bab 12345.doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut WHO (World Health Organisation) melalui pemantauan ibu
meninggal di berbagai belahan dunia memperkirakan bahwa setiap tahun
jumlah 500.000 ibu meninggal disebabkan kehamilan, persalinan dan nifas
(Depkes, 2002). Salah satu tujuan pembangunan millenium (MDG) 2015
adalah perbaikan kesehatan maternal. Kematian Maternal dijadikan ukuran
keberhasilan terhadap pencapaian target MDG-5, adalah penurunan 75 %
rasio kematian maternal (Adriaansz. G. 2006). Di negara-negara sedang
berkembang frekuensi kematian dilaporkan berkisar antara 0,3% - 0,7 %,
sedangkan di negara – negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05 % -
0,1 % (informasi wadah organisasi islamiah, 2008).
Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan
karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian
masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2005).
Pecahnya ketuban terlalu dini merupakan resiko yang fatal bisa
menyabebkan kematian ibu dan anak,, menurut penelitian lebih dari 12 % ibu
yang melahirkan dengan kondisi ketuban pecah dini mengalami infeksi yang
1
beresiko kematian ibu dan anak, Dalam keadaan normal, selaput ketuban
pecah dalam proses persalinan.
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu, disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature. Dalam
keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD
preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada
kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur
sebanyak 30%.
Kasus KPD dapat meningkatkan resiko kematian pada ibu dan bayi
sehingga diperlukan salah satu cara alternative lain dengan mengeluarkan
hasil konsepsi melalui pembuatan sayatan pada dinding uterus melalui dinding
perut yang disebut Sectio Caesarea (Mochtar. R, 1998). Sectio caesarea adalah
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
dinding rahim. Ada tiga teknik sectio caesarea, yaitu transperitonealis,
corporal (klasik), dan ekstraperitoneal. Sectio caesar adalah lahirnya janin,
plasenta dan selaput ketuban melalui irisan yang dibuat pada dinding perut
dan Rahim.
Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah caesar,
yaitu adanya komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan bedah caesar 2
dengan frekuensi di atas 11%, antara lain cedera kandung kemih, cedera
rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus, dan infeksi yaitu
infeksi pada rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus, serta infeksi akibat
luka operasi.
Nyeri pasca opererasi merupakan efek samping yang harus diderita
oleh mereka yang pernah menjalani operasi, termasuk bedah Caesar. Nyeri
tersebut dapat disebabkan oleh perlekatan-perlekatan antar jaringan akibat
operasi. Nyeri tersebut hampir tidak mungkin di hilangkan 100%, ibu akan
mengalami nyeri atau gangguan terutama bila aktivitas berlebih atau
melakukan gerakan-gerakan kasar yang tiba-tiba. Sejak pasien sadar dalam 24
jam pertama rasa nyeri masih dirasakan didaerah operasi.
B. RUANG LINGKUP
Yang menjadi ruang lingkup penulisan ini adalah studi kasus dengan
Asuhan Kebidanan Post Sectio Caessarea pada Ny ”A” dengan nyeri luka post
operasi di RSUD Labuang Baji Makassar tanggal 13 Agustus 2015.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman nyata dan mampu melaksanakan asuhan
kebidanan post sectio caessarea pada Ny ”A” dengan nyeri luka post operasi 3
di Rsud Labuang Baji Makassar tanggal 13 Agustus 2015 dengan metode 7
Langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu :
1) Penulis mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh
pada pada Ny ”A” dengan nyeri luka post operasi
2) Penulis mampu menginterprestasikan data yang meliputi
diagnosa, masalah dan kebutuhan pada ibu nifas Ny “A” dengan
nyeri luka post operasi.
3) Penulis dapat menemukan diagnosa potensial yang dapat terjadi
pada ibu nifas Ny “A” dengan nyeri luka post operasi.
4) Penulis dapat menemukan dan melakukan tindakan segera pada
ibu nifas Ny “A” dengan nyeri luka post operasi.
5) Penulis dapat merencanakan tindakan menyeluruh sesuai dengan
kondisi pada ibu nifas Ny “A” dengan nyeri luka post operasi.
6) Penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang telah
diberikan pada Ny “A” dengan nyeri luka post operasi.
7) Penulis mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan kebidanan
pada Ny “A” dengan nyeri luka post operasi.
4
b. Penulis mampu menganalisa kesenjagan antara teori dan kasus nyata di
lapangan.
c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan masalah sesuai
dengan kebutuhan pasien.
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat penulisan di atas adalah:
1. Manfaat ilmiah
Merupakan kontribusi pemikiran penulis sebagai konsep penerapan ilmu
pengetahuan yang telah di peroleh khususnya tentang ibu nifas post sc.
2. Manfaat praktis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan
pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan asuhan kebidanan
dengan post sc.
3. Manfaat institusi
Sebagai masukan bagi institusi pendidikan dalam penerapan proses asuhan
kebidana pada kasus nyeri luka post operasi.
4. Manfaat mahasiswi
Menambah pengetahuan serta memperoleh pengalaman nyata dalam
melakukan asuhan kebidanan post sectio caessarea.
5
E. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan ini meliputi :
1. Studi kepustakaan
Penulis membaca dan mempelajari buku –buku yang berkaitan dengan
masalah yang diangkat yang digunakan sebagai dasar teori.
2. Studi kasus
Melaksanakan studi kasus ini pada Ny ”A” dengan menggunakan
pendekatan dan memecahkan masalah melalui asuhan kebidanan yang
meliputi: pengkajian, merumuskan diagnose/masalah aktual, dan masalah
potensial, perencanaan tindakan, implementasi evaluasi, dan dokumentasi.
Dalam memperoleh data yang akurat penulis menggunakan teknik :
a. Anamneses
Penulis melakukan tanya jawab pada pasien dan keluarga guna
memperoleh data yang diperlukan untuk memberikan asuhan kebidanan.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis untuk menjamin diperoleh
data yang lengkap dengan cara inspeksi, palpasi dan auskultasi terhadap
karakteristik luar, meliputi luka post operasi, kepala, telinga, TFU,
Kontraksi, lochia dan genetalia.
c. Pemeriksaan penunjang
6
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengetahui keadaaan ibu lebih
spesifik.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang, ruang lingkup, tujuan
penulisan, manfaat penelitian, metode penulisan dan sistematika
penulisan .
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka berisi tentang teori medis nifas meliputi:
pengertian nifas, periode nifas, perubahan masa nifas, kebutuhan dasar
masa nifas.Konsep dasar sectio caesarea yang terdiri dari pengertian,
macam-macam sectio caesarea, indikasi, tanda dan gejala, komplikasi,
penatalaksanaan , penanganan masalah ketuban pecah dini serta teori
managemen kebidanan yang meliputi pengertian dan proses
managemen menurut varney.
BAB III STUDI KASUS
Tinjauan kasus berisi tentang pengkajian, intepretasi data, diagnosa
potensial, tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
serta data perkembangan dengan SOAP.
7
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini kami akan membahas tentang kesenjangan antara teori
dan pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan yang di bahas secara
sistematis mulai dari pengkajian, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB V PENUTUP
Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan inti
pembahasan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas post sectio caesarea.
Saran merupakan alternatif pemecahan masalah dan tanggapan.
Kesimpulanyang berupa kesenjangan pemecahan masalah hendaknya
bersifat realistis dan operasional yang artinya saran itupun dapat
dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. MASA NIFAS
A. Pengertian Nifas
Nifas adalah masa post partum atau puerperium yaitu masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai
enam minggu berikutnya disertai dengan pulihnya kembali organ-organ
yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti
perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan saat melahirkan
(Suherni, 2007).
Masa Nifas adalah dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu berikutnya (Notoatmodjo, 2005).
Masa Nifas (puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk
kembalinya organ genetalia internal menjadi normal secara anatomi dan
fungsional yaitu sekitar 6 minggu (Manuaba, 2007).
B. Periode Nifas
Menurut Bahiyatun (2009 ), masa nifas dibagi menjadi 3 periode
yaitu:
9
1. Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal
ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
3. Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan
tahunan. (Prawirohardjo 2010)
C. Perubahan Masa Nifas
1) Uterus
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali kekondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram
(Pusdiknakes, 2003).
2) Bekas Implantasi Uri
Bagian implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan
menonjol ke dalam kavum uteri segmen setelah persalinan. Penonjolan
10
tersebut dengan diameter ±7.5 cm, sering disangka sebagai suatu
bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya
menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggutelah mencapai 2,4 mm
(Wiknjosastro, 2007).
3) Luka-luka pada jalan lahir
Seperti luka bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan
servik, umumnya bila tidak seberapa luka akan sembuh pueperium.
Kecuali bila infeksi (Wiknjosasto, 2007).
4) Rasa sakit
Rasa sakit atau disebut juga dengan after pains (meriang atau mules-
mules) disebabkan oleh kontraksi rahim dan berlangsung 2-4 hari
pasca persalinan .(Winkjosastro, 2007).
5) Lochea
Lochea adalah ekresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat
organisme berkembang lebih cepatdari pada kondisi asam yang ada
pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah
mensruasi meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda–
beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan
11
adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan karena proses involusi
(Suherni, dkk, 2008). Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri
atas 4 tahapan:
a) Lochea Rubra / Merah (Kruenta)
Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo, (rambut bayi ) dan meconium.
b) Lochea Sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan
berlendir.Berlangsung hari ke 4 sampai hari ke7 postpartum.
c) Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit dan dan robekan/laserasi plasenta. Muncul
pada hari ke 7 sampai hari ke 14 postpartum.
d) Lochea Alba / Putih
Mengandung leokosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender
servik dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa
berlangsung selama 2 sampai 6 minggu post partum. Lochea
rubra yang menetap pada awal periode post partum
menunjukkan adanya perdarahan postpartum sekunder yang 12
mungkin disebabkan tertinggalnya sisa /selaput plasenta.
Lochea serosa atau alba yang berlangsung bisa menandakan
adanya endometritis, terutama jika disertai demam, rasa sakit
atau nyeri tekan pada abdomen.
e) Lochia Purulenta
Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah seperti nanah berbau
busuk.
f) Lochiostatisis
Pengeluaran lochia tidak lancer.
6) Serviks : setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-
kadang terdapat perlukaan-perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi
lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat
dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
7) Ligamen-ligamen : ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang
pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jath
kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi
kendor. (Prawirohardjo, 2010)
13
II. SECTIO CAESARIA
A. Pengertian Seksio Ceasarea
Seksio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak
lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. Pembedahan caesarea yang
pertama dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1827. (Harry Oxorn dkk
2010, Hal 634).
Seksio sesaria yaitu suatu tindakan untuk melahirkan bayi melalui
tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim
yang disebabkan karena bayi tidak bisa lahir pervaginam. Jadi seksio
sesaria yaitu tindakan yang dilakukan untuk melahirkan bayi melalui
dinding perut dan dinding rahim dikarenakan bayi tidak bisa lahir dengan
persalinan pervaginam dengan syarat berat janin diatas 500 gram. Sectio
caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut, seksio sesaria juga dapat
juga didefinisikan sebagai sesuatu histerotomia untuk melahirkan janin
dari dalam rahim (Mochtar, 2013).
B. Tujuan Seksio
1. Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
2. Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan serviks uteri, jika
janin dilahirkan pervaginam.14
C. Indikasi Sectio Sesaria
Menurut Kasdu (2003) Indikasi pemberian tindakan Sectio
Caesarea antara lain:
1. Faktor janin
a. Bayi terlalu besar
Berat bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih (giant baby),
menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir, umumnya
pertumbuhan janin yang berlebihan (macrosomia) karena ibu
menderita kencing manis (diabetes mellitus). Apabila dibiarkan
terlalu lama di jalan lahir dapat membahayakan keselamatan
janinnya.
b. Kelainan letak janin
Ada 2 kelainan letak janin dalam rahim, yaitu letak
sungsang dan letak lintang. Letak sungsang yaitu letak memanjang
dengan kelainan dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub
bawah. Sedangkan letak lintang terjadi bila sumbu memanjang ibu
membentuk sudut tegak lurus dengan sumbu memanjang janin.
Oleh karena seringkali bahu terletak diatas PAP (Pintu Atas
Panggul), malposisi ini disebut juga prensentasi bahu.
15
c. Ancaman gawat janin (fetal disstres)
Keadaan janin yang gawat pada tahap persalinan,
memungkinkan untuk segera dilakukannya operasi. Apabila
ditambah dengan kondisi ibu yang kurang menguntungkan. Janin
pada saat belum lahir mendapat oksigen (O2) dari ibunya melalui
ari-ari dan tali pusat. Apabila terjadi gangguan pada ari-ari (akibat
ibu menderita tekanan darah tinggi atau kejang rahim), serta pada
tali pusat (akibat tali pusat terjepit antara tubuh bayi), maka suplai
oksigen (O2) yang disalurkan ke bayi akan berkurang pula.
Akibatnya janin akan tercekik karena kehabisan nafas. Kondisi ini
dapat menyebabkan janin mengalami kerusakan otak, bahkan tidak
jarang meninggal dalam rahim. Apabila proses persalinan sulit
dilakukan melalui vagina maka bedah casarea merupakan jalan
keluar satu-satunya.
d. Janin abnormal
Janin sakit atau abnormal, kerusakan genetik, dan hidrosepalus
(kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyababkan
memutuskan dilakukan tindakan operasi.
e. Faktor plasenta
Ada beberapa kelainan plasenta yang dapat menyebabkan
keadaan gawat darurat pada ibu atau janin sehingga harus 16
dilakukan persalinan dengan operasi yaitu Plasenta previa
(plasenta menutupi jalan lahir), Solutio Plasenta (plasenta lepas),
Plasenta accrete (plasenta menempel kuat pada dinding uterus),
Vasa previa (kelainan perkembangan plasenta).
f. Kelainan tali pusat
Berikut ini ada dua kelainan tali pusat yang biasa terjadi yaitu
prolapses tali pusat (tali pusat menumbung), dan terlilit tali pusat.
Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung) adalah keadaan
penyembuhan sebagian atau seluruh talipusat berada di depan atau
di samping bagian terbawah janin atau tali pusat sudah berada di
jalan lahir sebelum bayi. Dalam hal ini, persalinan harus segera
dilakukan sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada bayi,
misalnya sesak nafas karena kekurangan oksigen (O2). Terlilit tali
pusat atau terpelintir menyebabkan aliran oksigen dan nutrisi ke
janin tidak lancar. Jadi, posisi janin tidak dapat masuk ke jalan
lahir, sehingga mengganggu persalinan maka kemungkinan dokter
akan mengambil keputusan untuk melahirkan bayi melalui
tindakan Sectio Caesaerea.
g. Bayi kembar (multiple pregnancy)
Tidak selamanya bayi kembar dilakukan secara Caesarea.
Kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih 17
tinggi daripada kelahiran satu bayi. Bayi kembar dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan
melalui persalinan alami. Hal ini diakibatkan, janin kembar dan
cairan ketuban yang berlebihan membuat janin mengalami
kelainan letak. Oleh karena itu, pada kelahiran kembar dianjurkan
dilahirkan di rumah sakit karena kemungkinan sewaktu-waktu
dapat dilakukan tindakan operasi tanpa direncanakan. Meskipun
dalam keadaan tertentu, bisa saja bayi kembar lahir secara alami.
Faktor ibu menyebabkan ibu dilakukannya tindakan operasi,
misalnya panggul sempit atau abnormal, disfungsi kontraksi rahim,
riwayat kematian pre-natal, pernah mengalami trauma persalinan
dan tindakan sterilisasi. Berikut ini, faktor ibu yang menyebabkan
janin harus dilahirkan dengan operasi.
2. Faktor ibu
a. Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya pada usia sekitar
35 tahun memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi
perempuan dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya
seseorang memiliki penyakit yang beresiko, misalnya tekanan
darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis (diabetes melitus)
18
dan pre- eklamsia (kejang), Eklamsia (keracunan kehamilan) dapat
menyebabkan ibu kejang sehingga seringkali menyebabkan dokter
memutuskan persalinan dengan operasi caesarea.
b. Tulang panggul
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin dan
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
Kondisi tersebut membuat bayi susah keluar melalui jalan lahir.
c. Persalinan sebelumnya Caesar
Persalinan melalui bedah Caesarea tidak mempengaruhi
persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak.
d. Faktor hambatan panggul
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya adanya tumor
dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu
sulit bemafas. Gangguan jalan lahir ini bisa terjadi karena adanya
mioma atau tumor. Keadan ini menyebabkan persalinan terhambat
atau macet, yang biasa disebut distosia.
e. Kelainan kontraksi rahim
Jika kontraksi lahir lemah dan tidak terkoordinasi
(inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim
sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan, 19
menyebabkan kepala bayi tidak terdorong atau tidak dapat
melewati jalan lahir dengan lancar. Apabila keadaan tidak
memungkinkan, maka dokter biasanya akan melakukan operasi
Caesarea.
f. Ketuban pecah dini
Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat
menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini akan
membuat air ketuban merembes keluar sehingga tinggal sedikit
atau habis.
g. Rasa takut kehilangan
Pada umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara
alami akan mengalami rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai
rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat.
Kondisi tersebut sering menyebabkan seorang perempuan yang
akan melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas
menjalaninya. Sehingga untuk menghilangkan perasaan tersebut
seorang perempuan akan berfikir melahirkan melalui Caesarea.
20
D. Jenis-Jenis Seksio Sesarea
1. Segmen bawah : insisi melintang
Abdomen dibuka dan uterus disingkapkan. Lipatan vesi
couterina periteoneum (bladder flap) yang terletak dekat sambungan
segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat melintang,
lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-sama kandung
kemih dorong kebawah serta ditarik agar tidak menutupi lapangan
pandangan. Pada segmen bawah uterus dibuat insisi melintang yang
kecil, luka insisi ini dilebarkan kesamping dengan jari-jari tangan dan
berhenti didekat daerah pembuluh-pembuluh darah uterus. Kepala
janin yang pada sebagian besar kasus terletak dibalik insisi diekstraksi
atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya dan kemudian pasenta
serta selaput ketuban. Insisi melintang tersebut ditutup dengan jahitan
catgut bersambung 1 lapis atau 2 lapis. Lipatan vesikouterina
kemudian dijahit kembali pada dinding uterus sehingga seluruh luka
insisi terbungkus dan tertutup dari rongga peritoneum generalisata.
Abdomen ditutup lapis demi lapis.
2. Sekmen bawah: insisi membujur
Insisi membujur mempunyai keuntungan yaitu kalau perlu luka
insisi bisa di perlibar keatas. Pelebaran ini diperlukan kalau bayinya
besar, pembentuksn sekmen bawah jelek, ada malkosisi janin seperti 21
letak lintang atau kalau ada anomali janin seperti kehamilan
kembaryang menyatu (conjoined twins).
Salah satu kerugian yng utamanya adalah perdarahan dari tepi
sayatan yang lebih banyak karena terpotongnya otot. Sering juga luka
insiisi tanpa dikehendaki meluas kesegmen atas sehingg nilai
penutupan retropenitoneal yang lengkap akan hilang.
3. Sectio caesarea klasik
Insisi longitudinal di garis tengah di buat dengan skalpel
kedalam dinding anrerior uterus dan di lebarkan ke atas serta ke bawah
dengan gunting berujung tumpul di perlukan luka insisi lebar karena
bayi sering di lahirkan dengan bokong. Janin serta plasenta di
keluarkan dan uterus di tutup dengan jahitan 3 lapis.
4. Sectio ceasarea exrtaperitoneal
Pembedahan extraperitoneal di kerjakan untuk menghindari
perlunya histeriktomi pada kasus yang mengalami infeksi luas dengan
mencegah peritonitis generalisata yang sering bersifat fatal. Ada
beberapa metode sectio ceasarea extraperitoneal seperti metode
waters, latzkao dan norton.
Tehnik pada prosedur ini relatif sulit, sering tanpa sengaja masuk
ke dalam cavum peritoni, dan insidensi cedera vesika urinaria
meningkat. Perawatan prenatal yang lebih baik, penurunn insidensi 22
kasus yang terlantar, dan tersedianya darah serta antibiotik telah
mengrangi perlunya tehnik extraperitoneal.
5. Histeroktomi caesarea
Pembedahn ini merupakan sectio ceaserea yang dilanjutkan
dengan pengeluaran uterus. Akan tetapi, karena pembedahan sub total
lebih mudah dan dapat di kerjakan dengan cepat maka pembedahan
sub total dapat terjadi prosedur pilihan kalau terdapat perdarahan hebat
dab pasiennya syok, atau pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-
sebab lain. Tujuan pembedahan adalah menyelesaiakan secepat
mungkin. (Harry Oxorn dkk 2010).
E. Komplikasi
Menurut Wiknjosastro (2006), Kemungkinan yang timbul setelah
dilakukan operasi ini antara lain:
a. Infeksi puerperal (Nifas) :
1. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
2. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung.
3. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.
b. Perdarahan:
1. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
23
2. Perdarahan pada plasenta bed.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih
bila peritonealisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.
F. Pemeriksaan Diagnostik (Wiknjosastro, 2006)
a. Elektroensefalogram ( EEG ) :
Dipakai untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
b. Pemindaian CT :
Menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk
mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magneti resonance imaging ( MRI ) :
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetic dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah otak yang
tidak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
d. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) :
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam
otak.
24
e. Uji laboratorium
1. Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
2. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
3. Panel elektrolit Skrining toksik dari serum dan urin
4. GDA
a. Kadar kalsium darah
b. Kadar natrium darah
c. Kadar magnesium darah
d. Kadar natrium darah
e. Kadar magnesium darah
G. Penatalaksanaan Ibu Nifas Post Sectio Caesarea
Menurut Saifuddin (2002), penatalaksanaan ibu nifas post sectio
caesarea meliputi:
1. Manajemen post operatif
a. Pasien dibaringkan di dalam kamar pulih (kamar isolasi)
dengan pemantauan ketat tensi, nadi, nafas tiap 15 menit dalam
1 jam pertama, kemudian 30 menit dalam 1 jam berikut dan
selanjutnya.
b. Pasien tidur dengan muka ke samping dan yakinkan kepalanya
agak tengadah agar jalan nafas bebas.
25
c. Letakkan tangan yang tidak diinfus di samping badan agar
cairan infus dapat mengalir dengan lancar.
2. Mobilisasi/aktifitas
Pasien boleh menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya
sedikit 8 – 12 jam kemudian duduk, bila mampu pada 24 jam setelah
sectio caesarea pasien jalan, bahkan mandi sendiri pada hari kedua.
3. Perawatan luka
Perawatan luka pada ibu nifas post sectio caesarea adalah
merawat luka dengan cara mengganti balutan atau penutup yang sudah
kotor atau lama dengan penutup luka atau pembalut luka yang baru.
Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya luka infeksi serta
memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien. Persiapan alat dan
bahan yang dibutuhkan antara lain: bak instrumen, kassa, gunting,
plester, lidi waten, antiseptik (betadine), pinset anatomis dan chiurgis,
bengkok, perlak pengalas, sarung tangan steril, larutan NaCl untuk
membersihkan luka, salep antiseptik, tempat sampah, larutan klorin
0,5%. Langkah-langkah perawatan luka post sectio caesarea adalah:
1. Kapas perut harus dilihat pada 1 hari pasca bedah, bila basah dan
berdarah harus diganti. Umumnya kassa perut dapat diganti hari
ke 3 – 4 sebelum pulang dan seterusnya, pasien mengganti setiap
hari luka dapat diberikan betadine sedikit.26
2. Jahitan yang perlu dibuka dapat dilakukan pada 5 hari pasien
bedah.
4. Kateter/eliminasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak
enak pada penderita, menghalangi involasi uterus dan menyebabkan
pendarahan oleh karena itu dianjurkan pemasangan kateter seperti
dower cateter/balon kateter yang terpasang selama 24 sampai 48 jam,
kecuali penderita dapat kencing sendiri. Kateter dibuka 12 – 24 jam
pasca pembedahan.Bila terdapat hematuria maka pengangkatan dapat
ditunda (Saifuddin, 2002).
H. Nasihat Pasca Operasi
1. Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang dua tahun, dengan memakai
kontrasepsi.
2. Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik.
3. Dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit yang besar.
27
III. KETUBAN PECAH DINI
A. Pengertian Ketuban Pecah Dini
Ketubah Peceh Dini adalah pecahnya selaput ketuban secara
spontan pada saat sebelum inpartu atau selaput ketuban 1 jam kemudian
tidak diikuti tanda-tanda awal persalinan (tanpa melihat umur kehamilan).
Ketuban pecah dini atau spontaneous/prematur of membrane
(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu : yaitu pembukaan
pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
(Mochtar Rostam, 2006)
Air ketuban kurang atau dalam istilah kedokteran disebut
oligohidramnion dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti ketuban
pecah, kehamilan lewat waktu (post-date pregnancy, post-matur
pregnancy), pertumbuhan janin terhambat (gangguan perkembangan janin,
berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan), dan pada kehamilan
dengan cacat bawaan pada janin terutama kelainan ginjal (Mochtar
Rostam, 2006)
Pada awal kehamilan, air ketuban (amnionic fluid, cairan amnion)
dihasilkan oleh sel amnion dan merupakan hasil filtrasi dari plasma ibu
melalui selaput janin, tali pusat dan plasenta. Awal trimester kedua
sebagian besar berasal dari cairan ekstraseluler yang berdifusi melalui
kulit janin dan merefleksikan cairan plasma janin. Setelah kehamilan 20 28
minggu proses kornifikasi pada kulit janin mencegah proses difusi
sehingga cairan ketuban sebagian besar berasal dari urin janin, selain itu
juga dari cairan paru-paru janin. Ginjal janin mulai menghasilkan urin
pada usia kehamilan 12 minggu. Air ketuban juga mengandung sel-sel
janin yang mengalami deskuamasi, verniks, lanugo, dan hasil sekresi yang
lain (Mochtar Rostam, 2006)
Adanya air ketuban memungkinkan janin dapat bergerak dan
membantu perkembangan sistem otot rangka, membantu perkembangan
saluran pencernaan janin, sebagai sumber cairan dan makanan janin,
memberikan tekanan pada paru-paru janin sehingga berperan dalam
perkembangan paru-paru janin, melinduni janin dari trauma, mencegah
tali pusat tertekan, menjaga suhu janin dan melindungi janin dari infeksi.
Jumlah air ketuban bervariasi sesuai dengan usia kehamilan.
Secara umum pertambahan air ketuban 10 ml perminggu sampai usia
kehamilan 8 minggu dan meningkat sampai 60 ml perminggu pada usia
kehamilan 21 minggu, mulai berkurang secara bertahap pada usia
kehamilan 33 minggu.
Dampak air ketuban kurang tergantung pada penyebabnya. Bila
disebabkan karena ketuban pecah, dampak terhadap ibu dan janin
terutama adalah peningkatan risiko infeksi, yang dapat menyebabkan
29
kematian janin dalam rahim ataupun saat bayi baru dilahirkan (Mochtar
Rostam, 2006).
B. Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan pecahnya selaput ketuban adalah:
1. Koria amnionitis
Menyebabkan selaput ketuban menjadi rapuh.
2. Inkompetensi serviks
Kanalis servikalis yang selalu terbuka karena kelainan serviks uteri
(faktor konginetal, faktor aknisita dan faktor fisiologik).
3. Kelainan letak
Tidak ada bagian terendah janin yang menutup PAP, yang dapat
mngurangi tekanan terhadap selaput ketuban bagian bawah.
4. Trauma
Menyebabkan tekanan intra uterin mendadak meningkat, (Mochtar
Rostam, 2006)
C. Klinis / Diagnosis
Diagnosa harus didasarkan pada:
1. Anamnesa
a. Kapan keluarnya cairan
b. Warna
c. Bau30
d. Adanya partikel-partikel di dalam cairan
2. Inspeksi
3. Inspekulo
Bila fundus ditekan atau bagian terendah digoyangkan, keluar cairan
dan terkumpul di forniks posterior.
4. Periksa dalam
a. Adanya cairan dalam vagina
b. Selaput ketuban tidak ada.
5. Pemeriksaan laboratorium
Uji fern, respon netrasin terhadap cairan alkalin amniotik (lakmus
merah menjadi biru).
Bila dengan cara diatas ternyata selaput ketuban pecah, maka diambil
ketentuan sebagai berikut:
1. Saat selaput ketuban pecah ditentukan berdasarkan anamnesis
pasti tentang kapan pecahnya.
2. Kalau anamnesis tidak pasti, maka selaput ketuban pecah
anggaplah saat penderita MRS.
3. Kalau berdasarkan anamnesis pasti bahwa selaput ketuban sudah
pecah lebih dari 12 jam, maka setelah masuh kamar bersalin
(MKB) dievaluasi 2 jam. Bila setelah 2 jam tidak ada tanda-
31
tanda inpartu dilakukan terminasi kehamilan (induksi/sesksio
saesaria), (Winknjosastro, Hanifa. 2004)
D. Komplikasi
1. Infeksi intrauterin → Korioamnionitis
2. Tali pusat menumbung
3. Kompresi tali pusat
4. Kelahiran premature
5. Amniotik band syndroma yaitu kelainan bawaan akibat ketuban
pecah sejak hamil muda (Manuaba, Ida Bagus. 2006)
E. Pengaruh Ketuban Pecah Dini
1. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi
janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine lebih
dahulu terjadi.
2. Terhadap ibu
Karena jalan lahir sudah terbuka, maka dapat terjadi infeksi
intrapartial, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga
sering dijumpai infeksi puerperalis, perionitas dan septikema, serta
Dray Labor, ( Manuaba, Ida Bagus. 2006 )
32
F. Penatalaksanaan
1. KPD dengan kehamilan Aterm
a. Diberikan antibiotika (injeksi Ampicillin 1 gr/6 jam per IV,
tes dulu).
b. Observasi suhu rektal tiap 3 jam, bila suhu meningkat >
37,60C segera terminasi.
c. Bila suhu rektal tidak meningkat ditunggu 12 jam, bila belum
ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi.
2. KPD dengan kehamilan Preterm
a. Perkiraan berat badan janin > 1500 gr
b. Berikan antibiotika injeksi Ampicillin 1 gr/6 jam per IV, tes
dulu 2 hari dilanjutkan Amoxicillin 3 x 500 mg/hari per os
selama 3 hari.
c. Diberikan Kortikosteroid untuk merangsang maturasi paru
yaitu injeksi Deksametason 19 mg IV, 2x selama 24 jam atau
injeksi Betametason 12 mg IV 2x selama 24 jam.
d. Observasi 2 x 24 jam, bila belum inpartu segera terminasi.
e. Observasi suhu rektal tiap 3 jam, bila ada kecenderungan
meningkat 37,60C segera terminasi.
3. Perkiraan berat badan janin < 1500 gr33
a. Pemberian antibiotikan injeksi Ampicillin 1 gr/6 jam IV, tes dulu
selama 2 hari dilanjutkan Amxicillin 3 x 500 mg/hari per os
selama 3 hari.
b. Observasi 2 x 24 jam dan suhu rektal tiap 3 jam.
c. Bila suhu rektal meningkat > 37,60C segera terminasi.
d. Bila 2 x 24 jam air ketuban tidak keluar dilakukan USG
e. Bila jumlah air ketuban cukup, kehamilan dilanjutkan
(konservatif).
f. Bila air ketuban sedikit, segera terminasi.
g. Bila 2 x 24 jam, air ketuban masih tetap keluar segera terminasi.
(Manuaba, Ida Bagus. 2006).
34
BAB III
STUDI KASUS
No Register : 32 54 23
Tanggal Masuk : 12 agustus 2015 jam 23.15 wita
Tanggal Operasi : 12 agustus 2015 jam 01.30 wita
Tanggal Pengkajian : 13 agustus 2015 jam 15.00 wita
Tempat : RSUD Labuang Baji Makassar
LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR
1. IDENTITAS ISTRI DAN SUAMI
Nama : Ny “A” / Tn “A”
Umur : 29 Tahun / 32 tahun
Nikah : 1x
Suku : Bugis / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : JL.Andi Tonro I
35
2. DATA BIOLOGIS / FISIOLOGIS
a. Keluhan Utama : Ibu merasa terganggu pada perut daerah post operasi.
b. Riwayat Keluhan Utama
1) Ibu mengatakan melahirkan tanggal 12 agustus 2015, dan nyeri pada
abdomen dirasakan setelah operasi sampai saat pengkajian.
2) Ibu merasakan nyeri pada saat bergerak
3) Ibu mengatasi nyeri dengan berbaring dan mengurangi pergerakan
c. Faktor Penyebab : Nyeri dikarenakan luka sayatan pada abdomen dan
sudah di jahit
d. Lokasi keluhan : Abdomen
e. Sifat Keluhan : Menetap
f. Pengaruh terhadap klien : Mengganggu aktifitas
3. RIWAYAT KESAHATAN LALU DAN SEKARANG
a. Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, DM, Hipertensi, dan paru-
paru.
b. Ibu tidak ada riwayat penyakit keturunan menular.
c. Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan
d. Tidak ada riwayat ketergantungan obat-obatan, alkohol dan merokok.
36
4. RIWAYAT REPRODUKSI
Ibu tidak pernah operasi reproduksi sebelumnya.
5. RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG
a. Kala I : Ibu masuk dengan keluhan keluar air dari jalan lahir sejak 30
menit yang lalu dan di sertai pelepasan lendir. VT Pembukaan 1
cm ketuban (-). DJJ 170 x / menit. Kala I berlangsung 2 jam
b. Kala II : Bayi lahir secara Caesar tanggal 12 agustus 2015 jam 01.55
wita,dengan jenis kelamin Laki-laki, BBL : 3200 gram, PBL : 50
cm. Lamanya kala II berlangsung 25 menit yaitu jam 01.30-
02.00 wita.
c. Kala III : Plasenta lahir lengkap pada jam 02.00 wita. Lama kala III
berlangsung 5 menit
d. Kala IV : Keadaan umum ibu baik,TTV dalam batas normal, kontraksi
uterus baik, kandung kemih kosong.
6. RIWAYAT KB
Ibu belum pernah menjadi akseptor KB sebelumnya.
37
7. RIWAYAT PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MASA NIFAS
a. Nutrisi
a. Pola makan : 3x sehari dengan jenis makanan bubur.
b. Nafsu makan baik
c. Minum setiap merasa haus
b. Eliminasi
a. BAK : BAK melalui kateter dengan volume urine 1000 CC, warna
kuning muda, bau khas amoniak
b. BAB : Ibu belum BAB
c. Personal hygiene
a. Ibu sudah di waslap oleh petugas
b. Ganti pembalut setiap kali penuh.
d. Istirahat
Pola tidur belum teratur karena terganggu rasa nyeri bekas operasi dan
infus yang terpasang pada tangan bagian kanan ibu dan masih di kateter.
e. Mobilisasi
Ibu sudah bisa duduk dan belum bisa mandi sendiri,serta berjalan sendiri.
38
8. RIWAYAT PSIKOLOGIS EKONOMI DAN SPIRITUAL
a. Ibu dan keluarga senang dengan kelahiran bayinya.
b. Hubungan ibu dan keluarga harmonis.
c. Pengambilan keputusan adalah suami.
d. Seluruh biaya perawatan di tanggung suami.
e. Ibu dan keluarga rajin berdoa.
9. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum masih lemah.
2. Kesadaran kompesmentis.
3. Tanda- tanda vital :
TD : 120/70 mmHg.
N : 80 x/menit.
P :20 x/menit.
S :36,9 ⁰C
4. Kepala : Rambut tampak bersih,
5. Wajah : Tampak meringis, tidak terdapat oedema, konjungtiva merah
muda, skelara tidak ikhterus
6. Hidung : Tidak ada polip.
7. Telinga : Tidak ada serumen.
39
8. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis dan
kelenjar limfe.
9. Payudara : Putting menonjol,tidak ada nyeri tekan dan terdapat
colostrum saat putting di pencet.
10. Abdomen : Nampak linea nigra dan striae livide, tampak bekas operasi
tertutup kassa dan TFU 2 jari di bawah pusat serta kontraksi
perut baik teraba keras dan bundar.
11. Genetalia : Tampak pengeluaran lochia rubra, dan terpasang kateter tetap.
12. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas : Terpasang infus RL 28 tetes/menit terpasang
di tangan kanan.
b. Ekstremitas bawah : Tidak ada oedema dan Varices.
13. Pemeriksaan penunjang tanggal 12 agustus 2015
a. HB : 12 gr %.
LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL
Diagnosa : P1 A0. Post SC hari kedua dengan nyeri luka post operasi.
1. P1 A0 Post SC hari kedua
DS : Ibu melahirkan tanggal 12 agustus 2015 dengan SC.
DO : - Tanggal pengkajian tanggal 13 Agustus 2015.
40
- ASI Colostrum
- TFU 2 jari bawah pusat
- Nampak luka operasi tertutup kassa
Analisa Dan Interpretasi Data
a. Dari tanggal 12 Agustus sampai tanggal 13 Agustus di hitung post SC hari
kedua. Section caessarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada
dinding abdomen pasien (lapartomi) dan dinding uterus (historotomi ).
(Obstetric ginekologi UNHAS, 1999, )
b. Pengeluaran colostrum terjadi pada hari pertama sampai keempat masa
nifas, sehingga di diagnosa ibu post SC hari kedua dengan pengeluaran
colostrum masih ada. (Manuaba, Ida Bagus Gede, 2006, hal 357).
c. Involusio uteri berlangsung normal dengan penurunan 1 cm tiap hari. TFU
2 jari di bawah pusat menandakan hari kedua post partum. (Manuaba, Ida
Bagus Gede, 2006, hal 356).
2. Nyeri luka bekas operasi
DS : Ibu merasa nyeri pada daerah bekas operasi
DO : - Ibu Nampak meringis saat melakukan pergerakan
- Nampak luka bekas operasi tertutup kassa
- Nyeri tekan pada abdomen
41
Analisa Dan Interpretasi Data
Terputusnya continuitas jaringan akibat lapartomi pada dinding
abdomen dan histerotomi pada dinding uterus, maka aliran darah pada
jaringan tersebut akan terhambat sehingga merangsang munculnya bradikinin
yang menghantarkan reseptor nyeri ke hipotalamus kemudian nyeri di
hantarkan ke saraf perifer dan menimbulkan nyeri yang di ekspresikan dengan
wajah yang meringis saat bergerak sehingga di diagnosa nyeri pada daerah
post operasi.(Manuaba, Ida Bagus Gede, 2006, hal 358).
3. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Diri
DS : - ibu merasa nyeri saat bergerak
- Nyeri mengganggu aktifitas
DO : - Keadaan umum ibu lemah
- Terpasang infus dan Kateter
Analisa dan Interpretasi Data
a) Kekurangan waktu istirahat setelah operasi yang disebabkan oleh nyeri
menyebabkan kinerja tubuh berkurang yang ditandai dengan keadaan
ibu lemah.
b) Luka operasi yang menyebabkan distensi pembuluh darah dan saraf
disekitar abdomen menyebabkan nyeri, ibu kesulitan bergerak sehingga
di diagnosa sebagai gangguan kebutuhan pemenuhan diri. (Ilmu
kebidanan Sarwono , 2006, hal 348)42
c) Terpasangnya infus dan kateter menyebabkan ibu kesulitan bergerak
sehingga pemenuhan kebutuhan ibu terganggu. ((Ilmu kebidanan
Sarwono , 2006, hal 340)
LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL
Tidak ada data yang menunjang.
LANGKAH IV TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat obatan yaitu :
1. Ranitidine 1 ampul/IV/8 jam.
2. Ketorolak 1 ampul/IV/8 jam.
3. Asam tranexsamat 1 ampul/IV/8 jam.
4. Cefriaxone 1 gr/IV/8 jam
Pada jam 09.00 wita, 17.00 wita dan 01.00 wita.
LANGKAH V RENCANA TINDAKAN / INTERVENSI
Tujuan : 1. Post SC berlangsung normal.
2. Nyeri luka post operasi teratasi.
3. Ibu mampu memenuhi kebutuhan diri
Kriteria : 1. Ibu tidak merasakan nyeri lagi pada luka post operasi
2. Ekspresi wajah ceria
43
3. Keadaan umum baik ditandai dengan TTV dalam batas normal.
Tekanan darah : 90/60 mmHg – 130/90 mmHg.
Nadi : 60 – 100 x/ menit.
Pernafasan : 16 – 24 x/ menit.
Suhu : 36,5-36,7 ⁰C.
4. Involusio uteri berlangsung normal dengan penurunan 1 cm tiap
hari
5. Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas.
a) Lochia Rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochia Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
c) Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke 7-14 pasca persalinan.Lentang Lochia alba : cairan
putih, setelah 2 minggu.
6. Aktifitas ibu tidak terganggu
7. Ibu mampu memenuhi kebutuhan dirinya
44
Rencana Tindakan / Intervensi
1. Beri tahu ibu tentang kondisinya
Rasional : Agar ibu mengetahui tentang kondisinya.
2. Jelaskan pada ibu penyebab nyeri.
Rasional : Agar ibu mengetahui penyebab nyeri dan dapat beradaptasi dengan
nyeri yang di rasakan.
3. Ajarkan ibu teknik relaksasi
Rasional : Relaksasi dalam pengaturan nafas dapat menghilangkan
ketegangan dan rasa nyeri yang di rasakan. Dan retraksi adalah
kontraksi yang terjadi pada otot perut dan iga yang tertarik ke
dalam pada saat kita menarik nafas
4. Ajarkan tekhnik retraksi untuk mengatasi nyeri
Rasional : Dengan teknik retraksi akan membantu mengalihkan perhatian ibu
terhadap nyeri sehingga nyeri tidak dikeluhkan lagi oleh ibu
5. Obervasi TTV, TFU, kontraksi uterus dan pengeluaran lochia.
Rasional : - TTV Merupakan indikator untuk mengetahui keadaan umum ibu.
- TFU dan kontraksi uterus merupakan indikator untuk mengetahui
involusio uteri.
- Pengeluaran lochia indikator untuk menilai proses involusia uteri.
45
6. Anjurkan pada ibu tentang :
a. Mobilisasi secara bertahap
Rasional : Mobilisasi dapat mengurangi rasa nyeri dan mempercepat
proses penyembuhan.
b. Istirahat yang cukup.
Rasional : Istirahat yang cukup dapat membantu dan mempercepat proses
penyembuhan.
c. Mengkonsumsi makanan yang bergizi.
Rasional : Mengkonsumsi makanan yang bergizi terutama protein dapat
mempercepat proses penyumbuhan.
d. Menjaga personal hygiene.
Rasional : Mencegah berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi.
7. Anjurkan pada keluarga untuk membatu memenuhi kebutuhan ibu setiap hari
Rasional : untuk membantu ibu memenuhi kebutuhan dirinya
8. Penatalaksanaan pemberian obat obatan analgetik, antibiotic dan penetrasi
asam lambung
Rasional: Pemberian antibiotik untuk menghambat mikroorganisme pathogen
serta membantu mempercepat proses penyumbuhan, analgetik
untuk mengurangi rasa nyeri, dan penetrasi asam lambung untuk
membantu menetralisisr asam lambung.
9. Rencana Aff kateter.46
Rasional : Untuk mempermudah ibu melakukan mobilisasi.
LANGKAH VI IMPLEMENTASI
Tanggal 13 agustus 2015 jam 15.05 s/d 16.30 wita
1. Memberitahu ibu tentang kondisinya
Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
2. Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri akibat terputusnya continuitas jaringan
akibat laparatomi pada dinding abdomen dan histerotomi pada dinding uterus,
maka aliran darah pada jaringan tersebut akan terhambat dan menyebabkan
nyeri .
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan.
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan mengatur nafas sehingga
menghilangkan ketegangan dan rasa nyeri yang di rasakan.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannya
4. Menganjarkan ibu tekhnik retraksi untuk mengatasi nyeri yaitu dengan
melakukan aktifitas seperti membaca, menyusui bayinya, mendengarkan
music dan nonton tv
Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannya
5. Mengobservasi TTV, TFU, kontaksi uterus dan pengeluaran lochia .
Hasil : - Tanda – Tanda Vital
TD :110 /70 mmHg.
47
N : 84x / menit.
S : 36,6 ⁰C.
P : 20x / menit.
- TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik teraba keras dan
Bundar.
- Lochi rubra, warna merah tua
6. Menganjurkan pada ibu tentang :
a. Mobilisasi bertahap
Hasil : Ibu miring kiri dan kanan, duduk, berjalan serta menarik nafas
panjang saat nyeri.
b. Istrahat yang cukup
Hasil : Ibu mengerti dan akan melakukanya.
c. Mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan menu seimbang cukup
kalori, protein, mineral seperti sayur – sayuran, buah buahan, nasi, ikan,
dan susu
Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannya
d. Menjaga personal hygiene.
Hasil : Ibu mengerti dan akan menjaga kebersihanya.
7. Mengaanjurkan pada keluarga untuk membatu memenuhi kebutuhan ibu
setiap hari
Hasil : Keluarga mengerti dan telah melakukannya48
8. Pemberian obat-obatan anti biotik, analgetik dan penetrasi asam lambung
Hasil : - Ranitidine 1 ampul / IV /8 jam.
- Ketorolak 1 ampul / IV/ 8 jam.
- Asam tranexsamat 1 qmpul /IV/8 jam.
- Cefriaxone 1 gr/IV/8 jam
Pada jam 09.00 wita, 17.00 wita dan 01.00 wita.
9. Aff kateter
Hasil : Kateter telah di buka pada jam 16.05 wita
LANGKAH VII EVALUASI
Tanggal 13 agustus 2015 jam 16.30 wita
1. P1 A0 post SC hari kedua berlangsung normal
2. Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri
3. Ibu sudah mampu memenuhi kebutuhan diri
Ditandai dengan
a. Ibu tidak merasakan nyeri lagi pada luka post operasi
b. Ekspresi wajah ceria
c. TTV dalam batas normal
TD : 110/70 mmHg
N : 84 x/ menit.
P : 20 x/ menit.
49
S : 36,6⁰C
d. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar, TFU 2 jari dibawah
pusat
e. Pengeluaran lochia rubra dan tidak berbau.
50
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN POST SC HARI KE DUA
PADA NY ‘’A’’ DENGAN NYERI LUKA BEKAS OPERASI
DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
TANGGAL 13 AGUSTUS 2015
No. Register : 32 54 23
Tanggal masuk : 12 Agustus 2015 Jam 23.15 Wita.
Tanggal Operasi : 12 Agustus 2015 Jam 01.30 wita.
Tanggal pengkajian : 13 Agustus 2015 Jam 15.00 wita.
Tempat : RSUD Labuang Baji Makassar
IDENTITAS ISTRI/SUAMI
Nama : Ny “A” / Tn “A”
Umur : 29 Tahun / 32 tahun
Nikah : 1x
Suku : Bugis / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : JL.Andi Tonro I
51
DATA SUBJEKTIF (S)
1. Ibu melahirkan tanggal 12 agustus 2015.
2. Ibu merasakan nyeri pada bekas operasi
3. Nyeri yang dirasakan ibu menetap.
4. Ibu belum terlalu aktif dalam memenuhi kebutuhannya.
5. Ada pengeluaran darah dari jalan lahir.
DATA OBJEKTIF (O)
1. Keadaan umum baik.
2. Kesadaran kompesmentis.
3. Ekspresi wajah meringis saat bergerak.
4. Tanda- tanda vital :
TD : 120/70 mmHg.
N : 80 x/menit.
P :20 x/menit.
S :36,9 ⁰C.
5. Kepala : Rambut tampak bersih,
6. Wajah : Tampak meringis apabila bergerak, , tidak terdapat oedema
konjungtiva merah muda, skelara tidak ikhterus
7. Hidung : Tidak ada polip.
52
8. Telinga : Tidak ada serumen.
9. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis dan
kelenjar limfe.
10. Payudara : Putting menonjol,tidak ada nyeri tekan dan terdapat
colostrum saat putting di pencet.
11. Abdomen : Nampak linea nigra dan striae livide, tampak bekas operasi
tertutup kassa dan TFU 2 jari di bawah pusat serta kontraksi
perut baik teraba keras dan bundar.
12. Genetalia : Tampak pengeluaran lochia rubra, dan terpasang kateter tetap.
13. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas : Terpasang infus RL 28 tetes/menit terpasang
di tangan kanan.
b. Ekstremitas bawah : Tidak ada oedema dan Varices.
14. Pemeriksaan penunjang tanggal 12 agustus 2015
a. HB : 12 gr %.
ASSASMENT (A)
Diagnosa : P1 AO, Post SC hari ke II.
Masalah aktual : Nyeri luka bekas operasi.
PLANNING (P)53
Tanggal 13 Agustus 2015 jam 15.05 s/d 16.30 wita.
1. Memberitahu ibu tentang kondisinya
Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
2. Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri akibat terputusnya continuitas jaringan
akibat laparatomi pada dinding abdomen dan histerotomi pada dinding uterus,
maka aliran darah pada jaringan tersebut akan terhambat dan menyebabkan
nyeri .
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan.
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan mengatur nafas sehingga
menghilangkan ketegangan dan rasa nyeri yang di rasakan.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannya
4. Menganjarkan ibu tekhnik retraksi untuk mengatasi nyeri yaitu dengan
melakukan aktifitas seperti membaca, menyusui bayinya, mendengarkan
musik dan nonton tv
Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannya
5. Mengobservasi TTV, TFU, kontaksi uterus dan pengeluaran lochia .
Hasil : - Tanda – Tanda Vital
TD :110 /70 mmHg.
N : 84x / menit.
S : 36,6 ⁰C.
P : 20x / menit.54
- TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik teraba keras dan
Bundar.
- Lochi rubra, warna merah tua
6. Menganjurkan pada ibu tentang :
a. Mobilisasi bertahap
Hasil : Ibu miring kiri dan kanan, duduk, berjalan serta menarik nafas
panjang saat nyeri.
b. Istrahat yang cukup
Hasil : Ibu mengerti dan akan melakukanya.
c. Mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan menu seimbang cukup
kalori, protein, mineral seperti sayur – sayuran, buah buahan, nasi, ikan,
dan susu
Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannya
d. Menjaga personal hygiene.
Hasil : Ibu mengerti dan akan menjaga kebersihanya.
7. Mengaanjurkan pada keluarga untuk membatu memenuhi kebutuhan ibu
setiap hari
Hasil : Keluarga mengerti dan telah melakukannya
8. Pemberian obat-obatan anti biotik, analgetik dan penetrasi asam lambung
Hasil : - Ranitidine 1 ampul / IV /8 jam.
- Ketorolak 1 ampul / IV/ 8 jam.55
- Asam tranexsamat 1 qmpul /IV/8 jam.
- Cefriaxone 1 gr/IV/8 jam
Pada jam 09.00 wita, 17.00 wita dan 01.00 wita.
9. Aff kateter
Hasil : Kateter telah di buka pada jam 16.05 wita
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN POST SC HARI KE III
PADA NY ‘’A’’
56
( S O A P )
Tanggal Pengkajian : 14 Agustus 2015
Pukul : 09.30 wita
DATA SUBJEKTIF (S)
1. Ibu sudah ganti verban satu kali oleh perawat.
2. Ibu belum menyusui bayinya.
3. Ibu sudah dapat duduk dan berjalan.
4. Ada pengeluaran darah dari jalan lahir.
DATA OBJEKTIF (O)
1. Keadaan umum ibu baik.
2. Kesadaran komposimentis.
3. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg.
N : 78 x/menit.
P : 20 x/menit.
S : 36 ⁰C
4. Wajah : Ekspresi ceria, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikhterus
57
5. Payudara ibu teraba keras, ASI sudah banyak
6. Luka operasi tertutup kassa steril.
7. TFU 3 Jbpst, kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar.
8. Pengeluaran lochia rubra
9. Ekstremitas
Ekstremitas atas : Terpasang infus RL 28 tetes/menit terpasang
di tangan kanan.
Ekstremitas bawah : Tidak ada oedema dan Varices.
ASSASMENT (A)
1. Diagnosa : Post SC hari ke III.
2. Masalah potensial : Potensial terjadi infeksi pada luka bekas operasi.
PLANNING (P)
Tanggal 14 Agustus 2015 jam 09.30 s/d 12.30 wita
1. Menganjurkan ibu memberikan ASI ekslusif secara on demand
Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannnya.
2. Mengajarkan ibu tehnik menyusui dengan benar dan cara melakukan
perawatan payudara
Hasil : ibu mengerti dan telah mampu menyusui dengan benar
3. Mengingatkan pada ibu tentang :
58
b. Istrahat yang cukup
Hasil : Ibu mengerti dan akan melakukanya.
c. Mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan menu seimbang cukup
kalori, protein, mineral seperti sayur – sayuran, buah buahan, nasi, ikan,
dan susu
Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannya
d. Menjaga personal hygiene.
Hasil : Ibu mengerti dan akan menjaga kebersihanya.
4. Memberikan konseling alat kontrasepsi untuk mengatur jarak kehamilan.
Hasil : ibu bersedia ber kb.
5. Penatalaksaan aff infuse
Hasil : aff infuse dilakukan pada jam 09.44 wita.
6. Penatalaksanaan pemberian obat-obatan per oral : Cefadroxil 3x1, Asam
Mefenamat 3x1, dan SF 1x1.
Hasil : Obat telah diberikan.
7. Mengobservasi TTV, TFU, kontaksi uterus dan pengeluaran lochia.
Hasil : TTV
TD :120 /70 mmHg.
N : 80x / menit.
S : 36,1⁰C.
P : 18 x / menit.59
- TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik teraba keras dan
bundar.
- Lochi rubra, warna merah tua
8. Mengobservasi tanda- tanda infeksi pada luka bekas operasi.
Hasil : Tidak ada tanda- tanda infeksi seperti dolor, kolor, tumor, rubor dan
fungsio laesa
BAB IV
PEMBAHASAN
60
Pada bab ini akan dibahas kesenjangan antara teori dan hasil tinjauan kasus
Ny “A” dengan post sc di RSUD Labuang Baji Makassar pada tanggal 13-14
Agustus 2015. Berdasarkan proses pikir manajemen kebidanan dapat
dikembangkan sesenjangan tersebut sesuai langkah proses manajemen sebagai
berikut.
Langkah I. Identifikasi Data Dasar
Kami tidak menemukan hambatan yang berat, karena pada saat
pengumpulan data baik klien maupun keluarga serta bidan yang berada dalam
ruangan dapat memberi informasi secara terbuka sehingga memudahkan untuk
memperoleh data yang diinginkan sesuai dengan masalah yang diangkat. Data
yang diambil dilakukan secara terfokus yang meliputi nyeri yang dirasakan ibu,
luka operasi, TTV, TFU, kontraksi uterus dan pengeluaran lochia serta tanda-
tanda infeksi.
Langkah II Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual
Berdasarkan data yang diperoleh, diagnosa masalah aktual yang ada pada
Ny “A” adalah Bayi Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan. Yang dimana sesuai
dengan konsep teori bahwa bayi cukup bulan (BCB) adalah bayi yang lahir 37 –
42 minggu maka hal ini sesuai dengan data yang ada yaitu dari tanggal HPHT 15
61
November2014 sampai bayi dilahirkan yaitu pada tanggal 12 Agustus 2015
ges4tasinya adalah 37 Minggu 4 hari.
Menurut teori bayi yang lahir diatas usia kehamilan diatas 37 minggu
dengan berat badan diatas 2500 gram adalah bayi lahir normal, dimana berat
badan ini sesuai berat badan seharusnya untuk usia kehamilan (2500 – 4000
gram) yang disebut juga sesuai masa kehamilan (SMK). Hal ini memang dialami
oleh bayi yang dikaji sehingga terdapat kesesuaian antara teori dengan fakta yang
ada.
Langkah III Identifikasi Diagnosa /Masalah Potensial
Adapun masalah potensial yang kami dapat identifikasikan pada kasus ini
adalah:
Potensi terjadinya infeksi pada luka post operasi pada hari ketiga,
berdasarkan teori bahwa luka post operasi rentang terhadap infeksi, ditunjang
dengan adanya luka post operasi masih basah yang merupakan media tempat
masuk dan berkembangbiaknya mikroorganisme. Potensi terjadinya infeksi pada
luka operasi mengacu juga pada teori dan data yang ada dalam menegakan
masalah yang mungkin muncul, sehingga pada tahap ini tidak ditemukan adanya
kesengajaan antara masalah potensial yang diangkat.
Langkah IV. Melaksanakan Tindakan Segera / Kolaborasi
62
Menurut teori dikatakan pada hari kedua perawatan ibu nifas post operasi
dilakukan tindakan kolaborasi pemberian obat obatan anti biotik, analgetik, dan
penetrasi asam lambung untuk membantu dan menghindarkan ibu dari infeksi
dan proses penyembuhan luka.
Langkah V Rencana Asuhan Kebidanan / Intervensi
Keadaan ibu masih lemah dan terganggu dengan nyeri perut daerah post
operasi, sehingga mengajarkan tekhnik relaksasi, retraksi, dan mobilisasi
diharapkan ibu dapat beradaptasi dengan nyeri, anjurkan kepada ibu untuk
banyak mengkomsumsi sayur-sayuran, buah–buahan, ikan , telur dan susu untuk
mempercepat proses penyembuhan, observasi TTV, TFU, kontraksi uterus dan
pengeluaran lochia untuk mengetahui keadaan umum ibu dan proses involusio
uteri serta penatalaksanaan pemberian obat – obatan analgetik, antibiotic dan
penetrasi asam lambung.
Dari penatalaksanan pada ibu nifas post operasi menurut teori yang telah
dikemukakan tadi pada kenyataanya memang direncanakan, sehingga terdapat
kesesuaian antara perencanaan tindakan dengan yang seharusnya menurut teori.
Langkah VI. Implementasi / Pelaksanaan Tindakan63
Berdasarkan teori bahwa penanganan ibu nifas post operasi tetap disertai
tindakan, dimana perencanaan dan tindakan yang seharusnya dilakukan adalah
pengawasan keadaan umum, pengawasan nutrisi, istirahat, dan memberitahukan
ibu manfaat ASI dan memberikan saran –saran kepada ibu seperti rajin menyusui
bayinya, sehingga kebutuhan bayi dapat terpenuhi, semua penanganan menurut
teori ini ternyata dilaksankan pada penanganan kasus sehingga ada kesesuaian
antara fakta antara fakta yang seharusnya.
Pencegahan infeksi juga perlu dilakukan menurut teori Karena luka daerah
post operasi sangat rentang terhadap infeksi yaitu merawat luka post operasi
dengan membersihkan memakai kasa alcohol dan dengan kasa steril , mengawasi
tanda –tanda infeksi dan tanda- tanda vital dengan frekuensi tertentu.Seluruh
penanganan tersebut juga dilakukan pada kasus ini sehingga tidak ditemukan
kesenjangan antara fakta yang didapatkan dengan teori yang dikemukakan.
Langkah VII Evaluasi Asuhan Kebidanan
Berdasarkan teori bahwa setelah dilakukan pelaksanaan tindakan maka
seharusnya ibu dalam masa nifas post operasi dapat beradaptasi dengan nyeri
yang ditimbulkan pada daerah post operasi, ibu mampu memnuhi kebutuhan diri
dan hal ini dapat tercapai setelah penanganan selama 2 hari pada ibu sehingga
terdapat kesesuaian antara teori dengan kenyataan yang ada.
64
Sedangkan kemungkinan masalah potensial infeksi pada luka vekas
operasi yang menurut teori setelah dilakukan penanganan dapat dicegah dan
tidak terjadi jika ditandai dengan : tidak ada tanda- tanda infeksi seperti merah,
bengkak, panas, dan bernanah. Tanda- Tanda Vital dalam batas normal dimana
ada fakta yang didapatkan kesesuaian dengan teori sebab kami dapat mencegah
terjadinya infeksi pada daerah luka post operasi setelah penanganan sampai hari
ketiga dengan tidak ditemukannya tanda- tanda infeksi dan tanda- tanda vital
bayi juga dalam batas normal yaitu TD : TD :120 /70 mmHg, N : 80x / menit, S :
36,1⁰C, P : 18 x / menit.
65
BAB V
PENUTUP
Pada asuhan kebidanan nifas patologi pada Ny. A P1AO usia 29 tahun partus
aterm dengan secsio caesaria atas indikasi ketuban pecah dini dengan pembukaan
serviks 1 cm dapat menjelaskan kesimpulan dan memberikan beberapa saran antara
lain:
A. Kesimpulan
Pengkajian pertama pada tanggal 13 Agustus 2015 setelah dilakukan
pengkajian data, baik data subkjektif, maupun data objektif, interpretasi data,
diagnose potensial, perencanaan, implementasi, dan evaluasi didapat maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hari pertama pengkajian ditemukan
diagnose Ny.” A” PIAO partus aterm dengan secsio caesaria atas indikasi
ketuban pecah dini dengan pembukaan serviks 1 cm.
Pengkajian selanjutnya pada tanggal 14 Agustus 2015 setelah dilakukan
pengkajian data, baik data subkjektif maupun data objektif, interpretasi data,
diagnose potensial, perencanaan, implementasi, dan evaluasi didapatkan maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hari ketiga pengkajian Ny. A didapatkan
ibu sudah tidak memiliki keluhan.
66
B. Saran
a. Untuk Rumah Sakit
Rumah sakit lebih meningkatkan pelayanan sehingga dapat
memberikan pelayanan yang lebih komperhensif.
b. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang profesional sebiaknya selalu mengikuti ilmu-
ilmu kesehatan yang termutakhir melalui studi dan pelatihan sehingga menjadi
tenaga kesehatan profesioenal yang lebih kompeten dalam memberikan
pelayanan yang profesional.
c. Untuk Institusi
Pembimbing institusi lebih meningkatkan lagi dalam memberikan
bimbingan agar mahasiswa lebih terampil dalam memberikan asuhan.
d. Untuk Masyarakat
Ibu hamil dan keluarga sebaiknya sedapat mungkin lebih sering kontak
dengan tenaga keshatan guna memperoleh informasi kesehatan yang
bermanfaat agar tanda bahaya dalam kehamilan dapat segera dideteksi
sehingga angka kejadian komplikasi bagi Ibu dan Bayi dapat diminamalisir
demi tercapainya status kesehatan yang baik bagi Ibu dan Bayi pada masa
kehamilan, nifas, dan menyusui.
67
e. Untuk Mahasiswa
Sebagai calon tenaga kesehatan profesional, mahasiswa hendaknya
dapat mengambil pembelajaran dari studi kasus yang telah dilakukan untuk
dijadikan sebagai bekal ilmu yang bermanfaat dalam memberikan asuhan
nantinya di masyarakat.
68