bab 2 landasan teori - library & knowledge...
TRANSCRIPT
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Teori – Teori Dasar / Umum
Sub bab ini berisi teori – teori dasar atau umum dari berbagai sumber
yang menjadi landasan dalam pembuatan skripsi mengenai New Information
Economics.
2.1.1. Sistem Informasi dan Teknologi Informasi
2.1.1.1. Pengertian Sistem
Menurut McLeod dan Schell. (2007, p10), sistem adalah sekelompok
elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu
tujuan, dimana elemen – elemen tersebut terdiri dari sumber daya input, proses
transformasi dan sumber daya output.
Menurut Bennet et al. (2006, p5-6), sistem memiliki karakteristik.
Berikut merupakan karakteristik sistem:
1. Suatu sistem berada di dalam suatu lingkup lingkungan.
2. Sistem memiliki input dan output, mereka menerima input dari
lingkungannya, dan memberikan output bagi lingkungannnya.
3. Sistem memiliki interface. Sebuah interface memungkinkan komunikasi
antar dua sistem.
4. Sebuah sistem memiliki banyak subsistem. Sebuah subsistem merupakan
sebuah sistem, dan mungkin mempunyai subsistem – subsistem lainnya.
Menurut O’Brien (2005, p29), sistem adalah sekelompok komponen
yang saling berhubungan dan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama
14
dengan menerima input (masukkan) dan menghasilkan output (keluaran) dalam
proses transformasi yang terorganisir.
Menurut Whitten et al. (2004, p10), sistem adalah pengaturan orang,
data, dan proses teknologi informasi yang berinteraksi untuk mengumpulkan,
memproses, menyimpan, dan menyediakan sebagai output yang diperlukan
untuk mendukung sebuah organisasi.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ke-4 (2008), sistem
memiliki 3 arti, yaitu:
1. Perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas.
2. Susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya.
3. Metode.
Berdasarkan teori – teori tersebut, pengertian sistem dapat disimpulkan,
yaitu sekumpulan dari berbagai elemen yang saling berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan.
2.1.1.2. Komponen Sistem
Menurut O’Brien (2005, p30), sistem memiliki tiga komponen atau
fungsi dasar yang berinteraksi :
a. Input : penangkapan dan perakitan berbagai elemen yang memiliki sistem
untuk diproses.
b. Pemrosesan : proses transformasi yang mengubah input menjadi output.
c. Output : perpindahan elemen yang telah diproduksi oleh proses
transformasi ke tujuan akhirnya.
15
Menurut Turban et al (2005, p56), sistem dibagi menjadi tiga bagian
berbeda yakni input, proses, dan output. Ketiga bagian tersebut dikelilingi oleh
sebuah lingkungan, adanya pengambilan keputusan, adanya batasan sistem.
a. Input diartikan sebagai elemen yang masuk ke dalam sistem.
b. Proses adalah sebuah elemen yang diperlukan untuk mengubah input ke
dalam output.
c. Output mengandung pengertian produk akhir dari sistem.
d. Umpan balik adalah adanya aliran informasi dari komponen output ke
pengambilan keputusan berkenaan dengan output atau performa sistem.
e. Lingkungan sistem terdiri dari beberapa elemen yang ada di luar, dalam
hal elemen tersebut tidak ada input, output, ataupun proses.
f. Batasan merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan
lingkungannya. Sistem berada didalam batasan, sedangkan lingkungan
berada diluar.
2.1.1.3. Pengertian Informasi
Menurut Mcleod dan Scheel (2007, p11), informasi adalah data – data
yang telah diproses dan telah memiliki arti atau makna bagi orang yang
menggunakannya.
Menurut Stair dan Reynolds (2006, p5), informasi adalah sekumpulan
dari fakta yang diorganisasikan dalam berbagai cara yang telah memiliki nilai
tambah melebihi nilai dari fakta itu sendiri.
Menurut O’Brien (2005, p38), informasi adalah data yang telah diubah
menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi pemakai akhir.
16
Menurut Whitten et al. (2004, p23), informasi merupakan data yang
telah diproses atau diorganisasi ulang menjadi bentuk yang berarti. Informasi
dibentuk dari kombinasi data yang diharapkan memiliki arti ke penerima.
Menurut Turban et al. (2003, p15), informasi adalah sekumpulan fakta
(data) yang diatur dalam beberapa aturan sehingga mempunyai arti bagi
penggunanya. Dengan kata lain informasi yang ada itu berasal dari data yang
telah diproses
Jadi, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah
diproses menjadi bentuk yang memiliki arti sehingga berguna bagi penerima.
2.1.1.4. Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2005, p5), sistem informasi adalah kombinasi teratur
apa pun dari orang – orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan
sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan
informasi dalam sebuah organisasi.
Menurut Laudon dan Laudon (2004, p8), sistem informasi adalah suatu
proses yang didefinisikan secara teknis yaitu sekumpulan dari komponen yang
saling berhubungan yang dikumpulkan, diproses, disimpan, dan didistribusikan
informasinya untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengontrolan
dalam sebuah organisasi.
Menurut Whitten et al. (2004, p10), sistem informasi adalah pengaturan
orang, data, proses, dan teknologi informasi yang berinteraksi untuk
mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan output informasi
yang diperlukan untuk mendukung sebuah organisasi.
17
Menurut Turban et al. (2003, p15), sistem informasi adalah proses
pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, proses analisis, dan penyebaran
informasi untuk suatu tujuan khusus.
Menurut McLeod dan Scheel (2007, p10), sistem informasi adalah
sistem virtual yang memungkinkan manjemen mengendalikan operasi sistem
fisik perusahaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi adalah suatu kesatuan
dari komponen – komponen seperti data, orang, serta proses yang mencakup
kegiatan mengumpulkan, mengolah data menjadi informasi yang berguna.
o Jenis – Jenis Sistem Informasi
Menurut Turban et al. (2003, p42-47), tipe dari sistem informasi
dibagi menjadi tiga, yaitu :
• Transaction Processing Systems
Sistem informasi yang mendukung tugas – tugas seperti
pemonitoran, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, dan
penyebaran dari transaksi bisnis dasar organisasi.
• Management Information Systems
Sistem informasi yang mengakses, mengorganisir, meringkas, dan
menampilkan informasi untuk mendukung pembuatan keputusan
rutin dalam area fungsional.
• Support Systems
Sistem informasi yang mendukung end user diorganisasi dalam
melakukan tugas – tugasnya.
18
Menurut O’Brien (2005, p24-25), tipe dari sistem informasi dibagi
menjadi dua, yaitu :
• Operation Support Systems
Menghasilkan sejumlah produk informasi dalam penggunaan
internal dan eksternal. Perannya adalah untuk membantu proses
transaksi bisnis berjalan secara efisien, mengontrol proses industri,
mendukung komunikasi dan kinerja perusahaan, dan meng-update
database perusahaan.
• Management Support Systems
Aplikasi sistem informasi yang terfokus pada menyediakan
informasi dan dukungan untuk membuat keputusan yang efektif bagi
pihak manajer.
2.1.1.5. Pengertian Teknologi Informasi
Menurut Mcleod dan Scheel (2007, p1), teknologi informasi adalah
sumber daya fisik dan sumber daya manusia yang digunakan manajer untuk
mengelola perusahaan.
Menurut Stair dan Reynolds (2006, p17), teknologi informasi adalah
sekumpulan komponen teknologi yang terdiri dari hardware, software,
database, telekomunikasi, sumber daya manusia, dan prosedur.
Menurut Laudon dan Laudon (2005, p18), teknologi informasi
merupakan satu dari sekian banyak alat bantu yang digunakan para manajer
untuk menjembatani perubahan.
19
Menurut O’Brien (2005, p704), teknologi informasi adalah hardware,
software, telekomunikasi, manajemen database, dan teknologi pemrosesan
informasi lainnya yang digunakan dalam sistem informasi berbasis komputer.
Menurut Whitten et al. (2004, p10), teknologi informasi merupakan
istilah yang menggambarkan kombinasi teknologi komputer (perangkat keras
maupun lunak) dengan teknologi komunikasi (jaringan data, gambar, dan
suara).
Berdasarkan pendapat – pendapat para ahli diatas, teknologi informasi
adalah kumpulan dari komponen teknologi (hardware, software,
telekomunikasi, manajemen database, dan teknologi pemrosesan) yang
digunakan dalam sistem berbasis komputer untuk membantu manajer
mengatasi perubahan.
o Infrastruktur Teknologi Informasi
Menurut Laudon dan Laudon (2004, p11), infrastruktur dari
teknologi informasi terdiri dari :
1. Perangkat Keras (Hardware)
Peralatan fisik yang digunakan untuk meng-input, memproses, dan
menghasilkan aktivitas dalam sebuah sistem informasi.
2. Perangkat Lunak (Software)
Instruksi detail dan terprogram yang mengontrol dan
mengkoordinasikan kinerja dari komponen hardware dari suatu
komputer dalam sebuah sistem informasi.
20
3. Teknologi Penyimpanan (Storage Technology)
Media fisik dan software yang memerintahkan penyimpanan dan
pengorganisasian data untuk digunakan dalam sebuah sistem
informasi.
4. Teknologi Komunikasi (Communication Technology)
Peralatan fisik dan software yang menghubungkan berbagai
komponen hardware komputer untuk mentransfer data dari satu
lokasi fisik ke lokasi yang lain. Peralatan komputer dan komunikasi
dapat dikoneksikan dalam suatu jaringan untuk membagikan suara,
data, gambar, ataupun video. Jaringan (network) menghubungkan
dua atau lebih komputer untuk berbagi data atau sumber daya.
2.1.2. Analisis Sistem
Menurut Jogiyanto (1999, p8), analisis sistem adalah penguraian dari
suatu sistem yang utuh ke dalam bagian – bagian komponennya dengan
maksud untuk mendefinisikan dan mengevaluasi permasalahan –
permasalahan, kesempatan – kesempatan, hambatan – hambatan yang terjadi
dan keputusan-keputusan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan
– perbaikannya.
Analisis sistem dilaksanakan dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Identify (Mengidentifikasi masalah)
2. Understand (Memahami kerja dari sistem yang ada)
3. Analyze (Menganalisis masalah)
4. Report (Membuat laporan hasil analisis)
21
2.1.3. Fungsi dan Peranan Sistem Informasi Bagi Suatu Organisasi
Menurut James O’Brien (2005, p8), terdapat tiga peran utama dari
sistem informasi aplikasi bisnis, yaitu:
1. Mendukung proses dan operasi bisnis.
Dengan adanya sistem informasi, maka proses dan operasi bisnis akan
semakin cepat dan dapat meningkatkan kinerja bisnisnya.
2. Mendukung pengambilan keputusan para pegawai dan manajernya.
Sistem informasi juga dapat mendukung pengambilan keputusan yang
lebih baik dan terukur bagi para pegawai dan manajernya.
3. Mendukung berbagai strategi untung keunggulan kompetitif.
Mendapatkan kelebihan yang strategis atas para pesaing membutuhkan
penggunaan yang inovatif atas teknologi informasi.
2.1.4. Pengertian Investasi
Menurut Reily and Brown (2006, p708), investasi adalah komitmen
pendanaan untuk periode waktu tertentu yang akan memberikan hasil sebagai
kompensasi bagi investor selama selang waktu tersebut, tingkat inflasi selama
periode waktu tersebut, dan resiko yang termasuk didalamnya.
2.1.5. Pengertian Investasi Teknologi Informasi
Menurut Fitzpatrik (2005, p28) suatu investasi teknologi informasi terdiri
dari total biaya dari seluruh proyek atau sebagian proyek yang melibatkan
teknologi informasi termasuk biaya operasional pasca proyek dari sistem yang
telah dikumpulkan.
22
2.1.6. Analisis Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang berada diluar kendali
perusahaan. Untuk mempelajari lingkungan eksternal tersebut, biasanya
perusahaan melakukan audit eksternal. Menurut David (2009, p120), audit
eksternal adalah untuk mengembangkan daftar yang terbatas tentang peluang
yang memberi manfaat dan ancaman yang harus dihindari. Audit lingkungan
eksternal difokuskan pada :
- Kekuatan ekonomi,
- Kekuatan sosial – budaya, demografi dan lingkungan,
- Kekuatan politik, pemerintahan dan hukum,
- Kekuatan teknologi, dan
- Kekuatan kompetitif.
Dengan melakukan audit eksternal, perusahaan dapat mengidentifikasi
peluang (Opportunity) dan ancaman (Threats) sehingga perusahaan dapat
merumuskan strategi yang dapat memanfaatkan peluang yang ada dan
menghindari atau meminimalisir ancaman – ancaman yang dihadapi
perusahaan.
2.1.6.1. Kekuatan Ekonomi
Berdasarkan David (2009, p124-126), terdapat berbagai kekuatan
ekonomi yang mempengaruhi identifikasi peluang dan ancaman perusahaan.
Kekuatan ekonomi memberikan dampak bagi perusahaan pada : market –
share, harga, luasnya lini produk, perekonomian dunia, kecanggihan teknologi,
tingkat biaya modal, dan keunggulan kompetitif.
23
Beberapa kekuatan ekonomi yang dapat digali antara lain :
- Nilai tukar mata uang,
- Pola konsumsi masyarakat,
- Indeks saham,
- Tingkat ketersediaan dan kemudahan kredit, dan
- Tingkat produktivitas kerja.
2.1.6.2. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan Fisik
Berdasarkan David (2009, p127-130), kekuatan – kekuatan ini
berdampak bagi perusahaan dalam bentuk : produk, pasar, jasa, dan pelanggan.
Kekuatan – kekuatan ini dinilai baik dalam skala nasional maupun global.
Dengan adanya perubahan faktor – faktor sosial, budaya, demografi dan
lingkungan fisik dapat menimbulkan peluang bahkan bisa mendatangkan
ancaman bagi perusahaan. Beberapa kekuatan sosial, budaya, demografi dan
lingkungan fisik yang dapat digali antara lain :
- Pendapatan per kapita,
- Sikap terhadap kualitas produk,
- Pelayanan dan tanggung jawab sosial,
- Sikap terhadap bisnis dan isu – isu etika bisnis, dan
- Pencemaran lingkungan.
2.1.6.3. Kekuatan Politik, Hukum, dan Pemerintah
Berdasarkan David (2009, p131-132), banyak peraturan atau regulasi
yang dikeluarkan oleh pemerintah, yang dilaksanakan oleh aparat penegak
24
hukum yang dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kondisi
bisnis dan kinerja perusahaan. Regulasi atau peraturan yang sensitif
mempengaruhi perusahaan antara lain : Antitrust Legislation (Microsoft),
Patent Laws.
Selain itu, terdapat kekuatan lainnya seperti :
- Undang – undang dan peraturan tentang Ketenagakerjaaan,
- Undang – undang dan peraturan tentang Perlindungan Konsumen.
2.1.6.4. Kekuatan Teknologi
Berdasarkan David (2009, p135-137), berbagai penemuan dan perubahan
teknologi memberikan dampak yang signifikan bagi banyak organisasi.
Sebagai contoh dapat dikatakan teknologi informasi dan internet.
Kekuatan teknologi dapat menimbulkan peluang dan ancaman utama
bagi perusahaan, yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam merumuskan
strateginya. Beberapa dampak dari perkembangan teknologi :
1. Mempengaruhi aspek produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pelanggan,
pesaing, proses manufaktur, praktik pemasaran dan posisi bersaing
perusahaan.
2. Menciptakan pasar baru, menghasilkan perkembangan produk baru yang
lebih baik, mengubah posisi biaya bersaing dalam industri.
3. Mengurangi atau menghilangkan hambatan biaya antar bisnis, menciptakan
rangkaian produksi yang lebih pendek, mengurangi keterampilan teknis dan
menghasilkan perubahan nilai serta harapan keseluruhan organisasi.
4. Menciptakan keunggulan kompetitif.
25
2.1.6.5. Kekuatan Kompetitif
Berdasarkan David (2009, p137-140), mengenali perusahaan pesaing
dalam industri adalah bagian penting dari audit eksternal. Semakin
meningkatnya situasi persaingan dalam industri, mendorong perusahaan untuk
selalu memonitor, mengevaluasi, dan menganalisis serta jika mungkin,
mengantisipasi kekuatan persaingan. Untuk menganalisis kekuatan persaingan
dilakukan dengan menganalisis Kekuatan, Kelemahan, Kemampuan, Peluang,
Ancaman, Tujuan dan Strategi dari setiap pesaing dalam industri terutama
pesaing kunci.
Perusahaan perlu mengenal pesaingnya sebaik mungkin sehingga analisa
dan evaluasi terhadap pesaing akan membantu manajemen memutuskan
strategi yang akan digunakan untuk bersaing dan bagaimana menentukan posisi
menghadapi pesaingnya pada setiap pasar sasaran. Pasar sasaran adalah pasar
yang telah didefinisikan atau ditentukan perusahaan sebagai wilayah untuk
bersaing dalam industri. Hal ini perlu ditentukan terlebih dahulu sehingga
konsumen dan pesaing dapat dianalisa secara tepat.
2.1.6.6. Analisis Daya Kekuatan Porter
Menurut David (2009, p146), terdapat lima kekuatan analisis kompetitif
dari Michael Porter yang digunakan sebagai pendekatan untuk menentukan
strategi dalam industri.
26
Gambar 2.1. Model Analisis 5 Kekuatan Menurut Porter
(Sumber : David., 2009, p146)
Persaingan antar perusahaan sejenis
Menurut David (2009, p148-149), persaingan antar perusahaan sejenis
merupakan yang paling kuat dalam lima kekuatan kompetitif lainnya. Intensitas
persaingan di antara perusahaan – perusahaan sejenis yang bersaing cenderung
meningkat seiring dengan adanya penambahan jumlah pesaing, ketika
permintaan untuk produk perusahaan semakin menurun dan pemotongan harga
menjadi hal yang umum. Persaingan juga dapat meningkat apabila :
- Ketika konsumen dapat dengan mudah berpindah ke perusahaan lain,
- Ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi,
- Ketika biaya tetap tinggi,
- Ketika produk mudah rusak, dan
- Ketika merger dan akuisisi menjadi suatu hal yang umum dalam industri.
Persaingan antar perusahaan sejenis
Potensi masuknya pesaing baru
Potensi pengembangan produk substitusi
Kekuatan tawar menawar pemasok
Kekuatan tawar menawar pembeli
27
Potensi pengembangan produk substitusi
Menurut David (2009, p150), dalam berbagai industri, tidak akan terlepas
dari persaingan dengan produk substitusi yang ada dalam perusahaan lain.
Tekanan kompetitif yang muncul dari adanya produk substitusi akan
meningkat ketika harga dari produk substitusi tersebut lebih rendah dan
pelanggan memutuskan unutk memilih produk substitusi dibanding produk
perusahaan. Cara terbaik unutk mengukur kekuatan kompetitif produk
substitusi adalah dengan memantau pangsa pasar yang didapat oleh produk
tersebut dan memantau rencana perusahaan untuk meningkatkan kapasitas dan
penetrasi pasar.
Potensi masuknya pesaing baru
Menurut David (2009, p149), ketika perusahaan baru dapat dengan
mudah masuk ke dalam pasar, intesitas persaingan dalam pasar akan semakin
meningkat. Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri akan
tergantung dari besar atau kecilnya hambatan masuk yang ada.
Hambatan bagi masuknya perusahaan baru dapat mencakup :
- Kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi secara cepat,
- Kebutuhan untuk memperoleh teknologi dan spesialisasi,
- Kurangnya pengalaman,
- Loyalitas konsumen yang kuat,
- Preferensi merek yang kuat,
- Perusahaan yang diam – diam berkubu,
- Kebutuhan modal yang besar,
- Peraturan pemerintah,
28
- Kurangnya channel distribusi yang memadai,
- Kurangnya akses ke bahan baku,
- Kepemilikan paten,
- Lokasi yang kurang menguntungkan, dan
- Potensi penyaringan pasar.
Walaupun ada hambatan untuk masuk ke dalam pasar, pesaing baru yang
masuk ke dalam pasar juga biasanya sudah menyiapkan berbagai strategi untuk
dapat mengatasi hambatan tersebut, seperti adanya kualitas produk yang lebih
baik, harga yang lebih rendah, dan sumber daya marketing yang baru. Karena
ada kemungkinan pesaing baru dapat masuk ke dalam pasar, maka penting bagi
perusahaan untuk dapat menentukan strategi agar tidak kalah dengan pesaing
baru yang akan masuk ke pasar.
Kekuatan tawar menawar pemasok
Menurut David (2009, p150-151), kekuatan tawar menawar pemasok
dapat dikatakan kuat dan dapat mempengaruhi intensitas persaingan dalam
suatu industri ketika :
- Terdapat banyak pemasok bagi perusahaan,
- Hanya terdapat sedikit bahan baku pengganti yang baik,
- Biaya peralihan ke bahan baku lain sangat tinggi.
Dibanyak industri, penjual menjalin kemitraan dengan pemasok terpilih
dalam upaya untuk :
- Mengurangi biaya persediaan dan logistik,
- Mempercepat ketersediaan komponen generasi selanjutnya,
29
- Meningkatkan kualitas komponen yang dipasok dan mengurangi tingkat
kecacatannya,
- Menekan pengeluaran baik bagi perusahaan maupun bagi pemasoknya.
Kekuatan tawar menawar pembeli
Menurut David (2009, p151), kekuatan tawar menawar konsumen
menjadi berpengaruh bagi perusahaan ketika konsumen terkonsentrasi untuk
pembelian dalam jumlah besar karena akan meningkatkan intensitas persaingan
dalam suatu industri. Perusahaan pesaing akan menawarkan pelayanan spesial
untuk mendapatkan kesetiaan pelanggannya ketika merasa bahwa kekuatan
tawar pelanggan kuat. Kekuatan tawar menawar konsumen juga lebih tinggi
ketika produk yang dibeli konsumen adalah produk standard atau tidak
terdiferensiasi. Pembeli mempunyai daya tawar yang semakin besar dalam
kondisi berikut :
• Jika mereka dapat dengan mudah beralih ke merek pesaing.
• Jika mereka menduduki tempat yang sangat penting bagi penjual.
• Jika penjual menghadapi masalah menurunnya permintaan konsumen.
• Jika mereka memegang informasi tentang produk, harga, dan biaya jual.
• Jika mereka memegang kendali mengenai apa dan kapan mereka bisa
membeli produk.
2.1.6.7. Analisis SWOT
Menurut Bateman dan Snell (2004, p122), analisis SWOT merupakaan
perbandingan dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
membantu para eksekutif dalam merumuskan strategi bagi organisasi.
30
Menurut Wheelen dan Hunger (2008, p138), SWOT adalah identifikasi
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang menjadi faktor strategis bagi
perusahaan.
Dapat disimpulkan bahwa analisis SWOT merupakan identifikasi
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari perusahaan yang dapat
membantu manajer dalam merumuskan suatu strategi perusahaan.
2.1.7. Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal memfokuskan pada bagaimana perusahaan
mengembangkan suatu tujuan dan strategi yang dapat memanfaatkan kekuatan
yang dimiliki perusahaan secara optimal dalam rangka mengurangi kelemahan
yang dimiliki perusahaan.
Menurut David (2009, p176-177), seharusnya perusahaan menyadari
kompetensi pembeda (distinctive comptencies) yang dimilikinya atau
membangunnya jika belum memilikinya. Distinctive competencies merupakan
kekuatan perusahaan yang tidak mudah ditiru oleh pesaingnya, digunakan
sebagai alat untuk membangun keunggulan kompetitif, dan perumusan strategi
perusahaan dalam rangka mengubah kelemahan menjadi kekuatan.
Analisis lingkungan internal dimulai dengan menganalisa keseluruhan
fungsi bisnis yang ada diperusahaan mulai dari area fungsional pemasaran,
keuangan, akuntansi, produksi, sumber daya manusia, dan fungsi – fungsi lain
yang ada di perusahaan. Dari analisis tersebut dapat diidentifikasi kekuatan dan
kelemahan dari setiap fungsi. Selanjutnya kekuatan yang ada akan didaya
gunakan dalam menghadapi persaingan dan kelemahan akan diatasi serta jika
31
memungkinkan diubah menjadi kekuatan, hal inilah yang disebut sebagai
keuntungan bersaing (competitive advantage) yang seharusnya dimiliki
perusahaan dalam memenangkan persaingan.
2.1.8. Proses Pemilihan Strategi
2.1.8.1. Tahap Input
Menurut David (2009, p325), pada tahap ini terdiri dari Matriks Evaluasi
Faktor Eksternal (Matriks EFE) dan Matriks Evaluasi Faktor Internal (Matriks
IFE). Dengan alat – alat input, dapat mendorong para penyusun strategi untuk
mengukur subjektivitas selama tahap awal perumusan strategi, dengan
mengetahui evaluasi dari faktor eksternal dan internal perusahaan, akan
membantu penyusun strategi untuk secara efektif menciptakan dan
mengevaluasi strategi alternatif.
2.1.8.1.1. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE Matriks)
Menurut David (2009, p158), Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE
Matriks) memungkinkan para penyusun strategi untuk merangkum dan
mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan,
politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Tahapan penyusunan
matriks EFE :
a. Buat daftar faktor eksternal yang diidentifikasikan dalam proses audit
eksternal. Masukkan dari total sepuluh hingga dua puluh faktor, termasuk
peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya.
Tuliskan peluang terlebih dahulu dan kemudian ancaman.
32
b. Memberikan bobot untuk masing – masing faktor dari 0.0 (tidak penting)
hingga 1.0 (paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting
relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri.
Peluang sering kali diberi bobot lebih tinggi dari ancaman, tetapi
ancaman juga dapat diberi bobot tinggi jika ancaman tersebut sangat
serius atau sangat berbahaya bagi perusahaan. Bobot yang tepat dapat
ditentukan dengan membandingkan keberhasilan atau kegagalan pesaing
atau dengan mendiskusikan faktor dan mencapai konsensus kelompok.
Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan kepada semua faktor
harus sama dengan 1.0.
c. Memberikan peringkat 1-4 untuk masing – masing faktor eksternal kunci
mengenai seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespon
faktor tersebut, dimana 4 = respon perusahaan superior, 3 = respon
perusahaan diatas rata – rata, 2 = respon perusahaan rata – rata, 1 =
respon perusahaan dibawah rata – rata. Peringkat didasari pada efektivitas
strategi perusahaan.
Dengan demikian, peringkat didasarkan pada perusahaan sedangkan
bobot didasarkan pada industri. Ancaman dan peluang juga dapat
diberikan peringkat 1-4.
d. Kalikan masing – masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk
menentukan nilai tertimbang.
e. Jumlahkan nilai tertimbang dari masing – masing variabel untuk
menentukan total nilai tertimbang bagi organisasi.
33
Tabel 2.1. Matriks EFE
(sumber : David., 2009, p160)
Faktor Eksternal
Utama
Bobot
(i)
Peringkat
(ii)
Rata – rata
Tertimbang (i)*(ii)
Peluang
Ancaman
Total
2.1.8.1.2. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE Matriks)
Menurut David (2009, p229), Matriks Evaluasi Faktor Internal
digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama
dalam area fungsional bisnis dan juga memberikan dasar untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area – area tersebut.
Tahapan dalam penyusunan matriks EFI :
a. Menuliskan faktor internal utama seperti yang diidentifikasi dalam proses
audit internal. Menggunakan total 10 hingga 20 faktor internal yang
mencakup kekuatan dan kelemahan. Tuliskan kekuatan terlebih dahulu
lalu kelemahan.
b. Memberikan bobot untuk masing – masing faktor dari 0.0 (tidak penting)
hingga 1.0 (paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif
dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Tanpa
memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan atau kelemahan
internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam
kinerja organisasi harus diberikan bobot yang paling tinggi. Penjumlahan
34
dari seluruh bobot yang diberikan kepada semua faktor harus sama dengan
1.0.
c. Memberikan peringkat 1-4 untuk masing – masing faktor internal untuk
mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan peringkat 4 =
kekuatan utama, 3 = kekuatan minor, 2 = kelemahan minor, 1 =
kelemahan utama. Peringkat didasarkan pada penilaian perusahaan,
sedangkan bobot didasarkan pada industri.
d. Kalikan masing – masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk
menentukan rata – rata tertimbang untuk masing – masing variabel.
e. Jumlahkan rata – rata tertimbang dari masing – masing variabel untuk
menentukan total rata – rata tertimbang bagi organisasi.
Tabel 2.2. Matriks EFI
(sumber : David., 2009, p160)
Faktor Internal
Utama
Bobot
(i)
Peringkat
(ii)
Rata – rata
Tertimbang (i)*(ii)
Peluang
Ancaman
Total
2.1.8.2. Tahap Pencocokan
Menurut David (2009, p344-346), tahap selanjutnya adalah
mencocokkan faktor – faktor keberhasilan penting internal untuk menciptakan
strategi alternatif yang masuk akal. Pada tahap ini terdapat beberapa metode
yaitu Matriks Internal – Eksternal, Matriks SWOT. Alat – alat ini bergantung
35
pada informasi yang diperoleh pada tahap input untuk memadukan peluang
dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal.
2.1.8.2.1. Matriks Internal – Eksternal (IE Matriks)
Menurut David (2009, p344-346), matriks IE adalah matriks yang
menempatkan berbagai divisi dari suatu organisasi dalam sembilan sel.
Matriks IE terdiri dari dua dimensi yaitu skor total dari matriks EFI pada
sumbu X dan skor total matriks EFE pada sumbu Y. Masing – masing SBU
harus membentuk EFI dan EFE matriksnya. Pada sumbu X terdapat tiga
macam skor, yaitu : skor 1.0 – 1.99 menyatakan posisi internal yang lemah,
skor 2.00 – 2.99 menyatakan posisi rata – rata, dan skor 3.00 – 4.00
menyatakan posisi kuat. Dengan cara yang sama pada sumbu Y juga terdapat
tiga macam skor yaitu : skor 1.0 – 1.99 menyatakan posisi rendah, skor 2.00 –
2.99 menyatakan posisi sedang, dan skor 3.00 – 4.00 menyatakan posisi
tinggi.
36
Tabel 2.3. Matriks Internal – Eksternal
(sumber : David., 2009, p344)
Matriks IE memiliki tiga implikasi strategi yang berbeda yaitu :
• Daerah Tumbuh dan Kembangkan, yaitu sel I, II, dan IV. Strategi –
strategi yang cocok untuk divisi ini adalah strategi intensif dan
strategi terintegrasi. Strategi intensif seperti penetrasi pasar,
pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Strategi
terintegrasi seperti integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan
integrasi horizontal.
• Daerah Jaga dan Pertahankan, yaitu III, V, dan VII. Strategi –
strategi yang cocok untuk divisi ini adalah strategi intensif yaitu
penetrasi pasar dan pengembangan produk.
37
• Daerah Panen atau Divestasi, yaitu VI, VII, dan IX. Strategi –
strategi yang cocok untuk divisi – divisi ini adalah strategi intensif
dan defensif.
2.1.8.2.2. Matriks SWOT
Menurut David (2009, p327), matriks kekuatan – kelemahan – peluang
– ancaman (SWOT) adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang
membantu manajer mengembangkan empat jenis strategi, yaitu :
• Strategi SO (Strengths – Opportunities) memanfaatkan kekuatan internal
perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal.
• Strategi WO (Weakness – Opportunities) bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang
eksternal.
• Strategi ST (Strengths – Threats) menggunakan kekuatan perusahaan
untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
• Strategi WT (Weakness - Threats) disebut sebagai taktik defensif yang
diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari
ancaman eksternal.
38
Tabel 2.4. Matriks SWOT
(David 2009, p328)
Selalu dibiarkan
kosong
Kekuatan – S
Daftar kekuatan
Kelemahan – W
Daftar kelemahan
Peluang – O
Daftar peluang Strategi SO Strategi WO
Ancaman – T
Daftar ancaman Strategi ST Strategi WT
Walaupun matriks SWOT digunakan secara luas dalam perencanaan
strategis, analisis tersebut memiliki beberapa keterbatasan, yaitu :
a. Matriks SWOT tidak menunjukkan cara untuk mencapai sesuatu
keunggulan kompetitif.
b. Matriks SWOT merupakan penilaian yang statis dan tunduk pada waktu.
c. Analisis Matriks SWOT dapat membuat perusahaan memberi penekanan
yang berlebih pada suatu faktor internal atau eksternal tertentu dalam
merumuskan strategi.
2.1.8.3. Tahap Keputusan
Menurut David (2009, p349-350), pada tahap ini merupakan tahapan
akhir dalam merumuskan suatu strategi bagi perusahaan. Analisis dan intuisi
menjadi landasan bagi pengambilan keputusan perumusan strategi. Teknik
pencocokan pada tahap sebelumnya menghasilkan berbagai alternatif strategi
39
yang bisa ditempuh. Dari daftar strategi alternatif yang dihasilkan dapat
diberikan peringkat sehingga daftar prioritas strategi terbaik dapat dicapai.
2.1.8.3.1. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM)
Menurut David (2009, p350), pada tahap ini hanya ada satu teknik yang
digunakan, yaitu Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative
Strategic Planning Matrix - QSPM). QSPM menggunakan input dari analisis
tahap input dan hasil pencocokan pada tahap pencocokan untuk menentukan
alternatif strategi secara objektif.
Kolom kiri QSPM terdiri atas informasi yang didapat dari Matriks EFI
dan EFE, setelah itu terdapat kolom Bobot, kolom Nilai Daya Tarik
(Attractiveness Score – AS) dan kolom Total Nilai Data Tarik (Total
Attractiveness Score - TAS) serta Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik (Sum
Total Attractiveness Score – STAS).
Langkah penyusunan QSPM menurut David (2009, p352 & p355) :
a. Membuat daftar peluang atau ancaman eksternal dan kekuatan kelemahan
internal pada kolom kiri QSPM yang didapat dari Matriks EFE dan EFI.
b. Memberikan bobot untuk masing – masing faktor internal dan eksternal,
bobot sesuai yang diberikan pada Matriks EFE dan EFI.
c. Setelah melakukan evaluasi pada tahap pencocokan dan mendapatkan
alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan, mencatat strategi tersebut
pada baris atas dari QSPM.
d. Menentukan Nilai Daya Tarik (AS), yaitu angka yang mengindikasikan
daya tarik relatif masing – masing strategi dalam set alternatif tertentu.
Jangkauan nilai daya tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = daya tarik
40
rendah, 3 = daya tarik sedang, 4 = daya tarik tinggi dan tanda minus (-)
untuk mengindikasikan bahwa faktor tersebut tidak mempengaruhi
pilihan strategi yang dibuat.
e. Menghitung Total Nilai Daya Tarik (TAS), yang didefinisikan sebagai
hasil dari perkalian antara bobot dan nilai daya tarik.
f. Langkah terakhir adalah menghitung Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik
(STAS) dalam masing – masing kolom strategi QSPM. Nilai yang lebih
tinggi menunjukkan strategi yang lebih menarik.
Tabel 2.5. Matriks QSPM
(sumber : David., 2009, p350)
Alternatif Strategi
Faktor Kunci Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
Faktor Eksternal
Faktor Internal
2.2. Teori – Teori Khusus
Pada sub bab ini berisi tentang teori – teori yang mendukung dalam
penulisan skripsi New Information Economics (NIE).
2.2.1. Pengertian New Information Economics (NIE)
Menurut Benson et al. (2004, p99), New Information Economics
(NIE) merupakan sekumpulan praktek prinsip dan aktivitas yang terkoordinasi
secara efektif menghubungkan kegiatan bisnis dengan proses manajemen
teknologi informasi dan mampu menghubungkan strategi bisnis perusahaan
dengan aktivitas dan inisiatif teknologi informasi.
41
Gambar 2.2. Sasaran Perusahaan Dalam Mencapai IT Improvement Zone
Menurut Benson et al. (2004, p2), perusahaan dapat mewujudkan
sasarannya unutk mencapai IT Improvement Zone dengan melihat dampak
yang dihasilkan dari proyek yang baru dan melakukan pengontrolan serta
pengurangan biaya terhadap biaya investasi TI yang sedang berjalan (lights-
on).
Ide terpenting dari New Information Economics adalah perusahaan
seharusnya hanya menginvestasikan uang pada teknologi informasi yang
mendukung strategi bisnis perusahaan dan efektivitas kegiatan operasional
perusahaan, dan tidak menghabiskan uang pada investasi TI yang tidak
bermanfaat bagi strategi bisnis perusahaan.
42
Jadi, tim manajemen perusahaan seharusnya dapat mengontrol
anggaran dan investasi TI, sehingga dampaknya dari proses bisnis lapisan
terbawah akan terasa. Kombinasi ini akan menyebabkan perusahaan mampu
bergerak pindah dari struktur biaya sekarang dan posisi bottom-line menuju
biaya terkendali serta meningkatkan dampaknya pada keuntungan (bottom-
line) dengan secara konsisten memilih investasi TI terbaik yang mendukung
strategi bisnis perusahaan dan menyisihkan investasi TI yang kurang berguna
dan bermanfaat bagi perusahaan.
• Right Results / Hasil Yang Tepat
Right result yang ingin dicapai adalah mengatur biaya pengeluaran TI
dan pada saat yang sama meningkatkan dampak pada bottom-line
perusahaan.
• Right Decisions / Keputusan Yang Tepat
Right Decisions akan menghasilkan keputusan manajemen yang tepat
yang dibutuhkan untuk menghasilkan right results.
Gambar 2.3. Kemungkinan Hasil Yang Diperoleh Perusahaan
43
Menurut Benson et al (2004, p4), untuk mencapai dampak bottom-
line bagi perusahaan, ada 4 tujuan kemungkinan yang dihasilkan oleh
perusahaan, tergantung dari perusahaan, yaitu :
1. Tujuan Pengurangan Biaya (A Reduced Cost Objective)
Dengan mengaplikasikan kerangka kerja dan praktek manajemen,
perusahaan dapat mengurangi biaya TI dan mempertahankan kontribusi
yang dibuat TI terhadap bottom-line. Kinerja TI tetap seperti
sebelumnya, namun biaya berkurang.
2. Tujuan Biaya Stabil (A Stable Cost Objective)
Manajemen perusahaan dapat terus meningkatkan kegunaan TI dan tetap
dengan pertumbuhan bisnis, dan dapat mengontrol seluruh biaya yang
digunakan pada TI. Teknologi Informasi dapat meningkatkan
dukungannya pada bisnis dan akan berdampak pada bottom-line, namun
dengan tingkat biaya yang sekarang.
3. Tujuan ”Sweet Spot” (A Sweet Spot Objective)
Mengkombinasikan pengurangan biaya dengan dampak pada bottom-
line yang lebih baik. Teknologi Informasi dapat mengurangi biaya dan
juga meningkatkan kinerjanya dengan dampak pada bottom-line.
4. Tujuan Higher Growth
Diterapkan untuk perusahaan yang mengalami perubahan atau
pertumbuhan yang cepat. Dalam kasus ini, biaya TI yang tinggi
meskipun sudah dikontrol tetap harus diperhatikan, karena akan
berpengaruh besar pada bottom-line. Akan lebih baik apabila biaya TI
44
yang tinggi dapat dikurangi dan pada saat yang sama juga meningkatkan
dampak bottom-line bagi perusahan.
2.2.1.1. Praktek New Information Economics (NIE)
Gambar 2.4. Lima Praktek New Information Economics
Menurut Benson et al (2004, p9-10), lima praktek New Information
Economics menghasilkan kumpulan alat untuk digunakan oleh manajer TI dan
bisnis, untuk menterjemahkan strategi bisnis perusahaan ke dalam program
dan inisiatif lainnya yang dapat diimplementasikan TI.
Tujuan dari praktek lima praktek New Information Economics
tersebut adalah untuk menterjemahkan strategi dan sasaran bisnis perusahaan
ke dalam IT action yang tepat utnuk mencapai dampak bottom-line bagi
perusahaan. Hal ini dapat dicapai degnan perencanaan yang efektif, penentuan
sumber daya yang tepat, dan dengan perencanaan anggaran yang sesuai.
Berikut merupakan lima praktek New Information Economics :
45
1. Praktek Demand / Supply Planning
Menurut Benson et al. (2004, p9), praktek ini menterjemahkan
strategi bisnis perusahaan ke dalam suatu tahapan yang memberikan
arahan yang jelas bagi TI tentang apa yang ingin dicapai oleh
perusahaan. Manajer bisnis dan TI mencapai kesepakatan ke arah mana
perusahaan ingin dikembangkan dan apa yang dapat TI lakukan untuk
mendukung hal tersebut.
Mereka melakukan hal ini dengan mendirikan suatu alat bantu
bisnis yang dapat dilihat melalui arahan strategis manajemen, dan
menterjemahkannya ke dalam strategi IT requirement yang dibutuhkan
untuk memenuhi arahan strategi tersebut. Arahan strategi manajemen
menjadi penggerak untuk TI, yang menghasilkan strategi IT requirement
yang membangun permintaan strategi bisnis untuk TI, yaitu apa yang
pihak bisnis mau dari TI, dimana IT strategic planning harus
memberikan solusi teknologi sebagai persediaan strategis (supply
strategic). Hasilnya adalah sebuah agenda strategi penggunaan TI dalam
bisnis yang dapat diterjemahkan ke dalam perencanaan dan tindakan TI.
o Elemen dalam Strategic Demand and Supply Planning
Menurut Benson et al. (2004, p173), proses perencanaan yang
ideal adalah dengan menguraikan 2 elemen berikut ini :
• Inputs
1. Arahan strategi bisnis (Business Strategic Intention).
2. Portfolio dan manajemen strategi.
3. Performa manajemen dan pengukuran.
46
• Outputs
1. Agenda strategi TI (Strategic IT Agenda).
Strategic IT agenda menyatakan apa yang diharapkan oleh
bisnis. Dan menyatakan secara benar bagaimana TI
berkontribusi pada pengurangan biaya logistik.
2. Strategi perencanaan TI (Strategic IT Plan).
Digunakan sebagai kerangka kerja strategis untuk
anggaran lights-on TI dan teknologi yang berkaitan
dengan proyek yang dibutuhkan untuk mendukung proyek
bisnis. Isinya adalah strategic intention perusahaan untuk
mengantarkan TI dalam memenuhi kebutuhan bisnis.
3. Kebutuhan strategi TI (Strategic IT Requirements).
Program dan proyek yang dibutuhkan untuk memenuhi
agenda strategi bisnis.
47
Gambar 2.5. Perencanaan Strategy Demand / Supply dan Inovasi Dalam Value
Chain (Benson, 2004 , p 130)
2. Praktek Innovation
Menurut Benson et al. (2004, p10, p190), praktek innovation
merupakan perubahan terhadap strategi bisnis melalui kemampuan TI.
TI akan merespon terhadap kebutuhan bisnis dan tak jarang arah
perubahan bisnis tersebut bergantung pada apa yang mungkin dapat
dibuat oleh TI. Praktek ini secara eksplisit menggerakkan manajemen
bisnis untuk membuka kesempatan bisnis yang dimungkinkan oleh TI
serta menyediakan cara mengubah kesempatan tersebut menjadi strategi
bisnis dan perencanaan taktik. Adapun hasilnya yaitu kumpulan
kesempatan bisnis yang kompetitif dan lebih kuat.
48
o Empat Komponen Praktek Innovation
Menurut Benson et al. (2004, p190), praktek innovation
memiliki empat komponen, antara lain :
1. Business and Technology Monitoring
Merupakan tinjauan bagi TI dan manajemen bisnis utuk
perubahan faktor dari bisnis dan teknologi yang dapat
mempengaruhi bisnis perusahaan itu sendiri. Proses ini
menghasilkan laporan mengenai status teknologi dan bisnis
serta penelitian dari pihak eksternal, arsitektur dan perencanaan
TI, serta informasi bisnis yang memberikan pengaruh terhadap
bisnis dan TI.
Hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan “Inisiatif seperti
apakah yang akan menghasilkan dampak bagi perusahaan baik
secara teknologi maupun bisnis?”
2. Innovation Visioning
Yaitu mengembangkan visi atau arahan alternatif yang
luas bagi perusahaan, menanggapi perubahan bisnis dan teknis
serta membangun sekumpulan konsensus dari visi atau arahan
alternatif. Proses ini berhubungan dengan manajer bisnis dan
teknologi sehingga menimbulkan sebuah pertanyaan “Inovasi
apa yang dapat kita lakukan dengan menggunakan TI?”
3. Business Context and Choices
Memberikan pilihan mengenai visi atau arahan bagi suatu
perusahaan yang akan menentukan bagaimana suatu bisnis
49
dapat berjalan. Proses ini menyatukan manajer bisnis dan
teknologi dalam sebuah pertimbangan penuh dari skenario
bisnis; “Apa yang seharusnya dilakukan?”, dan juga
mengembangkan tujuan utama bisnis secara konsisten.
Konteks dan pilihan bisnis pada prakteknya dapat berupa
workshop antara manajer bisnis dengan TI dalam sebuah diskusi
mengenai dampak dari bisnis dan kesempatan TI dalam
menciptakan perubahan dan inovasi.
4. Actionable Innovation
Pengembangan dari beberapa skenario dan rencana
pengembangan untuk inovasi. Kegiatan ini melibatkan manajer
bisnis dan teknologi dalam merencanakan skenarip bisnis dan
teknologi secara terfokus berdasarkan kondisi bisnis dan
teknologi baru yang akan dikembangkan. Kegiatan ini
mengembangkan perencanaan – perencanaan yang telah dibuat
sebelumnya menjadi suatu tindakan yang nyata dan memerlukan
komitmen yang kuat baik dari pihak bisnis dan teknologi.
Actionable innovation pada prakteknya dapat berupa
sebuah workshop yang menggabungkan bisnis dan manajemen
teknologi informasi dalam menentukan langkah selanjutnya
dalam pengimplementasian inovasi. Contoh agenda yang
dibahas dalam workshop ini meliputi :
• Presentasi dari beberapa skenario yang potensial.
50
• Diskusi mengenai implikasi dari inovasi.
• Diskusi antara manajemen bisnis dan TI mengenai hal – hal
yang akan dilakukan selanjutnya.
3. Praktek Prioritization
Menurut Benson et al. (2004, p10), praktek prioritization adalah
menganalisa dampak bisnis dari inisiatif TI, memberi prioritas pada
proyek, dan menyetujui sumber daya kepada proyek yang memberikan
kontribusi paling tinggi serta memberikan manfaat bagi perusahaan.
Perusahaan seharusnya mengalokasikan biaya hanya pada proyek
yang secara langsung berhubungan dengan harapan strateginya. Praktek
ini mengatakan pada manajer, proyek TI mana yang secara kuat
mendukung harapan strategi perusahaan dan mengurutkan proyek –
proyek tersebut berdasarkan dampak bisnis yang dihasilkan di masa
depan. Sebagai hasil, investasi dihabiskan pada proyek yang tepat,
dengan alasan yang relevan serta secara bersamaan manajer bisnis dan
TI menyetujui keputusan tersebut.
51
Gambar 2.6. Value Chain Pada Praktek Prioritisasi
(Benson et al., 2004, p 130)
Gambar 2.7. Value Chain Jasa
(sumber:http://www.valuebasedmanagement.net
/methods_porter_value_chain.html)
52
Kerangka Rantai Nilai Michael Porter (Value Chain Framework
of Michael Porter) adalah suatu permodelan yang membantu untuk
menganalisis kegiatan tertentu, dan hasil akhirnya dapat menciptakan
nilai serta keunggulan kompetitif bagi perusahaan.
Inbound Logistics: meliputi kegiatan penerimaan, penyimpanan,
inventory control, penjadwalan transportasi.
Operations: terdiri dari kegiatan permesinan (produksi),
pengemasan (packaging), perakitan, maintenance peralatan, pengujian
dan semua kegiatan yang menciptakan suatu nilai tambah dari proses
kegiatan mengubah input menjadi produk akhir.
Outbound Logistics: kegiatan yang mengirimkan produk akhir/
produk bernilai jual kepada konsumen akhir/pelanggan. Kegiatan
tersebut meliputi: kegiatan dibagian pergudangan, pemenuhan pesanan,
transportasi, manajemen distribusi.
Value Chain Model of Michael Porter : Pemasaran dan Penjualan
(Marketing and Sales): aktivitas yang berhubungan dengan mendapatkan
calon konsumen untuk membeli produk bernilai jual melalui perantara
iklan, promosi, penjualan, harga, manajemen ritel, dll
Service: kegiatan yang mempertahankan dan meningkatkan nilai
yang ada didalam produk jual, termasuk dukungan pelanggan, layanan
perbaikan, instalasi, pelatihan, manajemen suku cadang, dll
Procurement: pengadaan bahan baku, pelayanan, suku cadang,
bangunan, mesin, dll
53
Technology Development: meliputi pengembangan teknologi
untuk mendukung kegiatan rantai nilai, seperti penelitian dan
pengembangan, otomasi proses, desain, desain ulang.
Value Chain Model of Michael Porter: Manajemen Sumber Daya
Manusia (Human Resource Management): aktivitas yang berhubungan
dengan perekrutan, pengembangan (pendidikan), retensi dan kompensasi
karyawan dan manajer.
o Lima Tahap Proses Prioritization
Menurut Benson et al. (2004, p143), prioritisasi
memungkinkan manajer bisnis dari sebuah perusahaan dalam
menilai dampak bottom–line dari inisiatif TI yang diajukan
dengan menggunakan ukuran yang sama untuk setiap proyek.
Hasilnya adalah proyek – proyek TI yang telah diurutkan dan
diprioritaskan dimana pihak manajemen dapat mengalokasikan
sumber daya semaksimal mungkin untuk proyek – proyek
tersebut. Mekanisme proses prioritization melibatkan 5 tahapan,
yaitu :
1. Senior manager, mengartikan arahan strategi untuk
perusahaan, kemudian memberikan bobot untuk setiap arahan
strategi tersebut dan mencapai kesepakatan bersama
mengenai definisi dan skala proyek TI mana yang akan
dinilai. Melalui tahap kesepakatan ini, manajemen senior
akan menjadi yakin mengenai konsistensi dari arahan strategi
54
yang sebelumnya telah dibuat dan akan dijalankan secara
konsisten dan dari sudut pandang bisnis maupun TI.
2. Semua proyek TI dideskripsikan dalam ukuran bisnis, secara
singkat dan konsisten, menyediakan deskripsi dari berbagai
inisiatif TI yang diajukan. Masing – masing bagian bisnis
pada tiap – tiap proyek bertanggung jawab pada inisiatif TI
ini. Dengan demikian, perusahaan mempunyai suatu
pandangan berorientasi bisnis yang lengkap karena berbagi
inisiatif TI tersebut.
3. Para manajer akan melihat hubungan sebab akibat antara
proyek TI dengan arahan strategi perusahaan ; apabila kita
mengimplementasikan proyek TI ini, dampak apa yang akan
dihasilkan pada masing – masing arahan strategi tersebut?
Setiap manajer harus menilai dan mengevalusi setiap proyek
TI yang ada. Hasilnya berupa pengertian yang luas bagi para
manajer bisnis mengenai seluruh inisiatif TI yang ada,
bagaimana inisiatif TI ini dapat berhubungan dengan setiap
bagian bisnis, dan apa dampaknya bagi arahan strategi
perusahaan.
4. Dalam sebuah diskusi, masing – masing manajer akan
mengulas hasil penilaian mereka terhadap proyek – proyek
TI sebelumnya yang mereka nilai. Diskusi ini akan
menghasilkan keputusan bagi pengembangan dan prioritisasi
proyek.
55
5. Bagian TI akan mengembangkan perencanaan proyek
berdasarkan prioritas yang telah disepakati sebelumnya,
sumber daya apa saja yang dibutuhkan, dan jadwal
pengembangan proyek.
Dengan melakukan penilaian terhadap keseluruhan
portfolio inisiatif TI, pihak manajemen dapat mengambil
keputusan mengenai alokasi sumber daya yang dibutuhkan
karena penilaian portfolio menunjukkan keseluruhan nilai,
biaya dan risiko investasi TI yang akan dilakukan. Skor
portfolio proyek TI untuk dampak diambil dari business
value scorecard yang terdiri atas arahan strategis beserta
bobot dan isi oleh orang-orang yang berperan penting.
Gambar 2.8. Pemberian Skor Prioritization Pada
Sebuah Investasi Proyek
(Benson et al., 2004, p 130)
56
Skala nilai nol berarti proyek tidak memiliki dampak.
Sedangkan skala lima berarti proyek tersebut penting bagi
perusahaan. Menurut Benson et al. (2004, p298), skala yang
digunakan dalam mengukur dampak proyek dimulai dari nilai nol
sampai lima seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.6. Sebab Akibat dalam Prioritization
Cause and Effect Language Score Effect Proyek tidak memiliki hubungan
dengan arahan strategi perusahaan
0 Tidak ada
Proyek secara tidak langsung
memberikan kontribusi terhadap
arahan strategi perusahaan
1 Minor
Proyek akan memberikan kontribusi
minor terhadap perusahaan, tetapi
dampaknya sulit diukur
2 Kecil
Proyek akan memberikan kontribusi
baru namun tidak mempengaruhi
posisi perusahaan secara signifikan
3 Penting
Proyek akan memberikan kontribusi
baru yang akan memberi perubahan
secara signifikan bagi posisi
kompetitif perusahaan, atau
memberi keuntungan kompetitif
4 Sangat Penting
Proyek bersifat kritis dalam
menetapkan atau mempertahankan
posisi kompetitif perusahaan
5 Kritis
57
4. Praktek Alignment
Menurut Benson et al. (2004, p10), praktek alignment merupakan
kegiatan menganalisa dampak bisnis dari aktivitas TI yang sudah
berjalan (lights-on). Setiap biaya yang dihabiskan untuk menjaga sistem
yang ada, berasal dari biaya yang tidak digunakan untuk pengembangan
sistem yang baru. Jadi, manajer TI dan bisnis dapat memutuskan inisiatif
TI yang manakah yang seharusnya memperoleh sumber daya perusahaan
yang lebih besar, dari pada beranggapan bahwa semua yang sekarang
beroperasi adalah kritis bagi bisnis dan harus didukung pada tingkat
sumber daya yang ada. Hasilnya adalah pendekatan yang lebih beralasan
untuk menghabiskan biaya pada sistem yang sedang berjalan,
dibandingkan untuk pengembangan sistem baru. Hasilnya lebih
beralasan dimana mengeluarkan biaya untuk aktivitas yang ada.
o Tiga Bagian Praktik Alignment
Menurut Benson et al. (2004, p154-160), ada tiga jenis
alignment. Yaitu :
1. Strategic Alignment. Melihat pada tiga elemen TI diantaranya
yaitu aplikasi, service, dan infrastructure. Selain itu juga
mendeskripsikan bagaimana elemen TI tersebut mendukung
dua elemen bisnis (arahan strategi dan operasional bisnis serta
kebutuhan proses).
58
Tabel 2.7. Contoh Data Alignment
2. Internal IT Alignment, mengukur seberapa besar infrastruktur
TI dan service di dalam mendukung aplikasi, begitu juga
sebaliknya. Disamping itu juga ada tentang bagaimana aktivitas
manajemen TI yang ekfektif di dalam mendukung ketiga
elemen tersebut.
3. Functional Alignment, ketika prioritas memperbolehkan
manajemen memberikan sumber dayanya untuk mendukung
inisiatif TI yang didasarkan pada dampak bottom-line dan
hubungannya pada arahan strategis, alignment melakukan hal
yang sama pada aplikasi dan infrastruktur TI yang sudah ada.
Dan kebanyakan perusahaan biasanya mendedikasikan sumber
daya TI untuk digunakan pada aplikasi yang sedang berjalan,
dan untuk selanjutnya sumber daya diberikan pada inisiatif
59
baru. Functional alignment ini melanjutkan pengujian dengan
melihat pada kualitas, level service, tingkat pengguna, dan
teknologi.
o Strategi Investasi
Merupakan hasil dari NIE yang memiliki fungsi untuk
mengetahui manfaat dari nilai investasi yang dilakukan
perusahaan. Strategi investasi dilihat dari beberapa hal,
contohnya :
1. Strategi investasi berdasarkan nilai penyelarasan
(Alignment) dan kualitas (Quality).
Menurut Benson et al. (2004, p139), strategi
investasi ini membuat manajemen dapat menentukan
keputusan yang spesifik atau detail bagi investasi
berdasarkan dampak bottom-line pada bisnis mengenai
aplikasi lights-on yang perlu ditingkatkan lagi dan bagian
pengeluaran TI apa yang dapat diminimalisir atau
dikurangi serta investasi TI mana yang memberi dampak
yang terbaik dan maksimal untuk bisnis.
Berikut ini merupakan pedoman yang dapat
digunakan untuk menentukan kategori dari strategi
investasi :
60
Tabel 2.8. Strategi Investasi untuk Portfolio Aplikasi
Lights-On Berdasarkan Alignment – Quality
Kategori Strategi Investasi
Abandon :
Penyelarasan rendah
Aplikasi sebaiknya tidak
digunakan lagi.
Crisis
Penyelarasan tinggi (4, 5)
dan kualitas rendah (2 atau
kurang)
Aplikasi dapat direncanakan
sebagai investasi untuk
meningkatkan kualitas,
khususnya dengan tingkat
penyelarasan yang tinggi.
Noncritical, stabilize :
Penyelarasan cukup (3)
Penyelarasan cukup, alokasikan
dana seminimal mungkin untuk
maintenance dan penambahan
fitur.
Improve only as needed :
Penyelarasan tinggi (4, 5)
dan kualitas cukup (3)
Penyelarasan tinggi, tingkat
kualitas cukup. Alokasikan
dana hanya jika benar – benar
diperlukan atau jika ada sisa
sumber daya.
Excellent, monitor :
Penyelarasan dan kualitas
tinggi (4, 5)
Pantau kualitas aplikasi.
Alokasikan dana untuk
menjaga nilai kualitas saja.
61
2. Strategi investasi berdasarkan ketergantungan
(Dependency) dan kualitas (Quality).
Menurut Benson et al. (2004, p65), strategi
berdasarkan ketergantungan dan kualitas, dari sisi
ketergantungannya itu dilihat “Apakah si aplikasi tersebut
benar – benar digunakan?”, sedangkan dilihat dari sisi
kualitasnya melihat “Apakah informasi yang dihasilkan
dari aplikasi tersebut akurat dan aplikasi tersedia ketika
ingin dibutuhkan atau digunakan?”.
Tabel 2.9. Strategi Investasi untuk Portfolio Aplikasi
Lights-On Berdasarkan Dependency – Quality
Kategori Strategi Investasi
Abandon :
Ketergantungan rendah
Aplikasi sebaiknya tidak
digunakan lagi.
Crisis
Ketergantungan tinggi (4, 5)
dan kualitas rendah (2 atau
kurang)
Aplikasi dapat direncanakan
sebagai investasi untuk
meningkatkan kualitas,
khususnya dengan tingkat
ketergantungan yang tinggi.
Noncritical, stabilize :
Ketergantungan cukup (3)
Ketergantungan cukup,
alokasikan dana seminimal
mungkin untuk maintenance
dan penambahan fitur.
62
Improve only as needed :
Ketergantungan tinggi (4, 5)
dan kualitas cukup (3)
Ketergantungan tinggi,
tingkat kualitas cukup.
Alokasikan dana hanya jika
benar – benar diperlukan
atau jika ada sisa sumber
daya.
Excellent, monitor :
Ketergantungan dan kualitas
tinggi (4, 5)
Pantau kualitas aplikasi.
Alokasikan dana untuk
menjaga nilai kualitas saja.
5. Praktek Performance Measurement
Menurut Benson et al. (2004, p10), praktek ini adalah mengukur
kinerja TI berdasarkan hubungannya dengan bisnis. Yaitu dengan cara
menggabungkan pengukuran kinerja operasional dan taktis TI dengan
pengukuran dampaknya pada bisnis. Sangat mudah untuk menghitung
kinerja TI pada tahap operasional dan taktik, tetapi sangat sulit untuk
mengukur dampak TI pada bisnis. Praktek ini mencampurkan keduanya
dan memungkinkan TI untuk mengetahui apa yang harus diukur,
bagaimana mengelola TI berdasarkan ukuran tersebut, dan bagaimana
mengkomunikasikan kinerja tersebut pada manajer bisnis dengan cara
yang dapat mereka mengerti. Hasilnya meningkatkan performa TI dan
meningkatkan komunikasi dengan manajemen bisnis.
63
2.2.1.2. Tujuan New Information Economics (NIE)
Menurut Benson et al. (2004, p68-69), tujuan NIE secara
keseluruhan, yaitu :
1. Menyediakan kemampuan melihat 100% pengeluaran TI secara
keseluruhan.
2. Membuat kerangka kerja perencanaan melalui penganggaran
(mendukung rantai nilai strategi ke bottom-line)
Praktek NIE Demand/ Supply Planning dan Innovation bertujuan
untuk :
1. Menghubungkan sumber daya yang ada dan yang dibutuhkan dengan
strategic intention perusahaan.
2. Membuat pondasi untuk mengakses portfolio yang ada dan
mendefinisikan portfolio strategi yang akan datang.
3. Membuat kata – kata yang konsisten antara bisnis dan TI.
4. Menggambarkan dimana letak sumber daya TI diaplikasikan dan
menghubungkannya dengan anggaran perusahaan dan proses
perencanaan.
5. Menyediakan kerangka kerja dalam mendefinisikan kebutuhan TI,
mencakup pembaharuan dan pertumbuhan.
6. Membuat hubungan dengan pengukuran performa.
Praktek NIE Prioritization bertujuan untuk :
1. Membuat dasar Strategic Intention untuk alokasi sumber daya dan
prioritas.
2. Menyediakan perspektif untuk kebutuhan investasi mendatang.
64
3. Menyediakan dasar untuk mengakses risiko dan manfaat proyek.
Praktek NIE Aligment bertujuan untuk :
1. Membuat dasar untuk tugas pelayanan, kualitas, kehandalan dan risiko.
2. Membuat informasi untuk penyelarasan.
3. Menghubungkan 100% biaya pengeluaran TI yang sudah dihabiskan
pada Strategic Intention IT.
Praktek NIE Performance Measurement bertujuan untuk :
1. Menyediakan kerangka kerja untuk pengukuran performa dari 100%
pengeluaran TI.
2. Menghubungkan pengukuran performa dengan perencanaan strategi.
3. Menghubungkan pada performa bisnis yang berpengaruh pada Portfolio
TI.
2.2.1.3. Pedoman Mendapatkan Hasil New Information Economics (NIE)
Menurut Benson et al. (2004, p19), untuk mendapatkan hasil NIE
menajemen harus menjawab pertanyaan dibawah ini sebagai pedoman.
1. Affordability Questions
• Apa yang dapat kita hasilkan untuk pengeluaran TI?
• Dapatkah kita mengurangi biaya TI yang tidak perlu?
• Dapatkah kita merancang ulang biaya-biaya untuk mendukung
proyek yang dibutuhkan?
65
2. Impact Questions
• Apakah kita menginvestasikan sumber TI pada tempat yang tepat?
• Apakah strategi bisnis perusahaan dapat mengendalikan tindakan TI
dan menghasilkan dampak bottom-line?
• Apakah kita memperoleh dampak bottom-line dari sumber lights –
on?
• Apakah sesuai antara investasi strategi dengan investasi taktik?
2.2.1.4. Pendukung Praktek : Dampak TI, Portfolio, dan Pengelolaan Budaya
Menurut Benson et al. (2004, p10), kelima praktek NIE di dukung
oleh konsep nilai, portfolio, dan pengelolaan budaya. Pengelolaan dampak IT
berhubungan dengan pengelolaan budaya suatu perusahaan dan
menggambarkan suatu kerangka kerja untuk memperlihatkan apa saja hal
yang penting bagi perusahaan. Pengelolaan portfolio memberikan gambaran
pertimbangan mengenai biaya pengeluaran IT secara keseluruhan,
menyediakan suatu kerangka kerja yang holistic untuk membuat prioritas dan
pengambilan keputusan investasi manajemen.
Pengelolaan budaya memungkinkan perusahaan untuk menghadapi
budaya perusahaan yang sudah ada sebelumnya, dengan tujuan untuk
menghilangkan faktor – faktor yang menjadi hambatan terhadap perubahan
proses manajemen.
66
2.2.2. Arahan Strategis (Strategic Intention)
Menurut Benson et al. (2004, p37), arahan strategis merupakan
langkah – langkah apa yang hendak dilakukan manajerial didalam
meningkatkan efektifitas strategi maupun operasional yang harus berdampak
pada sisi bottom-line.
Tabel 2.10. Arahan Strategis / Strategic Intention
(Benson et al., 2004, p38)
2.2.2.1. Lima Pendekatan Pengembangan Arahan Strategis (Strategic Intention)
Dari sudut pandang proses, disarankan 5 pendekatan dalam mengembangkan
strategic intention, yaitu:
1. Mengembangkan pernyataan mengenai strategic intention dari orang
yang dapat dipercaya.
67
2. Meninjau ulang pernyataan orang yang dapat dipercaya dengan jajaran
eksekutif.
3. Memilih dan merevisi pernyataan kepada pemimpin senior.
4. Melakukan perputaran terhadap pernyataan yang telah direvisi kepada
pemimpin bisnis.
5. Menyetujui pernyataan tersebut sebagai dasar untuk melangkah ke masa
depan.
2.2.2.2. Strategi Menuju Bottom-Line Value Chain (The Strategy To Bottom-Line
Value Chain)
Menurut Benson et al. (2004, p92-93), strategy-to-bottom-line value
chain adalah sekumpulan dari proses manajemen yang saling berinteraksi dan
penting dalam proyek dan anggaran operasional, serta ukuran kinerja untuk
memantau pelaksanaan dan pengaruh pada bottom-line.
Gambar 2.9. Strategy-to-Bottom-Line Value Chain
Komponen – komponen untuk perencanaan dan mengatur proses
yang dibutuhkan untuk memproduksi keputusan dan hasil yang tepat untuk
bottom-line. Komponen – komponen tersebut diantaranya, yaitu :
68
− Perencanaan Yang Efektif.
Perencanaan yang efektif menghasilkan strategi TI, program, dan
penggerak inisiatif yang sesuai dengan strategi bisnis, tujuan serta
kebutuhan operasional.
− Keputusan Sumber Daya Yang Sesuai dan Tepat.
Mengkaji ulang investasi dan memprioritaskan program, inisiatif, dan
proyek yang menghasilkan sumber daya yang dialokasikam untuk
proyek TI.
− Rencana anggaran, proyek serta operasional yang dapat
diimplementasikan. Merealisasikan anggaran operasional tahunan dan
menentukan jadwal serta tujuan dari tiap langkah dan proyek TI.
Rantai nilai Strategic-to-Bottom-Line dibuat berpedoman pada :
a. Kerangka kerja yang terintegrasi untuk seluruh bagian yang
didasarkan pada peran, tanggung jawab, serta informasi manajemen
yang terbagi dan konsisten. Kerangka kerja tersebut menggunakan
portfolio TI.
b. Kumpulan praktek yang saling terkait yang dapat mengambil dan
mewujudkan keuntungan dari keseluruhan kerangka kerja dan
membawanya kedalam kehidupan. Hal ini membutuhkan praktek
yang dijelaskan dengan aturan dan proses yang tetap.
c. Sekumpulan deliverable yang didefinisikan secara konsisten, dimulai
dari arahan strategi bisnis sampai ke proyek TI dan anggaran yang
menghasilkan tindakan / langkah nyata.
69
Menurut Benson et al. (2004, p94-97), dua belas deliverable yang
menyusun value chain itu memberikan informasi bahwa setiap praktek NIE
mengoperasikan dan membangun dasar untuk hubungan proses dan informasi
yang membimbing dari strategi bisnis sampai pada ke hasil bottom-line.
Hal – hal penting dari value chain deliverable yaitu :
- Hubungan informasi dari satu deliverable digunakan untuk membuat
deliverable selanjutnya dalam value chain.
- Hubungan informasi dari sumber daya bisnis (arahan strategi dan
perencanaan bisnis) untuk sumber daya TI (portfolio).
- Hubungan untuk anggaran proses bisnis (proses berhubungan dari
pengukuran performa).
Berikut merupakan penjelasan mengenai rantai nilai strategi ke
bottom-line :
70
Gambar 2.10. Rantai Nilai Strategi Ke Bottom-Line
Berdasarkan Benson et al. (2004, p95-98), gambaran rantai nilai
strategi ke bottom-line ditunjukkan pada tabel berikut ini :
71
Tabel 2.11. Rantai Nilai Strategi Ke Bottom-Line
(Benson et al., 2004, p96)
Berikut adalah penjelasan rantai nilai strategi ke bottom-line :
1. Business Strategic Intention (Arahan Strategi Bisnis)
Arahan strategi perusahaan yang terdiri dari tujuan, ukuran, dan bobotnya
masing – masing. Itu semua dipakai dalam lima praktek NIE.
2. Assesed Portfolio (Penilaian Portfolio)
Portfolio yang berisikan aplikasi, infrastruktur, service, dan manajemen
yang dinilai berdasarkan pada nilai penyelarasan, service, kualitas,
teknikal, dan tingkat penggunaannya. Penilaian portfolio akan dipakai
untuk perencanaan dan pengembangan strategy IT requirement melalui
proyek – proyek.
72
3. Strategic IT Agenda (Agenda Strategi TI)
Merupakan hasil dari strategy IT planning yang menginformasikan apa
yang akan dilakukan oleh unit bisnis untuk memenuhi arahan strategi.
Strategy IT agenda digunakan untuk mengarahkan kebutuhan strategi TI
dan proyek, serta juga menentukan pengaruh bottom-line yang diinginkan
dari pengeluaran TI.
4. Strategic IT Plan (Perencanaan Strategi TI)
Hasil dari perencanaan strategi TI yang menentukan apa yang harus
dilakukan unit TI perusahaan untuk memenuhi apa yang dibutuhkan dalam
agenda strategi TI. Strategy IT plan digunakan sebagai kerangka kerja
strategis untuk anggaran lights-on TI dan proyek yang berhubungan
dengan teknologi yang dibutuhkan untuk mendukung proyek bisnis.
Strategy IT plan berisi mengenai arahan proyek bisnis.
5. Strategic IT Requirement (Kebutuhan Strategi TI)
Merupakan pernyataan dan inisiatif yang akan memenuhi kebutuhan dari
strategy IT agenda dan arahan strategis potensial bisnis.
6. Project (Proyek)
Proyek adalah kandidat – kandidat yang diprioritaskan dalam rencana
anggaran proyek tahunan. Isi proyek itu real dan dapat dikerjakan.
7. Annual Project Plan (Perencanaan Proyek Tahunan)
Merupakan kumpulan dari proyek yang diharapkan dapat berjalan pada
tahun tersebut. Tentu, perspektif tahun dari proyek tidak tepat waktu atau
tidak begitu responsif untuk kebanyakan bisnis, maka deliverable ini
biasanya direvisi per–kuarter atau bahkan sesering mungkin. Isinya yaitu
73
portfolio dari jadwal proyek dengan sumber daya yang dibutuhkan serta
prioritas berdasarkan arahan strategi pada bisnis tertentu yang dinamis,
rencana tersebut dapat berubah lebih sering dalam setahun. Isi dari rencana
ini adalah portfolio dari proyek yang dijadwalkan, dengan sumber daya
yang diberikan, diprioritaskan sesuai arahan strategi bisnis.
8. Annual Bisnis Plan (Perencanaan Bisnis Tahunan)
Merupakan kumpulan dari perencanaan taktis dan operasional tahunan
untuk unit bisnis. Hal merupakan dasar untuk mendirikan perencanaan
proyek tahunan dan mengartikan apa yang dibutuhkan secara taktis oleh
unit bisnis dari TI.
9. Annual IT Plan (Perencanaan TI Tahunan)
Merupakan kumpulan dari perencanaan taktis dan operasional tahunan
dari TI organisasi. Hal merupakan dasar untuk merencanakan anggaran
yang sedang berjalan (lights-on) yang mendukung unit bisnis. Isinya
didokumentasikan yang didasarkan pada praktek perusahaan.
10. Annual and Capital Project Budget (Anggaran Biaya Proyek Tahunan)
Anggaran yaitu agregasi anggaran investasi untuk proyek dalam setahun,
hal ini berpedoman pada “Affordability” untuk unit bisnis. Tentunya
anggaran ini dapat menimbulkan dampak pada bisnis selama setahun dan
secara normal direvisi per–kuarter atau bahkan lebih sering tergantung dari
dinamika bisnis. Isinya didokumentasikan berdasarkan praktek
perusahaan.
74
11. Annual Lights-On Budget (Anggaran Biaya TI Yang Sedang Berjalan)
Merupakan dasar penganggaran untuk aktivitas yang sedang berjalan pada
TI organisasi yang menyediakan keseluruhan service dan dukungan yang
tidak secara detail tersedia dalam anggaran proyek. Isinya
didokumentasikan berdasarkan praktek perusahaan.
12. Performance Measurement Metrics (Pengukuran Kinerja)
Merupakan kumpulan matriks untuk TI dan untuk penggunaan TI dalam
bisnis. Isinya didokumentasikan berdasarkan praktek perusahaan.
2.2.3. Portfolio
Portfolio digunakan untuk menganalisis seluruh sumber daya,
mendapatkan serta mengelola informasi tentang aplikasi, infrastruktur,
layanan dan kegiatan manajemen untuk investasi teknologi informasi.
2.2.3.1. Pengertian Portfolio
Menurut Benson et al. (2004, p47), portfolio adalah kumpulan dari
sumber daya. Portfolio manajemen merupakan pendekatan untuk mengelola
sekumpulan sumber daya keuangan. Portfolio manajemen yang diaplikasikan
dalam praktek NIE merupakan alat yang sangat berguna untuk melakukan
perencanaan dan pembuatan keputusan mengenai investasi TI dan sumber
daya lainnya.
75
Tabel 2.12. Contoh Portfolio Aplikasi
Tabel 2.11. adalah salah satu contoh dari portfolio manajemen yaitu
portfolio aplikasi. Tujuan dari manajemen portfolio adalah untuk
memungkinkan analisis dan pengambilan keputusan mengenai setiap elemen
dari portfolio. Selain itu, portfolio memungkinkan manajemen untuk melihat
secara keseluruhan portfolio dan mengidentifikasikan sekumpulan sumber
daya yang berada dalam performa buruk, atau lemah dalam kualitas, dan
sebagainya.
2.2.3.2. Portfolio Dalam Praktek NIE
Menurut Benson et al. (2004, p52-54), portfolio merupakan pondasi
dalam praktek NIE. Ekspansi serta portfolio lights-on mendukung praktek
Planning, Innovation, Prioritization, Alignment, dan Performance
Measurement dalam NIE dengan informasi yang konsisten dan lengkap
tentang sumber daya TI. Informasinya detail seperti seberapa banyak aplikasi
yang sudah digunakan, bagaimana tingkat service dan kualitasnya, serta
informasi mengenai dampak bisnis. Setiap praktek NIE membangun
penggunaan yang lebih luas dari portfolio informasi. Dan itu semua dapat
dijelaskan dalam gambar berikut :
76
Gambar 2.11. Portfolio Dalam Praktek NIE
2.2.3.3. Empat Konsep Portfolio TI
Menurut Benson et al. (2004, p56-60), portfolio TI memiliki 4 konsep
dasar, antara lain:
1. Konsep 1
Portfolio manajemen diaplikasikan ke seluruh sumber daya TI tidak
hanya untuk pengembangan aplikasi semata, namun 100% dari sumber
daya TI yang mencakup anggaran operasional dan modal yang termasuk
dalam portfolio TI.
2. Konsep 2
Sumber daya TI dibagi menjadi investasi baru dan pengeluaran TI yang
sudah ada (lights-on).
77
Gambar 2.12. Pembagian Sumber Daya TI Ke Dalam Portfolio
(Benson et al., 2004, p57)
Kategori investasi baru adalah proyek yang mencakup anggaran modal
dan biaya. Portfolio investasi baru, lebih terfokus pada prioritas dan
mengalokasikan sumber daya untuk masing – masing portfolio.
Sedangkan kategori lights-on adalah aplikasi-aplikasi yang sudah ada
seperti infrastruktur, service dan aktivitas manajemen dimana untuk
portfolio lights-on lebih terfokus pada penyelarasan dari sumber daya
untuk bisnis dan performa dari sumber daya tersebut yang terkait dengan
service, kualitas dan teknologi.
78
Dalam gambar 2.11. terlihat adanya gambaran perbandingan yang
diakibatkan oleh adanya perbedaan analisis. Untuk lights-on portfolio
analisis terfokus pada service, kualitas, serta hubungannya dengan
strategi bisnis, dimana analisisnya mempertanyakan mengenai keadaan
yang ada pada saat ini (apakah aplikasi yang ada dapat mendukung
strategi bisnis yang ada, dan apakah perusahaan aka tetap mendapat value
dari aplikasi tersebut). Sedangkan untuk kategori investasi baru,
analisanya terfokus pada hubungan strategi bisnis dan dampak bottom-
line dengan investasi.
3. Konsep 3
Pengeluaran lights-on diklasifikasikan dari perspektif TI dan pada
portfolio berhubungan dengan manajemen teknologi.
Gambar 2.13. Empat Portfolio Lights-On
(Benson et al., 2004, p59)
79
Semua sumber daya dan pengeluaran lights-on TI dibagi menjadi 4
yaitu:
• Aplikasi.
Portfolio aplikasi ini dioperasikan dan mendukung organisasi bisnis.
• Infrastruktur
Portfolio infrastruktur dibangun dengan tujuan untuk mendukung
portfolio aplikasi dan portfolio service.
• Service
Portfolio pelayanan ini untuk memperluas organisasi bisnis.
• Portfolio manajemen
Merupakan portfolio yang berisi sekumpulan aktivitas seperti
perencanaan, budgeting dan sumber daya manusia untuk aktivitas TI.
4. Konsep 4
Investasi baru juga diklasifikasikan berdasarkan perspektif bisnis, seperti
investasi keuangan. Investasi baru terbagi atas strategic, mandatory, new
strategic dan factory.
80
Gambar 2.14. Empat Kategori Investasi Baru
Tujuan dari pembagian investasi baru ini adalah untuk menyeimbangkan
investasi diantara kategori investasi, terutama ditujukan pada resiko dan
pengembalian investasi perusahaan pada TI dan terlebih lagi pada apa
yang dapat perusahaan lakukan.
Terdapat dua aturan yang harus dipertimbangkan dalam
menyeimbangkan investasi TI, yaitu:
• Adanya perbedaan antara biaya yang sesuai dengan kebijaksanaan
ataupun biaya yang tidak sesuai dengan kebijaksanaan. Seringkali
investasi dibuat karena adanya aturan atau perintah dari pemilik,
terlepas dari nilai bisnis investasi.
• Berbagai jenis investasi TI memiliki berbagai risiko dan nilai
pengembalian.
81
Gambar 2.15. Keseimbangan Portfolio TI
(Benson et al, 2004, p61)
Untuk lebih jelasnya, keempat kategori tersebut dideskripsikan dalam
tabel 2.13.
82
Tabel 2.13. Deskripsi Empat Kategori Portfolio NIE
Kategori
Portfolio NIE
Deskripsib Nilai Risiko
Strategic Investasi yang secara
langsung mempengaruhi
kinerja kompetitif
perusahaan.
Hal ini bisa bersifat
sederhana seperti revenue
generation atau kompleks
seperti re-enginering basic
process atau juga
mempertahankan diri dari
masuknya pesaing.
Pendapatan,
market share,
inovasi,
fleksibilitas.
Tinggi
Factory Investasi yang
memungkinkan perusahaan
tetap dapat beroperasi.
Misalnya investasi pada
back office.
Mengurangi biaya,
menghemat waktu,
meningkatkan
produktivitas.
Rendah
83
Future
Strategic
Investasi yang akan
mempengaruhi kinerja
perusahaan dimasa
mendatang, biasanya
berupa bisnis baru, produk
atau layanan baru.
Pendapatan,
market share,
inovasi,
fleksibilitas.
Tinggi
Mandated Investasi aplikasi TIb
yang ditentukan oleh
direktur perusahaan.
Tidak ada atau
mengurangi biaya,
mengurangi waktu,
meningkatkan
produktifitas.
Rendah
2.2.3.4. Empat Faktor Portfolio Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan (Lights-
On)
Menurut Benson et al. (2004, p160), portfolio TI yang sedang berjalan
(lights-on) memiliki empat faktor antara lain:
1. Tingkat layanan (Service)
• Ketersediaan (Availability) � ketersediaan sebagai masalah bagi
alur kerja atau proses bisnis.
• Kecepatan merespon (Responsiveness) � kecepatan merespon pada
kebutuhan proses kerja atau prosesb bisnis.
2. Kualitas (Quality)
• Fungsionalitas (Functionality) � fungsionalitas dari aplikasi,
84
infrastruktur dan layanan yang berhubungan dengan kebutuhan
proses kerja atau proses bisnis.
• Keakuratan (Accuracy) � keakuratan data atau layanan yang
dihasilkan oleh aplikasi, infrastruktur atau layanan yang
berhubungan dengan kebutuhan proses kerja atau proses bisnis.
3. Teknologi (Technology)
• Arsitektur
Tingkat pemenuhan standar aturan arsitektur perusahaan.
• Dukungan vendor dan stabilitas.
Tingkat dimana dukungan vendor dapat menjadi masalah dalam
mempertemukan kebutuhan.
• Dukungan teknis
Tingkat dimana dukungan staf teknis diperlukan (ini adalah aturan
biaya berjalan/lights-on).
• Ketersediaan dukungan pasar atau industry
Tingkat dimana dukungan yang diperlukan tersedia oleh pasar jika
dibutuhkan.
4. Intensitas pengguna (Intencity)
• Ketergantungan
Tingkat dimana aplikasi, infrastruktur, dan layanan penting bagi
proses bisnis, organisasi ataupun pengguna individu.
• Jangkauan pengguna
Seberapa besar pengguna aplikasi, infrastruktur dan layanan dalam
85
organisasi perusahaan.
2.2.3.5. Dua Faktor Portfolio Proyek
Menurut Benson et al. (2004, p147), portfolio proyek TI memiliki dua
faktor antara lain:
1. Dampak
Nilai penyelarasan sistem aplikasi dengan arahan strategi perusahaan.
2. Risiko
Nilai-nilai risiko proyek (skala 0-10) terbagi atas :
• Risiko proyek atau organisasi
Tingkat dimana kesuksesan proyek bergantung pada keahlian bisnis
yang belum pernah dicoba atau pengalaman baru. Risiko ini juga
mencakup tingkat dimana organisasi bisnis mampu melakukan
perubahan yang dibutuhkan oleh proyek.
• Ketidakpastian pendefinisian
Tingkat dimana kebutuhan bisnis terdefinisi dengan baik dan jelas,
serta secara akurat dapat diubah ke dalam informasi dan fungsionalitas
aplikasi sistem.
• Ketidakpastian teknis
Tingkat dimana proyek bergantung dengan teknologi baru, dan tingkat
dimana perusahaan harus melakukan desain dan membuat aplikasi
dengan teknologi tersebut.
86
• Risiko infrastruktur SI
Tingkat dimana lingkungan teknis membutuhkan beberapa faktor,
antara lain: administrasi data komunikasi, manajemen proyek, dan
pengembangan.
• Risiko teknis
Tingkat dimana penggunaan teknologi tertentu membutuhkan
keterampilan pengembangan, analisis dan manajemen baru. Faktor
risiko meliputi apakah keterampilan tersedia dari vendor atau dari
pasar dan apakah pelatihan atau perekrutan baru dapat menyediakan
keahlian teknis yang dibutuhkan.
• Risiko investasi
Tingkat dimana investasi proyek dibutuhkan untuk menciptakan
kesuksesan proyek.
• Risiko manajemen proyek
Tingkat dimana manajer proyek tersedia dan mampu menangani
kompleksitas proyek dari segi teknis dan organisasi.
2.2.3.6. Service and Quality
Quality (kualitas) merupakan bagaimana fungsionalitas aplikasi
memenuhi kebutuhan khusus dari pengguna dan juga merupakan tingkat
dimana fungsionalitas sesuai dengan apa yang dijanjikan, dan seberapa akurat
aplikasi dan data.
Sementara itu service dalam hal ini yaitu pertama adalah tingkat
dimana aplikasi, infrastruktur atau jasa yang tersedia pada saat dibutuhkan.
87
Kedua yaitu kecepatan respon dari aplikasi, infrastruktur atau jasa.
Ada 2 bentuk pilihan scoring untuk service dan quality yaitu :
1. Skor terpisah dari empat elemen service dan quality yaitu berupa
ketersediaan, kecepatan respon, fungsionalitas, dan keakuratan.
Tabel 2.14. Service Level – Availability (Benson et al., 2004, p44)
Score Meaning
5 Excellent. Availability is very seldom problem.
4 Good. Availability is occasionally a problem but has little
impact on workflow or the company’s business process.
3 OK. Availability is occasionally a problem and sometimes
has an impact on workflow or the company’s business
process 2 Poor. Availability is frequently a problem and has a negative
impact on workflow or the company’s business process. 1 Unacceptable. Availability is consistently a problem and
actively disrupts workflow or the company’s business process
Tabel 2.15. Service Level – Kecepatan Respon (Benson et al., 2004, p44)
Score Meaning
5 Excellent. Responsiveness is very seldom problem.
4 Good. Responsiveness is occasionally a problem but has little impact on workflow or the company’s business process.
3 OK. Responsiveness is occasionally a problem and sometimes has an impact on workflow or the company’s business process.
2 Poor. Responsiveness is frequently a problem and has a negative impact on workflow or the company’s business process.
1 Unacceptable. Responsiveness is consistently a problem and actively disrupts workflow or the company’s business process.
88
Tabel 2.16. Quality – Functionality (Benson et al., 2004, p45)
Score Meaning
5 Excellent. Functionality is very seldom problem.
4 Good. Functionality is occasionally a problem but has little impact on workflow or the company’s business process.
3 OK. Functionality is occasionally a problem and sometimes has an impact on workflow or the company’s business process.
2 Poor. Functionality is frequently a problem and has a negative impact on workflow or the company’s business process.
1 Unacceptable. Functionality is consistently a problem and actively disrupts workflow or the company’s business process
Tabel 2.17. Quality – Accuracy (Benson et al., 2004, p45)
Score Meaning
5 Excellent. Accuracy is very seldom problem.
4 Good. Accuracy is occasionally a problem but has little impact on workflow or the company’s business process.
3 OK. Accuracy is occasionally a problem and sometimes has an impact on workflow or the company’s business process.
2 Poor. Accuracy is frequently a problem and has a negative impact on workflow or the company’s business process.
1 Unacceptable. Accuracy is consistently a problem and actively disrupts workflow or the company’s business process.
2. Alternatif yang kedua adalah gabungan ketersediaan dan kecepatan
respon dalam satu penilaian level service, dan gabungan fungsionalitas
dan keakuratan dalam satu penilaian kualitas.
89
Tabel 2.18. Service Level – Ketersediaan dan Kecepatan Respon
(Benson et al., 2004, p46)
Score Meaning
5 Excellent. Availability and Responsiveness are very seldom
4 Good. Availability and Responsiveness are occasionally a problem but has little impact on workflow or the company’s business process.
3 OK. Availability and Responsiveness are occasionally a problem and sometimes has an impact on workflow or the company’s business process
2 Poor. Availability and Responsiveness are frequently a problem and has a negative impact on workflow or the company’s business process.
1 Unacceptable. Availability and Responsiveness are consistently a problem and actively disrupts workflow or the company’s business process
Tabel 2.19. Quality – Fungsionalitas dan Keakuratan (Benson et
al., 2004, p45)
Score Meaning
5 Excellent. Functionality and Accuracy are very seldom
4 Good. Functionality and Accuracy are occasionally a problem but has little impact on workflow or the company’s business process.
3 OK. Functionality and Accuracy are occasionally a problem and sometimes has an impact on workflow or the company’s business process
2 Poor. Functionality and Accuracy are frequently a problem and has a negative impact on workflow or the company’s business process.
1 Unacceptable. Functionality and Accuracy are consistently a problem and actively disrupts workflow or the company’s business process
2.2.3.7. Dependency and Breadth
Ada 2 bentuk dari intensitas penggunaan antara lain :
1. Ketergantungan aplikasi merupakan tingkatan dimana ketergantungan
90
perusahaan terhadap aplikasi.
2. Jangkauan aplikasi yaitu jangkauan dari penggunaan dalam organisasi.
Tabel 2.20. Ketergantungan Aplikasi – Dependency (Benson et al., 2004, p50)
Score Meaning
5 Critical The application is critical to the organization, an important business process or individual employees. Without the use of this application, the organization cannot conduct its mission or business role, or the business process cannot operate, or the employees cannot do their jobs.
4 Important The application is important to the organization business process, or individual employees. The organization can conduct its mission or business role, or the business process can operate, or the employees can do their jobs, but at significant increase in cost and /or reduction in effectiveness.
3 Usefull The application is usefull for the organization, an important business process or individual employees. Without the occasional use of this application, the organization can conduct to its mission or business role, or the business process can operate, or the employees can do their jobs, but at some increase in cost and /or reduction in effectiveness.
2 Minor Use The application is occasionally usefull for the organization, an important business process, or individual employees. Without the occasional use of this application, the organization can conduct its mission or business role, or the business process can operate, or the employees can do their jobs, but at minor increase in cost and /or reduction in effectiveness.
1 Seldom The application is occasionally used, but not depended upon by the organization, or important business process, or individual employees.
0 Not Used The application si not used
91
Tabel 2.21. Jangkauan Aplikasi – Breadth (Benson et al., 2004, p50-51)
Score Meaning
5 Widely used The application is widely used throughout the entire organization.
4 Used by
many
The application is used in many parts of the organization.
3 One
department
The application is used by one department or function
2 Several
individuals
The application is used by several individuals.
1 One or few The application is used by just one, or a few, individual.
0 Not Used The application si not used
2.3. Kerangka Berpikir
• Penentuan Dasar Masalah dan Mengidentifikasi Masalah
Merupakan tahapan awal ketika skripsi ini dibuat. Tahap ini berisi
tentang proses pencarian dan pengamatan masalah yang ada dalam
perusahaan serta menentukan ruang lingkup pembuatan skripsi ini.
• Pengumpulan Data
Merupakan tahapan dimana dilakukannya pengumpulan dari berbagai
sumber yang terkait dengan industri perusahaan yang sedang berjalan.
Penulis menggunakan 3 teknik guna mendapatkan data yang diperlukan
untuk penelitian yaitu :
o Wawancara dilakukan secara bertatap muka (face to face) dengan
IT Development Manager pada PT Pos Indonesia (persero) guna
92
mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan dalam
penyusunan skripsi ini.
o Observasi (pengamatan) dilakukan dengan mengamati langsung
kegiatan operasional sistem serta keadaan dalam Divisi IT
Development pada PT Pos Indonesia (persero).
o Kuisioner diberikan kepada pengguna aplikasi mengenai aplikasi
serta manager – manager divisi yang sesuai dengan strategi bisnis
dengan membuat skala prioritasnya.
• Penelitian Industri
Merupakan tahapan dimana dilakukannya pengamatan diberbagai aspek
yang terkait dengan industri perusahaan yang sedang berjalan. Penulis
menggunakan analisis 5 daya kekuatan Porter guna mengetahui kondisi
persaingan yang ada dalam dunia industri setelah itu dilakukan analisis
eksternal dan internal dari perusahaan untuk mengetahui faktor – faktor
yang berpengaruh terhadap industri. Hasil analisis tersebut akan dianalisis
kembali dengan analisis SWOT yang kemudian akan menghasilkan
strategi alternatif yang berguna bagi perusahaan.
• Penelitian Perusahaan Terkait Dengan Rantai Nilai NIE
o Membuat Arahan Strategi
Arahan strategi digunakan untuk mengetahui kondisi perusahaan
serta memberikan arahan strategi yang baik untuk masa
93
mendatang. Untuk dapat terus bersaing didunia industri,
perusahaan perlu memiliki strategi yang memenuhi kebutuhan
perusahan.
o Membuat Demand / Supply Planning
Demand /supply planning digunakan untuk menentukan apa yang
menjadi kebutuhan bisnis dan kebutuhan TI dalam perusahaan
dan bagaimana untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
o Membuat Portfolio
Portfolio digunakan untuk memberikan gambaran serta membantu
membuat perencanaan dan pengembangan strategi kebutuhan TI
melalui proyek. Isinya terkait dengan portfolio lights-on dan juga
portfolio proyek yang mana membahas tentang layanan, kualitas,
ketergantungan teknologi dan intensitas penggunaan setiap
aplikasi pada portfolio.
o Membuat Innovation
Innovation merupakan tahapan yang digunakan untuk
menentukan perubahan yang dapat mempengaruhi proses bisnis
perusahaan, sehingga terjadi peningkatan nilai perusahaan
tersebut serta menentukan langkah – langkah yang akan diambil
untuk menghadapi tantangan yang muncul baik dari dalam
maupun dari luar perusahaan.
94
o Membuat Prioritization
Prioritization adalah proses dimana perusahaan harus
memberikan prioritas proyek TI yang direncanakan, dimana
proyek TI itu harus dapat mendukung strategi perusahaan. Pada
tahap ini dilakukan analisis dampak yang ditimbulkan dari
pengembangan proyek TI yang direncanakan dan memberikan
usulan proyek mana yang harus diprioritaskan.
o Membuat Alignment
Alignment adalah proses dimana perusahaan melakukan
peninjauan kembali pada investasi TI yang sedang berjalan
(lights-on), kemudian melakukan analisis berdasarkan arahan
strategi yang ada dengan portfolio lights-on yang telah tersedia.
o Membuat Manajemen Agenda
Membuat manajemen agenda digunakan untuk membantu
menentukan apakah penelitian yang dilakukan telah sesuai dengan
tujuan perusahaan atau belum.
95
Gambar 2.16. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian
Topik: New Information Economics
Gambaran Umum Investasi PT Pos Indonesia (Persero)
Identifikasi Masalah
Analisis Masalah
Penelitian Industri
Pengumpulan Data:
- Wawancara
- Observasi
- Kuisioner
Analisis Industri
Analisis Eksternal Analisis Internal
Analisis Daya Kekuatan
Porter Matriks SWOT. IE
Matriks QSPM
Arahan Strategi
Demand / Supply Planning
Portfolio
Portfolio Lights – On
Alignment
Portfolio Proyek
Prioritization
Innovation
Hasil
Agenda Strategi SI / TI
Perencanaan Strategi SI / TI
Kebutuhan Strategi SI / TI
Manajemen Agenda
Right Result / Right Decisions
Studi Pustaka: Buku Teks, Website, Skripsi