bab 2 landasan teori 2.1 identifikasi maksud …thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2009-1-00383-mnti bab...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Identifikasi maksud dan tujuan operasi kerja
Kegiatan ini bertujuan untuk mengeleminasi atau mengkombinasikan
operasi-operasi kerja sebelum memperbaikinya. Banyak elemen-elemen kerja
yang sebenarnya tidak diperlukan lagi tapi justru dilakukan sekarang. (Sritomo,
2000, p96). Penyederhanaan operasi kerja dalam hal ini dapat dilakukan melalui
cara seperti :
a. Perancangan Komponen Benda Kerja
Suatu desain benda kerja akan memiliki kaitan erat dengan proses
manufacturing yang harus berlangsung untuk merealisir benda kerja tersebut,
sehingga cukup beralasan pada saat merancang suatu benda kerja harus pula
dipikirkan untuk mencari cara yang termudah/termurah. Guna memperbaiki
rancangan produk, maka bisa diperhatikan langkah-langkah seperti berikut :
- Mengurangi jumlah komponen/bagian yang tidak signifikan dan
mempengaruhi fungsi produk secara keseluruhan.
- Mengurangi jumlah operasi kerja terutama yang berhubungan dengan
proses pemindahan.
- Menggunakan komponen-komponen produk yang standar
- Desain harus dipikirkan tidak saja dari aspek estetika tetapi yang lebih
penting adalah kemudahan untuk pembuatannya.
b. Pemilihan bahan baku (material)
17
Kemampuan untuk memilih dan menggunakan material yang tepat sangat
mutlak untuk dilakukan. Disini ada 6 pertimbangan yang harus dibuat, yaitu :
- Pilih dan dapatkan material yang tidak terlalu mahal.
- Pilih dan dapatkan material yang mudah untuk diproses.
- Gunakan material seefisien mungkin.
- Apabila dimungkinkan maka gunakan material bekas/sisa.
- Pergunakan supplies material dan perkakas secara ekonomis.
- Material yang dipakai dalam hal ini haruslah mengikuti standar umum
yang digunakan.
c. Penetapan proses manufakturing
Untuk memperbaiki proses manufacturing yang dilaksanakan, maka
pengamatan diarahkan ke hal-hal berikut :
- Apabila akan merubah suatu operasi kerja maka harus pula diperhatikan
efeknya terhadap operasi lain.
- Mekanisasi setiap manual operation yang kemungkinan bisa dilakukan.
- Pergunakan fasilitas dan peralatan kerja yang lebih efisien.
- Operasi fasilitas kerja yang ada secara efektif.
d. Perencanaan proses set-up mesin dan perkakas
Untuk mempercepat proses persiapan (setting-up) maka akan sangat
membantu sekali aplikasi dari jigs dan fixture khususnya untuk produksi
masal. Proses dari set-up ini sangat penting sekali dalam job shop karena di
sini proses produksi cenderung singkat.
e. Perbaikan kondisi lingkungan kerja
18
Tugas dari method engineering analisis adalah juga mengadakan area
kerja yang baik ditinjau dari keamanannya. Kondisi lingkungan kerja yang
ideal diharapkan mampu memberikan kondisi-kondisi kerja seperti :
• Memperbaiki safety record.
• Mengurangi ketidakdisiplinan kerja lainnya.
• Meningkatkan moral kerja karyawan.
• Meningkatkan produktivitas kerja.
Untuk maksud memperbaiki kondisi lingkungan kerja ini maka bisa
dilaksanakan antara lain dengan jalan sebagai berikut :
• Memperbaiki cahaya penerangan di lingkungan kerja lainnya.
• Mengontrol temperatur ruangan dan juga derajat kelembabannya.
• Memberi ventilasi yang cukup.
• Mengontrol suara yang timbul dengan jalan menekan kebisingan.
• Menciptakan area kerja yang rapi, bersih, tertib, dan lain-lain.
• Segera membuang sisa-sia material, serap, dan material lain yang
membahayakan.
• Menyediakan perlengkapan dan petunjuk-petunjuk untuk
keselamatan kerja.
• Mengadakan program P3K secara seksama untuk mengatasi keadaan
darurat.
• Mempertimbangkan segala aspek ergonomis dan prinsip-prinsip dari
kerja fisik.
f. Perencanaan Proses Pemindahan Barang (Material Handling)
19
Pemindahan barang adalah suatu hal yang sulit untuk dihidari dalam
suatu proses produksi. Untuk itu desain dari proses material handling
haruslah direncanakan secara tepat dan teliti. Kebaikan dari perencanaan
material handling yang benar antara lain seperti :
• mengurangi biaya pemindahan bahan.
• menambah kapasitas produksi yang dihasilkan.
• memperbaiki kondisi kerja.
• memperlancar proses distribusi material ataupun produk jadi.
2.2 Aplikasi prinsip-prinsip ekonomi gerakan (Motion Economy)
Di dalam menganalisa dan mengevaluasi metode kerja guna memperoleh
metode kerja yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip
ekonomi gerakan (Sritomo, 2000, p100). Prinsip ekonomi gerakan ini
dipergunakan untuk menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi
dalam sebuah stasiun kerja dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan kerja yang
berlangsung secara menyeluruh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang
lainnya. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan terdiri dari :
a. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan penggunaan badan/anggota
tubuh manusia
• Manusia memiliki kondisi fisik dan struktur tubuh yang memberi
keterbatasan dalam melaksanakan gerakan kerja.
20
• Bila mungkin kedua tangan (yang sama-sama dibutuhkan untuk
melalukan seperti halnya dalam proses perakitan) harus memulai dan
menyelesaikan gerakannya dalam waktu yang bersamaan, dan lain-lain.
b. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat kerja berlangsung
• Tempat-tempat tertentu yang tak sering dipindah-pindah harus disediakan
untuk semua alat dan bahan sehingga dapat menimbulkan kebiasaan tetap
(gerak rutin).
• Tata letak bahan dan peralatan kerja diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan urut-urutan gerakan yang terbaik, dan lain-lain.
c. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain peralatan kerja yang
dipergunakan
• Kurangi sebanyak mungkin pekerjaan tubuh (manual) apabila hal tersebut
dapat dilaksanakan dengan peralatan kerja.
• Usaha menggunakan peralatan kerja yang dapat melaksanakan berbagai
macam pekerjaan sekaligus, baik yang sejenis maupun yang berlainan
jenis, dan lain-lain.
2.3 Studi gerakan untuk menganalisa metode kerja yang efektif dan efisien
Studi gerakan atau lazimnya disebut dengan motion study adalah suatu
studi tentang gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaannya (Sritomo, 2000, p106). Dengan studi ini ingin diperoleh gerakan-
gerakan standar untuk penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu rangkaian gerakan-
gerakan yang efektif dan efisien. Untuk memperoleh hal tersebut maka perlu
21
diperhatikan terlebih dahulu kondisi pekerjaan yang ada yaitu kondisi pekerjaan
yang memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan kerja yang ekonomis. Studi
mengenai ini dikenal sebagai studi ekonomi gerakan yaitu studi yang
menitikberatkan pada penerapan prinsip-prinsip ekonomi gerakan.
Maksud utama dari studi gerakan adalah untuk mengeleminir atau
mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efektif. Sebagai hasilnya maka
diharapkan bahwa pekerjaan akan dilaksanakan secara lebih mudah dan laju
produksi bisa ditingkatkan. Di dalam aktivitas studi gerakan maka orang yang
dianggap paling menonjol jasanya adalah Frank dan Lilian Gilberth. Gilberth
telah mengawali studi gerakan manual dan mengembangkan prinsip-prinsip
dasar ekonomi gerakan yang sampai sekarang masih dipertimbangkan sebagai
landasan pokok untuk melakukan studi gerakan. Di samping itu Gilberth juga
berhasil menciptakan teknik-teknik pembuatan/perekaman gambar-gambar
detail yang dikenal sebagai micromotion studies.
Studi gerakan umumnya diklasifikasikan ke dalam 2 macam studi, yaitu
Visual Motion Study dan Micromotion Study umumnya lebih sering diaplikasikan
karena dianggap jauh lebih ekonomis. Di sini hanya sekedar dilakukan
pengamatan secara visual terhadap operasi kerja yang berlangsung dan kemudian
dibuat peta yang dikenal dengan nama Operator Process Chart dengan
mengaplikasikan simbol-simbol Therbligs. Langkah selanjutnya adalah
melakukan analisa terhadap gerakan-gerakan kerja yang ada dengan mendasar
pada prinsip-prinsip ekonomi gerakan.
Untuk Micromotion Study dalam pelaksanaanya akan membutuhkan
biaya yang jauh lebih tinggi, biasanya dipergunakan untuk pekerjaan-pekerjaan
22
yang berlansung cepat dan berulang-ulang. Di sini analisa bisa dilakukan lebih
detail karena dipergunakan peralatan khusus untuk merekam gerakan-gerakan
kerja yang berlangsung.
2.3.1 Gerakan-gerakan fundamental untuk pelaksanaan kerja manual
(Therbligs)
Suatu pekerjaan yang utuh dapat diuraikan menjadi gerakan dasar,
yang oleh Gilberth diuraikan ke dalam 17 gerakan therblig. Suatu
pekerjaan mempunyai uraian yang berbeda-beda bila dibandingkan
dengan pekerjaan yang lainnya. Hal ini tergantung dari jenis
pekerjaannya. Gerakan-gerakan Therblig tersebut antara lain :
• Mencari (search)
Mencari adalah elemen dasar gerakan pekerja untuk menentukan
lokasi suatu objek. Gerakan kerja dalam hal ini dilakukan oleh
mata.
• Memilih (select)
Memilih merupakan gerakan untuk menemukan obyek yang
tercampur, tangan dan mata adalah dua bagian badan yang
digunakan untuk melakukan gerakan ini.
• Memegang (grasp)
Memegang merupakan gerakan yang dilakukan dengan menutup
jari-jari tangan obyek yang dikehendaki dalam suatu operasi kerja.
• Menjangkau (Reach)
23
Menjangkau dalam therblig adalah gerakan tangan berpindah
tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi
obyek.
• Membawa (Move)
Membawa juga merupakan gerak perpindahan tangan, hanya dalam
gerakan ini tangan dalam keadaan dibebani.
• Memegang untuk memakai (hold)
Pengertian memegang untuk memakai disini adalah memegang
tanpa menggerakkan obyek yang dipegang tersebut.
• Melepas (release)
Melepas terjadi bila seorang pekerja melepaskan obyek yang
dipegangnya. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan
mengangkut atau dapat pula gerakan mengarahkan dan biasanya
diikuti oleh gerakan menjangkau.
• Mengarahkan (position)
Gerakan Therblig yang merupakan gerakan mengarahkan suatu
obyek pada suatu lokasi tertentu.
• Mengarahkan sementara (pre-position)
Mengarahkan sementara merupakan elemen gerak mengarahkan
pada suatu tempat sementara. Tujuan dari penempatan sementara ini
adalah untuk memudahkan pemegangan apabila obyek tersebut
akan dipakai kembali.
• Memeriksa (inspection)
24
Pemeriksaan yang dilakukan dalam therblig ini dapat berupa
pemeriksaan kualitas seperti baik atau buruknya obyek yang
ditentukan oleh warnanya atau ditentukan oleh jumlah cacatnya.
• Merakit (assemble)
Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu obyek dengan
obyek yang lain sehingga menjadi satu kesatuan.
• Mengurai rakit (disassembly)
Therblig ini merupakan kebalikan dari therblig melepas , di sini dua
bagian obyek dipisahkan dari satu kesatuan.
• Memakai (use)
Memakaiadalah bila satu tangan atau kedua-duanya dipakai untuk
menggunakan alat.
• Keterlambatan yang tak terhindarkan (unavoidable delay)
Kelambatan yang dimaksudkan di sini adalah kelambatan yang
diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi diluar kemampuan pengendali
pekerja. Hal ini timbul karena ketentuan cara kerja yang
mengakibatkan satu tangan menganggur sedangkan tangan yang
lainnya bekerja.
• Keterlambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay)
Kelambatan ini disebabkan oleh hal yang ditimbulkan sepanjang
waktu kerja oleh pekerjanya baik disengaja atau tidak disengaja.
Misalnya pekerja menderita sakit batuk-batuk atau pekerja yang
merokok ketika bekerja.
25
• Merencana (plan)
Merencanakan merupakan proses mental, dimana operator berpikir
untuk menentukan tindakan yang diambil selanjutnya.
• Istirahat untuk menghilangkan lelah (rest to overcome fatigue)
Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi terjadi secara
periodik. Waktu untuk memulihkan lagi kondisi badannya dari rasa
fatique atau lelah.
2.3.2 Analisa Gerakan Kerja Dengan Rekaman Film (Micromotion Study)
Dalam menganalisa gerakan kerapkali dijumpai kesulitan-
kesulitan dalam menentukan batas-batas satu therblig dengan therblig
yang lainnya karena sangat singkat waktu perpindahan antara satu
elemen ke elemen yang lain. Kesulitan ini terjadi juga ketika elemen-
elemen yang sangat singkat waktu pelaksanaannya, sehingga sulit
ditangkap oleh mata.
Perekaman atas gerakan-gerakan kerja dengan rekaman film dan
segala perlengkapannya dapat mengatasi hal ini. Di sini hasil rekaman
diputar pada kecepatan yang sangat lambat sehingga analisa dapat
dilakukan secara lebih seksama. Dengan bantuan sejenis jam khusus
misalnya michrochronometer waktu setiap elemen dapat diukur.
2.4 Peta tangan kiri dan tangan kanan (left and right hand chart) atau peta
operator (operator process chart)
26
Peta tangan kiri dan tangan kanan – dalam hal ini lebih dikenal sebagai
peta operator (operator process chart) – adalah peta kerja setempat yang
bermanfaat untuk menganalisa gerakan tangan manusia didalam melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang bersifat manual. Peta ini akan menggambarkan semua
gerakan ataupun delay yang terjadi yang dilakukan oleh tangan kanan maupun
tangan kiri secara mendetail sesuai dengan elemen-elemen therblig yang
membentuk gerakan tersebut. Dengan menganalisa detail gerakan yang terjadi
maka langkah-langkah perbaikan dapat diusulkan. Pembuatan peta operator ini
baru terasa bermanfaat apabila gerakan yang dianalisa tersebut terjadi berulang-
ulang (repetitive) dan dilakukan secara manual (seperti halnya dalam proses
perakitan). Dari analisa yang dibuat maka pola gerakan tangan yang dianggap
tidak efisien dan bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan (motion
economy) bisa diusulkan untuk diperbaiki. Demikian pula akan diharapkan
terjadi keseimbangan gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri,
sehingga siklus kerja akan berlangsung dengan lancar dalam ritme gerakan yang
lebih baik yang akhirnya mampu memberukan delays maupun operator fatique
yang minimum.
Meskipun Franks dan Lilian Gilberth telah menyatakan bahwa gerakan-
gerakan kerja manusia dilaksanakan dengan mengikuti 17 elemen dasar therblig
dan / atau kombinasi dari elemen-elemen therblig tersebut akan tetapi didalam
membuat peta operator akan lebih efektif kalau hanya 8 elemen gerakan therblig
berikut ini yang digunakan, yaitu:
- Reach (RE) - Use (U)
27
- Grasp (G) - Release (RL)
- Move (M) - Delay (D)
- Position (P) - Hold (H)
2.5 Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stop watch time study)
Diperkenalka pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad ke 19.
Metoda ini terutama sekali baik diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung
singkat dan berulang-ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran maka akan
diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana
waktu ini akan dipergunakan sebagai standard penyelesaian pekerjaan bagi
semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama seperti itu
(Sritomo, 2000, p171). Secara garis besar langkah untuk pelaksanaan
pengukuran waktu kerja dengan stop watch ini diuraikan sebagai berikut:
- Definisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan
beritahukan maksud dan tujuan pengkuran ini kepada pekerja yang dipilih
untuk diamati.
- Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan
seperti layout, karakteristik/ spesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang
digunakan, dan lain-lainnya.
- Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetil-detilnya tapi masih
dalam batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.
- Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk
menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut
28
- Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah
jumlah siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak?
Tes pula keseragaman data yang diperoleh.
- Tetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas
kerja yang diukur dan dicatat waktunya tersebut.
- Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance yang ditunjukan
oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal.
- Tetapkan waktu kelonggaran (allowance time) untuk memberikan
fleksibilitas. Waktu longgar yang diberikan ini guna menghadapi kondisi-
kondisi seperti kebutuhan personil yang bersifat pribadi, faktor kelelahan,
keterlambatan material, dan lain-lainnya.
- Tetapkan waktu kerja baku (standard time) yang berupa gabungan antara
waktu normal dan waktu longgar.
2.5.1 Keseragaman data
- Kelompokan data-data yang ada dalam subgrup, dan hitung
rata-rata dari subgrup tersebut
Dengan : = rata-rata dari subgrup i
= data i
n = jumlah data subgrup
- Hitung rata-rata sampel yang didapatkan
29
Dengan : = rata-rata sampel
= jumlah subgrup
- Hitung standar deviasi
Dengan : = standar deviasi
n = jumlah data
- Hitung standar deviasi subgrup
Dengan : = standar deviasi subgrup
- Hitung nilai Z
Dengan : Z = nilai Z tabel
= tingkat keyakinan
- Tentukan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah
BKA = + Z.
BKB = - Z.
Dengan : BKA = batas kontrol atas
BKB = batas kontrol bawah
2.5.2 Ukuran sampel bagi pendugaan μ
30
Bila digunakan untuk menduga μ, kita boleh percaya (1-α)100%
bahwa galatnya tidak akan melebihi suatu nilai tertentu e bila ukuran
contohnya diambil sebesar :
Persamaan ini digunakan untuk menemukan ukuran sampel yang
diperlukan untuk memperkirakan nilai mean populasi. Persamaan ini
tidak membutuhkan ukuran populasi (N), ukuran sampel tergantung dari
tingkat kepercayaan yang diinginkan, tingkat error yang diinginkan, dan
standar deviasi yang diinginkan (Triola, 2002, p289). Permasalahan
dalam menggunakan persamaan ini adalah diperlukannya nilai standar
deviasi populasi yang biasanya tidak diketahui, ada beberapa cara dalam
mengatasinya, yaitu:
- Gunakan range rule of thumb, perkirakan standar deviasinya sebagai
berikut σ ≈ range/4
- Lakukan studi pendahuluan dengan memulai proses sampling.
Dengan pengumpulan pertama paling sedikit 31 sampel, kemudian
hitung standar deviasi. Gunakan nilai standar deviasi tersebut.
- Perkirakan nilai σ dengan menggunakan hasil studi yang telah
dilakukan sebelumnya.
2.5.3 Faktor penyesuaian menurut Westinghouse
31
Penyesuaian menurut Westinghouse mengarahkan penilaian pada
4 faktor yang dianggap ,menentukan kewajaran atau ketidakwajaran
dalam bekerja yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi
(Sutalaksana, 1979, p140). Setiap faktor terbagi kedalam kelas-kelas
dengan nilainya masing-masing.
Keterampilan atau skill, didefinisikan sebagai kemampuan
mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan
keterampilan, tetapi hanya sampai ke tingkat tertentu saja, dimana
merupakan kemampuan maksimal yang dapat diberikan pekerja.
Usaha atau effort adalah kesungguhan yang ditunjukan atau
diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Dalam prakteknya,
terdapat korelasi antara keterampilan dan usaha. Pekerja yang
mempunyai keterampilan rendah bekerja dengan usaha yang lebih
sungguh-sungguh sebagai imbangannya, begitu juga sebaliknya.
Walaupun hubungan antara kelas tinggi pada keterampilan dan usaha,
begitu juga dengan kelas rendahnya, kedua faktor ini dapat terjadi secara
terpisah dalam pelaksanaan kerjanya.
Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungannya seperti
pencahayaan, temperatur, dan kebisingan ruangan.faktor ini merupakan
faktor eksternal yang terjadi, dan operator tidak memiliki kemampuan
yang banyak untuk merubahnya. Faktor ini disebut juga faktor
manajemen, karena pihak inilah yang berwenang untuk merubah atau
memperbaikinya.
32
Faktor lainnya adalah konsistensi, faktor ini perlu diperhatikan
karena kenyataan bahwa setiap pengukuran waktu angka-angka yang
dicatat tidak pernah semuanya sama. Selama ini masih dalam batas-batas
yang wajar masalah tidak timbul, tetapi jika variabilitasnya tinggi maka
hal tersebut harus diperhatikan.
2.5.4 Faktor kelonggaran
Kelonngaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk keperluan
pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tak
dapat dihindarkan. Ketiganya merupakan hal-hal yang dibutuhkan
pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat,
maupun dihitung. Yang termaksud dalam kebutuhan pribadi adalah
minum, berbicara, ke kamar kecil, dan lain-lainnya. Kebutuhan-
kebutuhan ini terlihat sebagai sesuatu yang mutlak.
Rasa fatique tercermin dari menurunya hasil produksi baik
kuantiti maupun kualitas. Salah satu cara untuk menentukan besarnya
kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari
kejra dan mencatat pada saat-saat produksi menurun. Tetapi masalahnya
dalah kesulitan dalam menentukan produksi menurun yang disebabkan
oleh rasa fatique.
Dalam melaksanakan pekerjaanya, pekerja tidak akan lepas dari
berabgai ”hambatan”. Seperti mengobrol yang berlebihan dan mengangur
dengan sengaja, ada pula hambatan yang berada diluar pekerja untuk
mengendalikannya.
33
2.6 Upah
Sistem upah pada umumnya dipandang sebagai suatu alat untuk
mendistribusikan upah kepada karyawan. Pendistribusian ini ada yang
berdasarkan pada produksi, lamanya kerja, lamanya dinas dan berdasarkan
kebutuhan hidup.
Beberapa pengertian upah menurut berbagai ahli (As’ad, 2001, p88):
1. Undang-undang kecelakaan tahun 1947 No. 33 pasal yang disebut
upah ialah semua pembayaran berbentuk uang yang diterima oleh
buruh sebagai ganti pekerjaan.
2. Menurut Edwin B. Flippo, upah adalah : harga untuk balas jasa yang
diberikan oleh seseorang kepada orang lain.
3. Charles W. Brennan dalam bukunya Wage Administration (1959)
yang memiliki pendapat yang sama dengan Dale Yoder (1962):
”A term used to describe compensation for work performance by
production workers who generally have no guarantee of employment
thrroughout the week or month”
yang berarti suatu istilah untuk mendeskripsikan kompensasi untuk
kinerja oleh pekerja bagian produksi yang biasanya tidak memiliki
jaminan mingguan atau bulanan.
4. Menurut Nanassy dan Selden (1960) yang membatasi istilah upah
sebagai pendapatan dari kinerja atau peforma kerja.
Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa upah adalah penghargaan dari energi
karyawan yang dimanifestasikan sebagai hasil produksi, atau suatu jasa yang
34
dianggap sama dengan itu, yang berwujud uang, tanpa suatu jaminan yang pasti
dalam tiap-tiap minggu atau bulan.
Gaji sebenarnya juga upah, tetapi sudah pasti banyaknya dan waktunya.
Artinya banyaknya upah yang diterima itu sudah pasti jumlahnya pada setiap
waktu yang telah ditetapkan. Dalam hal waktu ini yang lazim digunakan di
indonesia adalah setiap bulan.
Beberapa pengertian gaji menurut berbagai ahli (As’ad, 2001, p88):
1. Menurut Purwodarminto (1966), gaji adalah upah kerja yang dibayar
dalam waktu yang tetap. Sebenarnya bukan saja waktunya yang tetap.
Tetapi secara relatif banyaknya upah itupun sudah pasti jumlahnya.
2. Dale Yoder (1962) memberi batasan mengenai gaji sebagai :
”Salaries are payments to clerical, supervisory, and managerial
employees”
Selanjutnya juga dikatakan bahwa gaji merupakan kompensasi untuk
pekerja yang dibayarkan secara berkala atau dalam waktu jangka
panjang.
3. Nanassy dan Selden (1960) merumuskan gaji adalah :
”renumeration or wages paid by an employer to employee. States
have specific requierements as to how often and when an employee
must be paid”
Maka dapat dilihat bahwa perbedaan pokok antara upah dengan gaji
adalah jaminan ketepatan waktu dan kepastian banyaknya upah
Tujuan insentif adalah untuk memperoleh personalisa yang berkualitas,
mempertahankan karyawan yang ada sekarang, menjamin keadilan, menghargai
perilaku yang diinginkan, dan mengendalikan biaya-biaya. (Handoko, 2000,
35
p156). Selain itu, tujuan pemberian insentif yaitu memotivasi kinerja karyawan
dalam melaksanakan pekerjaannya. budaya perusahaan untuk memberikan
insentif membangkitkan minat dan ketertarikan karyawan terhadap tujuan
perusahaan.
Ada beberapa sistem yang dapat digunakan untuk mendistribusikan upah.
Masing-masing sistem itu akan mempunyai pengaruh yang spesifik terhadap
dorongan atau semangat kerja serta nilai-nilai yang akan dicapai. Sampai
sekarang sebetulnya tidak ada suatu sistem yang betul-betul murni yang berdiri
sendiri. Secara umum sistem upah dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
1. Sistem upah menurut banyaknya produksi,
2. Sistem upah menurut lamanya bekerja,
3. Sistem upah menurut lamanya dinas, dan
4. Sistem upah menurut kebutuhan.
Sistem upah menurut produksi yang diberikan bisa memberikan dorongan
kepada karyawan untuk bekerja lebih keras dan meng-upgrade diri untuk
berproduksi lebih banyak. Upah ini membedakan karyawan berdasarkan
kemampuan masing-masing. Sistem ini sangat menguntungkan bagi mereka yang
cerdas dan energis, tetapi kurang menguntungkan karyawan yang
kemampuannya sudah mulai mundur, inferior dan orang lanjut usia.
Sistem upah menurut senioritas akan mendorong orang untuk lebih setia
atau loyalitas terhadap perusahaan dan lembaga kerja. Sistem ini sangat
menguntungkan bagi orang lanjut usia dan bagi orang-orang muda yang
didorong untuk tetap bekerja pada perusahaan, hal ini disebabkan adanya
harapan bila sudah tua akan lebih mendapat perhatian. Sisi negatif dari sistem ini
36
adalah sistem ini kurang bisa memotivasi karyawan dan akan diisi dengan orang-
orang yang cukup usia.
Berikut ini adalah sistem upah perangsang atau insentif adalah sebagai
berikut:
1. Differential piece rate plan dari Taylor
Sistem ini dikemukakan oleh Taylor yang pada pokoknya
memberikan tambahan upah perunit produksi bila karyawan dapat
mencapai standard. Misalkan karyawan yang bekerja selama satu
minggu (40 jam) paling tidak harus berproduksi 4 unit untuk
mencapai standard maka harga perunitnya adalah $20.00, sehingga
satu minggu upah dasarnya adalah $80.00. Contoh perhitungan dapat
dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Differential Piece-rate Plan dari Taylor
Employee Unit per week Price rate Weekly earnings A 3.6 $ 15.00 $ 54.00 B (standard) 4.0 $ 20.00 $ 80.00 C 6.0 $ 20.00 $ 120.00 D 8.0 $ 20.00 $ 160.00 Sumber: Psikologi Industri, As’ad
2. The Rowan plan
Sistem ini agak lebih baik dipandang dari para karyawan sebab telah
dijamin dengan upah dasar, dan preminya meliputi 20 sampai 50%
bagi karyawan yang dapat meliputi 20-50% bagi karyawan yang daat
melampaui standard.
Misalnya kerja dalam satu minggu dengan ketentuan 40 jam, upah
dasarnya $80.00 dan standar produksinya adalah 4 unit, sedang
37
apabila karyawan dapat menyelesaikan 6 unit, maka akan diterima
premi atau bonus sebagai berikut:
1 minggu (40 jam) = 4 unit = $80.00
1 unit 40 jam : 4 = 10 jam
1 minggu mendapat 6 unit = 60 jam
Waktu yang dihemat = 60 jam - 40 jam = 20 jam
Premi yang diterima =
Maka karyawan yang dapat menyelesaikan 6 unit selama 1 minggu
akan mendapatkan upah sebesar $80.00 + $26.60 = $106.60. Contoh
perhitungan dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 The Rowan plan
Emplyoee Units perweek Percent normal time saved Premium Weekly
earnings A 3.6 - $ 80.00 B (standard)
4 - $ 80.00
C 6 33.3 $ 26.6 $ 106.60 D 8 50.0 $ 50.0 $ 120.00
Sumber: Psikologi Industri, As’ad
3. The Gantt task and bonus system
Gantt memberikan bonus / premi jika karyawan telah menyelsaikan
90% dari standard yang telah ditetapkan. Menurut Dale Yoder (1955)
sistem ini tidak diterapkan secara kaku, akan tetapi menurut keadaan
setempat. Biasanya (yang sangat umum) baru setelah mencapai
standard produksi 100% diberi bonus 20%, demikian juga bonus
diatas 100%.
38
Misalkan karyawan yang bekerja selama satu minggu dia akan dapat
hasil sebagai berikut. Jika tak dapat melampaui standard dia akan
menerima upah = jumlah jam kerja x upah perjam. Bagi yang
melampaui standard upahnya menjadi = (jumlah jam x upah perjam)
+ bonus. Contoh perhitungan dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3 The Gantt task and bonus system
Emplyoee Units per week
Standard hours
allowed
Wage for time
allowed premium Weekly
earnings
A 3.6 36 $ 80.00 - $ 80.00 B (standard)
4.0 40 $ 80.00 $ 16.00 $ 96.00
C 6.0 60 $ 120.00 $ 24.00 $ 144.00 D 8.0 80 $ 160.00 $ 32.00 $ 192.00
Sumber: Psikologi Industri, As’ad
4. The Halsey plan
Sistem Halsey ini serupa dengan sistem Rowan, hanya cara
memberikan premi bagi karyawan yand dapat melampaui standard
tetap, yaitu 50%. Seandainya upah dasar 1 munggu (40 jam) sama
dengan $ 80.00, standard produksinya 4 units, padahal seorang
kartawan dapat menyelesaikan 6 unit dalam waktu 1 minggu maka ia
akan mendapatkan premi sebagai berikut:
Sistem ini menjamin upah minimal untuk karyawan yang tidak dapat
melampaui standard. Contoh perhitungan dapat dilihat pada tabel 2.4
39
Tabel 2.4 The Halsey plan
Emplyoee Units perweek Hours saved Premium Weekly earnings A 3.6 - $ 80.00 B (standard)
4 - $ 80.00
C 6 20 $ 20.0 $ 100.00 D 8 40 $ 40.0 $ 120.00
Sumber: Psikologi Industri, As’ad
Realisasi dari suatu rencana upah yang sehat tidak akan terealisir tanpa
terlebih dahulu merealisir rencana dan sistem upah yang baik. Dengan kata lain,
besarnya upah tergantung sepenuhnya pada baik-buruknya rencanan dan sistem
upah yang ditetapkan.
Menurut Halsey (As’ad, 2001, p97), ada beberapa syarat untuk dipenuhi
terhadap rencana dan sistem upah yang baik, yaitu:
1. Adil bagi pekerja dan pimpinan perusahaan. Artinya karyawan jangan
sampai dijadikan alat pemerasan dalam mengejar angka-angka produksi
karyawan.
2. Sistem upah sebaiknya bisa mempunyai potensi untuk mendorong
semangat kerja karyawan dalam produktivitas kerja.
3. Selain upah dasar (standard) perlu disediakan pula upah perangsang
sebagai imbalan tenaga yang dikeluarkan oleh karyawan.
4. Sistem upah itu sebaiknya harus mudah dimengerti artinya jangan
berbelit-belit sehingga karyawan akan sulit memahaminya. Ini penting untuk
menghulangkan adanya kesan prasangka bagi kartawan terhadap perusahaan.
40
2.7 Motivasi kerja
Motivasi dapat dipandang seabgai satu ciri yang ada pada calon tenaga
kerja ketika diterima masuk bekerja di perusahaan, dibawa masuk oleh tenaga
kerja. (Munandar, 2001, p320). Selama bekerja, motivasi kerja tenaga kerja
mengalami perubahan-perubahan seabgai hasil interaksi antara tenaga kerja
dengan lingkungan kerjanya, sehingga dapat pula dipandang sebagai keluaran
dari tenaga kerja. Tenaga kerja mulai bekerja dengan derajat motivasi kerja
tertentu, tergantung apa yang dialami selama ia bekerja, dan tergantung
bagaimana pekerja persepsikan imbalan yang diberikan kepadanya atas unjuk-
kerja (performa atau kinerja) nya akan mengalami kenaikan atau penurunan dari
motivasi kerjanya.
Motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong
seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya
tujuan tertentu. Tujuan yang, jika berhasil dicapai, akan memuaskan atau
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Kaitan motivasi kerja dengan kinerja dapat diungkapkan sebagai berikut:
unjuk kerja (performance) adalah hasil dari interaksi antara motivasi kerja,
kemampuan (abilities),dan peluang (opportunities), dengan kata lain, kinerja atau
unjuk kerja adalah fungsi dari motivasi kerja kali kemampuan kali peluang
(Robins, 2000). Ungkap ke dalam rumus menjadi:
Unjuk kerja = f Motivasi kerja x Kemampuan x Peluang
Bila motivasi kerja rendah, maka unjuk kerjanya akan rendah pula
meskipun kemampuannya ada dan baik, serta peluangnya pun tersedia. Hal
41
tersebut juga berlaku untuk kemampuan dan peluang, apabila salah satu dari
kedua variabel tersebut rendah, maka dapat dipastikan unjuk kerja akan rendah
juga hasilnya.
Motivasi kerja seseorang dapat lebih bercorak proaktif atau reaktif. Pada
motivasi kerja yang proaktif orang akan berusaha untuk meningkatkan
kemampuan-kemampuannya sesuai denga yang dituntut oleh pekerjaannya
dan/atau akan berusaha untuk dapat berunjuk-kerja yang tinggi sebaliknya
motivasi kerja seseorang yang lebih reaktif, cenderung menunggu upaya atau
tawaran dari lingkungannya. Tipe reaktif akan bekerja jika didorong, dipaksa
(dari luar dirinya) untuk bekerja. McGregor membedakan antara tipe X dan tipe
Y. Orang tipe X (reaktif) adalah orang yang malas, yang harus dipkasa untuk
bekerja, yang tidak mau dibebani tanggung jawab. Sebaliknya orang tipe Y
(proaktif) adalah orang yang suka bekerja dan senang mendapat tanggung jawab.
Teori motivasi dibagi atas dua secara garis besar, yaitu teori motivasi isi
dan teori motivasi proses. Teori-teori yang ada bersifat saling melengkapi.
2.7.1 Teori motivasi isi
a. Teori tata tingkat kebutuhan
Teori ini dikemukan oleh Maslow, yang berpendapat bahwa kondisi
manusia berada dalam kondisi mengejar yang berkesinambungan.
Jika satu kebutuhan dipenuhi, langsung kebutuhan tersebut diganti
oleh kebutuhan lain. Proses berkeinginan secara nonstop memotivasi
kita sejak lahir sampai meninggal. Maslow mengajukan bahwa ada
lima kelompok kebutuhan, yaitu kebutuhan faali (fisiologikal), rasa
aman, sosial, harga diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan
42
tersebut disusun secara tata tingkat seperti yang diperlihatkan pada
gambar 2.1
Gambar 2.1 Tata tingkat kebutuhan Maslow
b. Teori eksistensi-Relasi-Pertumbuhan
Teori ini dikenal sebagai teori ERG (Existence, Relatedness, Growth
needs), dikembangkan oleh Alderfer, merupakan satu modufikasi dan
reformulasi dari teori tingkat tata tingkat kebutuhan Maslow. Alderfer
mengelompokan kebutuhan kedalam tiga kelompok:
- Kebutuhan eksistensi, merupakan kebutuhan akan substansi
material sepesti keinginan akan makanan, air, perumaha, uang,
dan lain-lain. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan fisiologikal dan
kebutuhan rasa aman dari Maslow.
- Kebutuhan hubungan, merupakan kebutuhan unbtuk membagi
pikiran dan perasaan dengan orang lain dan membiarkan mereka
menikmati hal-hal yang sama dengan kita. Kebutuhan ini
43
menikmati hal-hal yang sama dengan kita. Kebutuhan ini
mecakup kebutuhan sosial dan bagian eksternal dari kebutuhan
esteem dari Maslow.
- Kebutuhan pertumbuhan, merupakan kebutuhan yang dimiliki
seseorang untuk mengembangkan kecakapan mereka secara
penuh. Termaksud dari kebutuhan aktualisasi diri dan bagian
intrinsik kebutuhan harga diri dari Maslow.
Sesuai dengan teori dari Maslow, teori Alderer ini menganggap
bahwa fulfillment-progression (maju ke pemenuhana kebutuhan yang
lebih tinggi tingkatannya sesudah kebutuhan pada tingkat yang lebih
rendah dipuasi) juga penting. Menurut Alderfer, jika kebutuhan
tingkat yang lebih tinggi tidak dapat dipuasi, maka individu me-
regress, kembali ke usaha untuk memuaskan kebutuhan pada tingkat
yang lebih rendah. Gejala ini dinamakan frustation-regression.
c. Teori dua faktor
Teori ini dinamakan teori hygiene motivation yang dikembangkan
oleh Herzberg. Teori ini menyatakan bahwa faktor yang
memimbulkan kepuasan berbeda dari faktor yang menimbulkan
ketidakpuasan kerja . faktor yang memibulkan kepuasan kerja,
disebut faktor motivator, mencakup faktor yang berkaitan dengan isi
dari pekerjaan, yang merupakan faktor intrisik dari pekerjaan yaitu:
- Tanggung jawab (responsibility)
- Kemajuan (advancement)
44
- Pencapaian (achievement)
- Pengakuan (recognition)
Kelompok faktor yang lain yang menimbulkan ketidakpuasan,
berkaitan dengan konteks dari pekerjaan, disebut juga faktor hygiene,
dengan faktor ekstrinsik dari pekerjaan, dan meliputi faktor-faktor:
- Administrasi dan kebijakan perusahaan.
- Penyeliaan.
- Gaji.
- Hubungan antarpribadi.
- Kondisi kerja.
Gambar 2.2 Hygiene motivation theory
d. Teori motivasi berprestasi (Achievement motivation)
Teori berprestasi dikembangkan oleh david McClelland. McClelland
meneliti tentang kebutuhan untuk berprestrasi (need for achievement),
kebutuhnan untuk berkuasa (need for power), dan kebutuhan untuk
berhubungan (need for affiliation). Orang yang memiliki kebtuhan
untuk berprestasi, kebutuhan untuk berkuasa, dan kebutuhan untuk
berafiliasi yang tinggi sekaligus akan memiliki motivsi kerja yang
45
berafiliasi yang tinggi sekaligus akan memiliki motivsi kerja yang
proaktif. Sedangkan yang memiliki ketiga macam kebutuhan dalam
derajat yang rendah akan memilii corak motivasi kerja yang reaktif.
2.7.2 Teori motivasi proses
a. Teori pengukuhan (reinforcement theory)
Teori pengkuhan berhubungan dengan teori belajar operant
conditioning dari Skinner. Teori ini mempunyai dua aturan pokok:
aturan pokok yang berhubungan dengan pemerolehan jawaban-
jawaban yang benar, dan aturan pokok lainnya berhubungan dengan
penghilangan jawaban-jawaban yang salah.
Pada dasarnya teori pengukuhan ini didasarkan pada asumsi bahwa
corak motivasi kerja adalah reaktif. Melalui proses pengukuhan, yang
merupakan proses pembelajaran, individu diajarkan untuk memiliki
motivasi kerja yang lebih proaktif.
Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Locke mengusulkan model kognitif, yang dinamakan teori tujuan,
yang mencoba menjelaskan hubungan-hubungan antara niat atau
tujuan dengan perilaku. Teori ini secara relatif sederhana. Aturan
dasarnya ialah penetapan tujuan secara sadar.
Penetapan tujuan dapat ditemukan juga dalam teori motivasi harapan.
Individu menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran-
saran pribadi memiliki nilai kepentingan pribadi (valence) yang
berbeda-beda.
46
b. Teori harapan (expectancy)
Dikembangkan oleh Vroom, dikembangkan lebih lanjut oleh berbagai
ahli, antara lain Porter & Lawler. Dalam pembahasan tepro harapan
selanjutnya akan dikemukakan teori harapan yang dikembangkan oleh
Lawler berdasarkan pengembangan lebih lanjut dari model dari
Porter-Lawler (1986). Model teori Lawler mengajukan empat asumsi:
- Orang mempunyai pilihan-pilihan antara berbagai hasil-keluaran
yang secara potensial dapat mereka gunakan. Dengan perkataan
lain, setiap hasil keluaran alternatif mempunyai harkat (valence =
V), yang mengacu pada ketertarikannya bagi seseorang.
- Orang mempunyai harapan-harapan tentang kemungkinan bahwa
upaya (effort = E) mereka akan mengarah ke perilaku unjuk kerja
(performance = P) yang dituju. Ini diungkapkan sebagai harapan
E – P
- Orang mempunyai harapan-harapan tentang kemungkinan bahwa
hasil-hasil keluaran (outcomes = O) tertentu akan diperoleh
setelah unjuk kerja (P) mereka. Ini diungkapkan dalam rumusan
harapan P – O.
- Dalam setiap situasi, tindakan-tindakan dan upaya yang berkaitan
dengan tindakan-tindakan tadi yang dipilih oleh seseorang untuk
dilaksanakan ditentukan oleh harapan-harapan (E – P, dan P – O)
dan pilihan-pilihan yang dipunyai orang pada saat itu.
47
Model harapan dari Lawler menyatakan bahwa besar kecilnya
motivasi seseorang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Indeks motivasi = jml {(E – P) x jml [(P – O)(V)]}
c. Teori keadilan (equity theory)
Teori keadilan dikembangkan oleh Adams bersibuk diri dengan
memberi batasan tentang apa yang dianggap adil atau wajar oleh
orang dalam kebudayaan kita ini, dan dengan rekasi-reaksi mereka
kalau berada dalam situasi-situasi yang dipersepsikan seabgai tidak
adil atau wajar.
Teori keadailan mempunyai empat asumsi dasar sebagai berikut:
- Orang berusaha untuk menciptakan dan mempertahankan satu
kondisi keadilan
- Jika dirasakan adanya kondisi ketidak adilan, kondisi ini
menimbulkan ketegangan yang memotivasi orang untuk
menguranginya atau menghilangkannya.
- Makin besar persepsi ketidakadilannya, makin besar motivasinya
untuk bertindak mengurangi kondisi ketegangan.
- Orang akan mempersepsikan ketidak adilan yang tida
menyenangkan lebih cepat daripada ketidak adilan yang
menyenangkan.
Menurut teori kondisi keadilan dapat diungkapkan kedalam rumusan
sebagai berikut:
48
Menurut Lawler, teori keadilan dan teori harapan cenderung membuat
prakiraan-prakiraan yang sama dan sebagai hasilnya ada usaha untuk
memasukan aspek-aspek yang diperhatikan oleh teori keadilan ke
dalam kerangka kerja teori harapan. Corak motivasi kerja pada teori
keadilan ini termaksud proaktif.
Menurut Flippo (1996, p390), definisi daripada kebutuhan dasar manusia, yang
telah disebutkan dalam teori motivasi diatas, merupakan suatu hal yang sangat
kompleks, sangatlah wajar tidak ada asumsi yang mudah mengenai apa yang
benar-benar dinginkan oleh karyawan dari organisasi. Dalam berbagai survei,
berikut ini adalah keinginan spesifik yang biasanya dinginkan:
a. Pay (bayaran atau gaji)
b. Security of job (keterjaminan pekerjaan)
c. Congenial associates (rekan kerja yang menyenangkan)
d. Credit for work done (penghargaan atas pekerjaan yang diselesaikan)
e. A meaningful job (pekerjaan yang berarti)
f. Opportunity to advance (kesempatan untuk maju)
g. Comfortable, safe, and attractive working conditions (kondisi kerja yang
nyaman, aman, dan menarik)
h. Competent and fair leadership (kepemimpinan yang mampu dan adil)
i. Reasonable orders and directions (perintah dan arahan yang masuk akal)
j. A socially relevant organization (organisasi yang relevan secara sosial)
49
2.8 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
suatu populsi. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2006, p73). Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,
tenaga dan waktu, maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari
populasi.
2.8.1 Teknik sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Secara
skematis teknik sampling dapat dilihat pada gambar 2.3
Teknik sampling
Probability sampling
Non probability sampling
1. Simple random sampling
2. Proportionate stratified random sampling
3. Disproportionate stratified random sampling
4. Area (cluster) sampling
1. Sampling sistematis2. Sampling kuota3. Sampling aksidential4. Purposive sampling5. Sampling jenuh6. Snowball sampling
Gambar 2.3 Teknik Sampling
50
2.8.2 Probability sampling
- Simple random sampling
Pengambilan sample anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Dilakukan
bila anggota populasi dianggap homogen.
- Proportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang
tidak homogen dan berstrata secara proposional.
- Disproportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi
berstrata tetapi kurang proposional.
- Cluster sampling (area sampling)
Digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti
sangat luas, misal penduduk dari suatu negara.
2.8.3 Non probability sampling
- Sampling sistematis
Teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populsi
yang telah diberi nomor urut. Pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan angka yang telah ditentukan, misal: genap atau ganjil,
kelipatan bilangan tertentu, dan lain-lain.
- Sampling kuota
51
Teknik penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tetentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
- Sampling aksidental
Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja
yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
cocok sebagai sumber data.
- Sampling purposive
Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misal:
penelitian makanan, maka sampel datanya adalah orang yang ahli
makanan.
- Sampling jenuh
Teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila populasi relatif kecil,
kurang dari 30. Disebut juga sebagai sensus atau total sampling.
- Snowball sampling
Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang
lama-lama menjadi besar.
2.9 Skala pengukuran
Skala pengukuran merupaka kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
52
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan
data kuantitatif (Sugiyono, 2006, p85). Macam-macam skala pengukuran dapat
berupa: skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio, dari skala
pengukuran itu akan diperoleh data nominal, ordinal, interval dan rasio.
Berbagai jenis skala yang dapat digunakan untuk mengukur fenomena
sosial, dan dapat dianalisi menggunakan metode statistik adalah skala untuk
mengukur intelegensi, keprobadian, sikap, status sosial, institusional, dan
berbagai tipe yang lainnya.
- Skala Likert
Digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan peresepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena
sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya
disebut variabel penelitian. Variabel yang diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan. Jawaban skala likert mempunyai gradiasi dari sangat positif
sampai sangat negatif. Data yang diperoleh berupa data interval.
- Skala Guttman
Pengukuran ini mendapatkan jawaban yang tegas yaitu ”ya-tidak”; ”benar-
salah”, dan lain-lainnya. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau
rasio dikhotomi (dua alternatif). Jika pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7
interval dari kata ”sangat setuju” sampai ”sangat tidak setuju”, maka pada
skala Guttman hanya ada dua interval yaitu ”setuju” atau ”tidak setuju”
53
- Semantic differential
Skala ini dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga mengukur sikap, hanya
bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi jawabannya tersusun
dalam satu garis kontinum. Data yang diperoleh adalah data interval, dan
biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu
yang dipunyai oleh seseorang.
- Rating scale
Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang
diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan.
Tetapi rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
2.10 Kuesioner (Angket)
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. (Sugiyono, 2006, p135).
Beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan
data:
1. Prinsip penulisan angket:
a. Isi dan tujuan pertanyaan
b. Bahasa yang digunakan
c. Tipe dan bentuk pertanyaan (terbuka atau tertutup)
d. Pertanyaan tidak mendua
54
e. Tidak menanyakan yang sudah lupa
f. Pertanyaan tidak menggiring
g. Panjang pertanyaan
h. Ururtan pertanyaan
2. Prinsip pengukuran
3. Penampilan fisik angket
2.11 Korelasi
Tujuan daripada analisa korelasi adalah untuk menentukan apakah ada
hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan ada di antara dua variabel
apabila salah satunya berkaitan dengan yang lainnya, begitu juga sebaliknya
(Triola, 2002, p434).
Koefisien korelasi (r) mengukur kekuatan hubungan linear antara dua
variabel dalam suatu sampel. Range nilai dari koefisien ini berkisar antara -1
sampai dengan +1. Jika r mendekati 0, maka dapat disimpulkan bahwa r todal
ada hubungan yang signifikan. Intrepetasi ”mendekati” 0 atau 1 atau -1 sangat
tidak jelas, oleh karena itu digunakan kriteria yang lebih spesifik, yaitu apabila r
hitung lebih besar daripada nilai r tabel, maka disimpulkan adanya hubungan
yang signifikan.
Jika disimpulkan bahwa ada suatu hubungan yang signifikan antara x dan
y, kita dapat memenukan persamaan yang dapat memperkirakan nilai y dari nilai
x. Tapi nilai y yang didapatkan bisa saja bkan merupakan hasil yang eksak,
karena selain daripada x, ada nya faktor faktor lain yang mempengaruhi y, seperti
variasi random dan karakterisik yang tidak termaksud dalam studi. Nilai dari r2
55
merupakan proporsi dari variasi dalam y yang dijelaskan oleh hubungan linear
antara x dan y. Kita dapat melihat hubungan antara dua variabel dengan membuat
grafik yang disebut scatterplot atau scatter diagram seperti pada gambar 2.4
Gambar 2.4 Scatterplots
Secara umum, kita dapat menyatakan kekuatan korelasi dengan basis
sebagai berikut (http://www.stat.tamu.edu/):
56
- Strong (kuat) : |r| ≥ 0.8
- Moderate (sedang) : 0.5 < |r| < 0.8
- Weak (lemah) : |r| ≤ 0.5
2.12 Regresi
Setelah menganalisa data dengan tujuan untuk menentukan apakah ada
korelasi yang signifikan antara dua variabel, tujuan selanjutnya adalah
menjelaskan hubungan antara dua variabel dengan membuat grafik dan
persamaan garis lurus yang mewakili hubungan. Garis lurus ini disebut garis
regresi, dan persamaanya disebut persamaan regresi (Triola, 2002, p453).
Persamaan regresi sederhana:
y = b0 + b1x
Persamaan ini menunjukan sebuah hubungan antara x (disebut variabel
independent atau variabel predictor) dan y (disebut variabel dependant, atau
variabel response). Persamaan regresi dapat digunakan sebagai perkiraan atau
peramalan apabila terdapat korelasi yang signifikan antar variabelnya. Apabila
tidak ada korelasi yang signifikan maka perkiraanya yang terbaik untuk nilai y
adalah niali mean dari y.
Koefisien determinasi r2 dapat didapatkan dengan menkuadratkan nilai
koefisien korelasi (r), contoh, jika r = 0.828, maka r2 = 0.686, hal ini berarti
bahwa 68.6% total nilai y dapat dijelaskan dengan hubungan antara x dan y atau
68.6% total nilai y dipengaruhi oleh x, sisanya 31.4% total variasi dalam y tidak
dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh faktor lainnya
57
2.13 Distribusi normal
Distribusi normal merupakan bagian dari distribusi yang memiliki bentuk
yang umumnya sama. Bentuknya simetris dengan nilai yang lebih terfokus pada
bagian tengah daripada ujungnya (http://davidmlane.com). Terkadang disebut
sebagai kurva bell. Terdiri dari dua parameter, yaitu mean (μ) dan standar
deviasi (σ). Alasan distribusi normal merupakan hal yang penting:
- Banyak variabel psikologi dan edukasi dipertimbangkan terdistribusi normal.
Walaupun hanya dipertimbangkan atau kira-kira normal, biasanya variabel
tersebut sangat dekat dengan normal.
- Gampang digunakan oleh ahli statistik matematika. Hal ini berarti banyak tes
statistik yang dikembangkan untuk distribusi normal. Beberapa tes dapat
digunakan dengan baik walaupun memiliki deviasi yang luas dari normal.
Hal ini dimungkinkan karena central limit theorem, yang menyatakan, tanpa
memperhatikan distribusi populasi, distribusi mean dari sampel random
mendekati distribusi normal untuk ukuran sampel yang besar
(http://www.netmba.com).
Distribusi normal memiliki aplikasi yang banyak dibidang bisnis
administrasi. Contohnya:
- Teori portofolio modern biasanya mengasumsikan return daripada
diversifikasi aset portofolio mengikuti distribusi normal.
- Dalam manajemen operasi, variasi proses sering terdistribusi normal
- Dalam manajemen sumber daya manusia, kinerja karyawan terkadang
dinyatakan terdistribusi normal.