bab 1,2.doc

27
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penderita diabetes melitus (DM) harus memperhatikan kaki seserius wajahnya, serta mengendalikan kadar gula darah untuk mencegah terjadinya ulkus/gangren pada kaki. Sebab hasil penelitian menunjukkan, ketidaksensitifan kaki dan kadar gula yang tak terkendali berperan terhadap munculnya ulkus (luka) atau gangren (jaringan mati). Penelitian Dr dr Sarwono Waspadji SpPD KE (55) yang disusun menjadi disertasi berjudul "Telaah mengenai Hubungan Faktor Metabolik dan Respons Imun pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2: Kaitannya dengan Ulkus/ Gangren Diabetes". Selama ini orang terpaku pada pendapat bahwa kekebalan tubuh penderita diabetes turun sehingga mudah terkena gangren. Ternyata faktor respons imun selular yang menurun tak banyak berpengaruh terhadap terjadinya ulkus/gangren. Faktor yang berperan lebih besar selain yang disebut di atas adalah kadar albumin rendah dan hiperagregasi trombosit. Sementara faktor yang menghambat penyembuhan ulkus/gangren antara lain merokok, status gizi kurang, dan insensitivitas kaki. Maka menurut Sarwono, yang terutama harus diperhatikan adalah "hal-hal kecil" untuk mencegah agar tidak terjadi luka. Antara lain selalu memakai alas kaki, sepatu yang nyaman agar 1

Upload: berkat-ners

Post on 06-Nov-2015

228 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

BAB I

BAB 1PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penderita diabetes melitus (DM) harus memperhatikan kaki seserius wajahnya, serta mengendalikan kadar gula darah untuk mencegah terjadinya ulkus/gangren pada kaki. Sebab hasil penelitian menunjukkan, ketidaksensitifan kaki dan kadar gula yang tak terkendali berperan terhadap munculnya ulkus (luka) atau gangren (jaringan mati).

Penelitian Dr dr Sarwono Waspadji SpPD KE (55) yang disusun menjadi disertasi berjudul "Telaah mengenai Hubungan Faktor Metabolik dan Respons Imun pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2: Kaitannya dengan Ulkus/ Gangren Diabetes".

Selama ini orang terpaku pada pendapat bahwa kekebalan tubuh penderita diabetes turun sehingga mudah terkena gangren. Ternyata faktor respons imun selular yang menurun tak banyak berpengaruh terhadap terjadinya ulkus/gangren. Faktor yang berperan lebih besar selain yang disebut di atas adalah kadar albumin rendah dan hiperagregasi trombosit. Sementara faktor yang menghambat penyembuhan ulkus/gangren antara lain merokok, status gizi kurang, dan insensitivitas kaki.

Maka menurut Sarwono, yang terutama harus diperhatikan adalah "hal-hal kecil" untuk mencegah agar tidak terjadi luka. Antara lain selalu memakai alas kaki, sepatu yang nyaman agar aliran darah lancar, memperhatikan kebersihan sepatu bagian dalam, kalau ada luka atau lepuh harus segera disembuhkan.Jika hal ini tidak mendapat perhatian dan penanganan yang tepat, cepat, segera dan intensif, maka prevalensi penyakit ini akan terus meningkat serta resiko terkena penyakit Diabetes Mellitus akan semakin tinggi. Permasalahan yang sering timbul pada klien pada Diabetes Mellitus kasus keluarga adalah terjadinya ketidak mampuan mengontrol makanan dan pola hidup yang kurang baik. Diharapkan dengan di buatnya Asuhan Keperawatan keluarga resiko tinggi Diabetes Mellitus ini dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian karena Diabetes Mellitus dalam masyarakat khususnya dalam keluarga.1.2. Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum

Mahasiswa melaksanakan asuhan keperawatan pada Keluarga Ny. B dengan Diabetes Melitus di Desa Bukit Rawi RT. 3 Kabupaten Pulang Pisau.1.2.2. Tujuan Khusus

1.2.2.1.1. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Keluarga Ny. B dengan Diabetes Melitus di Desa Bukit Rawi RT. 4 Kabupaten Pulang Pisau.

1.2.2.1.2. Mampu merumuskan diagnosa asuhan keperawatan pada Keluarga Ny. B dengan Diabetes Melitus di Desa Bukit Rawi RT. 3 Kabupaten Pulang Pisau.

1.2.2.1.3. Mampu melaksanakan perencanaan asuhan keperawatan pada Keluarga Ny. B dengan Diabetes Melitus di Desa Bukit Rawi RT. 4 Kabupaten Pulang Pisau.

1.2.2.1.4. Mampu melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Keluarga Ny. B dengan Diabetes Melitus di Desa Bukit Rawi RT. 4 Kabupaten Pulang Pisau.

1.2.2.1.5. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada Keluarga Ny. B dengan Diabetes Melitus di Desa Bukit Rawi RT. 3 Kabupaten Pulang Pisau.1.3. Manfaat Penelitian1.3.1. Manfaat Teoritis

Laporan studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam peningkatan kualitas pelayanan asuhan keperawatan dengan masalah Diabetes Melitus.

1.3.2. Praktis1.3.2.1Bagi MahasiswaSebagai pengalaman dan menambah wawasan dalam menerapkan ilmu yang didapat selama masa perkuliahan, khususnya keperawatan keluarga.

1.3.2.2 InstitusiPendidikan

Menjadi sumber perpustakaan serta sebagai referensi dalam melaksanakan praktek kerja lapangan yang selanjutnya.

13.2.3 Keluarga

Diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat untuk memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penyakit Diabetes Mellitus, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 PengertianBanyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan beberapa pengertian keluarga.

1) Raisner (1980). Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek.

2) Logans (1979). Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan daribeberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.

3) Gillis (1983). Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu.

4) Duvall (1986). Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.

2.1.2 Tipe Keluarga Dan Ciri-Ciri Keluarga2.1.2.1 Tipe Keluarga

1. Tipe keluarga tradisional

1) The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat).

2) The dyad family, suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.

3) Keluarga usila, keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.

4) The childless, keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.

5) The Extended family, keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.

6) Single parent yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian).

7) Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari minggu atau libur saja.

8) Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.

9) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.

10) Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

11) Single adult living alone yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.2. Tipe keluarga non tradisional

1) The unmarried teenage mother, keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

2) The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.

3) Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang hidup serumah.

4) The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.

5) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.

6) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena alasan tertentu.

7) Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.

8) Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab membesarkan anak.

9) Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk waktu sementara.

10) Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.

11) Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

2.1.3 Ciri Keluarga2.1.3.1 Ciri-ciri keluarga

1) Diikat tali perkawinan

2) Ada hubungan darah

3) Ada ikatan batin

4) Tanggung jawab masing-masing

5) Ada penagmbil keputusan

6) Kerjasama

7) Interaksi

8) Tinggal dalam suatu rumah

2.1.3.2 Struktur keluarga:

1) Struktur peran keluarga, formal dan informal

2) Nilai/norma keluarga, norma yang diyakini oleh keluarga berhubungan dengan kesehatan

3) Pola komunikasi keluarga, bagaimana komunikasi orangtua-anak, ayah ibu, dan anggota lain

4) Struktur keluarga kemampuan mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk kesehatan

2.1.4 Fungsi KeluargaFriedman 1986 mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu:

2.1.4.1 Fungsi afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilanm elaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam memenuhi fungsi afektif adalah:

Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dang dukungan dari anggota yang lain maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat yang pada akhiranya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diliar keluarga atau masyarakat.

1) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.

2) Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tuan harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut.2.1.4.2 Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial (Friedman, 1986). Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan keluarga.

2.1.4.3 Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

2.1.4.4 Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya.

2.1.4.5 Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga yang sakit.

2.1.5 Peran Perawat KeluargaPerawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.

Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:

1) Pendidik Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar: Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.

2) Koordinator Koordinasi diperlaukan pada perawatan agar pelayanan komprehensive dapat dicapai. Koordinasi juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.

3) Pelaksana Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.

4) Pengawas kesehatan. Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan home visite yang teratur untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

5) Konsultan. Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, hubungan perawat dan klien harus terbina dengan baik, kemampuan perawat dalam menyampaikan informasi dan kialitas dari informasi yang disampaikan secara terbuka dan dapat dipercaya.

6) Kolaborasi. Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang optimal.

7) Fasilitator. Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.

8) Penemu kasus. Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyarakat sehingga menghindarkan dari ledakan kasus atau wabah.

9) Modifikasi lingkungan. Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.3.1Konsep Dasar Diabetes Mellitus3.1.1.Pengertian

3.1.1.1Menurut 1001 tentang diabetes, seluk beluk dan penanggulangannya, Nexx Media,inc.,Jakarta, 2005.

Diabetes mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar gula dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula sehingga mengganggu system kerja tubuh secara keseluruhan. Tubuh membutuhkan zat gula sebagai sumber energi. Diabetes terjadi karena adanya masalah dengan produksi hormone insulin oleh pancreas, baik hormone itu tidak diproduksi dalam jumlah yang benar, maupun tubuh tidak bisa menggunakan hormone insulin dengan benar. Diabetes tipe I disebabkan oleh rusaknya sel beta yang terletak di pancreas sehingga tubuh tidak lagi memproduksi hormone insulin. Kerusakan ini bias disebabkan oleh keturunan maupun kesalahan tubuh dalam membangun kekebalan. System kekebalan tubuh menyerang daerah dalam pancreas yang bernama pulau-pulau langerhans sehingga sel beta mengalami kerusakan (insulin dependent). Diabetes tipe II diakibatkan karena sel-sel tubuh tidak mampu merespon kerja insulin sebagaimana mestinya. Hal ini lebih mudah ditangani karena sebenarnya tubuh masih memproduksi insulin, sehingga dalam tahap tertentu, tubuh tidak memerlukan pasokan insulin dari luar (non insulin dependent).

3.1.1.2Menurut Morrison (2003:181)Ulkus diabetikum adalah suatu komplikasi yang umum terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus.3.1.1.3Menurut Marwalli (1998 :280)

Ulkus diabetik merupakan luka yang menembus epidermis sampai korium,biasanya disertai dengan nekrosis jaringan, bervariasi dalam bentuk serta dalam lukasebagai akibat dari peningkatan kadar glukosa dalam darah / Penyakit diabetesMellitus.

3.2Etiologi

Menurut Haznam (1991:68) ulkus diabetic dapat disebabkan karena :

a) Primer karena distribusi tekanan (pressure distribution)

b) Sekunder karena neuropatic diabetic, ditambah lagi berkurangnya aliran darah karena penyakit vascular dan infeksi.

Oleh karena itu ulkus berubah menjadi gangrene. Neuropati sensori menyebabkan hilangnya perasaan nyeri dan sensibilitas tekanan, sedangkan neuropati autonom menimbulkan peningkatan kekeringan dan pembentukan fisura pada kulit.3.3 Patofisiologi 3.3.1 Menurut 1001 tentang diabetes, seluk beluk dan penanggulangannya, Nexx Media,inc.,Jakarta, 2005.

Pada saat tubuh mengkonsumsi makanan/minuman yang mengandung banyak gula, mak darah akan dibanjiri oleh glukosa. Sel beta dalam pankreas kemudian akan terangsang untuk memproduksi insulin. Apabila kadar gula dalam darah telah mencapai titik dimana jumlahnya tidak lagi bisa ditangani oleh insulin, maka akan terjadi kelebihan kadar gula dalam tubuh. Jika insulin tidak ada atau tidak berfungsi, maka gula akan terus berada didalam darah. Jumlah gula dalam darah yang tidak dapat lagi diserap oleh ginjal akan keluar bersama urin. Oleh sebab itu urin seorang penderita diabetes akan mengandung zat gula, sehingga sering juga disebut kencing manis.3.3.2 Menurut Haznam (1991: 80)

Akibat dari gula yang tidak masuk kedalam sel untuk digunakan sebagai energi maka tubuh akan terasa lemah. Kadar glukosa yang tinggi akan mengakibatkan neuropati sensori sehingga menyebabkan hilangnya sensasi nyeri, dan sensitivitas tekanan. Rangkaian kejadian yang khas dalam proses timbulnya Luka diabetic pada kaki dimulai dari jaringan atau daerah yang kering atau pembentukan serabut halus. Kesembuhan luka pun lama karena sirkulasi eksternal bawah menurun akibat gangguan pada vascular perifer. Selain itu hiperglikemia akan menurunkan resistensi terhadap infeksi tertentu akibat kemampuan leukosit penghancur bakteri terganggu.3.3.3 Patway Defisiensi Insulin

glukagon

penurunan pemakaian

glukosa oleh sel

glukoneogenesis

hiperglikemia lemak protein

glycosuria ketogenesis BUN

Osmotic Diuresisketonemia Nitrogen urine Dehidrasi

Hemokonsentrasi4 Asidosis

Trombosis5 Aterosklerosis

3.4 Manifestasi klinik Moya Ju Morison (2003:181)a) Terjadinya pembentukan fisura antara jari-jari kaki atau daerah kulit yang kering. Gangguan saraf autonom mengakibatkan hilangnya sekresi kulit, sehingga kulit kering dan mudah mengalami luka yang sukar sembuh.

b) Terjadinya pembentukan kalus, dikarenakan beban yang diterima pada setiap inci persegi pada telapak kaki kira-kira puluhan kilogram akan merangsang pembentukan kalus. Paralisis otot kaki menyebabkan perubahan keseimbangan disendi kaki, perubahan berjalan dan akan menimbulkan titik tekan baru pada telapak kaki sehingga terjadi kalus ditempat itu.

c) Cidera tidak dirasakan oleh pasien karena kepekaan kakinya sudah menghilang, ganguan motorik menyebabkan mati rasa setempat dan hilangnya perlindungan terhadap trauma sehingga penderita mengalami cedera tanpa di sadari. Akibatnya kalus akan berubah menjadi ulkus yang bila disertai infeksi berkembang menjadi selulitis dan berakhir dengan gangren.

d) Pembengkakan, kemerahan akibat selulitis biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal yang menunujukkan adanya ulkus diabetic pada telapak kaki.

e) Pengeluaran nanah.

f) Terdapat jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh tiga factor yaitu:

1. Angiopati arteriol yang menyebabkan perfusi jaringan kaki kurang baik sehingga

mekanisme radang jadi tidak efektif.

2. Lingkungan gula darah yang subur untuk perkembangan bakteri pathogen.3. Karena terjadi pintas arteri-vena di subkutis yang terbuka, aliran nutrien akan

melampaui tempat infeksi kulit.3.5 Komplikasi

Menurut Haznam (1991) ada komplikasi yang turut mengakibatkan terjadinya infeksi kaki. Yaitu:

1) Neuropati

Neuropati sensoris menyebabkan hilangnya perasaan nyeri dan sensitibilitas tekanansedangkan neuropati autonom menimbulkan peningkatan kekeringan dan pembentukan fisurapada kulit.

2) Penyakit vasculer perifer

Situasi ektremitas bawah yang buruk akan turut menyebabkan lamanya kesembuhan luka danterjadi gangrene.

3) Penurunan daya imunitas

Hiperglikemia akan mengganggu kemampuan leukosit khusus yang berfungsi sebagaipenghancur bakteri. Dengan demikian, pada pasien diabetes yang tidak terkontrol akanterjadinya penurunan resistensi terhadap infeksi tertentu.3.6 Pemerikasaan Penunjang

Beberapa tes diagnostik pada klien dengan ulkus diabetikum :

a) Glukosa dalam darah meningkat 200 mg/dl atau lebih.

b) Haemoglobia ; hematokrit meningkat, leukosit meningkat, hemokonsentrasi meningkatmerupakan respon terhadap stress atau infeksi.

c) Kultur dan sensitivitas ; kemungkinan adanya infeksi pada luka.3.7 Penatalaksanaan medis

3.7.1 Penatalaksanaan jangka Pendek:

1) Debridement lokal : radikal jaringan sehat.2) Terapi antibiotic sistemik untuk memerangi infeksi, di ikuti tes sensitivitas antibiotik.3) Control diabetes untuk meningkatkan efisiensi system imun.4) Posisi tanpa bobot badan untuk ulkus plantaris 3.7.2 Penatalaksanaan Jangka Panjang.

1) Apabila ulkus meluas kedalam dermis atau jaringan yang lebih dalam maka pertimbangan penggunaan preparat enzimatik, misalnya : Varidase untuk mengencerkan pus dan menghancurkan krusta yang berlebihan ; atau balutan butiran yang mengandung povidon, misalnya : salep debrison. Balutan arang aktif misalnya actisorb plus atau pasta gula yang sangat bermanfaat untuk luka yang sangat bau.2) Apabila luka terbuka superficial : jika luka sangat terkontaminasi/pasien sangat lemah, pertimbangkan penggunaan agens anti mikroba topical yang dimasukkan kedalam balutan yang tidak menempel misal : inadine/krut plamazine.3.8 Manajemen Keperawatan

3.8.1. Pengkajian

3.8.1.1 Menurut Doengoes (1999 : 2017-2018)a. Aktivitas / Istirahat

Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

Tanda: penurunan kekuatan otot.

b. Sirkulasi

Gejala: ulkkus pada kaki, penyembuhan lama, kesemutan/kebas pada ekstremitas.

Tanda: kulit panas, kering dan kemerahan.

c. Integritas Ego

Gejala: tergantung pada orang lain.

Tanda: ansietas, peka rangsang.

d. Eleminasi

Gejala: perubahan pola berkemih (poliuria), nakturia

Tanda: urine encer, pucat kering, poliurine.

e. Makanan/cairan

Gejala: hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet, penurunanberat badan.

Tanda: kulit kering/bersisik, turgor jelek.

f. Nyeri/ kenyamanan

Gejala: nyeri pada luka ulkus

Tanda: wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat hati-hati.

g. Keamanan

Gejala: kulit kering, gatal, ulkus kulit.

Tanda: demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi

h. Penyuluhan / pembelajaran

Gejala: faktor risiko keluarga DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan yanglamba. Penggunaan obatseperti steroid, diuretik (tiazid) : diantin dan fenobarbital (dapatmeningkatkan kadar glukosa darah).

2.8.1.2. Pengkajian Ulkus menurut Moya Ju Morison (2003)Kulit sekitas ulkus : biasanya pergelangan kaki mengkilat, pigmentasi kulit sekitas ulkus ektema statis, kulit memucat karena atropi.

Karakteristik ulkus adalah kedalaman dan bentuknya, biasanya dangkal dengan pinggir rata, seringkali berbentuk bulat memanjang, nyeri hanya bila sangat terinfeksi dan tanda oedema perifer yang nyata.3.8.2Diagnosa Keperawatan Doengoes (1999:2021)1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik, berlebihan diare, mual, muntah, masukan dibatasi, kacau mental.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran : status hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.

3) Risiko tinggi terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.

4) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.

2.8.3. Intervensi Keperawatan Doengoes (1999)2.8.3.1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastric,berlebihan (diare, muntah) masukan dibatasi (mual, kacau mental).

Tujuan : Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.

Kriteria Hasil : - pasien menunjukan adanya perbaikan keseimbangan cairan, dengan kriteria; pengeluaran urine yang adekuat (batas normal), tanda-tanda vital stabil, tekanan nadi perifer jelas, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik dan membran mukosa lembab atau basah.Intervensi / Implementasi:1) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortestastik.

R: Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

2) Kaji pola napas dan bau napas.

R: Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang menghasilkankompensasi alkosis respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis.

3) Kaji suhu, warna dan kelembaban kulit.

R : Demam, menggigil, dan diaferesis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi.Demam dengan kulit yang kemerahan, kering, mungkin gambaran dari dehidrasi.

4) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.

R : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.2.8.3.2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran : status hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.

Tujuan: berat badan dapat menigkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

Kriteria Hasil: - pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyalahgunaan zat, penurunan jumlah intake ( diet pada status nutrisi).a) mendemonstrasikan perilaku, perubahan gaya hidup untuk meningkatkan danmempertahankan berat badan yang tepat. Intervensi / Implementasi :1) Timbang berat badan setiap hari sesuai indikasi

R : Mengetahui pemasukan makan yang adekuat.

2) Tentukan program diet dan pola makanan pasien dibandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.

R : Mengindentifikasi penyimpangan dari kebutuhan.

3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual,muntah, pertahankan puasa sesuai indikasi.

R : mempengaruhi pilihan intervensi.

4) Kolaborasi dalam pemberian insulin, pemeriksaan gula darah dan diet.

R : Sangat bermanfaat untuk mengendalikan kadar gula darah.

2.8.3.3 Risiko tinggi terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi.Kriteria Hasil: mengindentifikasi faktor-faktor risiko individu dan intervensi untuk mengurangi potensial infeksi.a) pertahankan lingkungan aseptik yang aman.Intervensi / Implementasi

1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan, adanyapus pada luka , sputum purulen, urin warna keruh dan berkabut.

R: pasien masuk mungkin dengan infeksi yang biasanya telah mencetus keadaanketosidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.

2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik, setiapkontak pada semua barang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien nya sendiri.

R: mencegah timbulnya infeksi nosokomial.

3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif (seperti pemasangan infus, kateterfolley, dsb).

R : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagipertumbuhan kuman.

4) Pasang kateter / lakukan perawatan perineal dengan baik.

R: Mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran kemih.

5) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh. Masase daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering dantetap kencang (tidak berkerut).

R: sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada penigkatan risiko terjadinya kerusakan pada kulit / iritasi dan infeksi.

6) Posisikan pasien pada posisi semi fowler.

R: memberikan kemudahan bagi paru untuk berkembang, menurunkan terjadinya risiko hipoventilasi.

7) Kolaborasi antibiotik sesuai indikasi.

R: penenganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.2.8.3.4 Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahankimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.

Tujuan: Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah

Kriteria Hasil : menyatakan mapu untuk beristirahat dan peningkatan tenaga.1) mampu menunjukan faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan.2) Menunjukan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktivitas.Intervensi / Implementasi:

1) Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas. Buat jadwal perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.

R: pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.

2) Berikan aktivitas alternatif denagn periode istirahat yang cukup / tanpa terganggu.

R: mencegah kelelahan yang berlebihan.

3) Pantau tanda-tanda vital sebelum atau sesudah melakukan aktivitas.

R: mengidentifikasi tingkat aktivitas yang ditoleransi secara fisiologi.

4) Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya.

R: dengan penghematan energi pasien dapat melakukan lebih banyak kegiatan.

2.8.4. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Carpenito, 1999:28)

Tujuan Pemulangan pada ulkus diabetic adalah :

a. Homeostatis dapat dipertahankan.

b. Faktor-faktor penyebab/pencetus dapat dikontrol atau dikoreksi.

c. Komplikasikasi dapat dicegah/diminimalkan.

d. Proses penyakit/prognosis, kebutuhan akan perawatan diri dan pengobatan dapat dipahami.

3

Resti Ggn Nutrisi

Kurang dari kebutuhan

Mual muntah

Kekurangan volume cairan

Koma

Kematian

Mikrovaskuler

Makrovaskuler

Ggn Integritas Kulit

Resiko Injury

Gagal Ginjal

Nefropati

Ggn. Penglihatan

Retinopati diabetik

Ginjal

Retina

Miokard Infark

Gangren

Stroke

Serebral

Jantung

Ekstremitas

PAGE 17