bab ii landasan teori - library & knowledge...
TRANSCRIPT
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen
Menurut Stephen Robbins & Marry Coulter (2012 : 37), manajemen adalah
mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan pekerjaan orang lain sehingga kegiatan
mereka diselesaikan secara efisien dan efektif .
Dalam manajemen terdapat beberapa fungsi. Menurut Stephen Robbins &
Marry Coulter (2012 : 37), ada 4 (empat) fungsi manajemen:
1. Planning
Fungsi manajemen yang melibatkan menetapkan tujuan, membangun
strategi untuk mencapai tujuan tersebut dan mengembangkan rencana untuk
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan.
2. Organizing
Fungsi manajemen yang melibatkan mengatur dan penataan kerja untuk
mencapai tujuan organisasi.
3. Leading
Manajemen fungsi yang melibatkan bekerja dengan dan melalui orang-
orang untuk mencapai tujuan organisasi.
4. Controling
Fungsi manajemen yang melibatkan pemantauan, membandingkan, dan
memperbaiki kinerja.
2.1.1 CRM
Menurut Phillip Kotler & Amstrong (2010:105) CRM merupakan software
dan alat analisis yang dapat mengintegrasikan informasi pelanggan dari berbagai
sumber, dengan penganalisaan yang kuat dan akan menghasilkan hasil yang akan
membuat memperkuat hubungan pelanggan.
10
Menurut Francis Buttle (2009 : 27) CRM atau Customer Relationship
Management adalah sebuah terobosan yang melatarbelakangi pembuatan strategi
bisnis berbasis pelanggan. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kepuasan anggota.
Sedangkan tujuan akhirnya adalah memaksimalkan keuntungan dan pendapatan.
2.1.1.1 Manfaat CRM
Menurut Francis Buttle (2009: 43), potensi manfaat bisnis dari manajemen
hubungan anggota sangat banyak. Contohnya, CRM dapat membantu mengetahui
loyalitas dari anggota dan juga dapat mempertahankan anggota lama dan
mendapatkan anggota baru melalui fitur yang ditawarkan apabila CRM dilakukan
secara online (elektronik).
2.1.1.2 Fase CRM
Menurut James A. O’Brien, George Marakas (2010: 268), fase CRM terbagi
menjadi 3 yaitu, seperti yang terlihat di gambar 2.1 dibawah ini.
Menurut James O’Brien & George M. Marakas (2010 : 268), penjelasan dari
gambar diatas adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1. Fase CRM
Sumber (O’Brien & M. Marakas ,2010 : 268)
11
1. Acquire
Mengakuisisi anggota baru, hal tersebut diwujudkan dengan adanya inovasi dari
fitur yang ditawarkan bagi anggota baru.
2. Enhance
Melalui peningkatan keuntungan dari anggota yang sudah ada dan sudah loyal
dengan cara memberikan pelayanan yang terbaik .
3. Retain
Mempertahankan anggota yang menguntungkan bagi perusahaan (anggota
spesifik) dengan cara yang harus dilakukan yaitu memberikan penawaran kepada
anggota tersebut sesuai dengan kebutuhan anggota saat ini yang telah melalui
analisis pelanggan terlebih dahulu.
2.1.1.3 Klasifikasi CRM
Menurut Francis Buttle (2009: 27) terdapat 4 tipe dari CRM yang tersebut
seperti gambar dibawah ini.
Gambar 2.2. Tipe CRM
( Sumber : Francais Butler ,2009 : 27)
12
Menurut Francis Buttle (2009:27) penjelasan mengenai gambar diatas adalah
sebagai berikut :
1. Strategic CRM
Berfokus pada pengembangan budaya bisnis yang terpusat pada customer.
Budaya bisnis ini didedikasikan untuk memenangkan serta mempertahankan
anggota.
2. Operational CRM
Merupakan CRM yang berfokus dalam melakukan automasi customer-facing
process seperti penjualan, pemasaran dan customer service.
3. Analytical CRM
Analytical CRM berkonsentrasi pada proses mendapatkan, menyimpan,
mengekstrak, mengintegrasi, memproses, mendistribusikan,
menginterpretasi, menggunakan dan melaporkan data mengenai customer
untuk meningkatkan nilai bagi customer maupun perusahaan.
4. Collaborative CRM
Collaborative CRM mengaplikasikan teknologi antar organisasi, untuk dapat
melihat secara optimal hubungan antara perusahaan, partner dan nilai bagi
customer.
2.1.1.4 Customer Loyality
Menurut Francis Buttle (2009: 68) customer loyality dapat diukur dengan dua
pendekatan berdasarkan tingah laku dan perilaku. Loyalitas berdasarkan tingkah laku
diukur melalui referensi tingkah laku pembelian customer. Ada dua behavourial
aspect untuk loyalitas yaitu apakah customer yang aktif atau perusahaan yag me-
mantain customer agar tetap aktif. Perilaku loyalitas diukur referensi komponen
perilaku seperti kepercayaan dan perasaan. Semakin kuat komponen perilaku
konsumen maka dapat niliai semakin loyal konsumen tersebut. berikut adalah
gambar dua dimensi model loyalitas.
13
Gambar 2.3 Dua dimensi model loyalitas
(sumber : Francis Buttle,2009 : 68)
2.1.2 e-CRM
Menurut Turban, King, Liang, & Turban (2010: 148), e-CRM adalah CRM
yang diterapkan secara electronic dengan menggunakan web-browser, internet dan
media elektronik lain (seperti email, call center, dan personalisasi website, e-CRM
kadang-kadang juga disebut e-service. Pendapat lain menyebutkan bahwa e-CRM
berdasarkan website dengan aplikasi yang bersifat self-service, atau CRM yang
memiliki portal atau browser-based entry point.
2.1.2.1 Faktor yang mempengaruhi Kunci Sukses e-CRM
Menurut Turban, King, Liang, & Turban (2010 : 148), terdapat beberapa
faktor yang merupakan penentu keberhasilan dari penggunaan teknologi e-CRM,
yaitu:
1. Kerelaan dari pelanggan-pelanggan yang berbeda untuk menerima teknologi.
2. Pelaksanaan versus harapan pelanggan terhadap teknologi itu.
3. Integrasi dari teknologi baru dengan teknologi yang telah ada.
14
4. Desain dan pengembangan fondasi teknolgi yang memungkinkan penyebaran
teknologi baru secara tepat waktu.
5. Penggunaan customization yang disediakan oleh aplikasi website.
2.1.2.2 Peralatan e-CRM
Menurut Turban (2010 : 145) alat-alat yang digunakan untuk mendukung e-
CRM antara lain :
1. Personalisasi halaman website
Halaman website dapat digunakan untuk mencatat pembelian dan preferensi
customer.
2. FAQs
Fitur Frequently Asked Questions (FAQs) adalah sebuah tool yang sederhana
dan tidak mahal yang bisa digunakan untuk menangani pertanyaan customer
yang berulang.
3. Tracking Tools
Adalah alat yang digunakan oleh customer untuk mengetahui pemesanan
(order) yang telah dilakukan sehingga menghemat waktu dan biaya
perusahaan. Contoh: mengecek status dari registrasi partisipasi untuk acara
yang diselenggrakan.
4. E-Mail dan Automated Response
Digunakan untuk mengirimkan informasi, konfirmasi dan membangun
korespondensi dengan customer.
5. Help Desk atau Call Center
Help Desk atau Call Center berfungsi sebagai customer sevice yang biasanya
menggunakan fasilitas telepon, faximili, atau e-mail.
6. Troubleshooting Tools
Adalah alat yang disediakan perusahaan untuk membantu customer
memecahkan persolan yang dihadapi sendiri. Contohnya perusahaan
15
menyediakan software trouble-shooting untuk membantu customer
menyelesaikan masalahnya.
2.2 Website Quality (WEBQUAL)
WEBQUAL merupakan salah satu metode pengukuran kualitas website
berdasarkan persepsi pengguna akhir. Metode WEBQUAL ini merupakan
pengembangan dari SERVQUAL yang banyak digunakan pada pengukuran kualitas
jasa. Barnes & Vidgen dalam (Barnes & Vidgen, 2003:297) melakukan penelitian
dengan menggunakan WEBQUAL untuk mengukur kualitas website yang dikelola
oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development).Website
yang bermutu dari perspekstif pengguna dapat dilihat dari tingkat persepsi layanan
aktual yang tinggi dan kesenjangan persepsi aktual dengan gap yang rendah. Seiring
berjalannya waktu, WEBQUAL telah mengalami banyak perbaikan dan versi
terakhir dari WEBQUAL yaitu WEBQUAL 4.0. Berikut ini pertanyaan-pertanyaan
yang terdapat pada setiap dimensi dalam WEBQUAL 4.0.
Tabel 2.1 Dimensi Dalam WEBQUAL 4.0
Dimensi
Sumber
(Barnes dan Vidgen dalam
Industrial Management & Data
Systems 103/5 [2003] 297-309)
WEBQUAL 4.0 questions
Usability 1.I find the site easy to learn to
operate
2.My interaction with thesite is
clear and understandable
3.I find the site easy to navigate
4.I find the site easy to use
5.The site has an attractive
appearance
16
6.The design is appropriate to
the type of site
7.The site conveys a sense of
competency
8.The site creates a positive
experience for me
Information Quality
9.Provides accurate information
10.Provides timely information
11.Provides timely information
12.Provides relevant information
13.Provides easy to understand
information
14Provides information at the
right level of detail
15.Presents the information in
an appropriate format
Service Interaction 16.Has a good reputation
17.It feels safe to complete
transactions
18.My personal information feels
secure
19.Makes it easy to communicate
with the organization
Overall 20.Overall view of the Web Site
Sumber : Barnes dan Vidgen dalam Industrial Management & Data Systems
17
2.3 Analisis dan Pilihan Strategi
2.3.1 Konsep Manajemen Strategis
Menurut Fred. R.David terjemahan Sunardi (2010 : 5), manajemen strategis
dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan,
mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional
yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Tujuan manajemen
strategis adalah untuk mengeksploitasi serta menciptakan berbagai peluang baru dan
berbeda untuk esok, perencanaan jangka panjang, sebaliknya, berusaha untuk
mengoptimalkan tren-tren dewasa ini untuk esok.
2.3.2 Model Manajemen Strategis
Kerangka kerja yang diilustrasikan di gambar 2.6 merupakan sebuah model
komprehensif dari proses manajemwen strategis yang diterima secara luas. Model
ini menjamin keberhasilan, tetapi ia juga mempresentasikan sebuah pendekatan yang
jelas dan praktis untuk merumuskan, menerapkan, dan menilai strategi.
Gambar 2.5 Model Manajemen Strategis Komprehensif
(Sumber : David, Terjemahan Sunardi, 2010:21)
18
2.3.3 Manfaat Manajemen Strategis
Manfaat utama dari manajemen strategis untuk membantu organisasi
merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui penggunaan pendekatan
terhadap pilihan strategi yang lebih sistematis, logis, dan rasional. Ini tentunya akan
terus menjadi manfaat terbesar dari manajemen strategis, namun berbagai kajian
riset kini menunjukkan bahwa proses, alih-alih keputusan atau dokumen, merupakan
kontribusi yang lebih penting dari manajemen strategis. Komunikasi adalah kunci
bagi manajemen strategis yang berhasil. Menurut David, terjemahan Sunardi (2010
:23-24). Manfaatnya terbagi dari :
• Keuntungan Keuangan
Riset menunjukkan bahwa organisasi yang menggunakan konsep-konsep
manjemen strategis lebih menguntungkan dan berhasil daripada yang tidak.
Bisnis yang menggunakan berbagai konsep manajemen strategis
menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam penjulan, profitabilitas,
dan produktivitas dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang
tanpa aktifitas perencanaan strategis yang sistematis. Peusahaan
berkinerja tinggi cenderung membuat perencanaan sistematis untuk
mempersiapkan diri menghadapi fluktuasi di masa depan dalam lingkungan
internal dan eksternal mereka. Perusahaan-perusahaan dengan sistem
perencanaan yang mengadopsi teori manajemen strategis, biasanya,
menunjukkan kinerja keuangan jangka panjang yang lebih baik terhadap
industri mereka.
• Keuntungan Non-keuangan
Selain membantu perusahaan menghindari bencana keuangan, manajemen
strategis menawarkan keuntungan-keuntungan nyata lain, seperti
meningkatnya kesadaran akan ancaman eksternal, membaiknya pemahaman
akan strategi pesaing, naiknya produktivitas karyawan, menurunnya resistensi
pada perubahan, dan pemahaman yang lebih jelas akan relasi kinerja-imbalan.
Manajemen strategis meningkatkan kapabilitas pencegahan persoalan
organisasi sebab ia mendorong interaksi antarmanajer di semua level
19
divisional dan level fungsional.
2.4 Jenis jenis Strategi
Menurut David terjemahan Sunardi (2010 : 249-301), menjabarkan
strategi-strategi alternatif yang dapat dijalankan sebuah perusahaan. Setiap strategi
alternatif memiliki variasi yang banyak sekali. Biasanya organisasi secara
bersamaan menjalankan gabungan dari dua atau lebih strategi yang disebut strategi
gabungan atau kombinasi.
Tabel 2.2 Definisi Strategi-strategi Alternatif
Strategi Definisi
Integrasi ke depan Memperoleh kepemilikan atau kendali
yang lebih besar atas distributor atau
peritel
Integrasi ke belakang Mengupayakan kepemilikan atau kendali
yang lebih besar atas pemasok
Integrasi horizontal Mengupayakan kepemilikan atau kendali
yang lebih besar atas pesaing
Penetrasi pasar Mencari pangsa pasar yang lebih besar
untuk produk atau jasa saat ini di pasar
yang ada sekarang melalui upaya-upaya
pemasaran yang lebih baik
Pengembangan pasar Memperkenalkan produk atau jasa saat
ini ke wilayah geografis baru
Pengembangan produk Mengupayakan peningkatan penjualan
melalui perbaikan produk atau jasa saat
ini atau pengembangan produk aau jasa
baru
Diversifikasi terkait Menambahkan produk atau jasa yang
baru namun masih berkaitan
Diversifikasi tak terkait Menambahkan produk atau jasa yang
20
baru namun masih tidak berkaitan
Penciutan Pengelompokan ulang melalui
pengurangan biaya dan aset untuk
membalik penjualan
Divestasi Penjualan suatu divisi atau bagian dari
sebuah organisasi
Likuidasi Penjualan seluruh aset perusahaan secara
terpisah-pisah untuk kekayaan
berwujudnya.
2.4.1 Kerangka Perumusan Strategi
Menurut David terjemahan Sunardi (2010:323-324), teknik-teknik
perumusan strategi yang penting dapat diintergrasikan ke dalam kerangka
pengambilan keputusan tiga tahap, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.3. Alat
yang ditampilkan dalam kerangka ini bisa diterapkan untuk semua ukuran dan jenis
organisasi serta dapat membantu para penyusun strategi mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan memilih strategi.
Gambar 2.3 Kerangka Analitis Perumusan Strategi
(Sumber : David terjemahan Sunardi,2010 : 324)
21
2.3.2 Tahap Masukan
Informasi yang diperoleh dari ketiga matriks yaitu matriks EFE, matriks IFE,
dan CPM menjadi informasi input dasar untuk matriks-matriks tahap pencocokan
dan tahap keputusan. Alat-alat input mendorong para penyususn strategi untuk
mengukur subjektivitas selama tahap awal proses perumusan strategi. Membuat
berbagai keputusan kecil dalam matriks input menyangkut signifikansi strategi
untuk secara lebih efektif menciptakan serta mengevaluasi strategi alternative.
1. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Menurut David, terjemahan Sunardi (2010 : 158-159), matriks EFE
memungkinkan para penyusun strategi untuk meringkas dan mengevaluasi informasi
ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintah, hukum,
teknologi, dan kompetitif. Matris EFE dapat dikembangkan dalam lima langkah,
yaitu :
• Buat daftar faktor-faktor eksternal utama sebagaimana yang
disebutkan dalam proses audit eksternal, termasuk peluang dan ancaman.
• Berilah pada setiap faktor tersebut bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak
penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot itu mengindikasikan signifikansi
relative dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Jumlah
seluruh bobot harus 1,00.
• Berilah peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal utama
untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam
merespon faktor tersebut, di mana 4 = responnya sangat bagus, 3 =
responnya di atas rata-rata, 2 = responnya rata-rata, 1 = responnya di
bawah rata-rata. Peringkat didasarkan pada keefektifan strategi perusahaan.
Penting untuk diperhatikan bahwa baik ancaman maupn peluang dapat
menerima peringkat 1, 2, 3, atau 4.
• Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor
bobot
• Jumlahkan skor rata-rata untuk setiap variable guna menentukan skor bobot
total untuk perusahaan.
22
2. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Matriks IFE menurut David, terjemahan Sunardi (2010 : 229-230), adlah alat
perumusan strategi yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
utama dalam area-area fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan untuk
mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan di antara area tersebut. Matriks IFE
dapat dikembangkan dalam lima langkah :
• Buat daftar faktor-faktor internal utama sebagaimana yang
disebutkan dalam proses audit internal, termasuk kekuatan dan kelemahan.
• Berilah pada setiap faktor tersebut bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak
penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot itu mengindikasikan signifikansi
relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Jumlah
seluruh bobot harus 1,00.
• Berilah peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap faktor untuk
mengindikasikan apakah faktor tersebut sangat lemah (peringkat =1),
lemah (peringkat = 2), kuat (peringkat = 3), atau sangat kuat (peringkat =
4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan
kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2.
• Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor
bobot. Jumlahkan skor rata-rata untuk setiap variable guna menentukan skor
bobot total untuk organisasi.
Tabel 2.5 Matriks Evaluasi Faktor Internal
Faktor-Faktor Internal Utama Bobot Peringkat Bobot Skor
Kekuatan
1.
2.
Kelemahan
1.
2.
Total
(Sumber : David terjemahan Sunardi, 2010 : 231)
23
3. Matriks Profil Kompetitif (CPM)
Menurut David, terjemahan Sunardi (2010 : 160-161), matriks CPM
mengidentifikasi pesaimg-pesaing utama suatu perusahaan serta kekuatan dan
kelemahan khusus mereka dalam hubungannya dengan posisi strategis
perusahaan sampel. Bobot dan skor bobot total, baik dalam matriks CPM
maupun matriks EFE, memiliki arti yang sama. Namun, faktor keberhasilan (critical
success) dalam matriks CPM mencakup baik-baik isu-isu internal maupun eksternal;
karenanya peringkatnya mengacu pada kekuatan dan kelemahan, di mana 4 = sangat
kuat, 3 = kuat, 2 = lemah, dan 1 = sangat lemah. Faktor-faktor keberhasilan penting
dalam matriks CPM lebih luas, karena tidak mencakup data yang spesifik atau
faktual dan mungkin bahkan berfokus pada isu-isu internal. Faktor juga tidak
dikelompokkan menjadi peluang dan ancaman. Perimgkat dan skor bobot total
perusahaan-perusahaan pesaing dapat dibandingkan dengan perusahaan sampel.
Analisis perbandingan ini memberikan informasi strategis internal yang penting.
Matriks CPM dapat ditampilkan pada table 2.6
Tabel 2.6 Matriks Profil Kompetitif
Sumber : David terjemahan Sunardi(2010 : 162)
2.3.3 Tahap Pencocokan
Strategi sering kali didefinisikan sebagai pencocokan yang dibuat suatu
organiasi antara sumber daya dan keterampilan internalnya serta peluang dan risiko
yang diciptakan oleh faktor-faktor eksternal. Tahap pencocokan dari kerangka
perumusan strategi terdiri dari lima teknik yang dapat digunakan dengan
urutan manapun : Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks BCG, Matriks
24
IE, dan Matriks Strategi Besar. Alat-alat ini bergantung pada informasi yang
diperoleh dari tahap input untuk memadukan peluang dan ancaman eksternal
dengan kekuatan dan kelemahan internal.
2.3.3.1 Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (SWOT)
Matriks kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman (SWOT) adalah sebuah alat
pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis
strategi : Strategi SO (kekuatan peluang), Strategi WO (kelemahan peluang), Strategi
ST (kekuatan ancaman), dan Strategi WT (kelemahan ancaman). (David, terjemahan
Sunardi, 2010 : 327-328) , dan dapat dilihat pada tabel 2.7 .
Tabel 2.7 Matriks SWOT
Kelemahan (S)
Kelemahan (W)
Peluang (O)
Strategi SO
Strategi WO
Ancaman (T)
Strategi ST
Strategi WT
(Sumber : David, terjemahan Sunardi, 2010 : 328-329)
Penjelasan dari tabel matriks diatas adalah sebagai berikut :
• Strategi SO
Strategi SO memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik
keuntungan dari peluang eksternal. Semua manajer tentunya menginginkan
organisasi mereka berada dalam posisi di mana kekuatan internal dapat digunakan
untuk mengambil keuntungan dari berbagai tren dan kejadian eksternal. Jika
sebuah perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang
untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan.
25
• Strategi WO
Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal.Terkadang, peluang-peluang
besar muncul, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghalanginya
memanfaatkan peluang tersebut. Salah satu strategi WO yang bisa ditempuh adalah
dengan mengakuisisi teknologi ini melalui usaha patungan (joint venture) dengan
sebuah perusahaan lain yang mempunyai kompetensi di bidang ini. Alternatif lainnya
dari strategi WO adalah dengan merekrut dan melatih orang agar memiliki
kapabilitas teknis yang diperlukan
• Strategi ST
Strategi ST menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa suatu
organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara langsung di dalam
lingkungan eksternal. Perusahaan pesaing yang meniru gagasan, inovasi, dan produk
yang telah dipatenkan merupakan ancaman yang besar di banyak industri.
• Strategi WT
Strategi WT merupakan teknik defensif yang diarahkan untuk mengurangi
kelemahan internalserta menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi yang
menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal benar-benar dalam
posisi yang membahayakan. Dalam kenyataannya, perusahaan semacam itu
mungkin harus berjuang untuk bertahan hidup, melakukan merger, penciutan,
menyatakan diri bangkrut, atau memilih likuidasi.
2. Matriks Posisi Strategis dan Evaluasi Tindakan (SPACE)
Menurut David, terjemahan Sunardi (2010 : 332-334), matriks SPACE
merupakan kerangka empat kuadran yang menunjukkan apakah strategi agresif,
konservatif, defensif, atau kompetitif yang paling sesuai untuk suatu organisasi yang
diilustrasikan pada gambar 2.8 sumbu-sumbu matriks SPACE menunjukkan dua
dimensi internal : kekuatan finansial (FS) dan keunggulan kompetitif (CA) dan dua
dimensi eksternal : stabilitas lingkungan (ES) dan kekuatan industry (IS). Keempat
faktor ini kiranya merupakan penentu suatu organisasi.
26
Gambar 2.8 Matriks SPACE
(Sumber : David, terjemahan Sunardi 2010 :323)
Langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mengembangkan Matriks
SPACE adalah sebagai berikut :
• Pilih serangkaian variable untuk menentukan kekuatan finansial (FS),
keunggulan kompetitif (CA), stabilitas lingkungan (ES), dan
kekuatan industri (IS).
• Nilai variable tersebut menggunakan skala 1 (paling buruk) sampai 6
(paling baik) untuk FS dan IS. Nilai variable tersebut menggunakan skala -6
(paling buruk) sampai -1 (paling baik) untuk ES dan CA. Pada sumbu FS
dan CA, buatlah perbandingan dengan pesaing. Pada sumbu IS dan ES,
buatlah perbandingan dengan industri lain.
• Hitunglah rata-rata dari FS, CA, IS, dan ES dengan menjumlahkan nilai
yang Anda berikan pada variabel dari setiap dimensi dan kemudian
membaginya dengan jumlah variabel dalam dimensi yang bersangkutan.
• Petakan nilai rata-rata unutk FS, IS, ES, dan CA pada sumbu yang
sesuai dalam matriks SPACE.
• Jumlahkan nilai rata-rata pada sumbu x (CA, IS) dan petakan
hasilnya pada sumbu X. Jumlahkan nilai rata-rata pada sumbu y (FS, ES)
dan petakan hasilnya pada sumbu Y. Petakan perpotongan kedua titik X
dan Y (xy yang baru) tersebut.
27
• Gambarkan arah vector dari koordinat 0,0 melalui titik perpotongan yang
baru. Arah panah menunjukkan jenis strategi yang disarankan bagi
organisasi : agresif, kompetitif, defensive, atau konservatif.
Ketika arah vektor sebuah perusahaan terletak di :
• Kuadran Agresif - kuadran kanan atas dari matriks SPACE
Berarti organisasi tersebut berada dalam posisi yang sangat bagus untuk
memanfaatkan berbagai kekuatan internalnya untuk menarik keuntungan dari
peluang-peluang eksternal, mengatasi kelemahan internal, dan menghindari
beragam ancaman eksternal. Oleh karenanya, penetrasi pasar, pengembangan
produk, integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal,
diversifikasi, atau strategi kombinasi kesemuanya itu masuk akal untuk
dipilih, bergantung pada situasi khusus yang dihadapi oleh perusahaan.
• Kuadran konservatif - kuadran kiri atas dari matriks SPACE
Mengimplikasikan agar perusahaan tetap “bergayut” pada kompetensi
dasarnya dan tidak mengambil risiko yang terlalu besar. Strategi konservatif
paling sering meliputi penetrasi pasar, pengembangan pasar,
pengembangan produk, dan diversifikasi terkait.
• Kuadran defensif - kuadran kiri bawah dari matriks SPACE
Mengindikasikan bahwa perusahaan harus berfokus pada usaha untuk
mengatasi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Strategi
defensif mencakup penciutan, divestasi, likuidasi, dan diversifikasi
terkait.
• Kuadran kompetitif - kuadran kanan bawah dari matriks SPACE
Strategi kompetitif mencakup integrasi ke belakang, integrasi ke depan,
dan integrasi horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar dan
pengembangan produk.
28
3. Matriks Internal Eksternal (IE)
Menurut David, terjemahan Sunardi (2010 : 344-347), matriks IE
memosisikan berbagai divisi suatu organisasi dalam tampilan sembilan sel,
sebagaimana diilustrasikan dalam gambar 2.9 . Matriks IE didasarkan pada dua
dimensi kunci : skor bobot IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE total pada
sumbu y. Setiap divisi dalam suatu organisasi harus membuat matriks IFE dan
matriks EFE dalam kaitannya dengan organisasi. Pada sumbu x dari matriks IE,
skor bobot IFE total 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah;
skor 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang; dan skor 3,0 sampai 4,0 adalah kuat. Serupa
dengannya, pada sumbu y, skor bobot EFE total 1,0 sampain 1,99 dipandang
rendah; skor 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang; dan skor 3,0 hingga 4,0 adalah
tinggi.
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yang mempunyai
implikasi strategi yang berbeda-beda yang diilustrasikan pada gambar 2.8 divisi
yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan
membangun (growth and build). Strategi inensif (penetrasi pasar, pengembangan
pasar, dan pengembangan produk) atau integrative (integrasi ke belakang, intergrasi
ke depan, dan integrasi horizontal) bisa menjadi yang paling tepat bagi divisi-divisi
ini.
• Divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat ditangani dengan baik
melalui strategi menjaga dan mempertahankan (hold and maintain); penetrasi
pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang paling banyak
digunakan dalam jenis divisi ini.
• Divisi yang masuk dalam sel VI, VII, atau IX adalah panen atau
divestasi (harvest or divest). Organisasi yang berhasil mampu
mencapai portfolio bisnis yang masuk atau berada di seputar sel I dalam
matriks IE.
4. Matriks Strategi Besar
Menurut David, terjemahan Sunardi (2010 :347-348), pada matriks
strategi besar semua organisasi dapat diposisikan di salah satu dari empat
kuadran sebagaimana diilustrasikan pada gambar 2.9. Matriks ini didasarkan pada
29
dua dimensi evaluative: posisi kompetitif dan pertumbuhan pasar. Dimana empat
kuadran memiliki posisi strategi yang berbeda-beda :
• Kuadran I
Perusahaan yang berada pada kuadran I memiliki posisi strategis yang
sempurna. Untuk perusahaan-perusahaan tersebut, konsentrasi pada pasar
(penetrasi pasar dan pengembangan pasar) dan produk (pengembangan
produk) yang ada saat ini.
• Kuadran II
Perusahaan yang berada pada posisi II perlu secara serius mengevaluasi
pendekatan mereka terhadap pasar. Walaupun industry mereka tengah
tumbuh, mereka tidak mampu bersaing secara efektif. Strategi intensif
biasanya menjadi pilihan pertama untuk dipertimbangkan. Jika perusahaan
kurang memiliki kompetensi khusus maka sebagai pilihannya adalah
divestasi.
• Kuadaran III
Perusahaan pada posisi ini bersaing di industri yang pertumbuhannya
lambat serta memiliki kompetitif lemah. Berbagai perusahaan ini
harus segera membuat perubahan drastis untuk menghindari penurunan
yang lebih jauh.
• Kuadran IV
Pada posisi ini, bisnis memiliki kompetitif kuat namun berada di dalam
industri yang pertumbuhannya lambat. Perusahaan pada posisi ini
mempunyai kekuatan untuk mengadakan program diversifikasi ke
bidang-bidang pertumbuhan baru yang lebih menjanjikan.
.
30
Gambar 2.9 Matriks Strategi Besar
(Sumber : David, terjemahan Sunardi,2010 :348)
2.4 7C Framework
Menurut Rayport & Jaworski (2003: 150), mengidentifikasi 7C dalam desain
website yang efektif antara lain Context, Content, Community, Customization,
Communication, Connection, dan Commerce. Banyak dari "C" diterjemahkan sangat
baik untuk e-CRM dan teori pembangunan hubungan. Oleh karena itu, penelitian ini
berfokus pada bagaimana mengidentifikasi fitur-fitur yang dibutuhkan oleh anggota
dari Forum Manajemen Indonesia.
1. Konteks (Context)
Menurut Rayport & Jaworski (2003: 150) berdasarkan klasifikasi, context dapat
dibagi menjadi :
a. Aesthetically Dominant
Situs dominan estetika tinggi dalam estetika (aesthetics), tetapi rendah dalam
fungsi (function).
b. Functionality Dominant
Situs dominan fungsional mengasumsikan bahwa user lebih care tentang
informasi dari pada elemen visual.
31
c. Integrated
Integrated berlaku untuk situs-situs yang menyeimbangkan antara estetika dan
fungsi, menciptakan interface yang menarik dan mudah digunakan.
2. Konten (Content)
Menurut Rayport & Jaworski (2003: 150) konten mengacu pada apa yang
disajikan meliputi teks, video, audio, dan grafik. Fitur konten terdiri dari:
a. Offering Mix
Offering mix mengacu pada bobot diberikan untuk setiap jenis konten yang
meliputi produk, informasi dan jasa.
b. Appeal Mix
Appeal mix mengacu pada pesan promosi perusahaan.
c. Multimedia Mix
Multimedia mix menggabungkan teks, audio, gambar, video dan grafis.
d. Timeless Mix
Time les mix adalah seberapa up-to-date informasi yang ditampilkan
karena mempunyai tingkat sensitifitas terhadap waktu
Berdasarkan klasifikasi, konten dapat dibagi menjadi :
a. Product Dominant
Toko online atau situs website yang tujuan utamanya adalah menjual
barang fisik, dianggap situs dominan produk.
b. Information Dominant
Situs yang memiliki dominan informasi seperti situs majalah dan koran.
c. Service Dominant
Situs yang memiliki dominan layanan yang memberikan layanan bagi
pengguna dengan biaya tertentu.
32
3. Komunitas (Community)
Menurut Rayport & Jaworski (2003: 150), komunitas adalah interaksi antara
pengguna situs. Hal ini dapat terjadi melalui interaksi one-to one (seperti e-mail) atau
di antara banyak pengguna (chat room). Komunikasi menciptakan rasa keanggotaan
melalui keterlibatan atau kepentingan umum bersama.Berdasarkan klasifikasi,
komunitas dapat dibagi menjadi :
a. Nonexistent
Situs yang tidak memiliki komunitas sehingga tidak ada cara bagi pengguna
untuk berinteraksi dengan satu sama lain, baik secara one-to-one ataupun
secara one-to many.
b. Limited
Situs yang menawarkan fitur seperti membaca dan posting informasi, cerita,
atau pendapat bagi komunitas terbatas situs tersebut. Fitur yang ditawarkan
umumnya non-interactive.
c. Strong
Situs dengan komunitas yang kuat menawarkan fungsi komunitas yang
interaktif seperti chat room dan message boards.
4. Kustomisasi (Customization)
Menurut Rayport & Jaworski (2003: 150), kustomisasi adalah kemampuan
situs untuk menyajikan konten yang sesuai untuk setiap pengguna. Berdasarkan
klasifikasi, fitur kostumisasi dapat dibagi menjadi :
a. Generic
Generic menyajikan konten yang sama ke setiap pengguna. Pada
umumnya adalah dominan informasi, seperti situs surat kabar.
b. Moderately Customized
33
Moderately customized mengacu pada kustomisasi pengguna dengan
memanfaatkan penyimpanan informasi dengan cookie dan "remember" yang
berguna untuk kunjungan berikutnya.
c. Highly Customized
Highly customized mengacu pada melakukan upaya yang ekstrim untuk
memberikan setiap pengguna pengalaman individual yang memungkinkan
pengguna untuk memilih tampilan dan konten sendiri.
5. Komunikasi (Communication)
Menurut Rayport & Jaworski (2003: 150), komunikasi mengacu pada dialog
antara organisasi dan pengguna. Hal ini dapat berupa komunikasi site-to-user
(seperti notifikasi e-mail), komunikasi users-to-site (seperti permintaan layanan
anggota), atau komunikasi dua arah (instant messaging). Fitur dalam communication
dapat berupa :
a. Broadcast
Komunikasi broadcast adalah komunikasi satu arah yang dikirim dari
organisasi ke pengguna, tanpa mekanisme respon pengguna.
b. Interactive
Komunikasi interaktif adalah komunikasi dua arah antara organisasi dan
pengguna.
c. Hybrid
Hybrid adalah situs komunikasi yang mendukung bentuk komunikasi
broadcast dan interactive.
6. Koneksi (Connection)
Menurut Rayport & Jaworski (2003: 150), koneksi mengacu pada sejauh
mana link situs ke situs lain. Hal ini sering terjadi melalui hyperlink yang tertanam
dalam sebuah halaman web, biasanya disajikan kepada pengguna dengan garis bawah
atau highlight, gambar, atau grafis. Ketika pengguna mengklik pada link, itu memulai
pengiriman segera dari teks, grafis, atau suara. Empat jenis koneksi yang ada:
34
a. Outside Links
Outside links adalah link yang memindahkan pengguna dari situs asli ke
situs lainnya.
b. Frame Links
Frame link mirip dengan Outside link, frame link membuka situs baru dalam
frame dari situs asli.
c. Pop-Up Windows
Pop-Up Windows membuka halaman situs baru di browser lain sementara
situs asli berada di belakang (background).
d. Outsourced Content
Outsourced content mengacu pada konten yang berasal dari pemasok luar.
Konten ini biasanya ditampilkan dengan jelas, biasanya dengan link ke situs
pemasok, namun pengguna tidak perlu meninggalkan situs asli utnuk melihat
konten.
7. Perdagangan (Commerce)
Menurut Rayport & Jaworski dalam jurnal (2003: 150), commerce adalah
kemampuan situs untuk melakukan transaksi keuangan. Seperti yang diharapkan,
fitur commerce yang paling penting untuk situs-situs dominan produk, yang
bertujuan utnuk menjual produk, tetapi juga sering ditemukan di situs dominan
informasi dan dominan layanan.
Berdasarkan klasifikasi, fitur commerce dapat dibagi menjadi :
a. Low
Situs dengan klasifikasi low, memiliki sedikit bahkan tidak memiliki fitur
fungsional e-commerce yang telah disebutkan sebelumnya. Biasanya dimiliki
oleh bisnis kecil atau web tersebut memiliki bagian yang kecil dalam persentase
penjualan mereka.
35
b. Medium
Situs yang memiliki beberapa fungsi e-commerce, tapi digunakan sebagai
pendukung. Situs dengan tujuan utama menjual produk dapat dimasukkan
kedalam klasifikasi ini.
c. High
Situs yang telah memiliki hampir atau semua fitur e-commerce, biasanya
dimiliki oleh perusahaan online besar dengan volume penjualan yang tinggi.
Menurut Rayport & Jaworski (2003: 183-185) berdasarkan elemen-elemen
7C framework yang telah dijabarkan pada bagian sebelumnya, maka dapat dibua
pemetaan 7C framework yang biasanya digunakan untuk menganalisis suatu model
bisnis yang akan diterjemahkan dalam perancangan sebuah situs yang konkret.
Tabel 2.8 Pemetaan 7C Framework
Context Asthetically
dominant
Functionally
dominant
Integrated
Content Product dominant Information
dominant-timeless
mix
Service dominant
Community Nonexistent Limited Strong
Customization Generic interactive Highly customized
Communication Broadcast Moderately
customized
Hybrid
Connection Outside Link Framelink Pop-up window
Commerce Low Medium High
36
2.5 Analisis Konjoin
Menurut Singgih Santoso (2014 : 285), pada dasarnya tujuan analisis konjoin
adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi seseorang terhadap suatu objek yang
terdiri atas satu atau banyak bagian. Hasil utama analisis konjoin adalah suatu bentuk
(desain) produk barang atau jasa, atau objek tertentu yang diinginkan oleh sebagian
besar responden.
Menurut Singgih Santoso (2014 : 287) analisis konjoin termasuk dalam
Multivariate Dependance Method dengan model :
Y1 = X1 + X2 + ... + Xn
Metrik / Non Metrik Non Metrik
Keterangan :
• Variabel independen (X1 dan seterusnya) adalah faktor, yang berupa data
non-metrik (ype mobil, Desain mobil, dan sebagainya). Termasuk disini adalah
bagian dari Faktor (Level).
• Variabel Dependen (Y1) adalah pendapat keseluruhan (overall preference)
dari seorang responden terhadap sekian faktor dan level dari sebuah produk. Variabel
dependen ini juga mencakup tingkat kepentingan faktor dari seorang responden
terhadap atribut – atribut produk.
2.5.1 Proses dasar analisis konjoin
Menurut Singgih Santoso (2014 : 286) pada dasarnya proses analisis konjoin
terdiri dari :
1. Menentukan FAKTOR (atribut spesifik) kemudian LEVEL (bagian-bagian
dari faktor) dari sebuah objek. Contoh : objek yang akan diteliti yaitu
kemeja.
- faktor � warna, motif
- level � warna : merah , biru , kuning
37
motif : kotak-kotak, polkadot
2. Mendesain stimuli dengan SPSS, melalui kombinasi faktor dan level.
3. Mengumpulkan pendapat responden terhadap stimuli yang ada.
4. Melakukan proses konjoin, untuk memperkirakan (prediksi) bentuk produk
yang diinginkan responden.
5. Menentukan Predictive Accuracy, dari hasil konjoin diatas, yaitu proses
pengujian konjoin dengan sejumlah sample untuk mengetahui apakah
prediksi yang dilakukan memiliki keepatan yang tinggi.
2.5.2 Langkah –langkah dalam Melakukan Analisis Konjoin
Menurut Singgih Santoso (2014:288-305), ada beberapa langkah yang harus
dilakukan dalam penghitungan konjoin melalui SPSS yaitu :
1. Membuat kombinasi produk (stimuli)
Kombinasi didasarkan pada atribut produk yang sudah didefinisikan, dengan
melakukan perkalian setiap sub-atribut yang ada. Seperti contoh terdapat tiga atribut
(bentuk, warna, manfaat) dan 6 sub-atribut (dua untuk bentu, dua untuk warna, dan
dua untuk manfaat), maka kemungkinan kombinasinya adalah :
2x2x2 = 8 stimuli
Demikian seterusnya dengan item produk yang tentu berbeda satu dengan
yang lain, entah atribut bentuk, warna, ataupun manfaat. Tentu saja jika atribut atau
sub atribut yang diteliti cukup banyak, maka membuat kombinasi seperti diatas tentu
tidak mudah. Misal ada 4 atribut dengan subatribut adalah 3,2,3,dan 2. Maka stimuli
yang mungkin muncul adalah :
3x2x3x2 = 36 stimuli
Proses untuk membuat kombinasi produk merupakan proses yang disebut
SYNTAX1, dimana langkah yang dilakukan adalah dengan memasukan syntax
orthoplan, kemudian faktor- faktor yang akan dibuat menjadi kombinasi produk.
38
Hasil dari SYNTAX1. harus disimpan untuk dapat dipanggil kembali pada
pengerjaan SYNTAX2. Syntax1 harus sukses dan menghasilkan kombinasi card.
2. Mengisi skala angka (pendapat responden)
Jika terdapat 8 stimuli, maka setiap responden akan mengisi setiap stimuli
tersebut dengan angka 1 hingga 8. Dengan angka 1 stimuli produk yang paling tidak
disukai, sampai angak 8 stimuli produk yang paling di sukai, begitu juga sebaliknya.
3. Membuat stimulasi dengan SPSS
Langkah pembuatan stimuli tidak dilakukan lewat menu atau kotak dialog,
namun lewat penulisan dan sksekusi di SYNTAX Editor. Dan berbeda dengan kasus
lainnya, pada konjoin analisis tidak ada data yang ditulis terlebih dahulu di data
editor, sehingga proses langsung dilakukan lewat syntax. Proses ini disebut juga
sebagai SYNTAX2. Dalam Pengerjaan SYNTAX dua langkah yang dilakukan adalah
memasukan syntax selanjutnya dari hasil pengisian skala pendapat responden.
4. Membuat konjoin dengan SPSS
Sama dengan pembuatan stimulasi, proses konjoin tidak dilakukan lewat
menu atau kotak dialog, namun melewati SYNTAX EDITOR. Pada proses ini konjoin
ini akan dipanggil kembali orthoplan yang dibuat sebelumnya (syntax1), apabila data
syntaxt1 tidak berhasil menghasilkan kombinasi card, maka hasil konjoin tidak dapat
ditampilkan.
2.6 Segmentasi
Menurut Phillip Kotler & Amstrong (2010 : 215) segmentasi pasar adalah
segmentasi pasar adalah divisi dalam pasar menjadi grup-grup yang dapat di
kelompokan berdasarkan kebutuhan, karakteristik, perilaku dan siapa yang dapat
memenuhi sebagian produk atau marketing mix.
Menurut Phillip Kotler & Amstrong (2010: 216 ) Segmentasi pasar adalah
sebuah grup konsumen yang memiliki tanggapan yang sama terhadap prekembangan
39
marketing. Segmentasi pasar merupakan proses yang dugunakan perusahaan untuk
menyelekasi berbagai macam tipe pasar menjadi bagian kecil sehingga lebih efisien
dan efektif dan disesuaikan dengan produk dan service yang diinginkan.
Menurut Phillip Kotler & Amstrong (2010: 220) terdapat beberapa
segmentasi yaitu :
• Segmentasi geografi memisahkan pasar berdasarkan geografis, seperti negara,
bagian, provinsi, maupun kota.
• Segmentasi demografi memisahkan pasar menjadi group berdasarkan
variabel seperti umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, agama, dll.
• Segmentasi psikografi memisahakn pasar menjadi beberapa grup berdasarkan
kelas sosial, lifestyle, dan perlakuan personalisasi.
• Segmentasi behavioral memisahkan pasar menjadi grup berdasarkan
pengetahuan, etika, penggunaan, respon, status kegunaan, status loyalitas.
2.7 Analisis Cluster
Menurut Ali baroroh (2013 :117), analisis cluster merupakan suatu analisis
statistik yang berfungsi untuk mengelompokan data-data/objek yang memiliki
kesamaan karakteristik diantara data-data tersebut.
Sama halnya menurut Singgih Santoso (2014: 125), pada dasarnya analisis
cluster akan menghasilkan sejumlah kluster (kelompok). Analisis ini diawali dengan
pemahaman bahwa sejumlah data sebenarnya memiliki kemiripan diantara
anggotanya, karena itu memungkinkan untuk mengelompokan anggota yang ‘mirip’
atau mempunyai karakteristik yang serupa tersebut dalam satu atau lebih dari satu
kluster. Cara kerja dan tujuan analisis cluster adalah mengelompokan objek-objek
berdasarkan kesamaan karakteristik di antara objek tersebut.
Menurut Singgih Santoso (2014: 125). Ciri sebuah cluster yang baik adalah :
• Homogenitas (kesamaan) yang tinggi antar anggota dalam satu cluster.
Sebagai contoh : cluster konsumen rumah yang peduli lingkungan terntu
terdiri dari orang-orang yang mengutamakan kebersihan dan kenyamanan
lingkunganrumahnya, lain halnya dengan mereka yang mengutamakan harga
40
rumah murah tentu tidak dapat digabungkan sebagai ‘anggota’ cluster
tersebut.
• Heterogenitas (perbedaan) yang tinggi antara cluster yang satu dengan cluster
yang lainnya. Dalam contoh diatas, cluser konsumen rumah yang peduli
lingkungan tentu memiliki pendapat yang jelas berbeda dengan anggota
cluster konsumen yang mementingkan harga murah.
Menurut Ali Baroroh (2013:117), tujuan dilakukannya analisis cluster pada
bidang pemasaran yaitu :
• Membuat segmen pasar
• Memahami perilaku pembeli
• Mengenali peluang baru produk
• Memilih uji pasar
• Mereduksi data/objek
2.7.1 Proses Dasar Analisis Cluster
Menurut Singgih Santoso (2014: 125), proses dasar cluster analisis :
1. Menerapkan ukuran jarak antar-data.
Ada 3 metode yang digunakan yaitu :
• mengukur korelasi antara sepasang objek pada beberapa
variabel.
• mengukur jarak antara dua objek
• mengukur asosiasi antar objek
2. Melakukan proses standarisasi data jika diperlukan
Setelah mengukur jarak, yang juga perlu diperhaikan adalah apakah
satuan data mempunyai perbedaan yang besar. Jika data memiliki perbedaan
besar maka harus di standarisasi dengan mengubah data yang ada ke z-score.
41
3. Melakukan proses clustering
Pengelompoan data dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode
yaitu:
a Hirarchical Method.
Metode ini memulai pengelompokan dengan dua atau lebih objek yang
memiliki kesamaan paling dekat. Kemudian proses diteruskan ke objek lain
yang memiliki kedekatan kedua, hingga seterusnya. Secara logika semua
objek akhirnya akan membentuk sebuah cluster. Dendogram biasanya
digunakan untuk membantu memperjelas proses hirarki tersebut.
b Non-Hirarchial Method.
Berbeda dengan metode hirarki, metode ini justru dimulai dengan
menentukan terlebih dahulu cluster yang diinginkan. Setelah jumlah cluster
diketahui, baru proses kluster ranpa mengikuti proses hirarki. Metode ini
biasa disebur K-means Cluster.
4. Melakukan penanaman cluster-cluster yang terbentuk
Setelah sejumlah kluster terbentu, baik dengan metode hirarchial
maupun non-hirarchial. Langkah selanjutnya adalah melakukan interpretasi
terhadap cluster yang terbentuk, yang pada intinya membeti nama spesifik
untuk menggambarkan isi kluster.
5. Melakukan validasi dan profiling kluster.
Kluster yang terbentuk kemudian diuji apakah hasil tersebut valid.
Kemudian dilakukan proses profiling untuk menjelaskan karakteristik setiap
cluster berdasarkan profil tertentu.
2.7.2 Analisis Cluster Non Hierarki ( K-Means Clustering)
Menurut Ali Baroroh (2013:118) analisis kluster dengan metode non hirarki
merupakan merode kluster yang menentukan jumlah kluster secara manual.
42
a. Tahapan Analisis Cluster : K-Means Cluster
Menurut Singgih Santoso (2010 : 133 ) ada beberapa tahapan penghitungan
analisis cluster, yaitu :
1. Menilai perlu tidaknya melakukan transformasi data.
Maksud dari tahapan ini adalah data harus distandarisasi kedalam Z-score
sehingga tidak akan mendapatkan nilai jarak yang terlampau jauh. Langkah
yang dilakukan adalah :
• Membuat variabel data kemudian dianalisis secara deskriptif
statistik. Dimana hasil yang akan didapatkan yaitu berupa Zvariabel.
• Pada SPSS langkah yang harus dilakukan adalah :
- buat variabel yang ada, dari hasil kuisioner yang telah disebar.
- masuk kedalam spss, pilih menu analyze � descriptive statistic �
descriptive.
- hasil yang akan di dapat yaitu output berupa Zscore atau Zvariabel.
2. Analisis Cluster
Setelah dilakukan standarisasi, proses dilakukan dengan pembentukan
kluster, yakni dengan metode non-hierarchial cluster atau K-Means Cluster.
Langkah yang harus dilakukan adalah :
• Buka file Z variabel-nya
• Pilih menu analyze� classify � K-Means Cluster
• Kemudian masukan variabel yang telah di Zvariabel-kan kedalam
kolom “variabels” . Lalu masukan variabel persamaan dari variabel
yang akan di-cluster-kan masukan kedalam kolom “label Case By” .
• Masukan banyaknya kluster yang akan dibuat.
• Lalu pilih menu save, kemudian centang kedua pilihan yang ada pada
menu save.
• Lalu pilih menu option, dan lakukan pilihan pada statistic yaitu
“ initial cluster center”.
43
• Lalu tekan CONTINUE, maka akan muncul tampilan tabel initial
cluster , proses iterasi , dan final cluster centers.
• Untuk mengetahui jumlah anggota tiap cluster, maka dapat melihat
tabel “number of cases in each cluster”.
3. Analisis
Setelah dilakukan penghitungan maka output ( hasil ) akan dianalisis, proses
penganalisisan yaitu hanya dengan membaca tabel final cluster centers, perbedaan
dapat ditelusuri melalui tanda + dan – yang terdapat pada tabel. Tanda + dapat
diartikan cenderung lebih suka , dan tanda – dapat diartikan cenderung tidak suka.
Setelah itu dapat dinamakan cluster yang terbentuk sesuai keinginan.
2.8 Analisa Perancangan Sistem Informasi
Menurut Satzinger, Jackson & Burd (2010 :4), analisis sistem adalah suatu
proses untuk memahami dan mengerti sistem informasi secara detail utnuk
merekomendasikan sistem informasi bagaimana selanjutnya.
Menurut Satzinger, Jackson & Burd (2010: 4), perancangan sistem adalah
gamabran umum kepada user mengenai sistem yang baru dengan mengkonfigurasi
komponen-komponen sistem informasi.
2.8.1 Sistem Informasi
Menurut James A. O’Brien & George Marakas (2010 : 26), sistem adalah
sekelompok komponen yang saling bekerja sama menuju tujuan bersama dengan
menerima input dan output dalam suatu proses transformasi yang terorganisir.
Sedangkan informasi adalah data yang telah diubah menjadi sesuatu yang berarti dan
pernyataan berguna bagi pengguna akhir.
Menurut James A. O’Brien, George Marakas (2010: 31-34), ada 5 komponen
sistem informasi :
44
1. People Resource
Keberhasilan dari pengoperasian sebuah sistem informasi haruslah di
dasari pada unsur sumber daya manusia yang merancangnya maupun yang
akan menggunakan sistem tersebut.
2. Hardware Resources
Perangkat keras merupakan komponen inti dari sistem informasi,
karena sistem informasi akan diimplementasikan didalam perangkat keras,
sehingga end user akan dipermudah.
3. Software Resource
Perangkat lunak juga merupakan komponen dari sebuah sistem
informasi , karena dengan adanya software aplikasi maka akan membantu
pengguna untuk menngunakan sistem informasi.
4. Data Resources
Data merupakan komponen dari sistem informasi , dengan adanya
data yang lengkap dan dan dikelola secara efektif akan sangat membantu
untuk end user.
5. Network Resoures
Jaringan seperti internet maupun intranet menjadi komponen penting
agar sebuah sistem informasi yang dijalankan dapat berkembang cepat dan
memudahkan sebuah perusahaan maupun organisasi yang menerapkan
sistem informasi dapat lebih berkembang.
2.8.2 OOAD (Object Oriented Analysis and Design)
Menurut Satzinger, Jackson & Burd (2010 : 60), Object-Oriented Analysis
(OOA) mendefinisikan semua jenis objek yang melakukan pekerjaan dalam suatu
sistem dan menunjukkan interaksi dari pengguna yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas.
Menurut Satzinger, Jackson & Burd (2010 : 60), Object-Oriented Design
(OOD), mendefinisikan semua jenis objek dari objek yang diperlukan untuk dpat
berkomunikasi dengan orang dan perangkat yang ada didalam sistem,
45
menggambarkan bagaimana objek dapat menyelesaikan tugas dan menyesuaikan dan
menyempurnakan masing-masing jenis objek sehingga dapat diimplementasikan
dengan bahasa tertentu atau lingkungan.
2.8.3 Pengembangan Sistem
Menurut Satzinger, Jakson, & Burd (2010 : 53) terdapat dua pendekatan
umum dalam pengembangan sistem yang menjadi dasar dalam semua metodologi,
yaitu pendekatan tradisional (traditional approach) dan pendekatan berbasiskan
objek (object oriented approach).
1. Pendekatan Tradisional
Pengembangan sistem yang menggunakan teknik analisis terstruktur, desain
terstruktur, dan pemrograman terstruktur. Program terstruktur adalah program atau
modul program yang memiliki satu awal dan satu akhir, dan setiap langkah dalam
pelaksanaan program yang terdiri dari urutan, keputusan, atau konstruksi
pengulangan. Desain terstruktur adalah teknik menyediakan pedoman untuk
memutuskan serangkaian program, apa yang masing-masing program harus capai,
dan bagaimana program harus disusun dalam sebuah hirarki. Analisis terstruktur
adalah teknik yang digunakan untuk mendefinisikan sistem pengolahan apa yang
harus dilakukan, data apa yang dibutuhkan untuk menyimpan dan menggunakan, dan
input dan output apa yang dibutuhkan.
2. Pendekatan Object Oriented
Pendekatan untuk pengembangan sistem yang memandang sistem informasi
sebagai koleksi objek-objek yang berinteraksi dan bekerja sama untuk menyelesaikan
tugas-tugas. Sistem ini terdiri dari objek-objek. Objek adalah sesuatu dalam sistem
komputer yang mampu menanggapi pesan.
Menurut Satzinger, Jackson & Burd (2010 : 205), perbedaan utama antara
pendekatan tradisional dan pendekatan berorientasi objek adalah pendekatan
tradisional memandang sistem sebagai sekumpulan proses, beberapa dilakukan oleh
46
orang dan beberapa dilakukan oleh komputer. Sedangkan pada pendekatan
berorientasi objek memandang sistem sebagai sekumpulan objek yang berinteraksi.
2.8.4 Unified Modeling Language (UML)
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005: 48), Unified Modeling Language
(UML) adalah serangkaian standar konstruksi model dan notasi yang dikembangkan
secara khusus untuk pengembangan object-oriented.
1. Activity Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2010 :141) , activity diagram adalah
jenis diagram alur kerja yang menggambarkan kegiatan pengguna dan aliran
sekuensial mereka.
Gambar 2.10 Activity Diagram
( Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2010 :142)
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2010 :141), dalam activity diagram
terdapat beberapa simbol yang digunakan, yaitu :
a. Synchronization bar
47
Merupakan notasi yang digunakan untuk mengontrol pemisahan atau
panyatuan dari jalur yang berurutan.
b. Swimlane
Merupakan suatu daerah persegi dalam activity diagram yang mewakili
aktifitas-aktifitas yang diselesaikan oleh agen tunggal.
c. Starting activity (pseudo)
Merupakan notasi yang menandakan dimulainya sebuah aktifitas.
d. Transition arrow
Merupakan garis penunjuk arah yang menggambarkan transisi dari suatu
aktifitas dan arah dari suatu aktifitas.
e. Activity
Merupakan notasi yang menggambarkan suatu aktifitas
f. Ending activity (pseudo)
Merupakan notasi yang mendakan berakhirnya suatu aktifitas.
1. Usecase Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2010 : 242), use case diagram
merupakan sebuah diagram yang menunjukkan bermacam-macam peran pengguna
dan cara mereka berinteraksi dengan sistem.
48
Gambar 2.11 Usecase diagram
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2010 : 243)
Menurut Satzinger, Jackson & Burd (2010 : 243), langkah pengembangan
usecase:
a. Mengidentifikasi aktor-aktor dari sistem.
Aktor adalah peran yang dimainkan oleh pengguna. Harus mengidentifikasi
peran spesifik pengguna, orang yang sama dapat memainkan berbagai peran karena
ia menggunakan sistem. Hal ini penting untuk mengidentifikasi setiap kemungkinan
peran dalam menggunakan sistem.
b. Mengembangkan daftar tujuan peran
Setelah peran aktor telah diidentifikasi, langkah berikutnya adalah untuk
mengembangkan daftar tujuan peran-peran yang ada dalam penggunaan sistem
otomatis. Tujuan adalah tugas yang dilakukan oleh seorang aktor untuk mencapai
beberapa fungsi bisnis yang memberikan nilai tambah dalam bisnis. Tujuan adalah
tugas-tugas seperti "proses penjualan," "menerima retur," atau "mengirimkan order".
Pada penyelesaian tujuan, data dari sistem harus stabil untuk beberapa waktu.
2. Use Case Description
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2010 : 171), use case description
adalah penjelasan yang lebih detil mengenai proses dari sebuah use case.
49
Gambar 2.12 Usecase description
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2012: 124)
a. Fully Developed Description
Fully developed description adalah metode yang paling formal yang dapat
digunakan untuk mendokumentasikan use case.
3. Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2010 : 60), class diagram adalah model
grafis yang digunakan dalam pendekatan object-oriented untuk menunjukkan kelas
objek dalam sistem.
Menurut Satzinger, Jackson & Burd (2010 : 60) ada 3 tahapan dalam class
diagram :
50
a. Domain Class Diagram
Gambar 2.13 Domain Model Class Diagram
(Sumber : Satzinger, Jackson & Burd, 2012: 130)
Dalam domian class memiliki 2 bagian. Bagian atas berisi nama class, dan
bagian bawah berisi atribut dari kelas. Nama Class selalu dimulai dengan huruf
kapital, dan nama atribut selalu diawali dengan huruf kecil.
b. First Cut Design Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2010: 413) , first-cut design class
diagram adalah pengembangan dari domain class diagram yang membutuhkan 2
tahap, yaitu :
1. Menetukan tipe data dari atribut kelas dan informasi initial value.
2. Menambahkan panah navigation visibility. Navigasi visibilitas adalah prinsip
desain di mana satu objek memiliki referensi ke obyek lain dan dengan demikian
dapat berinteraksi dengan objek.
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2010: 413) ada beberapa panduan
umum untuk menentukan panah navigation visibility :
1. One-to-many relationships
Hubungan superior/subordinate biasanya arah panahnya dari superior ke
subordinate.
2. Mandatory relationships
Merupakan objek dalam satu kelas tidak dapat eksis tanpa objek dari kelas
lain, arah panahnya dari class independen ke class dependen.
51
3. Ketika sebuah objek membutuhkan informasi dari objek lain, panah navigasi
diperlukan, baik untuk menunjuk objek itu sendiri atau induknya dalam suatu
hirarki.
4. Panah Navigation mungkin juga dua arah.
4. Sequence Diagram
Menurut Satzinger Jackson & Burd (2010 : 242-454), ada 3 tahapan dalam
sequence diagram :
a. System Sequence Diagram (SSD)
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2010: 242) SSD adalah diagram yang
menunjukkan urutan pesan antara aktor eksternal dan sistem selama use case atau
skenario.
Gambar 2.14 System Sequence Diagram (SSD)
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2010 : 253)
b. First Cut Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005 : 316) membangun first cut
sequence diagram dengan elemen-elemen dari System Sequence Diagram (SSD).
Mengganti object system dengan use case controller. Kemudian menambahkan objek
lain yang diperlukan use case. Langkah selanjutnya adalah menentukan message,
52
termasuk objek yang harus menjadi sumber dan tujuan dari setiap message untuk
mengumpulkan semua informasi yang diperlukan
Gambar 2.15 First Cut Sequence Diagram
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2010 : 439)
c. Three Layer Design Sequence Diagram
Three layer design sequence diagram merupakan gambaran lengkap dari
sequence diagram dan juga pengembangan dari first cust sequence diagram dengan
menambahkan layer-layer berikut ;
• View layer
View Layer melibatkan interaksi manusia-komputer dan membutuhkan
merancang user interface untuk setiap use case. Desain user interface adalah
salah satu aktifitas utama dari disiplin desain united process.
• Data Access Layer
Prinsip pemisahan tanggung jawab juga berlaku untuk data access layer.
Desain multi layer penting untuk mendukung jaringan multitier di mana
database pada satu server, logika bisnis pada server lain, dan user interface pada
beberapa klien desktop. Cara baru merancang sistem yang tidak hanya menciptakan
sistem yang lebih kuat, tetapi juga sistem yang lebih fleksibel.
53
Gambar 2.16 Three Layer Design Sequence Diagram
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2010 : 454)
5. User Interface
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2010 : 531), user interface merupakan
bagian sistem informasi yang membutuhkan interaksi user untuk menghasilkan input
dan output. Input terjadi ketika user mencatat transaksi dengan menggunakan sistem,
dan output berupa infromasi yang dihasilkan setelah user melakukan query.
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2010 : 531) delapan aturan emas untuk
merancang interface yang interaktif :
a Konsistensi
b Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut
c Feedback yang informative
d Desain dialog untuk penutupan
e Menawarkan Error Handling yang mudah
f Mengizinkan pengguna untuk membatalkan tindakan
g Dukungan Locus Control internal
h Mengurangi beban memori jangka pendek
54
6. ERD ( Entity Relationship Diagram )
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012 : 98), Entity Relationship
Diagram (ERD) merupakan sebuah pendekatan tradisional.
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012 : 98) berikut ini
merupakan gambar ERD dengan atribut yang dimilikinya dan hubungan antar
ERD.
Gambar 2.17 Entity Relationship Diagram (ERD)
(Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd, 2012 : 98)
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012 : 98), penjelasan untuk
gambar ERD diatas adalah:
• PK merupakan penanda bahwa atribut tersebut adalah atribut primary
key, dan untuk atribut yang datanya akan diambil maka disebut atribut
FK ( foreign key) .
• Hubungan antar diagram dilambangkan dengan
| : merupakan hubungan 1..1
O< : menjelaskan adanya hubungan 0..*
|< : menjelaskan adanya hubungan 1..*
55
7 . Arsitektur Jaringan
Gambar 2.19 Desain Arsitektur jaringan
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2012 : 98)
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012 : 98), dalam pengimplementasian
aplikasi via website memiliki beberapa keuntungan diantaranya :
• Pengaksesan, web-base applikasi menjadi mudah diakses untuk banyak
potensial user.
• Low–cost communication, koneksi ke internet dapat di beli dari berbagai
private internet service provider, sehingga harganya lebih murah.
• Widely implemented standard- seperti standart web biasanya, dapat membuat
website.
56
2.9 Kerangka Pemikiran
Wawancara
Analisis Masalah
Strategi
Preferensi anggota
segmentasi
Efe-ife
Conjoin analisis
Analisis cluster
Pengusulan perancangan sistem Fase e-CRM
Perancangan sistem OOAD
Gambar 2.20 Kerangka Pemikiran