bab 1 fix

Upload: yulia-dewi-asmariati

Post on 10-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jshdjksadkj

TRANSCRIPT

2

I.PENDAHULUANA. Latar BelakangTuberkulosis paru sampai saat ini masih menjadi masalah utama di kesahatan masyarakat dan secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).Diperkirakan hampir 10 tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah penderita tuberkulosis (TB). kemudian turun ke peringkat ke-4 dan masuk dalam milestone atau pencapaian kinerja 1 tahun Kementerian Kesehatan. Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2009 menyatakan jumlah penderita Tuberkulosis di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi tiga di dunia setelah India dan Cina menurut dari laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia mulai menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia. Menurut Global Report WHO 2010, yang di dapat data TB Indonesia, Total seluruh kasus TB tahun 2009 sebanyak 294,731 kasus, dimana 169,213 adalah kasus TB baru BTA positif, 108,616 adalah kasus TB BTA negatif, 11,215 adalah kasus TB Extra Paru, 3,709 adalah kasus TB Kambuh, dan 1,978 adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh (retreatment, excl relaps). Sementara itu, untuk keberhasilan pengobatan dari tahun 2003 sampai tahun 2008 (dalam %), tahun 2003 (87%), tahun 2004 (90%), tahun 2005 sampai 2008 semuanya sama (91%). (sumber WHO Global Tuberculosis Control 2010).Di Indonesia insiden penyakit TBC ini dilaporkan meningkat secara drastis. Jumlah penderita TBC dari tahun ke tahun terus meningkat, sering dengan munculnya endemik HIV/AIDS yang sangat hubungan baik di dunia maupun di Indonesia pada khususnya. Saat ini setiap menit muncul satu dari penderita baru TBC dan setiap dua menit muncul penderita baru TBC yang menular. (depkes, RI,2009)Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 2001 etimasi prevalensi angka kesakitan di Indonesia sebesar 8 per 1000 penduduk berdasarkan gejala tanpa pemeriksaan laboraturium sehingga TBC sebagai penyebab kematian. (Depkes, RI.,2009 )Hasil penelitian Part di Nepal (2009) mayoritas MDR TB (74%) adalah perokok. TB pada perokok lebih menular dari pada penderita yang tidak merokok. Angka kematian TB akan lebih tinggi pada perokok di bandingkan dengan bukan perokok (alvian, 2009) Tahitu (2006) kegagalan pengobatan TB disebabkan oleh kebiasaan pasien meminum obat, bahwa pasien yang tidak patuh meminum obat akan beresiko 41,8 kali mengalami kegagalan konversi BTA (+) dibandingkan dengan responden yang patuh minum obat. Resistensi terhadap OAT disebabkan pasien tidak meminum obat secara teratur selama periode waktu yang ditentukan sehingga dapat mempengaruhi dalam upaya penyembuhan.(Aditama Dalam Setyowati, 2011)Menurut Depkes, RI, (2012) penanggulangan TB Paru dengan strategi DOTS diharapkan dapat memberi angka kesembuhan yang tinggi 85% dari penderita TB Paru positif. Pengobatan TB Paru harus dilakukan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, tidak boleh menggunakan obat tunggal. Dosis obat nya harus diberikan dalam jumlah yang cukup dan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan untuk menghindari kuman TB berkembang menjadi resisten terhadap obat. Kecamatan teluk betung barat mempunyai kepadatan penduduk cukup tinggi, daerah pemukiman cukup rapat dibandingkan dengan kecamatan lain di kota Bandar Lampung. Jumlah penderita TB paru sebanyak 51 kasus dari data dinas kesehatan kota Bandar Lampung. (Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2012)Dinas kesehatan kota Bandar Lampung, melaporkan adanya 36 kecamatan yang terkena penyakit TB paru. Kecamatan panjang merupakan kasus TB paling banyak sebanyak 91 kasus sedangkan di teluk betung barat terdapat penyakit TB sebanyak 51 kasus. (Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2012)Keberhasilan pengobatan TB paru sangat ditentukan oleh adanya keteraturan minum OAT. Hal ini dapat dicapai dengan adanya PMO yang memantau dan mengingatkan penderita TB paru untuk meminum obat secara teratur. Keberadaan PMO sangat penting untuk mendampingi penderita agar dicapai hasil yang optimal (depkes,2000)Menurut Hapsari (2010), pasien yang memiliki kionerja PMO baik akan memiliki kemungkinan untuk teratur berobat 5,23 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang memiliki kinerja PMO buruk.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat penderita TB paru BTA positif adalah faktor PMO dan faktor penyuluhan kesehatan oleh petugas kesehatan mempunyai hubungan bermakna secara statis (p