bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2010-1-00072-if...
TRANSCRIPT
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Sistem Informasi
1. Pengertian Sistem
Menurut McLeod (2004, P9), Sistem adalah sekelompok elemen yang
terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut O’Brien (2005, P29) sistem didefinisikan sebagai sekumpulan
komponen yang saling terhubung dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan
bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses
transformasi yang teratur/terorganisir.
Jadi, dari definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa sistem adalah
suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan,
terintegrasi, dan berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan
dalam menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
2. Pengertian Informasi
Menurut McLeod (2004, P12), Informasi adalah data yang telah diproses
atau data yang memiliki arti.
Menurut Laudon dalam bukunya yang berjudul Essentials of
Management Information Systems (2003, P7), informasi adalah data yang telah
9
mengalami perubahan menjadi suatu bentuk yang lebih berarti atau berharga dan
berguna untuk kebutuhan pemakai.
Sedangkan menurut Turban, Rainer, dan Potter dalam bukunya yang
berjudul Introduction to Information Technology (2001, P17), informasi adalah
kumpulan fakta-fakta (data) yang terorganisir dalam beberapa cara sehingga
berarti bagi penerima.
Jadi, dari definisi-definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa
informasi adalah data yang diolah menjadi lebih berguna dan lebih bermanfaat
bagi yang menggunakannya. Setiap Informasi memiliki kadar kualitas yang
bergantung pada : keakuratan, ketepatan waktu, kelengkapan, reabilitas dan
relevansinya.
3. Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2005, P5), sistem informasi adalah kombinasi yang
diorganisasi oleh manusia, perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software), jaringan komunikasi, sumber-sumber data yang dikumpulkan,
dibentuk dan informasi yang disebarkan dalam organisasi.
Menurut Laudon (2003, P7), sistem informasi adalah komponen-
komponen yang saling terhubung yang bekerja sama untuk mengumpulkan,
memproses, menyimpan, dan penyebaran informasi untuk mendukung
pengambilan keputusan, koordinasi, dan mengontrol atau mengendalikan suatu
organisasi.
10
Menurut Turban, Rainer, dan Potter (2001, P17), sistem informasi
adalah mengambil atau mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis
dan menyebarkan informasi untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Jadi dari definisi-deinisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa sistem
informasi adalah suatu komponen yang saling berhubungan yang
mengumpulkan, memproses, menganalisis, sehingga dapat menghasilkan
informasi bagi suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Sistem
informasi dapat membantu para manager dan karyawan dalam menganalisis
masalah, menyederhanakan subjek yang komplek dan menciptakan suatu produk
yang baru.
2.1.2 Geografi
1. Pengertian Geografi
Menurut Richthoffen (Prahasta, 2005, P12), geografi adalah ilmu yang
mempelajari permukaan bumi sesuai dengan referensinya, atau studi mengenai
area-area yang berada di permukaan bumi.
Kata geografi berasal dari kata geographika dari bahasa yunani yang
dikemukakan oleh Eratosthenes sekitar abad ke-1 SM. Asal katanya adalah Geo
yang berarti Bumi dan graphika yang berarti tulisan atau lukisan. Berdasarkan
asal katanya, geografi dapat diartikan sebagai tulisan mengenai Bumi atau
lukisan tentang Bumi. Dalam arti yang lebih luas, geografi merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang permukaan bumi, penduduk, serta
hubungan timbal-balik antara keduanya.
11
Berdasarkan pengertian di atas, yang dimaksud dengan permukaan bumi
ialah tempat mahkluk hidup yang meliputi daratan, air atau perairan dan udara
atau lapisan udara.
2.1.3 Peta
1. Pengertian Peta
Peta adalah suatu alat peraga untuk menyampaikan suatu ide berupa suatu
gambaran mengenai tinggi rendahnya suatu daerah (topologi), penyebaran
penduduk, jaringan jalan dan hal lainnya yang berhubungan dengan kedudukan
dalam ruang. Peta digambarkan dalam skala tertentu dengan tulisan atau simbol
sebagai keterangan yang dapat dilihat dari atas. Peta haruslah mewakili sebagian
atau seluruh permukaan Bumi sehingga fenomena yang ditampilkan harus benar-
benar akurat sesuai dengan data di lapangan (yang sebenarnya). Ilmu
pengetahuan yang mempelajari peta adalah Kartografi.
Sedangkan menurut Burrough, peta adalah sekumpulan titik, garis, area
yang digunakan untuk mendefinisikan lokasi dan tempat yang mengacu pada
sistem koordinat, dan peta biasanya direpresentasikan dalam bentuk 2 dimensi,
tapi tidak tertutup kemungkinan direpresentasikan dengan dalam bentuk 3
dimensi.
2. Jenis Peta
Ada beberapa jenis peta yang ditinjau dari berbagai aspek, yaitu tujuan,
kegunaan, dan skalanya.
a. Berdasarkan tujuan
12
1) Peta Umum
Peta yang melukiskan semua kenampakan pada suatu wilayah secara
umum. Kenampakan-kenampakan tersebut adalah keadaan alam atau
daerah dengan berbagai bentuk permukaan bumi, yaitu gunung, daratan,
lembah, sungai dan sebagainya yang merupakan suatu kesatuan. Contohnya
Peta Dunia.
2) Peta Khusus atau Tematik
Peta yang memuat informasi geografi tentang fenomena alam dan sosial
budaya pada ruang dan waktu tertentu. Contohnya Peta Iklim.
b. Berdasarkan kegunaannya
1) Peta Referensi Umum
Peta yang digunakan mengidentifikasi dan verifikasi macam-macam bentuk
geografi termasuk fitur tanah, perkotaan, jalan dan lain sebagainya
2) Peta Mobilitas
Peta ini digunakan untuk membantu masyarakat dalam menentukan jalur
dari satu tempat ke tempat lainnya, digunakan untuk perjalanan darat, laut
dan udara.
3) Peta Tematik
Peta yang menunjukkan penyebaran dari suatu objek tertentu seperti
populasi, curah hujan dan sumber daya alam.
4) Peta Inventaris
Peta yang menunjukkan lokasi dari fitur-fitur khusus misalnya posisi
gedung di suatu wilayah.
13
c. Berdasarkan skala
1) Skala Besar : Berskala antara 1 : 100 – 1 : 250.000
2) Skala Sedang : Berskala antara 1 : 250.000 – 1 : 1.000.000
3) Skala Kecil : Berskala antara lebih dari 1 : 1.000.000
3. Penggunaan Peta
Peta pada umumnya digunakan untuk mengetahui berbagai kenampakan
pada suatu wilayah yang dipetakan, yakni :
a. Memperlihatkan posisi suatu tempat dipermukaan bumi
b. Mengukur luas dan jarak suatu daerah di permukaan bumi berdasarkan skala
dan ukuran peta
c. Memperlihatkan bentuk suatu daerah yang sesungguhnya dengan skala
tertentu
d. Menghimpun data suatu daerah yang disajikan dalam bentuk peta.
Sedangkan peta khusus digunakan untuk tujuan tertentu yang
menonjolkan satu jenis data saja. Misalnya : Peta Curah Hujan, Peta Iklim, Peta
Penyebaran Penduduk dan sebagainya.
4. Syarat-syarat Peta
Peta yang ideal mempunyai luas, bentuk, arah dan jarak yang benar. Peta
yang baik dan lengkap harus mencantumkan :
14
1. Judul Peta
Judul peta merupakan identitas yang menggambarkan isi dan jenis peta.
Karena itu, judul peta harus ditulis sesuai dengan jenis informasi yang
disampaikan dalam peta tersebut. Judul peta harus diletakkan di atas tengah.
Contoh : Peta Sulawesi Utara.
2. Tahun Pembuatan
Tahun pembuatan peta diletakkan di kanan bawah atau kiri bawah. Tahun
pembuatan peta penting untuk memastikan bahwa peta tersebut masih
relevan dan masih baik untuk digunakan.
3. Skala Peta
Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya
dipermukaan bumi. Ada 3 macam skala peta, yaitu :
a. Skala numerik
Contoh: 1 : 100000, artinya 1 Cm pada peta sama dengan 100000 Cm
pada permukaan bumi.
b. Skala verbal atau skala kalimat
Contoh: 1 inch : 1 mil
c. Skala garis atau skala grafik
Skala pada peta berupa garis yang menunjukkan jarak sesungguhnya pada
permukaan bumi.
4. Petunjuk Arah (mata angin)
Setiap pembuatan peta harus dicantumkan mata angin sebagai penunjuk arah
dari daerah atau wilayah yang dipetakan. Pembuatan mata angin harus
memperhatikan hal-hal berikut :
15
a) Umumnya arah utara peta berada di sisi atas peta.
b) Petunjuk arah ditempatkan pada bagian kosong agar tidak menganggu
peta induk.
5. Legenda
Informasi pada peta cenderung banyak dan padat, sehingga tidak
dimungkinkan semua data dibubuhi keterangan secara rinci. Karena itu,
keterangan pada peta dibuat berupa simbol-simbol. Keterangan berupa
simbol ini pada peta dinamakan legenda. Ada 2 macam simbol pada peta :
a) Simbol Kualitatif
Digunakan untuk melukiskan bentuk-bentuk dipermukaan bumi. Simbol
kualitatif meliputi simbol titik, simbol garis, dan simbol warna.
b) Simbol Kuantitatif
Digunakan untuk menunjukkan jumlah data yang diwakili, misalnya
untuk menggambarkan jumlah penduduk di daerah tertentu. Contoh :
● : 1000 jiwa
●● : 2000 jiwa
●●● : 3000 jiwa
6. Sumber Peta
Merupakan keterangan tentang asal data atau informasi yang ada dalam peta.
Sumber peta dapat berasal dari instansi atau lembaga yang berwewenang dan
melalui survei lapangan.
16 2.1.4 Sistem Informasi Geografi
1. Pengertian Sistem Informasi Geografi
Sistem informasi geografi merupakan suatu komponen yang terdiri dari
perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang
bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki,
memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan
menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis (Puntodewo, 2003).
Sistem Informasi Geografi merupakan bidang kajian ilmu dan teknologi yang
relatif masih baru. Berikut ini merupakan beberapa definisi dari SIG yang telah
beredar di berbagai pustaka :
1. SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data,
manusia, organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan,
menyimpan, menganalisa, dan menyebarkan informasi-informasi mengenai
daerah-daerah di permukaan bumi. [Chrisman97]
2. SIG merupakan sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data
yang tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat geografi. SIG adalah
sistem basis data dengan kemampuan-kemampuan khusus untuk data yang
tereferensi secara geografi berikut sekumpulan operasi-operasi yang
mengelola data tersebut. [Foote95]
3. SIG merupakan sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data
yang terreferensi secara spasial atau koordinat geografi. SIG adalah basis
data dengan kemampuan-kemampuan khusus untuk data yang terreferensi
secara geografi berikut sekumpulan operasi-operasi yang mengelola data
tersebut. [Star90]
17
2. Subsistem Sistem Informasi Geografi (SIG)
Sistem Informasi Geografi dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem
(Prahasta, 2005, P56), yaitu :
1. Data Input
Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial
dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggung jawab
dalam mengkonversi atau mentransformasikan format-format yang dapat
digunakan oleh sistem informasi geografi.
2. Data Output
Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian
basis data baik dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti
tabel, grafik, peta, dan lain-lain.
3. Data Manajemen
Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam
sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diperbaharui,
dan diperbaiki.
4. Data Manipulation and Analysis
Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh
sistem informasi geografi. Selain itu, subsistem ini juga melakukan
manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang
diharapkan.
18
Uraian dari subsistem-subsistem tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Uraian Subsistem-subsistem SIG
3. Komponen Sistem Informasi Geografi
Komponen-komponen SIG terdiri dari :
1. Perangkat keras (hardware)
SIG membutuhkan komputer untuk menyimpan dan memproses data. SIG
dengan skala yang kecil membutuhkan PC (Personal Computer) yang kecil
untuk menjalankannya, namun ketika sistem menjadi besar dibutuhkan
19
komputer yang lebih besar serta host untuk client machine yang mendukung
penggunaan multiple user. Perangkat keras yang digunakan dalam SIG
memiliki spesifikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem informasi
lainnya. Ini dikarenakan penyimpanan data yang digunakan dalam SIG baik
data raster maupun data vector membutuhkan ruang yang besar dan dalam
proses analisisnya membutuhkan memori yang besar dan processor yang
cepat. Selain itu diperlukan juga digitizer untuk mengubah peta ke dalam
bentuk digital.
2. Perangkat lunak (software)
Perangkat lunak dalam SIG haruslah mampu menyediakan fungsi dan tool
untuk melakukan penyimpanan data, analisis dan menampilkan informasi
geografi. Dengan demikian, elemen yang harus terdapat dalam komponen
perangkat lunak SIG adalah :
a) Tool untuk melakukan input dan transformasi data geografi.
b) Sistem Manajemen Basis Data.
c) Tool yang mendukung query geografi, analisis dan visualisasi.
d) Graphical User Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tool
geografi. Ada banyak perangkat lunak SIG yang dapat kita gunakan,
diantaranya adalah Map Info, Arc Info, Arc View, Arc GIS dan masih
banyak lainnya.
3. Data
Menurut McLeod (2004, P12), data merupakan fakta-fakta dan angka-angka
yang relatif tidak berarti bagi pemakai. Sedangkan Laudon (2003, P8)
mendeskripsikan data sebagai berkas-berkas fakta yang masih mentah yang
20
menggambarkan kejadian-kejadian yang terjadi di dalam
perusahaan/organisasi atau di lingkungan fisik sebelum disusun dalam bentuk
yang dapat dimengerti dan digunakan oleh pemakai. Jenis data yang
digunakan dalam sistem informasi geografi adalah data spasial (peta) dan
data non-spasial (keterangan/atribut). Perbedaan antara 2 jenis data tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Data Spasial
Data spasial adalah data sistem informasi yang terpaut pada dimensi
ruang dan dapat digambarkan dengan berbagai komponen data spasial,
yaitu :
1) Titik
Titik merupakan representasi grafis yang paling sederhana untuk suatu
objek. Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat
diidentifikasi di atas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor
dengan menggunakan simbol-simbol. Titik dapat mewakili objek-
objek tertentu berdasarkan skala yang ditentukan, misalnya : letak
bangunan, kota, dan lain-lain.
2) Garis
Garis adalah bentuk linier yang akan menghubungkan paling sedikit
dua titik dan digunakan untuk merepresentasikan objek-objek satu
dimensi. Batas-batas poligon merupakan garis-garis, demikian pula
dengan jaringan listrik, saluran buangan, jalan, sungai, dan lain
sebagainya.
21
3) Poligon
Poligon digunakan untuk merepresentasikan objek-objek dua dimensi.
Suatu danau, batas propinsi, batas kota, batas-batas persil tanah milik
adalah tipe-tipe entity yang pada umumnya direpresentasikan sebagai
poligon. Suatu poligon paling sedikit dibatasi oleh 3 garis yang saling
terhubung diantara ketiga titik tersebut.
Gambar 2. 2 Komponen data Spasial
b. Data Non-spasial (atribut)
Data atribut adalah data yang mendeskripsikan karakteristik atau
fenomena yang dikandung pada suatu objek data dalam peta dan tidak
mempunyai hubungan dengan posisi geografi.
Contoh : data atribut jumlah pengungsi yang dapat ditampung oleh suatu
fasilitas. Atribut dapat dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif.
Pada pendeskripsian secara kualitatif, kita mendeskripsikan tipe,
klasifikasi, label suatu objek agar dapat dikenal dan dibedakan dengan
objek lain, misalnya : Puskemas, rumah sakit dan kantor pemerintahan.
Bila dilakukan secara kuantitatif, data objek dapat diukur atau dinilai
berdasarkan skala ordinat atau tingkatan, interval atau selang, dan rasio
atau perbandingan dari suatu titik tertentu. Contohnya, luas suatu fasilitas
evakuasi, misalnya luas rumah sakit seluas 1000 meter persegi.
22
4. Metode
Untuk menghasilkan SIG sesuai dengan yang diinginkan, maka SIG harus
direncanakan dengan matang dengan menggunakan metologi yang benar.
SIG yang baik memiliki keserasian antara rencana desain yang baik dan
aturan dunia nyata, yaitu metode, model dan implementasi akan berbeda-
beda untuk setiap permasalahan.
5. Manusia
Teknologi SIG tidak akan bermanfaat tanpa manusia yang mengelola sistem
dan membangun perencanaan untuk diaplikasikan sesuai dunia nyata.
Sumber daya manusia sangat diperlukan untuk mendefinisikan, menganalisa,
mengoperasikan serta menyimpulkan masalah yang sedang dihadapi dalam
pembuatan SIG. Pemakai pada SIG terdiri dari beberapa tingkatan, dari
tingkatan spesialis teknis yang mendesain dan memelihara sistem sampai
pada pengguna yang menggunakan SIG untuk membantu pekerjaan sehari-
hari.
2.1.5 Jalan
1. Pengertian Jalan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jalan adalah tempat untuk lalu
lintas orang, kendaraan, dan lain sebagainya. sedangkan menurut UU RI No.13
tahun 1983 mengenai jalan, jalan adalah prasarana perhubungan darat yang
diperuntukkan bagi lalu lintas kendaraan dan orang atau prasarana perhubungan
darat dalam bentuk apapun meliputi segala bentuk bagian jalan termasuk bagian
pelengkap dan perlengkapan yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Bagian
23
pelengkap yang dimaksudkan adalah bangunan yang tidak dapat dipisahkan dari
jalan, antara lain jembatan overpass, underpass, tempat parkir, gorong-gorong,
tembok penahan, dan saluran air jalan. Sedangkan perlengkapan jalan adalah
rambu-rambu lalu lintas, rambu-rambu jalan, tanda-tanda jalan, pagar pengaman
lalu lintas, pagar daerah milik jalan dan patok-patok daerah milik jalan.
2. Jenis Jalan
a. Berdasarkan Fungsi
1) Jalan Ateri
Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan yang masuk dibatasi secara
efisien.
2) Jalan Koletor
Jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan ciri-
ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan
masuk dibatasi.
3) Jalan Lokal
Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak
dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
b. Jenis Jalan lainnya
1) Jalan Tol (Jalan bebas hambatan)
Jalan umum yang pemakainya dikenai kewajiban membayar tol yang
disebut tarif tol. Jalan tol hanya boleh dilalui oleh kendaraan beroda empat
atau lebih.
24
2) Jalan lintas
Jalan yang melayani angkutan utama dan menghubungkan pusat-pusat
kegiatan utama, termasuk pintu-pintu gerbang/outlet dan merupakan jaringan
utama transportasi nasional.
3) Jalan Umum
Jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
4) Jalan Khusus
Jalan yang dibangun dan dipelihara oleh instansi atau badan hukum atau
perorangan untuk melayani kepentingan masing-masing.
5) Jalan Protokol
Jalan yang menjadi pusat keramaian lalu lintas kota.
2.1.6 Algoritma Dijkstra
Menurut Wiitala (1987, p240), Algoritma Dijkstra pertama kali
ditemukan oleh E. Dijkstra pada tahun 1959, dan merepresentasikan sebuah
shorthpath. Ide dibalik algoritma Dijkstra ini cukup pintar. Algoritma ini
membuat dua track yang berisi verteks, yang satu berisi verteks yang memiliki
path terpendek dari verteks awal / verteks yang diberikan, dan track ke dua berisi
sisa verteks yang lainnya. Saat algoritma dimulai, track pertama hanya berisi
verteks awal, kemudian dengan proses iterasi dalam algoritma, sebuah verteks
dari track kedua dihapus dan dimasukkan ke dalam track pertama. Begitu
seterusnya hingga verteks akhir yang diharapkan masuk ke dalam track kedua
maka proses berhenti.
25
1. Cara Kerja Algoritma Dijkstra
Algoritma Dijkstra merupakan algoritma untuk menemukan path
terpendek dari verteks awal s, ke semua verteks dalam graph (V-1). V adalah
semua verteks yang terdapat dalam graph. Algoritma Dijkstra membagi verteks –
verteks yang pernah ditelusuri menjadi S dan F. S terdiri dari verteks – verteks
yang telah didapatkan rute terpendeknya, sedangkan F terdiri dari verteks –
verteks yang path terpendeknya belum ditemukan. Verteks – verteks yang tidak
termasuk S dan F adlaah verteks yang belum pernah ditelusuri (V –( S + F )).
Algoritma Dijkstra terus meng–update d, yang berisi jarak terpendek
yang terbaru dari s ke masing – masing verteks. Jika sebuah verteks v termasuk
dalam S, maka d[v] sudah pasti merupakan jarak terpendek menuju verteks
tersebut. Jika v termasuk F, maka untuk sejauh ini d[v] masih merupakan jarak
terpendek ( masih bisa berubah). Selain itu, jika v tidak termasuk S maupun F
maka d[v] belum bernilai.
Di bawah ini diberikan pseudocode dari algoritma Dijkstra. L(u, v)
adalah panjang edge dari u ke v.
Procedure Dijkstra :
S = {s};
F = OUT(s);
For v in OUT(s) {d[v] = length (s,v);}
While F is not empty {
V = u such that d[u] is minimum among u in F;
F = F – {v};
S = S + {v};
26
For w in OUT(v) {
If w is not in S {
New_dist = d[v] + L(v,w);
If w is in F {d[w] = min (d[w], New_dist);}
Else {
D[w] = New_dist;
F = F + {w};
}
}
}
}
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Basis Data
1. Pengertian Basis Data
Menurut Connolly (2005, p15) basis data adalah kumpulan bersama dari
data-data logikal yang saling terkait, dan deskripsi dari data tersebut, dibuat
untuk memenuhi kebutuhan informasi dari suatu organisasi. (Basis Data,
menurut McLeod, adalah kumpulan data komputer yang terintegrasi, diatur dan
disimpan berdasarkan suatu cara yang memudahkan pengambilan kembali. Basis
Data merupakan sebuah gudang data tunggal dan besar yang di-sharing dan dapat
digunakan secara simultan oleh banyak departemen dan banyak user).
27
2. Pengertian Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)
Menurut Connolly (2005, p16) DBMS adalah sebuah sistem perangkat
lunak yang memungkinkan user untuk menentukan, menciptakan, memelihara
dan mengontrol akses ke basis data. Sebuah DBMS menyediakan fasilitas-
fasilitas berupa :
1. Data Definition Language (DDL) yang memungkinkan user menentukan
basis data, misalnya jenis data, struktur data, dan batasan-batasan pada data
yang hendak disimpan dalam basis data.
2. Data Manipulation Language (DML) yang memungkinkan user untuk
memasukkan, meng-update, menghapus dan me-retrieve data dari basis data.
3. Akses terkontrol ke basis data, contohnya :
a) sistem keamanan yang mana mencegah user yang tidak berhak untuk
akses ke basis data
b) sistem terintegrasi yang mana memelihara konsistensi data yang disimpan
c) sistem kontrol konkuren yang mana memperbolehkan akses bersama
terhadap basis data
d) sistem kontrol pengembalian data yang mana dapat mengembalikan data
ke keadaan sebelumnya apabila terjadi kegagalan perangkat keras atau
perangkat lunak
e) katalog yang dapat diakses user yang mana berisi deskripsi data dalam
basis data
28
3. Relational Database
Menurut Connolly (2005, p76) Relational Database merupakan
kumpulan table-tabel dimana masing-masing tabel memiliki sebuah nama yang
unik. Setiap relation memiliki properti-properti sebagai berikut :
1. Sebuah relation memiliki sebuah nama yang berbeda dari yang lainnya
2. Setiap sel pada relation hanya berisi satu nilai saja
3. Setiap atribut memiliki nama yang berbeda
4. Nilai pada sebuah atribut berasal dari nilai domain yang sama
5. Setiap tuple adalah unik, tidak ada duplikatnya
6. Urutan atribut tidaklah penting
7. Secara teori, urutan tuple juga tidaklah penting
4. Entity Relationship (E-R)
Menurut Connolly (2005, p342) Model E-R merupakan sebuah
pendekatan topdown dalam mendesain database yang dimulai dengan
mengidentifikasi data-data penting(objek-objek dasar) dari dunia nyata yang
dinamakan entity dan relationship diantara data-data yang harus
direpresentasikan ke dalam model tersebut. Menurut Silberschatz (2006, p204)
ada tiga konsep dasar dalam model data E-R, yaitu :
1. Entity sets
Entity adalah ”sesuatu” atau ”objek” dalam dunia nyata yang dapat dibedakan
dari objek-objek lainnya. Sedangkan entity sets adalah sekelompok objek
dengan property yang sama, atau attributes.
2. Relationship sets
29
Relationship adalah kaitan (asosiasi) antara beberapa entitas. Sedangkan
relationship sets adalah sekumpulan relationship yang memiliki tipe sama.
3. Attributes
Attributes merupakan properti-properti khusus dari entitas. Setiap attributes
memiliki nilai yang disebut domain. Attributtes dapat dikelompokkan
menjadi:
a) Simple and Composite attributes.
Simple attribute maksudnya atribut yang sederhana dan tidak dapat dapat
dibagi-bagikan ke dalam sub-sub bagian atribut lagi, sedangkan
composite attribute masih dapat dibagi-bagikan ke sub-sub atribut.
b) Single-Valued and Multi-valued attributes
Dikatakan single-valued attributes apabila sebuah atribut hanya memiliki
satu nilai, sedangkan multi-valued attributes dapat memiliki lebih dari
satu nilai.
c) Derived attributes
Derived attribute hanya digunakan pada saat diperlukan sehingga tidak
disimpan. Model E-R merepresentasikan kendala-kendala yang mana isi
dari basis data harus sesuai. Salah satu kendalanya adalah mapping
cardinalities, yang menjelaskan jumlah entitas yang dapat diasosiasikan
oleh entitas lain lewat relationship sets. Mapping cardinalities yang
mungkin terdapat dalam binari relationship sets antara entity sets A dan
B adalah :
1. One to One : Sebuah entitas di A hanya dapat diasosiasikan dengan
paling banyak satu entitas di B dan sebaliknya.
30
2. One to Many : Sebuah entitas di A dapat diasosiasikan dengan nol
atau lebih entitas di B, namun entitas di B hanya dapat diasosiasikan
dengan paling banyak satu entitas di A.
3. Many to One : Sebuah entitas di A hanya dapat diasosiasikan dengan
paling banyak satu entitas di B, namun entitas di B dapat
diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas di A.
4. Many to Many : Sebuah entitas di A dapat diasosiasikan dengan nol
atau lebih entitas di B, dan sebuah entitas di B dapat diasosiasikan
dengan nol atau lebih entitas di A.
2.2.2 Waterfall
Tahap-tahap Waterfall adalah, sebagai berikut :
1. Rekayasa Sistem
Yaitu dengan menentukan kebutuhan sistem secara keseluruhan, antara
lain dengan menentukan komponen-komponen sistem (Entity), atribut
komponen dan hubungan antara komponen. Secara umum Entity dibedakan
atas data, algoritma dan interface.
2. Analisa Sistem
Yaitu mencari dan menentukan kriteria aplikasi yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan sistem.
3. Desain Sistem
Yaitu dengan mendefinisikan hasil analisa dengan merancang modul
aplikasi perancangan yang dilakukan pada tiga bagian, yaitu: Struktur data,
31
rancangannya didefinisikan dalam Entity Relationship Diagram (ERD) dan
kamus data.
4. Pemrograman
Yaitu mengimplementasikan rancangan atau desain dengan menuliskan
code program sesuai bahasa pemrograman yang dipilih.
5. Ujicoba
Yaitu melakukan pengujian program aplikasi yang telah selesai dibuat
dengan memperhatikan konsep logika untuk mengetahui kinerja aplikasi
apakah sesuai dengan kebutuhan sistem dan melakukan pencegahan
terjadinya kesalahan seminimal mungkin.
6. Pemeliharaan
Yaitu memungkinkan terjadinya perubahan data, lingkungan sistem dan
kebutuhan penggunaan agar aplikasi tetap bisa dikembangkan sesuai
perubahan yang terjadi. Berikut ini merupakan gambar hubungan dari tahap-
tahap pada konsep waterfall.
Gambar 2.3 Konsep metode rekayasa piranti lunak tipe Waterfall
32
2.2.3 Data Flow Diagram (DFD)
Menurut Pressman (2000, p305) DFD atau diagram aliran data adalah
sebuah teknik grafis yang menggambarkan aliran informasi dan transformasi
yang diaplikasikan pada saat data bergerak dari input menjadi output. Bentuk
dasar dari DFD dapat disebut juga data flow graph atau bubble chart.
Pada DFD tingkat 0, disebut juga model sistem dasar atau model konteks,
merepresentasikan keseluruhan elemen sistem sebagai sebuah bubble tunggal
dengan data input dan output yang ditunjukkan oleh anak panah masuk dan
keluar secara berurutan. Proses tambahan (bubble) dan jalur aliran informasi
direpresentasikan pada saat DFD tingkat 0 dipartisi untuk mengungkap detail
lebih. Contohnya, sebuah DFD tingkat 1 dapat berisi lima atau enam bubble
dengan anak panah yang saling menghubungkan. Setiap proses yang
direpresentasikan pada tingkat 1 adalah subfungsi dari seluruh sistem yang
digambarkan di dalam model konteks.
DFD merepresentasikan suatu sistem, baik otomastis maupun manual
melalui gambar yang berupa jaringan grafik. Dengan DFD, seorang analis sistem
dapat memahami aliran data dalam sebuah sistem. Keuntungan memahami aliran
data dalam suatu sistem adalah :
1. Terhindar dari usaha mengimplementasikan suatu sistem yang terlalu dini.
Analis sistem perlu memikirkan secara cermat aliran-aliran data yang
diperlukan sebelum mengambil keputusan untuk merealisasikannya secara
teknik.
33
2. mengerti lebih dalam hubungan state dengan sub-sub sistem. Dengan DFD,
analis sistem dapat membedakan sistem dari lingkungannya dengan batasan-
batasannya (boundaries).
3. DFD dapat menginformasikan kepada user sistem yang berlaku dan sebagai
alat untuk berinteraksi dengan user dalam bentuk representasi.
Tingkatan-tingkatan dalam DFD :
a) Diagram Konteks
Merupakan level tertinggi yang menggambarkan masukkan dan keluaran dari
sistem. Pada diagram konteks hanya terdapat satu proses dan tidak ada data
store.
b) Diagram Nol
Pada diagram nol terdapat data store. Diagram yang tidak rinci pada akhir
nomor diberi tanda *.
c) Diagram Rinci
Merupakan rincian dari diagram nol atau diagram level diatasnya. Proses-
proses pada diagram ini sebaiknya tidak lebih dari 7 atau maksimum 9.
Simbol-simbol yang digunakan dalam DFD, yaitu :
1. External Entity
Entitas eksternal menggambarkan penghasil atau pengguna informasi yang
ada di luar sistem yang dimodelkan. Dilambangkan dengan gambar persegi.
34
2. Process
Proses menggambarkan sebuah transformasi informasi (fungsi) yang ada di
dalam sistem yang dimodelkan. Dilambangkan dengan lingkaran.
3. Data Object
Data Object menggambarkan anak panah yang mengindikasikan arah dari
data flow. Dilambangkan dengan anak panah.
4. Data Store
Data Store menggambarkan tempat penyimpanan data yang digunakan oleh
satu atau lebih proses. Dilambangkan dengan 2 garis sejajar.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam DFD, yaitu :
a) Antara entitas tidak boleh saling berhubungan
b) Diperbolehkan untuk mengambil entitas yang sama, dengan tujuan untuk
menyederhanakan pemodelan
c) Hindari dialog-dialog yang tidak perlu dalam DFD.
2.2.4 State Transition Diagram (STD)
Tujuan dari STD adalah mewakili sistem dengan sejumlah state dan
serangkaian aktivitas yang berhubungan, menggambarkan hubungan antara state,
menunjukkan bagaimana sistem bergerak dari satu state ke state yang lain dan
35
mendokumentasikan urutan dan prioritas dari state. STD pertama kali
dikembangkan untuk membantu merancang kompiler. (Davis and Yen, 1999,
p235)
STD digunakan untuk menggambarkan diagram dari kelakuan sistem
dalam beberapa jenis pesan dengan proses yang komplek dan sinkronisasi
kebutuhan. Komponen utama dalam STD adalah state dan arrow yang mewakili
perubahan state. Setiap kotak persegi mewakili sebuah state dimana sistem
berada. State adalah suatu attribute atau keadaan suatu sistem pada suatu saat
tertentu.
STD menggambarkan sifat suatu sistem informasi, menjelaskan
bagaimana sistem melakukan suatu respon untuk setiap kejadian dan bagaimana
kejadian merubah state suatu sistem.
2.2.5 Bencana Banjir
1. Pengertian Bencana
Definisi bencana menurut Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam, manusia atau keduanya yang mengakibatkan korban manusia, kerugian
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas
umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan
masyarakat.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia definisi bencana
adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan
ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan
36
pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa
dari pihak luar.
Menurut WHO definisi bencana (disaster) adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu
yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.
Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa merubah pola
kehidupan dari kondisi kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak,
menghilangkan harta benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial
masyarakat, serta menimbulkan lonjakan kebutuhan dasar (BAKORNAS PBP).
2. Jenis Bencana
Penulis mengelompokkan bencana menjadi 2 jenis yaitu:
1. Bencana alam (natural disaster) yaitu bencana yang terjadi karena disebabkan
oleh kejadian-kejadian alami seperti banjir, gempa bumi, gunung meletus,
badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.
2. Bencana akibat dari perbuatan manusia (man made disaster) yaitu kejadian-
kejadian karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau
kendaraan, kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik,
ganguan komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya.
37
3. Cakupan Wilayah
Berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari:
1. Bencana Lokal
Bencana ini adalah bencana yang hanya memberikan dampak pada wilayah
sekitarnya yang berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau
bangunan-bangunan disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor
manusia seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan
lainnya.
2. Bencana Regional
Bencana ini adalah bencana yang memberikan dampak atau pengaruh pada
area geografis yang cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam,
seperti badai, banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya.
4. Fase-fase Bencana
Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3 fase dalam terjadinya suatu
bencana, yaitu fase preimpact, fase impact dan fase postimpact.
1. Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana. Informasi
didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Pada fase ini seharusnya
dilakukan segala persiapan untuk menghadapi bencana yang dilakukan baik
oleh pemerintah, lembaga, dan warga masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat
dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup (survive). Fase
impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan
darurat dilakukan.
38
3. Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase
darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi
komunitas yang normal.
2.2.6 Definisi Banjir
Banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak tertampung
oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan, dan atau genangan pada lahan
yang semestinya kering (Departemen Kimpraswil, 2001).
Banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang
biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena
peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air
sungai, atau pecahnya bendungan sungai. (Wikipedia, 2009).
1. Penyebab Banjir
Banjir dapat terjadi karena: perubahan tata guna lahan (land-use) di
daerah aliran sungai, pembuangan sampah, erosi dan sedimentasi, kawasan
kumuh di sepanjang sungai/drainase, perencanaan system pengendalian banjir
tidak tepat, curah hujan, pengaruh fisiografi/geofisik sungai, kapasitas sungai,
kapasitas drainase yang tidak memadai, pengaruh air pasang, penurunan tanah
dan rob, drainase lahan, bendung dan bangunan air, serta kerusakan bangunan
pengendali banjir. Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir
dibandingkan dengan penyebab yang lainnya (Kodoatie RJ dan Sjarief R (2005)).
Faktor – faktor yang dapat menyebabkan banjir meliputi:
1. Hujan deras yang terjadi secara terus menerus dalam beberapa hari.
39
2. Permukaan tanah tidak dapat menyerap air, karena jenuh atau karena diplester.
3. Debit air sungai yang tinggi karena hujan terus menerus
4. Permukaan tanah yang lebih rendah dari daerah sekitarnya, di mana tidak
terdapat saluran-saluran pembuangan air yang berfungsi untuk memindahkan
air ke lokasi lain menyeberangi daerah sekitarnya yang lebih tinggi
5. Permukaan tanah yang lebih rendah dari permukaan laut yang sedang pasang.
2. Kategori Banjir
Menurut penulis berdasarkan sumber air yang menyebabkan banjir di
wilayah Jakarta Selatan, maka banjir dapat digolongkan kepada:
1. Banjir kiriman yang dikirim oleh sungai - sungai yang datang dari arah
selatan Jakarta.
2. Banjir genangan akibat hujan lokal yang tidak dapat diserap oleh tanah pada
daerah genangan air tersebut.
3. Banjir kombinasi kiriman dan hujan lokal yang besar yang datang secara
bersamaan.
Berdasarkan jenisnya ada dua jenis banjir, yaitu:
1. Banjir biasa di mana permukaan air yang naik secara perlahan.
2. Banjir bandang, yakni banjir yang datang dan secara cepat menyapu sebuah
area. Banjir bandang lebih berbahaya, karena datangnya tiba-tiba dengan
kecepatan yang dapat menghancurkan. Banjir bandang dapat disebabkan
hujan sangat deras yang terjadi di hulu sungai, atau bendungan yang jebol.
Tsunami adalah banjir bandang yang datangnya dari laut yang disebabkan
oleh gempa.
40
3. Upaya-upaya Antisipasi Bencana Banjir
a) Penataan pemukiman di sekitar bantaran kali, penertiban daerah aliran sungai
(DAS) sesuai dengan garis sepadan kali (GSK) dari bangunan/gubuk liar
dengan meninjau KDB/KLB.
b) Pendataan ulang kawasan dan sungai dengan meninjau peraturan KDB/KLB.
c) Peningkatan sarana, prasarana serta SDM penanggulangan bencana.
d) Pembuatan sodetan kali dan saluran air untuk mengurangi debit air pada titik
tertentu.
e) Pembuatan sumur resapan air pada setiap pemukiman, perkantoran serta
tempat wisata.
f) Penyediaan daerah pompa (polder area) dan daerah dataran banjir
g) Penyediaan lahan terbuka hijau sebagai sarana penampungan air dan
memaksimalkan fungsi setu/danau yang sudah ada sebagai tendon air.
4. Metode Penanggulangan Bencana Banjir
1. Langkah Prefentif
a) Meningkatkan peringatan dini antisipasi bencana.
b) Melaksanakan pekan sadar bencana untuk masyarakat.
c) Meningkatkan program kali bersih.
d) Membentuk satgas dan posko penanggulangan bencana
e) Identifikasi wilayah rawan bencana banjir
f) Penyuluhan / sosialisasi tentang upaya yang harus dilakukan sebelum dan
sesudah banjir
41
g) Pembangunan waduk dan pemulihan kondisi dan fungsi daerah aliran
sungai
h) Memaksimalkan fungsi waduk / situ sebagai tendon air.
i) Normalisasi fungsi sungai / kali dengan membongkar bangunan liar.
j) Konstruksi bendungan pengendali (check dam) berdasarkan landai aliran
air.
k) Penghijauan / Penguhutanan kembali dengan pepohonan yang berdaya
serap tinggi
l) Persiapan stock untuk bantuan pangan dan obat-obatan.
m) Pelatihan pelaksanaan penaggulangan banjir Satgas PB, apel siaga banjir,
simulasi dapur umum dan posko penanggulangan bencana dan pengungsi
2. Langkah Represif
a) Mengkoordinasikan pelaksanaan tanggap bencana kepada instansi terkait
untuk mengerahkan segala potensi dan sarana yang ada melalui radio HT,
HP dan sarana telekomunikasi lainnya
b) Mengevakuasikan korban ke rumah sakit atau ke tempat penampungan
sesuai dengan kondisi koban
c) Penanganan melalui :
- Mendirikan tenda penampungan
- Mendirikan posko kesehatan
- Mendirikan dapur umum
d) Pemanfaatan data informasi institusi BMG dan Lapan tentang curah
hujan serta kekuatan gempa
e) Menyusun standar operasi prosedur (SOP)
42
f) Peningkatan kesiapan aparat melalui posko bencana, piket banjir dan
sebagainya
g) Pembentukan jaringan kerja unit (network) antara instansi pemerintah
dengan organisasi relawan (ORARI, RAPI, FMKT, FRPSM,
PRAMUKA)
h) Penyiapan alokasi dana, menampung serta menyalurkan baik bantuan
maupun dana donator kepada korban bencana
i) Memantau dan mengawasi perkembangan banjir, pengungsi dapur umum,
posko kesehatan penyaluran bantuan kepada korban bencana
3. Langkah Rehabilitasi
a) Rehabilitasi struktur dan infrastruktur yang rusak akibat bencana
b) Rehabilitasi fisik korban sakit maupun luka-luka akibat bencana
c) Rehabilitasi psikis korban bencana
2.2.7 Definisi evakuasi
Evakuasi adalah upaya pemindahan korban dari lokasi kejadian yang
berbahaya ke tempat yang memadai untuk diberi pertolongan atau untuk
ditindaklanjuti dengan kondisinya guna kelangsungan hidupnya.
Dalam melakukan evakuasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu situasi dan kondisi dalam evakuasi, kondisi korban dan kondisi penolong
sendiri. Hal utama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan evakuasi yaitu
kontrol keadaan korban secara medis, tapi tetap disesuaikan dengan kondisi
trauma korban. Ketiga keadaan tersebut pada akhirnya mengharuskan kita untuk
43
memilih maneuver evakuasi yang khas, seperlunya, dengan tidak membuang
waktu.
2.2.8 Tabel Koordinat Centroid
ID mT (x) mS (y)
1 239092.99302 813148.28980
2 230944.45938 812853.55174
3 227558.78453 810962.90316
4 229278.12941 810312.57921
5 229848.05901 808384.29739
6 230188.98163 806888.75133
7 230058.12744 804561.13288
8 232116.98871 807157.44140
9 232101.07630 805260.25293
10 231564.36079 803729.76176
11 231918.98797 802210.30082
12 231812.22093 809244.22664
13 232446.51064 810360.52654
14 236112.63403 807673.95170
15 234127.34541 808343.14801
16 234604.56052 807026.78761
17 234568.20025 805816.99782
18 235261.24244 805295.75973
19 234160.21026 804675.13473
44
20 233972.29623 802802.26108
21 233832.00537 800719.21748
22 233248.30774 798720.90135
23 233826.08969 798067.07759
24 237029.88506 809206.51739
25 235563.65739 811494.72752
26 236504.33367 805154.11945
27 239189.25836 807143.59788
28 237926.10732 804938.79228
29 236759.73015 804337.58967
30 237284.46877 801972.24558
31 236993.05162 802948.02378
32 236349.27621 799263.99499
33 240282.75210 811518.54646
34 239182.48730 803961.32759
35 236247.80853 813679.37550
36 235975.51260 812811.63327
37 230946.22042 812019.81863
38 232131.99838 812577.31029
39 235165.96219 812175.23466
Table 2.1 Tabel Koordinat Centroid