pemikiran dan kontribusi david. a king terhadap astronomi...

22
1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi Islam Adi Suyudi Pascasarjana UIN Walisongo Semarang Abstrak David. A King merupakan seorang orientalis yang lahir di Inggris pada tahun 1941. Memiliki latar belakang pendidikan Matematika membuat langkah King menjadi ahli sejarah astronomi Islam yang memiliki kompetensi yang luar biasa. Diawali pada tahun 1972 ketika dia meneliti tentang karya astronomi Ibnu Yunus untuk disertasinya, setelah itu King diberikan jabatan untuk meneliti sejarah astronomi Islam di daratan Timur Tengah. Semenjak itu sampai saat ini, terhitung lebih dari empat dekade, King mewakafkan dirinya sebagai seorang ahli sejarah astronomi Islam yang memiliki ratusan karya tulisan yang menjadi sumber rujukan utama dalam pengkajian astronomi Islam. Adapun karya-karyanya yang sangat populer yaitu, Islamic Mathematical Astronomy (1986-1993), Islamic Astronomical Instruments (1987-1995), Astronomy in the Service of Islam (1993), Islamic Astronomy and Geography (2012), Astrolabes from Medieval Europe (2011). Selain daripada itu karya-karya King tentang berbagai aspek astronomi Islam tidak kalah pentingnya dan semua dapat kita baca dan mengunggah karya tersebut secara gratis dalam websitenya davidaking.academia.edu. Pada makalah ini penulis hanya membahas sedikit dari sekian banyak karya David. A King, antara lain pembahasan mengenai folk astronomi, mathematical astronomi, regulasi kalender kamariah, regulasi waktu salat lima waktu, regulasi arah kiblat, pendapat King tentang mizwala serta tabel astronomi. Keyword: David. A King, Folk astronomi, matematikal astronomi, mizwala, zij

Upload: others

Post on 31-Aug-2019

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

1

Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi

Islam

Adi Suyudi

Pascasarjana UIN Walisongo Semarang

Abstrak

David. A King merupakan seorang orientalis yang lahir di Inggris pada

tahun 1941. Memiliki latar belakang pendidikan Matematika membuat

langkah King menjadi ahli sejarah astronomi Islam yang memiliki

kompetensi yang luar biasa. Diawali pada tahun 1972 ketika dia

meneliti tentang karya astronomi Ibnu Yunus untuk disertasinya, setelah

itu King diberikan jabatan untuk meneliti sejarah astronomi Islam di

daratan Timur Tengah. Semenjak itu sampai saat ini, terhitung lebih

dari empat dekade, King mewakafkan dirinya sebagai seorang ahli

sejarah astronomi Islam yang memiliki ratusan karya tulisan yang

menjadi sumber rujukan utama dalam pengkajian astronomi Islam.

Adapun karya-karyanya yang sangat populer yaitu, Islamic

Mathematical Astronomy (1986-1993), Islamic Astronomical

Instruments (1987-1995), Astronomy in the Service of Islam (1993),

Islamic Astronomy and Geography (2012), Astrolabes from Medieval

Europe (2011). Selain daripada itu karya-karya King tentang berbagai

aspek astronomi Islam tidak kalah pentingnya dan semua dapat kita

baca dan mengunggah karya tersebut secara gratis dalam websitenya

davidaking.academia.edu. Pada makalah ini penulis hanya membahas

sedikit dari sekian banyak karya David. A King, antara lain

pembahasan mengenai folk astronomi, mathematical astronomi,

regulasi kalender kamariah, regulasi waktu salat lima waktu, regulasi

arah kiblat, pendapat King tentang mizwala serta tabel astronomi.

Keyword: David. A King, Folk astronomi, matematikal astronomi,

mizwala, zij

Page 2: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

2

Pendahuluan

David. A King merupakan seorang ahli sejarah astronomi Islam

yang melakukan penelitian terhadap sejarah dan peninggalan yang

berkaitan dengan astronomi Islam khususnya di daerah Timur Tengah.

Ribuan manuskrip yang berkaitan dengan astronomi Islam telah

ditemukan dan diteliti olehnya. Tidak cukup hanya manuskrip,

peninggalan tentang instrumen-instrumen astronomi yang dimiliki oleh

para ilmuan dan astronom Muslim abad pertengahan tidak luput dari

objek penelitiannya. Proses dokumentasi yang dilakukan oleh King

membuat khazanah astronomi Islam tetap hidup dan terus berkembang

sampai saat ini.

Pengkajian terhadap sejarah astronomi Islam belum banyak

dilakukan oleh ilmuan-ilmuan pada saat ini, dengan hadirnya David. A

King yang mengkaji sejarah astronomi Islam dan melihat manfaat dari

karya yang telah dihasilkan, membuat semangat baru dalam pengkajian

astronomi Islam. Dapat dilihat bagaimana King menjadi rujukan utama

berkaitan dengan sumber kajian sejarah astronomi Islam. Bagaimana

pun kajian sejarah terhadap suatu bidang ilmu tidak lepas dari disiplin

ilmu itu sendiri.

Page 3: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

3

Biografi David. A King

Gambar 1. David. A King

David. A King Lahir di Iggris pada tahun 1941 dan berkewarga

negaraan Inggris, menikah dengan Patricia Cannavaro yang merupakan

warga negara Amerika Serikat pada tahun 1969 dan dikaruniai dua

orang anak laki-laki yang bernama Maximilan dan Adrian. Menjabat

sebagai Profesor Pengetahuan Ilmu Sejarah dan Direktur Institut

Pengetahuan Sejarah Johann Wolfgang Goethe University, Frankfurt

Jerman dari tahun 1985 dan pensiun pada tahun 2007. Sebelumnya

Profesor David. A King juga pernah menjabat sebagai guru tambahan di

sekolah matematika Kementerian Pendidikan Pemerintahan Sudan pada

tahun 1964-1967, pada tahun 1972-1979 David. A King ditunjuk sebagai

Direktur Smithsonian Institut untuk proyek astronomi pada masa

Page 4: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

4

pertengahan Islam di Mesir, setelah proyek tersebut, David. A King

tergabung dalam Asosiasi Profesor Departemen Bahasa dan Literatur

Timur Tengah, New York University pada tahun 1979-1984 dan

menjadi Profesor pada tahun 1984-1987.

Pendidikan yang ditempuh David. A King yaitu bidang

matematika di Cambridge University pada tahun 1963-1969, dilanjutkan

dengan mempelajari ilmu pendidikan di Oxford University pada tahun

1964, dan mendapatkan gelar Ph.D dalam bidang Bahasa dan Literatur

Timur Tengah di Yale University pada tahun 1972 dengan disertasi yang

membahas tentang Ibnu Yunus berjudul “The Astronomical Works of

Ibn Yunus”.

Lebih dari 30 tahun David. A King hakikatnya telah

berkontribusi dalam mendokumentasikan sejarah dari pengetahuan

masayarakat Islam abad pertengahan, menggali penemuan yang tak

terhitung sumbernya, dimana sebelumnya belum diketahui, menerbitkan

analisa-analisa dan melakukan peninjauan daripada analisa-analisa

tersebut. Faktanya, King mengadakan dokumentasi pertama yang

dinamai “Astronomy in the service of Islam”, yang artinya “Astronomi

dalam kegunaannya pada Islam”. Kajian tersebut mengenai cara umat

muslim dari berbagai negara menentukan arah Kakbah di Mekah yang

merupakan hal sakral dan mengatur serta mencocokkan waktu salat

mereka, menggambarkan syarat-syarat dari posisi relatif matahari

terhadap daerah horizon, menggunakan kalender yang telah dicocokkan

dengan bulan. Penelitian yang dilakukan King tidaklah terbatas kepada

pengetahuan teks secara ilmiah, tetapi juga termasuk teks yang

berhubungan kepada pengetahuan masyarakat biasa dan hukum syariah.

King juga mendokumentasikan perhatian umat muslim terhadap “folk

astronomy” atau yang dimaksud sebagai kegiatan astronomi yang

dilakukan oleh masayarakat dan pemikiran terhadap keadaan geografi

masyarakat yang sakral dengan Kakbah sebagai pusat dari dunia.

Page 5: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

5

Penelitan yang dilakukan King menjad pionir atas pemahaman yang

mengejutkan terhadap peninjauan masjid-masjid abad pertengahan.1

Sebagai seorang ahli kesusastraan dan budaya bangsa-bangsa

timur tengah, David. A King terbilang produktif dalam menghasilkan

penemuan sejarah terkait perkembangan astronomi Islam, menurut dia,

mansukrip sains dalam sejumlah bahasa bangsa-bangsa yang termasuk

daerah Timur Tengah maupun Timur Dekat (Arab, Persia, dan Turki)

jumlahnya mencapai puluhan ribu naskah, dan jumlah instrumen yang

ada diperkirakan mencapai seribu instrumen. Jumlah naskah dan

isntrumen yang ada merupakan sumber utama dalam menggali lebih

jauh nalar saintifik dan khazanah sains peradaban Islam khususnya

matematika dan astronomi.2

Karya-karya yang telah dihasilkan oleh David. A King mencapai

270 tulisan dalam bentuk artikel, jurnal, disertasi, serta karya tulis

lainnya dan menjadi kesatuan dalam wujud beberapa buku yang cukup

populer sebagai rujukan sejarah astronomi Islam, antara lain Islamic

Mathematical Astronomy (1986-1993), Islamic Astronomical

Instruments (1987-1995), Astronomy in the Service of Islam (1993),

Islamic Astronomy and Geography (2012), Astrolabes from Medieval

Europe (2011). Semua karya yang telah diterbitkan terhitung dari tahun

1972 (disertasi) sampai dengan Oktober tahun 2017.3

1 David. A King, Curriculum Vitae dalam personal website,

http://www.davidaking.org/index.htm 2 Arwin Juli Rakhmadi, Khazanah Astronomi Abad Pertengahan,

(Purwokerto, UM Purwokerto Press, 2016), 315. 3 David. A King, List of Publihing, Oktober 2017.

Page 6: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

6

Pemikiran dan Penemuan Sejarah David. A King

1. Folk Astronomi dan Mathematical Astronomi

Folk yang dalam arti bahasa indonesia yaitu, rakyat, orang-

orang, atau bangsa. Jika dikaitkan dengan astronomi maka yang

dimaksud dengan folk astronomi di sini yaitu suatu kegiatan yang

dilakukan oleh rakyat atau masyarakat suatu bangsa berkaitan dengan

ilmu astronomi. Dapat dipahami dahulu kala bangsa Arab sebelum

Islam di semenanjung Arab sangat mengenal dengan baik matahari,

bulan, bintang-bintang, musim-musim, pergantian malam, dan pola

cuaca disetiap tahun. Ketika Islam datang dan Al-Quran mendorong

penggunaan bintang-bintang sebagai petunjuk arah, merupakan dasar

pengetahuan tentang cakrawala yang mempertimbangkan faidah dan

kegunaannya. Folk astronomi berbasis kepada apa yang terlihat di

langit sepanjang malam setiap tahunnya dan hal tersebut tidaklah

menyalahi beberapa teori yang mendasari hubungan suatu

perhitungan, yang menjadikan teori-teori tersebut tersebar luas di

berbagai bangsa Islam di Timur Tengah dan ada di seluruh peradaban

pertangahan Islam.

Gambar 2. Ilustrasi folk

astronomi

Page 7: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

7

Gambar 3. Ilustrasi

pembelajaran islamic

folk astronomi yang

disampaikan fuqoha

sunni dan syiah.

Pada periode setelahnya berkisar pada abad ke-8 sampai abad

ke-15, mulai terlihat perkembangan lain terkait pengetahuan

astronomi di Timur Tengah. Hadirnya astronom-astronom muslim

yang mewarisi kecanggihan tradisi astronomi dari bangsa Yunani,

Iran, dan India, melakukan pengamatan-pengamatan yang baru,

mengambangkan teori baru, menyusun tabel, dan menemukan

instrumen-instrumen baru. Mereka (astronom-astronom muslim)

menghasilkan tulisan-tulisan yang sangat hebat terkait literatur yang

mencakup semua subjek dari aspek kosmologi menjadi teknik

perhitungan, dan mereka melakukan peningkatan dari berbagai

cabang disiplin ilmu. Tetapi fenomena yang ada saat itu para ilmuan

dan astronom tidak memiliki pendengar dan pengikut yang

bermacam-macam. Para ilmuan menghasilkan tulisan dan risalah

yang hanya diedarkan di antara kalangan ilmuan saja, sebagian kecil

dari ilmuan menghimpun ringkasan-ringkasan yang popular, hal ini

menjadikan usulan mereka tentang masalah yang berkaitan dengan

agama atau praktek ibadah menjadi rumit dan bahkan tidak relevan.4

4 David. A King, Folk Astronomy and Mathematical Astronomy dalam

“Science in the Service of Religion:the Case of Islam”, (Paris: Unesco, 1990),

246.

Page 8: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

8

Beranjak dari dua karakteristik yang dikemukakan oleh David.

A King di atas5, penulis mengidentifikasi bahwa folk astronomi dan

matematikal astronomi ketika bersinggungan dengan Islam maka

memberikan pemahaman bahwa Islamic Folk Astronomy, merupakan

suatu kegiatan astronomi masyarakat atau rakyat dari suatu bangsa

yang memeluk agama Islam berkaitan dengan praktek ibadah yang

dilaksanakan, hanya saja kegiatan astronomi yang dilakukan tidak

didasari oleh pengetahuan yang matang dalam bidang matematika

ataupun fisika yang mendukung kegiatan astronomi tersebut, berbeda

halnya dengan Islamic Mathematical Astronomy yang mulai

dilakukan oleh ilmuan dan astronom muslim yang sudah dipengaruhi

oleh pemikiran bangsa Yunani, Iran, dan India, dimana mereka mulai

menerapkan kaidah-kaidah perhitungan berdasarkan ilmu matematika

terhadap kegiatan-kegiatan keagamaan atau waktu-waktu ibadah,

meskipun usulan yang ditawarkan para ilmuan dan astronom terkait

dengan waktu-waktu ibadah terebut sangat rumit.

Adapun ciri-ciri dari Islamic Folk Astronomy, antara lain:

1) Pengamatan langit hanya berdasar penglihatan mata

2) Didasari oleh pendekatan fikih tanpa menggunakan

perhitungan astronomi yang sitematis

3) Dipelopori oleh ulama fikih.

Selanjutnya dapat dilihat dan dibedakan dengan ciri-ciri Islamic

Mathematical Astronomy, antara lain:

1) Pengamatan langit yang sistematik serta penggunaan

alat-alat yang khas

2) Menggunakan teori astronomi yang sistematik

5 David A. King, “Reflections on Some New Studies on Applied

Science in Islamic Societies (8th – 19th Centuries)”, Islam & Science Journalsi

(2004), jil. 2, h. 43-56.

Page 9: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

9

3) Dipelopori oleh para ilmuan Islam.6

2. Regulasi Kalender Kamariah

Gambar 4. Ilustrasi penampakan hilal

Kalender kamariah dihitung berdasarkan peredaran bulan,

dengan acuan utama yaitu saat terjadi konjungsi.7 Awal dan akhir

bulan kamariah khususnya bulan suci Ramadan dan berbagai macam

hari raya lainnya diseluruh bulan pada kalender kamariah, ditentukan

oleh penampakan hilal.8

Ketika 12 bulan kamariah dijumlahkan menjadi 345 hari, maka

pada 12 bulan siklus kalender Islam terdapat 11 hari lebih cepat

dibandingkan kalender samsiah. Untuk menjaga bulan kamariah tetap

beriringan dengan tahun samsiah, maka ditentukanlah tahun kabisah

6 Mohd Zambri Zainuddin et al. “Pentafsiran Ilmu Astronomi dalam

Sorotan Sains Moden dan Islam”, Malaysian Journal of Science and

Technology Studies (2008), jil, 6. 7 Darsa S, “Perhitungan Kalender Qomariyah dan Penentuan Awal

Bulan”, (Makalah Seminar Hisab dan Rukyat Menurut Tinjauan Astronomi dan

Fuqoha: Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 27-28 November 1999) 8 David. A King, The Regulation of Lunar Calender dalam“Science in

the Service..., 247.

Page 10: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

10

dan dan tahun pendek.9 Pada masa sebelum Islam, terdapat kebiasaan

untuk menyisipkan tambahan bulan di dalam beberapa tahun

kalender kamariah, praktek ini pada masa Nabi Muhammad di tolak

dan ditinggalkan, Al-Quran pun secara langsung melarang penyisipan

satu bulan ini karena menyebabkan perhitungan akan bulan-bulan

yang nantinya dianggap sucimakan jadi membingungkan dengan

bulan-bulan lainnya.10

Bagi para sarjana hukum Islam, awal bulan dimulai dengan

penampakan hilal. Pengamatan ini merupakan urusan yang relatif

simpel, menyiapkan seseorang yang mengetahui tempat dan waktu

untuk melihat hilal didukung oleh keadaan langit yang cerah. Orang

yang akan melihat hilal dengan penglihatan mata yang luar biasa

dikirim ke lokasi yang diusulkan sebelumnya, dan ketika mereka

melihat hilal maka telah masuk awal bulan. Sebaliknya jika tidak

berhasil melihat hilal maka proses untuk melihat hilal tersebut

diulangi pada keesokan harinya. Jika langit mendung, maka kalender

diatur dengan menyempurnakan jumlah hari dalam bulan tersebut.

Juga, jika hilal kemungkinan besar terlihat di suatu tempat meskipun

tidak terlihat di tempat lain. Sayangnya, menurut King, temuan

sejarah terkait praktek penetapan kalender kamariah ini sangat sedikit

jumlahnya.

Lain halnya para astronom mengetahui bahwa menentukan

kemungkinan melihat hilal pada suatu hari merupakan masalah

matematika yang rumit, menyertakan pengetahuan tentang posisi

matahari dan bulan, juga perhitungan matematika menganai posisi

keduanya (matahari dan bulan) di angkasa dan lokal horizon.

9 Abdur Rachim, “Aspek Astronomi dalam Kalender Bulan dan

Kalender Matahari di Indonesia”, (Makalah Seminar Nasional: FMIPA Institut

Teknologi Bandung, 2005), 35. 10

David. A King, The Regulation of Lunar Calender dalam“Science

in the Service..., 247.

Page 11: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

11

Singkatnya, ketika hilal akan terlihat pada saat matahari terbenam

saat permulaan awal bulan, jika posisi hilal cukup jauh dari matahari,

dan jika posisi hilal cukup tinggi di atas horizon maka terlihatnya

hilal tidak akan dikalahkan oleh latar belakang langit yang cerah

sekalipun. Diperlukan kondisi yang meyakini kesempatan bahwa

hilal akan terlihat yang ditentukan dengan sebuah observasi, tetapi

sebuah formula untuk penentuan kondisi tersebut menjadikan

tantangan bagi para astronom modern. Posisi matahari dan bulan

harus diteliti lebih dalam untuk melihat perkiraan terpenuhinya

kondisi hilal dapat terlihat, tetapi meskipun begitu, kebanyakan

astronom akan menolak kesaksian dan anggapan bagi mereka yang

telah melihat hilal jika telah diprediksi bahwa awan akan membatasi

penglihatan mereka yang menyaksikan hilal.11

3. Regulasi Lima Waktu Salat

Waktu terkait lima waktu salat dalam Islam menggambarkan

hubungan fenomena astronomi, bergantung kepada posisi dari

matahari di langit. Lebih spesifik, waktu disaat salat siang hari

menggambarkan hubungan dari bayangan matahari, dan salat

dimalam hari dihubungkan dengan fenomena senja.

Karena bulan-bulan dalam Islam dimulai ketika bulan baru

terlihat pertama kali setelah matahari terbenam, maka hari dalam

Islam dimulai ketika matahari terbenam. Setiap dari lima waktu salat

dalam Islam dilaksanakan pada saat telah ditetapkannya waktu jeda,

pada dahulu kala salat dilaksanakan selama waktu jeda, dan menurut

King, itu yang terbaik.

Hari dimulai ketika waktu salat magrib atau waktu terbenamnya

matahari, salat kedua yaitu isya atau salat yang dilaksanakan pada

11

David. A King, The Regulation of Lunar Calender dalam“Science

in the Service..., 247.

Page 12: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

12

malam hari ketika telah hilangnya mega merah, ke-tiga yaitu waktu

subuh atau salat yang dilaksanakan ketika terbit fajar, ke-empat yaitu

zuhur atau salat yang dilaksanakan pada tengah hari, dimulai ketika

matahari telah melewati garis bujur atau tergelincirnya matahari, ke-

lima yaitu asar atau salat yang dilaksanakan pada sore hari, dimulai

pada saat bayangan dari suatu objek bertambah melebihi bayangan

minimum saat tengah hari dengan jumlah yang sama atas panjang

objek bayangan.12

Al-Quran maupun Hadis tidak merinci secara detail mengenai

teknis penentuan waktu salat, keduanya hanya menyimpulkan bahwa

waktu-waktu salat didirikan berdasarkan fenomena pergerakan

matahari. Pergerakan matahari kemudian berimbas kepada perubahan

terbit dan tenggelam, perubahan pada panjang bayangan benda, serta

perubahan mega merah atau syafak. Fenomena perubahan matahari

sebagai parameter penentuan waktu salat menjadikan umat Islam

semakin intens dalam mengamati benda langit.13

12

David. A King, The Regulation of The Five Daily Prayer dalam

“Science in the Service..., 249-250. 13

David. A King, Mikat, dalam “Ensiklopedia of Islam”, (Leiden-New

York: E.J Brill, 1993), Vol VII, 28.

Page 13: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

13

Gambar 5. Penjelasan 5 waktu salat, 3 waktu salat yang dilaksanakan

pada saat hari gelap yang diatur oleh horizon dan fenomena senja, dan 2

salat yang dilaksanakan pada saat langit terang yang diatur oleh panjangnya

bayangan matahari.

Gambar 6. Teks folk astronomi peninggalan abad pertengahan

Islam tentang penjelasan tentang waktu zuhur dan asar yang digambarkan

dengan bertambahnya bayangan objek vertikal dari bayangan minimun saat

tengah hari.

4. Penentuan Arah Kiblat

Pada perkembangan awal dalam hal penentuan arah kiblat, umat

Islam memanfaatkan fenomena alam dan masih bersifat perkiraan.

Fenomena yang biasa digunakan umat Islam ketika itu adalah

memanfaatkanarah-arah angin serta fenomena terbit dan terbenamnya

matahari. Namun seiring waktu berjalan, para astronom muslim

mulai merumuskan metode dan perhitungan arah kiblat secara

astronomis. Penentuan arah kiblat sangat berkaitan dengan ilmu

geografi dan matematika. Sebelum abad ke-2 hijriah, penerapan

matematis penentuan arah kiblat belum maksimal. Hal ini diliat dari

ditemukannya masjid-masjid di beberapa wilayah antara lain, Quds

Page 14: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

14

(Palestina), Mesir, Suriah, Irak, dan lain-lain, yang arah kiblatnya

berpaling dari arah yang seharusnya.14

Metode perkiraan berdasarkan arah dan posisi angin di posisi

Kakbah lazim digunakan. Seperti diketahui, Kakbah dalam kontruksi

dan posisinya sangat berkaitan dengan fenomena alam tertentu.

Matahari pada musim panas akan terbit dihadapan pintu Kakbah

(utara-timur). Sementara pada musim dingin akan terbenam di

hadapan tiang utara-barat atau antara rukun Yamani dan Syami.

Sementara itu arah tegak lurus sisi yang menghubungkan Antara

Hajar Aswad dengan rukun Yamani akan berada pada arah terbitnya

matahari pada musim dingin dan dalam waktu yang sama akan

berada pada posisi munculnya bintang Canopus pada waktu terbitnya

pada arah timur-selatan. Sisi yang berada antara rukun Iraqi dan

Syami akan berada pada munculnya sekelompok bintang bernama

“dabb al-akbar” atau “banat na’sy”.15

King dan Hawkins menyatakan

bahwa, generasi awal Islam di Mekah sangat memahami fenomena

astonomi yang terjadi di tiang-tiang atau rukun Kakbah, salah satu

diantaranya yaitu fenomena bintang Canopus dan banat na’sy.

Melalui sebuah penelitian dapat dibuktikan jika Kakbah

dibangun bersesuaian rukun-rukunnya dengan empat pola mata arah

pergerakan angin yang berhembus di kota Mekah dalam jangka

waktu satu tahun. Empat pola pergerakan angin tersebut masing-

masing disebut dengan: (1) angin shaba yang bertiup melalui rukun

Hajar Aswad dan sekitarnya, disebut juga dengan angin timur, (2)

angin janub yang bertiup pada rukun jaman dan sekitarnya, (3) angin

14

David. A King, Makka: As The Centre of The World, dalam “The

Encyclopedia of Islam”, (Leiden: E.J Brill, 1987), 20. 15

Arwin Juli Rakhmadi, Khazanah Astronomi..., 60.

Page 15: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

15

dabur yang berhembus pada rukun sebelah barat dan sekitarnya, dan

(4) angin syimal yang berhembus pada rukun sebelah utara.16

Imam Al-Gazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan,

menjelaskan bahwa ada 3 tata cara dalam menentukan arah kiblat

yang salah satunya melalui petunjuk angin syimal, janub, shaba,

dabur.17

Pada kenyataannya, kaum muslimin selama berabad-abad

menggunakan cara alamiah dengan munggunakan petunjuk angin

tersebut sebagai guna menentukan arah kiblat meski terdapat

kekurangan terkait akurasinya karena bersifat perkiraan, yang hingga

akhirnya ditemukan cara untuk menentukan arah kiblat yang lebih

akurat.18

Gambar 7. Berbagai macam arah kiblat yang digunakan pada Masjid

abad pertengahan

16

G.S Hawkins & David. A King, “On The Orientation of The

Ka’bah”, Journal for the History of Astronomy, (1982), Vol XIII, 303-312. 17

Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Cairo: Dar al Fikr al Araby),

241. 18

David. A King, The Astronomy of The Mamluks a Brief Overview,

dalam “Islamic Mathematical Astronomy”, (London, Variorun Reprints, 1986)

80.

Page 16: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

16

Gambar 8. Arah kiblat yang ditemukan pada abad pertengahan yang

dipengaruhi oleh arah pergerakan angin.

5. Pendapat David. A King Tentang Mizwala

Secara historis munculnya mizwala dilatar belakangi atas

pemahaman yang mendalam terhadap teori segitiga bola yang

menjadi dasar utama kontruksi mizwala. Tetapi dalam prakteknya,

mizwala juga memiliki fungsi lain seperti, menerjemahkan fenomena

zawal, deklinasi, ketinggian, terbit dan terbenam. Dalam

pengoperasiannya, dasar-dasar matematika sangatlah dibutuhkan.

Adapun pada peradaban Islam, mizwala berfungsi sebagai penentu

dua waktu salat yaitu zuhur dan asar.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz tercatat pernah menggunakan

mizwala produk Yunani-Romawi pada tahun 700 M di kota

Damaskus untuk menentukan waktu zuhur dan asar. Sementara itu

dua ilmuan muslim Ya’qub bin Thariq (abad 8 M) dan Ibrahim al-

Fazzari (abad 7 M), tercatat pernah mengontruksi mizwala, hanya

saja keduanya tidak meninggalkan karya tulis di bidang ini. Namun

dari rumusan kedua ilmuan tersebut telah banyak membantu peneliti

modern. Selain kedua ilmuan tersebut, pada abad ke 9 M, Al-

Page 17: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

17

Khawarizmi juga tercatat pernah melakukan rekontruksi mizwala di

kota Baghdad.19

6. Pendapat David. A King Tentang Tabel Astronomi/Zij

Sumber-sumber Arab menyebutkan bahwa asal kata zij berakar

dari bahasa dan budaya Persia. Zij merupakan karya populer abad

pertengahan peradaban Islam yang beradaptasi dari tradisi astronomi

pra Islam (Persia, Yunani, dan India). Dari tradisi Persia melalui Zij

Syahriyar, dari tradisi India melalui Sindhind, da dari tradisi Yunani

melalui Almagest.20

Zij sebagai tradisi populer dikalangan astronom Muslim abad

pertengahan salah satu corak tradisi penulisan karya astronomi yang

terbilang pelik, namun merupakan kontribusi penting peradaban

Islam. Tradisi zij sendiri di dunia Islam telah berlangsung selama

seribu tahun lebih. Menurut King, tradisi zij bermula di Baghdad era

Abbasiyah, berkembang di Cairo era Fatimiyah, dan meredup di era

Ottoman Turki.

Penelitian yang komprehensif pernah dilakukan oleh King

sekitar tahun 1970-an. King menginformasikan bahwa sesungguhnya

ada lebih dari 200 zij yang telah terhimpun dan tersebar di dunia

Islam. Hanya saja kurang dari setengah jumlah ini telah hilang dan

kita hanya mengetahui judul dan penulisnya saja melalui sumber-

sumber bibliografi. Namun demikian melalui karya-karya yang

tersisa ini sejatinya sudah lebih dari cukup menggambarkan kontruksi

19

Arwin Juli Rakhmadi, Khazanah Astronomi Abad Pertengahan, 319,

bersumber dari karya David. A King, “Mausu’ah Tarikh al-Ulum al-Arabbiyah”

203-205 20

David. A King, Zidj, dalam “The Encyclopedia of Islam”, (Leiden-

New York: E.J. Brill, 1993), Vol XI, 496 .

Page 18: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

18

dan kontribusi zij yang dibangun oleh para penyusunnya.21

Selain itu,

King dan Kennedy juga tercatat pernah melakukan penelitian zij

secara bersama yaitu penelitian terhadap zij berjudul “add-Durr al-

Yatim fi-Shina’ah at-Taqwim” (Permata Tentang Pembuatan

Kalender) karya seorang astronom Muslim abad pertengahan asal

Mesir bernama Ahmad bin Rajab al-Majdi (w.1446 M). Penelitian

keduanya telah diterbitkan dalam sebuah artikel berjudul “Ibn al-

Majdi’s Table for Calculating Ephemerides”.22

21

David. A King, Zidj, dalam “The Encyclopedia..., 497. 22

David. A King & E.S Kennedy, Ibn al-Majdi’s Table for

Calculating Ephemerides, dalam “Islamic Mathematical Astronomy”, (London:

Variorun Reprints, 1886), 49-68.

Page 19: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

19

Kesimpulan

Membahas mengenai David. A King tidak terlepas dari aspek

sejarah karena sebagai objek pembahasan, King merupakan seorang

sejarawan yang memfokuskan penelitian pada sejarah astronomi Islam.

Penulis dalam pembahasan ini hanya membahas beberapa hal mengenai

pemikiran dan kontribusi King dalam astronomi Islam, antara lain: folk

astronomi, mathematical astronomi, regulasi kalender kamariah, regulasi

waktu salat lima waktu, regulasi arah kiblat, pendapat King tentang

mizwala serta tabel astronomi.

Jika dilihat bahwasanya pembahasan yang dilakukan tidaklah

seberapa jika dilihat dari banyaknya jumlah karya yang dihasilkan oleh

David. A King. Tetapi penulis menganggap bahwa apa yang telah

dijelaskan dalam makalah ini setidaknya merupakan hal terpenting yang

perlu dibahas dari sekian banyak karya David. A King.

Berangkat dari hal mendasar tentang astronomi dilihat dari

aspek sejarah sebelum berkembang menjadi astronomi Islam, King

menjelaskan teori tentang folk astronomi yang kemudian menjadi

Islamic folk astronomi yang mungkin beberapa pegiat astronomi Islam

sudah mengetahui atau bahkan baru mendengar istilah ini, dari hal

tersebut penulis membahas tentang 3 hal penting yang tertuang dalam

karya King yang berjudul “Astronomy in the Service of Islam”, antara

lain: berkaitan dengan kalender kamariah, waktu salat dan arah kiblat.

Penulis juga menjelaskan beberapa pembahasan mengenai pendapat

King tentang instrumen-instrumen astronomi Islam.

Dari pembahasan yang ada dapat dipahami tentang

perkembangan astronomi Islam pada masa kemasa terutama sejak abad

pertengahan Islam sampai saat ini. Bagaimana perkembangan astronomi

Page 20: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

20

yang dimulai dari praktek tradisi masyarakat Islam berkaitan dengan

pelaksanaan ibadah, menjadi sebuah realitas astronomi yang maju,

didasari oleh pengetahuan matematika dan fisika yang mumpuni.

Pembahasan ini sekiranya masih jauh dari kata sempurna karena

keterbatasan penulis akan penterjemahan bahasa serta pembahasan yang

diambil hanya beberapa dari banyaknya jumlah karya yang dihasilkan

oleh David. A King. Semoga makalah ini dapat memberikasn sedikit

pengetahuan mengenai sosok David. A King, pemikiran serta kontribusi

yang telah dicapai dalam perkembangan sejarah astronomi Islam di

dunia.

Page 21: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

21

Daftar Pustaka

David. A King, Curriculum Vitae dalam personal website,

http://www.davidaking.org/index.htm

Arwin Juli Rakhmadi, Khazanah Astronomi Abad Pertengahan,

(Purwokerto, UM Purwokerto Press, 2016), 315

David. A King, List of Publihing, Oktober 2017

David. A King, Folk Astronomy and Mathematical Astronomy dalam

“Science in the Service of Religion:the Case of Islam”, (Paris: Unesco, 1990),

246.

David A. King, “Reflections on Some New Studies on Applied

Science in Islamic Societies (8th – 19th Centuries)”, Islam & Science Journalsi

(2004), jil. 2, h. 43-56.

Mohd Zambri Zainuddin et al. “Pentafsiran Ilmu Astronomi dalam

Sorotan Sains Moden dan Islam”, Malaysian Journal of Science and

Technology Studies (2008), jil, 6

Darsa S, “Perhitungan Kalender Qomariyah dan Penentuan Awal

Bulan”, (Makalah Seminar Hisab dan Rukyat Menurut Tinjauan Astronomi dan

Fuqoha: Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 27-28 November 1999)

Abdur Rachim, “Aspek Astronomi dalam Kalender Bulan dan

Kalender Matahari di Indonesia”, (Makalah Seminar Nasional: FMIPA Institut

Teknologi Bandung, 2005), 35.

David. A King, Mikat, dalam “Ensiklopedia of Islam”, (Leiden-New

York: E.J Brill, 1993), Vol VII, 28.

Page 22: Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap Astronomi ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/David.-A-King.pdf1 Pemikiran dan Kontribusi David. A King Terhadap

22

David. A King, Makka: As The Centre of The World, dalam “The

Encyclopedia of Islam”, (Leiden: E.J Brill, 1987), 20

1 G.S Hawkins & David. A King, “On The Orientation of The

Ka’bah”, Journal for the History of Astronomy, (1982), Vol XIII, 303-312.

Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Cairo: Dar al Fikr al Araby), 241.

David. A King, The Astronomy of The Mamluks a Brief Overview,

dalam “Islamic Mathematical Astronomy”, (London, Variorun Reprints, 1986)

80. David. A King, Zidj, dalam “The Encyclopedia of Islam”, (Leiden-

New York: E.J. Brill, 1993), Vol XI, 496 .

David. A King & E.S Kennedy, Ibn al-Majdi’s Table for Calculating

Ephemerides, dalam “Islamic Mathematical Astronomy”, (London: Variorun

Reprints, 1886), 49-68.