bab 2 landasan teori - library & knowledge...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teknologi
Teknologi telah menjadi faktor dominan dalam bisnis dan hidup kita. Kemajuan
teknologi yang berpacu terus sudah mendapat sebutan “determinisme teknologi”, artinya
bahwa teknologi menentukan jalannya masyarakat dan tampaknya tidak ada pilihan lain.
Tetapi meskipun demikian manusia juga sadar bahwa mereka memiliki pilihan
teknologi.
Peter Drucker menyatakan bahwa kita sungguh memiliki pilihan dan harus belajar
menjadi manajer yang agresif atas teknologi dengan memilih teknologi tertentu serta
menolak teknologi lainnya. Ia menunjukan bahwa kelangsungan hidup di planet ini
menuntut keputusan teknologi yang cerdas, kita tidak perlu menerapkan setiap kemajuan
teknologi tanpa memperhatikan pengaruh negatifnya terhadap manusia dan
lingkungannya.
Ada dua definisi teknologi, definisi yang pertama berkaitan dengan penerapan
pengetahuan guna memecahkan masalah manusia. Definisi ini sangat luas dan mencakup
semua kegiatan manusia.
Definisi lainnya yang lebih sempit ialah rangkaian proses, peralatan, metode,
prosedur, dan piranti yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa. Definisi ini
jelas merupakan teknologi proses dan bukan teknologi produk.
Masalah pemilihan operasi memiliki dampak yang sangat besar terhadap semua
segi operasi. Terutama semua desain pekerjaan sangat dipengaruhi oleh teknologi. Pada
15
masa lalu diasumsikan bahwa desain pekerjaan sangat dipengaruhi oleh pemilihan
teknologi. Dengan kata lain, pekerjaan ditentukan oleh teknologi, inilah determinisme
teknologi. Akan tetapi sekarang banyak orang melihat bahwa desain pekerjaan dan
pemilihan teknologi adalah keputusan yang serentak yang menghasilkan desain
sosioteknis. Menurut pandangan ini, baik sistem sosial maupun sistem teknis
dioptimumkan bersama-sama. Hasilnya bukan hanya sistem yang paling hemat biaya,
tetapi juga memperhatikan nilai-nilai manusia dan sosial.
Akan tetapi selain pekerjaan, pemilihan teknologi juga mempengaruhi semua
aspek operasi, termasuk produktivitas dan kualitas produk. Produktivitas dipengaruhi
melalui substitusi, yaitu tenaga kerja digantikan dengan masukan modal. Kualitas
terpengaruh karena sistem teknologi tinggi kerapkali memiliki keluaran yang lebih
seragam ketimbang sistem teknologi yang lebih rendah. keputusan teknologi juga
mempengaruhi strategi perusahaan dengan mengikat perusahaan tersebut dengan proses,
peralatan, fasilitas, dan prosedur. jadi pemilihan teknologi bukanlah keputusan
tersendiri, ia mempengaruhi seluruh bagian operasi dan perusahaan.
Teknologi membuat asumsi tersirat tentang nilai kemanusiaan untuk keluaran
bahan, kualitas hidup pekerjaan, dan sebagainya. Dewasa ini manusia semakin khawatir
pada pengaruh teknologi terhadap masyarakat. Teknologi modern telah melangkah
terlalu jauh dalam arti efisiensi dan mekanisasi, sampai nilai-nilai kemanusiaan dan
lingkungan telah dikorbankan. pengaruh ini tercermin dalam kepuasan kerja yang
rendah, kehilangan perasaan arti bekerja, absenteisme, polusi lingkungan, dan penyakit
sosial lainnya. (Schroeder, 1997, p169-172)
Dalam artikel yang berjudul “Managing Our Way to Economic Decline”, Hayes
dan Abernathy (1980) mengatakan bahwa manajemen telah murtad dari tugas yang
16
benar, yaitu inovasi teknologi dan investasi untuk masa datang. Manajemen telah jelas
melupakan kunci bagi suatu bisnis jangka panjang adalah produk baru dan proses baru
yang akan tetap mempertahankan pelanggan yang sekarang atau membuka pasar baru.
Banyak manajer telah puas dengan efisiensi jangka pendek serta produk dan proses yang
ada sekarang, sehingga mereka tidak menciptakan produk dan jasa baru lagi dengan nilai
yang hakiki. Akibatnya, bisnis telah menghancurkan dirinya sendiri.
Hayes dan Albernathy melanjutkan gagasan mereka bahwa manajemen telah
puas dengan produk yang menyerupai produk baru yang ada sehingga tidak
mengembangkan inovasi produk baru lagi. Terlalu banyak perhatian dicurahkan kepada
pasar dan pelanggan yang sekarang, disertai dengan kebijakan pengendalian keuangan
yang ketat, akan mencekik investasi dalam masa depan bisnis.
Teknik-teknik nilai sekarang cenderung menyimpang bagi perluasan fasilitas
yang ada dibandingkan dengan pembangunan fasilitas baru. Hal ini terjadi karena
biasanya lebih murah memperluas fasilitas yang ada dengan memodifikasi teknologi
daripada memulai fasilias baru dengan teknologi yang baru. Serangkaian keputusan
perluasan inkramental (tambahan) demikian dalam jangka panjang dapat menimbulkan
fasilitas besar yang tersentralisasi yang memiliki teknologi lebih tua yang dimodifikasi
bahka teknologi inovatif yang baru.
Manajemen perlu berpikir secara jangka panjang dan mau mengambil resiko.
strategi harus memudahkan lebih banyak inovasi dan lebih sedikit peniruan teknologi
yang ada. (Schroeder, 1997, p187)
Menurut Kotler (2006, p88), dengan semakin berkembangnya teknologi, maka
tercipta kesempatan yang tidak terbatas untuk melakukan berbagai macam inovasi.
17
Selain itu, dengan semakin berkembangnya teknologi, maka perusahaan harus semakin
berhati-hati, karena langkah perubahannya yang semakin cepat.
Kecenderungan yang muncul di dalam bidang teknologi, antara lain:
1. Laju percepatan perubahan teknologi : di mana banyak produk yang kita
dapatkan sekarang, tetapi tidak kita dapatkan seratus tahun yang lampau.
2. Peluang pembaharuan yang tak terbatas : para ilmuwan sedang berusaha
mengembangkan teknologi baru yang mengejutkan, yang akan
menimbulkan perubahan besar-besaran daam produk dan proses produksi.
Tantangan dalam setiap kasus, bukan hanya masalah teknik, tetapi juga
masalah dagang, yaitu mengembangkan bentuk-bentuk praktis yang
disediakan oleh produk tersebut.
3. Anggaran biaya penelitian dan pengembangan yang besar : mengelola
ilmuwan dalam perusahaan merupakan suatu tantangan pokok, karena
ilmuwan lebih senang untuk melakukan pemecahan ilmiah daripada
membuat suatu produk yang dapat dipasarkan, oleh karena itu, penting
untuk memasukkan orang marketing untuk memfokuskan orientasi
perusahaan.
4. Konsentrasi pada penyempurnaan kecil dan bukan penemuan yang besar :
akibat dari biaya yang tinggi, banyak perusahaan lebih suka untuk
melakukan penyempurnaan kecil pada produknya, daripada melakukan
perubahan yang besar. Banyak perusahaan lebih senang untuk
memantapkan kedudukan yang sudah ada, daripada membuat produk yang
baru.
5. Pengaturan perubahan teknologi yang meningkat.
18
6. Begitu produk dan jasa semakin kompleks, masyarakat membutuhkan
jaminan tentang keselamatan. akibatnya ialah lembaga-lembaga pemerintah
memperluas wewenangnya untuk meneliti dan melarang produk-produk
yang mungkin membahayakan konsumen.
2.1.1 Variabel Teknologi
Menurut Thompson (2001, p107), ada beberapa faktor yang merupakan
kunci sukses teknologi di dalam perusahaan, antara lain:
1. Memiliki kemampuan untuk mendorong inovasi.
2. Memiliki kemampuan teknis untuk melakukan perbaikan dalam
kemampuan proses.
3. Memiliki keahlian dalam riset sains.
4. Memiliki keunggulan dalam penguasaan teknologi dibandingkan
dengan pesaing.
2.2 Sumber Daya Manusia
2.2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Hasibuan (2000, p9), manajemen adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber2 lainnya secara efektif
dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu, di mana manajemen tediri dari
6 unsur yaitu men, money, methode, materials, machines, and market.
Masih menurut Hasibuan (2000, p10), manajemen sumber daya manusia
adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif
dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan. Karyawan adalah
kekayaan (asset) utama dari setiap perusahaan karena peranan mereka ini sangat
menentukan berhasil atau tidaknya perusahaan mencapai sasarannya. Perusahaan
19
harus selalu berusaha memperoleh dan menempatkan karyawan yang qualified
pada setiap jabatan dan pekerjaan supaya pelaksanaan pekerjaan lebih berdaya
guna serta berhasil guna.
Tantangan-tantangan yang berasal dari lingkungan, dapat dihadapi oleh
manajemen personalia dengan mengambil langkah-langkah berikut ini:
1. Memonitor lingkungan: harus senantiasa mengamati perubahan lingkungan
yang terjadi.
2. Mengevaluasi dampak perubahan: mendiagnosa pengaruh kejadian sekarang
terhadap kejadian yang ada di masa yang akan datang.
3. Mengambil tindakan-tindakan proaktif: mengimplementasi berbagai teknik
dan pendekatan yang membantu organisasi mencapai sasaran yang ditetapkan.
4. Mendapatkan dan menganalisa umpan balik: mengetahui apakah sasaran yang
diinginkan telah dicapai. (Handoko, 2001, p8)
Salah satu tantangan eksternal di bidang sumber daya manusia ialah di bidang
teknologi, tidak dapat dipungkiri bahwa pemanfaatan teknologi secara tepat akan
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja suatu organisasi. Dalam kaitan ini
tantangan yang dihadapi oleh manajer ialah bagaimana memanfaatkan kemajuan dan
perkembangann teknologi yang sangat pesat itu tanpa mengorbankan manusia dalam
organisasi.
Godaan besar yang dihadapi oleh para manajer, berkisar pada berubahnya
orientasi manajerial dari manusia sentris menjadi “teknologi sentris”. Godaan ini
semakin besar apabila efisiensi dan produktivitas digunakan sebagai kriteria utama
dalam mengukur keberhasilan manajerial. Godaan tersebut akan mudah timbul karena,
20
seperti yang telah dikemukakan di atas,mesin-mesin canggih yang dihasilkan teknologi
mutakhir dapat dipandang mempunyai keunggulan seperti:
1. Kemampuan bekerja secara cepat
2. Kemampuan bekerja secara akurat
3. Tidak mengenal lelah
4. Tidak mengajukan berbagai tuntutan
5. Tidak terlibat dalam konflik
6. Tidak melancarkan pemogokan
Dan hal-hal lain yang sering dipandang sebagai “ulah” manusia dalam
berkarya.pemanfaatan teknologi mutakhir jangan sampai mengabaikan harkat dan
martabat manusia sebagai penggeraknya.
Segi lain dari teknologi yang berupa tantangan bagi para manajer adalah timbulnya
persepsi yang mengatakan bahwa pemanfaatan teknologi tentu akan berakibat pada
tergesernya manusia dalam proses produksi. Tetapi pernyataan tersebut tentunya belum
tentu benar. Karena tantangan baru bukan hanya dalam bentuk cara bekerja, tetapi juga
dalam kebiasaan berpikir.
2.2.2 Prinsip Peningkatan Produktivitas Karyawan
Salah satu tujuan pengelolaan tenaga kerja adalah meningkatkan
produktivitas. Di dalamnya termasuk mengembangkan potensi sumber daya
manusia agar dapat menghasilkan berbagai macam inovasi yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh perusahaan agar
dapat meningkatkan performa kerja karyawan antara lain untuk mendorong
produktivitas mereka antara lain: (Schroeder, 1997, p109-110)
1. Cocokan pekerja dengan pekerjaan
21
Prinsip ini mengandung arti bahwa seseorang dapat dipilih untuk suatu
pekerjaan berdasarkan perbedaan dan preferensi individu akan pekerjaan.
dalam hal ini tersirat bahwa pekerjaan harus dirancang bagi tenaga kerja yang
tersedia.
2. Definisikan tanggung jawab pekerja secara jelas
Apabila tanggung jawab tidak jelas atau selalu berubah, maka pekerja akan
merasa frustasi. Akibatnya adalah mutu yang buruk, produktivitas yang
rendah, dan pertentangan antara individu. Oleh karena itu prinsip manajemen
tenaga kerja yang baik adalah mendefinisikan tanggung jawab yang jelas
bagi para pekerja.
3. Tetapkan standar prestasi
Standar prestasi harus dikembangkan bagi semua pekerjaan, hal ini
merumuskan apa yang diharapkan untuk dicapai dan juga memberi
kemungkinan untuk mendesentralisasikan lebih banyak pengendalian kepada
karyawan atas dasar prestasi.
4. Komunikasi harus ada dan karyawan harus terlibat
Orang-orang harus diberitahu tentang kebijakan perusahaan dan perlu merasa
bahwa mereka bisa mempengaruhi kebijakan melalui peran serta di dalam
pengambilan keputusan. Prestasi juga diperbaiki apabila terdapat komunikasi
dua arah antara manajemen dan tenaga kerja.
5. Adakan pelatihan
Pelatihan haruslah merupakan hal utama yang dilakukan untuk memastikan
karyawan kompeten dalam pekerjaan yang dilaksanakan sebelum memulai
22
kerja. Pengembangan karyawan haruslah dilakukan melalui pelatihan dan
pendidikan sehingga dimungkinkan kemajuan karir.
6. Pastikan adanya penyeliaan yang baik
Penyelia harus benar-benar memperhatikan kesejahteraan secara
perseorangan sambil memperhatikan prestasi dan hasil. Menurut teori
perilaku apabila seorang pekerja mengetahui prestasi apa yang diharapkan
dan berperan serta dalam mengembangkan harapan ini, maka mereka akan
terdorong untuk berprestasi. Penyelia harus menjamin bahwa jenis iklim
prestasi ini ada.
7. Berikan imbalan kepada orang atas prestasinya
Apabila standar pekerjaan telah ditetapkan, ada kemungkinan untuk
memberikan imbalan kepada orang atas dasar prestasi. Menurut teori prilaku,
hal ini akan mendorong ke prestasi yang lebih jauh dengan harapan akan
mendapatkan imbalan (lihat Nadler dan Lawler, 1977). Karena tanggung
jawab utama manajer tenaga kerja adalah hasil, maka pemberian imbalan
bagi prestasi merupakan metode utama untuk memotivasi orang terhadap
sasaran, imbalan dapat berupa semua bentuk kompensasi (upah, promosi,
status, tepukan di punggung, dan sebagainya.)
Menurut Handoko (2001, p13-14), dampak kemajuan teknologi pada
manajemen personalia terjadi melalui dua cara, cara pertama adalah melalui
pengaruh teknologi yang merubah industri secara keseluruhan. Sebagai contoh
kemajuan teknologi di bidang transportasi dan komunikasi telah meningkatkan
mobilitas angkatan kerja. Lebih lanjut, departemen personalia perlu merancang
23
kegiatan-kegiatan pengaturan dan pendayagunaan sumber daya manusia untuk
mengikuti perkembangan operasi perusahaan akibat inovasi teknologi.
Otomasi adalah cara lain dengan mana kemajuan teknologi mempengaruhi
manajemen personalia. Sebagai contoh penggunaan komputer dalam perusahaan
mengubah kebutuhan tipe sumber daya manusia. Program-program penarikan
dan latihan perlu dirombak secara signifikan untuk menyesuaikan diri dengan
program komputerisasi perusahaan. Adaptasi teknologi yang kreatif ini
mempunyai pengaruh pada semua kegiatan personalia untuk menolak keusangan
dan memperkenalkan inovasi.
2.3 Inovasi
Menurut Robbins & Coulter (1999, p382), inovasi adalah proses mengambil
gagasan yang kreatif dan mengubahnya menjadi produk, jasa, atau metode operasi yang
bermanfaat.
Menurut Zimmerer (2002, p37), keinovasian diartikan sebagai kemampuan untuk
menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan peluang untuk
mempertinggi dan meningkatkan taraf hidup.
Strategi inovasi adalah sebuah strategi yang menekankan perkenalan dari produk
dan jasa yang baru.
Hampir semua organisasi akan harus menyesuaikan diri pada lingkungan
multibudaya. Persaingan berubah. Ekonomi global artinya pesaing-pesaing bisa datang
dari seberang lautan laksana dari seberang kota. Persaingan yang meninggi juga berarti
organisasi yang mapan perlu mempertahankan diri terhadap baik pesaing tradisional
yang mengembangkan produk dan jasa baru maupun perusahaan wiraswasta kecil
dengan penawaran yang inovatif. Organisasi yang berhasil merupakan organisasi yang
24
dapat berubah untuk menanggapi persaingan itu. Mereka akan tangkas, mampu scara
cepat mengembangkan produk baru, dan segera masuk pasar. Mereka akan
mengandalkan proses produksi yang pendek, daur produk yang singkat, dan aliran terus-
menerus dari produk baru. Dengan kata lain, mereka akan fleksibel.mereka akan
menuntut angkatan kerja yang sama fleksibel dan tanggapnya yang dapat menyesuaikan
diri dengan kondisi yang berubah secara cepat dan bahkan radikal. (Robbins, 2003 ,
p345)
2.3.1 Variabel Inovasi
Menurut Robbins dan Coulter (1999, p383), ada tiga rangkaian variabel
yang ternyata merangsang inovasi, yaitu :
Variabel Struktur
Tiga hal mengenai efek variabel struktural terhadap inovasi, yaitu
pertama, struktur organik secara positif mempengaruhi inovasi.
Karena jenis organisasi ini rendah formalisasi, sentralisasi, dan
spesialisasi kerja, membuat lebih mudah diterimanya inovasi-
inovasi itu. Yang kedua, mudahnya ketersediaan sumber-sumber
yang melimpah ruah merupakan suatu balok pembangunan utama
bagi inovasi, dan menyerap kegagalan-kegagalan. Pada akhirnya,
kerapnya antar unit komunikasi yang kerap menolong
menghancurkan penghambat-penghambat yang mungkin menuju
inovasi.
Variabel Budaya
Sebuah budaya yang inovatif cenderung mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
25
- menerima ambiguitas
- toleransi terhadap hal yang tidak praktis
- kendali eksternal yang rendah
- toleransi terhadap resiko
- toleransi terhadap konflik
- memusatkan perhatian pada tujuan bukan cara
- fokus pada sistem terbuka
Variabel Sumber Daya Manusia
Dalam kategori sumber daya manusia, ditemukan bahwa organisasi-
organisasi yang inovatif secara aktif memajukan pelatihan dan
pengembangan dari anggota-anggota mereka agar pengetahuan
mereka tetap mutakhir, memberi karyawan mereka rasa keamanan
kerja yang tinggi untuk mengurangi rasa takut akan dipecat karena
membuat kesalahan, dan mendorong individu untuk menjadi juara
gagasan.
2.4 Diferensiasi Produk
Strategi diferensiasi dibedakan menjadi beberapa, yaitu diferensiasi produk,
diferensiasi personel, diferensiasi saluran, diferensiasi citra perusahaan. (Kotler, 2006,
p296)
Menurut Madura (2007, p99-102), diferensiasi produk adalah upaya dari sebuah
perusahaan untuk membedakan produknya dari produk pesaing dalam suatu sifat yang
membuatnya lebih diinginkan. Semua perusahaan tentunya akan mencari beberapa jenis
keunggulan kompetitif yang membedakan produk mereka dari produk lainnya. Berikut
ini adalah beberapa metode umum yang digunakan untuk membedakan suatu produk:
26
1. Rancangan unik
Beberapa produk dibedakan oleh rancangan mereka. Berbagai karakteristik
dapat membuat suatu produk lebih baik, termasuk di dalamnya keamanan,
dapat dipercaya, dan kemudahan. Produsen berusaha untuk meningkatkan
kepercayaan dengan menggunakan bahan baku berkualitas tinggi,
memberikan pelayanan, dan menawarkan berbagai jaminan.Untuk
diferensiasi rancangan suatu jasa, sama seperti suatu perusahaan yang
memproduksi berbagai produk dengan berupaya menciptakan rancangan
yang unik untuk produk mereka, perusahaan jasa juga mengembangkan jasa
yg unik. Contoh: Southwest Airlines merancang diferensiasi jasa dengan
memfokuskan banyak jalur pendek yg sebelumnya tidak disediakan untuk
pelanggan. Sementara diferensiasi rancangan untuk teknologi, dapat dilihat
pada situs Amazon.com yang menyediakan rancangan unik dalam jasa
penjualan buku yang menerima pesanan secara online.
2. Kemasan unik
Strategi pengemasan dapat menentukan kesuksesan atau kegagalan sebuah
produk. Khususnya untuk produk yang tingkat kualitasnya sama. Dalam
upaya untuk membedakan diri dari pesaing, beberapa perusahaan telah
mengemas ulang produk makanan dalam wadah yang tahan pecah atau
mudah dibuang. Banyak strategi produk berfokus pada kenyamanan.
Pengemasan juga dapat memuat iklan. Misalnya banyak produk makanan
seperti makanan untuk microwave dikemas dengan instruksi penyajian di
bagian luar. Instruksi tersebut juga mendemonstrasikan betapa sederhana
penyajian makanan.
27
3. Merek unik
Merek adalah metode untuk mengidentifikasikan dan membedakan berbagai
produk dengan produk pesaing. Merek biasanya diwakili oleh nama atau
simbol. Merek dagang adalah bentuk merek yang mengidentifikasikan bahwa
produk tersebut telah dilindungi secara hukum untuk digunakan oleh
perusahaan lain.beberapa merek dagang telah menjadi umum sehingga
mereka mwakili namanya sendiri. Contohnya Coke,kleenex.
2.4.1 Variabel Diferensiasi Produk
Menurut Kotler (2006, p296), diferensiasi produk sendiri dibedakan
menjadi beberapa dimensi, antara lain:
1. Bentuk : banyak produk dapat didiferensiasikan dari segi bentuknya
(baik dalam segi ukuran, bentuk, ataupun struktur fisik dari produk)
2. Fitur : kebanyakan produk ditawarkan dengan fitur tambahan yang
memberi nilai lebih daripada nilai dasarnya. sebuah perusahaan dapat
menentukan fitur baru yang tepat dengan cara melakukan survey
kepada pelanggan. Perusahaan harus juga memperkirakan berapa
banyak orang yang menginginkan fitur tersebut, berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk memperkenalkan fitur tersebut, dan kemudahan
bagi pesaing untuk mengkopi fitur tersebut. Setiap perusahaan harus
memutuskan apakah mereka lebih memilih untuk membuat
penyesuaian dengan biaya yang tinggi ataukah memberikan produk
standard dengan harga yang lebih rendah.
3. Kualitas kinerja : kebanyakan produk dibagi menjadi empat level
kinerja, yaitu rendah, rata-rata, tinggi, atau superior. kualitas kinerja
28
adalah suatu tingkatan di mana karakteristik utama produk bekerja.
perusahaan tidak perlu merancang kinerja yang setinggi mungkin.
manufaktur harus merancang produk yang level kinerjanya sesuai
dengan target pasar dan level pesaing.
4. Kualitas kesesuaian : pembeli mengharapkan dapat memperoleh produk
yang sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh perusahaan.
5. Ketahanan : sebuah ukuran yang diharapkan dari produk yang
beroperasi di bawah kondisi normal ataupun dalam kondisi penuh
tekanan.
6. Keandalan : pembeli akan membayar lebih untuk produk yang dapat
diandalkan. Keandalan adalah suatu ukuran di mana produk tidak
memiliki kemungkinan kesalahan dalam fungsinya atau gagal dalam
periode waktu tertentu.
7. Gaya : menjelaskan akan tampilan produk dan apa yang dapat dirasakan
oleh pembeli. Gaya memberikan keuntungan berupa sulit untuk ditiru
oleh pesaing. Tapi sisi negatifnya, gaya yang kuat belum berarti
memiliki kinerja yang baik.
2.5 Analisis Jalur
2.5.1 Pengertian Analisis Jalur
Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama
tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Jadi model
analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan
tujuanuntuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat
29
variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Model analisis
jalur yang dibicarakan adalah model sebab akibat.
2.5.2 Manfaat Analisis Jalur
Manfaat dari analisis jalur adalah untuk:
1. Penjelasan terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan
yang diteliti.
2. Prediksi nilai variabel terikat (Y) berdasarkan nilai variabel bebas (X),
dan prediksi analisis jalur ini bersifat kualitatif.
3. Faktor determinan yaitu penentuan variabel bebas (X) mana yang
berpengaruh dominan terhadap variabel terikat (Y), juga dapat
digunakan menelusuri mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel beas
(X) terhadap variabel terikat (Y).
4. Pengujian model, menggunakan theory triming, baik untuk uji
reliabilitas konsep yang sudah ada, maupun konsep yang baru.
2.5.3 Asumsi-asumsi Analisis Jalur
Asumsi yang mendasari path analysis atau analisis jalur sebagai berikut:
1. Pada model path analysis, hubungan antar variabel adalah bersifat
linier, adaptif dan normal.
2. Hanya sistem aliran kausal ke satu arah artinya tidak ada arah
kausalitas yang berbalik.
3. Variabel terikat (endogen) minimal dalam skala ukur interval dan
ratio.
30
4. Menggunakan sampel probability sampling, yaitu teknik pengambilan
sampel untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
5. Observe variables diukur tanpa kesalahan (instrumen kesalahan valid
dan reliable artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi secara
langsung.
6. Model yang dianalisis dispesifikasikan (diidentifikasi) dengan benar
berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep yang relevan artinya
model teori yang dikaji atau diuji dibangun berdasarkan kerangka
teoritis tertentu yang mampu menjelaskan hubungan kausalitas antar
variabel yang diteliti. (Riduwan dan Kuncoro, 2008, p1-3)
2.5.4 Langkah-langkah Menguji Analisis Jalur
1. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural
Struktur: Y = ρ +ρ +ρ εyyx1 yx2 1
2. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi
a. Gambarkan diagram jalur lengkap, tentukan sub-sub struktur dan
rumuskan persamaan strukturalnya yang sesuai hipotesis yang diajukan.
b. Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan
3. Menghitung koefisien jalur secara simultan (keseluruhan)
4. Menghitung koefisien jalur secara individu
5. Meringkas dan menyimpulkan
(Riduwan dan Kuncoro, 2008, p116-117)
31
2.6 Uji Validitas
Menurut Supranto (2006, p70), validitas menunjukkan tingkat/derajat untuk
mana bukti mendukung kesimpulan yang ditarik dari skor yang diturunkan dari ukuran
atau tingkat mana skala mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu kuesioner akan
memuat pertanyaan tidak jelas bagi responden termasuk tidak sahih (tidak valid). Kalau
kita menarik kesimpulan bahwa skor suatu pengukuran mencerminkan tingkat kepuasan
pelanggan, kita perlu informasi untuk menilai seberapa baik penampilan kesimpulan
didukung.
Sementara menurut Sugiono (2004, p114) , untuk menguji validitas konstruksi
dapat digunakan pendapat dari ahli. Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang
aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya
dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen tersebut.
Setelah pengujian para ahli selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen dengan
jumlah sampel kurang lebih 30 orang.
Setelah itu dilakukan perbandingan antara r tabel dengan r hasil perhitungan
untuk memastikan bahwa pertanyaan yang ada valid atau tidak.
2.7 Uji Reliabilitas
Ketika kita mengembangkan suatu kuesioner yang akan digunakan untuk
mengukur persepsi pelanggan, kita ingin yakin bahwa pengukuran bebas dari kesalahan.
Pengukuran kesalahan diteliti dalam konsep keandalan.
Keandalan/reliabilitas didefinisikan sebagai seberapa jauh pengukuran bebas dari
varian kesalahan. Kesalahan acak menurunkan tingkat keandalan hasil pengukuran.
Kalua kita menginginkan agar merasa yakin bahwa skor/nilai dari kuesioner dapat
32
mencerminkan dimensi kepuasan secara andal (reliability), kita menghendaki kuesioner
dengan tingkat keandalan yang tinggi.(Supranto, 2006, p48)
2.8 Uji Normalitas
Menurut Singgih Santoso (2007, p152-155), dalam melakukan kegiatan statistik
inferensi, ada dua hal yang harus diuji terlebih dahulu:
1. Apakah beberapa sampel yang telah diambil berasal dari populasi yang sama
(populasi data berdistribusi normal)?
2. Apakah sampel-sampel tersebut mempunyai varians yang sama?
Dengan kata lain, uji normalitas data dan uji varians adalah hal yang lazim
sebelum sebuah metode statistik diterapkan. Uji normalitas dan kesamaan varians
sebuah sampel data dilakukan dengan bantuan alat uji SHAPIRO-WILK, LILLIEFORS
atau KOLMOGOROV SMIRNOV, serta gambar NORMAL PROBABILITY PLOTS.
Menurut Singgih Santoso (2007, p154), dalam menjelaskan output test of
normality, ada pedoman pengambilan keputusan:
Nilai Sig. Atau signifikasi atau nilai probabilitas < 0.05, distribusi adalah
tidak normal.
Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0.05, distribusi adalah
normal.
Dalam menjelaskan output test of homogenity of varians, ada pedoman
pengambilan keputusan:
Nilai Sig. Atau signifikasi atau nilai probabilitas < 0.05, data berasal dari
populasi-populasi yang mempunyai varians tidak sama.
Nilai Sig. Atau signifikasi atau nilai probabilitas < 0.05, data berasal dari
populasi-populasi yang mempunyai varians sama.
33
Selain itu, pada gambar Q-Q Plot terlihat ada garis lurus dari kiri ke kanan atas.
Garis itu berasal dari nilai z. Jika suatu distribusi data normal, maka data akan tersebar
di sekeliling garis.
2.9 Kepuasan
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan antara
kinerja (atau hasil) yang dia rasakan dibandingkan dengan harapannya.
Jadi tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan
dengan harapan. pelanggan dapat mengalami satu dari tiga tingkat kepuasan yang
umum. Kalau kinerja di bawah harapan, pelanggan kecewa. Kalau kinerja sesuai
harapan, pelanggan puas. Kalau kinerja melebihi harapan, pelanggan sangat puas,
senang, atau gembira. (Kotler, 2000, p52)
Konsumen akan memilih produk yang menawarkan kualitas, kinerja, atau fitur
yang paling inovatif. manajer dalam organisasi akan memfokuskan perhatian mereka
untuk membuat produk yang hebat dan terus-menerus mengembangkannya. (Kotler,
2006, p15)
2.9.1 Kepuasan Pelanggan
Menurut Handi (2002, p1-2), kepuasan pelanggan bukanlah konsep yang baru.
Di awal abad 20, sudah banyak praktisi bisnis di seluruh dunia, memahami bahwa
kepuasan pelanggan adalah hal yang penting. Neiman-Marcus, misalnya seorang
pelaku bisnis dalam industri ritel modern, mengingatkan kepada seluruh anak
buahnya “sell satisfaction not just merchandise”.
Sampai hari ini kepuasan pelanggan masih merupakan konsep yang sangat
relevan. Logika sederhana dari para pelaku bisnis adalah apabila pelangggannya
puas, pastilah akan terjadi sesuatu yang lebih baik untuk bisnis mereka di masa
34
mendatang. Kepuasan pelanggan akan mempengaruhi kinerja keuangan setiap
perusahaan.
Seorang pelanggan yang puas adalah pelanggan yang mendapatkan value.
Pelanggan yang puas adalah pelanggan yang akan berbagi kepuasan dengan
produsen atau penyedia jasa. Bahkan, pelanggan yang puas, akan berbagi rasa dan
pengalaman dengan pelanggan lain. Ini akan menjadi referensi bagi perusahaan yang
bersangkutan. Sehingga kepuasan pelanggan haruslah menjadi salah satu tujuan dari
setiap perusahaan.
Satisfaction adalah kata dari bahasa latin, yaitu satis yang berarti enough atau
cukup dan facere yang berarti to do atau melakukan. Jadi, produk atau jasa yang bisa
memuaskan pelanggan adalah produk dan jasa yang memberikan sesuatu yang dicari
konsumen sampai pada tingkat cukup.
Dalam konteks teori consumer behaviour, kepuasan lebih banyak
didefinisikan sebagai perspektif pengalaman konsumen setelah mengkonsumsi atau
menggunakan suatu produk atau jasa. Seperti yang dikemukakan oleh Richard Oliver
: “Kepuasan adalah respon pemenuhan dari konsumen. Kepuasan adalah hasil dari
penilaian dari konsumen bahwa produk atau pelayanan telah memberikan tingkat
kenikmatan di mana tingkat pemenuhan ini bisa lebih atau kurang.”
Ada dua hal yang mempengaruhi tingkat harapan pelanggan (Handi, 2003,
24):
1. Desired expectation
Harapan ini mencerminkan apa yang harus dilakukan perusahaan atau produk
kepada pelanggannya. Ini merupakan kombinasi dari apa yang perusahaan dapat
lakukan dan harus dilakukan kepada pelanggan.
35
2. Adequate expectation
Kebutuhan pelanggan terpenuhi, walapun tidak secara maksimal.
Menurut Kotler (2000, p60), bila perusahaan kehilangan pelanggan, maka
akan timbul biaya kehilangan pelanggan, di mana perusahaan harus memperhatikan
tingkat kehilangan pelanggan dan mengambil langkah untuk menguranginya.
Ada empat langkah yang dapat dilakukan perusahaan, antara lain:
1. Perusahan perlu menetapkan da mengukur tingkat bertahannya
pelanggan.
2. Perusahaan harus membedakan berbagai penyebab hilangnya pelanggan
dan menentukan penyebab mana yang bisa dikelola lebih baik
3. Perusahaan harus memperkirakan kehilangan keuntungan dari pelanggan
yang hilang secara tidak perlu. untuk pelanggan perseorangan, hal ini
adalah nilai seumur hidup pelanggan, yaitu keuntungan yang dihasilkan
pelanggan kalau dia terus membeli selama jangka waktu yang wajar.
4. Perusahaan perlu menghitung berapa biaya untuk mengurangi tingkat
kehilangan pelanggan.
Sebuah perusahaan yang bijak melakukan pengukuran terhadap kepuasan
pelanggan secara berkala. Karena pelanggan yang sangat puas secara umum akan
setia lebih lama, membeli produk apapun yang dihasilkan perusahaan,
membicarakan kepuasan mereka pada orang lain, tidak terlalu memperhatikan
pesaing, tidak terlalu sensitif terhadap harga, dan mengurangi biaya pelayanan bila
dibandingkan dengan pelanggan baru, karena pembeanjaan yang dilakukan bersifat
rutin.
36
Kepuasan pelanggan sebaiknya dihitung dalam skala satu sampai dengan
lima. Pada skala satu, pelanggan mengabaikan perusahaan, dan bahkan
membicarakan hal yang buruk mengenai perusahaan. pada level dua sampai dengan
empat, pelanggan cukup puas tetapi masih ada kemungkinan merubah pilihan
dengan mudah apabila muncul pilihan baru yang lebih baik. pada level lima, maka
pelanggan memiliki frekuensi belanja yang tinggi, bahkan menyebar cerita yang baik
tentang perusahaan.
TQM dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menciptakan nilai
dan kepuasan pelanggan. Total Quality Management (TQM) merupakan suatu
pendekatan yang dilakukan perusahaan untuk secara berkesinambungan meningkatkan
kualitas dari proses, produk, dan jasa organisasi secara keseluruhan. (Kotler, 2006,
p137-138)
2.9.2 Faktor-faktor Kepuasan Pelanggan
Masih menurut Handi (2002, p37-40), ada beberapa faktor yang mendorong
munculnya kepuasan pelanggan, faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Kualitas produk.
Konsumen merasa puas apabila produk yang dibeli memiliki kualitas
yang sangat baik. Sebagai contoh, seorang pelanggan akan merasa puas,
apabila televisi yang dibelinya menghasilkan gambar dan suara yang
baik, awet, atau tidak cepat rusak, memiliki banyak fasilitas, tidak ada
gangguan, dan memiliki desain yang menawan.
2. Harga
Untuk pelanggan yang sensitif, biasanya harga murah adalah sumber
kepuasan yang penting, karena mereka akan mendapatkan value for
37
money yang tinggi. Sementara itu, komponen harga ini tidaklah penting
bagi mereka yang tidak sensitif terhadap harga. Kualitas produk dan
harga seringkali tidak mampu menciptakan keunggulan bersaing dalam
hal kepuasan pelanggan. Kedua aspek ini relatif mudah ditiru. Dengan
teknologi yang hampir standar, setiap perusahaan biasanya mempunyai
kemampuan untuk menciptakan kualitas produk yang hampir sama
dengan pesaing.
3. Service Quality
Faktor ini sendiri, sangat bergantung pada tiga hal, yaitu sistem,
teknologi, dan manusia. Faktor manusia ini memegang kontribusi sekitar
70 persen. Kualitas pelayanan juga dapat diberikan lebih baik lagi apabila
karyawan juga merasa puas.
4. Emotional Factor
Untuk beberapa produk yang berhubungan dengan gaya hidup, maka
faktor ini sangatlah penting. Rasa bangga, rasa percaya diri, simbol
sukses, bagian dari kelompok orang penting, dan sebagainya adalah
contoh-contoh emotional value yang mendasari kepuasan pelanggan.
5. Kemudahan
Pelanggan akan merasa puas apabila relatif mudah,nyaman, dan efisien
dalam mendapatkan produk atau pelayanan.
2.10 Diagram Kartesius
Menurut Supranto (2006, p239-143), dalam menganalisis data penelitian
digunakan metode deskriptif kualitatif-kuantitatif. Untuk menjawab sejauh mana tingkat
kepuasan pelanggan terhadap kinerja, dapat digunakan Importance Performance
38
Analysis. Dalam penelitian ini terdapat 2 buah variabel yang diwakilkan oleh huruf X
dan Y, di mana X merupakan tingkat kinerja dan Y merupakan tingkat harapan
pelanggan.
Adapun rumus yang digunakan adalah:
Xi
Tki = ×100%Yi
Di mana: Tki = tingkat kesesuaian responden
Xi = skor penilaian kinerja perusahaan
Yi = skor penilaian harapan pelanggan
Selanjutnya sumbu mendatar akan diisi oleh skor tingkat pelaksanaan, sedangkan
sumbu tegak (Y) akan diisi oleh skor tingkat harapan. Dalam penyederhanaan rumus,
maka setiap faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dengan :
XiX =
n∑
YiY =
n∑
Di mana X = skor rata-rata tingkat pelaksanaan/kinerja
Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan
n = jumlah responden
Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian yang
dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (X,Y ), di
mana X merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat pelaksanaan atau kepuasan
penumpang seluruh faktor atau atribut dan Y adalah rata-rata dari rata-rata skor tingkat
kepentingan seluruh faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Rumus selanjutnya:
39
Ni = 1xi
X =K
∑ N
i = 1YiY =
K∑
Di mana K = banyaknya atribut/fakta yang dapat mempengaruhi kepuasan
pelanggan
Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi ke dalam
empat bagian sebagai berikut:
Sumber: Supranto, 2006
Gambar 2.1 Diagram Kartesius Keterangan:
A = Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan
pelanggan, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting,
namun manajemen belum melaksanakannya sesuai keinginan pelanggan.
Sehingga mengecewakan/tidak puas.
B = Menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan perusahaan,
untuk itu wajib dipertahankannya. Dianggap sangat penting dan sangat
memuaskan.
40
C = Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi
pelanggan, pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Dianggap
kurang penting dan kurang memuaskan.
D = Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan
tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat
memuaskan.
2.11 Indeks Kepuasan Pelanggan
CSI (Customer Satisfaction Index) digunakan untuk mengetahui tingkat
kepuasan konsumen pengunjung secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan
dari atribut produk/jasa. Untuk mengetahui besarnya CSI , maka dapat dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut (Aritonang, 2005)
Metode pengukuran CSI meliputi dua tahap:
1. Menghitung weighting factor, yaitu mengubah nilai kepentingan menjadi
angka presentase, sehingga didapatkan total weighting factors 100%.
2. Menghitung CSI dengan cara:
a. Menghitung weighted score, yaitu nilai perkalian antara nilai kepuasan
(satisfaction score) dengan weighting factors.
b. Menghitung weighted average, yaitu menjumlahkan weighting score dari
semua atribut.
c. Menghitung CSI, yaitu weighted average dibagi dengan skala maksimum
yang digunakan, kemudian dikalikan 100%.
(www.leadershipfactor.com)
41
Tabel 2.1 Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index Angka Indeks Interpretasi
X ≤ 64% Very Poor 64% < X ≤ 71% Poor 71% < X ≤ 77% Cause for Concern 77% < X ≤80% Borderline 80% < X ≤ 84% Good 84% < X ≤ 87% Very Good
87% < X Excellent Sumber: Customer Satisfaction Measurement:Satisfaction Index.”www.leadershipfactor.com”
2.12 Klasifikasi ABC
Menurut Render (2001, p316), analisis ABC membagi persediaan di tangan ke
dalam tiga kelompok berdasarkan volume tahunan dalam jumlah uang. Analisis ABC
merupakan penerapan persediaan dari prinsip pareto. prinsip pareto menyatakan bahwa
ada “beberapa yang penting dan banyak yang sepele”. Pemikiran yang mendasari prinsip
ini adalah bagaimana memfokuskan sumber daya pada bagian persediaan penting yang
sedikit itu dan bukan pada bagian persediaan yang banyak namun sepele.
Untuk menentukan nilai uang tahunan dari volume dalam analisis ABC, kita
mengukur permintaan tahunan dari setiap butir persediaan dikalikan dengan biaya per
unit. butir persediaan kelas A adalah persediaan-persediaan yang jumlah nilai yang per
tahunnya tinggi. butir-butir persediaan macam ini mungkin hanya mewakili sekitar 15%
dari butir-butir persediaan total, tetap mewakili 70% sampai 80% dari total biaya
persediaan. Butir persediaan kelas B adalah butir-butir persediaan yang volume
tahunannya (dalam nilai uang) sedang. Butir-butir persediaan ini mungkin hanya
mewakili 30% dari keseluruhan persediaan dan 15% sampai 25% dari nilainya. butir-
butir persediaan yang volume tahunannya kecil, dinamakan kelas C, yang mewakili
hanya 5% dari keseluruhan volume tahunan tetapi sekitar 55% dari keseluruhan
persediaan.
42
2.13 Pengendalian Kualitas
2.13.1 Definisi Kualitas
Menurut Gasperz (1998, p1), kualitas didefinisikan sebagai konsistensi
peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari suatu produk
(barang dan/atau jasa) yang dihasilkan, agar memenuhi kebutuhan yang telah
dispesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun eksternal.
Spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan oleh bagian desain produk yang disebut
sebagai kualitas desain harus berorientasi kepada kebutuhan atau keinginan
konsumen.
Pengertian kualitas secara tradisional berdasarkan sudut pandang di mana
produk dan jasa harus memenuhi kebutuhan dari siapa yang menggunakan sehingga
kualitas didefinisikan sebagai ketepatan dalam kegunaan (fitness to use). Sementara
itu pengertian kualitas secara modern, dapat didefinisikan sebagai perbandingan
terbalik dengan variasi . Di mana bila variasi berkurang, maka kualitas meningkat.
(Montgomery, 2001, p4)
Menurut The American National Standards Institute (ANSI) and the American
Society for Quality Control (ASQC) sebagaimana dinyatakan dalam ANSI/ASQC
standard A3-1987, kualitas adalah total dari tampilan dan karakteristik suatu produk
atau jasa yang memiliki kemampuan untuk memuaskan kebutuhan. Kebutuhan
meliputi keamanan, ketersediaan, pemeliharaan, kegunaan, sisi ekonomi (harga), dan
lingkungan.
Sedangkan pengendalian kualitas, dapat diartikan sebagai penggunaan teknik
dan aktivitas untuk mencapai, menahan, dan mengembangkan kualitas dari produk
atau jasa. Ini melibatkan penyatuan dari teknik-teknik dan aktivitas-aktivitas seperti :
43
1. Spesifikasi sesuai kebutuhan.
2. Rancangan dari produk dan jasa yang sesuai dengan spesifikasi.
3. Produksi atau instalasi yang memenuhi spesifikasi.
4. Inspeksi untuk memastikan kesesuaian dengan spesifikasi.
5. Evaluasi dari kegunaan untuk menyediakan informasi yang digunakan untuk
perbaikan bila dibutuhkan.
(Besterfield, 1994, p2)
Grant et al (1996, p4-5), menyatakan empat teknik yang berbeda untuk
menyatakan arti dari kualitas. Arti yang pertama benar-benar hanya menjelaskan
atau menyatakan karakteristik dari barang atau jasa. Tiga arti lainnya, berhubungan
dengan derajat keberhasilan dalam rancangan, spesifikasi, dan produksi atau
penerapan. Arti yang kedua berhubungan dengan kualitas dari rancangan. Yaitu,
bagaimana agar rancangan yang ada dapat mencapai tujuannya. Arti yang ketiga
berhubungan dengan kualitas dari spesifikasi, yaitu berhubungan dengan keefektifan
dari spesifikasi rancangan dalam memenuhi tujuannya. Dan yang pengertian yang
terakhir berhubungan dengan kualitas dari kesesuaian, yaitu berhubungan dengan
derajat keberhasilan suatu produk atau jasa agar sesuai dengan spesifikasi rancangan.
2.13.2 Performansi Kualitas
Proses industri harus dipandang sebagai suatu perbaikan terus-menerus yang
dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk,
pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen.
Performansi kualitas dapat dinyatakan berdasarkan karakteristik kualitas yang
terdiri dari beberapa sifat atau dimensi berikut:
1. Fisik: panjang, berat, diameter, tegangan, kekentalan, dll.
44
2. Sensory (berkaitan dengan panca indera): rasa, penampilan, warna, bentuk,
model, dll.
3. Orientasi waktu: keandalan (reliability), kemampuan pelayanan
(serviceability), kemudahan pemeliharaan (maintainability), ketepatan
waktu penyerahan produk, dll.
4. Orientasi biaya: berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan
harga atau ongkos dari suatu produk yang harus dibayarkan oleh konsumen.
Tiga tingkat pengukuran performansi kualitas adalah:
1. Pengukuran pada tingkat proses: mengukur setiap langkah atau aktivitas
dalam proses dan karakteristik input yang diserahkan oleh pemasok untuk
mendapatkan karakteristik output yang diinginkan. Beberapa contoh
pengukuran pada tingkat proses yang menggambarkan performansi adalah
lamanya waktu menjawab panggilan telepon, banyaknya panggilan telepon
yang tidak dikembalikan ke pelanggan, konformansi terhadap waktu
penyerahan yang dijanjikan, presentase material cacat yang diterima dari
pemasok, siklus waktu produk, banyaknya inventori barang setengah jadi,
dll.
2. Pengukuran pada tingkat output: mengukur karakteristik output yang
dihasilkan dibandingkan terhadap spesifikasi karakteristik yang diinginkan
pelanggan. Beberapa contoh pengukuran pada tingkat output adalah
banyaknya unit produk yang tidak memenuhi spesifikasi tertentu yang
ditetapkan, tingkat efektivitas dan efisiensi produk, karakteristik kualitas
dari produk yang dihasilkan, dll.
45
3. Pengukuran pada tingkat outcome: mengukur bagaimana baiknya suatu
produk memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan, jadi mengukur
tingkat kepuasan pelanggan dalam mengkonsumsi produk yang diserahkan.
Pengkuran pada tingkat outcome merupakan tingkat tertinggi dalam
pengukuran performansi kualitas. Beberapa contoh ukuran pada tingkat
outcome adalah banyaknya keluhan pelanggan yang diterima, banyaknya
produk yang dikembalikan oleh pelanggan, tingkat ketepatan waktu
penyerahan produk tepat waktu sesuai dengan waktu yang dijanjikan, dll.
(Gaspersz, 1998, p5-7)
2.13.3 Keuntungan Pengendalian Kualitas
Keuntungan dari pengendalian kualitas antara lain:
1. Peningkatan kualitas dalam produk dan jasa, dengan adanya sistem
pengendalian kualitas, maka terciptalah suatu struktur untuk mencapai
sasaran produksi.
2. Sistem tersebut dapat dievaluasi secara berkesinambungan dan dapat
dimodifikasi untuk dapat memenuhi permintaan pelanggan.
3. Pengendalian kualitas dapat meningkatkan produktivitas. Karena dapat
mengurangi scrap dan pengerjaan ulang, serta menghasilkan lebih banyak
produk yang dapat digunakan.
4. Dalam jangka panjang, pengendalian kualitas dapat membantu untuk
mengurangi biaya yang dikeluarkan. Dengan turunnya biaya yang
dikeluarkan, dapat saja membantu untuk mengurangi harga penjualan.
46
5. Dengan adanya peningkatan produktivitas, maka dapat membantu untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan tepat pada waktunya. Karena memuaskan
pelanggan merupakan sasaran utama dari perusahaan.
6. Dengan adanya pengendalian kualitas, maka menciptakan suatu keadaan
lingkungan yang terus terpelihara untuk meningkatkan kualitas dan
produktivitas secara terus-menerus.
(Russell, 2003, p95)
2.13.4 Definisi Variasi
Variasi adalah ketidakseragaman dalam sistem produksi atau operasional
sehingga menimbulkan perbedaan dalam kualitas pada output (barang dan/atau jasa)
yang dihasilkan. Pada dasarnya dikenal dua sumber atau penyebab klasifikasi
variasi, yang diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Variasi penyebab-khusus adalah kejadian-kejadian di luar sistem yang
mempengaruhi variasi dalam sistem. Penyebab langsung dapat bersumber
dari faktor-faktor: manusia, peralatan, material, lingkungan, metode kerja,
dll. Penyebab khusus ini mengambil pola-pola nonacak sehingga dapat
diidentifikasi/ditemukan, sebab mereka tidak selalu aktif dalam proses
tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada proses sehingga
menimbulkan variasi. Dalam konteks pengendalian proses statistikal
menggunakan peta-peta kendali atau kendali, jenis variasi ini ditandai
dengan titik-titik pengamatan yang melewati atau keluar dari batas-batas
pengendalian yang didefinisikan.
2. Variasi penyebab-umum adalah faktor-faktor di dalam sistem atau yang
melekat pada proses yang menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem
47
serta hasil-hasilnya. Penyebab umum seringkali dikenal sebagai penyebab
acak atau penyebab sistem. Karena penyebab umum ini selalu melekat pada
sistem, untuk menghilangkannya kita perlu menelusuri elemen-elemen
dalam sistem itu, dan hanya pihak manajemen yang dapat memperbaikinya,
karena pihak manajemenlah yang mengendalikan sistem tersebut. Dalam
konteks pengendalian proses statistikal menggunakan peta-peta kendali
atau kontrol, jenis variasi ini ditandai dengan titik-titik pengamatan yang
berada dalam batas-batas pengendalian yang didefinisikan.
Suatu proses yang hanya mempunyai variasi penyebab-umum yang
mempengaruhi output merupakan proses yang stabil karena penyebab sistem yang
mempengaruhi variasi biasanya relatif stabil sepanjang waktu. Variasi penyebab-
umum dapat diperkirakan dalam batas-batas pengendalian yang ditetapkan secara
statistikal. Sedangkan apabila variasi penyebab-khusus terjadi dalam proses, maka
akan menyebabkan proses itu menjadi tidak stabil. Upaya-upaya menghilangkan
variasi penyebab-khusus akan membawa proses ke dalam pengendalian statistikal.
(Gaspersz, 1998, p28-29)
2.14 Statistical Process Control
2.14.1 Pengertian Statistical Process Control
Menurut Montgomery (2001, p154), Statistical Process Control (SPC) adalah
suatu alat pemecahan masalah yang digunakan untuk mencapai kestabilan proses
dan meningkatkan kemampuan proses melalui pengurangan variabilitas.
48
2.14.2 Definisi Data dalam Konteks SPC
Data adalah catatan tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif maupun
kuantitatif yang dipergunakan sebagai petunjuk bertindak. Dalam konteks
pengendalian proses statistikal dikenal dua jenis data, yaitu:
1. Data atribut: data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan
analisis. Contohnya adalah ketiadaan label pada kemasan produk,
kesalahan proses administrasi buku tabungan nasabah, banyaknya jenis
cacat pada produk. Data atribut biasa diperoleh dalam bentuk unit-unit
ketidaksesuaian dengan spesifikasi atribut yang diterapkan.
2. Data variabel: data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis.
Sebagai contoh: diameter pipa, ketebalan dari produk kayu lapis, berat
semen dalam kantong, banyaknya kertas setiap rim, konsentrasi elektrolit
dalam persen,dll. Ukuran berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume
biasanya merupakan data variabel.
(Gaspersz, 1998, p43)
2.14.2.1 Data Atribut
Atribut dalam pengendalian kualitas menunjukkan karakteristik kualitas
yang sesuai dengan spesifikasi atau tidak sesuai dengan spesifikasi. Atribut
dapat digunakan apabila ada pengukutan yang tidak memungkinkan untuk
dilakukan, misalnya goresan, kesalahan, warna, atau ada bagian yang hilanhh.
Selain itu, atribut digunakan apabila pengukuran dapat dibuat tetapi tidak
dibuat karena alasan waktu, biaya, atau kebutuhan.
Dalam bahasan ini, ketidaksesuaian dapat diartikan sebagai tidak sesuai
dengan spesifikasinya. Penggunaan kualitas proses statistik untuk data atribut
49
ini digunakan sebagai pengganti pengendali kualitas proses statistik untuk data
variabel. Hal ini dapat terjadi apabila pengukuran seperti kesalahan warna,
adanya bagian yang hilang, dan seterusnya tidak dapat diukur. Selain itu, dalam
peta pengendali kualitas proses statistik untuk data variabel harus dihitung
semua karakteristik kualitas untuk dapat dibuat peta pengendali rata-rata proses
maupun tingkat keakuratan proses. Misalnya, dalam perusahaan terdapat
karakteristik kualitas seperti panjang, lebar, diameter, goresan, dan seterusnya,
maka harus dibuat pula 100 peta pengendali rata-rata proses dan 100 peta
pengendali keakuratan proses. Hal ini yang membuat kegiatan pengendalian
kualitas proses statistik tersebut mahal dan sulit diterapkan. Peta pengendali
kualitas proses statistik data atribut dapat meminimalkan keterbatasan tersebut
dengan menyediakan semua informasi kualitas untuk dapat mengurangi biaya.
Peta pengendali untuk data atribut, dapat digunakan pada semua
tingkatan dalam organisasi, perusahaan, departemen, pusat-pusat kerja, dan
mesin-mesin, namun peta pengendali untuk data variabel hanya terbatas pada
tingkat terendah, yaitu mesin-mesin saja. Selain itu, peta pengendali atribut
dapat membantu mengidentifikasi akar masalah, baik pada tingkat umum
maupun pada tingkat yang lebih mendetail. Sementara peta pengendali variabel
biasanya digunakan untuk menentukan alasan khusus pada situasi out of
statistical control.
Di samping berbagai kelebihan yang dimiliki peta pengendali untuk data
atribut, tentunya ada kelemahan juga, antara lain tidak dapat diketahui seberapa
jauh ketidaktepatan dengan spesifikasi tersebut. Kelemahan lain adalah ukuran
sampel yang semakin besar akan bermaslah bila pengukuran mahal dan proses
50
pengujian tersebut justru menyebabkan kerusakan. Dan terutama peta
pengendali atribut memberikan informasi lebih sedikit daripada peta
pengendali untuk data variabel. (Ariani, 2004, p130-131)
2.14.3 Tujuh Alat Statistical Process Control
Menurut Montgomery (2001, p154) statistical process control dapat diterapkan
dalam proses apapun, baik untuk industri manufakturing maupun jasa dan terdiri dari
tujuh macam peralatan, antara lain:
1. Histogram.
2. Lembar periksa.
3. Diagram Pareto.
4. Diagram Sebab-Akibat.
5. Diagram Tebar.
6. Peta kendali.
7. Diagram konsentrasi cacat.
2.14.3.1 Peta Kendali
Peta kendali pertama kali diperkenalkan oleh Dr.Walter Andrew
Shewhart, pada tahun 1924 dengan maksud untuk menghilangkan variasi tidak
normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab-khusus dan
variasi yang disebabkan oleh penyebab-umum. Pada dasarnya semua proses
menampilkan variasi, namun manajemen harus mampu mengendalikan proses
dengan cara menghilangkan variasi penyebab-khusus dari proses tersebut,
sehingga variasi yang melekat hanya yang disebabkan oleh penyebab-umum.
Pada dasarnya peta kendali dipergunakan untuk:
51
Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian
statistikal atau tidak, di mana semua nilai berada dalam batas-batas
pengendalian, sehingga variasi penyebab-khusus menjadi tidak ada
lagi dalam proses.
Memantau proses secara terus-menerus sepanjang waktu agar
proses tetap stabil secara statistikal dan hanya mengandung variasi
penyebab-umum.
Menentukan kemampuan proses.
Pada dasarnya, setiap peta kendali memiliki:
Garis tengah (center line), yang biasa dinotasikan sebagai CL.
Sepasang batas kontrol (control limit), di mana satu batas kontrol
diletakkan di atas garis tengah yang dikenal sebagai batas kontrol
atas (upper control limit), biasa dinotasikan sebagai UCL, dan yang
satu lagi ditempatkan di bawah garis tengah yang dikenal sebagai
batas kontrol bawah (lower limit control), biasa dinotasikan sebagai
LCL.
Tebaran nilai-nilai karakteristik kualitas yang menggambarkan
keadaan dari proses. Jika semua nilai-nilai yang ditebarkan berada
dalam batas-batas kontrol tanpa memperlihatkan kecenderungan
tertentu, maka proses yang berlangsung dianggap sebagai berada
dalam keadaan terkontrol atau terkendali secara statistikal. Namun,
jika nilai-nilai yang ditebarkan pada peta itu jauh atau berada di luar
batas kontrol atau memperlihatkan kecenderungan tertentu atau
memiliki bentuk yang aneh, maka proses yang berlangsung
52
dianggap sebagai berada dalam keadaan di luar kontrol (tidak
terkontrol) atau tidak berada dalam pengendalian statistikal
sehingga perlu diambil tindakan korektif untuk memperbaiki proses
yang ada.
Berdasarkan karakteristik kualitas, maka peta kendalipun dibedakan
menjadi dua macam, yaitu peta kendali untuk data variabel dan peta kontrol
untuk data atribut.
Jenis-jenis peta kendali untuk data variabel:
1. Peta kendali x-Bar dan R
2. Peta kendali x-Bar dan S
3. Peta kendali median dan range.
4. Peta kendali individual.
Jenis-jenis peta kendali untuk data atribut:
1. Peta kendali p.
2. Peta kendali np.
3. Peta kendali C.
4. Peta kendali U.
(Gitlow et al, 1995, p162)
2.14.3.1.1 Peta Kendali P
Peta kendali P digunakan untuk mengukur proporsi ketidaksesuaian
(penyimpangan atau sering disebut cacat) dari item-item dalam kelompok
yang sedang diinspeksi. Dengan demikian peta kontrol p digunakan untuk
mengendalikan proporsi dari item-item yang tidak memenuhi syarat
spesifikasi kualitas atau proporsi dari produk yang cacat yang dihasilkan
53
dalam suatu proses. Proporsi yang tidak memenuhi syarat didefinisikan
sebagai rasio banyaknya item yang tidak memenuhi syarat dalam suatu
kelompok terhadap total banyaknya item dalam kelompok itu. Item-item itu
dapat mempunyai beberapa karakteristik kualitas yang diperiksa atau diuji
secara simultan oleh pemeriksa. Jika item-item itu tidak memenuhi standar
pada satu atau lebih karakteristik kualitas yang diperiksa, item-item itu
digolongkan sebagai tidak memenuhi syarat atau spesifikasi.
Peta kendali p dapat digunakan baik untuk data yang yang ukuran
contohnya sama dari waktu ke waktu ataupun ukuran contohnya tidak sama.
Dalam kasus di mana ukuran contoh yang digunakan tidak sama dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain, maka dilakukan modifikasi dalam
perhitungan dengan menggunakan ukuran contoh rata-rata, n-bar.
Rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung peta kendali p bila
ukuran data konstan adalah:
p = total kesalahan/total pemeriksaan
Sp = p(1- p)
n
(batas-batas kontrol 3-sigma)
CL = p
UCL = p + 3Sp
LCL = p - 3Sp
54
Apabila ukuran data berubah-ubah dari waktu ke waktu, menurut Ariani
(2004, p139) terdapat tiga pilihan model, yaitu menggunakan peta pengendali
model harian atau individu, peta pengendali model rata-rata, dan peta
pengendali dengan model yang dibuat menurut urutan banyaknya sampe
berdasarkan pertimbangan perusahaan.
Rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung peta kendali p bila
menggunakan peta pengendali model harian/individu:
ni = banyaknya sampel yang diambil pada setiap kali observasi
yang selalu bervariasi
p = total kesalahan/total pemeriksaan
Sp = p(1- p)
ni
(batas-batas kontrol 3-sigma)
CL = p
UCL = p + 3Sp
LCL = p - 3Sp
Rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung peta kendali p bila
menggunakan peta pengendali model rata-rata:
n = rata-rata ukuran contoh
p = total kesalahan/total pemeriksaan
Sp = p(1- p)
n
(batas-batas kontrol 3-sigma)
55
CL = p
UCL = p + 3Sp
LCL = p - 3Sp
Keterangan:
CL = nilai tengah
UCL = batas atas
LCL = batas bawah
Untuk peta pengendali dengan pertimbangan perusahaan, maka nilai n
yang digunakan dengan mengambil sampel yang jumlahnya ditetapkan oleh
perusahaan. Bila ternyata sampel mendekati jumlah yang ditetapkan
perusahaan maka digunakan peta pengendali yang terdekat.
2.14.3.1.2 Peta Kendali np
Pada dasarnya peta kenali np serupa dengan peta kendali p, kecuali
bahwa dalam peta kendali np terjadi perubahan skala pengukuran. Peta
kendali np menggunakan ukuran banyaknya item yang tidak memenuhi
spesifikasi atau banyaknya item yang tidak sesuai (cacat) dalam suatu
pemeriksaan. Peta kendali p dan np cocok untuk situasi dasar yang sama,
sehingga pilihan penggunaan np, apabila hal-hal berikut berlaku:
1. Data banyaknya item yang tidak sesuai adalah lebih bermanfaat dan
mudah untuk diinterpretasikan dalam pembuatan laporan
dibandingkan data proporsi
2. Ukuran contoh (n) bersifat konstan dari waktu ke waktu.
Rumus-rumus yang digunakan dalam peta kendali np:
56
np = total cacat/banyaknya periode pengamatan
Snp=np(1-np)
n
(batas-batas kontrol 3-sigma)
CL = np
UCL = np + 3Sp
LCL = np - 3Sp
2.14.3.1.3 Peta Kendali c
Dalam kasus di mana kita masih dapat memberikan toleransi atas
kelemahan satu atau beberapa titik spesifik yang tidak memenuhi syarat
sepanjang tidak mempengaruhi fungsi dari item yang diperiksa itu, peta
kontrol yang sesuai adalah peta kontrol c yang didasarkan pada banyaknya
titik spesifik yang tidak memenuhi syarat dalam suatu item. Peta kendali p
atau np didasarkan pada unit produk yang cacat, di mana pengendalian
kualitas didasarkan pada unit produk secara keseluruhan. Dalam hal ini suatu
produk dinyatakan cacat apabila mengandung paling sedikit satu titik spesifik
yang tidak memenuhi syarat. Sedangkan peta kendali c didasarkan pada titik
spesifik yang tidak memenuhi syarat dalam produk itu, sehingga suatu
produk dapat saja dianggap memenuhi syarat meskipun mengandung satu
atau beberapa titik spesifik yang cacat.
Peta kendali c membutuhkan ukuran contoh yang konstan atau
banyaknya item yang diperiksa bersifat konstan untuk setiap periode
pengamatan.
57
Rumus-rumus yang digunakan pada peta kendali c:
c = total banyaknya ketidaksesuaian (titik spesifik)/banyaknya
kelompok (periode) pengamatan.
Sc = c
(batas-batas kontrol 3-sigma)
CL = c
UCL = c + 3Sc
LCL = c - 3Sc
Keterangan:
Sc = simpangan baku
2.14.3.1.4 Peta Kendali u
Peta kendali u mengukur banyaknya ketidaksesuaian (titik spesifik) per
unti laporan inspeksi dalam kelompok (periode) pengamatan, yang mungkin
memiliki ukuran contoh (banyaknya item yang diperiksa). Peta kendali u
serupa dengan peta kendali c, kecuali bahwa banyaknya ketidaksesuaian
dinyatakan dalam dasar per unit item. Peta kendali u dan c sesuai untuk
beberapa kondisi. Peta kendali u dapat dipergunakan apabila ukuran contoh
lebih dari satu unit dan mungkin bervariasi dari waktu ke waktu.
Rumus-rumus yang digunakan pada peta kendali u:
u = total banyaknya ketidaksesuaian (titik spesifik)/banyaknya unit
item yang diperiksa
Su = un
58
(batas-batas kontrol 3-sigma)
CL = u
UCL = u + 3Su
LCL = u - 3Su
Keterangan:
Su = simpangan baku
(Gaspersz, 1998, p149-173)
2.14.3.2 Diagram Sebab-Akibat
Menurut Gaspersz (1998,p61-64), diagram sebab-akibat adalah suatu
diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan
dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan
untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas
(akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu. Diagram sebab-
akibat ini sering disebut juga sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram)
karena bentuknya seperti kerangka ikan, atau diagram Ishikawa (Ishikawa’s
diagram) karena pertama kali diperkenalkan oleh Prof.Kaoru Ishikawa dari
Universitas Tokyo pada tahun 1953.
Pada dasarnya diagram sebab-akibat dapat dipergunakan untuk
kebutuhan-kebutuhan berikut:
Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah.
Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.
59
Langkah-langkah dalam pembuatan diagram sebab-alibat dapat
dikemukakan sebagai berikut:
Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama yang penting dan
mendesak untuk diselesaikan.
Tuliskan pernyataan masalah itu pada “kepala ikan” yang merupakan
akibat (effect). Kemudian gambarkan “tulang belakang” dari kiri ke
kanan dan tempatkan pernyataan masalah itu di dalam kotak.
Tuliskan faktor-faktor penyebab utama (sebab-sebab) yang
mempengaruhi masalah kualitas sebagai “tulang besar”, juga ditempatkan
di dalam kotak. Faktor-faktor penyebab atau kategori-kategori utama
dapat dikembangkan melalui stratifikasi ke dalam pengelompokkan
faktor-faktor: manusia, mesin, peralatan, material, metode kerja,
lingkungan kerja, pengukuran, dll.
Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab
utama, serta penyebab sekunder itu dinyatakan dengan “tulang-tulang
berukuran sedang”.
Tuliskan penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab-
penyebab sekunder serta penyebab tersier itu dinyatakan dengan “tulang-
tulang berukuran kecil”.
Tentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan tandai faktor-
faktor yang penting tertentu yang kelihatannya memiliki pengaruh nyata
terhadap karakteristik kualitas.
Catalah informasi yang perlu di dalam diagram sebab-akibat tersebut.
60
2.14.3.3 Diagram Pareto
Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah
berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi
ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada
sisi paling kiri, dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi
ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang terendah serta ditempatkan pada
sisi paling kanan.
Pada dasarnya diagram Pareto dapat digunakan sebagai alat interpretasi
untuk:
Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah-masalah
atau penyebab-penyebab dari masalah yang ada.
Memfokuskan perhatian pada isu-isu kritis dan penting melalui
pembuatan ranking terhadap masalah-masalah atau penyebab-penyebab
dari masalah itu dalam bentuk yang signifikan.
Langkah-langkah dalam membuat diagram Pareto:
Menentukan masalah yang diteliti, mengidentifikasi kategori-kategori
atau penyebab-penyebab dari masalah yang akan diperbandingkan.
Setelah itu merencanakan dan melaksanakan pengumpulan data.
Membuat suatu ringkasan daftar atau tabel yang mencatat frekuensi
kejadian dari masalah yang telah diteliti dengan menggunakan formulir
pengiriman data atau lembar periksa.
Membuat daftar masalah secara berurut berdasarkan frekuensi kejadian
dari yang tertinggi sampai terendah, serta hitunglah frekuensi kumulatif,
persentase dari total kejadian secara kumulatif.
61
Menggambar dua garis vertikal dan sebuah garis horizontal.
Buatkan histogram pada diagram Pareto.
Gambarkan kurva kumulatif serta cantumkan nilai-nilai kumulatif di
sebelah kanan atas dari interval setiap item masalah.
Memutuskan untuk mengambil tindakan perbaikan atas penyebab utama
dari masalah yang sedang terjadi saat itu. Untuk mengetahui akar
penyebab dari suatu masalah, kita dapat menggunakan diagram sebab-
akibat atau bertanya mengapa berapa kali (konsep five whys).
Diagram Pareto terdiri dari dua jenis, yaitu:
Diagram Pareto mengenai fenomena. Diagram ini berkaitan dengan
hasil-hasil yang tidak diinginkan dan digunakan untuk mengetahui apa
masalah utama yang ada.
Diagram Pareto mengenai penyebab. Diagram ini berkaitan dengan
penyebab dalam proses dan dipergunakan untuk mengetahui penyebab
utama dari masalah yang ada.
(Gaspersz, 1998, p53-56)
62
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran