gerakan kardinal

54
BAB I PENDAHULUAN Persalinan adalah suatu proses pengeluaran fetus dan plasenta dari uterus, ditandai dengan peningkatan aktifitas miometrium (frekuensi dan intensitas kontraksi) yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya lendir darah (show) dari vagina. Lebih dari 80% proses persalinan berjalan normal, 15-20% dapat terjadi komplikasi persalinan. UNICEF dan WHO menyatakan bahwa hanya 5%-10% saja yang membutuhkan seksio sesarea. 1 Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas umum otot polos miometrium yang relatif tenang sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin sampai kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas kontraksi secara terkoordinasi, diselingi suatu periode relaksasi, dan mencapai puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada periode postpartum. 1 Proses fisiologi kehamilan yang menimbulkan inisiasi partus dan awitan persalinan belum diketahui secara pasti. Sampai sekarang, pendapat umum yang dapat diterima bahwa keberhasilan kehamilan pada semua spesies mamalia, bergantung pada aktivitas progesteron 1

Upload: leonita-budi-utami

Post on 30-Dec-2015

310 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MEKANISME PERSALINA

TRANSCRIPT

Page 1: GERAKAN KARDINAL

BAB I

PENDAHULUAN

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran fetus dan plasenta dari uterus,

ditandai dengan peningkatan aktifitas miometrium (frekuensi dan intensitas

kontraksi) yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya

lendir darah (show) dari vagina. Lebih dari 80% proses persalinan berjalan

normal, 15-20% dapat terjadi komplikasi persalinan. UNICEF dan WHO

menyatakan bahwa hanya 5%-10% saja yang membutuhkan seksio sesarea.1

Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas umum otot polos

miometrium yang relatif tenang sehingga memungkinkan pertumbuhan dan

perkembangan janin intrauterin sampai kehamilan aterm. Menjelang persalinan,

otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas kontraksi secara terkoordinasi,

diselingi suatu periode relaksasi, dan mencapai puncaknya menjelang persalinan,

serta secara berangsur menghilang pada periode postpartum. 1

Proses fisiologi kehamilan yang menimbulkan inisiasi partus dan awitan

persalinan belum diketahui secara pasti. Sampai sekarang, pendapat umum yang

dapat diterima bahwa keberhasilan kehamilan pada semua spesies mamalia,

bergantung pada aktivitas progesteron yang menimbulkan relaksasi otot-otot

uterus untuk mempertahankan ketenangan uterus sampai mendekati akhir

kehamilan.2

Persalinan dianggap normal juga jika terjadi pada usia kehamilan cukup

bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (in

partu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks

(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.

Seorang wanita belum dikatakan inpartu jika kontraksi uterus tidak

mengakibatkan perubahan pada serviks. 1

1

Page 2: GERAKAN KARDINAL

BAB II

FISIOLOGI PERSALINAN NORMAL

2.1 Definisi Persalinan

Persalinan (partus = labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi

yang viable melalui jalan lahir biasa dari dalam uterus melalui vagina ke dunia

luar.1 Menurut sumber lain dikatakan bahwa persalinan ialah serangkaian kejadian

yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup

bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput dari tubuh ibu. 2

Beberapa definisi penting untuk menghasilkan rekam medis prenatal yang

akurat :4

1. Primipara: Seorang wanita yang pernah sekali melahirkan janin yang

mencapai viabilitas. Dengan demikian, penghentian kehamilan setelah

tahap abortus memberikan paritas pada wanita yang bersangkutan.

2. Multipara: Seorang wanita yang pernah dua kali atau lebih hamil sampai

usia viabilitas. Yang menentukan paritas adalah jumlah kehamilan yang

mencapai usia viabilitas dan bukan jumlah janin yang dilahirkan. Paritas

tidak lebih besar apabila yang dilahirkan adalah janin tunggal, kembar atau

kuintuplet, atau lebih kecil apabila janin lahir mati.

3. Nuligravida: Seorang wanita yang tidak sedang atau tidak pernah hamil

4. Gravida : Seorang wanita yang sedang atau pernah hamil, apapun hasil

akhir kehamilannya. Primigravida berarti kehamilan pertama,

Multigravida berarti kehamilan berikutnya.

5. Nulipara : Seorang wanita yang belum pernah menyelesaikan

kehamilannya melebihi usia abortus. Ia mungkin pernah atau belum

pernah hamil atau pernah mengalami abortus spontan atau elektif.

6. Parturien : Seorang wanita yang sedang melahirkan

7. Puerpera (nifas) : Seorang wanita yang baru melahirkan

2

Page 3: GERAKAN KARDINAL

Pembagian Persalinan

Menurut cara persalinan dibagi menjadi :5

1. Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada

kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak

memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran

plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari

24 jam tanpa tindakan/pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.5 Tidak ada

disporposi fetopelvik, tidak ada kehamilan ganda dan tidak ada yang

diobati dengan sedasi berat, analgesia konduksi, oksitosin atau intervensi

operatif.1

2. Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat

seperti dengan cunam atau ekstraktor vacum, versi dan ekstraksi,

dekapitasi, embriotomi, dan sebagainya maupun melalui dinding perut

dengan operasi caesarea, Kelahiran janin premature, pada janin letak

sungsang, letak melintang, Terdapat disporposi fetopelvik, dan kehamilan

ganda.1,5

Dikenal beberapa istilah menurut umur kehamilan dan berat badan bayi

yang dilahirkan, yaitu1,2:

a. Abortus adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 20

minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gram.

b. Partus imaturus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 20 sampai 28

minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 – 1000 gram.

c. Partus prematurus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 28 sampai

37 minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 – 2500 gram.

d. Partus matures atau partus aterm adalah pengeluaran buah kehamilan

antara 37 sampai 42 minggu atau dengan bayi dengan berat badan 2500

gram atau lebih.

e. Partus postmaturus atau partus serotinus adalah pengeluaran buah

kehamilan setelah kehamilan 42 minggu.

3

Page 4: GERAKAN KARDINAL

Persalinan dianggap normal jika terjadi pada usia kehamilan cukup bulan

(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (in partu)

sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka

dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum

inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks. 1

2.2 Teori Persalinan

Sebab-sebab dimulainya persalinan belum diketahui secara jelas. Terdapat

beberapa teori yang mencoba menerangkan mengenai awitan persalinan,

diantaranya2:

1. Penurunan kadar progesteron.

Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen

meningkatkan ketegangan otot rahim. Selama kehamilan, terdapat

keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah ,

tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul

his. Menurut penelitian penurunan kadar progesterone disebabkan oleh

beberapa mekanisme, yaitu :

Perubahan dari ekspresi protein isoform dari reseptor progesteron

(PR) PR-A,PR-B,PR-C

Perubahan pada ekspresi membrane pengikat pada reseptor

progesterone

Modifikasi posttranslasi pada reseptor progesterone

Perubahan pada aktivitas reseptor progesterone melalu perubahan

dalam ekspresi co activator yang mempengaruhi langsung pada

fungsi reseptor

Inaktivasi lokal pada progesterone oleh enzim metabolik steroid

atau sintesis antagonis alami

2. Teori oksitosin.

Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu, timbul

kontraksi otot-otot rahim. Peningkatan kadar oksitosin diakibatkan oleh

meningkatnya reseptor oksitosin pada dinding miometrium saat kehamilan

aterm, peningkatan reseptor ini di stimulasi oleh peningkatan kadar 4

Page 5: GERAKAN KARDINAL

estrogen. Sedangkan progesterone justru meningkatkan degradasi dari

reseptor oksitosin dan menghambat aktivasinya.

3. Relaksin

Relaksin ini dimediasi oleh G protein coupled reseptor, RXFP1, yang

fungsinya merangsang pembentukan glikosaminoglikan dan proteoglikan

dan mendegradasi kolagen yang di induksi oleh Matrix Metalloprotease

(MMP). Relaksin ini merangsang pertumbuhan cervix, vagina, simphisis

pubis dan payudara untuk laktasi

4. Keregangan otot-otot.

Apabila dinding kandung kencing dan lambung teregang karena isinya

bertambah, timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula

dengan rahim, seiring dengan majunya kehamilan, otot-otot rahim makin

teregang dan rentan.

5. Pengaruh janin

Hipofisis dan kelenjar adrenal janin rupanya memegang peranan. Plasenta

menghasilkan CRH pada saat kehamilan aterm yang merangsang Hipofisis

mengeluarkan ACTH lalu ACTH merangsang kalenjar adrenal janin

menghasilkan steroid C19 yang kemudian akan diubah menjadi estrogen

terutama estriol di sinsitiotrofoblast. Selain itu, ACTH juga merangsang

pengeluaran DHEA-S (Dehidroepiendosteron) yang menyebabkan

peningkatan estrogen maternal. Kortisol atau steroid yang dihasilkan tidak

memberikan feed back negative pada hipofisis tetapi justru memberikan

feedback positip yang menyebabkan peningkatan CRH plasenta. Apabila

kehamilan dengan janin anensefalus dan hipoplasia adrenal biasanya

kehamilan sering lebih lama dari biasanya.

5

Page 6: GERAKAN KARDINAL

Gambar 2.1. Kaskade plasenta–fetal adrenal endokrin

6. Teori prostaglandin.

Prostaglandin dihasilkan oleh amnion kemudian diaktivasi oleh desidua

saat kehamilan aterm dan saat proses persalinan yang menyebabkan

peningkatan kontraksi miometrium. Peningkatan prostaglandin pada

desidua disebabkan oleh meningkatnya reseptor PGF2α . Hasil percobaan

menunjukkan bahwa prostaglandin E dan F yang diberikan secara

intravena, intra dan ekstraamnial menimbulkan kontraksi myiometrium

pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar

prostaglandin yang tinggi, baik dalam air ketuban maupun darah perifer

pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.

6

Page 7: GERAKAN KARDINAL

Gambar 2.2. Teori prostaglandin

Sebenarnya, sebab-sebab dimulainya partus sampai kini masih merupakan

teori-teori yang kompleks, secara umum dapat dikelompokkan pula sebagai

berikut: (1). Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus,

sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor –faktor yang

mengakibatkan partus mulai. (2). Perubahan biokimia dan biofisika juga berperan

dimana terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Seperti

diketahui progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus. (3) Plasenta juga

menjadi tua dengan lamanya kehamilan.Vili koriales mengalami perubahan

sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun.(4) Gangguan sirkulasi

uteroplasenta juga terjadi dimana keadaan uterus yang terus membesar dan

menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus1.

2.3 Letak, Presentasi, Sikap, dan Posisi Janin Mempengaruhi Persalinan

Orientasi janin digambarkan menurut letak, presentasi, sikap, dan posisi.

Hal ini dapat ditentukan secara klinis dengan melakukan palpasi abdomen,

pemeriksaan vagina, dan auskultasi, atau secara teknis menggunakan USG atau

sinar X. Pemeriksaan klinis kurang akurat atau bahkan tidak mungkin dilakukan

dan diinterpretasikan pada wanita obese4.

7

Page 8: GERAKAN KARDINAL

1. Letak Janin

Letak adalah hubungan sumbu panjang janin dengan sumbu panjang ibu.

Terdiri dari letak memanjang dan letak melintang. Kadangkala terdapat

letak oblik, dimana akibat sumbu janin dan ibu dapat bersilangan dengan

sudut 45°. Letak oblik tidak stabil, dapat berubah posisi menjadi letak

memanjang atau melintang selama proses persalinan. Letak memanjang

terjadi pada lebih dari 99% persalinan aterm. Faktor predisposisi untuk

letak lintang adalah multiparitas, plasenta previa, hidramnion, dan anomali

uterus4.

2. Presentasi Janin

Bagian terbawah janin adalah bagian tubuh janin yang berada paling depan

di dalam jalan lahir . Bagian terbawah janin menentukan presentasi.

Bagian terbawah janin dapat diraba melalui serviks pada pemeriksaan

vagina. Karena itu, pada letak memanjang, bagian terbawah janin adalah

kepala janin atau bokong, masing-masing membentuk presentasi kepala

atau bokong.Jika janin terletak pada sumbu panjang melintang, bahu

merupakan bagian terbawahnya. Jadi, presentasi bahu teraba melalui

serviks pada perabaan vagina.

a. Presentasi Kepala

Presentasi kepala diklasifikasikan berdasarkan hubungan kepala dengan

badan janin.

(1). Biasanya kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu menempel

pada dada. Pada keadaan ini, ubun-ubun kecil (fontanela oksipitalis)

merupakan bagian terbawah janin, disebut presentasi puncak kepala

(verteks) atau oksiput.

(2). Leher janin juga dapat mengalami hiperekstensi sehingga oksiput dan

punggung saling menempel dan wajah menjadi bagian terdepan di jalan

lahir, disebut Presentasi muka.

8

Page 9: GERAKAN KARDINAL

(3). Kepala janin dapat mengambil suatu posisi di antara kedua keadaan

ini, pada beberapa kasus terjadi fleksi parsial dengan bagian presentasi

adalah fontanel anterior (ubun-ubun besar) atau bregma. Disebut

presentasi sinsiput.

(4). Dapat juga mengalami ekstensi parsial pada kasus lainnya, dengan

dahi sebagai bagian terbawah, disebut presentasi dahi. Ketika persalinan

maju, presentasi sinsiput atau dahi hampir selalu berubah menjadi

presentasi verteks atau muka karena masing-masing akan mengalami

fleksi atau ekstensi.

Gambar 2.3.Presentasi kepala janin. (A) Verteks, (B) sinsiput, (C)

Dahi, (D)Muka

b. Presentasi Bokong

Bila janin menunjukan presentasi

bokong, terdapat tiga konfigurasi

umum yang dapat terjadi.

9

Page 10: GERAKAN KARDINAL

Gambar 2.4 Presentasi Bokong Murni (Frank Breech)

o Apabila paha berada dalam posisi fleksi dan tungkai bawah

ekstensi di depan badan, hal ini disebut presentasi bokong murni

(frank breech).

o Jika paha fleksi di abdomen dan tungkai bawah terletak di atas

paha, keadaan ini disebut presentasi bokong sempurna ( complete

breech) .

o Bila salah satu atau kedua kaki, atau satu atau kedua lutut ,

merupakan bagian terbawah, hal ini disebut presentasi bokong

tidak sempurna (incomplete breech) atau presentasi bokong kaki (

footling breech).

Gambar 2.5 Presentasi Bokong. (A) Complete Breech, (B) Frank Breech,

(C) Footling atau Incomplete Breech.

10

Page 11: GERAKAN KARDINAL

3. Sikap atau Postur Janin

Pada bulan-bulan terakhir kehamilan janin membentuk suatu postur khas

yang disebut sebagai sikap atau habitus. Biasanya janin membentuk suatu

massa ovoid yang secara kasar menyesuaikan dengan bentuk rongga

uterus. Dengan sendirinya, janin menjadi melipat atau membungkuk

sehingga punggungnya akan menjadi sangat konveks, kepala mengalami

fleksi maksimal sehingga dagu hampir bertemu dengan dada, paha fleksi

di depan abdomen, tungkai bawah tertekuk pada lutut, dan lengkung kaki

bersandar pada permukaan anterior tungkai bawah. Pada semua presentasi

kepala, lengan biasanya saling menyilang di dada atau terletak di samping,

dan tali pusat terletak di ruang antara kedua lengan dengan ekstremitas

bawah. Postur khas ini terjadi akibat cara pertumbuhan janin dan

akomodasinya terhadap rongga uterus4.

4. Posisi Janin

Posisi janin adalah hubungan antara titik yang ditentukan sebagai acuan

pada bagian terbawah janin dengan sisi kanan atau kiri jalan lahir ibu.

Karena itu, pada setiap presentasi terdapat dua posisi kanan atau kiri.

Oksiput, dagu (mentum), dan sakrum janin masing-masing merupakan titik

penentu pada presentasi verteks, muka, dan bokong4.

2.4 Pemeriksaan Leopold

Penilaian awal persalinan harus meliputi anamnesa tentang informasi

prenatal pasien, keluhan utama (termasuk onset kontraksi, status selaput ketuban,

dan ada/tidaknya perdarahan, serta gerakan janin), pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan laboratorium yang diperlukan sesuai dengan indikasi. Pemeriksaan

fisik harus termasuk dokumantasi tentang tanda vital pasien, posisi bayi dan

presentasi, penilaian kesejahteraan janin, serta perkiraan frekuensi, durasi dan

kualitas kontraksi uterus3,4.

Ukuran, presentasi dan letak janin dapat dinilai dengan palpasi abdomen.

Metode pemeriksaan sistematis pada abdomen yang gravid pertama kali

11

Page 12: GERAKAN KARDINAL

ditemukan oleh Leopold dan Sporlin pada tahun 1894. Walaupun pemeriksaan ini

memiliki beberapa keterbatasan (kurang akurat pada keadaan bayi yang kecil,

obesitas maternal, kehamilan ganda, dan polihidramnion), namun relatif aman dan

dapat memberikan informasi yang berguna untuk penatalaksanaan dalam proses

persalinan. Berikut ini adalah manuver-manuver dari pemeriksaan Leopold4 :

Leopold 1

Uterus gravid sedikit dektrorotasi (deviasi ke kanan) karena posisi kolon

sigmoid. Saat pasien berbaring terlentang, posisi uterus harus dikoreksi

terlebih dahulu, sehingga fundus berada dalam posisi yang seharusnya.

Kemudian tinggi fundus diukur melalui midline ibu, dari puncak uterus

hingga ke batas atas simfisis pubis. Pemeriksaan ini dapat berguna untuk

memperkirakan usia kehamilan, walau ada keterbatasannya.

Gambar 2.6 Leopold I12

Page 13: GERAKAN KARDINAL

Leopold 2

Pemeriksa memegang kedua sisi abdomen untuk mengetahui letak fetus

dengan menggunakan jari-jarinya untuk mengetahui lokasi tulang

belakang fetus dan bagian kesil (ekstremitas). Bagian-bagian janin dapat

diidentifikasikan dengan palpasi saat 25-26 mgg kehamilan. Perhatikan

jika terdapat gerakan janin.

Gambar 2.7 Leopold II

Leopold 3

Juga dikenal dengan Pawlik’s grip. Pemeriksa memegang bagian terendah

janin dengan meletakan jari di atas simfisis pubis. Dengan cara ini dapat

diketahui presentasi janin. Janin yang sungsang biasanya teraba lebih

besar, lebih lunak, kurang berbentuk dan kurang ballottement dibanding

presentasi kepala.

13

Page 14: GERAKAN KARDINAL

Gambar 2.8 Leopold III

Leopold 4

Pemeriksa menghadap kaki pasien dan meletakkan tangannya di kedua

SIAS untuk mengetahui apakah bagian terbawah janin sudah engage ke

pelvis ibu.

Gambar 2.9 Leopold IV

Palpasi abdomen dapat dikerjakan pada bulan-bulan terakhir kehamilan

dan selama serta di antara kontraksi saat persalinan. Temuan-temuan tersebut

memberikan informasi mengenai presentasi dan posisi janin, serta seberapa jauh

bagian terbawah janin telah turun ke dalam panggul.

2.5 Pemeriksaan Vagina

Sebelum persalinan diagnosis presentasi dan posisi janin dengan

pemeriksaan vagina sering tidak dapat ditentukan. Dengan dimulainya persalinan

dan setelah dilatasi serviks, informasi dapat diperoleh. Pada presentasi verteks,

14

Page 15: GERAKAN KARDINAL

posisi dan variasi dapat diketahui dengan membedakan berbagai sutura dan ubun-

ubun. Presentasi muka dengan membedakan bagian-bagian wajah. Presentasi

bokong diidetifikasi dengan meraba sacrum dan tuberostias iskhii ibu. Sebaiknya

dilakukan empat perasat rutin sebelum saat dilakukan pemeriksaan vagina untuk

menentukan presentasi dan posisi janin, sebagai berikut4:

1. Kedua jari tangan dimasukkan ke dalam vagina dan diarahkan ke bagian

terbawah janin untuk membedakan presentasi janin.

2. Jika presentasi verteks, jari-jari dimasukkan ke posterior vagina kemudian

disapukan ke depan melalui kepala janin ke simfisis ibu. Saat melakukan

gerakan ini, jari-jari akan melewati sutura sagitalis, jika sutura ini teraba

maka arahnya dapat ditentukan, dengan ubun-ubun kecil dan besar pada

ujung yang berlawanan.

3. Jari-jari kemudian diarahkan ke ujung anterior sutura sagitalis dan ubun-

ubun kemudian diperiksa dan diidentifikasi.

4. Station atau seberapa jauh bagian terbawah janin telah turun ke dalam

panggul dapat ditentukan.

2.6 Persalinan Dengan Presentasi Oksiput

Janin dengan presentasi oksiput atau verteks ditemukan pada sekitar 95%

dari semua persalinan. Presentasi paling sering ditentukan dengan palpasi

abdomen dan dipastikan dengan pemeriksaan vagina yang dilakukan beberapa

saat sebelum atau pada awitan persalinan. Pada sekitar 40% persalinan, janin

memasuki panggul dengan posisi oksiput kiri lintang (LOT) dibandingkan 20%

dengan posisi oksiput kanan lintang (ROT). Pada posisi oksiput anterior (LOA

atau ROA) kepala dapat memasuki panggul dengan oksiput berotasi 45° ke

anterior dari posisi lintang atau berikutnya baru berputar. Mekanisme persalinan

biasanya sangat mirip dengan pada posisi oksiput lintang. Pada sekitar 20%

persalinan janin masuk panggul dengan posisi oksiput posterior (OP). Bagian-

bagian kepala janin dijelaskan sebagai berikut4:

Ubun-ubun besar (bregma)/ UUB: berbentuk jajaran genjang, terbentuk

dari pertemuan sutura sagitalis, koronalis, dan frontalis.

15

Page 16: GERAKAN KARDINAL

Ubun-ubun kecil (lambda)/ UUK: berbentuk segitiga, terbentuk dari

pertemuan sutura sagitalis dan lambdoidalis.

Puncak kepala (verteks) adalah puncak tempurung kepala yang terletak

antara UUB dan UUK.

Belakang kepala (oksiput) adalah bagian belakang kepala antara UUK

sampai foramen magnum

Dahi (sinsiput) adalah bagian depan kepala antara UUB sampai akar hidung

(glabela), dibatasi olet sutura koronalis dan lobang mata.

Glabela adalah bagian yang meninggi diantara kedua lubang mata.

Gambar 2.10 Kepala janin tampak

atas

Gambar 2.11 Kepala janin tampak

samping

Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada

presentasi kepala ini ditemukan ± 58% ubun-ubun kecil terletak di kiri depan, ±

23 % di kanan depan, ± 11% di kanan belakang, dan ±8% di kiri belakang.

Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya ruangan di sebelah kiri belakang oleh

kolon sigmoid atau rectum.1

Dikemukakan 2 teori yang dapat menjelaskan kenapa lebih banyak letak kepala3 :

16

Page 17: GERAKAN KARDINAL

1. Teori akomodasi : bentuk rahim memungkinkan bokong dan ekstremitas

yang volumenya besar berada di atas, dan kepala di bawah di ruangan

yang lebih sempit.

2. Teori gravitasi : karena kepala relatif besar dan berat, maka akan turun ke

bawah. Karena his yang kuat, teratur dan sering, maka kepala janin turun

memasuki pintu atas panggul (engagement). Karena menyesuaikan diri

dengan jalan lahir, kepala bertambah menekuk (fleksi maksimal), sehingga

lingkar kepala yang memasuki panggul, dengan ukuran yang terkecil :

Diameter suboccipito-bregmatika = 9,5 cm

Sirkumferensia suboccipito-bregmatika = 32 cm.

BAB III

MEKANISME PERSALINAN NORMAL

3.1 Proses Persalinan

Untuk menerangkan persalinan, dipengaruhi oleh “POWER, PASSAGE,

PASSENGER” 2:

3.1.1 Tenaga yang mendorong anak keluar, yaitu :

his

tenaga mengejan/meneran

3.1.2 Perubahan-perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan

3.1.3 Gerakan anak pada persalinan

3.1.1 Tenaga yang mendorong anak keluar2

1. His

a. His ialah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir

kehamilan sebelum persalinan dimulai, sudah terdapat kontraksi rahim

yang disebut his pendahuluan atau his palsu. His ini sebenarnya, hanya

merupakan peningkatan kontraksi Braxton Hicks, sifatnya tidak teratur

17

Page 18: GERAKAN KARDINAL

dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha, tetapi

tidak menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian

bawah seperti his persalinan. Lamanya kontraksi pendek, tidak

bertambah kuat jika dibawa berjalan, bahkan sering berkurang. His

pendahuluan tidak bertambah kuat seiring majunya waktu, bertentangan

dengan his persalinan yang makin lama makin kuat. Hal yang paling

penting adalah bahwa his pendahuluan tidak mempunyai pengaruh pada

serviks.

b. His persalinan merupakan kontraksi fisiologis otot-otot rahim.

Bertentangan dengan sifat kontraksi fisiologis lain, his persalinan

bersifat nyeri. Nyeri ini mungkin disebabkan oleh anoksia dari sel-sel

otot sewaktu kontraksi, tekanan oleh serabut otot rahim yang

berkontraksi pada ganglion saraf di dalam serviks dan segmen bawah

rahim, regangan serviks, atau regangan dan tarikan pada peritoneum

sewaktu kontraksi.

c. Kontraksi rahim bersifat autonom, tidak dipengaruhi oleh kemauan,

tetapi dapat juga dipengaruhi oleh rangsangan dari luar, misalnya

rangsangan oleh jari-jari tangan. Seperti kontraksi jantung, pada his

juga terdapat pacemaker yang memulai kontraksi dan mengontrol

frekuensinya. Pacemaker ini terletak pada kedua pangkal tuba.

Kontraksi rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan ialah

sebagai berikut :

Lamanya kontraksi; berlangsung 47-75 detik

Kekuatan kontraksi; menimbulkan naiknya tekanan intrauterin

sampai 35 mmHg.

Interval antara dua kontraksi; pada permulaan persalinan his timbul

sekali dalam 10 menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.

2. Tenaga mengejan/meneran

a. Selain his, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang

mendorong anak keluar terutama adalah kontraksi otot-otot dinding

perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal. Tenaga

18

Page 19: GERAKAN KARDINAL

mengejan hanya dapat berhasil jika pembukaan sudah lengkap, dan

paling efektif sewaktu kontraksi rahim.

b. Tanpa tenaga mengejan anak tidak dapat lahir, misalnya pada pasien

yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan

forceps. Tenaga mengejan juga melahirkan plasenta setelah plasenta

lepas dari dinding rahim.

3.1.2 Perubahan-perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan

Adapun perubahan yang terjadi pada uterus dan jalan lahir saat

persalinan berlangsung sebagai berikut :

1. Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan

a. Sejak kehamilan lanjut, uterus dengan jelas terdiri dari 2 bagian, yaitu

segmen atas rahim yang dibentuk oleh korpus uteri dan segmen bawah

rahim yang terbentuk dari isthmus uteri. Dalam persalinan, perbedaan

antara segmen atas dan bawah rahim lebih jelas lagi. Segmen atas

memegang peranan aktif karena berkontraksi. Dindingnya bertambah

tebal dengan majunya persalinan. Sebaliknya, segmen bawah rahim

memegang peranan pasif dan makin menipis seiring dengan majunya

persalinan karena diregang. Jadi, segmen atas berkontraksi, menjadi

tebal dan mendorong anak keluar sedangkan segmen bawah dan serviks

mengadakan relaksasi dan dilatasi serta menjadi saluran yang tipis dan

teregang yang akan dilalui bayi.

2. Sifat kontraksi otot rahim

a. Kontraksi otot rahim mempunyai dua sifat yang khas, yaitu :

Setelah kontraksi, otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke

keadaan sebelum kontraksi, tetapi menjadi sedikit lebih pendek

walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi. Kejadian ini disebut

retraksi. Dengan retraksi, rongga rahim mengecil dan anak

berangsur di dorong ke bawah dan tidak banyak naik lagi ke atas

19

Page 20: GERAKAN KARDINAL

setelah his hilang. Akibatnya segmen atas makin tebal seiring

majunya persalinan, apalagi setelah bayi lahir.

Kontraksi tidak sama kuatnya, tetapi paling kuat di daerah fundus

uteri dan berangsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada

segmen bawah rahim. Jika kontraksi di bagian bawah sama

kuatnya dengan kontraksi di bagian atas, tidak akan ada kemajuan

dalam persalinan. Karena pada permulaan persalinan serviks masih

tertutup, isi rahim tentu tidak dapat didorong ke dalam vagina.

Jadi, pengecilan segmen atas harus diimbangi oleh relaksasi

segmen bawah rahim. Akibat hal tersebut, segmen atas makin lama

semakin mengecil, sedangkan segmen bawah semakin diregang

dan makin tipis, isi rahim sedikit demi sedikit terdorong ke luar

dan pindah ke segmen bawah. Karena segmen atas makin tebal dan

segmen bawah makin tipis, batas antar segmen atas dan segmen

bawah menjadi jelas. Batas ini disebut “lingkaran retraksi

fisiologis”. Jika segmen bawah sangat diregang, lingkaran retraksi

lebih jelas lagi dan naik mendekati pusat, lingkaran ini disebut

“lingkaran retraksi patologis” atau “lingkaran Bandl” yang

merupakan tanda ancaman robekan rahim dan muncul jika bagian

depan tidak dapat maju, misalnya karena pangul sempit.

3. Perubahan bentuk rahim

Pada tiap kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah panjang, sedangkan

ukuran melintang maupun ukuran muka belakang berkurang. Pengaruh

perubahan bentuk ini ialah sebagai berikut :

a. Karena ukuran melintang berkurang, lengkungan tulang punggung

anak berkurang, artinya tulang punggung menjadi lebih lurus.

Dengan demikian, kutub atas anak tertekan pada fundus, sedangkan

kutub bawah ditekan ke dalam pintu atas panggul.

b. Karena rahim bertambah panjang, otot-otot memanjang diregang dan

menarik segmen bawah dan serviks.

20

Page 21: GERAKAN KARDINAL

Hal ini merupakan salah satu penyebab pembukaan serviks.

4. Faal ligamentum rotundum dalam persalinan

Ligamentum rotundum mengandung otot-otot polos. Jika uterus

berkontraksi, otot-otot ligamentum ini ikut berkontraksi sehingga menjadi

lebih pendek. Pada tiap kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada

tulang punggung berpindah ke depan dan mendesak dinding perut depan

ke depan. Perubahan letak uterus sewaktu kontraksi kontraksi penting

karena dengan demikian sumbu rahim searah dengan sumbu jalan lahir.

Dengan adanya kontraksi ligamentum rotundum, fundus uteri tertambat.

Akibatnya fundus tidak dapat naik ke atas sewaktu kontraksi. Jika fundus

uteri dapat naik ke atas sewaktu kontraksi, kontraksi tersebut tidak dapat

mendorong anak ke bawah.

5. Perubahan pada serviks

Agar anak dapat keluar dari rahim, perlu terjadi pembukaan serviks.

Pembukaan serviks ini biasanya didahului oleh pendataran serviks.

Pendataran serviks

Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis yang

semula berupa sebuah saluran dengan panjang 1-2 cm, menjadi

satu lubang saja dengan pinggir yang tipis. Pendataran ini terjadi

dari atas ke bawah.

Pembukaan serviks

Yang dimaksud dengan pembukaan serviks adalah pembesaran

ostium eksternum menjadi suatu lubang dengan diameter sekitar 10

cm yang data dilalui anak.

6. Perubahan pada vagina dan dasar panggul

Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul

ditentukan oleh bagian depan anak. Oleh bagian depan yang maju itu,

dasar panggul diregang menjadi saluran dengan dinding yang tipis.

Sewaktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas.

21

Page 22: GERAKAN KARDINAL

Dari luar, peregangan oleh bagian oleh bagian depan tampak pada

perineum yang menonjol dan tipis, sedangkan anus menjadi terbuka.

3.1.3 Gerakan-gerakan anak pada persalinan 1,2,3,4

Gerakan-gerakan anak pada persalinan yang paling sering kita

jumpai ialah presentasi belakang kepala dan kebanyakan presentasi ini

masuk ke dalam pintu atas panggul dengan sutura sagitalis sagitalis

melintang. Ubun-ubun kecil kiri melintang lebih sering daripada ubun-

ubun kecil kanan melintang. Karena itu, akan diuraikan pergerakan anak

dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil kiri

melintang.

Gerakan-gerakan pokok persalinan adalah engagement, descens

(penurunan kepala), fleksi, rotasi interna (putaran paksi dalam),

ekstensi, rotasi ekstrena (putaran paksi luar), dan ekspulsi.

Mekanisme persalinan terdiri dari suatu gabungan gerakan-gerakan yang

berlangsung pada saat yang sama. Misalnya, sebagai bagian dari proses

engagement terjadi fleksi dan penurunan kepala. Gerakan-gerakan tersebut

tidak mungkin diselesaikan bila bagian terbawah janin tidak turun secara

bersamaan. Seiring dengan itu, kontraksi uterus menghasilkan modifikasi

penting pada sikap atau habitus janin, terutama setelah kepala turun ke

dalam panggul.

22

Page 23: GERAKAN KARDINAL

23

Page 24: GERAKAN KARDINAL

Gambar 3.1 Gerakan-gerakan utama kepala pada persalinan

1. Engagement

Mekanisme yang digunakan oleh diameter biparietal-diameter

transversal kepala janin pada presentasi oksiput untuk melewati pintu

atas panggul disebut sebagai engagement. Fenomena ini terjadi pada

minggu-minggu terakhir kehamilan. Turunnya kepala dapat dibagi

menjadi masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul dan majunya

kepala.

Gambar 3.2 Pengukuran engagement

Pembagian ini terutama berlaku bagi primigravida. Masuknya kepala

ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada

bulan terakhir kehamilan. Tetapi pada multipara biasanya baru terjadi

pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas

panggul biasanya terjadi dengan sutura sagitalis melintang dan dengan

fleksi yang ringan.2

Sinklitisme

Peristiwa yang terjadi adalah sinklitismus. Pada presentasi

belakang kepala , engagement berlangsung apabila diameter biparietal

telah melewati pintu atas panggul. Kepala paling sering masuk dengan

24

Page 25: GERAKAN KARDINAL

sutura sagitalis melintang. Ubun-ubun kecil kiri melintang merupakan

posisi yang paling sering kita temukan. Apabila diameter biparietal

tersebut sejajar dengan bidang panggul, kepala berada dalam

sinklitisme.

Sutura sagitalis berada di tengah-tengah antara dinding panggul

bagian depan dan belakang. Engagement dengan sinklitisme terjadi

bila uterus tegak lurus terhadap pintu atas panggul dan panggulnya

luas. Jika keadaan tersebut tidak tercapai, kepala berada dalam keadaan

asinklitisme.

Gambar 3.3 Sinklitismus

Asinklitisme

Asinklitisme anterior, menurut Naegele ialah arah sumbu kepala

membuat sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul. Dapat pula

terjadi asinklitismus posterior yang menurut Litzman ialah apabila

keadaan sebaliknya dari asinklitismus anterior1.

25

Page 26: GERAKAN KARDINAL

Gambar 3.4 Asinklitismus anterior Gambar 3.5 Asinklitismus posterior

Asinklitismus derajat sedang pasti terjadi pada persalinan normal,

namun jika derajat berat, gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi

sefalopelvik pada panggul yang berukuran normal sekalipun.

Perubahan yang berturut-turut dari asinklitismus posterior ke anterior

mempermudah desensus dengan memungkinkan kepala janin

mengambil kesempatan memanfaatkan daerah-daerah yang paling luas

di rongga panggul4.

2. Descens (penurunan kepala)

Hal ini merupakan syarat utama kelahiran bayi. Pada wanita nulipara,

engagement dapat terjadi sebelum awitan persalinan dan desensus

lebih lanjut mungkin belum terjadi sampai dimulainya persalinan kala

dua. Pada wanita multipara, desensus biasanya mulai bersamaan

dengan engagement. Descens terjadi akibat satu atau lebih dari empat

gaya4:

a. Tekanan cairan amnion

b. Tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi

c. Usaha mengejan yang menggunakan otot-otot abdomen

d. Ekstensi dan pelurusan badan janin

26

Page 27: GERAKAN KARDINAL

3. Fleksi

Ketika desens mengalami tahanan, baik dari serviks, dinding panggul,

atau dasar panggul, biasanya terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini,

dagu mendekat ke dada janin dan diameter suboksipitobregmatika

yang lebih pendek menggantikan diameter oksipitofrontal yang lebih

panjang.

Gambar 3.6 Proses Fleksi

27

Page 28: GERAKAN KARDINAL

Gambar 3.7 Empat derajat fleksi kepala (A). Fleksi buruk, (B). Fleksi

sedang, (C) Fleksi lebih lanjut, (D) Fleksi lengkap

4. Rotasi Interna ( Putaran Paksi Dalam)

Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam ialah pemutaran bagian

depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan

memutar ke depan, ke bawah simfisis. Pada presentasi belakang kepala,

bagian yang terendah adalah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah

yang akan memutar ke depan, ke bawah simfisis. Putaran paksi dalam

mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran paksi

merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan

bentuk jalan lahir, khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah

panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu

bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala

sampai ke Hodge III kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampai

di dasar panggul2.

28

Page 29: GERAKAN KARDINAL

Gambar 3.8 Mekanisme persalinan pada posisi oksiput anterior kiri

Gambar 3.9 Mekanisme persalinan untuk ubun-ubun kecil kiri lintang: (A).

Asinklitismus posterior pada tepi panggul diikuti fleksi lateral, menyebabkan (B)

asinklitismus anterior, (C) Engagement, (D) Rotasi dan ekstensi.

Sebab-sebab putaran paksi dalam yakni 2:

a. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian

terendah dari kepala

b. Bagian terendah kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit,

yaitu di sebelah depan atas tempat terdapatnya hiatus genitalis

antara antara musculus levator ani kiri dan kanan.

c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter

anteroposterior

5. Ekstensi

29

Page 30: GERAKAN KARDINAL

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul

terjadilah ekstensi atau defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena

sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan

ke atas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.

Kalau tidak terjadi ekstensi, kepala akan tertekan pada perineum dan

menembusnya. Pada kepala, bekerja dua kekuatan yang satu

mendesaknya ke bawah, dan yang satunya disebabkan oleh tahanan

dasar panggul yang menolaknya ke atas. Resultannya ialah kekuatan

ke arah depan atas2.

Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah simfisis, yang

dapat maju karena kekuatan tersebut di atas ialah bagian yang

berhadapan dengan subocciput sehingga pada pinggir atas perineum,

lahirlah berturut-turut ubun-ubun besar, dahi hidung, mulut, dan

akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi

pusat pemutaran disebut hipomoklion2.

Gambar 3.10 Permulaan ekstensi Gambar 3.11 Ekstensi kepala

6. Rotasi Eksterna (putaran paksi luar) 2

Setelah kepala lahir, belakang kepala anak memutar kembali kea rah

punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi

30

Page 31: GERAKAN KARDINAL

karena putaran paksi dalam.Gerakan ini disebut putaran restitusi

(putaran balasan : putaran paksi luar). Selanjutnya putaran dilanjutkan

hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum sesisi.

Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya

dan disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter

anteroposterior pintu bawah panggul.

Gambar 3.12 Rotasi eksterna

7. Ekspulsi 2

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan

menjadi hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu

depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah

dengan paksi jalan lahir.

Gambar 3.13 Kelahiran bahu depan Gambar 3.14 Kelahiran bahu

belakang

31

Page 32: GERAKAN KARDINAL

3.2 KALA PERSALINAN

Mekanisme persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu 3 :

Kala I : Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi

pembukaan lengkap 10 cm, disebut kala pembukaan.

Kala II : Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his

ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir

Kala III : Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri

Kala IV : Satu jam setelah plasenta lahir lengkap

3.2.1 Kala I (Kala Pembukaan)

Secara klinis dapat dikatakan partus dimulai apabila timbul his dan

wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show).

Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis mulai

membuka atau mendatar. Proses membukanya serviks sebagai akibat his

dibagi dalam 2 fase.

1. Fase laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat

lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm

2. Fase aktif : Dibagi dalam 3 fase lagi yakni:

Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi

4 cm

Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4cm, menjadi 9 cm

Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam

waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida

pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi

terjadi lebih pendek.

32

Page 33: GERAKAN KARDINAL

Gambar 3.15 Fase Persalinan Normal

Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis uteri yang

semula berupa sebuah saluran dengan panjang 1-2 cm, menjadi satu lubang saja

dengan pinggir yang tipis2.

Pembukaan serviks adalah pembesaran ostium externum yang tadinya

berupa suatu lubang dengan diameter beberapa millimeter, menjadi lubang yang

dapat dilalui anak dengan diameter sekitar 10 cm. Pada pembukaan lengkap, tidak

teraba lagi bibir portio, segmen bawah rahim, serviks dan vagina telah merupakan

suatu saluran2.

Mekanisme membukanya serviks berbeda pada primigravida dan

multigravida. Pada yang pertama, ostium uteri internum akan membuka lebih

dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri

eksternum membuka. Sedangkan pada multigravida ostium uteri internum sudah

sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan

pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Kala I selesai apabila

33

Page 34: GERAKAN KARDINAL

pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-

kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam. 1

Gambar 3.16 Proses Pendataran serviks pada Multigravida dan Primigravida

Gambar 3.17 Pendataran dan dilatasi serviks sempurna pada Multigravida

dan Primigravida

3.2.2 Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2

sampai 3 menit sekali. Karena biasanya kepala janin sudah masuk di ruang

panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul,

yaitu secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Ibu merasa pula2 :

1. Tekanan pada rectum

2. Hendak buang air besar

3. Perineum mulai menonjol dan melebar

4. Anus membuka

5. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak

dalam vulva pada waktu his.

34

Page 35: GERAKAN KARDINAL

Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin

dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu

melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk

mengelurakan badan dan anggota bayi. Pada primigravida kala II

berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam1.

3.2.3 Kala III (Kala Pengeluaran plasenta)

Terdiri dari 2 fase, yaitu: (1) fase pelepasan plasenta, (2) fase

pengeluaran plasenta. Setelah anak lahir, his berhenti sebentar, tetapi

timbul lagi setelah beberapa menit. His ini dinamakan his pelepasan

plasenta yang berfungsi melepaskan plasenta, sehingga terletak pada

segmen bawah rahim atau bagian atas vagina. Pada masa ini, uterus akan

teraba sebagai tumor yang keras, segmen atas melebar karena mengandung

plasenta, dan fundus uteri teraba sedikit di bawah pusat1,2.

Jika telah lepas, bentuk plasenta menjadi bundar, dan tetap bundar

sehingga perubahan bentuk ini dapat dijadikan tanda pelepasan plasenta.

Jika keadaan ini dibiarkan, setelah plasenta lepas, fundus uteri naik, sedikit

hingga setinggi pusat atau lebih, bagian tali pusat diluar vulva menjadi

lebih panjang3,.

Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta jatuh dalam

segmen bawah rahim bagian atas vagina sehingga mengangkat uterus

yang berkontraksi. Seiring lepasnya plasenta, dengan sendirinya bagian tali

pusat yang lahir menjadi lebih panjang. Lamanya kala plasenta kurang

lebih 8,5 menit, dan pelepasan plasenta hanya memakan waktu 2-3 menit.

Tanda-tanda pelepasan plasenta :

Uterus menjadi bundar

Perdarahan, terutama perdarahan sekonyong-konyong dan agak

banyak (±250 cc)

Memanjangnya bagian tali pusat yang lahir

Naiknya fundus uteri karena naiknya rahim sehingga lebih

mudah digerakkan.

35

Page 36: GERAKAN KARDINAL

3.2.4 Kala IV (Kala Pengawasan)

Merupakan kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir

untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan

postpartum. 7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 : 1)

kontraksi uterus harus baik, 2) tidak ada perdarahan pervaginam atau dari

alat genital lain, 3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,

4) kandung kencing harus kosong, 5) luka-luka di perineum harus dirawat

dan tidak ada hematoma, 6) resume keadaan umum bayi, dan 7) resume

keadaan umum ibu.

BAB IV

KESIMPULAN

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau

melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses

ini di mulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan

perubahan pada serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.

Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk

melewati panggul, yaitu:

a.     Turunnya kepala

b.     Fleksi

36

Page 37: GERAKAN KARDINAL

c.      Putaran paksi dalam

d.      Ekstensi Putaran

e.      Putaran paksi luar

f.      Ekspulsi

Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan jalan

lahir dengan baik sehingga dapat terjadi persalinan pervaginam secara spontan.

Dalam melakukan pencegahan banyaknya angka kematian ibu ataupun anak saat

proses persalinan, perlu dilakukan asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV sebagai

berikut :

Kala I, tahap pembukaan (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur

darah, karena serviks mulai membuka dan mendatar.

Kala II, pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkoordinir, kuat, cepat dan

lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali.

Kala III, pada kala ini terjadi pengeluaran plasenta setelah pengeluaran janin.

Kala IV, tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya

perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih dua jam pasca

melahirkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. 2008. 296-314.

2. Fakultas Kedokteran UNPAD. Obstetri Fisiologi. Ilmu Kesehatan

Produksi. Edisi 2. Jakarta : EGC. 2004.127-144

3. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi

Jakarta: EGC, 1998. 94

4. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Ed 21. Vol

1. Jakarta : EGC. 2006. 318-335.

37

Page 38: GERAKAN KARDINAL

5. Definisi Persalinan. Author : Universitas Sumatera Utara. Available at :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter

%20II.pdf. Accessed on 10th February 2014.

38