bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2008-1-00257-mnti bab 2.pdf ·...

65
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teknik Industri Teknik Industri merupakan suatu bidang ilmu yang berhubungan dengan analisa, disain dan perbaikan dari suatu sistem yang berhubungan dengan pelayanan dan produksi dari suatu barang atau jasa. Dalam melakukan analisa, disain dari suatu sistem yang terintegrasi, teknik industri menggunakan suatu pengetahuan dan keahlian khusus di bidang teknik, manajemen, matematika, dan ilmu sosial lainnya. Definisi menurut institute of industrial and system (IIE) : Teknik industri adalah suatu rekayasa yang berkaitan dengan desain, pembaruan, dan instalasi dari sistem terintegrasi yang meliputi manusia, material, peralatan (mesin), energi dan informasi. Teknik industri juga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus dalam bidang matematika, fisik, dan ilmu sosial yang digabungkan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode analisa teknik untuk memprediksi dan mengevaluasi hasil dalam merancang suatu sistem (Turner,2000,p21). 2.2 Manajemen Operasi Manajemen operasi (MO) adalah serangkaian kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Kegiatan membuat barang dan jasa terjadi di semua sektor organisasi. Tanpa mempedulikan hasil akhirnya, barang

Upload: hanhi

Post on 18-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teknik Industri

Teknik Industri merupakan suatu bidang ilmu yang berhubungan dengan analisa,

disain dan perbaikan dari suatu sistem yang berhubungan dengan pelayanan dan

produksi dari suatu barang atau jasa. Dalam melakukan analisa, disain dari suatu sistem

yang terintegrasi, teknik industri menggunakan suatu pengetahuan dan keahlian khusus

di bidang teknik, manajemen, matematika, dan ilmu sosial lainnya.

Definisi menurut institute of industrial and system (IIE) :

Teknik industri adalah suatu rekayasa yang berkaitan dengan desain, pembaruan, dan

instalasi dari sistem terintegrasi yang meliputi manusia, material, peralatan (mesin),

energi dan informasi.

Teknik industri juga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus dalam

bidang matematika, fisik, dan ilmu sosial yang digabungkan dengan prinsip-prinsip dan

metode-metode analisa teknik untuk memprediksi dan mengevaluasi hasil dalam

merancang suatu sistem (Turner,2000,p21).

2.2 Manajemen Operasi

Manajemen operasi (MO) adalah serangkaian kegiatan yang membuat barang

dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Kegiatan membuat barang

dan jasa terjadi di semua sektor organisasi. Tanpa mempedulikan hasil akhirnya, barang

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

21

atau jasa, aktivitas yang terjadi pada suatu perusahaan disebut operasi atau manajemen

operasi. (Barry Render & Jay Heizer,2001,p2).

Manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan yang membuat barang dan jasa

melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Kegiatan membuat barang dan jasa

terjadi di semua sektor organisasi terutama sangat jelas terlihat diperusahaan

manufaktur.

Selama beberapa dekade, ketika bidang operasi lebih banyak berhubungan

dengan manufaktur, Manajemen Operasi disebut Manajemen Produksi. Istilah itu

kemudian diperluas menjadi Manajemen Produksi dan Operasi. Ketika terjadi

pergeseran minat, dari bidang manufaktur menjadi bidang jasa, seperti yang terjadi di

Amerika, maka bidang operasi tersebut diistilahkan sebagai Manajemen Operasi.

Manajemen Operasi berusaha mempelajari manajemen kuantitatif yang terlibat, baik

dalam pengelolaan industri jasa maupun manufaktur.

Dari penjelasan sebelumnya kita dapat mendefinisikan manajemen operasi

sebagai kajian pengambilan keputusan dari suatu fungsi operasi. Adapun tanggung

jawab dari manajer operasi adalah menghasilkan barang dan jasa sesuai fungsinya,

mengambil keputusan mengenai suatu fungsi operasi, dan sistem transformasi yang

digunakan.

Dari definisi tersebut, ada 3 hal yang mendapat perhatian, yaitu:

1. Fungsi

Di dalam suatu organisasi, manajer operasi bertanggung jawab untuk mengelola

departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi

dan pelaksanaan fungsi operasi. Selain itu, tanggung jawab manajer operasi juga

menyangkut tanggung jawab khusus berupa perencanaan strategis, penentuan

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

22

kebijaksanaan, penganggaran, koordinasi dengan manajer-manajer yang lain

(manajer material, pembelian, persediaan, PPC, mutu, fasilitas, dan lini

produksi).

2. Sistem

Definisi di atas mengacu pada sistem transformasi yang menghasilkan jenis-jenis

sistem produksi, yaitu barang dan jasa. Gambaran sistem tidak hanya menjadi

dasar dalam pendefinisian jasa dan manufaktur sebagai sistem transformasi,

tetapi juga menjadi dasar yang kuat untuk rancangan dan analisis operasi.

3. Keputusan

Pada akhirnya definisi di atas mengacu pada pengambilan keputusan sebagai

elemen penting dari manajemen operasi. Karena semua manajer mengambil

keputusan, maka sudah selayaknya mereka memusatkan perhatian pada

pengambilan keputusan sebagai tema pokok operasi. Fokus keputusan ini

memberikan dasar untuk membagi operasi berdasarkan bentuk keputusan utama

manajemen operasi, yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan mutu.

(Arman Hakim Nasution ,2006, p5-7)

2.3 Manajemen Persediaan

Dalam buku yang berjudul “Perencanaan dan Pengendalian Produksi“ tahun

2002 oleh Teguh Baroto menyebutkan bahwa :

Secara umum, persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang disimpan

dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan adalah komponen,

material atau produk jadi yang tersedia di tangan, menunggu untuk digunakan atau dijual

(Groebner, Introduction to Management Science,1992).

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

23

Persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses (work in process), barang

jadi, bahan pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam antisipasinya

terhadap pemenuhan permintaan (Riggs, 1976).

2.3.1 Penyebab Persediaan

Persediaan merupakan suatu hal yang tidak terhindarkan. Penyebab timbulnya

persediaan adalah sebagai berikut.

1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. Permintaan terhadap suatu barang tidak

dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya. Untuk

menyiapkan barang ini diperlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman,

maka adanya persediaan merupakan hal yang sulit terhindarkan.

2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat :

permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu

kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu produk

dengan produk berikutnya, waktu tenggang (lead time) yang cenderung tidak

pasti karena banyak faktor yang tak dapat dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat

diredam dengan mengadakan persediaan.

3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar

dari kenaikan harga di masa mendatang.

2.3.2 Fungsi Persediaan

Efisiensi produksi dapat ditingkatkan melalui pengendalian sistem persediaan.

Efisiensi ini dapat dicapai bila fungsi persediaan dapat dioptimalkan. Beberapa fungsi

persediaan adalah sebagai berikut menurut Teguh Baroto adalah :

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

24

1. Fungsi independensi. Persediaan bahan diadakan agar departemen-departemen

dan proses individual terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan

untuk memenuhi permintaan pelanggan yang tidak pasti. Permintaan pasar tidak

dapat diduga dengan tepat, demikian pula dengan pasokan dari pemasok.

Seringkali keduanya meleset dari perkiraan. Agar proses produksi dapat berjalan

tanpa tergantung pada kedua hal ini (independen), maka persediaan harus

mencukupi.

2. Fungsi ekonomis. Seringkali dalam kondisi tertentu, memproduksi dengan

jumlah produksi tertentu (lot) akan lebih ekonomis daripada memproduksi secara

berulang atau sesuai permintaan. Pada kasus tersebut (dan biaya setup besar

sekali), maka biaya setup ini mesti dibebankan pada setiap unit yang diproduksi,

sehingga jumlah produksi yang berbeda membuat biaya produksi per unit juga

akan berbeda, maka perlu ditentukan jumlah produksi yang optimal. Jumlah

produksi yang optimal dalam kasus ini ditentukan oleh struktur biaya setup dan

biaya penyimpanan, bukan oleh jumlah permintaan, sehingga timbullah

persediaan. Pada beberapa kasus, membeli dengan jumlah tertentu juga akan

lebih ekonomis ketimbang membeli sesuai kebutuhan. Jadi, memiliki persediaan

– dalam beberapa kasus – bisa merupakan tindakan yang ekonomis.

3. Fungsi antisipasi. Fungsi ini diperlukan untuk mengantisipasi perubahan

permintaan atau pasokan. Seringkali perusahaan mengalami kenaikan permintaan

setelah dilakukan program promosi. Untuk memenuhi hal ini, maka diperlukan

sediaan produk jadi agar tak terjadi stock out. Keadaan yang lain adalah bila

suatu ketika diperkirakan pasokan bahan baku akan terjadi kekurangan. Jadi

tindakan menimbun persediaan bahan baku terlebih dahulu adalah rasional.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

25

4. Fungsi fleksibilitas. Bila dalam proses produksi terdiri atas beberapa tahapan

proses operasi dan kemudian terjadi kerusakan pada satu tahap proses produksi,

maka akan diperlukan waktu untuk melakukan perbaikan. Berarti produk tidak

akan dihasilkan untuk sementara waktu. Sediaan barang setengah jadi (work in

process) pada situasi ini akan merupakan faktor penolong untuk kelancaran

proses operasi. Hal lain adalah dengan adanya sediaan barang jadi, maka waktu

untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup.

Sedangkan Empat fungsi persediaan menurut Jay Heizer dan Barry Render

adalah :

1. Untuk men-“decouple“ atau memisahkan beragam bagian proses produksi.

2. Untuk men-“decouple“ perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan

persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan.

3. Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalam jumlah

lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang.

4. Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.

2.3.3 Jenis Persediaan

Secara fisik, item persediaan dapat dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu

sebagai berikut (Teguh Baroto, 2002, p52) :

1. Bahan mentah (raw materials), yaitu barang-barang berwujud seperti baja, kayu,

tanah liat, atau bahan-bahan mentah lainnya yang diperoleh dari seumber-sumber

alam, atau dibeli dari pemasok, atau diolah sendiri oleh perusahaan untuk

digunakan perusahaan dalam proses produksinya sendiri.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

26

2. Komponen, yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian-bagian (parts) yang

diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi sendiri atau untuk digunakan

dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi.

3. Barang setengah jadi (work in process) yaitu barang-barang keluaran dari tiap

opeasi produksi atau perakitan yang telah memiliki bentuk lebih kompleks

daripada komponen, namun masih perlu proses lebih lanjut untuk menjadi barang

jadi.

4. Barang jadi (finished good) adalah barang-barang yang telah selesai diproses dan

siap untuk didistribusikan ke konsumen.

5. Bahan pembantu (supplies material) adalah barang-barang yang diperlukan

dalam proses pembuatan atau perakitan barang, namun bukan merupakan

komponen barang jadi. Termasuk bahan penolong adalah bahan bakar, pelumas,

listrik dan lain-lain.

2.3.4 Analisis ABC

Menurut Jay Heizer & Barry Render, analisis ABC (ABC analysis) membagi

persediaan yang dimiliki ke dalam tiga golongan berdasarkan pada volume dolar

tahunan. Analisis ABC adalah sebuah aplikasi persediaan dari prinsip pareto. Prinsip

pareto menyatakan bahwa terdapat “sedikit hal yang penting dan banyak hal yang

sepele.“ Tujuannya adalah membuat kebijakan persediaan yang memusatkan sumber

daya pada komponen persediaan penting yang sedikit dan bukan pada yang banyak

tetapi tidak sepele.

Untuk menentukan volume dolar tahunan analisis ABC, permintaan tahunan dari

setiap barang persediaan dihitung dan dikalikan dengan harga per unit. Barang kelas A

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

27

adalah barang-barang dengan volume dolar tahunan tinggi. Walaupun barang seperti ini

mungkin hanya mewakili sekitar 15% dari total persediaan barang, mereka

mempresentasikan 70% hingga 80% dari total pemakaian dolar. Kelas B adalah untuk

barang-barang persediaan yang memiliki volume dolar tahunan menengah. Barang ini

mempresentasikan sekitar 30% barang persediaan dan 15% hingga 25% dari total nilai.

Barang-barang yang memiliki volume dolar tahunan rendah adalah kelas C, yang

mungkin hanya mempresentasikan 5% dari volume dolar tahunan tetapi sekitar 55% dari

total barang persediaan.

Kriteria lain selain dari volume dolar tahunan juga dapat menentukan

penggolongan barang. Sebagai contoh, perubahan rekayasa yang diantisipasi,

permasalahan pengiriman, permasalahan kualitas atau biaya per unit yang tinggi dapat

menaikkan barang ke penggolongan yang lebih tinggi. Keuntungan dari pembagian

barang persediaan ke dalam tiga kelas ini memungkinkan diterapkannya kebijakan dan

kontrol dan untuk setiap kelas.

Kebijakan yang mungkin didasarkan pada analisis ABC meliputi hal berikut :

1. Pembelian sumber daya yang dibelanjakan pada pengembangan pemasok

harus jauh lebih tinggi untuk barang A dibandingkan barang C.

2. Barang A, tidak seperti barang B dan C, perlu memiliki kontrol persediaan

fisik yang lebih ketat; mungkin mereka dapat diletakkan pada tempat yang

lebih aman, dan mungkin akurasi pencatatan persediaan untuk barang A

harus lebih sering diverifikasi.

3. Prediksi barang A perlu lebih dijamin keabsahannya dibandingkan dengan

prediksi barang B dan C.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

28

Prediksi yang lebih baik, kontrol fisik, keandalan pemasok, dan pengurangan

persediaan pengaman (safety stock), semuanya merupakan hasil dari kebijakan

manajemen persediaan yang sesuai. Analisis ABC mengarahkan pengembangan semua

kebijakan tersebut (Jay Heizer & Barry Render,2004,p62).

2.3.5 Biaya Dalam Sistem Persediaan

Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai

akibat persediaan. Biaya tersebut adalah harga pembelian, biaya pemesanan, biaya

penyiapan, biaya penyimpanan, dan biaya kekurangan persediaan (Teguh Baroto, 2002,

p 55).

1. Harga Pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang,

besarnya sama dengan harga perolehan sediaan itu sendiri atau harga belinya.

2. Biaya pemesanan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan

pemesanan ke pemasok, yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah

pemesanan. Biaya ini meliputi biaya pemrosesan pesanan, biaya ekspedisi, upah,

biaya telepon/fax, biaya dokumentasi/transaksi, biaya pengepakan, biaya

pemeriksaan, dan biaya lainnya yang tidak tergantung jumlah pesanan.

3. Biaya penyiapan (set up cost) adalah semua pengeluaran yang timbul dalam

mempersiapkan produksi. Biaya ini terjadi bila item sediaan diproduksi sendiri

dan tidak membeli dari pemasok. Biaya ini meliputi biaya persiapan peralatan

produksi, biaya set-up mesin, biaya perencanaan dan penjadwalan produksi, dan

biaya-biaya lain yang besarnya tidak tergantung pada jumlah item yang

diproduksi.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

29

4. Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan dalam penanganan/

penyimpanan material, semi finished product, sub assembly, ataupun produk jadi.

Biaya simpan biasanya dinyatakan dalam biaya per unit per periode. Biaya

penyimpanan meliputi biaya kesempatan, biaya simpan, biaya keusangan, biaya-

biaya lain yang besarnya besifat variabel tergantung pada jumlah item. Dalam

praktek, biaya penyimpanan sukar dihitung secara teliti,sehingga dilakukan

pendekatan dengan suatu persentase tertentu. Pada beberapa perusahaan

persentase ini ditetapkan antara 15% sampai 30% pertahun dari harga pembelian.

5. Biaya kekurangan persediaan. Bila perusahaan kehabisan barang saat ada

permintaan maka akan terjadi stock out. Stock out menimbulkan kerugian berupa

biaya akibat kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan atau kehilangan

pelanggan yang kecewa (yang pindah ke produk saingan). Biaya ini sulit diukur

karena berhubungan dengan good will perusahaan.

2.3.6 Model Pengendalian Persediaan

Model pengendalian persediaan menganggap bahwa permintaan untuk sebuah

barang mungkin bebas (independent) atau terikat (dependent) dengan permintaan barang

lain (Jay Heizer & Barry Render,2004,p67).

Secara kronologis, metode pengendalian persediaan yang ada dapat

diidentifikasikan sebagai berikut (Arman Hakim Nasution,2003,p108).

1. Metode pengendalian persediaan tradisional

2. Metode perencanaan kebutuhan material (MRP)

3. Metode kanban

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

30

2.4 Perencanaan dan Pengendalian Produksi

2.4.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi.

Sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu produk, dimana

dalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, energi, informasi modal, dan

tindakan manajemen. Dalam praktik, aktivitas dalam sistem produksi ini dapat

dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu “Proses Produksi“ dan “Perencanaan dan

Pengendalian Produksi (Production Planning and Control/PPC)“.

Proses produksi adalah aktivitas bagaimana membuat produk jadi dari bahan

baku yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan teknis dan lain-lain. Proses produksi

merupakan tindakan nyata dan dapat dilihat. Proses produksi ini terdiri atas beberapa

subproses produksi, misalkan proses pengolahan bahan baku menjadi komponen, proses

perakitan komponen menjadi sub-assembly, dan proses sub-assembly menjadi produk

jadi. Perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) adalah aktivitas bagaimana

mengelola proses produksi tersebut (Teguh Baroto, 2002, p13).

2.5 Peramalan

2.5.1 Definisi Peramalan

“Forecasting is the prediction, projection or estimation of the occurness of

uncertain future events or level of activity. Forecasting offers an organization some

foresight in the premediation of appropriate courses of action. Its purpose is to make use

of the best available present information to guide future activities toward organizational

goals“ (Richard J.Tersine, 2000, p35).

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

31

Peramalan digunakan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan pengendalian

dari dari sistem persediaan (inventory), membuat perencanaan produksi, pembebanan

mesin, menentukan kebutuhan mesin, peralatan, bahan, serta untuk menentukan tingkat

tenaga kerja selama periode produksi (Teguh Baroto, 2002, p22).

Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu memprediksi peristiwa-peristiwa

masa depan. Peramalan memerlukan pengambilan data historis dan memproyeksikannya

ke masa depan dengan bentuk beberapa bentuk model matematis. Bisa jadi berupa

prediksi subjektif atau intuitif tentang masa depan. Atau peramalan bisa mencakup

kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan penilaian yang baik oleh manajer

(Barry Render & Jay Heizer,2001,p46).

2.5.2 Meramalkan Horison Waktu

Peramalan biasanya dikelompokkan oleh horison waktu masa depan yang

mendasarinya. Tiga kategori yang bermanfaat bagi manajer operasi menurut Barry

Render & Jay Heizer adalah :

1. Peramalan jangka pendek. Rentang waktunya mencapai satu tahun tetapi

umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan jangka pendek digunakan untuk

merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan

dan tingkat produksi.

2. Peramalan jangka menengah. Peramalan jangka menengah biasanya berjangka

tiga bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat dalam

perencanaan penjualan, perencanaan dan penganggaran produksi, penganggaran

kas dan menganalisis berbagai rencana operasi.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

32

3. Peramalan jangka panjang. Rentang waktunya biasanya tiga tahun atau lebih;

digunakan dalam merencanakan produk baru, pengeluaran modal lokasi fasilitas

atau ekspansi dan penelitian serta pengembangan.

2.5.3 Tujuan Peramalan

Tujuan dari peramalan sendiri adalah untuk melihat atau memperkirakan prospek

ekonomi atau kegiatan usaha serta pengaruh lingkungan terhadap prospek tersebut,

sehingga dapat diperoleh informasi mengenai :

1. Kebutuhan suatu kegiatan usaha di masa yang akan datang.

2. Waktu untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan skala produksi,

pemasaran, serta target usaha.

3. Perencanaan skala produksi, pemasaran, anggaran, biaya produksi dan arus

kas (cash flow).

2.5.4 Jenis – Jenis Pola Data

Data yang diplot adalah data masa lalu yang dipergunakan untuk meramalkan

data di masa yang akan datang. Dari data yang telah diplot akan terlihat pola data untuk

menentukan metode ramalan yang akan digunakan. Menurut Makridakis (1999, p21),

pola–pola data deret waktu yang umum terjadi yaitu :

1. Pola Horisontal ( H )

Terjadi bila nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata–rata yang konstan. (Deret

seperti itu “ stasioner “ terhadap nilai rata–ratanya). Suatu produk yang penjualannya

tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk jenis ini. Demikian

pula, suatu keadaan pengendalian mutu yang menyangkut pengambilan contoh dari

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

33

suatu proses produksi berkelanjutan yang secara teoritis tidak mengalami perubahan

juga termasuk jenis ini.

2. Pola Musiman / Seasonal (S)

Terjadi bila suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun

tertentu, bulanan, atau hari–hari pada minggu tertentu). Penjualan dari produk seperti

minuman ringan, es krim, dan bahan bakar pemanas ruang, semuanya menunjukkan

jenis pola ini.

3. Pola Siklis / Cyclical (C)

Terjadi bila data dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang

berhubungan dengan siklus bisnis. Penjualan produk seperti mobil, baja, dan

peralatan utama lainnya menunjukkan jenis pola ini.

4. Pola Trend (T)

Terjadi bila terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data.

Penjualan banyak perusahaan, produk bruto nasional (GNP) dan berbagai indikator

bisnis atau ekonomi lainnya mengikuti suatu pola trend selama perubahannya

sepanjang waktu.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

34

Gambar 2.1 Jenis-jenis Pola Data

2.5.5 Metode – Metode Peramalan

Menurut Render dan Heizer (2001, p48), terdapat dua pendekatan umum yang

digunakan dalam peramalan yaitu : peramalan kualitatif dan peramalan kuantitatif.

1. Metode Kualitatif

Metode ini biasanya digunakan untuk meramalkan lingkungan dan teknologi,

karena kondisi tersebut berbeda dengan kondisi perekonomian dan pemasaran. Oleh

karena itu metode kualitatif disebut dengan technological forecasting. Teknik-teknik

kualitatif adalah subjektif atau “ judgmental ” atau berdasarkan pada estimasi-

estimasi dan pendapat-pendapat.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

35

Berbagai sumber pendapat bagi peramalan kondisi bisnis adalah :

Para eksekutif

Orang-orang penjualan

Para langganan

Sedangkan berbagai teknik peramalan kualitatif yang dapat digunakan, secara

ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Metode Delphi

Metode ini merupakan teknik yang mempergunakan suatu prosedur yang

sistematik untuk mendapatkan suatu konsensus pendapat-pendapat dari suatu kelompok

ahli. Proses Delphi ini dilakukan dengan meminta kepada para anggota kelompok untuk

memberikan serangkaian ramalan-ramalan melalui tanggapan mereka terhadap daftar

pertanyaan. Kemudian, seorang moderator mengumpulkan dan memformulasikan daftar

pertanyaan baru dan dibagikan lagi kepada kelompok. Jadi ada suatu proses

pembelajaran bagi kelompok karena mereka menerima informasi baru dan tidak ada

pengaruh pada tekanan kelompok atau dominasi individual.

b. Riset pasar

Adalah peralatan peramalan yang berguna, terutama bila ada kekurangan data

historik atau data tidak reliabel. Teknik ini secara khusus digunakan untuk meramal

permintaan jangka panjang dan penjualan produk baru. Kelemahan riset pasar mencakup

kurangnya kekuatan prediktif, serta memakan waktu dan biaya.

c. Analogi historik

Peramalan dilakukan dengan menggunakan pengalaman-pengalaman historik

dari suatu produk yang sejenis. Peramalan produk baru dapat dikaitkan dengan tahap-

tahap dalam siklus kehidupan produk yang sejenis.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

36

d. Konsensus panel

Gagasan yang didiskusikan oleh kelompok akan menghasilkan ramalan-ramalan

yang lebih baik daripada dilakukan oleh seseorang. Diskusi dilakukan dalam pertemuan

pertukaran gagasan secara terbuka.

2. Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif hanya dapat diterapkan jika tersedia informasi mengenai

data masa lalu, informasi dapat dikuantifisir (diwujudkan dalam bentuk angka), dan

asumsi beberapa aspek pola masa lalu akan berlanjut.

Jenis peramalan kuantitatif dibagi dua, yaitu:

a. Time Series

Jenis peramalan ini merupakan estimasi masa depan yang dilakukan berdasarkan

nilai masa lalu dari suatu variabel dan / atau kesalahan masa lalu.

b. Metode Causal

Peramalan ini memberikan suatu asumsi bahwa faktor yang diramalkan

mewujudkan suatu hubungan sebab akibat dengan satu atau lebih independent variabel.

Tujuannya adalah untuk menemukan bentuk hubungan tersebut dan menggunakannya

untuk meramalkan nilai mendatang dari dependent variable.

2.5.6 Tahapan Untuk Sistem Peramalan

Delapan Tahap yang umumnya diikuti tanpa melihat metode yang digunakan

untuk meramal menurut Barry Render & Jay Heizer :

1. Menentukan penggunaan peramalan itu – apakah tujuan yang akan dicapai?

2. Memilih hal-hal yang akan diramalkan.

3. Menentukan horizon waktunya – jangka pendek, menengah atau panjang?

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

37

4. Memilih model peramalannya.

5. Mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk membuat ramalan.

6. Menentukan model peramalan yang tepat,

7. Membuat ramalan.

8. Menerapkan hasilnya.

Sedangkan prosedur peramalan permintaan dengan metode time series menurut

Baroto Teguh adalah sebagai berikut :

1. Tentukan pola data permintaan. Dilakukan dengan cara memplotkan data

secara grafis dan menyimpulkan apakah data itu berpola trend, musiman atau

eratik/random.

2. Mencoba beberapa metode time series – yang sesuai dengan pola permintaan

tersebut – untuk melakukan peramalan. Metode yang dicoba semakin banyak

semakin baik. Pada setiap metode sebaiknya dilakukan pula peramalan

dengan parameter yang berbeda.

3. Mengevaluasi tingkat kesalahan masing-masing metode yang telah dicoba.

Tingkat kesalahan diukur dengan MAD, MSE, MAPE atau lainnya.

Sebaiknya nilai tingkat kesalahan ini ditentukan dulu. Tidak ada ketentuan

mengenai berapa tingkat kesalahan maksimal dalam peramalan.

4. Memilih metode peramalan terbaik di antara metode yang dicoba. Metode

terbaik adalah metode yang memberikan tingkat kesalahan terkecil dibanding

metode lainnya dan tingkat kesalahan tersebut di bawah batas tingkat

kesalahan yang telah ditetapkan.

5. Melakukan peramalan permintaan dengan metode terbaik yang telah dipilih.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

38

2.5.7 Jenis-Jenis Peramalan

Organisasi menggunakan tiga jenis peramalan ketika merencanakan masa depan

operasinya. Dua yang pertama, peramalan ekonomi dan teknologi, adalah teknik-teknik

khusus yang mungkin berada di luar peran manajer operasi.

1. Ramalan ekonomi, membahas siklus bisnis dengan memprediksi tingkat inflasi,

suplai uang permulaan perumahan dan indikator-indikator perencanaan lain.

2. Ramalan teknologi, berkaitan dengan tingkat kemajuan teknologi yang akan

melahirkan produk-produk baru yang mengesankan, membutuhkan pabrik dan

peralatan baru.

3. Ramalan permintaan, adalah proyeksi permintaan untuk produk atau jasa

perusahaan. Ramalan ini disebut juga ramalan penjualan, mengarahkan produksi,

kapasitas dan sistem penjadwalan perusahaan dan bertindak sebagai masukan

untuk perencanaan keuangan, pemasaran, keuangan dan personelia (Barry

Render & Jay Heizer,2001,p47).

2.5.8 Metode Pemulusan Eksponensial

Pemulusan eksponensial (exponential smoothing) adalah metode peramalan yang

mudah digunakan dan efisien bila dilakukan dengan komputer. Meskipun merupakan

teknik rata-rata bergerak, pengahalusan eksponensial mencakup pemeliharaan data masa

lalu yang sangat sedikit.

1. Penghalusan Eksponensial Tunggal (Single Exponential Smoothing)

Rumus :

)( 111 −−− −+= tttt FAFF α

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

39

Persamaan ini merupakan bentuk umum yang digunakan dalam menghitung

ramalan dengan metode pemulusan eksponensial.

2. Penghalusan Eksponensial Ganda (Double Exponential Smoothing)

Rumus :

S’T

= ( ) ( )1tT Sα1α.X −−+

S”T

= ( ) ( )1"1'. −−+ tT SS αα

a =t tt "S'S2 −

b =t ( )TT "S'S1

−α−

α

F mba ttmT +=+

Dimana α adalah timbangannya, atau konstanta penghalusan, yang nilainya

antara 0 sampai 1. Konsep ini tidak rumit. Estimasi permintaan terakhir adalah sama

dengan estimasi sebelumnya yang disesuaikan dengan sedikit dari perbedaan antara

permintaan aktual periode lalu dan estimasi sebelumnya. Konstanta penghalusan bisa

diubah untuk memberikan timbangan yang lebih rendah pada data baru (bila α tinggi)

atau pada data masa lalu (bila α rendah). Yang pasti, periode masa lalu menurun dengan

cepat ketika α meningkat. Semua nilai yang lebih lama dihilangkan, dan ramalannya

menjadi identik ke model naif yang telah dibahas sebelumnya. Yaitu ramalan untuk

periode berikutnya sama saja dengan periode ini.

Pendekatan dengan penghalusan eksponensial mudah digunakan, dan telah

dengan sukses diterapkan di banyak organisasi. Akan tetapi, nilai konstanta penghalusan

(α), yang tepat bisa menciptakan perbedaan antara ramalan yang akurat dan ramalan

yang tidak akurat. Dalam mengambil sebuah nilai untuk konstanta penghalusan,

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

40

tujuannya adalah untuk mencapai ramalan yang paling akurat. Keakuratan yang

menyeluruh dari model peramalan bisa ditentukan dengan membandingkan nilai-nilai

yang diramalkan dengan nilai-nilai aktual.

2.5.9 Metode Regresi Linier

Salah satu bentuk peramalan yang paling sederhana adalah regresi linier. Dalam

aplikasi regresi linier diasumsikan bahwa terdapat hubungan antara variabel yang ingin

diramalkan (variabel dependen) dengan variabel lain (variabel independen). Selanjutnya,

peramalan ini didasarkan pada asumsi bahwa pola pertumbuhan dari data historis

bersifat linier (walaupun pada kenyataannya tidak linier 100%). Pola pertumbuhan ini

didekati dengan suatu model yang menggambarkan hubungan-hubungan yang terkait

dalam suatu keadaan.

Model tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

Y(t) = a + bt

2

11

2

1 11)()(

⎟⎠

⎞⎜⎝

⎛−

−=

∑∑

∑ ∑∑

==

= ==

N

t

N

t

N

t

N

t

N

t

ttN

ttYttYNb dan

∑∑==

−=N

t

N

ttb

NtY

Na

11

1)(1

(Makridakis, 1999, pp117-119)

2.5.10 Memantau dan Mengendalikan Ramalan

Menurut Vincent Gasperz (2001), berkaitan dengan validasi model peramalan,

kita dapat menggunakan tracking signal (isyarat arah). Tracking signal adalah suatu

ukuran bagaimana baiknya suatu ramalan memperkirakan nilai-nilai aktual. Suatu

ramalan diperbaharui setiap minggu, bulan atau triwulan, sehingga data permintaan yang

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

41

baru dibandingkan terhadap nilai-nilai ramalan. Tracking signal dihitung sebagai

running sum of the rofecast error (RSFE) dibagi dengan mean absolute deviation

(MAD), sebagai berikut :

MADRSFE signalTracking =

MADi) period in demand forecast - i period in demand (actual ∑

=

Dimana,

nerror) forecast dari (absolut ADM ∑

=

n = banyaknya periode data

3.2.1 Statistik Ketepatan Peramalan

Menurut Makridakis (1999) ukuran statistik standard adalah sebagai berikut :

1. Error

ttt FXe −=

2. Nilai tengah kesalahan absolut (mean error)

∑=

=n

ii neME

1/

3. Nilai tengah galat kuadrat ( mean squared error )

n

eMSE

n

ii∑

== 1

2

4. Nilai tengah deviasi absolut (mean absolute deviation)

∑ −= XXn

MAD i1

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

42

Ukuran-ukuran relatif adalah sebagai berikut :

1. Galat persentase (percentage error)

100×−

=t

ttt X

FXPE

2. Nilai tengah galat persentase (mean absolute percentage error)

Pengukuran ketelitian dengan cara rata-rata persentase kesalahan absolut

(MAPE) menunjukkan rata-rata kesalahan absolut prakiraan dalam bentuk

persentasenya terhadap data aktual.

n

PEMAPE

n

ii∑

== 1

2.6 Perencanaan Agregat

Perencanaan agregat menyangkut penentuan jumlah dan kapan produksi akan

dilangsungkan dalam waktu dekat, sering kali 3 sampai 18 bulan ke depan. Manajer

operasi berupaya untuk menentukan cara terbaik untuk memenuhi ramalan permintaan

dengan menyesuaikan tingkat produksi, tingkat kebutuhan tenaga kerja, tingkat

persediaan, waktu lembur, tingkat nilai sub kontrak, dan semua variabel lain yang dapat

dikendalikan.

Tujuan perencanaan produksi adalah menyusun suatu rencana produksi untuk

memenuhi permintaan pada waktu yang tepat dengan menggunakan sumber-sumber atau

alternatif yang tersedia dengan biaya yang paling minimum. Perencanaan agregat ini

merupakan langkah awal aktivitas perencanaan produksi yang digunakan sebagai

pedoman untuk langkah selanjutnya, yaitu penyusunan MPS. Bagi perusahaan-

perusahaan manufaktur, jadwal agregatnya mengkaitkan sasaran-sasaran strategis

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

43

perusahaan ke rencana-rencana produksi untuk produk-produk tertentu. Bagi

perusahaan-perusahaan jasa, jadwal agregatnya mengkaitkan sasaran-sasaran strategis

dengan jadwal terinci untuk para tenaga kerja.

2.6.1 Strategi Dalam Perencanaan Agregat

Pada umumnya, perusahaan menghadapi permintaan yang berubah-ubah / tidak

tetap. Pola permintaan yang tidak tetap ini mengakibatkan beban kerja yang tidak tetap

pula. Untuk mengatasi hal ini, dilakukan perencanaan dengan mengatur tingkat

persediaan, produksi, penggunaan tenaga kerja, kapasitas produksi yang dipakai, atau

variabel lain.

Terdapat tujuh strategi yang digunakan dalam perencanaan agregat, yaitu

melakukan variasi tingkat persediaan, melakukan variasi jam kerja, melakukan variasi

jumlah tenaga kerja, subkontrak menggunakan pekerja paruh waktu, mempengaruhi

permintaan, dan pemesanan tertunda selama periode permintaan tinggi.

a. Melakukan Variasi Tingkat Persediaan

Pada strategi ini jumlah karyawan dan waktu kerja dipertahankan tetap sehingga

rata-rata tingkat produksi akan tetap. Kelebihan produksi yang terjadi pada

periode permintaan rendah disimpan sebagai persediaan yang nantinya

digunakan untuk menutupi kekurangan produksi pada waktu terjadi permintaan

yang lenih tinggi dari tingkat produksi.

Kelemahan strategi ini adalah timbulnya biaya penyimpanan persediaan berupa

biaya sewa gedung, administrasi, asuransi, kerusakan material, dan

bertambahnya modal yang tertanam. Namun, dipihak lain, pada waktu terjadi

permintaan tinggi perusahaan dapat menghindari terjadinya kehilangan penjualan

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

44

karena memiliki kelebihan persediaan yang diperoleh pada waktu permintaan

rendah.

Strategi ini tidak dapat digunakan untuk kegiatan jasa (misalnya transportasi,

kesehatan, atau pendidikan) karena jasa tidak dapat disimpan sebagai persediaan.

Selain itu juga tidak tepat untuk perusahaan yang produknya cepat rusak/ tidak

tahan lama, berhubungan dengan mode/fashion, bernilai tinggi, atau memerlukan

ruang simpan yang sangat besar.

b. Melakukan Variasi Jam Kerja

Dalam strategi ini jumlah karyawan dijaga tetap untuk suatu tingkat produksi

tertentu, perubahan hanya dilakukan terhadap jumlah jam kerja. Jika permintaan

naik, diadakan penambahan jam kerja (lembur, overtime) untuk menambah

produksi, sedangkan jika permintaan turun dilakukan pengurangan jam kerja

(undertime).

c. Melakukan Variasi Jumlah Tenaga Kerja

Apabila terjadi permintaan tinggi maka dilakukan penambahan tenaga kerja.

Sebaliknya, pada waktu permintaan rendah dilakukan pengurangan tenaga kerja

(lay off). Biaya yang timbul mencangkup biaya pengadaan tenaga kerja atau

pesangon bagi tenaga kerja yang dikurangi.

Strategi ini cocok diterapkan apabila tenaga kerja yang disewa atau dikurangi

mempunyai keterampilan yang rendah dan jika pasar tenaga kerja memiliki

suplai yang besar. Bagi perusahaan yang memerlukan tenaga kerja dengan

keterampilan tinggi, strategi ini tidak mudah diterapkan karena tenaga kerja yang

demikian lebih menyukai pekerjaan yang tetap dan terjamin. Selain itu,

pengurangan tenaga kerja yang terlalu sering dapat mempunyai pengaruh negatif,

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

45

yaitu menurunkan moral kerja karyawan yang mengakibatkan penurunan

produktivitas.

d. Subkontrak

Subkontrak dilakukan apabila terjadi permintaan yang bertambah sementara

kapasitas produksi tidak cukup untuk memenuhinya, sedangkan perusahaan tidak

menghendaki hilangnya permintaan atau pelanggan penting. Subkontraktor yang

dipilih tentunya yang dapat memenuhi standar mutu yang disyaratkan dan dapat

memenuhi jadwal pengiriman. Kerugian strategi subkontrak adalah harga pokok

produksi menjadi lebih tinggi, bisa memberikan kesempatan kepada pesaing

untuk maju, dan adanya resiko karena tidak dapat secara langsung mengontrol

mutu produk dan penjadwalan.

e. Menggunakan Pekerja Paruh Waktu

Dalam sektor jasa, pekerja paruh waktu dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja

berketrampilan rendah, seperti di restoran, toko eceran, dan supermarket. Metodi

ini membawa konsekuensi biaya yang rendah dan lebih fleksibel daripada

menggunakan tenaga kerja tetap. Kelemahan metode ini, mengakibatkan

perputaran (turnover) tenaga kerja dan biaya pelatihan yang tinggi, serta

mempengaruhi konsistensi mutu produk. Apabila strategi ini diterapkan untuk

pekerjaan yang memerlukan keterampilan tinggi, masalah yang perlu diantisipasi

adalah tersedianya tenaga kerja pada saat diperlukan karena mereka mencari

kerja ditempat lain.

f. Mempengaruhi Permintaan

Jika permintaan turun atau rendah, perusahaan berusaha menaikkan permintaan

melalui iklan, promosi, pemotongan harga, atau menggalakkan bentuk kegiatan

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

46

pemasaran lain. Biaya tambahan yang timbul tentunya berupa biaya iklan,

potongan harga dan biaya program promosi lain. Strategi ini termasuk menggeser

permintaan dari periode permintaan tinggi ke periode permintaan rendah, seperti

dilakukan perusahaan telekomunikasi. Pada saat siang hari banyak permintaan

telepon yang tidak terlayani karena salurannya penuh. Untuk itu dilakukan

strategi menggeser permintaan siang hari ke malam hari, melalui perbedaan tarif

yang sangat signifikan. Hal itu menyebabkan konsumen yang tadinya akan

menggunakan jasa telepon siang hari beralih ke lama hari karena ingin

mendapatkan biaya yang rendah. Permintaan siang hari yang potensi hilang

menjadi tetap ada karena pindah ke malam hari.

g. Pemesanan Tertunda Selama Periode Permintaan Tinggi

Pemesanan tertunda (back-order) adalah pemesanan barang atau jasa yang

diterima perusahaan tetapi baru dapat dipenuhi kemudian setelah perusahaan

mempunyai persediaan. Pemesanan tertunda berlaku umum bagi perusahaan

mail- order atau perusahaan yang memproduksi barang – barang yang kompleks

atau bernilai tinggi, seperti pesawat terbang, kapal laut dan lain – lain. Strategi

ini sering tidak dapat dilaksanakan untuk perusahaan yang menjual barang –

barang konsumsi, seperti makanan, obat – obatan atau pakaian. Keuntungan

strategi ini dapat menghindari lembur dan tetap menjaga kapasitas produksi yang

konstan. Sementara kelemahannya adalah tertundanya penerimaan/penjualan dan

hanya dapat dilakukan apabila permintaan lebih tinggi daripada penawaran.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

47

2.6.2 Metode Perencanaan Agregat

Beberapa metode yang dikenal dalam perencanaan agregat, antara lain

pendekatan intuitif, pendekatan matematika, serta metode tabel dan grafik. Dalam

pendekatan intuitif, manajemen menggunakan rencana yang sama dari tahun ke tahun.

Penyesuaian dilakukan dengan intuisi hanya sekadar untuk memenuhi permintaan baru.

Apabila rencana yang lama tidak optimal, pendekatan ini mengakibatkan pemborosan

yang berkepanjangan.

Pendekatan matematika dilakukan dengan menggunakan teori, seperti

pemrograman linier, kaidah keputusan linier, model koefisien manajemen, metode

transportasi, dan simulasi. Pemrograman linier merupakan teknik pengambilan

keputusan untuk memecahkan masalah mngalokasikan sumber daya yang terbatas

diantara berbagai kepentingan seoptimal mungkin. Pemrograman linier merupakan salah

satu metode dalam riset operasi yang memungkinkan para manajer mengambil

keputusan mengenai kegiatan yang mereka tangani dengan menggunakan dasar analisis

kuantitatif. Dengan menggunakan teori ini, hasil yang optimal dapat diperkirakan,

seperti berapa unit produk yang harus dibuat, berapa shift yang dioperasikan, atau

berapa unit persediaan barang yang disimpan.

Pendekatan matematika dalam perencanaan agregat dapat dilakukan dengan

berbagai metode, antara lain metode transportasi, metode pemrograman linier, metode

kaidah keputusan linier, dan simulasi. Dibandingkan pendekatan trial and eror, model

matematika dapat langsung menghasilkan perencanaan yang optimal dan lebih fleksibel

karena dapat menggunakan biaya tenaga kerja dan subkontrak yang berbeda antar

periode, kemampuan subkontrak, ataupun jumlah shift kerja.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

48

Salah satu metode perencanaan agregat yang umum digunakan adalah metode

perencanaan agregat pendekatan heuristic dengan metode trial and error. Metode ini

sering digunakan karena metode ini sederhana dan mudah digunakan. Metode ini

menggunakan cara coba-coba dalam mencari total biaya yang minimum. Metode ini

tidak menjamin hasil yang optimal, tetapi hanya hasil yang baik.

Cara coba-coba yang dilakukan adalah :

- Tenaga kerja berubah-ubah dengan hiring, lay off (menimbulkan masalah

perburuhan)

- Tenaga kerja tetap, fluktuasi demand dilakukan dengan lembur (overtime) /

subkontrak / perubahan rate.

- Production rate tetap, fluktuasi demand diatasi dengan persediaan.

2.7 Jadwal Induk Produksi (JIP) atau Master Production Scheduled (MPS)

Pada dasarnya JIP atau MPS merupakan suatu pernyataan tentang produk akhir

dari suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output

berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu (Vincent Gaspersz, 2001, p 141).

2.7.1 Hubungan Perencanaan Agregat dan Jadwal Induk Produksi

Perencanaan Agregat adalah suatu langkah pendahuluan perencanaan kapasitas

secara terperinci. Perencanaan agregat merupakan dasar untuk membuat jadwal induk

produksi (JIP). JIP menyajikan rencana produksi detail untuk setiap produk akhir. Proses

penyusunan JIP untuk perusahaan yang ’Make To Stock’ akan berbeda dengan

perusahaan yang ’Make To Order’. Hal ini dikarenakan sumber informasi permintaan

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

49

(kebutuhan) yang berbeda. Bagi perusahaan yang ’Make To Stock’, informasi

permintaan diperoleh dari hasil peramalan. Bagi perusahaan yang ’Make To Order’,

informasi permintaan diperoleh dari order-order (pesanan) yang diterima dari pelanggan.

JIP ini merupakan rencana induk (master) yang akan dijadikan pedoman utama

dalam rencana produksi, kebijakan persediaan, kebijakan finansial, pembebanan tenaga

kerja, penjadwalan mesin, kebijakan alternatif produksi: reguler, lembur, subkontrak,

dan lain-lain. Karena JIP merupakan sumber rencana dan kebijakan bagi departemen

lain dan departemen shop flor (lantai pabrik), maka dalam membuat JIP ini harus ada

koordinasi dengan departemen terkait dan dengan keterbatasan sumber daya perusahaan.

Beberapa akibat apabila JIP tidak disusun secara tepat:

• Produksi tidak sesuai permintaan

Jumlah produksi terlalu banyak akan beresiko modal tertanam pada persediaan.

Semestinya modal dapat diinvestasikan pada kegiatan lain yang lebih

menguntungkan. Resiko lainnya adalah penumpukan persediaan, sehingga

meningkatkan biaya untuk penanganan, listrik, dan resiko menjadi rusak. Jumlah

produksi kurang dari permintaan akan mengakibatkan konsumen menjadi

kecewa, bahkan mungkin pelanggan akan berpaling ke perusahaan pesaing.

• Tidak optimalnya utilisasi kapasitas

Utilisasi (tingkat penggunaan) kapasitas yang baik adalah jika 80% kapasitas

digunakan secara seragam (tidak naik turun) di setiap periode produksi. Utilisasi

rendah membuat investasi yang sudah ditanamkan sia-sia, bisa jadi sumber daya

lain menjadi ’stand by’, biaya operasi dan opportunity cost terjadi terus. Utilisasi

melebihi beban normal beresiko sumber daya cepat rusak.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

50

• Keterlambatan waktu penyerahan

Konsumen atau pelanggan yang kecewa karena keterlambatan penyerahan

produk bisa berpaling ke produk pesaing. Selain itu, ada kemungkinan

konsumen yang kecewa dan tidak puas akan bercerita kepada pelanggan atau

konsumen lainnya sehingga imej perusahaan menjadi buruk.

• Beban Produksi tidak merata

Beban kerja yang tidak merata pada setiap periode akan menimbulkan banyak

permasalahan, salah satunya berhubungan dengan tenaga kerja. Beban kerja yang

naik turun setiap periode mengakibatkan jumlah tenaga kerja yang diperlukan

naik turun. Selain biaya yang mahal, ancaman demo atau protes adalah hal yang

fatal.

JIP yang dibuat perusahaan supaya terhindar dari masalah harus dikoordinasikan

dengan semua sumber daya perusahaan. Dalam sistem produksi, JIP yang dibuat harus

dikoordinasikan dengan kapasitas produksi yang ada. Perencanaan agregat adalah salah

satu cara untuk mengkoordinasikan pembuatan JIP tersebut dengan kapasitas dan

alternatif produksi yang sudah eksis.

2.7.2 Perhitungan JIP atau MPS

JIP adalah rencana tertulis yang menunjukkan apa dan berapa banyak setiap

produk (barang jadi) yang akan dibuat dalam setiap periode untuk beberapa periode

yang akan datang. Bentuk JIP atau MPS dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

51

Tabel 2.1 Tabel MPS

Item No. : Description : Lead Time : Safety Stock : On hand : Demand Time Fences : Planning Time Fences : Period PastDue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Forecast Actual Order Project Available Balance Available to Promise Master Scheduled Kapasitas Produksi Terpasang (KPT)

Berikut ini akan dikemukakan penjelasan singkat berkaitan dengan informasi

yang ada dalam MPS seperti tampak dalam tabel 3.2.

1. Item No menyatakan kode komponen atau material yang akan dirakit.

2. Lead Time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk me-release atau

memanufaktur suatu end item.

3. Safety Stock menyatakan cadangan material yang harus ada di tangan sebagai

antisipasi kebutuhan di masa yang akan datang.

4. Description menyatakan deskripsi material secara umum.

5. On hand menyatakan jumlah material yang ada di tangan sebagai sisa periode

sebelumnya.

6. Demand Time Fences (DTF) merupakan batas waktu penyesuaian pesanan

permintaan. DTF adalah periode mendatang dari MPS dimana dalam periode ini

perubahan-perubahan terhadap MPS tidak diijinkan atau tidak diterima karena akan

menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat ketidaksesuaian atau kekacauan

jadwal. Panjangnya = assy lead time. Projected Available Balance dihitung dari

aktual demand.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

52

7. Planning Time Fences (PTF) merupakan batas waktu penyesuaian pesanan di

mana demand masih boleh berubah. Perubahan masih akan dilayani sepanjang

material dan kapasitas tersedia. Panjangnya = kumulatif lead time antara

procurement lead time (waktu untuk mendapatkan material), fabrication lead time

dan assembly lead time.

8. Forecast merupakan hasil peramalan sebelumnya sebagai hasil dari perencanaan

agregat.

9. Actual Order (AO) merupakan jumlah order yang sudah diterima sebelumnya.

10. Projected Available Balance (PAB) merupakan perkiraan jumlah sisa produk pada

akhir periode. PAB dihitung dengan menggunakan rumus :

PAB t ≤ DTF = PABt-1 + MSt – AOt

PAB DTF ≤ t ≤ PTF = PABt-1 + MSt - AOt atau Ft (pilih yang paling besar)

11. Available To Promise (ATP) memberikan informasi berapa banyak item atau

produk tertentu yang dijadwalkan pada periode waktu itu tersedia untuk pesanan

pelanggan, sehingga berdasarkan informasi ini bagian pemasaran dapat membuat

janji ayng tepat kepada pelanggan atau dengan kata lain ATP merupakan jumlah

material on hand pada inventory yang sebenarnya. ATP dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

ATP = ATPt-1 + MSt - Actual Order sampai pada periode yang sudah

dijadwalkan pada Master Schedule.

ATP tidak boleh minus. Jika hal ini terjadi maka akan terjadi lost sales karena

permintaan berarti tidak dapat dipenuhi.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

53

12. Master Schedule (MS) merupakan hasil konversi dari perencanaan agregat yang

akan diproduksi.

13. Kapasitas Produksi Terpasang (KPT) merupakan hasil konversi dari perencanaan

agregat yang akan diproduksi.

• Forecast dikonversikan per minggu dari hasil Forecast yang telah dihitung

sebelumnya. Konversi forecast per minggu dapat dirumuskan sebagai berikut :

Konversi Forecast =

up)(roundgguja/hariJumlahxja/bulanhariJumlah

ulanForecast/b minkerker

• Master Schedule dikonversikan per minggu dari Perencanaan Agregat. Konversi

Master Schedule per minggu dapat dirumuskan sebagai berikut :

Konversi Master Schedule :

)(rounddowngukerja/minghariJumlahxnkerja/bulahariJumlahlanAgregat/bunPerencanaa

• Kapasitas Produksi Terpasang (KPT) per hari diketahui dari Perencanaan Agregat.

Kapasitas Produksi Terpasang per hari dapat dirumuskan sebagai berikut:

ProduksiLiniSiklusWaktu

60'kerjahariJumlahEfektifKerjaJamRegulerKPT ⋅

⋅⋅=

oduksiLiniSiklusWaktu

'jahariJumlahEfektifLemburJamLemburKPT Pr

60ker⋅

⋅⋅=

LemburKPTgulerKPTTotalKPT += Re

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

54

• Kapasitas Produksi Terpasang (KPT) kemudian dikonversikan per minggu

diketahui dari Perencanaan Agregat. Kapasitas Produksi Terpasang per minggu

dapat dirumuskan sebagai berikut:

)(min/ker/ker/ rounddownggujahariJumlahx

bulanjahariJumlahbulanOutputKapasitasKPT =

2.8 Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)

Perencanaan kebutuhan material (Material Requirements planning, MRP) adalah

suatu konsep dalam manajemen produksi yang membahas cara yang tepat dalam

perencanaan kebutuhan barang dalam proses produksi, sehingga barang yang dibutuhkan

dapat tersedia sesuai dengan yang direncanakan.

Salah satu alasan mengapa MRP digunakan secara cepat dan meluas sebagai

teknik manajemen produksi, adalah dikarenakan MRP menggunakan kemampuan

komputer untuk menyimpan dan mengolah data yang berguna dalam menjalankan

kegiatan perusahaan.

Metode MPR merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan

inventori untuk item-item dependent demand, yang kebutuhannya dipengaruhi oleh

komponen lain. Item-item yang termasuk dalam dependent demand antara lain bahan

baku, parts, dan subassembly. Sistem MRP mengendalikan agar komponen yang

diperlukan untuk kelancaran produksi dapat tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan.

MRP memberikan peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu

produksi dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik, karena ada

keterpaduan dalam kegiatan yang didasarkan pada jadwal induk. Ini berarti pengadaan

dapat dilakukan terhadap barang/komponen yang diperlukan saja, jumlah persediaan

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

55

yang berlebihan dapat dihindari, serta pengadaan dan pengiriman barang dapat

dilakukan sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Dengan kata lain, dapat dicapai

tepat barang, tepat jumlah, dan tepat waktu.

2.8.1 Perbandingan Model Tradisional dengan Sistem MRP

Salah satu kesulitan dari model-model persediaan tradisional adalah menentukan

tingkat persediaan optimal untuk komponen-komponen yang mempunyai sifat saling

bergantung. Misalnya pada industri mobil dimana jumlah dan macamnya banyak sekali

serta kebutuhan antara satu dengan lainnya saling tergantung. Jika teknik tradisional

dipakai untuk menghitung persediaan tiap item, maka akan dijumpai usaha perhitungan

yang sangat banyak. Hal ini tentunya memakan banyak waktu dan hasilnya

kemungkinan besar tidak optimal dikarenakan permintaan komponen yang secara nyata

berkondisi saling tergantung dan berpola lumpy (suatu item permintaannya dikatakan

berpola lumpy bila terkadang ada dan terkadang tidak).

Pada sebagian industri, kesulitan-kesulitan sehubungan dengan pelaksanaan

model persediaan tradisional telah dapat diatasi dengan adanya sistem dengan bantuan

komputer yang disebut sistem MRP. Sistem MRP mampu memperbaiki metode

perencanaan dan pengendalian persediaan dengan memperhatikan untuk saling

tergantung dan pola lumpy dari item-item persediaan sehingga asumsi-asumsi yang tidak

realistis dalam model persediaan tradisional dapat dihilangkan.

Sistem MRP ini bila diterapkan secara benar akan mengurangi jumlah persediaan

barang dan memperbaiki pelayanan pengiriman. Persediaan yang terlalu banyak akan

menyebabkan modal tertanam pada persediaan padahal seharusnya dapat digunakan

untuk membiayai kegiatan lain yang akan memberikan keuntungan. Pelayanan

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

56

pengiriman dapat ditingkatkan karena sistem MRP akan memberikan ketepatan dalam

jumlah dan waktu penyerahan.

2.8.2 Tujuan MRP

Secara umum, sistem MRP dimaksudkan untuk mecapai tujuan sebagai berikut.

a. Meminimalkan persediaan. MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu

komponen diperlukan disesuaikan dengan jadwal induk produksi (MPS). Dengan

menggunakan metode ini, pengadaan atas komponen yang diperlukan untuk

suatu rencana produksi dapat dilakukan sebatas yang diperlukan saja sehingga

dapat meminimalkan biaya persediaan.

b. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengiriman. MRP

mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi

jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun

pengadaan/ pembelian komponen, sehingga memperkecil resiko tidak

tersedianya bahan yang akan diproses yang mengakibatkan terganggunya

rencana produksi.

c. Komitmen yang realistis. Dengan MRP, jadwal produksi diharapkan dapat

dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga komitmen terhadap pengiriman barang

dilakukan secara lebih realistis. Hal ini mendorong meningkatnya kepuasan dan

kepercayaan konsumen.

d. Meningkatkan efisiensi. MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena

jumlah persediaan, waktu produksi, dan waktu pengiriman barang dapat

direncanakan lebih baik sesuai dengan jadwal induk produksi.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

57

2.8.3 Komponen MRP

Komponen dasar MRP terdiri dari jadwal induk produksi (MPS), struktur produk

dan daftar material (BOM), serta catatan persediaan. Berdasarkan informasi dari MPS

dapat diketahui permintaan dari suatu produk akhir. Selanjutnya, dengan mengetahui

komponen yang membentuk produk akhir itu, status persediaan, dan waktu tenggang

yang diperlukan untuk memesan bahan atau merakit komponen yang bersangkutan,

dapat disusun suatu perencanaan kebutuhan dari komponen yang diperlukan.

Gambar 2.2 Sistem MRP

1. Master production scheduling (MPS) atau jadwal produksi induk

Jadwal induk produksi (MPS) merupakan gambaran atas periode perencanaan

dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog, rencana suplai/ penawaran,

persediaan akhir, dan kuantitas yang dijanjikan tersedia (available to promise,

ATP).

2. Bill of material (BOM) dan struktur produk.

Struktur produk adalah merupakan sebuah daftar terstruktur yang memuat semua

bahan atau suku cadang yang diperlukan untuk menghasilkan barang jadi,

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

58

rakitan, sub rakitan, suku cadang yang dibuat atau suku cadang yang dibeli. Jika

ada kesalahan pada bagan bahan, maka bahan yang tepat tidak dapat dipesan

sehingga produk tidak bisa dirakit dan dikirimkan kepada pemesan. Akibatnya

suku cadang lain yang tersedia akan tertimbun dalam inventori sampai suku

cadang yang kurang terlengkapi.

3. Catatan Persediaan

Meliputi: Status persediaan, termasuk persediaan yang ada dan jadwal

penerimaan komponen dari pesanan yang sudah diluncurkan, waktu tunggu (lead

time), persediaan pengaman (safety stock), jumlah yang akan dialokasikan, serta

informasi komponen yang sedang dipesan dan waktu, dan lain-lain.

2.8.4 Prosedur Sistem MRP

Sistem MRP memiliki empat langkah utama, yang selanjutnya keempat langkah

ini harus diterapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada setiap item.

Prosedur ini dapat dilakukan secara manual bila jumlah item yang terlibat dalam

produksi relatif sedikit. Suatu program (softeare) diperlukan bila jumlah item sangat

banyak. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.

• Netting : Perhitungan kebutuhan bersih.

• Lotting : Penentuan ukuran lot.

• Offseting :Penetapan besarnya lead time.

• Explosion : Perhitungan selanjutnya untuk item level dibawahnya.

a) Netting, proses ini adalah perhitungan kebutuhan bersih yang besarnya

merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaaan persediaan (yang

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

59

telah tersedia dan yang akan diterima). Data yang diperlukan dalam netting ini

adalah jumlah kebutuhan kotor (produk akhir) yang akan diproduksi pada suatu

jangka waktu atau periode tertentu, rencana penerimaan dari sub kontraktor

selama periode tersebut dan tingkat ketersediaan yang dimiliki pada awal periode

perencanaan.

b) Lotting, adalah suatu proses untuk menentukan besarnya pesanan optimal untuk

setiap item secara individual dedasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih

yang telah dilakukan. Ada banyak alternatif metode atau teknik untuk

menentukan ukuran lot, yang pada umumnya diarahkan untuk meminimalkan

total ongkos set-up dan ongkos simpan.

Teknik-teknik yang dipakai dalam penentuan ukuran lot ini antara lain :

1. Fixed Order Quantity (FOQ). Dalam metode FOQ, ukuran lot ditentukan

secara subjektif. Berapa besarnya dapat ditentukan berdasarkan pengalaman

produksi atau instuisi. Tidak ada teknik yang dapat dikemukakan untuk

menentukan berapa ukuran lot ini. Kapasitas produksi selama lead time

produksi dalam hal ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan

besarnya lot. Sekali ukuran lot ditetapkan, maka lot ini akan digunakan untuk

seluruh periode selanjutnya dalam perencanaan. Berapa pun kebutuhan

bersihnya, rencana pesan akan tetap sebesar lot yang telah ditentukan

tersebut. Metode ini dapat ditempuh untuk item-item yang biaya

pemesanannya sangat mahal.

2. Lot For Lot (LFL) adalah ukuran pemesanan yang dilakukan adalah sebesar

kebutuhan bersih pada periode tersebut. Metode ini pada umumnya

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

60

mengurangi biaya simpan karena ukuran pemesanan dipakai habis untuk

periode tersebut.

3. Economic Order Quantity (EOQ) adalah ukuran pemesanan dihitung

dengan suatu rumus dimana biaya yang minimal dapat dicapai apabila

kebutuhan dalam bentuk yang sama untuk setiap periode. Bagi kebutuhan

persediaan yang diketahui besarnya dan seragam dari satu periode ke periode

lain, ukuran lot yang optimal dapat dicari dengan menggunakan metode

EOQ, namun bagi permintaan yang tidak seragam, metode EOQ tidak sesuai

karena umumnya tidak memberikan hasil yang optimal. Penetapan ukuran lot

dengan teknik ini sangat populer sekali dalam sistem persediaan tradisional.

Metode EOQ ini biasanya digunakan untuk horizon perencanaan selama satu

tahun sebesar 12 bulan. Metode EOQ baik digunakan bila semua data

konstan dan perbandingan biaya pesan dan simpan sangat besar.

4. Fixed Period Requirement (FPR) adalah jangka waktu pemesanan

ditentukan secara bebas, tetapi berulang secara tetap. Ukuran pemesanan

sesuai jumlah kebutuhan pada jangka waktu yang ditentukan tersebut.

5. Period Order Quantity (POQ). Sistem period order quantity ini merupakan

perbaikan dari sistem economic order quantity (EOQ), teknik POQ

berprinsip pada penentuan frekuensi pemesanan pertahun yang diperoleh

dengan cara membagi jumlah periode dengan frekuensi pemesanan.

c) Offsetting, proses ini dapat menentukan saat yang tepat untuk melakukan

rencana pemesanan dalam memenuhi tingkat kebutuhan bersih yang diperlukan

dalam proses ini adalah lead time produk tersebut. Pemesanan harus dilakukan

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

61

lebih awal dari periode kebutuhan material tersebut. Periode kebutuhan material

dikurangi dengan lead time menghasilkan periode pemesanan yang dilakukan.

d) Explosion, proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat item / komponen

yang lebih bawah. Perhitungan kebutuhan kotor ini didasarkan pada rencana

pemesanan item-item produk pada level yang lebih atas. Untuk perhitungan

kebutuhan kotor ini, diperlukan struktur produk dan informasi mengenai berapa

jumlah kebutuhan tiap item untuk item yang akan dihitung. Dalam proses

explosion ini data mengenai struktur produk harus tersedia secara akurat.

Ketidakakuratan data struktur produk akan mengakibatkan kesalahan pada

perhitungan.

2.8.5 Terminologi Perhitungan MRP

Tabel 2.2 Tabel MRP

Part No. : Description : BOM UOM : On-hand : Lead Time : Order Policy : Safety Stock : Lot Size :

Period Past Due 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Gross Requirement Scheduled Receipts PAB 1 Net Requirement Planned Order Receipts Planned Order Release PAB 2

Keterangan untuk tabel MRP pada table 3.3 diatas adalah sebagai berikut :

1. Part No menyatakan kode komponen atau material yang akan dirakit.

2. BOM UOM menyatakan satuan komponen atau material yang akan dirakit.

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

62

3. Lead Time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk me-release atau

memanufaktur suatu komponen.

4. Safety Stock menyatakan cadangan material yang harus ada di tangan sebagai

antisipasi kebutuhan di masa yang akan datang.

5. Description menyatakan deskripsi material secara umum.

6. On hand menyatakan jumlah material yang ada di tangan sebagai sisa periode

sebelumnya.

7. Order Policy menyatakan jenis pendekatan yang digunakan untuk menentukan

ukuran lot yang dibutuhkan saat memesan barang.

8. Lot Size menyatakan penentuan ukuran lot saat memesan barang.

9. Gross Requirement menyatakan jumlah yang akan diproduksi atau dipakai pada

setiap periode. Untuk end item (finished product), kuantitas gross requirement sama

dengan Master Production Scheduled (MPS). Untuk komponen, kuantitas gross

requirement diturunkan dari Planned Order Release induknya.

10. Scheduled Receipts menyatakan material yang dipesan dan akan diterima pada

periode tertentu.

11. Projected Available Balance 1 (PAB 1) menyatakan kuantitas material yang ada di

tangan sebagai persediaan pada awal periode. Project Available Balance 1 dapat

dihitung dengan menambahkan material on hand periode sebelumnya dengan

Scheduled Receipts pada periode itu dan menguranginya dengan gross requirement

pada periode yang sama. Atau jika dimasukkan pada rumus adalah sebagai berikut :

PAB1 = (PAB2)t-1 - (Gross Requirement)t + (Scheduled Receipts)t

12. Net Requirement menyatakan jumlah bersih (netto) dari setiap komponen yang

harus disediakan untuk memenuhi induk komponennya atau untuk memenuhi

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

63

Master Production Scheduled. Net Requirement = 0 jika PAB1 >i 0 dan Net

Requirement = (-) PAB1 jika PAB1 ≤ 0.

Net Requirement = (-)(PAB 1)t + Safety Stock

13. Planned Order Receipts menyatakan kuantitas pemesanan yang dibutuhkan pada

suatu periode. Planned Order Receipts muncul pada saat yang sama dengan Net

Requirements, akan tetapi ukuran pemesanannya (lot sizing) bergantung kepada

order policy-nya. Selain itu juga harus mempertimbangkan Safety Stock juga.

14. Planned Order Release menyatakan kapan suatu order sudah harus di-release atau

dimanufaktur sehingga komponen ini tersedia ketika dibutuhkan oleh induk

itemnya. Kapan suatu order harus di-release ditetapkan dengan lead time period

sebelum dibutuhkan.

15. Projected Available Balance 2 (PAB 2) menyatakan kuantitas material yang ada di

tangan sebagai persediaan pada akhir periode. Project Available Balance 2 dapat

dihitung dengan cara mengurangkan Planned Order Receipt pada Net

Requirements.

PAB 2 = (PAB2)t-1 + (Scheduled Receipt)t – (Gross Requirement)t + (Planned

Order Receipt)t

Atau dapat disingkat : PAB2 = (PAB1)t + (Planned Order Receipt)t

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

64

2.8.6 Output MRP

Output dari sistem MRP adalah berupa rencana pemesanan / pembelian atau

rencana produksi yang dibuat atas dasar lead time. Lead time dari suatu item yang dibeli

adalah rentang waktu sejak pesanan dilakukan sampai barang diterima. Lead time item

yang dibuat adalah rentang waktu sejak perintah pembuatan sampai dengan item selesai

diproses.

Rencana pemesanan dan rencana produksi dari output sistem MRP selanjutnya

memiliki dua tujuan yang hendak dicapai, sebagai berikut:

• Menentukan kebutuhan bahan pada tingkat lebih bawah

• Memproyeksikan kebutuhan kapasitas.

2.9 Laporan Keuangan

2.9.1 Pengertian Laporan Keuangan

Munawir (2004) mendefinisikan, “Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil

dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara

data keuangan/aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan“

(p2).

Larson, Wild dan Chiappetta (2002) menyatakan,“Financial statement reports on

the financial performance and condition of analisi organization“ (p36).

Dari definisi tentang laporan keuangan tersebut di atas, maka dapat ditarik

simpulan bahwa suatu laporan keuangan merupakan hasil ringkasan data keuangan yang

dapat memberikan informasi keuangan tentang keadaan perusahaan, yang dapat

dijadikan sebagai salah satu dasar di dalam pengambilan keputusan.

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

65

2.9.2 Tujuan Laporan Keuangan

Skousen, Stice & Stice (2001) menyatakan bahwa “Tujuan pelaporan keuangan

adalah untuk membantu pihak-pihak yang tertarik dalam mengevaluasi kinerja masa

lampau sebuah perusahaan dan meramalkan kinerja masa yang akan datang“ (p.36).

2.9.3 Pihak-Pihak yang Menggunakan Laporan Keuangan

Skousen, Stice & Stice (2001) menyatakan, “Secara umum semua pihak yang

tertarik untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan disebut stakeholder“. Pemakai

laporan keuangan biasanya dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu:

1. Pemakai Internal, yaitu pihak dalam perusahaan yang membuat keputusan-

keputusan yang secara langsung mempengaruhi operasi inti perusahaan. Yang

termasuk pemakai internal adalah Dewan Komisaris, Manajemen dan karyawan

perusahaan.

2. Pemakai Eksternal, yaitu pihak diluar perusahaan yang memerlukan laporan

keuangan perusahaan. Yang termasuk pemakai eksternal adalah investor,

kreditor, pemasok, pemerintah, pelanggan dan masyarakat“ (p.24)

2.9.3.1 Pemakai Internal

Pemakai internal membutuhkan informasi untuk membantu dalam merencanakan

dan mengendalikan operasi usaha dan mengelola sumber usaha. Maka informasi

akuntansi yang disajikan harus tepat waktu dan relevan.

Skousen, Stice & Stice (2001) menyatakan “Relevansi adalah salah satu dari dua

kualitas primer yang melekat dalam informasi akuntansi yang bermanfaat, informasi

khususnya relevan jika mempengaruhi keputusan“ (p.24).

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

66

Informasi yang relevan akan memberikan keyakinan kepada pemakainya, apakah

akan menerima atau menolak suatu keputusan yang sedang dipertimbangkan. Kita harus

memperhitungkan manfaat dan konsekuensi yang akan diterima dikemudian hari,

berdasarkan informasi mengenai kejadian serta transaksi masa lampau. Tentu saja

informasi yang diperlukan itu harus tersedia tepat waktu. Informasi yang tersedia setelah

keputusan diambil tidak akan berguna.

2.9.3.2 Pemakai Eksternal

Pemakai eksternal sangat beragam dan jenis keputusan yang harus dibuat oleh

pemakai eksternal juga sangat beragam, dengan demikian kebutuhan informasi juga

berbeda antara pemakai yang satu dengan lainnya. Oleh karena itu laporan keuangan

yang disajikan harus memenuhi kepentingan umum berbagai pemakai eksternal dan

bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu.

Mengacu pada pendapat Skousen, Stice & Stice (2001) “Dua kelompok utama

pemakai eksternal adalah kreditor dan investor, karena dengan dengan memenuhi

kebutuhan mereka hampir semua kebutuhan umum dari pemakai eksternal lainnya akan

terpenuhi“ (p.25).

Kreditor memerlukan informasi mengenai profitabilitas dan stabilitas usaha,

karena kreditor berharap dapat menutup pengeluaran kas dengan menerima pembayaran

kembali pinjaman yang diberikan dan memperoleh penerimaan bunga.

Sedangkan investor membutuhkan informasi berkenan dengan keamanan dan

profitabilitas investasinya. Investor berharap akan menerima hasil dari investasinya

dalam bentuk deviden tunai, atau investor berharap dapat menjual investasi yang

dimilikinya dengan harga yang lebih tinggi dari pada harga perolehannya.

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

67

2.9.4 Jenis-Jenis dan Bentuk Laporan Keuangan

Menurut beberapa buku, laporan keuangan mempunyai definisi yang agak

berbeda meskipun pada intinya mempunyai konsep yang sama.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2002) menyatakan, “Laporan keuangan

merupakanbagian dari prosespelaporan keuangan laporan keuanganyang lengkap

biasanya meliputi neraca, laporan rugi-laba, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas

dan catatan atas laporan keuangan“ (p.2).

Adapun bagian-bagian dari laporan keuangan adalah sebagai berikut :

2.9.4.1 Neraca (Balance Sheet)

Larson, Wild dan Chippetta (2002) menulis, “The balance sheet report the

financialposition of a company at a point in time, usually at the end of a listing the type

dan dollar amounts of important assets, liabilities and equity“ (p.38).

Skousen, Stice & Stice (2001) menulis bahwa,“Neraca merupakan suatu laporan

yang melaporkan pada titik waktu aktiva, kewajiban dan modal suatu bisnis“ (p.130).

Sundjaja dan Barlian (2002) berpendapat, “Neraca adalah laporan mengenai

aktiva, hutang dan modal dari perusahaan pada suatu saat tertentu“ (p.69).

IAI (2002) menyatakan, “Unsur yang berkaitan secara langsung dengan

pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas“ (p.8-9).

Neraca pada umumnya disajikan dalam bentuk komparatif, sehingga tersedia

informasi mengenai perubahan keuangan yang terjadi selama periode di antara tanggal

neraca.

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

68

2.9.4.2 Aktiva (Assets)

IAI (2002) mendefinisikan, “Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh

perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di

masa depan diharapkan akan memperoleh perusahaan“ (p.9).

Munawir (2004) menyatakan, “Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada

kekayaan saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan

(deffered charges) atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang

akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangible assets)“(p.14).

Aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu :

1. Aktiva lancar (current assets)

IAI (2002) menyatakan, “Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar,

jika aktiva tersebut:

a. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan

dalam jangka waktu siklus operasional normal perusahaan; atau

b. Dimiliki atau diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan

diharapkan akan direalisir dalam jangka waktu dua belas bulan dari

tanggal neraca; atau

c. Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi“ (p.17).

Munawir (2004) menyatakan, “Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya

yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau

dikonsumenkan dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran

kegiatan perusahaan yang normal)“ (p.14).

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

69

Aktiva lancar umumnya tersusun sebagai berikut:

a. Kas (cash)

b. Surat Berharga (marketable securuties)

c. Piutang (account receivable)

d. Wesel tagih (note receivable)

e. Persediaan (inventory)

f. Piutang penghasilan atau Penghasilan yang masih harus diterima

g. Beban dibayar dimuka (prepaid expens)

2. Aktiva tidak lancar

Munawir (2004) menyatakan, “Aktiva lancar yang mempunyai umur kegunaan

relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu

tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan)“ (p.16).

Yang termasuk dalam aktiva lancar adalah :

a. Investasi (investment).

b. Aktiva tetap (fixed assets)

Munawir (2004) menyatakan, “Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki

perusahaan yang fisiknya nampak (konkrit)“ (p.17).

c. Aktiva tetap tak berwujud (instangible fixed assets)

Munawir (2004) menyatakan, “Aktiva tetap tak berwujud adalah kekayaan

perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang

mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan

perusahaan. Yang termasuk dalam aktiva tetap tak berwujud (intangible fixed

assets) antara lain meliputi :

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

70

• Hak cipta

• Merek dagang (trade mark)

• Biaya pendirian (organization cost)

• Lisensi

• Goodwill“ (p.17).

d. Beban yang ditangguhkan (deffered charges)

Munawir (2004) menyatakan, “Beban yang ditangguhkan adalah menunjukkan

adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang (lebih

dari satu tahun), atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga pada

periode-periode berikutnya“ (p.18).

e. Aktiva tetap lainnya (other fixed assets)

Munawir (2004) mendefinisikan, “Aktiva lain-lain adalah menunjukkan

kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan

dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya, misalnya:

• Gedung dalam proses

• Tanah dalam penyelesaian

• Piutang jangka panjang“ (p.18)

2.9.4.3 Kewajiban (Liabilities)

IAI (2002) mendefinisikan, “Kewajiban adalah hutang perusahaan masa kinerja

timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar

dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi“ (p.9).

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

71

Munawir (2004) mendefinisikan, “Kewajiban adalah hutang keuangan

perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan

sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur“ (p.18).

IAI (2002) menyatakan, “Kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya“

(p.1.7).

Dalam PSAK (2004) menggolongkan kewajiban ke dalam 2 (dua) kelompok,

yaitu :

1. Kewajiban lancar (current liabilities)

IAI (2002) menyatakan, “Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban

jangka pendek, jika:

a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal

operasional perusahaan; atau

b. Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca“

(p.17).

Munawir (2002) mendefinisikan, “Kewajiban lancar adlah kewajiban

keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan

dilakukandalam jangka pendek (satu tahunsejak tanggal neraca) dengan

menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.

Adapun yang termasuk ke dalam kewajiban lancar ini antara lain :

• Hutang wesel

• Hutang dagang

• Hutang pajak (notes payable)

• Pendapatan diterima dimuka

Page 53: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

72

• Biaya-biaya yang masih harus dibayar

• Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo“ (p.18).

2. Kewajiban tak lancar (non current liabilities)

Munawir (2002) mendefinisikan, “Kewajiban tak lancar adalah kewajiban

keuanganyang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih panjang

(lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca), yang meliputi :

• Pinjaman jangka panjang yang lain

• Hutang obligasi (bond payable)

• Hutang hipotik (morigage payable)“ (p.19).

2.9.4.4 Ekuitas Pemilik

Untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan dinamakan hak pemegang saham

(shareholder equity). Ekuitas pemegang saham (stockholder/shareholder equity) :

1. Modal saham (capital stock)

Tunggal (1995) mendefinisikan, “Modal saham ialah modal yang merupakan

kontribusi dari persero (pemegang saham)“ (p.14).

2. Tambahan modal disetor/ agio saham/ premi (premium)

Smith dan Skousen (1997) menyatakan, “Tambahan modal setoran (additional

paid in capital) merupakan investasi pemegang saham yang melebihi jumlah

modal saham dan juga modal investasi dari sumber-sumber lainnya“ (p.174)

3. Laba yang ditahan (retained earnings)

Tunggal (1995) mendefinisikan, “Laba yang ditahan yaitu laba-laba perusahaan

yang belum dibagikan kepada persero“ (p.17).

Page 54: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

73

2.9.4.5 Laporan Laba Rugi (Income Statement)

IAI (2002) menyatakan, “Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran

penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Unsur penghasilan dan beban

didefinisikan sebagai berikut ;

1. Penghasilan (income)

Adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk

pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam

modal.

2. Beban (expenses)

Adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam

bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang

mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada

penanam modal“ (p.12).

Laporan laba rugi pada umumnya dapat disusun dalam 2 (dua) bentuk, yaitu;

i. Bentuk langsung (single-step income statement)

Kieso, Weygand, dan Warfield (2001) menyatakan, “In reporting revernues,

gains, and losses, a format known as the single-step income statement“ (p.134).

ii. Bentuk bertahap (multiple-step income statement)

Kieso, Weygand, dan Warfield (2001) menyatakan, “A multiple-step income

statement is used Turnover recognize these additional relationship“ (p.134).

Page 55: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

74

2.9.4.6 Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)

Munawir (2004) menyatakan, “Laporan perubahan kas (cash flow statement)

atau laporan sumber dan penggunaan kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas

selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan

menunjukkan darimana sumber-sumber kas dan penggunaannya“ (p.157).

IAI (2002) menyatakan, “Perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas

operasi dengan menggunakan salah satu dari metode berikut ini :

1. Metode Langsung (Direct Methods)

Dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran

kas bruto diungkapkan; atau

2. Metode Tidak Langsung (Indirect Methods)

Dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi

pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan penghasilan atau beban yang

berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan“ (p.24).

2.9.4.7 Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Changes Owner’s Equity)

Munawir (2004) menyatakan, “Laporan perubahan modal menunjukkan sumber

dana penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan“

(p.5).

2.10 Metode Analisa Laporan Keuangan

Ada bermacam-macam teknik dan analisis laporan keuangan yang dikemukakan

oleh para ahli, namun semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk

menyederhanakan data keuangan sehingga bisa lebih dimengerti, menentukan dan

Page 56: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

75

mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga dapat

diketahui dengan laporan keuangan dari beberapa periode.

Mengacu pada pendapat Munawir (2004), “Ada dua metode analisis yang

digunakan oleh setiap penganalisa laporan keuangan, yaitu;

1. Analisis horizontal atau analisis dinamis atau time series analysis

Analisis horizontal adalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan

keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui

perkembangannya. Metode ini disebut juga metode analisis dinamis karena yang

dipelajari adalah perkembangan dari tahun ke tahun, jadi bukan situasi pada

suatu saat saja, sehingga dapat dipelajari perubahan tertentu.

2. Analisis vertikal atau analisis statis

Analisis vertikal yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi

satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang

satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga akan

diketahui keadaan keuangan atau hasil operasional pada saat itu saja“ (p.36).

2.11 Teknik Analisis Laporan Keuangan

Ada bermacam-macam teknik analisis laporan keuangan yang dikemukakan oleh

para ahli. Namun sebenarnya semua teknik analisis tersebut mempunyai tujuan yang

sama, yaitu atau menyederhanakan data keuangan sehingga bisa lebih dimengerti, untuk

menentukan hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga dapat

diketahui perubahan dari masing-masing pos tersebut dibandingkan dengan laporan

keuangan dari beberapa periode.

Page 57: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

76

Mengacu pada pendapat Munawir (2004), “Teknik analisa yang biasa digunakan

dalam analisis laporan keuangan yaitu sebagai berikut:

1. Analisis perbandingan laporan Keuangan (Comparative Financial Statement)

Adalah teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk

2 periode atau lebih. Teknik analisis tersebut sering juga disebut dengan analisis

naik turun karena dengan analisis tersebut diketahui kenaikan/penurunan dari

masing-masing pos.

2. Trend/Tendensi Posisi dan Kemajuan Keuangan Perusahaan (Trend Ratio)

Dinyatakan dalam presentase (Trend Precentage Analysis), adalah suatu teknik

analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah

menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. Dalam memperhitungkan

persentase umumnya dipergunakan tahun pertama sebagai dasar pengukuran.

Data dalam tahun tersebut dinyatakan dengan angka 100%.

3. Laporan dengan Presentase per Komponen (common size Statement)

Adalah suatu teknik analisis untuk mengetahui presentase investasi pada masing-

masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur

permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan

jumlah penjualannya.

4. Analisis sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Adalah suatu teknik analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan

modal kerja dalam periode tertentu.

5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis)

Page 58: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

77

Adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang

kas atau untuk mengetahui sunber-sumber serta penggunaan uang kas selama

periode tertentu.

6. Analisis rasio (Ratio Analysis)

Adalah suatu teknik analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu

dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua

laporan tersebut. Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan yang

menyatakan kondisi dan trend yang sering tidak diperhatikan dalam pemeriksaan

komponen tersendiri dari rasio tersebut.

7. Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis)

Adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu

perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu

periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. Analisis ini

memberikan sudut pandang khusus terhadap performa operasional suatu

perusahaan.

8. Analisis Titik Impas (Break Even Point)

Adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai

oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi

juga belum memperoleh keuntungan. Analisis ini mengungkapkan hubungan

antara pendapat dengan pola tindak tanduk biaya untuk pengeluaran-

pelngeluaran tetap dan variabel“ (p.36).

Page 59: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

78

2.12 Analisis Rasio (Ratio Analysis)

Mengadakan analisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan

adalah merupakan dasar untuk dapat menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil

operasi suatu perusahaan.

Munawir (2004) menyatakan,“rasio menggambarkan suatu hubungan atau

perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah

yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan

atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau

posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut diperbandingkan

dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard“ (p.64).

Sundjaja dan Badian (2002) menyatakan, “Analisis rasio adalah suatu metode

perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu

perusahaan“ (p.104)

Brigham da Houston (2001) menyatakan, “Rasio keuangan dirancang untuk

membantu mengevaluasi laporan keuangan. Beban bunga dan kemampuan perusahaan

untuk membayar kembali utangnya dapat dievaluasi dengan (1) membandingkan setiap

hutang perusahaan terhadap aktiva dan (2) membandingkan bunga yang harus dibayar

terhadap laba yang tersedia untuk membayar bunga. Perbandingan seperti ini dilakukan

dengan menggunakan analisis rasio“ (p.79).

Analisis rasio keuangan merupakan alat yang biasa digunakan untuk menganalisa

serta menginterpretasikan kinerja keuangan dan kondisi suatu perusahaan. Karena rasio

menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan

jumlah lainnya yang terdapat dalam laporan keuangan baik itu neraca maupun laba-

rugi.

Page 60: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

79

Mengacu pada pendapat Brigham dan Houston (2001), analisis rasio dibagi

empat yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas,

sebagai berikut :

2.12.1 Analisis Rasio Likuiditas

Brigham mendefinisikan, “Pengertian rasio likuiditas adalah rasio yang

menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Posisi

likuiditas perusahaan berhubungan dengan pertanyaan berikut : apakah perusahaan

mampu melunasi kewajibannya yang jatuh tempo dalam jangka pendek? Apakah

perusahaan mempunyai masalah dalam memenuhi kewajiban ini? Dua rasio likuiditas

yaitu rasio lancar dan rasio cepat“ (p.79).

Yang termasuk Rasio Likuditas adalah :

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar biasanya dipergunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas

sesuatu perusahaan dan juga dipergunakan sebagai alat petunjuk untuk mengukur

kemampuan sesuatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnya yang sudah

jatuh tempo.

Rumus : Current Ratio = sLiabilitieCurrent

Assets Current

2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)

Rasio cepat merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-

kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan

memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas.

Page 61: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

80

Rumus : Quick Ratio = sLiabilitieCurrent

Inventory-Assets Current

2.12.2 Analisis Rasio Leverage (Rasio Pengelolaan Utang)

Brigham mendefinisikan, “Pembiayaan dengan utang atau leverage keuangan,

memiliki tiga implikasi penting: (1) Memperoleh dana melalui utang membuat

pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi

yang terbatas. (2) Kreditur melihat ekuitas, atau dana yang disetor pemilik untuk

memberikan marjin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan

sebagian kecil dari total pembiayaan, maka rasio perusahaan sebagian besar ada pada

kreditur, (3) Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi

yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga, maka pengembalian

atas modal pemilik akan lebih besar, atau leverage“ (p.84).

Rasio Leverage terdiri dari :

1. Rasio Hutang (Debt Ratio)

Rasio hutang menunjukkan besarnya modal asing yang dipergunakan di dalam

perusahaan atas keseluruhan modal yang tertanam di dalam perusahaan. Rasio ini

semata-mata menunjukkan bagian dari “uang orang lain“ dibandingkan dengan hak

keseluruhan terhadap aktiva perusahaan.

Rumus : Debt Ratio = AssetsTotal

sLiabilitie Total

Page 62: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

81

2. Rasio Kemampuan Membayar Bunga (Time Interest Earned Ratio /TIER)

Rasio kemampuan membayar bunga menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi pembayaran bunga dan menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia

bagi investor.

Rumus : Time Interest Earning Ratio = Expenses Interest

EBIT

2.12.3 Analisis Rasio Aktivitas atau Rasio Pengelolaan Aktiva (Assets Management

Ratio)

Brigham menyatakan, “Pengertian rasio manajemen aktiva adalah rasio yang

mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasio ini dirancang untuk

menjawab pertanyaan berikut: apakah total jumlah setiap jenis aktiva yang dilaporkan

dalam neraca sudah wajar, terlalu tinggi, atau terlalu rendah jika dibandingkan dengan

tingkat penjualan yang diproyeksikan? Jika perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva,

biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi, dan akibatnya laba akan menurun. Di sisi

lain, jika aktiva terlalu rendah, maka penjualan yang menguntungkan akan hilang“

(p.81).

Rasio aktivitas terdiri dari :

1. Perputaran Piutang Usaha (Account Receivable Turnover)

Perputaran piutang usaha menunjukkan berapa kali piutang rata-rata dalam periode

tersebut.

Rumus : Account Receivable Turnover = Receivable Account Average

SalesNet

Page 63: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

82

2. Jangka Waktu Penagihan (Day’s Sales Outstanding)

Rasio ini menunjukkan berapa lama waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk

menerima pembayaran piutang dagang.

Rumus : Day’s Sales Outstanding = period per sDay': SalesCredit Net

sReceivable Account

3. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Rasio ini menunjukkan berapa kali jumlah dana yang ditanam dalam persediaan

barang dagangan ini berputar dalam satu tahun atau periode. Semakin tinggi tingkat

perputaran persediaan perusahaan, maka semakin cepat dana yang tertanam dalam

persediaan berputar kembali menjadi uang kas.

Rumus : Inventory Turnover = Inventory Average

SoldGood of Cost

4. Rata-rata Lamanya Persediaan (Average Day’s Inventory)

Rasio ini mengukur waktu rata-rata yang diperlukan untuk menjual atau memutar

persediaan.

Rumus : Average days Inventory = SoldGood of Cost

period per Days xInventory Average

5. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover)

Rasio ini menggambarkan sampai seberapa efektif perusahaan menggunakan data

yang tertanam di dalam aktiva perusahaan (pabrik dan peralatannya).

Rumus : Fixed Assets Turnover = Assets Fixed Net Average

SalesCredit Net

6. Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover)

Rasio perputaran total aktiva merupakan ukuran untuk memperoleh gambarang

tentang tingkat efektifitas dan efisiensi menyeluruh dari pendayagunaan seluruh dana

Page 64: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

83

yang tertanam di dalam harta perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini

menunjukkan jumlah rupiah yang ditanamkan dalam aktiva.

Rumus : Total Assets Turnover = Assets Total Average

SalesNet

3.9.4. Analisis Rasio Profitabilitas

Brigham menulis, “Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan

dan keputusan. Rasio yang sudah kita bahas, sebelumnya berguna untuk menilai

keefektifan operasi perusahaan, tetapi rasio profitabilitas (profitability ratio)

menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva dan utang terhadap

hasil operasi“ (p.89).

Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba

selama periode tertentu. Cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah

bermacam-macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan

diperbandingkan satu dengan lainnya. Dengan adanya macam-macam cara dalam

penilaian rentabilitas suatu perusahaan maka tidak mengherankan kalau ada beberapa

perusahaan yang berbeda-beda dalam cara menghitung rentabilitasnya. Yang penting

ialah rentabilitas mana yang akan digunakan sebagai alat pengukur efisiensi penggunaan

modal dalam perusahaan yang bersangkutan.

Rasio Profitabilitas terdiri dari :

1. Margin Laba atas Penjualan (Profit Margin on Sales)

Rasio ini menggambarkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari penjualan

(rate of return) dan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengendalikan

biaya dan pengeluaran sehubungan dengan kegiatan perusahaan.

Page 65: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00257-MNTI BAB 2.pdf · departemen yang menghasilkan barang dan jasa yang menyangkut koordinasi ... produksi

84

Rumus : Profit Margin on Sales = SalesNet

Income Net

2. Rasio Kemampuan Dasar Menghasilkan Laba (Basic Earning Power Ratio)

Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba,

sebelum dipengaruhi oleh pajak dan leverage, sehingga sangat berguna untuk

membandingkan perusahaan yang satu dengan yang lain meskipun kondisi

perpajakan dan tingkat leverage keuangannya berbeda.

Rumus : Basic Earning Power = AssetsTotal

Ebit

3. Pengembalian atas Total Aktiva (Return on Total Assets/ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan

dana perusahaan (modal asing dan modal sendiri) yang diinvestasikan dalam aktiva

yang digunakan untuk operasional perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan

menunjukkan efisiensi dan produktivitas perusahaan secara keseluruhan.

Rumus : Return on Assets (ROA) = AssetsTotal

Income Net

4. Pengembalian atas Ekuitas Saham Biasa (Return on Equity/ROE)

Hasil pengembalian atas ekuitas menunjukkan produktivitas dari dana-dana pemilik

perusahaan di dalam perusahaannya sendiri. Rasio ini juga menunjukkan

profitabilitas dan efisiensi modal sendiri.

Rumus : Return on Equity (ROE) =Equity

Income Net