bab 9 fix

58
Praktikum Geologi Struktur Pola Singkapan BAB IX POLA SINGKAPAN 9.1. Tujuan 1. Mengetahui berbagai pola singkapan batuan. 2. Menentukan pola sebaran batuan berdasarkan singkapan yang ditemukan. 9.2. Dasar Teori Bumi terdiri atas berbagai komponen penyusun, baik itu komponen paling luar yang disebut kerak bumi yang tersusun oleh berbagai lapisan batuan. Kedudukan batuan-batuan tersebut pada setiap tempat tidak sama tergantung kekuatan tektonik yang mempengaruhinya. Umumnya bentuk relief muka bumi dipengaruhi oleh bentuk struktur batuan yang telah ada. Batuan dikatakan tersingkap bila ketinggiannya sama dengan permukaan bumi. Bila setiap singkapan batuan yang sama atau lebih tinggi dihubungkan dengan batas yang jelas pada peta maka akan terlihat suatu bentuk penyebaran batuan. Karena adanya kedudukan yang tidak sama dari berbagai batuan dan bentuk relief permukaan bumi, Kelompok 8 H1C112000

Upload: agungkhs

Post on 17-Nov-2015

241 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

jkn

TRANSCRIPT

Praktikum Geologi Struktur

Pola Singkapan

BAB IX

POLA SINGKAPAN9.1. Tujuan1. Mengetahui berbagai pola singkapan batuan.

2. Menentukan pola sebaran batuan berdasarkan singkapan yang ditemukan.9.2. Dasar TeoriBumi terdiri atas berbagai komponen penyusun, baik itu komponen paling luar yang disebut kerak bumi yang tersusun oleh berbagai lapisan batuan. Kedudukan batuan-batuan tersebut pada setiap tempat tidak sama tergantung kekuatan tektonik yang mempengaruhinya.Umumnya bentuk relief muka bumi dipengaruhi oleh bentuk struktur batuan yang telah ada. Batuan dikatakan tersingkap bila ketinggiannya sama dengan permukaan bumi. Bila setiap singkapan batuan yang sama atau lebih tinggi dihubungkan dengan batas yang jelas pada peta maka akan terlihat suatu bentuk penyebaran batuan. Karena adanya kedudukan yang tidak sama dari berbagai batuan dan bentuk relief permukaan bumi, maka bentuk penyebaran serta struktur batuan yang tergambar dalam peta akan menciptakan pola tertentu.Permukaan bumi merupakan salah satu bagian yang harus dipelajari dalam penguasaan ilmu geologi, karena ekspresi topografi terkadang dapat menunjukkan keadaan geologi baik struktur maupun geologinya.Geomorfologi sangat terkait dalam mempelajari geologi struktur. Bentukan-bentukan morfologi sekarang merupakan hasil gaya yang bekerja baik itu berasal dari dalam maupun dari luar bumi.Pada sisi lain lithologi juga berperan dalam mengekpresikan topografi. Nilai resisten dan tidaknya lithologi akan memberikan relief yang berbeda beda di permukaan. Lithologi yang keras (resisten) cenderung menbentuk relief yang lebih menonjol (tinggi) daripada daerah dengan lithologi yang lebih lunak (kurang resisten). Sedangkan daerah yang disusun oleh lithologi batu gamping akan membentuk suatu pola bentang alam karst topograhpy sebagai pola yang sangat khas (tersendiri).

Bentukan yang berlainan dari kedudukan lithologi dan bentuk morfologi, mengakibatkan terbentuknya pola penyebaran lithologi dipermukaan. Perpotongan antara bidang lithologi dan bidang permukaan bumi inilah yang dinamakan sebagai pola singkapan. Dari pola singkapan ttersebut akan diketahui keadaan geologi suatu daerah dan dapat dinuat suatu peta yang menggambarkan keadaan geologi meliputi penyebaran lithologi, struktur dan morfologi. Informasi-informasi geologi permukaan tersebut pada umumnya diperoleh melalui pengamatan (deskripsi) singkapan-singkapan batuan. Singkapan (out crop) dapat didefinisikan sebagai bagian dari tubuh batuan atau badan bijih yang tersingkap (muncul) di permukaan akibat adanya erosi (pengikisan) lapisan tanah penutupnya (Anonim, 2012).

*Sumber: http://3.bp.blogspot.com, 2013Gambar 9.1Singkapan untuk batubaraSingkapan-singkapan tersebut dapat ditemukan (dicari) pada bagian-bagian permukaan yang diperkirakan mempunyai tingkat erosi atau pengikisan yang tinggi, seperti :1. Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung intensif.2. Pada aliran sungai, dimana arus sungai mengikis lapisan tanah penutup.3. Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan.4. Pada bukaan-bukaan akibat aktivitas manusia, seperti tebing jalan, sumur penduduk, atau pada parit-parit jalan, tambang yang sudah ada.Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu singkapan antara lain :

1. Pengukuran jurus dan kemiringan (strike dan dip) lapisan yang tersingkap.

2. Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau major) yang ada.

3. Pemerian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis, sifat-sifat fisik, tekstur, mineral-mineral utama atau aksesoris, fragmen-fragmen, serta dimensi endapan. Bentuk singkapan tergantung tebal, topografi atau morfologi, besar kemiringan lapisan, dan bentuk strukur lipatan. Aturan yang menentukan pola singkapan dan hubungannya antara lapisan yang mempunyai kemiringan dengan bentuk topografi berelief disebut Hukum V. Gaya-gaya yang bekerja menyebabkan batuan terangkat dan terlipat serta jika terkena pelapukan dan erosi, maka batuan akan tersingkap di permukaan bumi. Analisa singkapan batuan mampu menjelaskan keadaan geologi suatu daerah serta dari fungsi itu dapat dibuat peta yang menggambarkan keadaan geologi daerah tersebut, baik berupa penyebaran batuan (litologi), penyebaran struktur serta bentuk morfologinya. Peta geologi adalah peta yang menggambarkan keadaan geologi suatu daerah dengan skala tertentu. Geomorfologi berkaitan pada peta geologi yang merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari bentuk-bentuk dari permukaan bumi yang terjadi karena

diakibatkan adanya gaya yang bekerja dalam bumi maupun dipermukaan bumi.Pada dasarnya peta geologi merupakan rangkaian dari hasil berbagai kajian lapangan. Hal ini pula yang menyebabkan mengapa pemetaan geologi diartikan sama dengan geologi lapangan. Peta geologi umumnya dibuat diatas suatu peta dasar (peta topografi atau rupa bumi) dengan cara memplot singkapan-singkapan batuan beserta unsur struktur geologinya diatas peta dasar tersebut.

Pengukuran kedudukan batuan dan struktur di lapangan dilakukan dengan menggunakan kompas geologi, kemudian dengan menerapkan hukum-hukum geologi dapat ditarik batas dan sebaran batuan atau satuan batuan serta unsur unsur strukturnya sehingga menghasilkan suatu peta geologi yang lengkap.

Peta geologi dibuat berlandaskan dasar dan tujuan ilmiah dimana memanfaatan lahan, air dan sumberdaya ditentukan atas dasar peta geologi. Peta geologi menyajikan sebaran dari batuan dan tanah di permukaan atau dekat permukaan bumi, yang merupakan penyajian ilmiah yang paling baik yang menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi dan mencegah sumberdaya yang bernilai dari resiko bencana alam dan menetapkan kebijakan dalam pemanfaatan lahan.Bentuk relief permukaan bumi ternyata dapat tergantung atau terkontrol oleh keadaan geologi setempat seperti pada susunan batuan maupun struktur yang ada didaerah tersebut. Batuan yang keras (resisten) cenderung dapat membentuk suatu relief yang lebih menonjol dari pada daerah batuan yang lunak. Sedangkan daerah yang terdiri dari batuan gamping akan membentuk suatu pola bentang alam kars topografi merupakan bentang alam yang kars. Proses perkembangan ini selalu dikontrol oleh adanya kekuatan yang besar dan selalu terus berlangsung secara berkesinmbungan, baik yang berasal dari dalam maupun luar bumi. Adanya kekuatan yang bekerja didalam bumi serta meyebabkan batuan batuan tersebut terikat dan terlipat. Kekuatan yang bekerja dipermukaan bumi akan menyebabkan terjadinya pelapukan dan juga terjadinya erupsi (denudasi) yang menyebabkan perubahan terhadap roman muka bumi. Kekuatan tersebut diatas menyebabkan terjadinya perubahan pada roman muka bumi, berupa suatu tonjolan dan lekukan yang membentuk relief pada permukaan bumi. Seperti yang kita ketahui bumi terdiri diri berbagai bentuk, bagian yang paling luar adalah kerak bumi yang tersusun oleh berbagai lapisan batuan. Pada kedudukan tersebut setiap tempat tidaklah sama, tergantung dari sesuatu kekuatan tektonik yang selalu mempengaruhinya. Selalu dijelaskan diatas, adanya gaya-gaya yang berkerja menyebabkan batuan terlipat dan terangkat juga apabila terkena pelapukan dari erosi maka batuan tersebut akan tersingkap kepermukaan.

Dari adanya singkapan batuan inilah dapat diketahui keadaan geologi suatu daerah dan juga dapat dibuat suatu peta singkapan batuan geologi yang menggambarkan tentang keadaan suatu daerah tersebut, meliputi suatu penyebaran batuan atau litologi. Akibat adanya kedudukan yang tidak sama pada berbagai batuan serta adanya suatu relief pada permukaan bumi menyebabkan bentuk penyebaran batuan dengan struktur yang digambarkan dalam peta geologi tersebut akan membentuk suatu pola tertentu dan bentuk penyebaran dengan istilah dari pola singkapan.

Besar dan bentuk dari pola peyebaran atau dari singkapan tergantung dari beberapa jenis, yaitu :

1. Tebal lapisan

Dengan tebal yang berbeda walaupun pada kemiringan yang sama, pengaruh tebal lapisan akan membuat lebar pola singkapan yang berbeda.

* Sumber: http://transformasi-roni.blogspot.com, 2013Gambar 9.2 Pola Singkapan Berdasarkan Tebal Lapisan2. Topografi atau morfologi

Walaupun tebal kemiringan pada suatu lapisan yang menyangkut pada suatu peta topografi yang menggambarkan suatu peta singkapan batuan yang sangat relatif besar, sedangkan peta morfologi adalah kenampakan pada pemukaan kulit bumi yang relatif, memperlihatkan bentuk ketidakselarasan secara vertikal baik dalam ukuran besar maupun ukuran yang sangat kecil dari permukaan litosfer.

*Sumber: http://transformasi-roni.blogspot.com, 2013 Gambar 9.3 Pola Singkapan Berdasarkan Topografi atau Morfologi3. Besar kemiringan lapisan

Lapisan yang tebalnya sama dengan topografi, tetapi bila suatu kemiringan yang tebalnya berbeda dimana arah kemiringan suatu lapisan batuan yang sangat berbeda pula.

* Sumber: http://transformasi-roni.blogspot.com, 2013 Gambar 9.4 Pola Singkapan Berdasarkan Besar Kemiringan Lapisan4. Bentuk struktur lipatan

Struktur lipatan mempunyai struktur tersendiri dan akan membentuk pola singkapan dan sangat berlainan, untuk lipatan yang menunjam terdiri dari sinklin dan antiklin akan membentuk pola zig-zag serta mempunyai ekspresi topografi punggung.

*Sumber : http://transformasi-roni.blogspot.com, 2013 Gambar 9.5 Pola Singkapan Berdasarkan Struktur Lipatan

Dalam pola singkapan dikenal pula hukum V. Hukum V ialah Hubungan antara lapisan yang mempunyai kemiringan dengan bentuk topografi berelief akan menghasilkan suatu pola singkapan yang beraturan, dimana aturan tersebut dikenal dengan hukum V (Anonim, 2012). Aturan-aturan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Lapisan horizontal akan membentuk pola singkapan yang mengikuti garis kontur.

*Sumber : http://geologitambangsmk.blogspot.com, 2013 Gambar 9.6 Lapisan Horizontal; a) Tampak Samping, b) Tampak Atas2. Lapisan dengan kemiringan yang berlawanan atau kemiringan lereng, maka kenampakan lapisan akan memotong lembah dengan pola singkapan yang membentuk huruf V yang berlawanan dengan arah kemiringan lembah.

*Sumber : http://geologitambangsmk.blogspot.com, 2013 Gambar 9.7Lapisan Horizontal Tampak Samping (a), Tampak Atas (b)3. Pada lapisan tegak akan membentuk pola singkapan dan berupa garis lurus dimana pola singkapan ini tidak dipengaruhi oleh kedaan topografi.

*Sumber : http://geologitambangsmk.blogspot.com, 2013 Gambar 9.8 Lapisan Horizontal Tampak Samping (a), Tampak Atas (b)4. Lapisan yang miring searah dengan arah kemiringan lembah dimana kemiringan lembah lebih kecil dari arah kemiringan lapisan dan sebaliknya kemiringan lapisan lebih besar dari pada kemiringan suatuLereng atau lembah yang membentuk pola singkapan huruf V mengarah sama dengan arah kemiringan pada lembah.

*Sumber http://geologitambangsmk.blogspot.com, 2013 Gambar 9.9Lapisan Horizontal Tampak Samping (a), Tampak Atas (b)

5. Lapisan dengan kemiringan yang searah dan besarnya sama dengan pola singkapannya yaitu dengan pola kemiringan lereng, maka pola singkapannya akan membentuk huruf V yang berlawanan dengan arah suatu kemiringan lereng

*Sumber : http://geologitambangsmk.blogspot.com, 2013 Gambar 9.10 Lapisan Horizontal Tampak Samping (a), Tampak Atas (b)6. Lapisan yang kemiringannya searah dengan kemiringan lereng, dimana kemiringan lapisan lebih kecil dari kemiringan lembah maka pola singkapannya akan membentuk huruf V yang berlawanan dengan kemiringan lembah, tampak seperti gambar.

*Sumber : http://geologitambangsmk.blogspot.com, 2013 Gambar 9.11 Lapisan HorizontalPengamatan singkapan batuan biasanya dilakukan dengan mengambil jalur disekitar aliran sungai yang disepanjang aliran sungai ini bisa di jumpai singkapan batuan dengan baik.

Pengamatan yang dilakukan meliputi jenis batuan dan penyebarannya, kedudukannya, hubungan antara sebuah batuan dan litologi dan juga strukturnya. Cara pengamatannya meliputi:1. Data singkapan dari tiap lokasi pengamatan yang diplotkan pada peta dasar (peta topografi), yang berupa garis penuh bila diketahui dengan pasti dan berupa garis lurus putus-putus yang telah diperkirakan.

2. Batas litologi, garis sesar, sumbu lipatan yang biasanya berupa garis lurus putusputus yang telah diperkirakan.

3. Legenda peta diurutkan sesuai urutan stratigrafi.

4. Penyebaran satuan batuan bisa ditarik batasnya diantara satuan yang berlainan dengan data yang memperlihatkan hukum V.Pola singkapan adalah suatu bentuk penyebaran batuan dan struktur yang tergambarkan dalam peta geologi Peta geologi adalah suatu peta yang menggambarkan keadaan geologi daerah tersebut, meliputi penyebaranbatuan (litologi), penyebaran struktur dan bentuk morfologinya. Besar dan bentuk dari pola singkapan tergantung dari beberapa hal, yakni:1. Tebal lapisan2. Topografi atau morfologi3. Besar kemiringan (Dip) lapisan4. Bentuk struktur lipatan

Hukum V (V Rule) adalah hubungan antara lapisan yang mempunyai kemiringan dengan bentuk topografi berelief akan menghasillkan suatu pola singkapan yang beraturan, diamana aturan tersebut dikenal dengan hukum V. Aturan-aturan tersebut adalah sebagai berikut, antara lain :

1. Lapisan horizontal akan membentuk pola singkapan yang mengikuti pola Garis kontur.

2. Lapisan pada kemiringan yang berlawanan dengan arah kemiringan lapisan akan memotong lembah dengan pola singkapan membentuk huruf V yang berlawanan dengan arah kemiringan lembah.3. Pada lapisan tegak akan membentuk pola singkapan berupa garis lurus dimana pola singkapan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi.4.

Lapisan yang miring searah dengan arah kemiringan lereng yang mana kemungkinan lapisan lebih besar daripada kemiringan suatu

lereng dan akan membentuk pola singkapan dengan huruf V mengarah searah dengan arah kemiringan lereng.

5. Lapisan dengan kemiringan yang searah dengan kemiringan lereng dimana besar kemiringan lapisan lebih kecil dari kemiringan lereng, maka pola singkapannya akan membentuk huruf V yang berlawanan dengan arah kemiringan lereng atau lembah. 6. Lapisan yang kemiringannya searah dengan kemiringan lembah dan besarnya kemiringan lapisan sama dengan kemiringan lereng atau lembah maka pola singkapan tampak. Metode Pembuatan Pola Singkapan dan Peta Geologi dilakukan dengan cara mengamati singkapan-singkapan batuan yang dijumpai. Pengamatan singkapan batuan biasanya dilakukan dengan mengambil jalur disekitar aliran sungai di sepanjang aliran sungai inilah dapat dijumpai singkapan batuan dengan baik. Pengamatan yang dilakukan meliputi jenis batuan, penyebaran, kedudukannya, hubungan antar satuan (litologi) dan strukturnya (baik struktur primer maupun sekunder). Pengamatannya meliputi:1. Data singkapan dari flap lokasi pengamatan diplotkan pada peta dasar (peta topografi) berupa simbol, tanda, warna, dan yang berupa garis penuh, bila diketahui dengan pasti dan berupa garis lurus putus-putus yang telah diperkirakan.

2. Batas litologi, garis sesar, sumbu lipatan dapat berupa garis penuh (tegas) bila diketahui dengan pasti atau berupa garis putus-putus jika diperkirakan.3. Legenda peta diurutkan sesuai dengan urutan stratigrafi (hukum superposisi).

4. Penyebaran satuan batuan (pola singkapannya dapat ditarik batasnya diantara satuan batuan yang berlamw dengan memperhatikan hukum V.Pemetaan geologi adalah suatu proses ilmiah yang bersifat interpretasi dan dapat menghasilkan berbagai jenis peta untuk berbagai macam tujuan, termasuk misalnya untuk penilaian kualitas air bawah tanah dan resiko pencemaran, memprediksi bencana longsor, gempabumi, erupsi gunungapi, karakteristik sumberdaya mineral dan energi, manajemen lahan dan perencanaan tata guna lahan dan lain sebagainya. Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain pemetaan informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-tanda mineralisasi yang berupa alterasi mineral (Anonim, 2012).

*Sumber: http://4.bp.blogspot.com, 2013 Gambar 9.12 Peta Geologi (formasi batuan)Dalam pemetaan geologi, seorang ahli geologi harus mengetahui susunan dan komposisi batuan serta struktur geologi, baik yang tersingkap di permukaan bumi maupun yang berada di bawah permukaan melalui pengukuran kedudukan batuan dan unsur struktur geologi dengan cara menggunakan kompas geologi serta melakukan penafsiran geologi, baik secara induksi dan deduksi yang disajikan diatas peta dengan menggunakan simbol atau warna.Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi, seperti Sistem Informasi Geografi (SIG) maka aspek pemetaan geologi mengalami perubahan, yaitu dengan tersedianya piranti lunak (software) sebagai alatbantu yang memungkinkan ukuran (geometri) dan karakteristik dari suatu tubuh batuan dan kenampakan geologi lainnya disimpan secara elektronik (dalam format digital), ditelusuri, dianalisa dan disajikan untuk berbagai keperluan. Dengan memanfaatkan teknologi SIG, memungkinkan para ahli melakukan analisa spasial, misalnya dalam mencari sebaran polusi yang mungkin terjadi disekitar suatu sumur bor didasarkan atas sifat sifat batuannya, penentuan rute rencana jalan dengan menghindari wilayah wilayah yang rawan longsor dan daerah daerah yang lerengnya tidak stabil. SIG juga menyediakan peta-peta geologi dan fasilitas untuk keperluan analisa geologi bagi para pengguna, baik ahli geologi maupun yang bukan.9.3. Alat dan Bahan9.3.1. Alat Alat-alat yang digunakan pada praktikum geologi struktur ini adalah :

a. Clipboard

b. Pensil Mekanik

c. Milipen

d. Penggarise. Rapido9.3.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum geologi struktur ini adalah :a. Lembar kerja

b. Kertas kalkir

c. Peta Crop Lined. Milimeter Blocke. Peta Geologi9.4. Aplikasi Grafis Pola Singkapan dan Penampang Geologi9.4.1. Menentukan Pola Singkapan (Crop Line)

a. Data Permasalahan 1Ditemukan singkapan dengan kedudukan sebagai berikut N 24o E/20o, pada peta topografi dan gambarkan pola penyebarannya !b. Prosedur Penggambaran Pola Singkapan 1) Memplotkan titik singkapan pada peta.2) Membuat symbol singkapan batuan.3) Membuat garis strike dan perpanjang.4) Membuat dip direction dari strike tersebut.5) Membuat garis dip (20o) dari dip direction.6) Membuat interval ketinggian pada dip direction sesuai interval kontur.7) Membuat garis tegak lurus strike dari interval ketinggian hingga garis dip.8) Membuat garis sejajar strike dari titik potong pada garis dip tadi hingga memotong garis kontur pada ketinggian yang sama.9) Memplotkan titik-titik perpanjangannya.10) Menghubungkan titik-titik perpotongan tersebut hingga membentuk pola sebaran batuan.

c. Perhitungan Strike Line Permasalahan 1

Diketahui: Skala

= 1 cm : 200 cm

Interval garis kontur= 0,5 meter = 50 cm

Ditanya: Strike line = ...?

Jawab

:

x = strike line

x = = 0,25 cm

Jadi, strike line yang sesuai dengan interval garis kontur adalah 0,25 cm.

d. Data Permasalahan 2Ditemukan singkapan batugamping dengan kedudukan sebagai berikut N 20o E/20o, pada peta topografi dan gambarkan pola penyebarannya !e. Prosedur Penggambaran Pola Singkapan 1) Memplotkan titik singkapan pada peta.2) Membuat symbol singkapan batuan.3) Membuat garis strike dan perpanjang.4) Membuat dip direction dari strike tersebut.5) Membuat garis dip (20o) dari dip direction.6) Membuat interval ketinggian pada dip direction sesuai interval kontur.7) Membuat garis tegak lurus strike dari interval ketinggian hingga garis dip.8) Membuat garis sejajar strike dari titik potong pada garis dip tadi hingga memotong garis kontur pada ketinggian yang sama.9) Memplotkan titik-titik perpanjangannya.10) Menghubungkan titik-titik perpotongan tersebut hingga membentuk pola sebaran batuan.

f. Perhitungan strike Line Permasalahan 2Diketahui: Skala

= 1 cm : 1000 cm

Interval garis kontur= 2 meter = 200 cm

Ditanya: Strike line = ...?

Jawab

:

x = strike line

x = = 0,2 cm

Jadi, strike line yang sesuai dengan interval garis kontur adalah 0,2 cm.

g. Data Permasalahan 3

Tabel Data Hasil Pengamatan Singkapan di Lapangan

Koordinat Lokasi

(UTMKedudukan SingkapanJenis Batuan SingkapanPerlapisan Batuan Di Atasnya

NE

2512513750N 10o E/18oBatugampingBatulanau

2461514125N 8o E/30oBatulanauBatubara

2500014250N 10o E/20oBatubaraBatulempung

2500014500N 10o E/23oBatulempungBatupasir

Buatlah pola singkapan setiap batuan dari di atas!h. Prosedur Penggambaran pola Singkapan 1 1) Memplotkan titik singkapan pada peta dengan koordinat 25125 N dan 13750 E.

2) Membuat simbol singkapan batuan sesuai arah N 10o E.

3) Membuat garis strike dan memperpanjang garis tersebut.

4) Membuat dip direction dari strike tersebut.

5) Membuat garis dip (18o) dari dip direction.

6) Membuat interval ketinggian atau strike line pada dip direction sesuai interval kontur (sesuai skala).

7) Membuat garis sejajar strike dari titik potong pada garis dip tadi hingga memotong garis kontur di ketinggian yang sama.

8) Membuat garis tegak lurus strike dari interval ketinggian hingga garis dip.9) Memplotkan titik-titik perpanjangannya sesuai ketinggian pada peta kontur.

10) Menghubungkan titik-titik perpotongan tersebut hingga membentuk pola sebaran batuan.

i. Perhitungan Strike Line Permasalahan 3Diketahui: Skala

= 1 cm : 3400 cm

Interval garis kontur= 5 meter = 500 cm

Ditanya: Strike line = ...?

Jawab

:

x = strike line

x = = 0,147 = 0,15 cm

Jadi, strike line yang sesuai dengan interval garis kontur adalah 0,15 cm.

j. Prosedur Penggambaran Pola Singkapan 21) Memplotkan titik singkapan pada peta dengan koordinat 24615 N dan 14125 E.

2) Membuat simbol singkapan batuan sesuai arah N 8o E.

3) Membuat garis strike dan memperpanjang garis tersebut.

4) Membuat dip direction dari strike tersebut.

5) Membuat garis dip (30o) dari dip direction.

6) Membuat interval ketinggian atau strike line pada dip direction sesuai interval kontur (sesuai skala).

7) Membuat garis sejajar strike dari titik potong pada garis dip tadi hingga memotong garis kontur di ketinggian yang sama.

8) Membuat garis tegak lurus strike dari interval ketinggian hingga garis dip.9) Memplotkan titik-titik perpanjangannya sesuai ketinggian pada peta kontur.

10) Menghubungkan titik-titik perpotongan tersebut hingga membentuk pola sebaran batuan.

k. Prosedur Penggambaran Pola Singkapan 31) Memplotkan titik singkapan pada peta dengan koordinat 25000 N dan 14250 E.

2) Membuat simbol singkapan batuan sesuai arah N 10o E.

3) Membuat garis strike dan memperpanjang garis tersebut.

4) Membuat dip direction dari strike tersebut.

5) Membuat garis dip (20o) dari dip direction.

6) Membuat interval ketinggian atau strike line pada dip direction sesuai interval kontur (sesuai skala).

7) Membuat garis sejajar strike dari titik potong pada garis dip tadi hingga memotong garis kontur di ketinggian yang sama.

8) Membuat garis tegak lurus strike dari interval ketinggian hingga garis dip.9) Memplotkan titik-titik perpanjangannya sesuai ketinggian pada peta kontur.

10) Menghubungkan titik-titik perpotongan tersebut hingga membentuk pola sebaran batuan.

l. Prosedur Penggambaran Pola Singkapan 4 1) Memplotkan titik singkapan pada peta dengan koordinat 25000 N dan 14500 E.

2) Membuat simbol singkapan batuan sesuai arah N 10o E.

3) Membuat garis strike dan memperpanjang garis tersebut.

4) Membuat dip direction dari strike tersebut.

5) Membuat garis dip (23o) dari dip direction.

6) Membuat interval ketinggian atau strike line pada dip direction sesuai interval kontur (sesuai skala).

7) Membuat garis sejajar strike dari titik potong pada garis dip tadi hingga memotong garis kontur di ketinggian yang sama.

8) Membuat garis tegak lurus strike dari interval ketinggian hingga garis dip.9) Memplotkan titik-titik perpanjangannya sesuai ketinggian pada peta kontur.

10) Menghubungkan titik-titik perpotongan tersebut hingga membentuk pola sebaran batuan.

9.4.2. Membuat Peta Geologi (Penampang Horizontal)

a. Data PermasalahanMenyatukan (menjiplak) pola-pola singkapan hasil yang didapatkan pada data permasalahan 3 yang merupakan zona Pola Singkapan, menggambarkan bentuk sebaran batuan yang sesuai dengan soal menjadi peta geologi (penampang horizontal).b. Prosedur Penggambaran Peta Geologi 1) Menggambarkan kotak peta geologi dengan jarak-jarak penampangnya pada kertas kalkir.

2) Menggambarkan Zona Pola Singkapan dari (25125 N dan 13750), (24615 N dan (14125 E), (25000 N dan 14250 E) serta (25000 N dan 14500 E).

3) Menggambarkan pola singkapan batugamping dengan kedudukan N 10o E/18o dan batulanau sebagai perlapisan batuan diatasnya.

4) Menggambarkan pola singkapan batulanau dengan kedudukan N 8o E/30o dan batubara sebagai perlapisan batuan diatasnya.

5) Menggambarkan pola singkapan batubara dengan kedudukan N 10o E/20o dan batulempung sebagai perlapisan batuan diatasnya.

6) Menggambarkan pola singkapan batulempung dengan kedudukan N 10o E/23o dan batupasir sebagai perlapisan batuan diatasnya.

7) Menggambarkan simbol serta mewarnai sesuai dengan sebaran batuannya.

9.4.3. Membuat Sayatan

a. Data Permasalahan 1

Buatlah sayatan berdasarkan koordinat 24900 N, 13550 E 24900 N, 14500 E (A-A). Hitunglah luas batubara.b. Prosedur Penggambaran Sayatan

1) Membuat garis sayatan sesuai koordinat.

2) Membuat pola sayatan sesuai dengan ketinggian atau interval kontur. Pola sayatan yang dibuat sesuai dengan batas sayatan.

3) Memberi tanda pola singkapan batubara yang terlewati pada pola singkapan.4) Menghubungkan titik-titik ketinggian yang telah dibuat.

5) Membuat garis batas batuan dengan mengukur apparent dip dari tiap titik singkapan yang mengenai sayatan.

6) Menghitung luas dan volume batubara.

Analisa Data

Singkapan 1 (N 10o E/18o)

Tan Apparent Dip = tan true dip x sin bearing

= tan 18o x sin 80o

= arc 0,319

Apparent Dip= 17,69o Singkapan 2 ( N 8o E/30o)

Tan Apparent Dip = tan true dip x sin bearing

= tan 30o x sin 82o

= arc 0,571

Apparent Dip= 29,73o

- Singkapan 3 (N 10o E/20o)

Tan Apparent Dip = tan true dip x sin bearing

= tan 20o x sin 80o

= arc 0,357

Apparent Dip= 19,65oc. Data Permasalahan 2

Buatlah sayatan berdasarkan koordinat 25115 N, 13600 E 24900 N, 14400 E (B-B). Hitunglah luas batubara.

d. Prosedur Penggambaran Sayatan

1) Membuat garis sayatan sesuai koordinat.

2) Membuat pola sayatan sesuai dengan ketinggian atau interval kontur. Pola sayatan yang dibuat sesuai dengan batas sayatan.

3) Memberi tanda pola singkapan batubara yang terlewati pada pola singkapan.

4) Menghubungkan titik-titik ketinggian yang telah dibuat.

5) Membuat garis batas batuan dengan mengukur apparent dip dari tiap titik singkapan yang mengenai sayatan.

6) Menghitung luas dan volume batubara.

Analisa Data

Singkapan 1 (N 10o E/18o)

Tan Apparent Dip = tan true dip x sin bearing

= tan 18o x sin 80o

= arc 0,319

Apparent Dip= 17,69o Singkapan 2 ( N 8o E/30o)

Tan Apparent Dip = tan true dip x sin bearing

= tan 30o x sin 82o

= arc 0,571

Apparent Dip= 29,73o

- Singkapan 3 (N 10o E/20o)

Tan Apparent Dip = tan true dip x sin bearing

= tan 20o x sin 80o

= arc 0,357

Apparent Dip= 19,65o- Singkapan 4 (N 10o E/23o)

Tan Apparent Dip = tan true dip x sin bearing

= tan 23o x sin 80o

= arc 0,416

Apparent Dip= 22,59oe. Data Permasalahan 3

Buatlah sayatan berdasarkan koordinat 24685 N, 13475 E 24685 N, 14700 E (C-C). Hitunglah luas batubara.

f. Prosedur Penggambaran Sayatan

1) Membuat garis sayatan sesuai koordinat.

2) Membuat pola sayatan sesuai dengan ketinggian atau interval kontur. Pola sayatan yang dibuat sesuai dengan batas sayatan.

3) Memberi tanda pola singkapan batubara yang terlewati pada pola singkapan.

4) Menghubungkan titik-titik ketinggian yang telah dibuat.

5) Membuat garis batas batuan dengan mengukur apparent dip dari tiap titik singkapan yang mengenai sayatan.

6) Menghitung luas dan volume batubara.

Analisa Data

Singkapan 1 (N 10o E/18o)

Tan Apparent Dip = tan true dip x sin bearing

= tan 18o x sin 80o

= arc 0,319

Apparent Dip= 17,69o Singkapan 2 ( N 8o E/30o)

Tan Apparent Dip = tan true dip x sin bearing

= tan 30o x sin 82o

= arc 0,571

Apparent Dip= 29,73o

- Singkapan 3 (N 10o E/20o)

Tan Apparent Dip = tan true dip x sin bearing

= tan 20o x sin 80o

= arc 0,357

Apparent Dip= 19,65o9.4.4. Analisa Perhitungan

a. Perhitungan Luas Batubara

Diketahui:

Diperoleh SV = 3500, SH = 3400

Luas 1 kotak millimeter blok (1cm2) = SV x SH

= 3500 x 3400 = 1.190 m21) Analisa Sayatan (A-A)

Luas Batubara = Luas 1 kotak millimeter blok x Jumlah Petak

= 1.190 m2 x 14

= 16.660 m22)Analisa Sayatan (B-B)

Luas Batubara = Luas 1 kotak millimeter blok x Jumlah Petak

=1.190 m2 x 16

= 19.040 m23) Analisa Sayatan (C-C)

Luas Batubara = Luas 1 kotak millimeter blok x Jumlah Petak

= 1.190 m2 x 10

= 11.900 m22) Perhitungan Volume Batubara

Diketahui :

a) Luas batubara pada sayatan (A-A) 16.660 m2.

b) Luas batubara pada sayatan (B-B) 19.040 m2.

c) Luas batubara pada Sayatan (C-C) 11.900 m2.

Ditanya : Volume total batubara

Jawab

:

Jarak Vertikal (AA-BB) = 25115 N 24900 N

= 215 m

V1 = x Jarak Vertikal

= x 215 m

= 17.850 m2 x 215 m

= 3.837.750 m3

Jarak Vertikal (AA-CC) = 24900 N 24685 N

= 215 mV2 = x Jarak Vertikal = x 215 m

= 14.280 m2 x 215 m

= 3.070.200 m3Jadi, untuk estimasi perhitungan Volume total batubara adalah :

Vtotal = V1 + V2 = 3.837.750 m3 + 3.070.200 m3 = 6.907.950 m39.5. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini antara lain :

1. Pola singkapan adalah bentuk penyebaran batuan jika singkapan batuan yang sama dihubungkan dengan batas yang jelas.

2. Singkapan adalah kenampakan lapisan batuan yang tersingkap di muka bumi.

3. Dalam pembuatan pola pada peta crop line, apabila kontur yang searah dengan dip direction maka itu menunjukkan ketinggian kontur turun, begitu juga sebaliknya.

4. Dalam menentukan jenis batuan pada peta crop line, apabila berada di belakang strike maka itulah jenis batuannya.

5. Besar dan bentuk dari pola peyebaran atau dari singkapan tergantung dari beberapa jenis, yaitu :

a. Tebal lapisan

b. Topografi / Morfologi

c. Besar kemiringan lapisan

d. Bentuk struktur lipatan

6. Hukum V adalah menyatakan hubungan antara lapisan yang mempunyai kemiringan dengan bentuk topografi berelief akan menghasilkan suatu pola singkapan yang beraturan.

7. Pengamatan singkapan batuan biasanya dilakukan dengan mengambil jalur disekitar aliran sungai yang disepanjang aliran sungai ini bisa dijumpai singkapan batuan dengan baik. . 8. Volume total batubara adalah 6.907.950 m39.4.4. Analisa Perhitungan

a. Perhitungan Luas Batubara

Diketahui:

Diperoleh SV = 3500, SH = 3400

Luas 1 kotak millimeter blok (1cm2) = SV x SH

= 3500 x 3400 = 1.190 m21) Analisa Sayatan (A-A)

Luas Batubara = Luas 1 kotak millimeter blok x Jumlah Petak

= 1.190 m2 x 16

= 19.040 m22)Analisa Sayatan (B-B)

Luas Batubara = Luas 1 kotak millimeter blok x Jumlah Petak

=1.190 m2 x 12

= 14.280 m23) Analisa Sayatan (C-C)

Luas Batubara = Luas 1 kotak millimeter blok x Jumlah Petak

= 1.190 m2 x 11

= 13.090 m2b. Perhitungan Volume Batubara

Diketahui :

a) Luas batubara pada sayatan (A-A) 19.040 m2.b) Luas batubara pada sayatan (B-B) 14.280 m2.c) Luas batubara pada Sayatan (C-C) 13.090 m2.

Ditanya : Volume total batubara

Jawab

:

Jarak Vertikal (AA-BB) = 25115 N 24900 N

= 215 m

V1 = x Jarak Vertikal = x 215 m

= 16.660 m2 x 215 m

= 3.581.900 m3

Jarak Vertikal (AA-CC) = 24900 N 24685

= 215 m

V2 = x Jarak Vertikal

= x 215 m

= 16.065 m2 x 215 m

= 3.453.975 m3Jadi, untuk estimasi perhitungan Volume total batubara adalah :

Vtotal = V1 + V2

= 3.581.900 m3 + 3.453.975 m3 = 7.035.875 m39.4.4. Analisa Perhitungan

a. Perhitungan Luas Batubara

Diketahui:

Diperoleh SV = 3500, SH = 3400

Luas 1 kotak millimeter blok (1cm2) = SV x SH

= 3500 x 3400

= 11.900.000 cm2

= 1.190 m21) Analisa Sayatan (A-A)

Luas Batubara = Luas 1 kotak millimeter blok x Jumlah Petak

= 1.190 m2 x 14

= 16.660 m22)Analisa Sayatan (B-B)

Luas Batubara = Luas 1 kotak millimeter blok x Jumlah Petak

= 1.190 m2 x 16

= 19.040 m23) Analisa Sayatan (C-C)

Luas Batubara = Luas 1 kotak millimeter blok x Jumlah Petak

= 1.190 m2 x 10

= 11.900 m2b. Perhitungan Volume Batubara

Diketahui :

a) Luas batubara pada sayatan (A-A) 13.090 m2.

b) Luas batubara pada sayatan (B-B) 14.280 m2.

c) Luas batubara pada Sayatan (C-C) 7.140 m2.

Ditanya : Volume total batubara

Jawab

:

Jarak Vertikal (AA-BB) = 25115 N 24900 N

= 215 m

V1 = x Jarak Vertikal = x 215 m

= 13.685 m2 x 215 m

= 2.942.275 m3

Jarak Vertikal (AA-CC) = 24900 N 24685

= 215 m

V2 = x Jarak Vertikal

= x 215 m

= 15.245 m2 x 215 m

= 3.277.675 m3Jadi, untuk estimasi perhitungan Volume total batubara adalah :

Vtotal = V1 + V2

= 2.942.275 m3 + 3.277.675 m3 = 6.219.950 m3

PENAMPANG VERTIKAL SAYATAN A A

Banjarbaru, 30 November 2012

Asisten 1

Asisten 2 Gindang Rain Pratama

Mitha Afryana H1C109048

H1C108053

Banjarbaru, 22 November 2012

Asisten 1

Asisten 2

Gindang Rain Pratama

Mitha Afryana

H1C109048

H1C108053Kelompok 8H1C112000

_1319557998.unknown

_1415698931.unknown

_1415698957.unknown

_1415699290.unknown

_1400680507.unknown

_1319557997.unknown