bab 2 landasan teori dan pengembangan hipotesisthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2012-2-00757-ak...

34
14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah iuran dari rakyat kepada kas negara berdasarkan oleh undang- undang, dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak diperuntukkan untuk menutupi pengeluaran rutin negara, dan biaya pembangunan. Maka dari itu, pajak adalah suatu yang penting bagi negara karena tanpa dana yang memadai mustahil negara akan dapat menjalankan roda pemerintahan dan melaksanakan pembangunan di segala bidang bahkan sangat mustahil suatu negara dapat mempertahankan eksistensinya sebagai suatu negara. Berbagai pendapat dari beberapa ahli tentang definisi pajak, Adriani yang telah diterjemahkan oleh Brotodihardjo (2009:1) mendefinisikan: "Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan". Sedangkan definisi pajak menurut Rochmat Soemitro yang dikutip dari buku karangan Suandy (2008:10) adalah: "Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan (tegenprestatie) yang secara langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan negara". Sementara menurut Undang-undang No.28 tahun 2007, pajak dapat didefinisikan sebagai berikut :

Upload: lamquynh

Post on 06-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

14

BAB 2

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Pajak

2.1.1 Pengertian Pajak

Pajak adalah iuran dari rakyat kepada kas negara berdasarkan oleh undang-

undang, dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak diperuntukkan

untuk menutupi pengeluaran rutin negara, dan biaya pembangunan. Maka dari

itu, pajak adalah suatu yang penting bagi negara karena tanpa dana yang

memadai mustahil negara akan dapat menjalankan roda pemerintahan dan

melaksanakan pembangunan di segala bidang bahkan sangat mustahil suatu

negara dapat mempertahankan eksistensinya sebagai suatu negara.

Berbagai pendapat dari beberapa ahli tentang definisi pajak, Adriani yang

telah diterjemahkan oleh Brotodihardjo (2009:1) mendefinisikan:

"Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan".

Sedangkan definisi pajak menurut Rochmat Soemitro yang dikutip dari

buku karangan Suandy (2008:10) adalah:

"Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan (tegenprestatie) yang secara langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan negara". Sementara menurut Undang-undang No.28 tahun 2007, pajak dapat

didefinisikan sebagai berikut :

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

15

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang teruang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pajak adalah suatu iuran wajib dari

masyarakat kepada Negara, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan

dapat dipaksakan bagi yang tidak mematuhinya, yang berguna sebagai wujud

serta masyarakat dalam pembangunan negara.

2.1.2 Fungsi Pajak

Pajak memiliki fungsi yang sangat penting bagi berlangsungnya suatu negara.

Pajak antara lain memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)

Fungsi pajak yang paling utama yaitu memasukan dana secara optimal

untuk mengisi kas negara berdasarkan undang-undang pajak yang

berlaku. Fungsi ini dapat dikatakan sebagai fungsi utama karena fungsi

inilah yang secara historis pertama kali timbul. Berdasarkan fungsi ini,

pemerintah yang mebutuhkan dana membiayai semua kepentingannya

dengan cara memungut pajaknya dari rakyat, sebagai contoh:

dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri

(Waluyo. 2011:6).

b. Fungsi Mengatur (Regulator)

Fungsi mengatur (regulerend) disebut juga fungsi tambahan, yaitu

fungsi dalam mana pajak juga digunakan oleh pemerintah sebagai

instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan

oleh pemerintah. Pajak digunakan untuk memproteksi produksi dalam

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

16

negeri, mendorong impor, merangsang investasi, dan juga digunakan

untuk menghambat atau mendistorsi suatu kegiatan perdagangan. Jadi,

pajak berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk mengatur atau

melaksanakan kebijakan dalam bidang ekonomi dan sosial (Waluyo,

2011:6).

c. Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan

kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi

dapat dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan

mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan

pajak yang efektif dan efisien.

d. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk

membiayai semua kepentingan umum termasuk juga untuk membiayai

pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja yang pada

akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan.

2.1.3 Asas Pajak

Pelaksanaan pemungutan pajak, selain berdasarkan oleh undang-undang

perpajakan yang telah berlaku juga harus memperhatikan asas-asas yang

disarankan oleh para ahli. Adam Smith dalam buku “An Inquiry into The Nations

and Cause of The Wealth of Nations” mengemukakan empat asas yang lebih

dikenal dengan four maxim yang terdiri dari (Suandy,2008 :27)

a. Equality, ialah mengatakan bahwa pajak itu harus adil dan merata, yaitu

dikenakan kepada orang-orang pribadi sebanding dengan kemampuannya

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

17

untuk membayar pajak tersebut, dan juga sesuai dengan manfaat yang

diterimanya dari negara.

b. Certainty, ialah menyatakan bahwa harus ada kepastian baik bagi petugas

pajak maupun bagi semua wajib pajak, selain itu mencakup pula kepastian

pihak-pihak yang dikenakan pajak, apa saja yang dikenakan pajak, besarnya

jumlah pajak yang harus dibayar dan bagaimana jumlah pajak yang terhutang

harus dibayar.

c. Convenience, ialah pajak hendaknya dibayar pada saat yang tidak

menyulitkan wajib pajak, misalnya dikenakan pada saat wajib pajak

menerima penghasilan.

d. Efficiency, ialah biaya pemungutan pajak hendaknya sekecil mungkin, jangan

sampai terjadi biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah lebih bedar dari

hasil yang di terima pemerintah.

2.2 Reformasi Pajak

2.2.1 Pengertian Reformasi Pajak

Reformasi sudah dikenal sejak tahun 1950-an yang berasal dari kata reform

yang artinya adalah perubahan institusional yang teratur dan berencana, yang

dilakukan sesuai dengan tata aturan badan yang bersangkutan. Keberhasilan

reformasi ekonomi sangat tergantung pada dua hal yaitu kebijakan pajak mendapat

kepercayaan, dan kredibilitas pembuat kebijakan.

Abimanyu (2006) menyebutkan bahwa reformasi perpajakan adalah

perubahan mendasar di segala aspek perpajakan yang memiliki 3 (tiga) tujuan utama,

yaitu tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, kepercayaan terhadap administrasi

perpajakan yang tinggi, dan produktifitas aparat perpajakan yang tinggi. Dengan

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

18

reformasi pajak, diharapkan beban pajak akan semakin adil dan wajar sehingga di

satu pihak mendorong Wajib Pajak melaksanakan dengan kesadaran kewajiban

membayar pajak dan dilain pihak menutup loopholes yang selama ini masih terbuka

bagi Wajib Pajak untuk menghindari pajak. (Suandy,2008:99)

Menurut Nasucha (2004) dalam Fatharani (2012) terdapat beberapa alasan

mengapa suatu negara melakukan reformasi dalam bidang perpajakan adalah sebagai

berikut :

1. Untuk menstabilkan perekonomian yang tidak menentu karena pengaruh

perekonomian internasiomal maupun nasional

2. Upaya mengalihkan sektor penerimaan APBN dari migas yang semula sebagai

sektor primadona menjadi pajak sebagai sumber yang lebih dapat menjanjikan

karena secara rasional pajak adalah penerimaan yang berkelanjutan tidak seperti

migas.

3. Usaha mengikuti ketentuan dunia terutama dalam hal pendanaan (pinjaman luar

negeri) yang mensyaratkan struktur pajak yang ada harus disesuaikan dengan

kondisi seharusnya

4. Untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.

Selanjutkan tujuan dilanjutkan reformasi perpajakan menurut Nasucha (2004)

dalam Fatharani (2012) adalah sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada wajib pajak sebagai sumber

aliran dana untuk mengisi kas negara

2. Untuk menekan terjadinya penyelundupan pajak (tax evasion) oleh wajib pajak

3. Untuk meningkatkan kepatuhan bagi wajib pajak dalam penyelenggaraan

kewajiban perpajakannya.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

19

4. Untuk meningkatkan konsep good governance, adanya transparansi,

responsibility, keadilan, dan akuntabilitas dalam meningkatkan kinerja instasi

pajak, sekaligus publikasi jelasnya pos penggunaan pengeluaran dana pajak

5. Untuk meningkatkan penegakan hukum pajak, pengawasan yang tinggi dalam

pelaksanaan adminitrasi pajak, baik kepada fiskus maupun kepada wajib pajak.

2.2.2 Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan Setelah Reformasi Perpajakan

Pemerintah Indonesia telah melakukan terobosan-terobosan pada bidang

perpajakan pada tahun 1983, 1994, 2000, dan 2008. Pada tahun 2008 pemerintah

melakukan perubahan UU pajak terbaru meliputi Undang-undang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh),

serta Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah (UU PPN dan PPnBM).Namun pada penelitian ini fokus

reformasi perpajakan yang berhubungan dengan tindakan pajak agresif yaitu pada

Undang-Undang No.36 Tahun 2008. Adapun pokok-pokok perubahan dari Undang-

Undang No.36 tahun 2008 adalah sebagai berikut :

1. Subjek Pajak (Pasal 2 ayat 5)

Perluasan pengertian Bentuk Usaha Tetap (BUT)

2. Objek pajak (Pasal 4), beberapa diantaranya:

a. Imbalan Bunga (Pasal 4 ayat 1 huruf r)

b. Bunga Obligasi yang diterima atau diperoleh reksadana (Pasal 4 ayat 3

huruf j)

3. Objek Pajak (Pasal 4 ayat 2), beberapa diantaranya:

a. Memindahkan bunga simpanan koperasi yang sekarang dikenai PPh

pasal 23 final menjadi PPh Pasal 23 final menjadi PPh Pasal 4 ayat 2

final

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

20

b. Menambahkan objek PPh Pasal 4 ayat 2 final meliputi :

1. Penghasilan dari transaksi derivatif

2. Penghasilan dari usaha jasa konstruksi dan real estate

4. Pengecualian dari Objek Pajak (Pasal 4 ayat 3 huruf f)

a. Intercorporate Dividend (Pasal 4 ayat 3 huruf f)

Syarat memiliki usaha aktif bagi wajib pajak yang menerima

intercorporate dividend dihapus

b. Beasiswa (Pasal 4 ayat 3 huruf 1)

Beasiswa dikecualikan sebagai objek pajak ( syarat, dan lain-lain

diatur dengan PMK)

5. Biaya Pengurang Penghasilan Bruto (Pasal 6), beberapa diantaranya:

a. Biaya Promosi dan Penjualan (Pasal 6 ayat 1 huruf a angka 7)

Biaya promosi dan penjualan ditegaskan sebagai pengurang

penghasilan bruto yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK

b. Piutang Tak Tertagih (Pasal 6 ayat 1 huruf h)

Syarat untuk membiayakan piutang nyata-nyata tidak dapat ditagih

dipermudah menjadi :

1. Telah dibiayakan dalam laporan laba rugi komersial

2. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih

kepada DJP

3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri

atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara atau ada

perjanjian tertulis dengan debitur yang bersangkutan; atau telah

dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau ada

pengakuan debitur bahwa utangnya telah dihapuskan

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

21

4. Syarat nomor c tidak berlaku bagi piutang debitur kecil yang

dihapuskan

c. Pemupukan Dana Cadangan (pasal 9 ayat 1 huruf c),

Pembentukan dana cadangan diperluas yang meliputi:

1. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha

lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,

perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anak piutang

2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan social

yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan

4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan

5. Cadangan biaya penanaman kebali untuk usaha kehutanan, dan

6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat

pembuangana limbah industry untuk pengolahan industry

d. Sumbangan yang dapat dibiayakan (Pasal 6 ayat 1 huruf i,j,k,l, dan m)

Sumbangan yang dapat dibiayakan meliputi :

1. Sumbangan penanggulangan bencana nasional

2. Sumbangan penelitian dan pengembangan yang dilakukan di

Indonesia

3. Biaya pembangunan infrastruktur social

4. Sumbangan fasilitas pendidikan

5. Sumbangan pembinaan olahraga

6. Tarif Pajak:

a. Tarif Wajib Pajak Badan (Pasal 17 ayat 1 huruf b)

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

22

Ketentuan sebelumnya adalah tarif yang dikenakan merupakan tariff

pajak progresif dengan ketentuan:

1. Penghasilan dari 0 sampai dengan Rp50.000.000,- dikenakan tarif

sebesar 10%

2. Di atas Rp50.000.000,- sampai dengan Rp100.000.000,-

dokenakan tarif sebesar 15%

3. Diatas Rp100.000.000,- dikenakan tariff sebesar 30%

Ketentuan yang baru adalah tariff tunggal sebesar 28% untuk tahun

pajak 2009 dan diturunkan menadi 25% mulai tahun 2010. Alasan

perubahan karena tarif tunggal selaras dengan prinsip netralitas dalam

pengenaan pajak atas badan dan diturunkannya tarif pajak badan

secara bertahap untuk meningkatkan daya saing dengan negara lain

dalam menarik investasi luar negeri, serta untuk menyederhanakan

perhitungan pajak penghasilan.

b. Tarif Wajib Pajak Perseroan Terbuka (Pasal 17 ayat 26)

Wajib pajak badan dalam negeri berbentuk perseroan terbuka

memperoleh penurunan tariff sebesar 5% dari tariff WP badan yang

berlaku sepanjang memenuhi syarat:

1. Paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor

diperdagangkan di bursa efek Indonesia

2. Saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300 pihak;

3. Masing-masing pihak tersebut hanya boleh memiliki saham kurang

dari 5% dari keseluruhan saham yang disetor;

4. Dipenuhi dalam waktu paling singkat 6 bulan dalam jangka waktu 1

tahun pajak.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

23

7. Pemotongan/Pemungutan

a. Perluasan Objek PPh Pasal 22,

WP yang membeli barang yang tergolong sangat mewah dipungut PPh

Pasal 22 sebagai pembayaran PPh tahun berjalan. Alasan perubahan

adalah karena pembelian barang yang tergolong sangat mewah

mencerminkan potensi kemampuan ekonomis (penghasilan) yang sangat

besar yang pajaknya kemungkinan belum sepenuhnya dibayar

b. Perubahan Tarif PPh Pasal 23

Tarif PPh Pasal 23 yang semula hanya 15% diubah menjadi sebagai

berikut:

1. 15% dari peredaran bruto atas dividen, bunga, royalty, dan hadiah,

penghargaan, bonus, dan sejenisnya

2. 2% dari peredaran bruto atas jasa-jasa seperti sewa, jasa manajemen,

jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lainnya.

Alasan perubahan adalah untuk menyederhanakan pemotongan PPh

Pasal 23 atas jasa-jasa dengan menerapkan tariff tunggal 2%.

2.3 Tindakan Pajak Agresif

Definisi tindakan pajak agresif menurut Frank et al (2009), yaitu suatu

tindakan yang bertujuan untuk menurunkan laba kena pajak melalui perencanaan

pajak baik menggunakan cara yang tergolong atau tidak tergolong tax evasion.

Sari dan Martani (2010) juga menyatakan suatu agresivitas pelaporan pajak

adalah situasi ketika perusahaan melakukan kebijakan pajak tertentu dan suatu

hari terdapat kemungkinan tindakan pajak tersebut tidak akan diaudit atau

dipermasalahkan dari sisi hukum, namun tindakan ini berisiko karena

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

24

ketidakjelasan posisi akhir ( apakah tindakan pajak tersebut dianggap melanggar

atau tidak melanggar hukum yang berlaku).

Slemrod (2004) dalam Balakrishnan, et. al. (2011) juga berpendapat bahwa

agresivitas pajak merupakan kegiatan yang lebih spesifik, yaitu mencakup

transaksi yang tujuan utamanya adalah untuk menurunkan kewajiban pajak

perusahaan. Balakrishnan, et. al. (2011) menyatakan bahwa perusahaan yang

agresif terhadap pajak ditandai dengan transparansi yang lebih rendah. Demikian

juga dengan Jimenez (2008) yang menyatakan bahwa bukti empiris baru-baru ini

menunjukkan bahwa agresivitas pajak lebih merasuk dalam tata kelola

perusahaan yang lemah.

Menurut Suandy (2011:2) memaparkan beberapa faktor yang memotivasi

wajib pajak untuk melakukan tindakan pajak agresif , antara lain:

1. Jumlah pajak yang harus dibayar. Besarnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh

wajib pajak, semakin besar pajak yang harus dibayar, semakin besar pula

kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran;

2. Biaya untuk menyuap fiskus. Semakin kecil biaya untuk menyuap fiskus,

semakin besar kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran;

3. Kemungkinan untuk terdeteksi, semakin kecil kemungkinan suatu pelanggaran

terdeteksi maka semakin besar kecenderungan wajib pajak untuk melakukan

pelanggaran; dan

4. Besar sanksi, semakin ringan sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran, maka

semakin besar kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran

Dari penjelasan diatas dapat dijelaskan bahwa agresifitas pajak adalah suatu

aktifitas perencanaan pajak untuk menghindari pembayaran pajak atau membuat

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

25

rendah beban pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan secara signifikan

melalui tindakan yang dapat digolongkan atau tidak tergolong tax evasion, dan

hal ini dapat terjadi bila perusahan memiliki tata kelola perusahaan yang lemah

dan terdapat kesempatan untuk melakukan agresifitas tersebut.

2.3.1 Keuntungan dan Kerugian dari Tindakan Pajak Agresif

Setiap tindakan yang dilakukan oleh manajer (pengambil keputusan) pasti

akan memperhitungkan dampak baik dan buruknya atas tindakan yang dilakukan.

Ada tiga keuntungan dari tindakan pajak agresif yang dijelaskan oleh Hidayanti

(2013) :

1. Keuntungan berupa penghematan pajak yang akan dibayarkan perusahaan

kepada negara, sehingga jumlah kas yang dinikmati pemilik/pemegang saham

dalam perusahaan menjadi lebih besar

2. Keuntungan bagi manajer (baik langsung maupun tidak langsung) yang

mendapatkan kompensasi dari pemilik/pemegang saham perusahaan atas

tindakan pajak agresif yang dilakukannya.

3. Keuntungan bagi manajer adalah mempunyai kesempatan untuk melakukan

rent extraction (Chen et al, 2010)

Sedangkan kerugian dari tindakan pajak agresif diantaranya adalah :

1. Kemungkinan perusahaan mendapatkan sanksi/penalti dari fiskus pajak, dan

turunnya harga saham perusahaan (Sari dan Martani, 2010)

2. Rusaknya reputasi perusahaan akibat audit dari fiskus pajak.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

26

3. Penurunan harga saham dikarenakan pemegang saham lainnya mengetahui

tindakan pajak agresif yang dijalankan manajer dilakukan dalam rangka rent

extraction (Desai dan, Dharmapala, 2006)

2.3.2 Pengukuran Tindakan Pajak Agresif

Pengukuran agresifitas pajak dalam penelitian ini menggunakan 3

model yang akan dijelaskan berikut ini (Hanlon dan Heitzman, 2010) :

a. GAAP ETR

ti, IncomePretax

ti, ExpenseTax ETR GAAP =

Dimana :

a. GAAP ETR adalah effective tax rate berdasarkan pelaporan akuntansi

keuangan yang berlaku

b. Tax expense, adalah beban pajak penghasilan badan untuk perusahaan i pada

tahun t berdasarkan laporan keuangan perusahaan

c. Pretax Income, adalah pendapatan sebelum pajak untuk perusahaan i pada

tahun t berdasarkan laporan keuangan perusahaan

Dyreng et al (2007) menyatakan bahwa GAAP ETR merupakan salah satu alat yang

dapat digunakan untuk mengukur tax avoidance. GAAP ETR melihat beban pajak

yang dibaayarkan dalam tahun berjalan , yang didalamnya mengandung beban pajak

kini dan beban pajak tangguhan, namun GAAP ETR memiliki kekurangan yaitu

dipengaruhi oleh estimasi-estimasi akuntansi sehingga timbul perbedaan sementara

antara komersial dan fiskal. Oleh karena itu dalam penelitian ini selain menghitung

GAAP ETR, penelitian ini juga menghitung Current ETR. Fungsi dari Current ETR

adalah mengakomodasikan pajak yang dibayarkan oleh perusahaan sehingga dapat

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

27

mengukur tax avoidance dalam jangka pendek. Current ETR dalam penelitian ini

akan dihitung dengan rumus yang diperagakan oleh Pocarno (1986)

b. Current ETR

Current ETR= Current tax expense i,t

Pretax Income i, t

Dimana :

a. Current ETR adalah effective tax rate berdasarkan jumlah pajak penghasilan

badan yang dibayarkan perusahaan pada tahun berjalan

b. Current tax expense, adalah jumlah pajak penghasilan badan yang dibayarkan

perusahaan i pada tahun t berdasarkan laporan keuangan perusahaan

c. Pretax income, adalah pendapatan sebelum pajak untuk perusahaan i pada

tahun t berdasarkan laporan keuangan perusahaan

Pada penelitian ini untuk memperkuat hasil penelitian juga digunakan model

pengukuran Book Tax Differences yaitu dengan cara mengurangkan laba sebelum

pajak di laporan laba rugi dengan laba kena pajak secara fiskal. Untuk mengontrol

perbedaan dalam skala perusahaan, dan juga Book Tax Differences yang dinaikkan

oleh nilai buku asset, maka Book Tax Differences juga diskala dengan membaginya

dengan nilai buku aset.

c. Book Tax Differences

ti,Asset Total

ti, income taxable-ti, incomebook BTD =

Dimana :

a. BTD adalah perhitungan untuk mengukur selisih antara laba akuntansi dan

laba secara fiskal

b. ti, incomebook adalah pendapatan sebelum pajak untuk perusahaan i pada

tahun t berdasarkan laporan keuangan perusahaan

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

28

c. ti, income taxable adalah pendapatan yang digunakan untuk menghitung

beban pajak kini, atau pendapatan sebelum pajak perusahaan i pada tahun t

berdasarkan laporan keuangan perusahaan setelah dilakukan koreksi fiskal

Dari penjelasan diatas, maka pada penelitian ini menggunakan 2 model ETR

untuk mengukur agresifitas pajak, proksi ETR adalah proksi yang paling banyak

digunakan dalam literatur, dan nilai yang rendah dari ETR dapat menjadi indikator

adanya agresivitas pajak. Secara keseluruhan, perusahaan-perusahaan yang

menghindari pajak perusahan dengan mengurangi penghasilan kena pajak mereka

dengan tetap menjaga laba akuntansi keuangan memiliki nilai ETR yang lebih

rendah. Dengan demikin, ETR dapat digunakan untuk mengukur agresivitas

pajak.( Minnick dan Noga,2010; Dyreng et al,2008)

Selain itu, dalam penelitian ini juga menggunakan proksi Book Tax

Difference (BTD) sebagai model pengukuran alternatif agresivitas pajak untuk

memperkuat hasil empiris penelitian ini. Book tax difference menggambarkan

selisih antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Perbedaan yang besar antara laba

akuntansi dengan penghasilan kena pajak di perusahaan umumnya menunjukkan

perilaku agresif terhadap pajak yang lebih besar. (Desai dan Dharmapala, 2006;

Frank et al., 2009, Lanis dan Richardson, 2011)

2.4 Konsep Corporate Governance

2.4.1 Pengertian Corporate Governance

Banyak definisi mengenai corporate governance yang telah dikemukakan

baik oleh para ahli perorangan, institusi maupun badan-badan berwenang lainnya

dari dalam maupun luar negeri. corporate governance sendiri tercipta karena

akibat adanya principal-agent problem. Pemegang saham sebagai principal

memiliki modal untuk diinvestasikan, tetapi pemegang saham tidak memiliki

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

29

kapasitas atau waktu untuk bisa mengelola modal yang dimilikinya. Oleh karena

itu, pemegang saham memperkerjakan pihak profesional yaitu manajemen untuk

mengelola modalnya. Tugas dari manajemen sebagai agent adalah

memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Namun, manajemen memiliki

insentif untuk melakukan hal-hal lain selain memaksimalkan kesejahteraan

pemegang saham. Disinilah letak pentingnya corporate governance, yaitu

sebagai penjamin dilindunginya hak-hak pemegang saham. Masalah antara

manajemen dan pemilik modal ini tentu saja menimbulkan biaya-biaya.

Seiring dengan konsep tersebut, terdapat beberapa pengertian untuk

memperjelas mengenai corporate governance. Indonesia Institut for corporate

governance (2000) memaparkan bahwa corporate governance adalah sebuah

struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai

upaya untuk memberikan nilai tambah pada perusahaan secara

berkesinambungan dalam jangka waktu yang cukup panjang.

Menurut Wahyudi Prakarsa (2000) corporate governance adalah

sebagai berikut :

“Mekanisme administratif yang mengatur hubungan-hubungan antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham dan kelompok-kelompok kepentingan (stakeholders) yang lain. Hubungan-hubungan ini dimanifestasikan dalam bentuk berbagai aturan permainan dan sistem intensif sebagai kerangka kerja yang diperlukan untuk menentukan tujuan-tujuan perusahaan dan cara-cara pencapaian tujuan-tujuan serta pemantauan kinerja yang dihasilkan” Dari semua pengertian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa

corporate governance merupakan (Hanum, 2013) :

1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis antara peran dewan

komisaris, direksi, pemegang saham dan para stakeholder lainnya.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

30

2. Suatu sistem pengecekan, perimbangan kewenangan atas pengendalian

perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang

salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.

3. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian,

berikut pengukuran kinerjanya.

2.1.1 Prinsip- Prinsip Good Corporate Governance

Ada lima prinsip-prinsip dasar corporate governance yang dikenal dengan

TARIF yaitu transparency, accountability, responsibility, independency, dan

fairness. John Pieris (2008:131) menjabarkan prinsip-prinsip GCG tersebut

sebagai berikut:

a. Transparency (Keterbukaan Informasi)

Transparansi yaitu keterbukaan informasi, baik dalam proses

pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material

dan relevan mengenai perusahaan. Dalam mewujudkan transparensi ini,

perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup akurat, dan tepat waktu

kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut.

Manfaat yang dapat dipetik dari prinsip ini yaitu stakeholder dapat

mengetahui risiko yang mungkin terjadi dalam melakukan transaksi dengan

perusahaan. Jika prinsip transparansi dilaksanakan dengan baik dan tepat,

akan dimungkinkan terhindarnya bauran kepentingan (conflict of interest)

berbagai pihak dalam manajemen.

b. Accountability (Akuntabilitas)

Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan

pertanggung jawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan

terlaksana secara efektif. Salah satu implementasi prinsip ini yaitu kewajiban

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

31

untuk memiliki komisaris independen dan komite audit serta memberdayakan

fungsi pengawasan dewan komisaris. Bila prinsip accountability ini

diterapkan secara efektif, maka ada kejelasan fungsi, hak dan kewajiban,

wewenang, tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris, serta

direksi. Dengan adanya kejelasan inilah maka perusahaan akan terhindar dari

agency problem (benturan kepentingan peran).

c. Responsibility (PertanggungJawaban)

Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian (kepatuhan) di

dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta

peraturan perundangan yang berlaku. Penerapan prinsip ini dimaksudkan agar

perusahaan menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya seringkali

menghasilkan dampak negatif yang harus ditanggung oleh masyarakat.

d. Independency (Kemandirian)

Independensi adalah suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak

manapn yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Untuk meningkatkan

independensi, maka perusahaan hendaknya mengembangkan aturan,

pedoman, dan praktik di tingkat corporate board terutama di tingkat dewan

komisaris dan direksi.

e. Fairness (Kewajaran)

Kewajaran bisa didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan setara

di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian

serta peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Prinsip fairness

sangat diperlukan karena sering kali muncul benturan kepentingan antara

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

32

manajemen dan pemegang saham maupun antara pemegang saham mayoritas

dan pemegang saham minoritas. Dan agar fairness dapat diberlakukan secara

efektif, maka harus adanya peraturan perundang-undangan yang jelas, tegas,

dan dapat diterapkan secara konsisten.

2.4.2 Manfaat Penerapan Good Corporate Governance

Bagi perusahaan manfaat mendasar dari penerapan corporate governance

adalah terjaminnya kelanngsungan hidup perusahaan, Menurut Mas Achmad

Daniri dalam Sari (2007) menjelaskan manfaat GCG adalah sebagai berikut :

1. Mengurangi agency cost yaitu biaya yang harus ditanggung pemegang saham

sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Biaya ini

dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai akibat

penyalahgunaan wewenang atau biaya pengawasan untuk mencegah

terjadinya hal tersebut.

2. Mengurangi biaya modal (cost of capital) yaitu sebagai dampak dari

pengelolaan perusahaan yang baik menyebabkan tingkat bunga atas dana

yang dipinjam perusahaan semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat

resiko perusahaan.

3. Meningkatkan citra perusahaan di mata publik.

4. Menciptakan dukungan untuk para stakeholder (pemangku kepentingan)

dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan perusahaan dan

berbagai strategi dan kebijakan perusahaan karena mereka mendapat jaminan

bahwa mereka juga mendapat manfaat maksimal dari segala tindakan dan

operasi perusahaan dalam menciptakan kemakmuran dan kesehjateraan.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

33

2.4.3 Karakteristik Corporate Governance

Efisiensi dan efektifitas corporate governance sebagai suatu sistem

pengelolaan perusahaan dipengaruhi oleh beberapa karakteristik. Terdapat dua

karakteristik dalam penerapan corporate governance yaitu karakteristik ekstern dan

intern. Karakteristik tersebut berguna untuk menyelesaikan konflik agensi yang

terjadi di Indonesia (Prasetyo, 2009). Internal governance mencakup struktur dewan

direksi, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif. Sedangkan external

governance terdiri dari instititutional ownership, pasar, dan tingkat pendanaan

dengan hutang (Bambang dan Ronstein, 1998 dalam Hanum, 2013).

Karakteristik corporate governance berdasarkan Keputusan Direksi PT Bursa

Efek Nomor Kep-305/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-A Tentang

Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh

Perusahaan Tercatat wajib memiliki: sebagai berikut :

1. Komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan

jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan

ketentuan jumlah komisaris independen sekurangkurangnya 30% (tiga puluh

persen) dari jumlah seluruh komisaris.

2. Komite audit dimana anggotanya minimal berjumlah 3 (tiga) orang dan diketuai

oleh seorang komisaris independen.

3. Seketaris perusahan.

Berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini memadukan tentang karakteristik

corporate governace dari internal maupun eksternal. Karakteristik corporate

governance yang digunakan adalah komisaris independen, komite audit, investor

institusional, dan kualitas audit.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

34

2.4.3.1 Komisaris Independen

Dalam keputusan Ketua Bapepam No. 29/PM/2004, komisaris independen

didefinisikan sebagai anggota komisaris yang: (i) berasal dari luar emiten atau

perusahaan publik, (ii) tidak mempunyai saham langsung maupun tidak langsung

pada perusahaan, (iii) tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau

perusahaan publik, komisaris, direktur, atau pemegang saham utama dari emiten atau

perusahaan publik, (iv) dan tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun

tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan.

Keberadaan komisaris independen di Indonesia telah diatur oleh Bursa Efek

Indonesia melalui peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000. Melalui peraturan tersebut

dijelaskan bahwa perusahaan yang terdaftar di bursa harus mempunyai komisaris

independen yang proporsinya disyaratkan sebesar 30% dari seluruh anggota dewan

komisaris.

Sebagai seorang profesional, komisaris independen pun harus memiliki

kompetensi pribadi, yaitu memiliki integritas dan kejujuran yang tidak pernah

diragukan, memahami seluk beluk pengelolaan bisnis dan keuangan perusahaan,

memahami dan mampu membaca laporan keuangan perusahaan dan implikasinya

terhadap strategi bisnis, memahami seluk beluk industri yang digeluti perusahaan,

memiliki kepekaan terhadap perkembangan lingkungan yang dapat mempengaruhi

bisnis perusahaan, memiliki wawasan luas dan kemampuan berpikir strategis,

memiliki karakter sebagai pemimpin yang profesional, memiliki kemampuan

berkomunikasi serta kemampuan untuk mempengaruhi dan bekerja sama dengan

orang lain, memiliki komitmen dan konsisten dalam melakukan profesinya sebagai

komisaris independen, serta memiliki kemampuan untuk berpikir objektif dan

independen secara profesional (FCGI, 2003).

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

35

2.4.3.2 Komite Audit

Keberadaan komite audit diatur melalui Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-

29/PM/2004 , Komite audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai oleh komisaris

independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta

menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan.

Menurut Ikatan Komite Audit Indonesia (2004), tugas pokok dari komite

audit adalah membantu dewan komisaris dalam melakukan fungsi pengawsan kinerja

perusahaan, Hal tersebut berkaitan dengan review sistem pengendalian intern

perusahaan, memastikan kualitas laporan keuangan, dan meningkatkan efektivitas

fungsi audit. Laporan keuangan merupakan produk dari manajemen yang kemudian

diverifikasi oleh eksternal auditor. Dalam pola hubungan tersebut, dapat dikatakan

bahwa komite audit berfungsi sebagai jembatan penghubung antara perusahaan

dengan eksternal auditor. Tugas komite audit juga erat kaitannya dengan penelaahan

terhadap resiko yang dihadapi perusahaan, dan juga ketaatan terhadap peraturan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa komite audit harus bebas dari pengaruh direksi,

ekternal auditor, dan hanya berfokus kepada dewan komisaris.

2.4.3.3 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional adalah saham perusahaan yang dipegang oleh

institusi lain. Institusi ini merupakan sebuah lembaga yang memiliki kepentingan

besar terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Perusahaan

dengan kepemilikan institusional besar (lebih dari 5%) mengindikasikan

kemampuannya untuk memonitor manajemen. Investor institusional dapat meminta

manajemen perusahaaan untuk mengungkapkan informasi sosial dalam laporan

tahunannya secara transparansi kepada stakeholder, memperoleh legitimasi dan

menaikkan nilai perusahaan melalui mekanisme pasar modal sehingga

mempengaruhi harga saham perusahaan (Brancato dan Gaughan, 1991 dalam Fauzi,

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

36

Mahoney, dan Rahman, 2007). Jadi dapat dikatakan bahwa kepemilikan institusional

memiliki kelebihan antara lain :

• Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat

menguji keandalan dari informasi yang tersedia.

• Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat

atas aktivitas yang terjadi dalam perusahaan.

Mangel dan Singh (1993) dalam Prasetyo (2009) juga menyatakan bahwa

tingkat pengawasan yang baik terhadap manajemen di dalam perusahaan

berhubungan positif dengan tingginya persentase kepemilikan institusional. Dengan

demikian proporsi kepemilikan institusional bertindak sebagai pencegah terhadap

pemborosan yang dilakukan manajemen. Dalam penelitian ini kepemilikan

institusional memiliki arti yang luas, jadi sepanjang kepemilikan tersebut bukan

kepemilikan individual maka termasuk dalam data kepemilikan institusional pada

penelitian ini.

2.4.3.4 Kualitas Audit

Dalam mengambil sebuah keputusan, investor akan mendasarkan

keputusannya pada laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, laporan keuangan

perusahaan akan memiliki peranan yang sangat penting. Kualitas dari laporan

keuangan perusahaan dapat dilihat dari apakah perusahaan tersebut menggunakan

Kantor Akuntan Publik (KAP) Big Four dalam mengaudit laporan keuangannya atau

tidak. Hal ini didukung dari beberapa penelitian Francis & Wilson (1988) dalam

Jama'an (2008) kualitas audit diproksi dengan reputasi (brand name) dan banyaknya

klien yang dimiliki kantor akuntan publik. Menurut Mitton (dalam Hasan, Rahman,

& Mahenthiran, 2008) menyatakan kualitas audit sebagai salah satu aspek dari

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

37

corporate governance, diharapkan perusahaan yang diaudit oleh salah satu KAP Big

4 akan menghasilkan kinerja yang lebih baik dengan transparansi yang lebih tinggi.

Terdapat beberapa alasan perusahaan dalam menggunakan jasa Kantor

Akuntan Publik The Big Four, antara lain (Tuanakotta, 2007 dalam Savitri 2010) :

1. Para pemegang saham menginginkan Big Four firm;

2. Perusahaan ingin mendapatkan kepercayaan dari para investor atau dukungan

dari pasar modal;

3. The Big Four firm mempunyai sumber daya keuangan yang kuat untuk

mempertahankan pekerjaan mereka;

4. Perusahaan publik memang dituntut untuk menggunakan The Big Four firm

dan kualitas jasa perusahaan The Big Four firm.

Oleh karena itu, perusahaan yang diaudit oleh KAP big four memiliki

kualitas laporan keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan laporan keuangan

yang diaudit oleh non-Big Four. Menurut Dye (dalam Hasan, Rahman, &

Mahenthiran, 2008) menyatakan bahwa KAP besar cenderung menawarkan kualitas

lebih tinggi dibandingkan KAP kecil. Dalam hal ini KAP mempunyai pengalaman

kerugian yang lebih tinggi melalui reputasi yang rusak apabila kualitas dari audit

KAP tidak sesuai dengan standar. KAP besar memiliki karyawan dalam jumlah yang

besar, dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel

sehingga memungkinkannya untuk menyelesaikan audit tepat waktu, dan memiliki

dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga

reputasinya. Adapun kategori KAP yang berafiliasi dengan The Big Four di

Indonesia, yaitu:

1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama dengan KAP

Tanudiredja, Wibisana & Rekan.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

38

2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama

dengan KAP Siddharta dan Widjaja.

3. KAP Ernst & Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantono,

Suherman dan Surja.

4. KAP Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerja sama dengan KAP Osman

Bing Satrio.

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 0.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variabel Sampel Hasil 1. Sabli dan Noor

(2012) Dependen: Tarif Pajak Efektif Independen: Komisaris Independen, dan Kepemilikan Institusional Kontrol : Ukuran ,Leverage ratio, Return On Asset (ROA) & Capital Intensity Ratio

68 perusahaan pada Bursa Malaysia yang memiliki hubungan dengan Pemerintah.

Menemukan pengaruh yang negatif dan tidak signifikan antara corporate governance dan corporate effective tax rate (CETR).

2. Zemzem dan Ftouhi (2013)

Dependen: Agresifitas Pajak Independen: Ukuran Komisaris, Komisaris Independen, Pemisahan Fungsi CEO, dan Jumlah Perempuan pada Dewan Komisaris. Kontrol : ROA dan Ukuran Perusahaan

73 perusahaan Perancis pada SBF 120 tahun 2006-2010

Menemukan bahwa dari komisaris independen, dan jumlah wanita pada dewan komisaris berpengaruh terhadar agresifitas pajak.

3. Annisa dan Kurniasih (2012)

Dependen: Penghindaran Pajak Independen: Kepemilikan Institusional, Struktur Dewan Komisaris, Komite Audit, & Kualitas Audit

200 perusahan yang terdaftar di BEI pada tahun 2008

Menemukan pengaruh yang tidak signifikan antara kepemilikan institusional & komposisi dewan komisaris terhadap penghindaran pajak. Tetapi kualitas audit dan komite audit berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak

4. Irawan dan Farahmita (2012)

Dependen: Manajemen Pajak Independen: Kompensasi Komisaris, Ukuran perusahaan, Leverage, Intesitas Modal, Intensitas Persediaan, & Reformasi Perpajakan, Kontrol: ROA, dan Market to Book Ratio

52 perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI 2008-2010

Menemukan pengaruh ukuran perusahaan dan intesitas modal berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap penghindaran pajak, sedangkan Intesitas persediaan berpengaruh negatif

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

39

dan signifikan. Namun leverage dan reformasi perpajakan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak .

5. Sari, D.K dan Martani, D (2010)

Dependen: Tindakan Pajak Agresif Independen: Karateristik kepemilikan, dan corporate governance Kontrol : ROA, LEV,PPE, SIZE, MB, BTD

135 perusahaan manufaktur di BEI pada tahun 2005-2008

Menemukan bahwa perusahaan keluarga dan corporate governance terhadap tindakan pajak agresif berpengaruh negatif dan hasilnya tidak signifikan.

2.6 Pengembangan Hipotesis

2.6.1 Kerangka Hipotesis

Kerangka hipotesis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen

Variabel Dependen

Variabel Kontrol

Size, Leverage, dan Profitabilitas

Tindakan Pajak Agresif (TAG)

Komisaris Independen

Komite Audit

Investor Institusional

Kualitas Audit

Gambar 0.1 Kerangka Hipotesis

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

40

2.6.2 Perumusan Hipotesis

2.6.2.1 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tindakan Pajak Agresif

Komisaris Independen adalah komisaris yang berasal dari luar perusahaan

dan tidak mempunyai hubungan terhadap internal perusahaan baik secara langsung

maupun tidak langsung seperti yang dijelaskan oleh Surya dan Yustiavandana

(2006). Komisaris independen merupakan bagian yang berasal dari luar manajemen

sehingga tidak terafiliasi dalam segala hal dengan pemegang saham pengendali, tidak

memiliki hubungan afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris serta tidak menjabat

sebagai direksi atau dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai direktur pada

suatu perusahaan yang terkait dengan perusahaan pemilik menurut peraturan yang

dikeluarkan oleh BEI.

Sabli dan Noor (2012) menyimpulkan bahwa komisaris independen

melakukan pengawasan yang sangat baik dengan mengarahkan perusahaan

berdasarkan pada aturan yang berlaku. Pengawasan yang dilakukan oleh komisaris

independen agar tidak terjadi asimetri informasi yang terjadi antara manajemen

perusahaan dengan para stakeholder. Minnick dan Noga (2010) turut melihat aspek

positif dari keberadaan komisaris independen yang menyangkut nilai perusahaan

setelah pajak, yaitu dapat meningkatkan kekayaan pemegang saham serta

memberikan dorongan yang signifikan dari bottom line performance.

Zemsem dan Ftouhi (2013) juga menyatakan bahwa komisaris independen

dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para

manajer internal dan mengawasi kebijakan direksi serta memberikan nasihat kepada

direksi. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi

monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

41

Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan dengan adanya komisaris

independen maka dalam setiap perumusan strategi perusahaan yang dilakukan oleh

dewan komisaris beserta manajemen perusahaan dan para stakeholder akan

memberikan jaminan hasil yang efektif dan efisien, serta dengan adanya komisaris

independen sebagai penengah akan dapat meminimalisir konflik kepentingan dalam

suatu perusahaan termasuk strategi tindakan pajak agresif yang dilakukan oleh

perusahaan.

Berdasarkan paparan diatas, maka hipotesis alternatif yang terbentuk dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha1 : Komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap tndakan pajak

agresif.

2.6.2.2 Pengaruh Komite Audit terhadap Tindakan Pajak Agresif

Komite audit adalah komite tambahan yang bertugas membantu dewan

komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap manajemen perusahaan.

Berdasarkan keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep-29/PM/2004 dalam peraturan

Nomor IX.I.5 disebutkan bahwa komite audit yang dimiliki oleh perusahaan minimal

terdiri dari tiga orang di mana sekurang-kurangnya satu orang berasal dari anggota

komisaris independen dan dua orang lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan

publik.

Menurut Foker (1992) dalam Hanum (2013) menyatakan bahwa komite audit

merupakan alat yang efektif untuk melakukan mekanisme pengawasan, sehingga

dapat mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas pengungkapan

perusahaan. Pengungkapan perusahaan yang dimaksud adalah bahwa perusahaan

telah melakukan pengungkapan berdasarkan aturan yang telah ditetapkan dan tidak

melanggar hukum yang berlaku. Annisa dan Kurniasih (2012) menyatakan bahwa

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

42

keberadaan komite audit dapaat meminimalisasi penghindaran pajak karena dapat

memberikan suatu pandangan tentang masalah akuntansi, laporan keuangan dan

penjelasannya, sistem pengawasan internal serta auditor independen.

Berdasarkan perannya tersebut, komite audit membantu dewan komisaris

agar tidak terjadi asimetri informasi dengan melakukan pengawasan serta

memberikan rekomendasi kepada manajemen dan dewan komisaris terhadap

pengendalian yang telah berjalan. Dengan adanya pengawasan yang dilakukan oleh

komite audit maka manajemen akan menghasilkan suatu informasi yang berkualitas

dan dapat melakukan pengendalian untuk meminimalisir terjadinya konflik

kepentingan di perusahaan yang salah satunya adalah berupa tindakan pajak secara

agresif

Berdasarkan paparan diatas, maka hipotesis alternatif yang terbentuk dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha2 : Komite audit berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif.

2.6.2.3 Pengaruh Investor Institusional terhadap Tindakan Pajak Agresif

Kepemilikan Institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang

mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank,

perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain). Kepemilikan

institusional merupakan pemegang saham terbesar sehingga merupakan sarana untuk

memonitor manajemen (Djakman dan Machmud (2008) dalam Anggraini (2011)).

Kepemilikan Institusional memiliki arti penting dalam perusahaan, keberadaan

mereka dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap

keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini karena investor institusional terlibat

dalam pengambilan keputusan maupun tindakan yang strategis sehingga tidak mudah

percaya terhadap tindakan manipulasi laba.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

43

Dengan demikian dapat dikatakan semakin tinggi tingkat kepemilikan

institusional, semakin besar tingkat pengawasan terhadap manajerial dan pengawasan

terhadap konflik kepentingan antara para stakeholder. Hal ini didukukung oleh

penelitian Lim (2011) pada perusahaan di Korea dianalisis bahwa kepemilikan

institusional memperkuat efek negatif dari penghindaran pajak pada cost of debt

dengan mengurangi biaya agensi antara pemegang saham pengendali dan debt

holders. Sehingga dapat disimpulkan investor institusional sebagai pengawas yang

berasal dari eksternal akan mendorong manajemen perusahaan dengan melakukan

pengawasan terhadap manajemen perusahaan agar dalam menghasilkan laba

berdasarkan aturan yang berlaku, karena pada dasarnya investor institusional lebih

melihat seberapa jauh manajemen taat kepada aturan dalam menghasilkan laba, salah

satunya adalah mematuhi peraturan pajak yang berlaku dan meminimalisir adanya

tindakan pajak agresif yang dilakukan oleh perusahaan.

Desai dan Dharmapala (2009) menyatakan kepemilkan institusional adalah

ukuran utama dalam corporate governance dalam menengahi adanya penghindaran

pajak pada perusahaan yang mempengaruhi nilai perusahaan, dengan adanya kontrol

dan tingkat pengawasan yang tinggi dari kepemilikan institusional akan memberikan

aspek positif pada penghindaran pajak, yaitu adanya perencanaan pajak yang lebih

baik yang dapat mengakibatkan penurunan hutang pajak dan laba bersih yang lebih

tinggi sehingga mempengaruhi nilai perusahaan.

Berdasarkan paparan diatas, maka hipotesis alternatif yang terbentuk dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha3 : Investor institusional berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak

agresif

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

44

2.6.2.4 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Tindakan Pajak Agresif

Dalam mengambil keputusannya, investor akan mengambil keputusan

berdasarkan laporan keuangan perusahaan. Menurut penelitian Sanjaya (2008)

perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four memiliki kualitas auditor yang memiliki

keahlian dan memiliki reputasi yang tinggi dibandingkan dengan auditor KAP non-

Big Four. Dengan adanya reputasi yang tinggi membuat auditor KAP Big Four

berusaha secara sungguh-sungguh untuk mempertahankan pangsa pasar, kepercayaan

masyarakat, dan reputasinya dengan cara memberi perlindungan kepada publik.

Sehingga perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four memiliki kualitas laporan

yang lebih baik dibandingkan dengan laporan keuangan yang lebih baik

dibandingkan dengan laporan keuangan yang diaudit oleh non- Big Four.

Annisa dan Kurniasih (2012) juga menyatakan apabila suatu perusahaan

diaudit oleh KAP Big Four akan semakin sulit melakukan kebijakan pajak agresif.

Karena jika nominal pajak yang harus dibayar terlalu tinggi biasanya perusahaan

akan berusaha menggelapkan pajak, oleh karena itu semakin berkualitas auditornya

maka perusahaan cenderung tidak melakukan manipulasi pajak karena auditor

eksternal akan bekerja optimal untuk mempertahankan reputasinya. Hal ini juga

didukung dengan pernyataan Luhgianto (2008) dalam Sartika (2012) yang

menyatakan kualitas audit yang dilakukan akan lebih menjamin tentang kinerja

keuangan perusahaan yang diauditnya.

Dalam mekanisme corporate governance, maka kualitas audit berhubungan

dengan konflik agensi. Konflik agensi merupakan pertentangan kepentingan yang

terjadi di antara manajer, direktur, dan pemegang saham (shareholder). Pertentangan

ini muncul karena adanya keinginan dari para manajer untuk memaksimalkan tingkat

kepuasannya sendiri, sedangkan di pihak lain pemegang saham juga menginginkan

hal yang sama. Dengan adanya kualitas audit yang baik, maka akan tercipta suatu

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

45

pengendalian seperti preventive control, detective control dan reporting control

dalam perusahaan, dan dengan adanya kualitas audit yang baik juga dapat

meminimalisir adanya tindakan pajak agresif.

Berdasarkan paparan diatas, maka hipotesis yang terbentuk dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Ha4 : Kualitas Auditor berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak

agresif.

2.7 Variabel-Variabel Kontrol Penelitian

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dalam

penelitian ini juga memasukkan beberapa variabel kontrol. Variabel kontrol adalah

variabel bebas yang dalam pelaksanaan penelitian tidak dimasukkan sebagai variabel

bebas tetapi keberadaannya dikendalikan (dikontrol) dengan tujuan untuk

meminimalisir pengaruh dari faktor-faktor di luar variabel yang diuji. Variabel-

variabel kontrol yang digunakan antara lain:

2.7.1 Size (Ukuran Perusahaan)

Ukuran perusahaan adalah suatu skala pengklasifian besar kecilnya suatu

perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Watz dan Zimmerman (1983) dalam

Hanum (2013) menjelaskan bahwa perusahaan yang lebih besar akan membayar

pajak yang lebih tinggi, sehingga dengan besaran laba yang semakin besar maka

akan menunjukkan tarif efektif pajak yang semakin besar juga. Dengan tarif efektif

yang semakin besar yang harus dibayar oleh perusahaan besar, perusahaan akan

berusaha menurunkan tarif pajak efektif tersebut dengan cara melakukan

penghematan pajak, ini dilakukan karena perusahaan tersebut mempunyai subtansi

sumber daya yang mampu memanipulasi proses politik yang dikehendakinya dengan

melakukan perencanaan pajak dan mengatur aktivitas-aktivitas perusahan. Namun

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

46

perusahaan tidak selalu dapat menggunakan power yang dimilikinya untuk

melakukan perencanaan pajak, karena ada batasan berupa kemungkinan menjadi

sorotan dan sasaran keputusan regulator, oleh karena itu ukuran perusahaan

sikontrol.

Berdasarkan paparan diatas, maka hipotesis yang terbentuk dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Ha5 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak

agresif.

2.7.2 Tingkat Pendanaan

Tingkat Pendanaan (Leverage) menjelaskan hubungan antara penggunaan

dana perusahaan yang diperoleh dari hutang. Penggunaan utang dalam membiayai

kegiatan operasional perusahaan akan menimbulkan biaya tetap yaitu bunga. Biaya

bunga dapat dikurangkan dari pajak, sehingga penggunaan utang sebagai

pembiayaan operasional perusahaan akan secara langsung mempengaruhi tarif pajak

efektif perusahaan. Atas dasar ini perusahaan akan menggunakan proksi hutang

untuk melakukan tindakan pajak secar agresif agar dapat membayar pajak dalam

jumlah yang lebih kecil, hal ini dikarenakan biaya bunga termasuk deductible

expense dalam pendapatan kena pajak (Gupta dan Newberry,1997).

Berdasarkan paparan diatas, maka hipotesis yang terbentuk dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Ha6 : Leverage berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif.

2.7.3 Profitabilitas

Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio yang dapat mengukur

profitabilitas. ROA yang diukur melalui rasio dari laba sebelum pajak terhadap total

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00757-AK Bab2002.pdf · 14 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian

47

aset akan menontrol dampak dari perubahan laba akuntansi (Gupta dan

Newberry,1997)

Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba secara langsung ini akan

mempengaruhi tarif pajak efektif. Pernyataan ini didukung dengan penelitian yang

dilakukan oleh Derazhid dan Zhang (2003) dalam Lestari (2010), tingkat

profitabilitas perusahaan berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif perusahaan,

hal ini disebakan karena semakin efisien sebuah perusahaan maka perusahaan akan

membayar pajak lebih sedikit sehingga tarif pajak efektif juga lebih kecil. Hal

tersebut mengindikasikan adanya tindakan pajak agresif yang dilakukan perusahaan

karena sesuai dengan landasan teori bahwa semakin kecil tarif pajak efektif maka

semakin besar penghindaran pajak.

Berdasarkan paparan diatas, maka hipotesis yang terbentuk dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Ha7 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif.