bab i ami

54
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan). Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain secara eksplisit. Apapun mata pelajarannya selalu mengandung tiga ranah itu, narnun penekanannya berbeda. Mata pelajaran yang menuntut kemampuan praktik lebih menitikberatkan pada ranah psikomotor sedangkan mata pelajaran yang menuntut kemampuan teori lebih menitikberatkan pada ranah kognitif, dan keduanya selalu mengandung ranah afektif (Sudrajad, 2008:3).

Upload: rahmi-umarii

Post on 25-Nov-2015

72 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan).Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain secara eksplisit. Apapun mata pelajarannya selalu mengandung tiga ranah itu, narnun penekanannya berbeda. Mata pelajaran yang menuntut kemampuan praktik lebih menitikberatkan pada ranah psikomotor sedangkan mata pelajaran yang menuntut kemampuan teori lebih menitikberatkan pada ranah kognitif, dan keduanya selalu mengandung ranah afektif (Sudrajad, 2008:3).Salah satu kegiatan pembelajaran yang dapat melatih ranah psikomotorik, afektif, dan kognitif dalam pembelajaran fisika adalah kegiatan praktikum. Praktikum dapat memberikan pengalaman bagi peserta didik baik dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada Ranah Kognitif Praktikum fisika dapat memberikan pengetahuan kepada siswa tentang materi yang diajarkan. Selanjutnya pada ranah afektif praktikum dapat melatih keterampilan ilmiah siswa. Ranah Psikomotorik praktikum dapat melatih siswa dalam menggunakan alat dan bahan fisika secara tepat.Berkaitan dengan ranah psikomotor, Simpson membagi ranah psikomotorik menjadi beberapa tingkatan, yang disebut taksonomi Simpson yang terdiri dari: (1) persepsi, (2) penetapan, (3) reaksi atas dasar arahan, (4) mekanisme, (5) reaksi terbuka dengan kesulitan komplek, (6) mengadaptasi dan (7) menciptakan. (Sukardi, 2009: 77).Penilaian ranah psikomotorik yang harus dikerjakan oleh peserta didik adalah laporan kerja praktik atau laporan praktikum, dengan bentuk tes performans/kinerja, untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam melakukan tugas tertentu, seperti praktik di laboratorium. Selanjutnya dipertegas lagi oleh Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 bahwa Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk mata pelajaran fisika adalah: melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Bidang fisika berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam secara sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan fisika diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya dan alam sekitarnya. Pendidikan fisika menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Sebaiknya siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitarnya. Keterampilan ini meliputi keterampilan dalam proses pengamatan dengan seluruh indera, pengajuan hipotesis, penggunaan alat dan bahan secara benar, analisis data dengan benar, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan (menyusun laporan). Untuk penilaian kinerja siswa dalam melakukan praktikum, guru tidak hanya memerlukan lembar kerja siswa tetapi juga diperlukannya instrumen sebagai alat ukur dalam pelaksanaan praktikum untuk menilai aspek olah siswa dalam bekerja. Hal ini dikarenakan hasil belajar ranah kognitif, psikomotor, dan afektif tidak dapat dijumlahkan, mengingat dimensi yang diukur berbeda. Masing-masing dilaporkan sendiri-sendiri dan memiliki makna yang sama penting. Ada peserta didik yang memiliki kemampuan kognitif tinggi, kemampuan psikomotor cukup, dan memiliki minat belajar yang cukup. Karena itu diperlukan instrumen penilaian yang tidak hanya mampu memberikan penilaian pada aspek olah pikir siswa, aspek olah sikap tetapi juga pada aspek olah kinerja siswa.Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tilasari (2011) dan Febrianta (2012) adalah melakukan analisis dan pengembangan terhadap instrumen penilaian psikomotorik. Analisis instrumen yang dilakukan Tilasari pada pokok bahasan listrik dinamis di kelas X sedangkan Febrianta melakukan pengembangan instrumen pada pokok bahasan optik di kelas X. Dari hasil penelitian yang mereka lakukan hampir dari setiap sekolah tidak memiliki rubrik penilaian, dan penilaian psikomotorik yang dilakukan guru hanya sebatas laporan hasil praktikum yang dikerjakan oleh siswa. Pada bulan Februari 2013, peneliti melakukan observasi awal di SMA Negeri 6 Palembang. Peneliti mengobservasi dimana sekolah tersebut telah memiliki fasilitas laboratorium khusus fisika yang dapat digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar. Selain itu sekolah tersebut juga memiliki peralatan praktikum yang lengkap terutama pada KIT hidrostatika serta dilengkapi juga dengan lembar kerja siswa pada tiap KIT. Namun laboratorium fisika yang ada di sekolah tersebut jarang digunakan untuk kegiatan pembelajaran dan ketika laboratorium itu digunakan untuk melakukan praktikum sebagian besar penilaiannya pun hanya dilakukan pada saat siswa memberikan laporan hasil praktikum, padahal selama proses praktikum berjalan banyak aspek yang dapat dinilai oleh guru sebagai hasil belajar dalam ranah psikomotor. Hal ini dikarenakan guru mata pelajaran fisika tidak memiliki instrumen penilaian yang dapat digunakan selama praktikum berlangsung. Karena belum adanya instrumen penilaian psikomotorik terhadap siswa, dan terbatasnya penilaian terhadap kegiatan praktikum, peneliti mencoba untuk membantu guru dalam memecahkan permasalahan yang ada di sekolah tersebut. Untuk itu peneliti mencoba melakukan pengembangan instrumen penilaian praktikum fisika SMA. Oleh karena itu peneliti mengambil judul Instrumen Penilaian Psikomotorik Siswa Pada Pokok Bahasan Fluida Statis Di Kelas XI SMA Negeri 6 Palembang.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana Mengembangkan Instrumen Penilaian Psikomotorik Siswa yang Valid dan Praktis Pada Pokok Bahasan Fluida Statis di Kelas XI SMA Negeri 6 Palembang. Instrumen penilaian yang dikembangkan adalah berupa rubrik penilaian praktikum fisika SMA kelas XI semester 2 pada pokok bahasan fluida statis.

1.3 Pembatasan MasalahPeneliti membatasi masalah yang akan diteliti adalah pengembangan instrumen penilaian psikomotorik berupa rubrik penilaian praktikum SMA kelas XI semestet pada pokok bahasan fluida statis.

1.4 Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah untuk dapat mengembangkan instrumen penilaian psikomotorik siswa dalam hal ini rubrik penilaian praktikum yang valid dan praktis pada pokok bahasan fluida statis.

1.5. ManfaatDengan tercapainya tujuan penelitian ini, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat:1. Bagi guru, memberikan masukan instrumen penilaian psikomotorik siswa berupa rubrik penilaian praktikum kelas XI.2. Bagi siswa, mengetahui tingkat keobjektifan penilaian psikomotorik (keterampilan kerja praktikum) sesuai dengan keahlian yang dimiliki.3. Bagi peneliti, pengalaman baru yang akan menjadi bekal sebagai seorang calon guru dalam membuat suatu instrumen penilaian psikomotorik siswa pada kelas Xl semester 2.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisika2.1.1 Hakikat FisikaKata fisika berasal dari bahasa Yunani physics yang berarti alam, sehingga ilmu fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang alam (gejala alam). Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Banyak orang memberi batasan tentang fisika, namun secara umum batasan-batasan tersebut mengandung pengertian yang hampir sama. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang bertujuan memberikan pemahaman kuantitatif tentang sifat, perilaku dan hakikat zat dalam berbagai peristiwa alam berdasarkan pengamatan eksperimental dan analisis matematik. Jadi fisika dikembangkan menggunakan ilmu bantu matematika. Artinya untuk memahami gejala-gejala alam yang ditemukan disekeliling kita, fisikawan (ahli-ahli fisika) menyusun model matematik sebagai penyajiannya. Fisika bertujuan memberikan pemahaman kuantitatif tentang sifat, perilaku dan hakikat zat dari berbagai peristiwa alam berdasarkan pengamatan eksperimen dan analisis matematik. (Rusthoraharjo, 2011). Menurut (Anwar, 2009) fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bagian-bagian dari alam dan interaksi di dalamnya, sehingga fisika berhubungan dengan pengamatan, pemahaman, dan peramalan fenomena alam, termasuk sifat-sifat sistem buatan manusia.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan hakekat fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang alam (gejala alam) yang tidak hidup dalarn lingkup ruang dan waktu. Fisika juga dapat dipelajari melalui berbagai peristiwa alam berdasarkan pengamatan eksperimental dengan menggunakan analisis matematik yang bertujuan memberikan pemahaman kuantitatif tentang sifat, perilaku dan hakikat zat dalam berbagai peristiwa alam. Berdasarkan hal tersebut sehingga fisika sebagai sebuah produk, sikap dan proses yang ketiganya saling berhubungan membentuk pemahaman yang utuh dan teruji kebenarannya.

2.1.2 Pembagian Hakikat FisikaFisika merupakan bagian dari IPA atau sains, maka hakikat fisika adalah sama dengan hakikat IPA atau sains, hakikat fisika adalah sebagai produk ( a body of knowledge), fisika sebagai proses ( a way of investigating), dan fisika sebagai sikap (a way of thinking) Collette dan Chiappetta dalam (Sutrisno, 2006). Hakikat fisika sebagai produk yaitu, terjadi interaksi antara manusia dengan alam lingkungannya. Interaksi itu memberikan pembelajaran kepada manusia sehinga menemukan pengalaman yang semakin menambah pengetahuan dan kemampuannya serta berubah perilakunya. Penemuan-penemuan dari kegiatan penyelidikan yang kreatif dari pada ilmuwan dinventarisir, dikumpulkan dan disusun secara sistematik menjadi sebuah kumpulan pengetahuan yang kemudian disebut sebagai produk atau a body of knowledge.

Hakikat yang kedua adalah fisika sebagai proses yaitu, memberikan gambaran mengenai bagaimana para ilmuwan bekerja melakukan penemuan-penemuan, jadi IPA sebagai proses memberikan gambaran mengenai pendekatan yang digunakan untuk menyusun pengetahuan. Penjelasan mengenai hakikat fisika sebagai produk dan hakikat fisika sebagai proses, tampak terlihat bahwa penyusunan pengetahuan fisika diawali dengan kegiatan kreatif seperti pengamatan, pengukuran dan percobaan yang kesemuanya itu memerlukan proses mental dan sikap yang berasal dari pemikiran. Pemikiran-pemikiran para ilmuwan yang bergerak dalam bidang fisika itu menggarnbarkan, rasa ingin tahu dan rasa penasaran mereka yang besar, diiringi dengan rasa percaya, sikap objektif, jujur dan terbuka serta man mendengarkan pendapat orang lain. Sikap-sikap itulah yang kemudian memaknai hakikat fisia sebagai sikap atau a way of thinking.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pembagian hakikat fisika adalah sebagai produk (a body of knowledge), fisika sebagai proses (a way of investigating), dan fisika sebagai sikap (a way of thinking) dimana dalam ketiga proses tersebut sangat berkaitan dengan kata-kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan, penyelidikan, melalui sikap dan rasa ingin tahu yang besar, diiringi dengan rasa percaya, sikap objektif, jujur dan terbuka serta mau mendengarkan pendapat orang lain, sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan dan sebuah produk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

2.2 Penilaian22.1 Pengertian dan Tujuan PenilaianMenilai (Arikunto, 2008: 3) adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Sedangkan penilaian (assessment) menurut Tarif etal dalam Psikologi Belajar (Syah, 2007: 197) adalah proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes. Penilaian dimaksudkan untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu hasil yang diperoleh berdasarkan kriteria tertentu untuk melihat prestasi siswa (Mudjiono, 2009:205).Menurut Syah (2007: 198) tujuan penilaian adalah: mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa, mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa, mengetahui tigkat usaha yang dilakukan siswa, mengetahui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya, dan mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru. Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya berfungsi sebagai seleksi, berfungsi diagnostik, berfungsi sebagai penempatan, dan berfungsi sebagai pengukur keberhasilan (Iskandar, 2009: 224).Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan penilaian adalah suatu proses hasil pengukuran kualitas hasil belajar berdasarkan kriteria tertentu. Tujuan dari penilaian tersebut untuk rnengetahui tingkat kemajuan, posisi dan tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam mendayagunakan kapasitasnya pada proses pembelajaran yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.2.2 Penilaian KognitifRanah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Menurut Bloom (1956) dalam Daryanto (2010: 100) ranah kognitif dibedakan atas enam jenjang dalam hirarki piramidal yaitu terdiri dari kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Bentuk tes kognitif diantaranya tes atau pertanyaan lisan di kelas, pilihan ganda, uraian obyektif, uraian non obyektif atau uraian bebas, jawaban atau isian singkat, menjodohkan, portopolio dan performans.Penjelasan di atas menunjukan bahwa ranah kognitif adalah segala sesuatu yang menyangkut aktivitas otak yang dibedakan dalam enam jenjang kemampuan yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevalusi sampai akhirnya dapat menciptakan. Proses penilaiannya dilakukan dengan teknik tes kognitifberupa tes lisan, pilihan ganda, uraian, sampai dengan uji performans.

2.2.3 Penilain AfektifRanah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama di sekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya. Menurut Karthwohl dalam Sukardi (2009: 76) tujuan ranah afektif dibedakan menjadi lima tingkatan dari yang sederhana sampai pada tingkatan kompleks, yaitu a) receiving, b) responding, c) valuing, d) organization, e) characterization by evalue or calue complex. Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: menerima (memperhatikan), merespon, menghargai, mengorganisasi, dan karakteistik suatu nilai.Teknik pengukuran hasil belajar afektif terdiri atas teknik testing, yaitu teknik penilaian yang menggunakan tes sebagai alat ukurnya, dan teknik non tes, yaitu teknik penilaian yang menggunakan bukan tes sebagai alat ukumya bisa berupa observasi/ pengamatan yang dapat berbentuk rating scale, anecdotal record, atau rekaman, interview, questionaire, dan inventori (Arikunto, 2008: 26).

2.2.4 Penilaian PsikomotorikRanah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu (Sudijono, 2009:57). Hasil belajar psikomotor ini merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecendrungan-kecendrungan untuk berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya (Sudijono, 2009:58).Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan, sehingga observasi dapat mengukur atau menilai hasil dari proses belajar atau psikomotorik. Salah satu contoh kegiatan psikomotorik itu berupa tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alat ketika belajar.Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih dahulu harus rnenetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai tingkah laku yang tampak untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek () pada kolom jawaban hasil observasi. Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja (praktik).Menurut Benyamin Bloom dalam Salam (2008:92) Psychomotor domain mempunyai hierarki sebagai berikut:1) Perception adalah Penggunaan indra tubuh untuk memperoleh pegangan dalam membimbing kegiatan motoris.2) Set yaitu kesiapan yang bertindak.3) Guided response yaitu peniruan gerakan yang konkret.4) Mechanism yaitu membiasakan tindakan-tindakan dan memvariasikan tindakan tersebut kearah yang lebih luas.5) Complex evert response yaitu kemampuan melakukan tindakan yang sudah berpola, lancar, cepat dan cermat.6) Adaptation yaitu kemampuan melakukan gerakan dengan dimodifikasikan pada tuntutan keadaan.7) Origination yaitu kemampuan menciptakan gerakan baru untuk menyesuaikan diri pada situasi yang khusus, pada tingkat ini didasarkan atas kreativitas keahlian.

Tabel 2.1Domain Psikomotorik (Simpson Taxonomy)TingkatanVerb (kata kerja)

Perception (persepsi)Membedakan, mengidentifikasi, memilih

Set (penetapan)Mengasumsikan posisi, mendernonstrasi, menunjukkan

Guided Response (reaksi atas dasar arahan)Mengusahakan, meniru, mencoba

Mechanism (mekanisme)Membiasakan, rnempraktikkan, mengulang

Complex overt response (reaksi terbuka dengan kesulitan kompleks)Menghasilkan, mengoperasikan, menampilkan

Adaptation (adaptasi)Mengadaptasi, mengubah, merevisi

Origination (asli) Origination (asli)Menciptakan desain, membuat asli (originate)

(Sumber: Sukardi, 2009: 77)

2.3 Metode Praktikum dan Peranan Praktikum dalam FisikaPraktikum (KBBI) adalah pelajaran praktik untuk mencobakan teori yang sudah dipelajari (KBBI, 1994:1085). Menurut Yamin (2007:145) menyatakan bahwa praktikum sebagai metode pembelajaran, kemampuan yang akan dicapai berdasarkan indikator melakukan suatu keterampilan.Praktikum merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran. Metode praktikum dilakukan kepada siswa setelah guru memberikan arahan, aba-aba, petunjuk untuk melaksanakannya. Kegiatan ini berbentuk praktik untuk menggunakan alat-alat tertentu, dalam hal melatih keterampilan siswa dalan penggunaan alat-alat yang telah diberikan kepadanya (Yamin, 2007:151)Praktikum fisika memegang peranan penting dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran fisika. Seperti yang dikatakan Sund dan Trowbridge (1973: 183), .. science is not really science unless it is accompanied by experimentation and laboratory work. Sains bukanlah sains yang hakiki tanpa disertai eksperimen dan kerja laboratorium (praktikum). Kegiatan praktikum dapat membangkitkan minat, sehingga timbul motivasi siswa untuk mempelajari fisika. Dalam kegiatan praktikum, siswa memperoleh pengalaman langsung yang berupa mengamati, mengukur, merekam/mencatat, menghitung, dan menarik kesimpulan dari hasil yang diperoleh. Jadi, siswa terlibat langsung secara indrawi (raba, lihat, dengar).Berdasarkan pernyataan di atas, maka kegiatan praktikum sangat relevan sebagai kegiatan dan pengalaman belajar fisika siswa. Hal ini dikarenakan praktikum merupakan pelajaran praktik yang menjadi bagian dari pengajaran agar siswa mendapat keempatan untuk menguji dan mencobakan dalam keadaan nyata apa yang didapat dalam teori.Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar kompetensi Lulusan, maka standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator SMA kelas XI.

Tabel 2.2Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarStandar KompetensiKompetensi Dasar

1. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah1.1 Menformulasikan hubungan antara konseptorsi, momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar

1.2Menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statis dan dinamis serta penerapannya dalam kehidupan sehari hari

2. Menerapkan konsep termodinamika dalam mesin kalor2.1 Mendeskripsikan sifat-sifat gas ideal monoatomik 2.2 Menganalisis perubahan keadaan gas ideal dengan menerapkan hukum termodinamika

Sehingga berdasarkan standar kompetensi, dan kompetensi dasar diatas yang berpotensi untuk melakukan kegiatan praktikum fisika di SMA kelas XI yaitu:1. Melakukan praktikum yang berkaitan dengan titik berat benda.2. Melakukan praktikum mengenai konsep fluida statis dan dinamis. Menurut Reber yang dikutip oleh Syah (2007: 214) cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang berdimensi ranah psikomotor adalah observasi, saat melakukan praktikum guru melakukan observasi untuk melihat kinerja yang dilakukan oleh siswa sekaligus melakukan penilaian.

2.4 Instrumen PenilaianMenurut Arikunto (2008: 25) alat atau instrumen adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Hal-hal yang mendasari dalam penyusunan instrumen penilaian ini antara lain: tujuan penilaian dan objek penilaian. Instrumen penilaian dikatakan baik apabila mampu menilai sesuatu yang dinilai seperti keadaan yang dinilai.Adapun jenis- jenis instrumen dapat dikelompokkan menjadi:a. Instrumen TesMenurut Uno (2009:71) tes adalah suatu pertanyaan, tugas, atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi, yang setiap butir pertanyaan mempunyai jawaban dan memberikan implikasi bahwa setiap butir tes menuntut jawaban dan orang yang dites. Secara garis besar tes dibedakan menjadi: tes objektif dan tes uraian. Hasil belajar kognitif dapat diukur dengan instrumen tes.

b. Instrumen Non tesInstrumen non tes biasanya digunakan untuk menilai atau mengevaluasi hasil belajar aspek psikomotor atau keterampilan, sikap atau nilai, yaitu untuk menggali informasi atau mengumpulkan data yang berkaitan dengan penilaian, pendapat, atau opini terhadap sesuatu berkaitan dengan perolehan keterarupilan, perilaku, sikap, atau nilai (Uno, 2009: 74). Metode metode pada instrumen non tes adalah:a. Kuesioner, adalah instrumen pengumpul data dalam bentuk angket untuk dijawab oleh responden sesuai dengan pilihan mereka.b. Wawancara,, adalah instrumen untuk mengumpulkan data yang menekankan pertemuan secara langsung antara penilai dengan yang dinilai.c. Observasi, adalah instrumen pengumpulan data dengan cara mengamati tingkah laku seseorang atau sekolompok orang dalam melakukan suatu pekerjaan.Pada tahap praktikum metode yang tepat digunakan adalah metode observasi. Observasi dilakukan pada saat siswa melakukan praktikum, pada saat yang sama guru akan mengobservasi apa saja yang dilakukan siswa selama praktikum berlangsung berdasarkan instrumen penilaian dalam hal ini rubrik penilaian praktikum yang dirancang. Untuk memudahkan penilaian sehingga lebih objektif maka pengamatan dilakukan oleh banyak pengamat (disetiap kelompok terdapat satu pengamat).

2.5 Rubrik PenilaianRubrik adalah pedoman penskoran. Rubrik juga merupakan panduan penilaian yang menggambarkan kriteria yang diinginkan guru dalam menilai atau memberi tingkatan dari hasil pekerjaan siswa (Iryanti, 2004:43). Rubrik adalah pedoman penilaian kinerja atau hasil kerja peserta didik. Kriteria membuat penilaian yang subjektif atau tidak adil dapat dihindari atau paling tidak dikurangi, guru menjadi lebih mudah menilai prestasi yang dapat dicapai peserta didik, dan peserta didik pun akan terdorong untuk mencapai prestasi sebaik baiknya karena kriteria penilaiannya jelas (Sudrajad, 2008:9). Menurut (Iryanti, 2004:13) manfaat pemakaian rubrik adalah:1. Rubrik menjelaskan deskripsi tugas2. Rubrik memberikan informasi bobot penilaian3. Siswa memperoleh umpan balik yang cepat dan akurat4. Penilaian lebih objektif dan konsistenRubrik terbagi menjadi dua yaitu rubrik analitik dan rubrik holistik. Rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan. Dengan menggunakan rubrik ini dapat dianalisis kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh siswa berdasarkan kriterianya. Rubrik holistik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan kesan keseluruhan atau kombinasi seluruh kriteria (Iryanti, 2004: 13).Rubrik berasal dari berbagai macam bentuk dan tingkat kompleksitas, namun, rubrik yang baik berisi sifat-sifat standar dimana:a. Fokus pada pengukuran tujuan yang telah ditetapkan yang sering disebut dengan indikator atau dimensi terhadap penampilan, perilaku atau kualitas.b. Menjelaskan deskriptor untuk semua indikator pada beberapa tingkat dengan penjelasan yang terperinci.c. Penggunaan bahasa yang jelas.Menurut Subali (2010:18) di dalam penyusunan rubrik/pedoman penskoran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:a. mengidentifikasi aspek kinerja yang diskor.b. menentukan model skala yang dipakai untuk menyekor, yakni skala penilaian (rating scale) atau daftar cek (check list).c. membuat rubrik penskoran yang dilengkapi dengan kategorisasi keberhasilan kinerja.

BAB IIIMETODE PENELI1TIAN

3.1 Jenis PenelitianPenelitian imi merupakan penelitian pengembangan karena pada penelitian ini menghasilkan produk berupa instrumen penilaian psikomotorik berupa rubrik penilaian praktikum fisika SMA kelas XI semester 2 pada pokok bahasan fluida statis. Oleh sebab itu penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan produk dan menguji kevalidan serta kepraktisan produk tersebut.

3.2 Subjek PenelitianSubjek dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian berupa rubrik penilaian praktikum fisika SMA kelas XI semester 2 pada pokok bahasan fluida statis.

3.3 Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2013 sampai Mei 2013, sedangkan untuk pengambilan data penelitian dilaksanakan pada awal bulan April 2013 sarnpai pertengahan bulan Mei 2013 di semester genap tahun ajaran 2012/2013 di SMA Negeri 6 Palembang.

3.4 Prosedur PeugembanganProsedur penelitian terbagi menjadi tiga tahap seperti pada bagan di bawah ini:

TAHAP 3:EVALUASI- Melaksanakan uji coba prototype produk- Revisi atau perbaikan berdasarkan masukan yang telah diperolehTAHAP 2:PENGEMBANGAN- Pengembangan Topik- Penyusunan Draft- Peoduksi Prototype jenis produk yang akan digunakan untuk belajarTAHAP 1:PERENCANAAN- Analisis Kebutuhan- Rumusan Tujuan Pembelajaran

Start

Gambar 1. Model Pengembangan Produk Rowntree (Prawiradilaga, 2008)

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah prosedur yang sesuaidengan model pengembangan yang digunakan yaitu model Rowntree. Tahapan-tahapan pada prosedur ini akan dijelaskan sebagai berikut:1) Tahap PerencanaanTahap perencanaan ini merupakan tahap awal dalam proses pengembangan instrurnen penilaian psikomotorik. Pada tahap ini pene1iti melakukan langkah-angkah sebagai berikut:a) Analisis KebutuhanAnalisis kebutuhan merupakan langkah awal dan menjadi dasar dalam pengembangan instrumen penilaian psikomotorik. Dalam melakukan analisis kebutuhan, sumber informasi dalam konteks pembelajaran pada penelitian ini diperoleh dari pendidik, dan menganalisis silabus fisika SMA kelas XI.Hasil yang diperoleh dari analisis kebutuhan ini berupa kompetensi dasar yang potensial untuk mengembangkan instrumen penilaian psikomotonik. Kompetensi dasar ini akan menjadi panduan untuk ke tahap selanjutnya yaitu perumusan tujuan pembelajaran.

b) Perumusan Tujuan PembelajaranPerumusan tujuan pembelajaran ini dilakukan setelah melakukan analisis kebutuhan. Perumusan tujuan pembelajaran ini termasuk Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator kemampuan siswa yang ingin dicapai, referensi dan lain-lain.

2) Tahap PengembanganPada tahap ini akan dilakukanan pengembangan topik, penyusunan draft dan produksi prototype jenis produk yang akan digunakan untuk belajar. Pengembangan topik didasari dari pengkajian silabus fisika SMA. Penyusunan draft dilakukan dengan menyusun prosedur kerja serta melakukan pengembangan kriteria penilaian keterampilan praktikum. Setelah itu adanya tahap produksi prototype. Pada tahap ini ditentukan materi yang sesuai untuk dapat dipraktikumkan pada masing-.masing pokok bahasan, dalam hal ini pokok bahasan fluida statis. Sehingga dihasilkan desain produk yang disebut prototype, dalam hal ini berupa rubrik penilaian praktikum.

3) Tahap EvaluasiTahap evaluasi merupakan tahap akhir dalam pengembangan instrumen penilaian psikomotorik. Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang sedang dikembangkan layak untuk digunakan. Penelitian ini menggunakan evaluasi formatif menurut Suparman (2004), evaluasi formatif merupakan proses menyediakan dan menggunakan informasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan kualitas suatu produk. Berikut adalah bagan tahapan evaluasi formatif:

Menurut Tessmer (1998:15-17), langkah-langkah evaluasi terdiri dari:

ExpertReview

Field TestSmall GroupRevisiRevisiRevisiSelfEvaluation

One toOne

Gambar 2. Alur desain formative evaluation menurut Tessmer

1) Self EvaluationSelf evaluation adalah penilaian oleh diri sendiri terhadap prototype instrumen penilaian psikomotorik dalam hal ini berupa rubrik penilaian praktikum pokok bahasan fluida statis dengan cara melakukan pengecekan sendini tentang konstruk, bahasa dan isi, apakah sudah tepat dan benar. Setelah dirasa cukup dilanjutkan tahap evaluasi berikutnya yaitu expert review dan one-to-one evaluation.

2) Expert Review dan One-to-one EvaluationProduk yang telah didesain pada prototype petama yang dikembangkan melalui self evaluation divalidasi oleh para pakar. Validitas yang dilakukan adalah validitas isi, validitas konstruk dan validasi bahasa. Validitas isi untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian masing - masing indikator penilaian dengan deskriptor penilaian rubrik. Validitas konstruk untuk mengetahui tentang ketepatan bentuk tulisan dan gambar alat, sedangkan validitas bahasa untuk mendapatkan ketepatan bahasa yang digunakan. Pada tahap ini, validasi terhadap produk yang dihasilkan peneliti dilakukan oleh para pakar yaitu tiga orang dosen pendidikan fisika.Saran-saran para pakar akan digunakan untuk merevisi instrumen penilaian psikomotorik yang dibuat peneliti. Tanggapan dan saran dari para pakar (validator) ditulis pada lembar validasi sebagai bahan untuk melakukan revisi dan menyatakan bahwa perangkat pembelajaran tersebut telah valid.One-to-one dilakukan peneliti dengan tiga orang dari kelas XII IPA SMA dengan tiga orang guru sebagai observer. Evaluasi bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengurangi kesalahan nyata dalam penggunaan bahasa yang terdapat dalam produk yang dikembangkan. Pada tahap one-to-one ini guru akan diberikan lembar angket dan dimintai saran terhadap instrumen yang dikembangkan. Saran-saran dan hasil validasi pakar, serta komentar dari guru terhadap instrumen yang dikembangkan dijadikan dasar untuk mengadakan revisi ke satu pada prototype pertama.

3) Small GroupBerdasarkan hasil validasi dan komentar dari expert review dan one-to-one pada saat uji coba pada prototype pertama dijadikan dasar untuk mendesain prototype kedua. Prototype kedua diuji cobakan pada kelompok kecil (small group). Pada tahap ini uji coba prototype dilakukan pada kelas XII IPA SMA yang terdiri dari dua belas orang siswa yang dibagi menjadi enam kelompok dengan masing-masing satu observer pada tiap kelompoknya. Observer pada kelompok kecil ini akan menguji coba penggunaan instrumen dalam hal ini berupa rubrik penilaian praktikum untuk melihat tanggapan terbadap hasil revisi yang dilakukan pada tahap sebelumnya.

4) Field Test (Uji Lapangan)Produk yang telah direvisi pada small group tentu akan semakin membaik namun untuk memperoleh hasil terbaik perlu dilakukan uji lapangan yang sebenamya. Uji lapangan dilakukan praktikum dengan menggunakan bantuan panduan praktikum dan rubrik yang telah disusun pada kelas yang menjadi objek penelitian. Observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung guna melihat situasi yang terjadi di lapangan untuk mengetahui tingkat kemampuan (psikomotor) siswa saat melakukan praktikum. Pada tahap ini juga dilihat kemudahan dan kepraktisan observer dalam menggunakan rubrik untuk melakukan penilaian psikomotorik terhadap siswa. Pada uji lapangan ini juga dilakukan penilaian masing-masing siswa terhadap hasil dari analisis data dan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat praktikum.

3.5 Desain Penelitian

Analisis Kebutuhana. Wawancarab. Menganalisis materi dan silabus

Tahap 2PengembanganPrototype 1Produksi PrototypePenyusunan Draft1. Menyusun lembar kerja2. Menyusun instrument pengamatan / rubrik penilaian praktikumPengembangan TopikMemilih pokok bahasan yangakan dikembangkan dalambentuk rubrik penilaianpraktikum berdasarkanindikator yang ingin dicapaiRumusan TujuanPembelajaranMerumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran FisikaTahap 1Perencanaan

Tahap 3Evaluasi

Prototype 1

Self Evaluation

Expert ReviewOne to One

Uji PraktikalitasUji Validasi

PraktisValidTidak Valid

Tidak PraktisPrototype 1

Instrumen penilaian berupa rubrik praktikum yang valid dan praktisPraktisTidak PraktisUji PraktikalitasSmall Group

Gambar 3. Desain penelitian

Gambar 3. Desain Penelitian

3.6 Teknik Pengumpulan Data3.6.1 Validasi InstrumenProses validasi ini dilakukan oleh dosen pendidikan fisika. Proses validasi ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang kevalidan produk yang dikembangkan. Adapun yang menjadi indikator untuk validasi adalah:1. Kesesuaian kriteria penilaian (indikator penilaian) dalam rubrik dengan kegiatan praktikum yang dilakukan siswa.2. Kesesuaian deskriptor dengan indikator penilaian3. Kejelasan jenis dan ukuran huruf / teks dalam rubrik penilaian.4. Kualitas tampilan (format rubrik).5. Kalimat yang digunakan dalam rubrik tidak mengandung arti ganda.6. Kebenaran tata bahasa7. Kesederhanaan/kejelasan struktur kalimat8. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami

3.6.2 Angket / KuisionerSugiyono (2010:142) menyatakan babwa angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis responden untuk dijawabnya. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket jenis check list berbentuk skala likert. Angket ini akan diberikan pada tahap uji coba produk, yaitu pada tahapan one to one evaluation dan tahap small group. Angket yang digunakan yaitu angket kepraktisan pada saat pelaksanaan one-to-one dan small group. Pemberian angket dilakukan untuk menguji kepraktisan rubrik penilaian praktikum yang dikembangkan. Lembar angket kepraktisan diberikan pada observer atau pengamat setelah selesai dilakukannya praktikum.

3.7 Teknik Analisis Data3.7.1 Analisis Data KevalidanUntuk mengetahui kevalidan instrumen yang telah dibuat, diadakan validasi dengan para pakar. Setelah mempelajari prototype tersebut, para pakar dalam hal ini dosen pendidikan fisika akan memberikan komentar dan masukan mengenai instrumen yang telah disusun, kemudian melingkari kolom nilai pada lembar validasi untuk dijadikan bahan revisi bagi peneliti. Lembar validasi yang diberikan kepada pakar dalam bentuk skala likert. Skala likert yang digunakan ada lima kategori yaitu sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik dan tidak baik. Kelima kategori tersebut ditunjukkan pada tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1 Kategori Nilai ValidasiKategori JawabanSBBCBKBTB

Pertanyaan54321

(Modifikasi Arikunto, 2010)Hasil validasi dari validator (pakar terhadap seluruh aspek yang dinilai, disajikan dalam bentuk tabel. Selanjutnya dicari rerata skor tersebut dengan menggunakan rumus berikut ini:

Keterangan:R = rerata hasil penilaian dan para validatorVi =skor hasil penilaian validator ke-iN = banyak validatorSumber: Sugiyono (2010)Rerata yang diperoleh lalu dikonfirmasikan dengan kriteria yang ditetapkan. Cara rnendapatkan kriteria tersebut adalah sebagai berikut:1. Rentangan skor mulai dari 1 sampai 52. Kriteria dibagi atas lima tingkatan. Istilah yang digunakan disesuaikan dengan asek-aspek yang bersangkutan.3. Rentangan rerata dibagi menjadi lima kelas interval.Kelima kelas interval tersebut kemudian dikelompokkan menjadi lima kategori yang dijelaskan pada Tabel 3. 2 berikut ini.

Tabel 3.2 Kategori Rerata Aspek yang DivalidasiRerataKategori

4,21 5,003,41 4,202,61 3,401,81 2,601,00 1,80 Sangat BaikBaikCukup BaikKurang BaikTidak Baik

(Arikunto, 2010)

Kemudian dihitung rerata semua aspek untuk validasi instrument. Untuk menentukan tingkat kevalidan instrumen maka digunakan kriteria yang dijelaskan pada Tabel 3.3 berikut ini:Tabel 3.3 Kategori Tingkat Kevalidan InstrumenRerataKategori

4,21 5,003,41 4,202,61 3,401,81 2,601,00 1,80 Sangat ValidValid Cukup ValidKurang ValidTidak Valid

(Arikunto, 2010)

3.6.2 Analisa Data AngketData yang diperoleh memalui angket dianalisa dengan Skala Likert dengan lima kategori yaitu Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup Baik (CB), Kurang Baik (KB), Tidak Baik (TB). Angket digunakan untuk mendapatkan pendapat, apersepsi, persepsi observer atau pengamat pada penggunaan rubrik penilaian praktikum.Tabel 3.4 Kategori Nilai AngketKategori JawabanSBBCBKBTB

Pertanyaan54321

(Modifikasi Arikunto, 2010)Hasil dari tanggapan observer atau pengamat akan disajikan dalam bentuk tabel kemudian dicari rerata skornya dengan menggunakan rumus:Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan: %N1 = Persentase nilai.angketXi=Jumlah skor yang diperoleh observerXmak = Skor maksimumAdapun kriteria persentasi nilai angket observer atau pengamat terhadap rubrik penilaian praktikum yang dikembangkan adalah: (Riduwan dalam Prasetyo: 2012).0% nilai angket < 20% dikategorikan sangat lemah20% nilai angket < 40% dikategorikan lemah40% nilai angket < 60% dikategorikan cukup60% nilai angket < 80% dikategorikan kuat80% nilai angket < 100% dikategorikan sangat kuat

3.6.3 Analisis Penilaian Unjuk KerjaKemampuan psikomotorik siswa merupakan alat ukur tingkat pemahaman siswa terhadap petunjuk praktikum yang diberikan. Untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami petunjuk praktikum yang diberikan maka dilakukan observasi langsung terhadap keterampilan siswa. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis kemampuan dengan cara mengobservasi siswa saat melakukan praktikum menggunakan rubrik penilaian yang telah dikembangkan dengan memberi skor pada masing-masing kolom skor siswa bila deskriptor sesuai dengan pengamatan.

Tabel 3.5 Rubrik Penilaian SiswaNoIndikatorDeskriptorSkor Siswa Ke-

432112345

1Persiapan Awal

2Kegiatan Pelaksanaan

3Laporan

4Kegiatan Akhir

Jumlah Skor Perolehan

Nilai

Skor PerolehanNilai = x 100 Skor Maksimum

Indikator penilaian dari rubrik ini terdiri dari empat bagian yaitu persiapan awal, kegiatan pelaksanaan, laporan dan kegiatan akhir. Masing-masing dari bagian memiliki sub bagiannya masing-masing diantaranya:1. Persiapan awal terdiri dari persiapan serta pemilihan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.2. Kegiatan pelaksanaan terdiri dari kegiatan merakit komponen alat, kegiatan mengukur, menimbang dan sebagainya yang disesuaikan dengan kegiatan kerja di dalam LKS.3. Bagian laporan terdiri dari kegiatan mengisi tabel laporan serta menuliskan kesimpulan yang didapat dari hasil percobaan.4. Kegiatan Akhir terdiri dari kegiatan membersihkan alat serta mengembalikan alat ke tempat semula.