bab i dan bab ii

43
Uji Kandungan Klorin Yang Terdapat Pada Air PDAM Farmasi 3C 31113151 Silvia Cahya Wibawa

Upload: silvia-cahya-wibawa

Post on 13-Apr-2016

228 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB I dan BAB II

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I dan BAB II

Uji Kandungan Klorin Yang Terdapat Pada Air PDAM

Farmasi 3C

31113151

Silvia Cahya Wibawa

Page 2: BAB I dan BAB II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan air sangatlah besar dan jika dilihat dari segi

penggunaan maka air tidak lepas dari segala aspek kehidupan manusia.

Sumber air dapat berasal dari mata air di pegunungan, danau, sungai, sumur,

hujan, dan lainnya. Air yang ada di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan

murni bersih, tetapi selalu ada senyawa atau mineral lain yang terlarut di

dalamnya. Selain daripada itu, air seringkali juga mengandung bakteri atau

mikroorganisme lainnya. Keadaan normal air tergantung pada air itu sendiri

dan asal sumber air.

Kesehatan dunia (WHO) telah mencanangkan program pengadaan air

bersih bagi umat manusia. mengingat semakin langkanya air bersih, akibat

ulah manusia dan perbuatan manusia yang merusak sumber daya alam serta

lingkungan. Di Indonesia diperkirakan sekitar 70% penduduk kota dan dan

90% peduduk pedesaan belum dapat menikmati air bersih dan sehat.

Perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup serta penyediaan air bersih

dan sehat merupakan program pemerintah Indonesia. Salah satu cara

pemerintah Indonesia meyediakan air bersih adalah dengan mendirikan

PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) yaitu badan usaha milik pemerintah

Page 3: BAB I dan BAB II

yang memiliki cakupan usaha dalam pengelolaan air minum dan pengelolaan

sarana air kotor untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang

mencakup aspek sosial, kesehatan dan pelayanan umum.

Air sebagai kebutuhan utama manusia harus bebas dari berbagai

mikroorganisme yang dapat berperan dalam penularan penyakit yang

menular. Untuk membunuh mikroorganisme-mikroorganisme tersebut maka

dibubuhkanlah desinfektan (Maryunani, 1976:27). Dari bermacam-macam zat

kimia sering dipakai adalah klor karena harganya murah dan masih

mempunyai daya desinfeksi sampai beberapa jam setelah pembuuhannya

(residu klor) (Alaerts, 1987: 103).

Selain dapat membasmi bakteri dan mikroorganisme, klor dapat

menginduksi ion-ion logam seperti Fe2+, Mn2+ menjadi Fe3+, Mn4+ dan

memecah molekul organis seperti warna. Selama proses tersebut, klor sendiri

direduksi sampai menjadi klorida (Cl-) (Alaert,1987:103). Didalam air

senyawa klor akan turun dengan cepat. Diantaranya yang mempercepat

penurunan adalah sinar matahari dan penggocokan sampel (Alaerts,

1987:111).

1.2 Identifikasi Masalah

1.2.1 Bagaimana kualitas air PDAM?

1.2.2 Bagaimana kandungan klorin yang terdapat pada air PDAM?

1.3 Pembatasan Masalah

Page 4: BAB I dan BAB II

Pembahasan batasan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk

membatasi pembahasan pada pokok permasalahan penelitian saja. Ruang

lingkup menentukan konsep utama dari permasalahn sehingga masalah

masalah dalam penelitian dapat dimengerti dengan mudah dan baik.

Batasan masalah penelitian sangat penting dan mendekatkan p;ada

pokok permasalahan yang akan dibahas. Hal ini agar tidak terjadi kerancuan

ataupun kesimpangsiuran dalam menginterprestasikan penelitian. Ruang

lingkup penelitian dimaksudkan sebagai penegasan mengenai batas-batas

objek. Ruang lingkup penelitian ini yaitu menetapkan kadar klorin dalam air

PDAM.

1.4 Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil dari

pengolahan air PDAM sudah memenuhi kriteria-kriteria yang telah di

tentukan dan tidak berpengaruh terhadap kesehatan manusia.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas air yang terdapat

pada air PDAM dan mengetahui kandungan klorin yang terdapat didalamnya.

1.5 Kegunaan Penelitian

Page 5: BAB I dan BAB II

Karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat dan memperluas

pengetahuan pada bagi mahasiswa dan kalangan masyarakat mengenai

kandungan klorin yang terdapat pada air PDAM.

Memberikan informasi kepada petugas PDAM untuk memperhatikan

dalam pembubuhan klorin.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif

1.7 Kerangka Pemikiran

Klorida adalah senyawa klor (Cl-). Klor adalah zat kimia yang sering

banyak dipakai karena mempunyai daya sebagai pemurnian air, pemutih, gas

mustard dan desinfeksi setelah beberapa jam pembubuhan. Tetapi toksisitas

klor tergantung pada senyawanya. Dalam jumlah banyak klor dapat

menimbulkan rasa asin akan tetapi sebagai desinfektan residu klor dalam

penyediaan air sengaja dipelihara. Tetapi klor dapat terikat pada senyawa

organic dan membentuk halogen-hidrokarbon (Cl-HC) yang dikenal sebagai

senyawa-senyawa karsinogenik.

Persyaratan menurut Permenkes RI No : 416/Menkes/Per/IX/1990 dan

Permenkes RI No: 061/Menkes/Per/I/1991, bahwa persyaratan air bersih

harus memenuhi kualitas air yang telah ditetapkan secara fisik, kimia,

bakteriologis. Air PDAM secara bakteriologis (koliform total) yang

Page 6: BAB I dan BAB II

diperbolehkan adalah nihil (0) per 100 ml air, sedangkan secara kimia (sisa

klor) yang dianjurkan 0,2 – 0,5 mg/l, sehingga untuk memenuhi syarat

bakteriologis ini umumnya dilakukan desinfeksi pada air PDAM.

1.8 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan dari tanggal … di daerah Banjarsari Ciamis.

Page 7: BAB I dan BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

2.2.1 Pengertian

Air merupaka suatu kebutuhan dan tidak dapat ditinggalkan

untuk kehidupan manusia karena air digunakan untuk bermacam-macam

kegiatan seperti minuman, pertanian, industri, perikanan dan rekreasi

(Buckle, 1987:193).

Air merupakan cairan tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak

berasa dengan minus molekul H2O dan bersifat polas sehingga

merupakan pelarut yang baik untuk bermacam-macam zat, molekul air

terikat oleh ikatan hydrogen satu sama lain mempunyai titk beku 0oC

(TIM EraMedia, 2008:8)

2.2.2 Kegunaan Air Bagi Tubuh Manusia

Kegunaan air bagi tubuh manusia antara untuk proses

pencernaan, metabolisme mengangkan zat-zat makanan dalam tubuh,

mengatur keseimbangan suhu tubuh dan menjaga jangan sampai tubuh

kekeringan. Untuk menjaga kebersihan tubuh dengan mandi dua kali

sehari dengan menggunakan air bersih yang diharapkan orang akan

bebas dari penyakit (Totok, 1996:11).

Page 8: BAB I dan BAB II

2.2.3 Syarat-syarat Air

1. Syarat Fisik

Menurut azwar (1996) syarat fisik dari air ialah tidak boleh

berwarna, tidak boleh berasa, tidak boleh berbauarus jernih, suhu

sebaiknya dibawah suhu udara, sejuk (± 250C)

2. Syarat Kimia

Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara

berlebihan oleh zat-zat kimia dan mineral, terutama oleh zat-zat

kimia dan mineral yang berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya

diharapkan pula zat ataupun bahan kimia yang terdapat didalam

air minum, tidak sampai menimbulkan kerusakan pada tempat

penyimpanan air, sebaliknya zat ataupun bahan kimia dan mineral

yang dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat dalam

kadar yang sewajarnya dalam sumber air minnum tersebut.

(Azwar.,1996).

3. Syarat Biologi

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri

penyakit (patogen) sama sekali tidak boleh mengandung bakteri

golongan coli melebihi batas-batas yang telah ditetukan yaitu 1

coloni/100 ml air. Bakteri golongan coli ini berasal dari usus besar

dan tanah. Air yang mengandung golongan coli dengan kadar

yang melebihi batas yang telah ditentukan, dianggap telah

Page 9: BAB I dan BAB II

terkontaminasi dengan kototan manusia. Dengan demikian dalam

pemeriksaan bakteriologi, tidak langsung diperiksa apakah air itu

mengandung bakteri pathogen, tetapi diperiksa dengan indikator

bakteri golongan coli. (Sutrisno,2002).

Mengingat bahwa pada dasarnya tidak ada air yang seratus

persen murni dalam air sesuai dengan syarat air yang baik untuk

kesehatan, oleh karena itu air yang ada dipersyaratan yang telah

ditentukan atau paling tidak mendekati syarat-syarat yang

dikehendaki. Pada umumnya, persyaratan air minum pada

beberapa negara berbeda-beda, tergantung kepada kondisi negara

masing-masing, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.2.4 Standar Kualitas Air

Penentuan standart kualitas air didasarkan pada pertimbangan,

bahwa bahan-bahan beracun yang apabila kadarnya dalam air minum

melebihi batas akan membahayakan kesehatan, misalnya timbal,

selenium, arsen, kromium, sianida, cadmium, raksa, dan sebagainya.

Bahan-bahan kimia spesifik yang dapat mempengaruhi air minum,

yaitu mangan, cuprum, zeng, calcium, magnesium, sulfat, klorida, dan

fenol. Bahan kimia yang merupakan petunjuk adanya pencemaran

yaitu zat organic jumlah, kebutuhan biologic akan oksigen (BOD),

kebutuhan kimia akan oksigen (COD), nitrogen jumlah, nitrat, fosfat.

Syarat air minum dan air bersih. Hampir setiap Negara mempunyai

Page 10: BAB I dan BAB II

persyaratan air minum dan air bersih sendiri-sendiri sesuai dengan

situasi dan keadaan masing-masing Negara tersebut. Pada dasarnya

aturan dan persyaratan mengacu pada persyaratan yang dikeluarkan

oleh Badan Kesehatan dunia yaitu WHO. Indonesia dengan

PERMENKES RI NO. 416/MENKES/PER/1990, tentang persyaratan

air minum, persyaratan air bersih, air kolam renang dan air pemandian.

Air adalah air minum, air bersih, air kolam, renang dan air pemandian

umum, air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat

kesehatan dan dapat langsung diminum, air bersih adalah air yang

digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi

syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Kualitas

air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan

mikrobiologi, fisika, kimia, dan radioaktif. Pengawasan kualitas air

bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air

yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta

meningkatkan kualitas air.

2.2 Klorin

Klorin merupakan salah satu unsur yang ada di bumi dan jarang

dijumpai dalam bentuk terikat dengan unsure dan senyawa lain membentuk

Page 11: BAB I dan BAB II

garam natrium klorida (NaCl) atau dalam bentuk ion klorida si air laut

(Ahmad,2006).

Klorin yaitu unsur dengan nomor atom 17, lambing Cl dan BA 35,453;

gas kuning kehijauan, bersifat racun dan berbau menyesakkan dengan rumus

Cl2 ditemukan oleh Scheele pada tahun 1774 (Ahmad,2006)

2.2.1 Manfaat Klorin

Manfaat klorin menurut Ahmad Hasan tahun 2006, klorin

dimanfaatkan dalam berbagai bidang, mulai bidang industri, kesehatan,

pertanian dan lain-lain. Berikut ini beberapa contoh manfaat klorin di

berbagai bidang.

1. Manfaat klorin dalam bidang kesehatan

Klorin yang dikenal dengan kaporit atau dalam bentuk gas

klor merupakan bahan antiseptik atau disinfektan yang dapat

membunuh kuman, virus dan bakteri. Klorin adalah bahan utama

yang di gunakan dalam proses klorinasi air minum

2. Manfaat klorin di bidang Industri

Dalam bidang industri tekstil, pulp dan kertas korin

digunakan sebagai bahan pemutih dan penghalus. Penggunaan

klorin dalam kedua bidang industri diatas dapat meningkatkan

kualitas produk yang dihasilkan. Pada industri pembuatan plastik

klorin digunakan sebagai bahan baku PVC yang terkenal kuat dan

tidak mudah pecah.

Page 12: BAB I dan BAB II

3. Manfaat klorin di bidang Pertanian

Klorin digunakan sebagai bahan baku pestisida seperti

DDT, Aldrin dan dieldrin. Pestisida berbahan baku dari klorin

merupakan jenis pestisida yang pertama kali di buat manusia.

namun kini sepertinya pestisida semacam ini sudah dilarang

pengunaannya oleh pemerintah karena dapat merusak lingkungan.

4. Manfaat klorin di bidang energi dan kelistrikan.

Padapembangkit-pembangkit listrik seperti PLTU dan

PLTN, klorin digunakan sebagai zat pendingin dan juga sebagai

bioside.

2.2.2 Dampak Klorin

Dampak klorin menurut Ahmad Hasan tahun 2006, selain

memiliki banyak manfaat, ternyata klorin juga sangat berbahaya bagi

kesehatan dan kelestarian lingkungan. Paparan klorin dapat terjadi di

tempat kerja atau di lingkungan berikut rilis ke udara, air, atau tanah..

Klorin biasanya hanya ditemukan dalam pengaturan industri. Klorin

memasuki tubuh menghirup udara yang terkontaminasi dengan atau

bila dikonsumsi dengan makanan atau air yang terkontaminasi. Ini

tidak tinggal di dalam tubuh, karena kereaktifannya.

Efek klorin terhadap kesehatan manusia tergantung pada

berapa jumlah klorin yang hadir, dan panjang dan frekuensi paparan.

Efek juga tergantung pada kesehatan seseorang atau kondisi

Page 13: BAB I dan BAB II

lingkungan saat paparan terjadi. Bernapas dalam jumlah kecil klorin

untuk jangka waktu yang singkat merugikan mempengaruhi sistem

pernapasan manusia. Efek berbeda dari batuk dan nyeri dada, retensi

air dalam paru-paru. Klorin mengiritasi kulit, mata, dan sistem

pernapasan. Efek ini tidak mungkin terjadi pada tingkat klorin yang

biasanya ditemukan di lingkungan.

Klorin larut bila dicampur dengan air. Hal ini juga dapat

melarikan diri dari air dan masuk udara dalam kondisi tertentu.

Kebanyakan rilis langsung klorin terhadap lingkungan adalah udara

dan permukaan air. Setelah di udara atau di air, klorin bereaksi dengan

bahan kimia lain. Menggabungkan dengan bahan anorganik dalam air

untuk membentuk garam klorida, dan dengan bahan organik dalam air

untuk membentuk bahan kimia organik diklorinasi. Karena reaktivitas

klorin tidak mungkin untuk bergerak melalui tanah dan memasuki

tanah. Tanaman dan hewan tidak mungkin untuk menyimpan klorin.

Namun, penelitian laboratorium menunjukkan bahwa paparan berulang

ke klorin di udara dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, darah,

jantung, dan sistem pernapasan hewan. Klorin menyebabkan

kerusakan lingkungan pada tingkat rendah. Klorin sangat berbahaya

bagi organisme yang hidup di air dan di tanah.

Pembuatan air ledeng umumnya menggunakan air permukaan,

yang umumnya akan lebih banyak mengandung kuman atau

Page 14: BAB I dan BAB II

mikroorganisme merugikan daripada bila dibandingkan dengan air

sumur. Campuran khlorin yang berlebihan tentunya akan dapat sampai

ke kita dan akan masuk ke dalam tubuh jika kita meminum air yang

mengandung khlorin tersebut.

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen tahun 2008

pengaruh klorin terhadap kesehatan dapat mengganggu system

kekebalan tubuh, merusak hati dan ginjal, gangguan pencernaan,

gangguan pada system saraf, dapat menyebabkan kanker dan gangguan

pada system reproduksi yang dapat menyebabkan keguguran.

Page 15: BAB I dan BAB II

2.2.3 Analisis Kadar Klorin

Analisis kadar klorin diuji dengan mengguanakn 2 cara:

2.2.3.1 Analisis secara kualitatif

1. Uji Asam Klorida encer

Penambahan HCl encer, KI dan kloroform dalam

sampel menunujukkan hasil positif terdapat klorin jika

terjadi warna ungu.

2. Uji Timbal Nitrat Pb(NO3)

Penambahan Pb(NO3) dalam sampel menunujukkan

hasil positif terdapat klorin jika terjadi perubahan warna

coklat setelah dipanaskan.

3. Uji KI dan Kloroform

Penambahan KI dan kloroform dalam sampel

menunjukkan hasil positif terdapat klorin jika terjadi

perubahan warna ungu.

4. Uji Asam klorida encer

Penambahan HCl encer dalam sampel

menunjukkan hasil positif terdapat klorin jika terjadi

perubahan warna kuning.

5. Uji Merkurium

Penambahan HCl encer dalam sampel menunjukkan

hasil positif terdapat klorin jika terjadi perubahan

Page 16: BAB I dan BAB II

terbentuknya endapan warna coklat (Pudjaatmaka dan

Setiono, 1990, hal : 344-345).

2.2.4.1 Analisis secara kuantitatif

Analisa klorida secara kuantitatif dapat dilakukan

dengan beberapa cara, diantaranya analisa secara titrimetri

dengan menggunakan metode iodometri. Metode yang sering

digunakan pada penetapan klorida adalah metode iodometri.

Metode iodometri (redoksimetri) yang tergolong pada

pemeriksaan kimia secara titrimetri atau volumetric.

Titrimetri atau analisa volumetri adalah salah satu cara

pemeriksaan jumlah zat kimia yang luas penggunaannya. Cara

ini sangat menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan

cepat,ketelitian dan ketepatan cukup tinggi, juga dapat

digunakan untuk menentukan kadar berbagai zat yang

mempunyai sifat yang berbeda-beda.

Diantara sekian banyak contoh teknik atau cara dalam

analisis kuantitatif terdapat dua cara melakukan analisis dengan

menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung

dan tidak langsung. Cara langsung disebut iodimetri

(digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-

reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik

ekivalennya). Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan

Page 17: BAB I dan BAB II

mengingat iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah.

Sedangkan cara tidak langsung disebut iodometri (oksidator

yang dianalisis kemudian direaksikan dengan ion iodida

berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya iodium

dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan

natrium thiosilfat standar atau asam arsenit) (Bassett, 1994).

Dengan kontrol pada titik akhir titrasi jika kelebihan 1

tetes titran. perubahan warna yang terjadi pada larutan akan

semakin jelas dengan penambahan indikator amilum atau kanji

(Svehla, 1997). Iodium merupakan oksidator lemah.

Sebaliknya ion iodida merupakan suatu pereaksi reduksi yang

cukup kuat. Dalam proses analitik iodium digunakan sebagai

pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai

pereaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan

pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara

langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodometrik

adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup

kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada

banyak penggunaan proses iodometrik.

Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada

pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium,

yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat (Day

Page 18: BAB I dan BAB II

& Underwood, 1981). Metode titrasi iodometri langsung

(iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod

standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri)

adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan

dalam reaksi kimia (Bassett, 1994). Larutan standar yang

digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium

thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat

Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan

penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi

dengan standar primer.

Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu

yang lama sehingga boraks atau natrium seringkali

ditambahkan sebagai pengawet. Iodin mengoksidasi tiosulfat

menjadi ion tetrationat:

I2 + 2S2O32-             2I- + S4O6

2-

Reaksinya berjalan cepat sampai selesai dan tidak ada

reaksi sampingan. Berat ekivalen dari Na2S2O3.5H2O adalah

berat molekularnya 248,17 karena satu electron persatu

molekul hilang. Jika pH dari larutan diatas 9 tiosulfat

teroksidasi secara parsial menjadi sulfat:

4I2 + S2O32- + 5 H2O            8I- + 2SO4

2- + 10H+

Page 19: BAB I dan BAB II

Dalam larutan yang netral atau sedikit alkalin oksidasi

menjadi sulfat tidak muncul , terutama jika iodin dipergunakan

sebagai titran.

Banyak agen pengoksidasi kuat seperti garam

permanganate,garam dikromat dan garam serium (IV)

mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat ,namun reaksinya tidak

kuantitatif. Dalam standarisasi larutan-larutan tiosulfat

sejumlah substansi dapat dipergunakan sebagai standar-standar

primer untuk larutan-larutan tiosulfat. Iodin murni adalah

standar yang paling jelas namun jarang digunakan karena

kesulitan dalam penanganan dan penimbangan yang lebih

sering dipergunakan adalah standar yang terbuat dari suatu

agen pengoksidasi kuat yang akan membebaskan iodine dari

iodide,sebuah iodometrik.

Kalium iodat dan kalium bromat mengoksidasi iodide

secara kuantitatif menjadi iodine dalam larutan asam. Reaksi

iodatnya berjalan cukup cepat ,reaksi ini juga hanya

membutuhkan sedikit kelebihan ion hydrogen untuk

menyelesaikan reaksi. Reaksi bromat berjalan lebih lambat

namun kecepatannya dapat ditingkatkan dengan menaikkan

konsentrasi ion hydrogen biasanya sejumlah kecil ammonium

molibda ditambah sebagai katalis. Kerugian utama dari kedua

Page 20: BAB I dan BAB II

garam ini sebagai standar primer adalah bahwa berat ekivalen

mereka kecil.

Iodium dapat dimurnikan dengan sublimasi ia larut

dalam larutan KI harus disimpan pada tempat yang dingin dan

gelap . berkurangnya iodium dan akibat penguapan dan oksidsi

udara menyebabkan banyak kesalahan dalm analisis dapat

distandarisasi dengan Na2S2O3.5H2O yang lebih dahulu

distandarisasi dengan senyawa lain.

Biasanya indikator yang digunakan adalah kanji atau

amilum. Iodida pada konsentrasi < 10-5 M dapat dengan

mudah ditekan oleh amilum. Sensitivitas warnanya tergantung

pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum

mempunyai kelarutan kecil dalam air sehingga biasanya

ditambahkan pada titik akhir reaksi (Khopkar, 2002). Warna

larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga dapat bekerja

sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberikan warna

ungu atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut

seperti karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang

hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan

tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (dispersi koloidal)

kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium

dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan

Page 21: BAB I dan BAB II

lebih besar dalam larutan yang sedikit asam dari pada dalam

larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida (Day &

Underwood, 1981).

Jika larutan iodium dalam KI pada suasana netral

maupun asam dititrasi dengan natrium thiosulfat maka:

I3- + 2S2O3

2-              3I- + S4O62-

Selama reaksi zat antara S2O32- yang tidak berwarna

adalah terbentuk sebagai:

S2O32- + I3

-              S2O3I- + 2I-

Yang mana berjalan terus menjadi:

S2O3I- + S2O32-              S4O6

2- +I3-

Reaksi berlangsung baik dibawah pH = 5,0 (Khopkar,

2002). Jika suatu zat pengoksidasi kuat diolah dalam larutan

netral atau (lebih biasa) larutan asam, dengan ion iodida yang

sangat berlebih, yang terakhir bereaksi sebagai zat prereduksi,

dan oksidan akan direduksi secara kuantitatif. Dalam hal-hal

yang demikian, sejumlah iod yang ekivalen akan dibebaskan,

lalu dititrasi dengan larutan standar suatu zat pereduksi,

biasanya natrium thiosulfat (Bassett, 1994).

Potensial reduksi dari zat-zat tertentu naik banyak

sekali dengan naiknya konsentrasi ion-hidrogen dari larutan.

Inilah halnya dalam sistem-sistem yang mengandung

Page 22: BAB I dan BAB II

permanganat, dikromat, arsenat, antimonat, borat dan

sebagainya yakni, dengan anion-anion yang mengandung

oksigen dan karenanya memerlukan hidrogen untuk reduksi

lengkap. Banyak anion pengoksidasi yang lemah direduksi

lengkap oleh ion iodida, jika potensial reduksi merekanaik

banyak sekali karena adanya jumlah besar asam dalam larutan

(Bassett, 1994).

Dua sumber sesatan yang penting dalam titrasi yang

melibatkan iod adalah:

1. Kehilangan iod yang disebabkan oleh sifat mudah

menguapnya yang cukup berarti

2. Larutan iodida yang asam dioksidasi oleh oksigen

di udara:

4I- + O2 + 4H+               2I2 + 2H2O

Reaksi diatas lambat dalam larutan netral tetapi lebih

cepat dalam larutan berasam dan dipercepat oleh cahaya

matahari. Setelah penambahan kalium iodida pada larutan

berasam dari suatu pereaksi oksidasi, larutan harus tidak

dibiarkan untuk waktu yang lama berhubungan dengan udara,

karena iodium tambahan akan terbentuk oleh reaksi yang

terdahulu. Nitrit harus tidak ada, karena akan direduksi oleh

ion iodida menjadi nitrogen (II) oksida yang selanjutnya

Page 23: BAB I dan BAB II

dioksidasi kembali menjadi nitrit oleh oksigen dari udara.

Kalium iodida harus bebas iodat karena kedua zat ini bereaksi

dalam larutan berasam untuk membebaskan iodium:

IO3- + 5I- + 6H+              3I2 + 3H2O

(Day & Underwood, 1981).

Page 24: BAB I dan BAB II

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Pada peneltian ini menggunakan metode deskriptif. Sampel diperoleh

dari kompleks perumahan daerah Banjarsari-Ciamis yang menggukan air

PDAM. Kemudian sampel dilakukan pemeriksaan kadarklorin dengan

menggunakan metode titrasi iodometri.

3.2 Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Nama Alat Spesifikasi JumlahErlenmeyer 250 mL 4 buahErlenmeyer 500 mL 2 buahCorong 1 buahLabu ukur 100 mL 1 buahLabu ukur 1000mL 1 buahPipet tetes 1 buahBuret 50,0 mL 1 buahKlem dan statif 1 buahKaki tiga 1 buahKasa asbas 1 buahBunsen 1 buahPipet volume 25 mL 1 buahSpatel 1 buahGelas kimia 100 mL 1 buahGelas kimia 250 mL 1 buah

Page 25: BAB I dan BAB II

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Nama Bahan SpesifikasiAmilum 1%Asam sulfat (H2SO4) PekatKINa2S2O3.5H2O 0,1 NCH3COOH 98%K2Cr2O7 0,05NAquadestNa2CO3

3.3 Prinsip Pemeriksaan

oksidasi

OCl- + 2KI + 2CH3COOH I2 + KCH3COO + H2O + Cl-

Reduksi

Banyaknya kadar OCl- pada sampel sebanding dengan yang dilepaskan

3.4 Metode Pemeriksaan

Pemeriksaan ini menggunakan metode titrimetri. Titrasi yang digunakan

adalah iodometri. Reaksi yang terjadi adalah reaksi reduksi oksidasi.

Page 26: BAB I dan BAB II

3.5 Cara Kerja

1. Preparasi Sampel

Sampel diambil dari keran air penyaluran PDAM pada komplek

perumahan daerah Banjarsari-Ciamis.

2. Penetapan Kuantitatif Metode Iodometri

a. Standarisasi Na2S2O3

1) Pipet 10 mL larutan K2Cr2O7 0,0025 N dan masukkan kedalam

erlenmeyer 250 mL

2) Tambahkan 1 mL H2SO4 pekat dan 1 g KI dan tutup bagian atas

erlenmeyer dengan menggunakan plastik, kemudian dilubangi.

3) Selajutnya titrasi dengan menggunakan Na2S2O3 sampai warna

kuning jerami. Kemudian tambahkan amilum, titrasi dilanjutkan

kembali sampai warna biru hilang.

b. Penetapan Kadar Klor Aktif

1) Masukkan samp;el sebanyak 250 mL kedalam erlenmeyer 500

mL.

2) Tambahkan 2 mL CH3COOH 98% dengan ukur pHnya sampai

pH rata-rata 3-4 dengan menggunakan pH meter.

3) Tambahkan 1 gram KI aduk rata, kemudian tutup bagian atas

erlemeyer dengan menggunakn plsatik kemudian lubangi.

4) titrasi dengan menggunakan Na2S2O3 sampai warna kuning

jerami.

Page 27: BAB I dan BAB II

5) Hentikan titrasi, kemudian tambahkan 1 mL indikator amilum

6) Lanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 sampai warna biru tepat hilang.

c. Titrasi Blanko

1) Masukkan sampel sebanyak 250 mL kedalam erlenmeyer 500 mL

2) Tambahkan 2 mL CH3COOH 98% dengan ukur pHnya sampai

pH rata-rata 3-4 dengan menggunakan pH meter.

3) Tambahkan 1 gram KI aduk rata, kemudian tutup bagian atas

erlemeyer dengan menggunakn plsatik kemudian lubangi.

4) titrasi dengan menggunakan Na2S2O3 sampai warna kuning

jerami.

5) Hentikan titrasi, kemudian tambahkan 1 mL indikator amilum

6) Lanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 sampai warna biru tepat hilang

7) Bila tidak timbbul warna biru hasil dinyatakan negatif.

d. Perhitungan

Cl2 = ( A−B ) x N Na2S2O3 x BECl−¿x 1000

V¿

Keterangan

A = mL titran Na2S2O3 untuk sampel

B = mL titran Na2S2O3 untuk blanko

BECl−¿¿= 35,435