iut - memanjang dan melintang

26
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH MODUL II PROFIL MEMANJANG DAN MELINTANG KELOMPOK 23: Amira Nadhila Zahra (1206222042) Fadhil Akbar S (120622) Fauzy Muslim I (12062) Tiffany (1206222736) Tanggal Praktikum : Rabu, 16 April 2014 Asisten Praktikum : Rizki Herdian Tanggal Disetujui : Nilai : Paraf Asisten : LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

Upload: annisasalsabila

Post on 22-Jan-2016

280 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

laporan iut

TRANSCRIPT

Page 1: IUT - Memanjang Dan Melintang

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

MODUL II

PROFIL MEMANJANG DAN MELINTANG

KELOMPOK 23:

Amira Nadhila Zahra (1206222042)

Fadhil Akbar S (120622)

Fauzy Muslim I (12062)

Tiffany (1206222736)

Tanggal Praktikum : Rabu, 16 April 2014

Asisten Praktikum : Rizki Herdian

Tanggal Disetujui :

Nilai :

Paraf Asisten :

LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

2014

Page 2: IUT - Memanjang Dan Melintang

MODUL II

PROFIL MEMANJANG DAN MELINTANG

1. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan praktikum ini umumnya adalah untuk mengetahui profil dari suatu trace baik

jalan maupun salurang, sehingga selanjutnya dapat diperhitungkan banyaknya galian dan

timbunan yang perlu dilakukan pada pekerjaan konstruksi. Pelaksanaan pekerjaan ini

umumnya dilakukan dalam 2 bagian yang disebut sebagai sifat datar profil memanjang

dan melintang, hasil akhirnya adalah ketinggian titik.

2. PERALATAN

A. Digital Theodolit Nikon NE-100 series 1 buah

B. Rambu Ukur 2 buah

C. Meteran 1 buah

D. Patok 6 buah

E. Payung 1 buah

F. Statif 1 buah

G. Unting-unting 1 buah

3. TEORI

Pengukuran pada praktikum ini dilakukan dengan membaca benang

tengah pada beberapa rambu, yaitu sebanyak yang diperlukan bagi penggambaran profil

di dalam arah tersebut. Profil yang diperlukan adalah dalam arah memanjang dan

melintang dari rencana konstruksi yang dikerjakan. Untuk menentukan jarak titik-titik itu

ke waterpass sama caranya dengan cara untuk waterpass memanjang yaitu dengan rumus:

D = 100 (BA – BB)

Page 3: IUT - Memanjang Dan Melintang

Sedangkan untuk menentukan beda tinggi dari titik yang dipilih dipakai cara sebagai

berikut:

h = p – t

dimana:

h = beda tinggi

p = tinggi garis bidik

t = benang tengah pada pembacaan rambu

atau:

h = tR – T

dimana:

tR = benang tengah pada pembacaan rambu di titik referen

Fungsi dari pengukuran beda tinggi ini, antara lain :

Merancang jalan raya, dan saluran - saluran yang mempunyai garis paling sesuai

dengan topografi yang ada.

Merencanakan proyek - proyek konstruksi menurut evaluasi.

Menghitung volume pekerjaan tanah

Menyelidiki ciri - ciri aliran di suatu wilayah.

Mengembangkan peta - peta yang menunjukkan bentuk tanah secara umum.

4. LANGKAH KERJA

1. Membuat sketsa daerah yang akan diukur ketinggiannya

2. Setelah memasang theodolite dan mengukur tinggi alat kemudian menentukan 4 titik

dengan menarik meteran (sebagai literatur) ke arah 0o.

3. Kemudian menempatkan rambu ukur di titik B dan melakukan pengukuran dan kita

membaca:

- Benang tengah

Page 4: IUT - Memanjang Dan Melintang

- Benang atas

- Benang bawah

4. Memindahkan rambu ke titik C dan D lalu melakukan lagi percobaan seperti pada titik B.

5. Setelah selesai percobaan pertama ini lalu memindahkan theodolite ke titik B, mengukur

tinggi alat , kemudian melakukan lagi pengukuran seperti pada percobaan pertama tadi

dengan syarat melihat ke titik belakang (A) dahulu kemudian melihat ke titik muka (C).

6. Lalu mengukur di titik kanan (90o) dan kiri (270o) B disertai mengukur dengan meteran

sebagai literatur.

7. Melakukan hal yang sama di titik C diakhiri di titik D.

Untuk menentukan tinggi titik yang ditinjau tersebut maka harus membandingkan

dengan ketinggian dari suatu titik yang disebut titik referens. Untuk keperluan ini maka

dilakukan pengukuran waterpass memanjang dari titik tempat alat waterpass diletakkan

ke titik referensi. Dengan ini dapat diketahui ketinggian dari tiap-tiap titik tersebut.

Perhitungan:

Jarak D=100 ( BA−BB )

BedaTinggi h=t ttkR−t pembacaan

Tinggi titik H=HR+ H

Dimana : HR = ketinggian titik referensi

5. DATA PENGAMATAN

Tempat Alat

Tinggi Alat (m)

Titik Tinjauan

BA (cm)

BT (cm)

BB (cm)

Jarak (cm)

A 125 1 112.6 111.4 110 3002 116.5 115.2 114.2 2503 142.2 140.5 139.3 3004 134.5 133.2 131.9 250

B 124 1 123.5 122 120.6 3002 124.2 123 122.6 2503 132 130.5 129 3004 122.7 121.5 120 250

C 125 1 116 114.3 113 3002 123 122 121 2503 133 131.7 130.5 3004 123.4 122 120.8 250

Page 5: IUT - Memanjang Dan Melintang

D 126 1 123.7 121.7 120.8 3002 126 124.8 123.5 2503 124 123.4 120.8 3004 123.7 122.5 121.3 250

E 124 1 112.2 111.6 109 3002 116.1 114.8 113.6 2503 142 140.6 139 3004 134.6 133 132 250

Tabel 1. Data Pengamatan

6. PENGOLAHAN DATA

A. Menentukan Jarak dari Suatu Titik ke Titik Lainnya

Penentuan jarak suatu titik ke titik lain menggunakan persamaan : Jarak optis

(d) = 100 (BA - BB) cos2(90o−α) dengan α adalah sudut vertikal. Karena besar sudut

vertikal sama dengan 90o, maka berlaku :

d = (BA – BB) x 100

Keterangan :

d = jarak optis pengukuran

BA = bacaan benang atas theodolit

BB = bacaan benang bawah theodolite

Pengukuran d pada posisi A

- Jarak posisi A ke titik 1 = 112.6 - 110

= 2.6

- Jarak posisi A ke titik 2 = 116.5 – 114.2

= 2.3

Page 6: IUT - Memanjang Dan Melintang

- Jarak posisi A ke titik 3 = 142.2 – 139.3

= 2.9

- Jarak posisi A ke titik 4 = 133.2 – 131.9

= 1.3

Pengukuran d pada posisi B

- Jarak posisi B ke titik 1 = 123.5 – 121.2

= 2.3

- Jarak posisi B ke titik 2 = 124.4 – 122.6

= 1.6

- Jarak posisi B ke titik 3 = 132 – 129

= 3

- Jarak posisi B ke titik 4 = 122.7 – 120

= 2.7

Perhitungan d pada posisi C

- Jarak posisi C ke titik 1 = 116 – 113

= 3

- Jarak posisi C ke titik 2 = (123 - 121)

= 2

- Jarak posisi C ke titik 3 = 133 – 130.5

= 2.5

Page 7: IUT - Memanjang Dan Melintang

- Jarak posisi C ke titik 4 = 123.4 – 120.8

= 2.6

Perhitungan d pada posisi D

- Jarak posisi D ke titik 1 = 123.7 – 120.8

= 2.9

- Jarak posisi D ke titik 2 = 126 – 123.5

= 2.5

- Jarak posisi D ke titik 3 = 124 – 120.8

= 3.2

- Jarak posisi D ke titik 4 = 123.7 – 121.3

= 2.4

Perhitungan d pada posisi E

- Jarak posisi E ke titik 1 = 112.2 – 109

= 3.2

- Jarak posisi E ke titik 2 = 116.1 – 113.6

= 2.5

- Jarak posisi E ke titik 3 = 142 – 139

= 3

- Jarak posisi E ke titik 4 = 134.6 – 132

= 2.6

B. Menentukan Perbedaan Ketinggian Antara 2 Titik

Page 8: IUT - Memanjang Dan Melintang

Penentuan perbedaan tinggi antara dua titik merupakan selisih antara tinggi alat

(theodolite) dengan batas tengahnya.

∆ H=tinggialat−batas tengah

Perhitungan ∆ H pada posisi A

- ∆ H antara posisi A dengan titik A1= 125−111.4

= 13.6

- ∆ H antara posisi A dengan titik A2= 125−115.2

= 9.8 m

- ∆ H antara posisi A dengan titik A3= 125−140.5

= -15.5 m

- ∆ H antara posisi A dengan titik A4=125−134.5

= -9.5 m

Perhitungan ∆ H pada posisi B

- ∆ H antara posisi A dengan titik B1= 125−122

= 3 m

- ∆ H antara posisi A dengan titik B2= 125−123

= 2 m

- ∆ H antara posisi A dengan titik B3= 125−130.5

= -5.5 m

- ∆ H antara posisi A dengan titik B4= 125−121.5

= 3.5 m

Perhitungan ∆ H pada posisi C

Page 9: IUT - Memanjang Dan Melintang

- ∆ H antara posisi A dengan titik C1= 125−114.3

= 10.7 m

- ∆ H antara posisi A dengan titik C2= 125−122

= 3 m

- ∆ H antara posisi A dengan titik C3= 125−131.7

= -6.7 m

- ∆ H antara posisi A dengan titik C1= 125−122

= 3 m

Perhitungan ∆ H pada posisi D

- ∆ H antara posisi A dengan titik D1= 125−121.7

= 3.3 m

- ∆ H antara posisi A dengan titik D2= 125−124.8

= 0.2 m

- ∆ H antara posisi A dengan titik D3= 125−123.4

= 1.6 m

- ∆ H antara posisi A dengan titik D4= 125−122.5

= 2.5 m

Perhitungan ∆ H pada posisi E

- ∆ H antara posisi A dengan titik E1 = 125−111.6

= 13.4 m

- ∆ H antara posisi A dengan titik E2 = 125−114.8

Page 10: IUT - Memanjang Dan Melintang

= 10.2 m

- ∆ H antara posisi A dengan titik E3 = 125−140.6

= -15.6 m

- ∆ H antara posisi A dengan titik E4 = 125−133

= -8 m

Dengan asumsi ketinggian A adalah 100 m dari muka air laut maka akan didapat

ketinggian titik yang lain. Secara lengkap, jarak doptis (D) dan perbedaan ketinggian (∆h) dan

ketinggian terhadap titik referen yang didapat dari hasil perhitungan dapat dilihat pada table di

bawah ini :

Tempat Alat

Tinggi Alat

Titik Tinjauan BA BT BB

Jarak (m)

Jarak Optis (m)

∆ H (m)

A 125 1 112.6 111.4 110 3 2.6 13.62 116.5 115.2 114.2 2.5 2.3 9.83 142.2 140.5 139.3 3 2.9 -15.54 133.2 134.5 131 2.5 2.2 -9.5

B 124 1 123.5 122 121.2 3 2.3 32 124.2 123 122.6 2.5 1.6 23 132.8 130.5 129 3 3.8 -5.54 122.7 121.5 120 2.5 2.7 3.5

C 125 1 116 114.3 113 3 3 10.72 123.8 122 121 2.5 2.8 33 133 131.7 130.5 3 2.5 -6.74 123.4 122 120.8 2.5 2.6 3

D 126 1 123.7 121.7 120.8 3 2.9 3.32 126 124.8 123.5 2.5 2.5 0.23 124 123.4 120.8 3 3.2 1.64 123.7 122.5 121.3 2.5 2.4 2.5

E 124 1 112.2 111.6 109 3 3.2 13.42 116.1 114.8 113.6 2.5 2.5 10.23 142 140.6 139 3 3 -15.64 134.6 133 132 2.5 2.6 -8

C. Menentukan Kesalahan Relatif

Page 11: IUT - Memanjang Dan Melintang

Kesalahan relatif merupakan selisih antara jarak lapangan dengan jarak optis di bandingkan dengan jarak optis dan dikali 100 %. Sehingga didapat :

kesalahan relatif ( KR )=| jarak lapangan− jarak optis|jarak optis

x100 %

Tempat Alat

Tinggi Alat

Titik Tinjauan

Jarak (m)

Jarak Optis (m)

KR (%)

A 125 1 3 2.6 13.332 2.5 2.3 83 3 2.9 3.334 2.5 2.2 12

B 124 1 3 2.3 23.332 2.5 1.6 363 3 3.8 26.674 2.5 2.7 8

C 125 1 3 3 02 2.5 2.8 123 3 2.5 16.674 2.5 2.6 4

D 126 1 3 2.9 3.332 2.5 2.5 03 3 3.2 6.674 2.5 2.4 4

E 124 1 3 3.2 6.672 2.5 2.5 03 3 3 04 2.5 2.6 4

Penampang Memanjang

Page 12: IUT - Memanjang Dan Melintang

Penampang Melintang

Pada pengukuran melintang di titik B, titik B di tetapkan sebagai titik (0,0)

Pada pengukuran melintang di titik C, titik C di tetapkan sebagai titik (0,0)

-300 -200 -100 0 100 200 3000

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Series2

Jarak Ketinggian-250 3.5

0 0250 1

Jarak Ketinggian-250 3

0 0250 3

Page 13: IUT - Memanjang Dan Melintang

Pada pengukuran melintang di titik D, titik D di tetapkan sebagai titik (0,0)

-300 -200 -100 0 100 200 3000

0.5

1

1.5

2

2.5

Series2

Pada pengukuran melintang di titik E, titik E di tetapkan sebagai titik (0,0)

-300 -200 -100 0 100 200 300

-15

-10

-5

0

5

10

Series2

Galian dan Timbunan (posisi A ditetapkan sebagai Bench Mark)

- Jarak Melintang di Posisi B

Jarak Ketinggian dari Bench Mark-250 -9.5

0 0250 9.8

Jarak Ketinggian-250 2.3

0 0250 1.2

Jarak Ketinggian-250 -10.6

0 0250 7.9

Page 14: IUT - Memanjang Dan Melintang

-300 -200 -100 0 100 200 300

-15

-10

-5

0

5

10

15

Ketinggian dari Bench Mark

Ketinggian dari Bench Mark

- Jarak Melintang di Posisi C

Jarak Ketinggian dari Bench Mark-250 3.5

0 0250 2

-300 -200 -100 0 100 200 3000

0.51

1.52

2.53

3.54

Ketinggian dari Bench Mark

Ketinggian dari Bench Mark

- Jarak Melintang di Posisi D

Jarak Ketinggian dari Bench Mark-250 3

0 0250 3

Page 15: IUT - Memanjang Dan Melintang

-300 -200 -100 0 100 200 3000

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Ketinggian dari Bench Mark

Ketinggian dari Bench Mark

- Jarak Melintang di Posisi E

Jarak Ketinggian dari Bench Mark-250 -8

0 0250 10.2

-300 -200 -100 0 100 200 300

-10

-5

0

5

10

15

Ketinggian dari Bench Mark

Ketinggian dari Bench Mark

Volume galian dari tiap posisi

- Luas segitiga di B = 12

(-9.5 x -250) + 12

(9.8 x 250)

= 37.5 cm2

- Luas segitiga di C = 12

(3.5 x -250) + 12

(2 x 250)

= -187.5 cm2

Page 16: IUT - Memanjang Dan Melintang

- Luas segitiga di D = 12

(3 x -250) + 12

(3 x 250)

= 0

- Luas segitiga di E = 12

(-8 x -250) + 12

(10.2 x 250)

= 2275 cm2

Luas segitiga rata-rata = 37.5−187.5+2275

5=425cm2

Maka didapat volume tanah yang harus di timbun sama dengan Luas segitiga rata-

rata-rata di kalikan dengan jarak B sampai E :

425 x 1000=425000 cm3=0.425 m3

7. ANALISIS

A. Analisis Percobaan

Dalam modul praktikum 2 ini dilakukan percobaan mengenai Profiil

Memanjang dan Melintang. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui profil

dari suatu trace baik jalan maupun saluran, sehingga selanjutnya dapat diperhitungkan

banyaknya galian dan timbunan yang perlu dilakukan pada pekerjaan konstruksi.

Pelaksanaan pekerjaan ini umumnya dilakukan dalam 2 bagian yang disebut sebagai sifat

datar profil memanjang dan melintang, hasil akhirnya adalah ketinggian titik

Percobaan ini diawali dengan menyiapkan alat-alat percobaan yang terdiri

dari Digital Theodolit Nikon NE-100 series, rambu ukur, meteran, unting-unting, statif,

patok, dan payung. Hal pertama yang dilakukan oleh praktikkan adalah membuat sketsa

daerah yang akan diukur ketingggiannya. Sketsa daerah terdiri atas 5 titik awal (titik A,

B, C, D, dan E) dan 4 titik tembak (titik 1,2 ,3, dan 4). Posisi dari titik-titik yang di sketsa

yaitu dalam arah horizontal dengan jarak antar titik sebesar 3 m serta menancapkan patok

sebagai penanda dari setiap titik. Setelah membuat sketsa, praktikan memulai di titik A

dengan menancapkan patok dan memasang theodolite pada titik tersebut yaitu dengan

memastikan theodolite tepat berada diatas patok dengan melihat ke lup central point

untuk memastikan, serta mengatur nivo, mengarahkan gelembung berada di tengah untuk

Page 17: IUT - Memanjang Dan Melintang

memastikan theodolite tepat pada keadaan horizontal. Setelah theodolite dalam keadaan

seimbang, dilakukan pengukuran terhadap tinggi theodolite. Tinggi theodolite diukur dari

bagian lensa theodolite hingga menyentuh permukaan tanah. Langkah selanjutnya

praktikkan menembakkan theodolite menuju titik tembak 1 dengan sudut horizontal 0º

dan jarak 3 m dari titik A, Rambu pengukuran diletakkan tepat di sisi titik 1 lalu

dilakukan pengukuran terhadap nilai Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan

Benang Bawah (BB) dari pembacaan theodolite. Tidak lupa praktikkan mencatat nilai

BA, BT, dan BB sebagai data hasil pengamatan. Setelah itu, theodolite diputar menuju

titik 2 hingga sudut horizontalnya menunjukkan nilai 90º dengan jarak 2,5 m dari posisi

theodolite (titik A). Rambu pengukuran kembali diletakkan tepat di sisi titik 2 serta

dilakukan pengukuran terhadap besar nilai BA, BT, dan BB dari hasil pembacaan

theodolite.

Hal yang sama dilakukan juga terhadap titik 3 dan 4 dengan sudut

horizontal 180º dan 270º. Untuk sudut horizontal 0º (titik tembak 1) dan 180º (titik

tembak 3) jarak antara theodolite dan titik tembak sebesar 3 m, sedangkan utuk titik

tembak 2 dan 4 dengan sudut horizontal masing-masing 90º dan 270º jarak antara

theodolite dengan titik tembak yaitu sebesar 2,5 m. Setelah selesai melakukan

pengukuran di titik A, theodolite kemudian dipindahkan menuju titik B yang berjarak 3 m

dari titik A. Pada titik B yang telah dipasangi patok, theodolite kembali dipasang tepat

berada di atas patok dengan cara mengatur nivo agar waterpass tepat berada di tengah-

tengah sebagai indikasi bahwa theodolite telah dalam keadaan seimbang. Sama seperti

pengukuran saat di titik A, pada titik B ini juga dilakukan pengukuran terhadap tinggi

theodolite serta besar nilai Batas Atas (BA), Batas Tengah (BT), dan Batas Bawah (BB)

berdasarkan sudut horizontal 0º, 90º, 180º, dan 270º. Langkah-langkah percobaan yang

telah dijabarkan diatas tetap dilakukan untuk titik awal C, D, dan E.

B. Analisis Hasil

Berdasarkan hasil percobaan dari modul Permeabilitas ini diapatkan data-

data berupa tinggi alat theodolite, batas atas (BA), batas tengah (BT), batas bawah (BB),

serta jarak antara posisi theodolite dengan titik tembak. Dari data-data yang di dapatkan

akan diolah untuk mencari jarak optis pengukuran, perbedaan ketinggian antara titik awal

Page 18: IUT - Memanjang Dan Melintang

dengan titik tembak, dan kesalahan relative (KR). Jarak optis pengukuran didapatkan

dengan cara mencari selisih antara nilai BA dengan nilai BB. Sedangkan perbedaan

ketinggian didapatkan dari selisih antara tinggi alat pada posisi awal dengan tinggi BT

pada setiap titik tembak. Posisi awal dari percobaan diasumsikan sebagai posisi

theodolite di titik A dengan ketinggian alat theodolite sebesar 125 cm. Selain itu, dari

hasil pengolahan data pada posisi melintang, praktikkan dapat menghitung besar volume

tanah sebagai asumsi pada tanah tersebut akan dilakukan kegiatan galian atau timbunan

agar seluruh permukaan tanah menjadi sama rata. Berikut adalah ringkasan hasil

pengolahan data:

Tempat Alat

Tinggi Alat

Titik Tinjauan BA BT BB

Jarak (m)

Jarak Optis (m)

∆ H (m)

A 125 1 112.6 111.4 110 3 2.6 13.62 116.5 115.2 114.2 2.5 2.3 9.83 142.2 140.5 139.3 3 2.9 -15.54 133.2 134.5 131 2.5 2.2 -9.5

B 124 1 123.5 122 121.2 3 2.3 32 124.2 123 122.6 2.5 1.6 23 132.8 130.5 129 3 3.8 -5.54 122.7 121.5 120 2.5 2.7 3.5

C 125 1 116 114.3 113 3 3 10.72 123.8 122 121 2.5 2.8 33 133 131.7 130.5 3 2.5 -6.74 123.4 122 120.8 2.5 2.6 3

D 126 1 123.7 121.7 120.8 3 2.9 3.32 126 124.8 123.5 2.5 2.5 0.23 124 123.4 120.8 3 3.2 1.64 123.7 122.5 121.3 2.5 2.4 2.5

E 124 1 112.2 111.6 109 3 3.2 13.42 116.1 114.8 113.6 2.5 2.5 10.23 142 140.6 139 3 3 -15.64 134.6 133 132 2.5 2.6 -8

Tempat Alat

Tinggi Alat

Titik Tinjauan

Jarak (m)

Jarak Optis (m)

KR (%)

A 125 1 3 2.6 13.332 2.5 2.3 83 3 2.9 3.33

Page 19: IUT - Memanjang Dan Melintang

4 2.5 2.2 12B 124 1 3 2.3 23.33

2 2.5 1.6 363 3 3.8 26.674 2.5 2.7 8

C 125 1 3 3 02 2.5 2.8 123 3 2.5 16.674 2.5 2.6 4

D 126 1 3 2.9 3.332 2.5 2.5 03 3 3.2 6.674 2.5 2.4 4

E 124 1 3 3.2 6.672 2.5 2.5 03 3 3 04 2.5 2.6 4

Setelah mendapatkan hasil pengolahan data, selanjutnya praktikkan

memvisualisasikan hasilnya ke dalam bentuk gambar maupun grafik perbedaan

ketinggian permukaan tanah yang diukur pada setiap titik.

C. Analisis Kesalahan

Kesalahan-kesalahan yang terjadi selama percobaan berlangsung, yaitu:

- Kesalahan pada saat pembacaan sudut untuk mengukur besar nilai BA, BT, dan BB.

Saat praktikkan menembak ke suatu titik, besar sudut vertical maupun horizontal bisa

saja berubah akibat posisi theodolite yang tidak sengaja tegeser oleh tangan

praktikkan. Hal terrsebut menyebabkan data yang dihasilkan menjadi kurang akurat

- Kesalahan dalam pembacaan nilai BA, BT, dan BB akibat pandangan mata

praktikkan tidak tegak lurus dengan lensa theodolite

8. KESIMPULAN

Page 20: IUT - Memanjang Dan Melintang

- Pada percobaan ini dilakukan pengukuran terhadap ketinggian theodolite dari

permukaan tanah serta nilai BA, BT, dan BT pada tiap titik tembak dalam posisi

memanjang maupun melintang

- Penggunaan alat, pembacaan, dan pengukuran harus dilakukan dengan baik dan teliti

agar mendapatkan hasil yang akurat dan memperkecil adanya kesalahan yang terjadi

- Perhitungan volume tanah pada posisi melintang sebagai simulasi pengaplikasian modul

percobaan ini dalam pekerjaan proyek di lapangan.

9. REFERENSI

Pedoman Praktikum Ilmu Ukur Tanah.1996. Depok: Universitas Indonesia.

Serangkaisurvey.indonetwork.co.id (terhubung berkala; diakses tanggal 18 Oktober 2011)