iut bab 1 agung fix

Upload: agung-dwi-prasetiyo

Post on 30-Oct-2015

144 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ilmu ukur tambang ok

TRANSCRIPT

BAB I

PENGENALAN ALAT`1.1. TUJUAN

Pengenalan alat-alat praktikum Ilmu Ukur Tambang ini bertujuan agar praktikan dapat mengenal berbagai jenis alat-alat ukur tambang, mengetahui fungsi, komponen dan cara kerja alat tersebut dalam pengukuran dan pemetaan tambang.

1.2. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Kegiatan pengenalan alat-alat praktikum (briefing) Ilmu Ukur Tambang dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Senin / 15 April 2013Waktu: 14.00 WITA

Tempat Pelaksanaan: Laboratorium Ilmu Ukur Tambang, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

1.3. DASAR TEORI

Survey atau pengukuran tambang digunakan pada pengukuran bawah tanah (underground) yang meliputi banyak keistimewaan yang tidak dijumpai pada pengukuran di permukaan (surface). Kegelapan, kelembapan, aliran air, daerah yang kasar dan tidak rata, daerah penglihatan yang terbatas dan memerlukan penglihatan yang lama dalam membidik sasaran, adanya berbagai pengaruh magnetic (rel, muck sheets, magnetic bijih) adalah diantara masalah masalah yang dihadapi dalam pengukuran tambang bagi surveyor. Tambahan kesulitan kesulitan membutuhkan pengerjaan dengan ketelitian ketika pergerakan biasa dari garis lintang (polygon). Pada waktu poligon poligon terbuka adalah garis bawah tanah dan mengingat semua sirkuit dekat dengan permukaan maka surveyor harus melakukan pencegahan khusus untuk menghindari kesalahan kesalahan awal yang tidak diduga.

Land Surveying atau lebih dikenal dengan ilmu ukur tanah merupakan bagian ilmu geodesi, yaitu ilmu yang mempelajari posisi titik, area atau wilayah pada, di atas dan di bawah permukaan bumi dengan cakupan wilayah maksimal 37 Km x 37 Km dengan kondisi rupa bumi dianggap datar. Salah satu jenis pekerjaan pengukuran Land Surveying adalah Survey terestrial. Survey terestrial merupakan pekerjaan pengukuran yang dilakukan di atas permukaan bumi dengan tujuan untuk mengambil data-data ukuran jarak, arah, sudut dan ketinggian yang nantinya akan dijadikan dasar pembuatan Peta Terestris. Salah satu aplikasi survey terestrial adalah pengukuran tata batas kawasan hutan. Dalam suatu pekerjaan pengukuran tentunya tidak terlepas dari kebutuhan peralatan pengukuran itu sendiri disamping persiapan-persiapan teknis dan non teknis lainnya. Alat ukur utama dalam pekerjaan pengukuran tata batas hutan adalah Theodolit jenis T0. Selama berpuluh-puluh tahun Departemen Kehutanan menjadikan theodolit T0 sebagai alat utama dalam sebuah pengukuran tata batas hutan. Berdasarkan aspek ketelitian theodolit T0 termasuk dalam kategori alat tidak teliti. Alat ukur theodolit telah mengalami perkembangan dan perubahan yang cepat seiring dengan tuntutan kebutuhan dari masing-masing pengguna. Perkembangan teknologi alat theodolit setelah theodolit tipe T0 yaitu muncul theodolit tipe T1 (agak teliti), tipe T2 (teliti), tipe T3 (teliti sekali) dan tipe T4 (sangat teliti). Theodolit tipe T0 mempunyai ketelitian bacaan sudut 1 (satu menit) dan ketelitian bacaan jarak 1 cm, sedangkan theodolit tipe T4 mempunyai ketelitian bacaan sudut 0,1 (Nol koma satu detik) dengan ketelitian bacaan jarak 0,1 mm (nol koma satu milimeter) (Haryanto, 2005).Perkembangan terakhir dari theodolit yaitu munculnya generasi Total Station dan Smart Station. Total Station merupakan teknologi alat yang menggabungkan secara elektornik antara teknologi theodolit dengan teknologi EDM (electronic distance measurement). EDM merupakan alat ukur jarak elektronik yang menggunakan gelombang elektromagnetik sinar infra merah sebagai gelombang pembawa sinyal pengukuran dan dibantu dengan sebuah reflektor berupa prisma sebagai target (alat pemantul sinar infra merah agar kembali ke EDM). Sedangkan Smart Station merupakan penggabungan Total Station dengan GPS Geodetic. Pengukuran (survey) adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat memberikan nilai panjang, tinggi dan arahrelatif dari sebuah obyek ke obyek lainnya. Hasil penelitian geodesi dipakai sebagai dasarreferensi pengukuran,kemudian hasil pengolahan datapengukuran adalah dasar dari pembuatan peta (Silaban, 2007).Untuk melakukan sebuah pengukuran diperlukan perencanaan dan persiapan terlebih dahulu agar hasil yang diperoleh dapat digunakan secara efektif dengan waktu, biaya dan tenaga pengukuran yang efisien.

Kegiatan pengukuran (survey) dilakukan dalam proses tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Eksplorasi.

2. Studi Geoteknik dan Geohidrologi/hidrologi.

3. Studi Kelayakan.

4. Perencanaan Tambang.

5. Penambangan (Produksi Pengolahan Pemurnian )- Eksploitasi

6. Pengangkutan dan Penjualan

7. Penutupan tambang.

Pada setiap tahap tersebut, peranan tenaga survey dan pemetaan sangat diperlukan, khususnya dalam tahap Eksplorasi dan Eksploitasi.Dalam tahapan eksplorasi, peran tenaga survey dan pemetaan antara lain, penyediaan peta-peta kerja geologi dan peta untuk perijinan penambangan, pengukuran topografi original, dan penentuan posisi titik bor geologi. Dalam tahapan eksploitasi peran tenaga surveyor diperlukan untuk pelaksanaan konstruksi insfrastruktur serta aplikasi dari desain tambang dengan memasang patok-patok acuan desain (Zaim, 2007).

Pada umumnya wilayah tambang tidak mencakup areal yang terlalu luas sehingga kelengkungan bumi dapat diabaikan.Aspek ketelitian survey dan pemetaan pada kegiatan penambang, yang diharapkan masih dalam ketelitian fraksi desimeter-meter, kecuali untuk pekerjaan yang berhubungan dengan konstruksi infrastruktur/bangunan dan pengukuran deformasi lereng (Kadester ITB, 2007).

Dalam beberapa kasus, kesalahan dalam pekerjaan survey dan pemetaan di tambang akan sangat erat dengan tujuan penambangan itu sendiri, yakni dalam pelaksanaan investigasi kandungan tambang (eksplorasi) dan tahap pengambilan material tambang (eksploitasi). kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan tambang akan menyebabkan beberapa hal dibawah ini:

1. Kesalahan data-data survey dalam kegiatan eksplorasi akan menyebabkan kesalahan dalam membuat model cadangan bahan tambang, serta menentukan besaran cadangan terkira dan terukur suatu tambang.

2. Kesalahan ini akan menyebabkan analisa dalam studi kelayakan tambang, dan analisa ekomoni tambang.

3. Kesalahan dalam pembuatan model cadangan bahan tambang akan mengakibatkan kesalahan pada kesalahan pembuatan design dan kesalahan pada penentuan metode penambangan.

4. Kesalahan pada pembuatan model akan mengakibatkan kesalahan dalam perencanaan tambang dan produksi penambangan sehingga cadangan yang berada dibawah tanah tidak didapat diambil seluruhnya.

5. Kesalahan dalam pengukuran pemasangan patok oleh survey akan menyebabkan salahnya penggalian yang berdampak pada :

a. Volume galian perencaan tidak sama dengan aktual sehingga cost dari penambangan akan bertambah.

b. Terganggunyastabilitas/kemantapan lereng karena perubahan geometri lereng.

c. Pengambilan material yang salah sehingga kualitas material tidak sesuai dengan perencanaan.

d. Terganggunya sekuen penambangan (blasting, digging) sehingga target produksi mengalami perlambatan.

e. Kesalahan dalam kegiatan penyaliran tambang

(Kadester ITB, 2007).

Sedangkan kegiatan pemetaan merupakan proses pembuatan peta berdasarkan olahan data hasil pengukuran. Bidang ilmu yang mempelajari pembuatan peta ini disebut dengan kartografi, sedangkan ahlinya adalah kartografer.Pada saat ini, pembuatan peta lebih banyak dilakukan secaradigital karena lebih cepat, lebih teliti, tidak memakan ruang dan dapat dianalisis ulang sebelum diproduksi.Pemahaman yang baik mengenai Sistem Proyeksi dan Sistem Koordinat bumi merupakan hal dasaryang harus diketahui oleh seorang kartografer. Sistem Proyeksi merupakan aturan, nilai-nilai dan model yang memberikan nilai konversi ketika bentuk bumi yang tidak datar dibuat menjadi datar atau dibuat menjadi bidang proyeksi. Data hasil pengolahan pengukuran yang dimasukkan ke dalam sebuah system proyeksi akan mengalami pendataran dan memiliki kesamaan secara bentuk atau sudut dalam skala tertentu. Contoh sistem proyeksi adalah Mercator, Transverse Mercator, Azimuthal, Conic, dsb.

Setelah melalui Sistem Proyeksi, data tersebut akan melalui tahap pemetaan berikutnya yaitu pemberian nilai koordinat dalam sebuah Sistem Koordinat. Sistem ini membagi bidang proyeksi bumi ke dalam zona-zona berukuran tertentu (Silaban, 2007).

1.4. PERALATAN

Peralatan yang dipergunakan dalam praktikum Ilmu Ukur Tambang (IUT) adalah sebagai berikut :1. TS SOKKIA SET 510, berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk pengukuran sudut, jarak dan menentukan koordinat secara digital.

Gambar 1.1. Total Station Sokia SET 510

(geonet.indonetwork.or.id)2. Prisma, berfungsi sebagai titik pengikat dalam melakukan pengukuran.

Gambar 1.2. Prisma Ukur/ Prisma Level Staff(www.itrademarket.com)3. Kompas Suunto, berfungsi untuk menentukan arah.Gambar 1.3. Kompas Suunto

(kpm_marine.itrademarket.com)4. Pita Ukur (meteran), berfungsi sebagai alat pengukur jarak atau tinggi.

Gambar 1.4. Pita Ukur / Meteran (indonetwork.or.id)5. Unting-unting (Plumb Bob), berfungsi sebagai penyeimbang untuk menstabilkan pada saat penyetingan alat.

Gambar 1.5. Plumb Bob(indonetwork.or.id)6. Tripod, berfungsi sebagai tempat berdirinya TS.

Gambar 1.6. Tripod(tokoalatsurvey.indonetwork.co.id)7. Peralatan Survey

Gambar 1.7. Peralatan lainnya

(indonetwork.or.id)1.5. PENGGUNAAN DAN FUNGSI ALAT

1.5.1. Pengenalan Alat TS SOKKIA SET 510A. Tombol Operasional

Gambar 1.8. Tombol Operasional

1. {ON} : Menghidupkan alat

2. {ON}sekaligus {} : Mematikan alat

3. {} : Menghidupkan/mematikan lampu layar

4. {F1} {F4} : Softkey sesuai dengan fungsi yang tertera

5. {FUNC} : Memilih halaman fungsi

6. {BS} : Delete satu karakter ke sebelah kiri (Back Space)

7. {ESC} : Cancel input data

8. {SFT} : Mmengganti huruf kapital dan huruf kecil

9. {} : Enter / menerima data inputB. Konfigurasi AlatGambar 1.9. Konfigurasi Alat Beserta Keterangan

Keterangan:

1. Handle

2. Handle securing screw

3. Instrument height mark

4. Battery cover

5. Operation Panel

6. Tribrach clamp (SET310S/510S/610S: Shifting clamp)

7. Base plate

8. Levelling foot screw

9. Circular level adjusting screws

10. Circular level

11. Display

12. Objective lens

13. Tubular compass slot

14. Beam detector for wireless keyboard

15. Optical plummet focusing ring

16. Optical plummet reticle cover

17. Optical plummet eyepiece

18. Horizontal clamp

19. Horizontal fine motion screw

20. Data input/output connector (Beside the operator panel on SET610/610S)

21. External power source connector (Not included on SET610/610S)

22. Plate level

23. Plate level adjusting screw

24. Vertical clamp

25. Vertical fine motion screw

26. Telescope eyepiece

27. Telescope focussing ring

28. Peep sight

29. Instrument center mark

C. Spesifikasi Alat

Telescope

Lenght : 170 mm

Aperture : 45 mm ( EDM : 48 mm)

Magnification : 30 X

Image : Erect

Resolving power

: 3

Field of view : 1(30

Minimum focus

: 1,0 m

Focussing screw

: 1 speed

Reticle illuminiation : 5 brightness levelsAngle measurement

Horizontal and vertical

circles type : Rotary absolute encoder

Angle units : Degree/ gon/mil (selectable)

Minimum display :1 (0,2 mgon/0,005 mil)/ 5(1mgon/0,02mil)(selectable)

Accuracy : 5 (1,5 mgon/0,02 mil)

Measuring time : Less than 0,5 sec

Automatic Compensator : ON (V & H/V)/OFF selectable)

Type : Liquid 2-axis tilt sensor

Minimum display : Agrees with minimum displaiyed measurement angle

Range of compensation : ( 3

Measuring mode:

Horizontal angle : Right/left (selectable)

Vertical angle : Zenith / horizontal 0(/horizontal ( 90(/ % selectable

Distance measurement

Measuring range:Sokkias reflective prism / reflectivesheet target (slight haze, visibility abaout 20 km, sunny periods, weak scintillation)

Reflective sheet RS 90N-K : 2,0 to 120 m/300ft

Reflective sheet RS 50N-K : 2,0 to 50 m/160ft

Reflective sheet RS 10N-K : 2,0 to 20 m/70ft

Compact prisma CP 01

: 1,0 to 800 m/2,620ft

Standart prisma AP 01 AR X 1 : 1,0 to 2,400 m/7,870ft

Standart prisma AP 01 AR X 3 : 1,0 to 3,1 m/10,160ft

Mini pole prism OR1PA : 1,0 to 500 m/1,640ftMinimum display

Fine measurement,

rapid measurement

: 0,001 m/0,01ft

Tracking measurement

: 0,01 m/0,01 ft

Maximum slope distance : 4199,999 m/13779,52ft

Distance unit : m/ft/inch (selectable)

Accuracy (Using prisma): Fine measurement : ( ( 2 + 2 ppmX D) mm

Rapid measurement : ( (5+ 5 ppm X D) mm

(Using reflective sheet target)

Fine measurement : (4 + 3 ppm X D) mm

Rapid measurement : (5 + 5 ppm X D) mm

( D : measurement distance ; unit : mm)

Measurement mode : Fine measurement ( single/ repeat/ average)/ Rapid measurement (single/ repeat)/Tracking (selectable)

Measuring time :

Fine measurement : 2,8 sec. (2,4 sec) + every 1,6 sec.

Rapid measurement : 2,3 sec. ( 1,9 sec.) + every 0,8 sec.

Tracking measurement

: 1,8 sec. ( 1,4 sec.) + every 0,3 sec.

*( ) : When EDM standby is set to ON

Signal source : Infrared LED (class 1IEC 60825-1:20011)

Atmospheric correction :

Temperature input range : -30 to 60( C ( in 1(C step)/- 22 to 140( F (in 1(F step)

Pressure input range

: 500 to 1,40 hPa ( in 1 hPa step) 375 to 1,050 mmHg ( in 1 mmHg step) 14,8 to 41,3 inchHg ( in 0,1 inchHg step)

Ppm input range

: -499 to 499 ppm ( in 1 ppm step)

Prisma constant correction : -99 to 99 mm( in 1mm step)

Earth curvature and refraction

correction

: No / Yes K = 0,142/ Yes K = 0,20 ( selectable)

Power supply

Power source :Rechargeable Li ion Battery BDC46A

Battery state indicator

: 4 level

Working duration at 25(C :

Distance and angle

measurement: About 7,5 hours ( fine single measurement = every 30 sec.)

Angle measurement only

: About 10 hours

Charging time at 25 (C

: About 2 hours ( using CDC 68)

BDC46A

: Nominal voltage : 7,2 V

Storage temperature range : -20 to 35( C

CDC68

: Input voltage :

With EDC113A / 113C: 110 to 240 V AC 50/60 Hz

With EDC113B : 110 to 125 V AC 50/60 Hz

Charging temperature range : 0 to 40(C

Storage temperature range : -20 to 65( C

General

Display: LCD graphic display, 192

SET 210/ 310 / 510 : 1 LCD graphicdisplay on each face with illuminator

Autopower off : 5 levels (selectable)

Internal memory: About 10000 points

Data output

: Asynchronous serial, RS232C compatible

Centronics compatible (with DOC46)

Printer with ESC / PTM mode ( emulation function)

Sensitivy of level :

Plate level : SET 210/310/510 : 30/2 mm

Circular level : 10 / 2 mm

Optical plummet

Image

: Erect

Magnification

: 3 X

Minimum focus

: 0,3 m

Horizontal and

vertical motion screw

: 1 level

Operating temperature

: -20 to 50(C

Storage temperature range: -30 to 70(C

Dust and water resistance: IP66 ( IEC 60529 : 1989)

Instrument height

: 236 mm from tribrach bottom 193 mm from tribrach dish

Size ( with handle)

: 165 (W) X 170 (D) X 341(H)mm

Weight ( with handle

and battery )

: 5,2 kg ( 11, 4 lb)*1

*1 : Terdapat sedikit perbedaan pada berat dari skrup penggerak halus vertikal dan horisontal antara SET 210 dan SET 310/510. Perbedaan ini terdapat pada berat dengan menggunakan satuan pon bukan untuk yang menggunakan satuan kilogram yang telah dibulatkan pada bilangan terdekat.

1.5.2. Pengukuran SudutA. Pengukuran Sudut Horizontal Diantara Dua Titik (Sudut Horizontal 0()

Gunakan fungsi 0SET untuk mengukur sudut diantara dua titik. Sudut horizontal dapat diatur ke 0 pada segala arah.

Prosedur:1. Tentukan target pertama.

2. Pada halaman pertama layarmeas tekan [0SET]. [0SET] akan muncul lagi jadi tekan kembali [0SET]. Sudut horizontal pada target pertama menjadi 0(.

3. Tentukan target kedua.

Akan tampil sudut horizontal (HAR) yang termasuk sudut antara dua titik.

Gambar 1.10. Prosedur Pengukuran Sudut Horizontal antara 2 TitikB. Penyetingan Sudut Horizontal Pada Nilai yang Diinginkan (Sudut Horizontal yang Sudah Diketahui)

Prosedur:

1. Tentukan target pertama

2. Pada halaman kedua di layar meas mode tekan [H.ANG]. Pilih H angle

3. Masukkan sudut yang diinginkan untuk di set lalu tekan

{ (}. Nilai yang dimasukkan sebagai sudut horizontal akan ditampilkan.4. Tentukan target kedua. Sudut horizontal dari target kedua menjadi nilai sudut horizontal yang akan ditampilkan.

Gambar 1.11. Prosedur Pengaturan Sudut HorizontalC. Pengulangan Sudut Horizontal

Untuk menemukan sudut horizontal dengan lebih tepat, lakukan pengulangan pengukuran. Pengukuran sudut yang dapat dibuat maksimal berjumlah 10 data.

Prosedur:

1. Tentukan [ REP] pada layar meas mode.

2. Tekan [REP]. Sudut horisontal menjadi 0(.3. Tentukan target pertama, tekan [OK].

4. Tentukan target kedua, tekan [OK].

5. Tembak lagi target pertama, tekan [OK].

6. Tembak lagi target kedua, tekan [OK].7. Nilai dari sudut horisontal akan ditampilkan pada HARp dan nilai rata-rata sudut horisontal ditampilkan pada Ave.8. Kembali ke pengukuran target pertama sebelumnya dan ulangi : [CE].

9. Jika ingin melanjutkan pengukuran pengulangan, ulangi langkah 4 sampai 5.

10. Jika pengukuran pengulangan selesai tekan {ESC}.

Gambar 1.12. Prosedur Output Data1.5.3. Pengukuran Jarak

Prosedur pengukuran jarak : 1. Lihat target.

2. Pada halaman pertama meas mode, tekan [DIST] untuk memulai pengukuran jarak. Ketika pengukuran dimulai, informasi EDM (distance mode, prism constant correction value, atmospheric correction factor) diperlihatkan oleh flashing light. Tanda bunyi pendek, dan data pengukuran jarak (S), sudut vertikal (HAR) terlihat pada layar.

3. Tekan [STOP] untuk menghentikan pengukuran jarak.

Tiap kali [ SHV] ditekan, S (Slope distance), H (Horizontal distance) diperlihatkan secara berurutan.

Prosedur sederhana dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Pengukuran jarak dan sudut :- Pada pengukuran jarak bidik target.

- Tekan [DIST]

Tampilan layar :

Menjadi

Kemudian tekan STOP

Tekan(SHV maka (S) Slope, (V) tinggidan(H) Horizontal akan berubah dalam ke bentuk (jarak (m).

Gambar 1.13. Rangkaian Pada Tampilan Layar Saat Pengukuran Jarak dan Sudut.1.5.4. Pengukuran Koordinat

Dengan melaksanakan pengukuran koordinat, memungkinkan untuk menemukan koordinat 3 dimensi dari target berdasarkan koordinat station point, tinggi alat, tinggi target dan azimuth dari backsight station yang telah dimasukkan sebelumnya.

Sebelum pengukuran koordinat, masukkan koordinat tempat berdiri alat, tinggi alat, dan tinggi target.

Prosedur:

1. Pertama, ukur tinggi target dan tinggi alat dengan pita ukur.

2. Tekan [COORD] pada halaman pertama layar meas mode untuk menampilkan .

3. Pilih Stn Orientation, kemudian Stn coordinate. Tekan [EDIT], kemudian masukkan koordinat tempat berdiri alat, tinggi alat, dan tinggi target.

4. Tekan [OK] untuk mengatur nilai-nilai yang dimasukkan. kembali ditampilkan.

Ketika [REC] ditekan, data instrument station tersimpan.

A. Azimuth Angle Setting

Berdasarkan pada stasiun instrument koordinat dan koordinat-koordinat backsight station yang telah diset, sudut azimut dari backsight station kemudian dihitung.

Prosedur :1. Pilih stn. orientation, kemudian set H angle dalam

2. Pilih back sight,tekan [EDIT], kemudian masukkan koordinat-koordinat backsight station.

3. Ketika anda akan membaca dan mengatur koordinat data dari dalam memori, tekan [READ].Memasuki prosedur data stasiun alat baca dalampetunjuk koordinat data4. Tekan [OK]

Instrumen stasion koordinat akan memberi petunjuk

5. Tekan [OK] lagi untuk mengaturcoordinat instrument.

6. Bidik backsight station, kemudian tekan [YES] untuk menset backsight station. kembali. Tekan [NO] untuk kembali ke langkah 2.Setelah alat selesai di setting dengan benar maka dilakukan pengukuran kordinat.B. Pemilihan Job

Pilih current JOB dan coordinate search JOB.

Keseluruhan dari 10 JOB telah disiapkan, dan JOB1 dipilih saat SET telah dikirimkan dari pabrik.

Nama-nama dari JOB ditetapkan lebih dulu sebagai JOB1 sampai JOB10.

Faktor skala dapat diset untuk masing-masing JOB. Hanya faktor skala yang menyangkut JOB yang dapat diedit.

1. Current JOB

Hasil pengukuran, data stasiun alat, data titik yang diketahui, catatan-catatan dan data koordinat di simpan dalam The current JOB.

2. Coordinate Search JOB

Data koordinat yang terdaftar dalam JOB yang dipilih dapat dibaca ke dalam pengukuran koordinat, pengukuran resection, pengukuran setting-out, dan lain-lain.3. Scale correction

SET mengkalkulasi jarak horizontal dan koordinat-koordinat dari titik menggunakan ukuran kemiringan. Jika faktor skala telah diset, skala koreksi akan disertakan selama perhitungan.

Koreksi jarak horizontal (s) = Jarak horizontal (S) x Scxale Factor (SF)

Ketika faktor skala di set pada 1.00000000, jarak horizontal tidak dapat dikoreksi.

Prosedur Pemilihan JOB dan Pengaturan Faktor Skala

1. Pilih JOB pada Memory Mode.

2. Pilih JOB selection. akan ditampilkan.3. Tekan [LIST]

JOB dapat selalu dipilih dengan menekan {OK} / {READ}.

Angka-angka di sebelah kanan menghadirkan banyaknya data item pada setiap JOB.

* artinya bahwa JOB tidak dapat dikeluarkan ke alat external.

4. Luruskan kursor dengan JOB yang diinginkan sebagai current JOB dan tekan {OK}. JOB telah ditentukan.

5. Tekan [S.F] dan tekan [EDIT]. Masukkan faktor skala untuk current JOB.

6. Tekan [OK]. Layar peilihan JOB dipugar.

7. Luruskan kursor dengan Coord search JOB dan tekan [LIST]. ditampilkan.

8. Luruskan kursor dengan JOB yang diinginkan sebagai koordinat JOB dipilih dan tekan {OK}. JOB ditentukan dan siap diisi data.

Catatan :

Daftar dari nama-nama JOB ditampilkan sampai 2 halaman.

Faktor skala masukan range : 0.50000000 sampai 2.00000000 (*1.00000000)* : Factory setting.Lebih jelasnya dapat dilihata pada gambar dibawah ini , yaitu :

Pada pemilihan job: - Pilih menu [COORD]

- Station orientasi : [ENT] ; [EDIT]

Tampilan layar :

Masukkan

data

Gambar 1.14. Tampilan Layar Pada Saat Penamaan Job.Setelah semua data telah dimasukkan tekan :

- [READ] ; [OK]

- Orservation : - [ENT] ; Cari objek lain.C. Penamaan Job

Prosedur memasukkan sebuah nama JOB

1. Pilih JOB pada memory mode.

2. Pilih pada advance di depan JOB dimana nama dapat diubah

PROCEDURE JOB SELECTION and scale factor setting.

3. Pilih JOB name edit pada . Masukkan nama JOB baru dan tekan {OK}. siap diisi data.Catatan :

Maksimum ukuran nama JOB : 12 (alphanumeric).D. Penghapusan JobProsedur:

1. Pilih JOB pada memory mode.

2. Pilih JOB selection