshop agar dapat

mengoptimalkan peratan praktikum yang sudah tersedia di dalam workshop

otomotif.

2. Kepala sekolah SMK N 1 Sungai Manau agar meningkatkan

pemahaman dan kompetensi para guru yang dipimpinnya, sehingga

pemanfaatan terhadap fasilitas peralatan praktek di workshop dapat

dioptimalkan.

3. Para peneliti lain sebagai pengembangan wawasan dan ilmu

pengetahuan secara teoritis maupun praktis.

9

Page 10: BAB I dan bab II

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Tinjauan Umum

Didalam dunia pendidikan disadari perlunya menghubungkan teori

dengan praktek. Prinsip-prinsip akan dikaji dalam teori, apa yang dapat dalam

pengalaman praktek dicari dasar-dasarnya dalam teori beraifat berlapis-lapis,

dimana teori dan praktek secara bergantian saling mengsi, saling mencari dasar

mengkajinya.

Sehubungan antara kaitan teori dan praktek maka kerja workshop dan

fasilitasnya dalam proses pengajaran keterampilan perlu mendapatkan perhatian,

maka dengan inilah perlu sekali pengtaranmenajemen workshop, sehingga

10

Page 11: BAB I dan bab II

pelakssanaan dan penggunaan alat dapat digunakan dengan sebaik-baiknya guna

mencapai target dan tujuan yang diinginkan.

Dilihat dari segi sistem organisasi, workshop yang terdiri dari komponen-

komponen : instruktur, teknisi dan para pembantu lainya hendaknya bekerja sama

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan yang akan dicapai dalam

pengelolaan workshop adalah terselenggaranya proses belajar-mengajar di

workshop dengan cara yang efektif dan efisien., sehingga dari proses belajar-

mengejar tadi siswa yang melaksanakan praktikum dapat memperoleh

keterampilan sesuai dengan tujuan pengajaran.

Susunan mata pelajaran dalam kurikulum jurusan teknik mekanik otomotif

terdiri dari pengajaran teori dan praktek, terlihat dari silabus bahawa setiap mata

pelajaran teori yang disajikan di kelas disertai dengan kegiatan praktikum di

workshop. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan siswa guna meningkatkan

keterampilan siswa maka diperlukan adanya proses pembelajaran praktikum yang

didasari dari kajian teori yang dikembangkan di dalam kelas

Ini menunjukkan keterkaitan yang sangat besar antara kegiatan teori dan

praktek yang sangat besar sekali. Menurut Syahrul (1981) mengenai pengelolaan

dan kegiatan laboratorium IPA pada SMP negeri di Sumatera Barat, ia mengatakan

bahwa terdapat pengaruh yang sangat berarti dari kegiatan praktek terhadap hasil

beajar siswa dibidang studi IPA.

11

10

Page 12: BAB I dan bab II

Dari penjelasan diatas, maka dapat kita mengerti bahwa kegiatan praktek

tidak terlepas dari peralatan, merupakan kerugian jika peralatan jika peralatan tidak

digunakan sebagaimana fungsinya. Masalahnya yang timbul pada kenyataannya

bagaimana memanfaatka peralatan yang ada supaya sesuai dengan fungsinya.

2. Utilisasi

Utilisasi berasal dari kata utilization yang berarti pemanfaatan dan

penggunaan. Kemudian yang dimaksud dengan utilisasi dalam penelitian ini

adalah pemanfaatan peralatan dalam kegiatan praktikum. Salah satu cara untuk

melihat apakah lembaga tersebut masih mungkin atau tidaka lagi untuk

ditingkatkan daya tampungnya, maka hal ini dapat dilihat dari jumlah pemanfaatan

sarana dan prasarana yang ada pada lembaga tersebut atau sering disebut dengan

utilisasi fasilitas.

Lalu apa yang dimaksud dengan utilisasi dalam sebuah lembaga

pendidikan. Banyak orang mengartikan utilisasi hanya jumlah jam dalam

pemanfaatan alat, dibanding dengan jumlah pemanfaatan yang direncanakan.

Artinya apabila alat yang dirancanakan untuk pemenfaatan 100 jam/semester dan

kenyataanya 50 jam/semester maka utilisasi adalah

= 0.50 atau 50 %

Ini membicarakan gambaran keseluruhan, angka ini tidak berbicara

tentang :

12

Page 13: BAB I dan bab II

1. Banyak siswa yang memanfaatkan alat tersebut.

2. Kegiatan belajar apa yang dilakukan.

3. Apakah waktu 50 jam semata – mata untuk praktek.

4. Apakah waktu praktikum 50 jam sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Penyebab rendahnya utilisasi :

1. Berkurang / bertambahnya jurusan yang dibuka.

2. Kesukaran mengatur jam praktek dan teori dimana satu mata pelajaran

dengan yang lainya berbeda.

Menurut davies (1980) faktor utilisasi adalah perbandingan antara aktifitas

(actifity) dengan kapasitas ruangan (capability). Jadi utilitas peralatan pada

lembaga pendidikan berarti seberapa besar pemanfaatan alat untuk kegiatan belajar

mengajar. Lebih tegasnya utilisasi alat berarti perbandingan seberapa besar alat

telah dipergunakan / dimanfaatkan dibanding dengan daya tampungnya.

Banyak factor yang mempengaruhi, diantaranya dalam menentukan satuan

waktu yang dipergunakan. Menurut F. Barrow (1983) dalam buletinya

mengemukakan bahwa utulisasi fasilitas tergantung pada 3 hal :

- Periode / jumlah jam pemakaian peralatan perminggu.

13

Page 14: BAB I dan bab II

- Jumlah siswa yang menggunakan fasilitas perminggu.

- Jenis kegiatan yang berlangsung.

Dalam hubungan diatas, bila dalam seminggu fasilitas dirancanakan 40

periode, kenyataan 27 periode maka dinyatakan utilisasinya 27 / 40 = 0.65 . agar

dapat dikatakan suatu ruangan telah dimanfaatkan secara (full utilized), maka

ruangan itu harus dipergunakan sesuai dengan fungsinya.

Menurut Adjis (1985) utilisasi ruangan dan peralatan didalamnya

hanyalah sebagian dari utilisasi sumber belajar. Secara gairs besar ada 4 faktor

yang dapat dilihat dan dihitung yaitu ruangan, peralatan, guru, dan siswa. Davies

(1980) ada 3 faktor yang dihitung untuk utilisasi :1. factor utilitas (factor utility) 2.

factor frekwensi ruangan 3. pemanfaatan tempat duduk

3. Peralatan

Menurut bahasa peralatan berarti segala sesuatu yang secara langsung

digunakan untuk meunjang aktifitas tertentu. Dalam dunia penddikan peralatan

diartikan sebagai sarana penunjang terselenggaranya proses belajar mengejar

untuk tujuan yang lebih baik.

Berarti sarana pendidikan adalah peralatan dan perengkapan yang secara

langsung digunakan dan menunjang proses pendidikan khususnya proses belajar

mengejar, seperti ruangan kelas, meja, kursi serta media penagjaran yang

menunjang proses pengajaran.

14

Page 15: BAB I dan bab II

Nawawi (1987) dalam bafadal (2003 : 2) klasifikasi sarana pendidikan

dilihat dari masa pemakaianya :

1. Sarana pendidikan habis dipakai.

segala peralatan dan bahan yang bial digunakan bisa hyabis dalam

jangka waktu yang relatif singkat seperti kapur, kertas, spidol, dll.

2. Sarana pendidikan yang tidak habis dipakai atau tahan lama.

Semua alat yang digunakan terus menerus dalam waktu yang relative

lama dan perawatan lebih seperti : mesin, meja, bangku, toll, dll.

Menurut fungsinya alat dapat dibedakan dalam 3 bagian :

1. Alat mesin

Alat yang mempunyai daya gerak atau tenaga baik dijalankan dengan

motor penggerak atau tenaga manusia.

2. Alat tangan

Alat – alat kecil dalam pekerjaan yang digunakan untuk proses

perbaikan atau service pekerjaan yag menggunakan tangan atau digerakkan

oleh tangan.

3. Alat ukur

15

Page 16: BAB I dan bab II

Alat – alat yang digunakan untuk mengukur atau menghitung sepeti

besaran luas, suhu, dll.

Menurut Turangga dalam mersia (2006 : 11) sarana belajar merupakan

seperangkat alat yang digunakan untuk menunjang suatu penyelenggaraan

kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian menjadi hal yang sangat penting

untuk diperhatikan bagaiman sarana peralatan sebagai penunjang terciptanya

penyelenggaraan pengajaran dapat termanfaatkan secara optimal

Selain itu Amran Gambut (1983 : hal 4) menjelaskan bahwa :

“Walaupun perlatan labor dan workshop sudah lengkap dan modern, kemudian skema kerja pembelajaran telah disusun dengan rapi, tapi bila mana masih ada peralatan yang belum dipergunakan sebagaimana mestinya, maka telah terjadi pemborosan secara ekonomi dalam jumlah yang besar.”

Dari pendapat diatas, dapat dipahami bahwa selain keselamatan para siswa

dan alat, pemanfaatan peralatan dalam workshop juga harus diperhatikan karena

jika peralatan yang sudah modern yang sudah di tata dengan rapi namun tidak

dipergunakan dengan maksimal menyebabkan pemborosan dalam segi ekonomi.

Menurut Slameto (1995) syarat keberhasilan belajar adalah belejar

memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

Berdasarkan sumber tersebut ketersediaan alat dan pemanfaatanya juga berpotensi

untuk menciptakan suasana belajar yang tenang bagi siswa.

16

Page 17: BAB I dan bab II

Semua peralatan yang digunakan akan di periksa (audit) keadaanya oleh

para teknisi atau secara tidak langsung juga dilakukan oleh para guru.menurut

peraturan pemerintah Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1996 :

“Pemeriksaan secara sistematik dan independen oleh para pengawas, untuk menentukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan sesuai dengan pengaturan yang direncanakan, dan dilaksanakan secara efektif dan cocok untuk mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan”

Dari peraturan yang dikeluarkan pemerintah tersebut dapat dimengerti

bahawa pemeriksaan harus dilakukan oleh setiap teknisi, agar semua sesuai

dengan pengaturan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang efektif dan

efisien.

4. Workshop

Workshop merupakan tempat terselenggaranya proses belajar mengejar

praktikum, dimana disana juga ditempatkan, disimpan, dipelihara sarana dan

prasarana pendukung proses pembelajaran berupa peralatan praktikum.

Mansurdin (1989:1) mengemukakan bahwa laboratorium / workshop adalah:

“Suatu ruang atau bangunan atau suatu tempat baik tertutup maupun terbuka yang

dignakan kegiatan ilmiah seperti melakukan percobaan, penelitian demontrasi dan

lain sebagainya”.

Selain penggunaan wokshop tersebut, pelaksaan dalm pemanfaatanya

menjadi tanggung jawab teknisi di dalamnya. Dalam Peraturan Menteri Tenaga

Kerja No. PER.05/MEN/1996 tentang keselamatan kerja juga dijelaskan bahwa:

17

Page 18: BAB I dan bab II

“Beberapa hal penting penyimpanan bahan adalah :

1. Seharusnya mudah bagi pekerja, forklifts dan peralatan penanganan mekanik seperti trolleys (kereta) dan drumlifters untuk bergerak didalam dan sekitar area gudang.

2. Bahan dapat disimpan pada rak, laci, dan kotak-kotak.

3. Fasilitas penyimpanan khusus, seperti lemari tahan api dan kaleng/teromol keamanan, diperlukan untuk barang-barang yang berbahaya.

4. Bahan kimia, secara jelas ada label dan disimpan ditempat yang aman yaitu kering, ventilasi baik, area jauh dari pekerja.

5. Jenis bahan kimia seharusnya dipisahkan.

6. Batas tingkatan Asap, debu dan radiasi seharusnya dimonitor pada lokasi gudang dan pada area kerja.

7. Bau yang menyengat, gumpalan awan dan debu dari asap seharusnya diselidiki”.

Dari penjelasan diatas dimaksudkan agar semua yang dilakukan oleh para

teknisi dalam mengurusi ruangan praktikum dapat terealisasi dengan baik supaya

semua peralatan yang ada terjaga dengan baik disamping keselamatam para siswa

dalam praktikum juga dapat terjaga dengan baik.

Agar laboratorium / workshop dapat dimanfaatkan sesuai dengan langkah –

langkah yang seharusnya maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pemanfaatannya antara lain, menurut Subiyanto (1988:81):

1. Ketersediaan peralatan laboratoriumAgar laboratorium dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsi dan

tujuannya hendaknya dipersiapkan alat dan bahan yang memadai dan menunjang kegiatan Laboratorium

2. Petunjuk kegiatan laboratoriumGuru hendaknya menyiapkan petunjuk dalam pelaksanaan

kegiatan di laboratorium sehingga siswa dapat bekerja sesuai dengan apa yang diharapkan guru.

18

Page 19: BAB I dan bab II

3. Melibatkan siswa dalam laboratorium

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ada bebrapa faktor yang

mempengaruhi pemanfaatan workshop yaitu : ketersediaan peralatan di dalamnya,

adanya petunjuk bagi siswa agar dapat melekukan praktikum dengan baik

disamping itu juga dapat menjaga keselamatan kerja bagi siswa tersebut

kemudian secara langsung siswa sendiri juga menjadi faktor yang mempengaruhi

pemenfaatanya.

Pemanfaatan wokshop / laboratorium secara maksimal tidak terlepas dari

menejemen yang diterapkan oleh pada teknisi menurut standar yang di berikan

oleh pemerintah, sebangaimana peraturan mentri tenaga kerja nomor 26 tahun

2008 tanggal 11 juni 2008 sebagai berikut :

Merencanakan kegiatan dan pengembangan laboratorium sekolah/madrasah :1. Menyusun rencana pengembangan laboratorium.2. Merencanakan pengelolaan laboratorium.3. Mengembangkan sistem administrasi laboratorium.4. Menyusun prosedur operasi standar (POS) kerja laboratorium.

Mengelola kegiatan laboratorium sekolah/madrasah :1. Mengkoordinasikan kegiatan praktikum dengan guru.2. Menyusun jadwal kegiatan laboratorium.3. Memantau pelaksanaan kegiatan laboratorium.4. Mengevaluasi kegiatan laboratorium.5. Menyusun laporan kegiatan laboratorium.

Menurut peraturan pemerinatah tersebut, maka pera teknisi yang bertugas

tidak hanya menjaga agar peralatan yang ada menjadi terawatt juga harus

19

Page 20: BAB I dan bab II

mengatur menejerial di dalam workshop seperti menyusun rencana

pengembangan laboratorium, merencanakan pengelolaan laboratorium/workshop,

mengembangkan sistem administrasi, dan menyuususn prosedur operasionalny.

B. Kerangka Konseptual

Bertitik tolak dari teori-teori tentang utilisasi dan pemanfaatan peralatan di

ruang praktikum yang telah dikemukakan diatas, maka untuk mengetahui sejauh

mana pencapaian Utilisasi Peralatan Praktikum pada Workshop Otomotif Jurusan

Teknik Mekanik Otomotif di SMK N 1 Sungai Manau Jambi perlu dirumuskan

kerangka konseptual .Kerangka konseptual ini dijadikan sebagai pedoman dalam

menentukan arah penelitian yang dapat digambarkan sebagai berikut :

20

UTILISASI

4. Penyimpanan alat

3. Kerusakan alat dan factor penyebabnya.

2. Pemanfaatan alat menurut fungsinya.

1. Frekwensi pemanfaatan alat.

Page 21: BAB I dan bab II

Gambar 1. Kerangka Konseptual.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu sesuai dengan yang

dikemukakan oleh arikunto (1989: 291) bahwa penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang dimaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu

gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.

Kemudian Irawan (1999:60) juga mngemukakan penelitian deskriptif adalah

penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan suatu hal apa

adanya.

Berdasarkan permasalahan yang ada, pada dasarnya penelitian ini melihat

seberapa besar pemanfaatan peralatan sebagaimana fakta ap apa adanya. Data

21

5. Ketersediaan alat

6. Perawatan alat

Page 22: BAB I dan bab II

hasil yang diperoleh dari penelitian diolah dan dianalisa secara eksak dengan

menggunakan perhitungan statistik.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhsn subjek yang diteliti. Sudjana (1992:6)

mengatakan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil

penghitungan atau pengukuran, kulitatif atau kuantitatif mengenai karakteristik

tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan ingin di pelajari sifat-

sifatnya. Dalam penelitian ini peralatan praktikum yang ada dalam wokshop

dijadikan sebagai populasi.

2. Sampel Penelitian

Menurut arikunto (1998:117) sampel yaitu sebagian dari populasi yang

diteliti. Sampel yang baik adalah sampel yang dapat mengukur apa yang hendak

di ukur dan memiliki validitas yang tinggi.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan teknik

stratifiet proportional random sampling karena populasi berstrata (sudjana, 1989:

172). Irawan (1999:183) menyebutkan bahwa sebagian pakar mengatakan apabila

populasi 100 maka sebaiknya semua populasi dimasukkan sebagai sampel, akan

tetapi apabila populasi 100 maka diambil minimal 25 – 30 %. Oleh karena itu

semua populasi dalam penelitian ini dijadikan sebagai sampel.

22

21

Page 23: BAB I dan bab II

C. Teknik Pengambilan Data

1. Observasi

Observasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dari obyek yang

diteliti melalui pengamatan langsung oleh peneliti ketika penelitian berlangsung.

Adapun yang diamati adalah:

1. Pelaksanaan/pemakaian peralatan praktikum

yang dilakukan para siswa saat praktikum.

2. Jumlah jam /periode pelajaran yang terpakai saat

praktikum.

3. Jumlah siswa yang menggunakan peralatan

tersebut.

2. Intervew

Intervew adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

wawancara kepada teknisi dan para suru yng mengajar pelajaran, dalam penelitian

ini digunakan sebagai data pelengkap.

D. Teknik Analisa Data

Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik statistik deskriptif dengan perhitungan persentase. Lebih lanjut menurut

Agusfidar (1996:33) bahwa “Bila suatu penelitian bertujuan mendapatkan

gambaran atau menemukan sesuatu sebagaimana adanya tentang obyek yang

23

Page 24: BAB I dan bab II

diteliti, maka analisis yang dibutuhkan cukup dengan perhitungan persentase”.

Langkah-langkah dalam perhitungan persentase sebagai berikut :

P = Angka persentase yang ingin didapatkan.

n = Jam alat terpakai

N = Jam alat tersedia

100 = Angka tetap

Penggunaan statistik sederhana ini bukan untuk melihat korelasi hubungan

antara dua variabel atau lebih, melainkan hanya untuk melihat kecendrungan hal

atau keadaan tertentu secara faktual.

24