bab 3 konveksi paksa alhakim abu hal 30-37
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
BAB III
PENGUJIAN KONVEKSI
3.1 PENDAHULUAN
Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan suhu
antara benda atau material. Energi yang berpindah dinamakan kalor atau panas. Ilmu
perpindahan kalor menjelaskan bagaimana dan seberapa cepat kalor atau panas tersebut
dapat berpindah. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas, yaitu konduksi,
konveksi, dan radiasi.
Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi karena
adanya gerakan curah fluida, dimana gerakan ini dapat diamati secara makro.
Mekanisme perpindahan panas konveksi berbeda dengan perpindahan panas konduksi
atau radiasi. Konveksi terjadi pada dua peristiwa yaitu konveksi paksa dan konveksi
alami.
Gambar 3.1 Skema perpindahan panas konveksi [1]
Mekanisme perpindahan panas konveksi erat kaitannya dengan jenis aliran
fluidanya. Salah satu segi analisa yang paling penting adalah mengetahui apakah aliran
fluida tersebut laminar atau turbulen. Dalam aliran laminar, aliran dari garis aliran
(streamline) bergerak dalam lapisan-lapisan. Partikel fluida tersebut tetap pada urutan
yang teratur tanpa saling mendahului. Gerakan partikel fluida dalam aliran turbulen
berbentuk tidak teratur. Kedua jenis aliran ini memberikan pengaruh yang besar
terhadap perpindahan panas konveksi.
Konveksi sangat penting peranannya dalam mengatur fenomena arus samudra,
pembentukan angin laut/darat, pembentukan mikro struktur logam selama pendinginan
logam cair, pemanfaatan energi surya, gerakan udara panas ketika terjadi kebakaran,
pembakaran hutan, emisi gas buang kendaraan, dsb. Aplikasi paling umum di industri
adalah pada pendinginan udara pada chip komputer dan peralatan-peralatan besar[2].
3.2 DASAR TEORI
Konveksi adalah proses perpindahan panas antara permukaan benda padat dan
fluida yang bergerak di atasnya (mengalir). Pada proses tersebut melibatkan kombinasi
dari konduksi dan gerakan fluida. Perpindahan panas konveksi dibagi menjadi dua,
yaitu konveksi alami dan konveksi paksa. Konveksi alami adalah perpindahan panas
pada fluida yang terjadi karena efek mengambang (buoyancy effect). Perbedaan
temperatur akan menyebabkan perbedaan densitas fluida. Pada temperatur tinggi
densitas fluida akan menurun, sedangkan pada temperatur yang rendah densitas fluida
lebih besar. Konveksi paksa adalah perpindahan panas pada fluida karena adanya gaya
luar. Pada gambar 3.2 pelat logam yang panas akan cepat menjadi dingin apabila ditaruh
kipas angin (konveksi paksa) dibandingkan dengan ditempatkan pada udara tenang
(konveksi alami) [2].
(a) (b)
Gambar 3.2 Skema konveksi (a) paksa dan (b) bebas [2]
3.2.1Pengetahuan Umum Konveksi
Perpindahan panas konveksi terbagi menjadi dua, yaitu konveksi alami atau
bebas dan konveksi paksa. Konveksi alami adalah perpindahan panas pada fluida yang
terjadi karena efek mengambang (buoyancy effect). Perbedaan temperatur akan
menyebabkan perbedaan densitas fluida. Pada temperatur tinggi densitas fluida akan
menurun, sedangkan pada temperatur yang rendah densitas fluida lebih besar, sehingga
keberadaan gravitasi atau gaya sejenis sangat penting dalam perpindahan kalor konveksi
bebas[3].
Perpindahan kalor secara konveksi paksa terjadi karena adanya pengaruh dari
luar/paksaan yang memaksa fluida untuk mengalir sesuai dengan arah yang dipaksakan.
Paksaan atau gaya yang diberikan dapat berupa kipas, pompa, blower, kompresor dsb.
Pada gambar 3.3 (a) telur yang panas akan cepat dingin karena bantuan angin dari kipas
dibandingkan (b) telur yang hanya dibiarkan dingin secara alami[2].
(a) (b)
Gambar 3.3 (a) konveksi paksa (b) konveksi bebas [2]
Laju perpindahan kalor suatu benda sebanding dengan beda temperatur antara
benda dengan fluida sekelilingnya. Sesuai dengan Hukum Newton tentang pendinginan
yang dirumuskan:
Q = h.A.(To - T∞)
Dimana :
Q = laju perpindahan kalor (W)
h = koefisien perpindahan panas (W/m2K)
A = Luas permukaan objek (m2)
To = Temperatur permukaan objek (K)
T∞ = Temperatur lingkungan/fluida (K) [2].
Laju perpindahan kalor (Q) merupakan besarnya perpindahan panas yang terjadi
terhadap suatu objek. Koefisien perpindahan panas (h) merupakan koefisien konveksi
aliran. Luas permukaan objek (A) adalah luas permukaan yang dikenakan perpindahan
panas. Ada beberapa rumus luasan yaitu :
a. Pada plat datar (A = P x L)
b. Pada silinder (Ar = 2πrL)
Gradien temperatur (∆T) merupakan selisih temperatur antara temperatur objek dan
temperatur lingkungan/fluida[3].
Untuk menganalisa perpindahan panas konveksi terdapat bilangan tak
berdimensi, yaitu bilangan Nusselt, bilangan Reynolds, dan bilangan Prandtl yang
kemudian akan dibahas pada sub bab berikutnya.
Dalam perpindahan panas konveksi kita juga harus mempertimbangkan bentuk
aliran fluida. Apakah laminar atau turbulen. Aliran laminar adalah aliran yang berlapis-
lapis. Partikel fluida mengikuti lintasan yang lancar serta malar (kontinu). Kebalikan
dari gerakan laminar, gerakan partikel fluida dalam aliran turbulen berbentuk tidak
teratur. Kedua jenis aliran ini memberikan pengaruh yang besar terhadap perpindahan
panas konveksi.
Konveksi sangat penting peranannya dalam mengatur fenomena arus samudra,
pembentukan angin laut/darat, pembentukan mikro struktur logam selama pendinginan
logam cair, pemanfaatan energi surya, gerakan udara panas ketika terjadi kebakaran,
pembakaran hutan, emisi gas buang kendaraan, dsb [4].
3.2.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum konveksi paksa aliran udara pada pipa horizontal adalah:
1. Mencari nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk variasi tertentu
seperti laju alir, temperatur udara keluar dan temperatur dinding pada pipa
horizontal.
2. Praktikan menemukan korelasi antara bilangan Reynolds untuk menentukan
kecepatan laju alir dan bilangan Nusselt untuk mengetahui temperatur dinding [5].
3.2.3 Rumus Perhitungan konveksi paksa
Rumusan konveksi paksa erat hubungannya dengan angka Reynolds (Re),
Prandtl (Pr), Nusselt (Nu). Bilangan Reynolds dapat menggambarkan apakah aliran
tersebut laminar atau turbulen, sedangkan bilangan Prandtl menunjukkan karakteristik
termal fluida, dan bilangan Nusselt menggambarkan karakteristik proses perpindahan
panas. Ketiga bilangan ini membentuk persamaan :
N ud=C . R edm . Ρ rn
di mana:
Nud = bilangan nusselt
Red = biangan reynold
Pr = bilangan prandtl
n = 0,4(pemanasan)
= 0,3(pendinginan)
c, m, dan n adalah konstanta yang harus ditentukan dari percobaan. Berikut rumus
bilangan-bilangan tersebut. [3]
1. Bilangan Reynold
Merupakan bilangan tak berdimensi yang diperoleh dari rasio gaya inersia
dengan viskositas. Bilangan Reynold digunakan untuk menentukan karakteristik suatu
aliran fluida laminar atau turbulen.
R ed=ρ μm d
μ
di mana:
Red = bilangan Reynold
ρ = densitas fluida (kg/m3)
v = kecepatan aliran (m/s)
μ = viskositas (kg/m.s)
D = diameter pipa (m)[3]
Gambar 3.4 Pengembangan daerah aliran lapis batas di atas plat rata [3]
Dengan bilangan Reynolds kita dapat mengetahui apakah aliran fluida tersebut
laminar atau turbulen dengan melihat batasan berikut.
Re ≤ 2300 Aliran laminar
Re ≥ 2300 Aliran turbulen [3].
2. Bilangan Prandtl
Bilangan Prandtl merupakan bilangan yang digunakan sebagai perbandingan
viskositas kinematik fluida terhadap difusivitas termal fluida. Viskositas kinematik
memberikan informasi tentang laju difusi momentum dalam fluida dan difusitas termal
memberikan informasi tentang difusi kalor dalam fluida.
Ρ r= vα
= μ/ ρk / ρ c p
=c p μ
k
di mana:
ν=viskositas kinematis (m2/s)
μ=viskositasdinamis (kg/m.s)
c p = kalor jenis pada tekanan konstan(kJ/kgoC)
k =koeffisien konduktivitas termal (W/moC)[3].
Untuk aliran dalam pipa, seperti halnya aliran melewati plat datar profil
kecepatan serupa dengan profil suhu untuk fluida yang mempunyai bilangan Prandtl
satu [3].
3. Bilangan Nusselt
Merupakan bilangan yang digunakan untuk menentukan distribusi suhu
permukaan atau plat.
N ud=hLk
di mana:
Nud = bilangan nusselt
h = koeffisien perpindahan panas kenveksi(W/m2oC)
L = panjang plat (m)
K = koeffisien konduktifitas termal(W/moC)[3]
Nilai bilangan Nusselt dipengaruhi oleh beberapa jenis aliran yaitu :
a. Aliran Laminar berkembang penuh
Nud=1,86.¿
batasan R ed . PrDL
>10
b. Aliran Turbulen berkembang penuh
Nud=0.027 . R ed0.8 . Pr0.3( μ
μW )0.14
di mana:
μ = viskositas fluida (kg/m.s)
μ w = viskositas dinding (kg/m.s)[3]
Untuk aliran turbulen yang sudah jadi atau berkembang penuh (fully developed
turbulent flow) dalam tabung licin, digunakan persamaan berikut:
Nud=0.023 . R ed0.8. Prn
batasan:
n = 0,4 pemanas dan n = 0,3 pendingin
0,6 < Pr < 100 (untuk aliran turbulen yang tidak berkembang sepenuhnya di dalam
tabung licin dan dengan beda suhu moderat antara dinding fluida ) [3].
4. Koefisien Perpindahan Kalor
h= kD
Nud(W /m2 . o C)
di mana:
h = koefisien perpindahan kalor (W/m2 0C)
k = konduktivitas termal (W/m 0C)
D = diameter pipa (m)
Nud = bilangan Nusselt [5].
5. Hukum Newton tentang pendinginan
Laju perpindahan kalor suatu benda sebanding dengan beda temperatur antara
benda dengan fluida sekelilingnya.
Q = h.A.(To - T∞)
laju perpindahan kalor (Q) merupakan besarnya perpindahan panas yang terjadi
terhadap suatu objek. Koefisien perpindahan panas (h) merupakan koefisien konveksi
aliran. Luas permukaan objek (A) adalah luas permukaan yang dikenakan perpindahan
panas.
6. Pemanas Heater
Qheater=h .2π . r . L (T w−Tb )Watt
di mana:
h = koefisien perpindahan kalor (W/m2 0C)
r = jari-jari (m)
L = panjang pipa (m)
T w = temperatur dinding (0C)
T b = temperatur bulk (0C)
7. Perpindahan kalor total
Q=mc p(T w−T b)
di mana:
m= massa per satuan waktu (m/kg)
cp = kalor jenis pada tekanan konstan(Joule/Kg oC)
Tw = temperatur dinding (0C)
Tb = temperatur bulk (0C) [5].
3.2.4 Aplikasi Konveksi Paksa
Kondensor adalah peralatan yang berfungsi untuk mengubah uap menjadi air.
Prinsip kerja Kondensor proses perubahannya dilakukan dengan cara mengalirkan uap
ke dalam suatu ruangan yang berisi pipa-pipa (tubes). Uap mengalir di luar pipa-pipa
(shell side) sedangkan air sebagai pendingin mengalir di dalam pipa-pipa (tube side).
Kondensor seperti ini disebut kondensor tipe surface (permukaan). Kebutuhan air untuk
pendingin di kondensor sangat besar sehingga dalam perencanaan biasanya sudah
diperhitungkan. Air pendingin diambil dari sumber yang cukup persediannya, yaitu dari
danau, sungai atau laut. Posisi kondensor umumnya terletak dibawah turbin sehingga
memudahkan aliran uap keluar turbin untuk masuk kondensor karena gravitasi.
Laju perpindahan panas tergantung pada aliran air pendingin, kebersihan pipa-
pipa dan perbedaan temperatur antara uap dan air pendingin. Proses perubahan uap
menjadi air terjadi pada tekanan dan temperatur jenuh, dalam hal ini kondensor berada
pada kondisi vakum. Karena temperatur air pendingin sama dengan temperatur udara
luar, maka temperatur air kondensatnya maksimum mendekati temperatur udara luar.
Apabila laju perpindahan panas terganggu, maka akan berpengaruh terhadap tekanan
dan temperatur.
Gambar 3.5 Skema perpindahan panas pada kondensor[6].
3.2.5 Alat dan Prosedur Pengujian
3.2.5.1 Bagian – Bagian Alat Beserta Fungsinya
Gambar 3.6 Skema alat pengujian konveksi paksa [5]
Gambar 3.7 Alat pengujian konveksi paksa [7]
Heater
Display termo kopel
BlowerPipa A
Pipa B+Kain asbestos+gips
1. Transformator
Berfungsi untuk mengubah arus AC menjadi DC
Gambar 3.8 Transformator [7]
2. Anemometer
Berfungsi untuk mengukur kecepatan aliran udara (fluida) pada waktu awal dan
suhu fluida keluar
Gambar 3.9 Anemometer [8]
3. Watt meter
Berfungsi untuk mengukur daya yang masuk.
Gambar 3.10 Watt meter [7]
4. Asbestos
Berfungsi sebagai peredam panas yang akan merambat keluar melalui celah
sambungan pipa
Gambar 3.11 Asbestos [7]
5. Gips
Berfungsi sebagai isolator supaya panas dari pipa horizontal tidak keluar ke
lingkungan.
Gambar 3.12 Gips [7]
6. Kawat Filamen
Berfungsi untuk mendistribusikan panas ke pipa konveksi
Gambar 3.13 Kawat filament [7]
7. Regulator
Berfungsi untuk mengatur daya yang dikeluarkan.
Gambar 3.14 Regulator [7]
8. Pipa Konveksi
Berfungsi untuk arah aliran fluida (udara).
Gambar 3.15 Pipa konveksi. [7]
9. Thermo display
Berfungsi untuk menampilkan suhu terukur pada pipa konveksi(pada 4 titik).
Gambar 3.16 thermo display [7]
10. Blower
Berfungsi untuk memberi hembusan (penghembus) udara ke pipa konveksi.
Gambar 3.17 Blower [7]
11. Thermo kopel
Berfungsi untuk mengukur suhu pada pipa konveksi (pada 4 titik).
Gambar 3.18 Sensor Thermokopel (Fine Thermocouple) [7]
12. Stopwatch
Berfungsi mengukur waktu sampai terjadi kondisi steady state.
Gambar 3.19 stopwatch [9]
3.2.5.2 Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian praktikum konveksi paksa aliran udara pipa horizontal
adalah:
1. Menyambungkan alat-alat ke sumber listrik.
2. Mengatur daya keluaran dengan regulator sebesar 60 watt yang terukur pada watt
meter
3. Mencatat suhu dinding awal pada thermo display dan suhu keluaran awal dengan
anemometer.
4. Mencatat perubahan suhu dinding dan suhu keluaran setiap 30 detik dengan
stopwatch hingga mencapai steady state (saat suhu dinding dan suhu keluaran tetap
sama selama 5 kali pengambilan data).
5. Setelah mencapai steady state, nyalakan blower untuk pengambilan data penurunan
suhu.
6. Mencatat suhu dinding awal, suhu keluaran awal, dan kecepatan awal aliran.
7. Mencatat perubahan suhu dinding, suhu keluaran, dan kecepatan aliran setiap 30
detik hingga mencapai steady state (saat suhu dinding dan suhu keluaran tetap sama
selama 5 kali pengambilan data)
8. Setelah mencapai steady state, pencatatan dihentikan.
9. Mematikan blower.
3.2 DATA PERHITUNGAN DAN ANALISA
3.3.1 Data Hasil Percobaan
Tabel 3.1 Temperatur (Konveksi Alami)
No. Waktu
(detik)
Suhu dinding (oC) Suhu udara keluar
(T5) (oC)
Laju Aliran
(m/s)T1 T2 T3 T4 T
1 0 32 32 34 30 32 32 0.1
2 30 32 33 35 30 32,5 32 0.1
3 60 33 33 35 30 32,75 32 0.1
4 90 33 33 36 31 33,25 32 0.1
5 120 33 34 36 31 33,5 32 0.1
6 150 34 34 37 31 34 32 0.1
7 180 34 34 37 31 34 32 0.1
8 210 34 35 37 32 34,5 32 0.1
9 240 35 35 38 32 35 32 0.1
10 270 35 35 38 32 35 32 0.1
11 300 35 36 38 32 35,25 32 0.1
12 330 35 36 39 32 35,5 33 0.1
13 360 36 36 39 33 36 33 0.1
14 390 36 36 39 33 36 33 0.1
15 420 36 36 39 33 36 33 0.1
16 450 36 37 40 33 36,5 33 0.1
17 480 36 37 40 33 36,5 33 0.1
18 510 37 37 40 33 36,75 33 0.1
19 540 37 37 40 33 36,75 33 0.1
20 570 37 37 41 34 37,25 33 0.1
21 600 37 38 41 34 37,5 33 0.1
22 630 37 38 41 34 37,5 33 0.1
23 660 38 38 41 34 37,75 33 0.1
24 690 38 38 41 34 37,75 33 0.1
25 720 38 38 41 34 37,75 33 0.1
26 750 38 38 42 34 38 33 0.1
27 780 38 39 42 34 38,25 33 0.1
28 810 38 39 42 34 38,25 33 0.1
29 840 38 39 42 35 38,5 33 0.1
30 870 38 39 42 35 38,5 33 0.1
31 900 39 39 42 35 38,75 33 0.1
32 930 39 39 42 35 38,75 33 0.1
33 960 39 39 43 35 39 33 0.1
34 990 39 39 43 35 39 33 0.1
35 1020 39 40 43 35 39,25 33 0.1
36 1050 39 40 43 35 39,25 33 0.1
37 1080 39 40 43 35 39,25 33 0.1
38 1110 39 40 43 35 39,25 33 0.1
39 1140 39 40 43 35 39,25 33 0.1
Tabel 3.2 Temperatur (Konveksi Paksa)
No. Waktu
(detik)
Suhu Dinding (oC) Suhu Udara Keluar
(T5) (oC)
Laju Aliran
T1 T2 T3 T4 T (m/s)
1 0 39 40 43 35 39,25 33 3
2 30 38 40 43 36 39,25 33 2,9
3 60 38 39 42 35 38,5 33 2,5
4 90 37 39 42 35 38,25 33 2,6
5 120 37 39 42 35 38,25 33 2,5
6 150 36 39 41 36 38 33 2,5
7 180 36 38 41 35 37,5 33 2,6
8 210 36 38 41 35 37,5 33 2,6
9 240 36 38 41 35 37,5 33 2,7
10 270 35 38 41 35 37,25 33 2,7
11 300 35 38 40 35 37 33 2,6
12 330 35 38 40 35 37 33 2,7
13 360 35 38 40 35 37 33 2,5
14 390 35 37 40 35 36,75 33 2,6
15 420 35 37 40 35 36,75 33 2,6
16 450 35 37 40 35 36,75 33 2,7
17 480 35 37 40 35 36,75 33 2,8
18 510 35 37 40 35 36,75 33 2,9
3.3.2 Perhitungan Ralat
Sampel perhitungan ralat dari tabel konveksi alami pada saat 0 detik,
diketahui:
Tabel 3.3 Sampel data konveksi alami pada t = 0 detik
Tn T (Suhu), oC (Tn - T )2
T1 32 0
T2 32 0
T3 34 4
T4 30 4
Trata-rata T = 32 Σ = 8
Galat (eror)
ε T=|T−TnT
|×100%
ε T 1=|32−3232
|×100%
= 0 %
ε T 2=|32−3232
|×100 %
= 0 %
ε T 3=|32−3432
|×100 %
= 6.25 %
ε T 4=|32−3032
|×100 %
= 6.25 %
Standar Deviasi
δ T
= √∑ (Tn−T )2
n(n−1 )
δ T =
√812
= 0.816
Nilai T sesungguhnya
T = (T±δ T )= ( 32 0.816) oC
Ralat Nisbi = ( δ T
T )×100 %=( 0 . 81632 )
×100% = 2.55 %
Keseksamaan = (1−δ T
T )×100 %=(1−0 . 816
32 )×100% = 97.45 %
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Ralat Data Temperatur Konveksi Alami Aliran Pipa
Horisontal
No.
Waktu Galat (%)
δ TRalat Keseksa-
maan
(%)(detik) T1 T2 T3 T4
Nisbi
(%)
1 0 0 0 6.25 6.25 0.816 2.55 97.452 30 1.53846 1.53846 7.69231 7.69231 1.041 3.20 96.803 60 0.76336 0.76336 6.87023 8.39695 1.031 3.15 96.854 90 0.75188 0.75188 8.27068 6.76692 1.031 3.10 96.90
5 120 1.49254 1.49254 7.46269 7.46269 1.041 3.11 96.89
6 150 0 0 8.82353 8.82353 1.225 3.60 96.40
7 180 0 0 8.82353 8.82353 1.225 3.60 96.40
8 210 1.44928 1.44928 7.24638 7.24638 1.041 3.02 96.98
9 240 0 0 8.57143 8.57143 1.225 3.50 96.50
10 270 0 0 8.57143 8.57143 1.225 3.50 96.50
11 300 0.70922 2.12766 7.80142 9.21986 1.250 3.55 96.45
12 330 1.40845 1.40845 9.85915 9.85915 1.443 4.07 95.93
13 360 0 0 8.33333 8.33333 1.225 3.40 96.60
14 390 0 0 8.33333 8.33333 1.225 3.40 96.60
15 420 0 0 8.33333 8.33333 1.225 3.40 96.60
16 450 1.36986 1.36986 9.58904 9.58904 1.443 3.95 96.05
17 480 1.36986 1.36986 9.58904 9.58904 1.443 3.95 96.05
18 510 0.68027 0.68027 8.84354 10.2041 1.436 3.91 96.09
19 540 0.68027 0.68027 8.84354 10.2041 1.436 3.91 96.09
20 570 0.67114 0.67114 10.0671 8.72483 1.436 3.86 96.14
21 600 1.33333 1.33333 9.33333 9.33333 1.443 3.85 96.15
22 630 1.33333 1.33333 9.33333 9.33333 1.443 3.85 96.15
23 660 0.66225 0.66225 8.60927 9.93377 1.436 3.80 96.20
24 690 0.66225 0.66225 8.60927 9.93377 1.436 3.80 96.20
25 720 0.66225 0.66225 8.60927 9.93377 1.436 3.80 96.20
26 750 0 0 10.5263 10.5263 1.633 4.30 95.70
27 780 0.65359 1.96078 9.80392 11.1111 1.652 4.32 95.68
28 810 0.65359 1.96078 9.80392 11.1111 1.652 4.32 95.68
29 840 1.2987 1.2987 9.09091 9.09091 1.443 3.75 96.25
30 870 1.2987 1.2987 9.09091 9.09091 1.443 3.75 96.25
31 900 0.64516 0.64516 8.3871 9.67742 1.436 3.71 96.29
32 930 0.64516 0.64516 8.3871 9.67742 1.436 3.71 96.29
33 960 0 0 10.2564 10.2564 1.633 4.19 95.8134 990 0 0 10.2564 10.2564 1.633 4.19 95.8135 1020 0.63694 1.91083 9.55414 10.828 1.652 4.21 95.7936 1050 0.63694 1.91083 9.55414 10.828 1.652 4.21 95.7937 1080 0.63694 1.91083 9.55414 10.828 1.652 4.21 95.79
38 1110 0.63694 1.91083 9.55414 10.828 1.652 4.21 95.7939 1140 0.63694 1.91083 9.55414 10.828 1.652 4.21 95.79
Sampel perhitungan ralat dari tabel konveksi paksa pada saat 0 detik,
diketahui:
Tabel 3.5 Sampel data konveksi paksa pada t = 0 detik
T (Suhu), oC (Tn - T )2
T1 39 0.0625
T2 40 0.5625
T3 43 14.0625
T4 35 18.0625
Trata-rata T = 39.25 Σ = 32.75
Galat (eror)
ε T=|T−TnT
|×100%
ε T 1=|39. 25−3939. 25
|×100 %
= 0.636943 %
ε T 1=|39. 25−4039. 25
|×100%
= 1.910828 %
ε T 1=|39. 25−4339. 25
|×100%
= 9.55414 %
ε T 1=|39. 25−3539. 25
|×100 %
= 10.82803 %
Standar Deviasi
δ T
= √∑ (Tn−T )2
n(n−1 )
δ T =
√32. 7512
= 1.652019
Nilai T sesungguhnya
T = (T±δ T )= ( 39.25 1.652019) oC
Ralat Nisbi = ( δ T
T )×100 %=( 1. 65201939 . 25 )
×100% = 4.21 %
Keseksamaan = (1−δ T
T )×100 %=(1−1 .652019
39.25 )×100% = 95.79 %
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Ralat Data Temperatur Konveksi Paksa Aliran Pipa
Horisontal
No
.
Waktu Galat (%)
δ T
Ralat Kesek
(detik) T1 T2 T3 T4Nisbi
(%)
Samaan
(%)
1 0 0.63694 1.91083 9.55414 10.828 1.652019 4.21 95.79
2 30 3.18471 1.91083 9.55414 8.28025 1.493039 3.80 96.20
3 60 1.2987 1.2987 9.09091 9.09091 1.443376 3.75 96.25
4 90 3.26797 1.96078 9.80392 8.49673 1.493039 3.90 96.10
5 120 3.26797 1.96078 9.80392 8.49673 1.493039 3.90 96.10
6 150 5.26316 2.63158 7.89474 5.26316 1.224745 3.22 96.78
7 180 4 1.33333 9.33333 6.66667 1.322876 3.53 96.47
8 210 4 1.33333 9.33333 6.66667 1.322876 3.53 96.47
9 240 4 1.33333 9.33333 6.66667 1.322876 3.53 96.47
10 270 6.04027 2.01342 10.0671 6.04027 1.436141 3.86 96.14
11 300 5.40541 2.7027 8.10811 5.40541 1.224745 3.31 96.69
12 330 5.40541 2.7027 8.10811 5.40541 1.224745 3.31 96.69
13 360 5.40541 2.7027 8.10811 5.40541 1.224745 3.31 96.69
14 390 4.7619 0.68027 8.84354 4.7619 1.181454 3.21 96.79
15 420 4.7619 0.68027 8.84354 4.7619 1.181454 3.21 96.79
16 450 4.7619 0.68027 8.84354 4.7619 1.181454 3.21 96.79
17 480 4.7619 0.68027 8.84354 4.7619 1.181454 3.21 96.79
18 510 4.7619 0.68027 8.84354 4.7619 1.181454 3.21 96.79
3.3.3 Perhitungan Data Hasil Praktikum
Sampel perhitungan dari tabel konveksi alami pada 0 detik,diketahui:
Um = 0.1 m/s (Laju aliran udara)
P = 60 Watt (Daya)
L = 175 cm = 1.75 m (Panjang pipa)
Dluar = 6 cm = 0.06 m (Diameter luar pipa)
Ddalam = 5.6 cm = 0.056 m (Diameter dalam pipa)
Tebal pipa = 0.004 m
Tb = 30 OC (Suhu fluida standard pada tekanan 1 atm)
Tw = 32 OC (Suhu dinding)
Suhu limbak / suhu film
T f=T w+T b
2
T f=305+305
2=305 K
Dengan melihat tabel A-6 (John H.Lienhard) dan melakukan interpolasi didapat:
ρ = 1.158 kg/m3
Langkah Interpolasi:
Tabel 3.7 Interpolasi temperature dengan densitas
T ρ
300 1.177
305 X
310 1.139
(305−300)(310−300)
=( X−1.177)
(1.139−1.177)
X =
(305−300)(310−300)
(1.139−1 . 177)+1 .177
X = 1.158 kg/m3
Dengan cara yang sama didapat:
k = 0.026535 W/moC
μ = 1.873 x 10-5 kg/m.s
Pr = 0.711
μm= 1.873 x10-5 kg/m.s
Angka Reynold
Red =
ρ .Um .Dμ
= 1,158
kgm 3
×0.1 × 0,056
1,873 x1 0−5 kg /m. s
= 346.225 (Aliran Laminar)
Angka Nusselt
Nud = 1,86(Red x Pr) 1/3 ( D
L )1/3
( μμw
)0,14
= 1.86¿
= 3.700886
Koefisien perpindahan kalor konveksi
h =
kD
. Nud
=
0 .0265350 .056
x 3.700886
= 1.753625 W/m2 oC
Panas heater
Q = h.2π.r.L.(Tw – Tb)
= (1.753625)x(6.28)x(0.028)x1.75x(0)
= 0 watt
Sampel perhitungan dari tabel konveksi paksa pada 0 detik, diketahui:
Um = 3 m/s (Laju aliran udara)
P = 60 Watt (Daya)
L = 175 cm = 1.75 m (Panjang pipa)
Dluar = 6 cm = 0.06 m (Diameter luar pipa)
Ddalam = 5.6 cm = 0.056 m (Diameter dalam pipa)
Tebal pipa = 0.004 m
Tb = 30 OC (Suhu fluida standard pada tekanan 1 atm)
Tw = 32 OC (Suhu dinding)
Suhu limbak / suhu film
T f=T w+T b
2
T f=312 .25+306
2=309.125 K
Dengan melihat tabel A-6 (John H.Lienhard) dan melakukan interpolasi didapat:
ρ = 1.142325 kg/m3
k = 0.026787 W/moC
μ = 1.8862 x10-5 kg/m.s
Pr = 0.70935
μm= 1.8962x10-5 kg/m.s
Angka Reynold
Red =
ρ .Um .Dμ
= 1.142325
kgm 3
× 4.5 ×0,056
1.8962 .1 0−5 kg /m. s
= 10174.46 ( Aliran Turbulen )
Angka Nusselt
Nud = 0.027.Red 0,8.Pr 0,33.(
μμ m
)0.14
= 0.027 ×10174.460,8 ×0 . 709350,33( 1,8862.1 0−5
1.8962. 10−5 )0,14
= 38.71108
Koefisien perpindahan kalor konveksi
h =
kD
. Nud
=
0 .0267870 .056
x 38.71108 = 18.51677 W/m2 oC
Panas heater
Q = h.2π.r.L.(Tw – Tb)
= (18.51677)x(6.28)x(0.028)x1.75x(6.25)
= 35.61238 watt
3.3.4 Tabel Hasil Pengolahan Data
Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Data Temperatur Konveksi Alami Aliran Pipa Horisontal
Waktu
(detik)
Um
(m/s)
Red Nud H
(W/m°C)
Q
(Watt)
Tw
(K)
Tb
(K)
0 0.1 346.22531 3.70089 1.75363 0 305 305
30 0.1 345.79357 3.69895 1.75372 0.26983 305.5 305
60 0.1 345.57785 3.69799 1.75376 0.40475 305.75 305
90 0.1 345.14667 3.69605 1.75385 0.67462 306.25 305
120 0.1 344.93121 3.69509 1.7539 0.80956 306.5 305
150 0.1 344.50059 3.69316 1.75399 1.07947 307 305
180 0.1 344.50059 3.69316 1.75399 1.07947 307 305
210 0.1 344.07032 3.69123 1.75407 1.34941 307.5 305
240 0.1 343.64043 3.6893 1.75416 1.61937 308 305
270 0.1 343.64043 3.6893 1.75416 1.61937 308 305
300 0.1 343.42562 3.68833 1.7542 1.75436 308.25 305
330 0.1 342.35294 3.68438 1.75484 1.35 308.5 306
360 0.1 341.92451 3.68246 1.75492 1.62007 309 306
390 0.1 341.92451 3.68246 1.75492 1.62007 309 306
420 0.1 341.92451 3.68246 1.75492 1.62007 309 306
450 0.1 341.49644 3.68053 1.755 1.89017 309.5 306
480 0.1 341.49644 3.68053 1.755 1.89017 309.5 306
510 0.1 341.28254 3.67956 1.75505 2.02523 309.75 306
540 0.1 341.28254 3.67956 1.75505 2.02523 309.75 306
570 0.1 340.85502 3.67764 1.75513 2.29537 310.25 306
600 0.1 340.64139 3.67667 1.75517 2.43045 310.5 306
630 0.1 340.64139 3.67667 1.75517 2.43045 310.5 306
660 0.1 340.42786 3.67571 1.75521 2.56554 310.75 306
690 0.1 340.42786 3.67571 1.75521 2.56554 310.75 306
720 0.1 340.42786 3.67571 1.75521 2.56554 310.75 306
750 0.1 340.21441 3.67475 1.75525 2.70063 311 306
780 0.1 340.00106 3.67378 1.75529 2.83572 311.25 306
810 0.1 340.00106 3.67378 1.75529 2.83572 311.25 306
840 0.1 339.7878 3.67282 1.75533 2.97083 311.5 306
870 0.1 339.7878 3.67282 1.75533 2.97083 311.5 306
900 0.1 339.57463 3.67186 1.75537 3.10593 311.75 306
930 0.1 339.57463 3.67186 1.75537 3.10593 311.75 306
960 0.1 339.36154 3.6709 1.75541 3.24105 312 306
990 0.1 339.36154 3.6709 1.75541 3.24105 312 306
1020 0.1 339.14855 3.66993 1.75545 3.37617 312.25 306
1050 0.1 339.14855 3.66993 1.75545 3.37617 312.25 306
1080 0.1 339.14855 3.66993 1.75545 3.37617 312.25 306
1110 0.1 339.14855 3.66993 1.75545 3.37617 312.25 306
1140 0.1 339.14855 3.66993 1.75545 3.37617 312.25 306
Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Data Temperatur Konveksi Paksa Aliran Pipa Horisontal
Waktu
(detik)
Um
(m/s)
Red Nu d H
(W/m°C)
Q
(Watt)
Tw
(K)
Tb
(K)
0 3 10174.457 38.7111 18.5168 35.6124 312.25 306
30 2,9 9835.308 37.6753 18.0213 34.6595 312.25 306
60 2,5 8494.695 33.513 16.0167 27.1076 311.5 306
90 2,6 8840.0276 34.6004 16.5316 26.7074 311.25 306
120 2,5 8500.0265 33.5316 16.021 25.8824 311.25 306
150 2,5 8505.3604 33.5502 16.0253 24.6565 311 306
180 2,6 8856.6762 34.658 16.545 22.9105 310.5 306
210 2,6 8856.6762 34.658 16.545 22.9105 310.5 306
240 2,7 9197.3176 35.7203 17.0521 23.6128 310.5 306
270 2,7 9203.0855 35.7401 17.0567 22.307 310.25 306
300 2,6 8867.7871 34.6964 16.5539 20.3759 310 306
330 2,7 9208.8558 35.7599 17.0613 21.0004 310 306
360 2,5 8526.7184 33.6247 16.0426 19.7465 310 306
390 2,6 8873.3461 34.7156 16.5584 19.1075 309.75 306
420 2,6 8873.3461 34.7156 16.5584 19.1075 309.75 306
450 2,7 9214.6286 35.7798 17.0659 19.6932 309.75 306
480 2,8 9555.9112 36.836 17.5697 20.2746 309.75 306
510 2,9 9897.1937 37.8848 18.0699 20.8518 309.75 306
3.4 PEMBAHASAN
3.4.1 Grafik dan Analisa Grafik
Konveksi Alami
Gambar 3.20 Grafik hubungan temperatur dinding terhadap waktu.
Analisa grafik:
Grafik diatas menunjukkan hubungan kenaikan temperatur dinding terhadap waktu
berbanding lurus walaupun garis yang terbentuk tidak linier sempurna. Maka dapat
dianalisa bahwa semakin bertambahnya waktu, temperatur pada dinding akan semakin
bertambah. Hal ini terjadi karena adanya perambatan panas dari heater ke dinding-
dinding pipa horizontal, sehingga memungkinkan temperatur dinding besarnya akan
sama dengan temperatur heater setelah mencapai waktu tertentu (steady state).
Fenomena perambatan panas pada dinding tersebut disebut juga perpindahan panas
konduksi.
Gambar 3.21 Grafik hubungan temperatur udara keluar terhadap waktu.
0 60 120
180
240
300
360
420
480
540
600
660
720
780
840
900
960
1020
1080
1140
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Grafik Hubungan Temperatur Dinding Terhadap Waktu
Waktu, t (detik)
Tem
per
atu
r D
ind
ing,
Tw
(°C
)
Analisa Grafik:
Grafik diatas menunjukkan hubungan temperatur udara keluar terhadap waktu
berbanding lurus. Dapat dianalisa bahwa semakin bertambahnya waktu maka semakin
bertambah pula temperatur udara keluar walaupun pertambahanya sangat kecil. Hal
tersebut terjadi karena adanya perambatan panas konveksi secara alami. Suhu dalam
pipa lebih tinggi dari udara luar, sehingga terjadi aliran secara alamiah dari temperatur
tinggi ke temperatur rendah akibat perbedaan densitas fluida. Bentuk yang tidak teratur
disebabkan oleh posisi peralatan alat ukur temperature udara yang kurang baik selama
pengujian dan peletakan sensor di dinding, sehingga menimbulkan kesalahan pada
pengukuran. Pengisolasian dengan gips/asbes yang kurang tebal juga membuat ada
panas yang keluar dari pipa.
Konveksi Paksa
0 60 120
180
240
300
360
420
480
540
600
660
720
780
840
900
960
1020
1080
1140
31.4
31.6
31.8
32
32.2
32.4
32.6
32.8
33
33.2
Grafik Hubungan Temperatur Udara Keluar Terhadap Waktu
Waktu, t (detik)
Tem
per
atu
r U
dar
a K
elu
ar, T
out
(°C
)
Gambar 3.22 Grafik hubungan temperatur dinding dengan waktu.
Analisa Grafik:
Grafik diatas menunjukkan hubungan penurunan temperatur dinding terhadap waktu
berbanding terbalik walaupun tidak berbanding terbalik secara linier. Penurunan
temperatur tersebut dikarenakan adanya gaya yang berupa paksaan dari blower agar,
sihinnga udara panas mengalir konveksi secara paksa dimana panas yang dihasilkan
dinding pipa horizontal mengalir karena adanya gaya paksaan (blower) oleh udara
didalam pipa. Suhu dalam pipa yang cukup tinggi didinginkan dengan hembusan angin
blower, sehingga kalor dari udara dinding sekitar diserap dan terbawa keluar dari pipa
horizontal. Fenomena perpindahan panas tersebut adalah fenomena perpindahan panas
secara konveksi paksa.
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 51035.5
36
36.5
37
37.5
38
38.5
39
39.5
Grafik Hubungan Temperatur Dinding Terhadap Waktu
Waktu, t (detik)
Tem
per
atu
r D
ind
ing,
Tw
(°C
)
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 5100
5
10
15
20
25
30
35
Grafik Hubungan Temperatur Udara Keluar Terhadap Waktu
Waktu, t (detik)
Tem
per
atu
r U
dar
a K
elu
ar, T
out
(°C
)
Gambar 3.23 Grafik hubungan temperatur udara keluar dengan waktu
Analisa Grafik:
Grafik diatas menunjukkan hubungan temperatur udara keluar terhadap waktu yang
berbanding lurus. Dapat dianalisa bahwa semakin bertambahnya waktu maka
temperatur udara keluar akan semakin bertambah walaupun pertambahanya sangat
kecil. Hal ini dikarenakan udara dari blower menyerap panas yang dihasilkan oleh
dinding pipa horizontal dan membawa panas tersebut keluar dari pipa tersebut sesuai
arah yang dipaksakan blower. Bentuk yang tidak teratur disebabkan oleh posisi
peralatan alat ukur temperatur udara yang kurang baik selama pengujian dan peletakan
sensor di dinding, sehingga menimbulkan kesalahan pada pengukuran. Pengisolasian
dengan gips/asbes yang kurang tebal juga membuat ada panas yang keluar dari pipa.
2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 314.5
15
15.5
16
16.5
17
17.5
18
18.5
19
Grafik Hubungan Kecepatan Terhadap Koefisien Perpindahan Panas Konveksi
Kecepatan Aliran, Um (m/s)
Koe
fisi
en P
erp
ind
ahan
Pan
as K
onve
ksi
,h
(W
/m.°
C)
Gambar 3.24 Grafik hubungan kecepatan dengan koefisien perpindahan panas
konveksi
Analisa Grafik:
Grafik diatas menunjukkan hubungan kecepatan udara yang dihembuskan blower
terhadap koefisien perpindahan panas konveksi yang berbanding lurus. Dapat dianalisa
bahwa semakin bertambahnya kecepatan maka koefisien perpindahan panas konveksi
akan semakin bertambah. Hal ini dikarenakan dalam menentukan nilai koefisien
perpindahan panas konveksi, besarrnya nilai kecepatan sangat mempengaruhinya. Nilai
kecepatan tersebut berpengaruh pada nilai bilangan Reynold yang dapat diasumsikan
berbanding lurus dengan bilangan Nusselt. Semakin besar nilai kecepatan, maka nilai
bilangan Reynold akan semakin besar dan bilangan Nusselt pun akan semakin besar
sehingga nilai koefisien perpindahan panas akan semakin besar juga.
3.5 KESIMPULAN DAN SARAN
3.5.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien konveksi paksa adalah kecepatan fluida
dan temperatur limbak.
2. Dari percobaan konveksi alami didapat nilai minimum dan maksimum untuk
bilangan Reynold, Nusselt, koefisien perpindahan panas konveksi, serta laju aliran
panas oleh heater. Besarnya bilangan Reynold maksimum terjadi pada saat t = 0
detik yaitu sebesar 346.2253 dan minimum terjadi pada saat t = 1020 – 1140 detik
yaitu sebesar 339.1486. Besarnya bilangan Nusselt maksimum terjadi pada saat t = 0
detik yaitu sebesar 3.70089 dan minimum terjadi pada saat t = 1020 – 1140 detik
yaitu sebesar 3.66993. Nilai koefisien perpindahan panas konveksi maksimum terjadi
pada saat t = 1020 - 1140 detik yaitu sebesar 1.75545 W/m2 oC dan minimum terjadi
pada saat t = 0 detik yaitu sebesar 1.75363 W/m2 oC. Nilai laju aliran panas
maksimum terjadi pada saat t = 1020 – 1140 detik yaitu sebesar 3.37617 W dan
minimum terjadi pada saat t = 0 detik yaitu sebesar 0 W. Nilai temperatur dinding
(Tw) maksimum terjadi pada saat t = 1020 – 1140 detik yaitu sebesar 312.25 K dan
minimum terjadi pada saat t = 0 detik yaitu sebesar 305 K. Nilai temperatur bulk (Tb)
maksimum terjadi pada saat t = 330 – 1140 detik yaitu sebesar 306 K dan minimum
terjadi pada saat t = 0 – 330 detik yaitu sebesar 305 K. Hal tersebut menunjukan
variasi dari koefisien perpindahan panas dipengaruhi oleh temperatur dinding,
temperatur bulk, dan kecepatan aliran. Semakin tinggi temperatur dinding dan
semakin tinggi kecepatan aliran maka koefisien perpindahan panas akan semakin
tinggi.
3. Dari percobaan konveksi paksa didapat nilai minimum dan maksimum untuk
bilangan Reynold, Nusselt, koefisien perpindahan panas konveksi, serta laju aliran
panas oleh heater. Besarnya bilangan Reynold maksimum terjadi pada saat U = 3
m/s yaitu sebesar 10174.5 dan minimum terjadi pada saat U = 2.5 m/s yaitu sebesar
8494.7. Besarnya bilangan Nusselt maksimum terjadi pada saat U = 3 m/s.yaitu
sebesar 38.7111 dan minimum terjadi pada saat U = 2.5 m/s yaitu sebesar 33.513.
Nilai koefisien perpindahan panas konveksi maksimum terjadi pada saat U = 3 m/s
yaitu sebesar 18.5168 W/m2 oC dan minimum terjadi pada saat U = 2.5 m/s yaitu
sebesar 16.0167 W/m2 oC. Nilai laju aliran panas maksimum terjadi pada saat U = 3
m/s.yaitu sebesar 35.6124 W dan minimum terjadi pada saat U = 2.6 m/s detik yaitu
sebesar 19.1075 W. Nilai temperatur dinding (Tw) maksimum terjadi pada saat t = 0
– 30 detik yaitu sebesar 312.25 K dan minimum terjadi pada saat t = 390 – 510 detik
yaitu sebesar 309.75 K. Nilai temperatur bulk (Tb) tidak mengalami perubahan
sampai keadaan steady state yaitu sebesar 306 K. Hal tersebut menunjukan variasi
dari koefisien perpindahan panas dipengaruhi oleh temperatur dinding, temperatur
bulk, dan kecepatan aliran. Semakin tinggi temperatur dinding dan semakin tinggi
kecepatan aliran maka koefisien perpindahan panas akan semakin tinggi
.
3.5.2 Saran
1. Sebelum melakukan praktikum, lakukan kalibrasi pada alat ukur yang digunakan
pada praktikum pengujian konveksi, pastikan semuanya berfungsi dengan baik dan
terkalibrasi sehingga hasil pengukuran valid.
2. Dalam pengambilan data pada percobaan konveksi ini, praktikan harus
memperhatikan interval waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan steady
secara teliti dan tepat agar data yang diperoleh valid.
3. Pada praktikum konveksi ini sebaiknya posisikan anemometer tepat sebelum udara
keluar pipa agar hasil pengukuran temperatur keluar pipa tidak terpengaruhi oleh
temperatur lingkungan yang dapat menyebabkan pengukuran tidak valid.
4. Pengisolasian dengan asbes/gips harus tebal, agar tidak terjadi retak sehingga kalor
tidak menyebar ke luar samping pipa.
5. Dalam percobaan konveksi paksa sebaiknya sensor yang dipasang lebih peka
terhadap perubahan suhu.
6. Dalam percobaan ini sebaiknya dilakukan pada tempat yang memiliki kondisi steady
sehingga tidak mempengaruhi data percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
[1]Incropera, Frank P. 2006. Fundamental of Heat and Mass Transfer 6 th ed. New
York : Wiley.
[2]Yunus, Cengel. 2007. Heat Transfer: A Practical Approach. New York : Mc Graw-
Hill Education.
[3]Holman, J.P . 1980. Perpindahan Kalor. Bandung : Erlangga.
[4]http://tekim.undip.ac.id/images/download/PERPINDAHAN_PANAS.pdf.Diakses
tanggal 28 Mei 2014 pukul 15.30 wib
[5]Jobsheet Praktikum Fenomena Dasar Konversi 2013.
[6]http://sigitpramuko.wordpress.com. Diakses tanggal 29 Mei 2014 pukul 09.37 wib
[7]Laboratorium Termofluid Jurusan Teknik Mesin.
[8]http://www.uvprocess.com/product.a?code=AIRVELO. Diakses tanggal 28 Mei 2014
pukul 22.00 wib.
[9]http://www.google.co.id/ /Files/Images/6. Diakses tanggal 27 Mei 2014 pukul 03.00
wib.