bab i iut mengukur meja

Upload: lomo92

Post on 31-Oct-2015

39 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Bab I

Pengukuran meja

a. Pendahuluan

1. Pengertian pengukuran

Pengukuran adalah menentukan jarak, ketinggian atau besar sudut dari dua buah titik. Ilmu ukur tanah disebut juga plan surveying yaitu ilmu yang mempelajari cara menyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur manusia (mencakup seni dan teknologi) di atas permukaan yang dianggap datar.Pengukuran meja adalah awal dari praktek ilmu ukur tanah. Walaupun hanya dengan menggunakan alat sederhana yaitu meteran (5m), tapi dari situ dapat diketahui banyak kesalahan - kesalahan dari human error. Dalam pengukuran meja, kemampuan kita diuji. Mampu tidakkah kita melihat ukuran sampai satuan yang paling terkecil yaitu millimeter (mm).

2. Jenis Jenis Pengukuran

a. Pengukuran Jarak: biasanya dengan menggunakan mistar,meteran dan alat optik seperti theodolit dan alat sifat datar.b. Pengukuran Ketinggian: biasanya di ukur dengan waterpass,rambu ukur dan penyipat datar.c. Pengukuran Sudut: biasanya di ukur dengan alat optis seperti theodolit.d. Pengukuran Geodesi: bentuk pengukuran yang memperhitung kan bentuk dari permukaan bumi

3. Prinsip Dasar Pengukuran

Hal-hal yang perlu di perhatikan saat melakukan pengukuran antara lain:a. Sangat di anjurkan melakukan pengukuran dan pengecekan secara terpisah (tidak cukup hanya sekali pengukuran).b. Kesalahan kesalahan dalam pengukuran harus di minimalisir.

4. Satuan dalam pengukuran :

Di Indonesia, umumnya digunakan sistim metrik. Dibawah ini diberikan table tentang satuan ukuran:

Panjang1 kilometer (Km)= 1.000 meter1 hektometer (Hm)= 100 meter1 meter (m)= 1 meter1 desimeter (dm)= 0,1 meter1 centimeter (cm)= 0,01 meter1 millimeter (mm)= 0,001 meter

Luas1 kilometer persegi (km2) = 1.000.000 meter21 hektar (ha)= 10.000 m21 are (are)= 100 m2

Volume1 kilometer kubik (km3)= 1.000.000.000 meter31 meter kubik (1m3)= 1.000.000 cm3

Sudut 1 lingkaran = 360 atau = 400g = 2 radiansDerajatGrid1 = 60' 1g = 100c1 = 60" 1c = 100cc

0,00001 = 0,036" 0,0001 = 0,36" 0,001 = 3,6" 0,01 = 36" 0,1 = 6'

5. Alat yang digunakan dalam pengukuran

Meteran sintesis yang memenuhi standard pengukuran, kebanyakan meteran yang digunakan adalah meteran dengan panjang 50m, 10m, 5m, 3m.

Gambar :

B. Latar Belakang

Ilmu ukur tanah merupakan salah satu ilmu yang di pelajari dalam teknik sipil. Ilmu ini adalah cabang ilmu geodesi yang berhubungan dengan pengukuran yang memperhitungkan bentuk muka bumi. Tujuan dari pengukuran geodesi ini adalah menentukan posisi-posisi yang teliti di atas permukaan bumi dan menentukan posisi-posisi dengan jarak tertentu.

C. Landasan Teori

c.1. Pengukuran jarak dengan Rol Gulung Pengukuran jarak horizontal dengan rol gulung terdiri atas penerapan panjang yang di ketahui pada pita berpembagian skala langsung pada sebuah garis beberapa kali.

c.2. Kesalahan-kesalahan dalam Pengukuran

Pada pengukuran jarak baik dengan rambu ukur maupun dengan pita ukur. Biasanya menimbulkan beberapa bentuk kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi jika di laksanakan dengan hati-hati.Kesalahan-kesalahan ini mungkin di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

c.2.a karena kurang berpengalaman sehingga tidak mengukur secara horizontal, meterannya tidak pas di tarik yang di ambil sama-sama dari titik yang satu ke titik lainnya, mengukur tidak lurus (dengan kata lain meteran miring atau melengkung), dan mata melihat satuan ukur tidak pas tegak lurus atau bisa juga karena kurang ketajaman mata untuk melihat satuan ukur.

c.2.B karena cuaca akan mempengaruhi.

c.2.C karena kesalahan alat itu sendiri.

Kesalahan-kesalahan dapat di bagi lebih rinci yaitu:

1. Kesalahan Sistematis(Sistematical Error)

Kesalahan sistematis adalah kesalahan yang terjadi karena faktor peralatan dalam kondisi alam.Oleh sebab itu,diperlukan adanya suatu prosedur untuk mengetahui kemungkinan munculnya kesalahan pada peralatan dan melakukan upaya untuk dapat mengeliminirnya atau bahkan untuk menghilangkan

2. Kesalahan Acak(Random)

Kesalahan acak adalah kesalahan yang terjadi karena keterbatasan pada panca indera manusia.Kesalahan tersebut dapat berupa kekeliruan,kurang hati-hati,ketidak mengertian pada instrument,atau belum terlatihnya petugas yang bersangkutan.

3. Kesalahan Besar(Blunder)

Kesalahan besar dapat terjadi apabila operator atau surveyor melakukan kesalahan-kesalahan yang seharusnya tidak terjadi akibat dari kesalahan pada pembacaan dan penulisan nilai-nilai yg di ambil di lapangan.Dengan demikian jika terjadi kesalahan besar maka pengukuran harus di ulang,data tersebut harusdi buang dan di ganti yang baru.

Faktor yang menyebabkan kesalahan dalam pengukuran.

1. Kesalahan yang Bersumber dari Pengukur

Kurangnya ketelitian mata dalam pembacaan alat waterpass yaitu pembacaan benang atas, benang bawah dan benang tengah.

2. Kesalahan yang Bersumber dari Alat

Pita ukur yang sering di pakai mempunyai tendensi yang panjangnya akan berubah, apalagi jika menariknya terlalu kuat. Sehingga panjang pita ukur tidak betul atau tidak memenuhi standard lagi.

3. Kesalahan yang Bersumber dari Alam

Adanya angin yang membuat rambu ukur terkena hembusan angin, sehingga tidak dapat berdiri dengan tegak.

D. Praktek Lapangan

Ketua :Agung PraseptyoAnggota:Fahri HalomoanFransisca SimanjuntakJohn FransiscusRiswanSuci LestariTujuan:Mengukur panjang mejaHari:RabuTanggal:28 September 2010Waktu:Pukul 13.05 18.00Lokasi:Gedung Sipil Kelas SI 1E POLITEKNIK NEGERI MEDANCuaca: CerahAlat: Meteran Gulung

Meteran gulung

E. Langkah kerja

1. Tentukan titik A, B, C dan D 2. Ukur jarak dari A-B, B-C, C-D dan A-D3. Tarik meteran dari titik A-B, kemudian B-C, kemudianC-D dan A-D guna mengetahui berapa jarak dari titik-titik tersebut.4. Menggunakan meteran harus dimulai dari titik 0 (nol), dan pastikan kita mengukur benar-benar memulainya dari titik nol .5. Dalam mengukur harus konsentrasi penuh dan focus terhadap apa yang sedang di kerjakan.6. Pengukuran tidak boleh hanya dilakukan satu kali, guna memastikan diri kita bahwa kita telah mendapatkan jarak yang sebenarnya.7. Setelah yakin akan kerjaan kita, catatlah hasil dari pengukuran terasebut.

F. Tabel Pengukuran.

Pengukuran Jarak Horizontal Kelas 1 E

TAnggal:Lokasi:

Group 1

N0TITIK (CM)KETERANGAN

A-BB-CC-DA-DNAMAJENIS METERAN

138.546.562.5147.5147.5Supri

238.746.262.4147.4147.3M. Surya

339.045.862.3147.5147.1Satria

439.045.862.2147.7147.0Harry

539.045.562.2147.2146.7M. Kurnia

60.0Lery

RATA-RATA38.8445.9662.32147.46

STANDEV0.2300.3910.1300.182

AKURASI168.7102117.499477.9726811.7406

Group 2

N0TITIK (CM)KETERANGAN

A-BB-CC-DA-DNAMAJENIS METERAN

139.446.462.9147.8148.7Moammar

238.745.962.5147.2147.1Suryani

339.046.063.0148.0148.0Erwin

439.045.562.5147.0147.0Samuel

538.945.862.3147.2147.0Azhari

639.045.962.4147.2147.3Syahmina

RATA-RATA39.0045.9262.60147.40

STANDEV0.2280.2930.2830.400

AKURASI171.0263156.8789221.3244368.5

Group 3

N0TITIK (CM)KETERANGAN

A-BB-CC-DA-DNAMAJENIS METERAN

139.246.263.0147.5148.4Wita

239.446.463.0147.8148.8Tobi

339.045.962.5147.5147.4Fahmi

439.045.862.4147.3147.2Ricky

538.845.762.1147146.6Natal

639.046.062.5147.5147.5Edo

RATA-RATA39.066674662.58333147.4333

STANDEV0.2070.2610.3540.266

AKURASI189.1307176.4019176.5422554.6109

Group 4

N0TITIK (CM)KETERANGAN

A-BB-CC-DA-DNAMAJENIS METERAN

138.945.962.4147.3147.2Jhon

238.546.463.1147.2148.0Fahri

338.945.962.4147.2147.2Fransiska

438.946.262.7147.2147.8Suci

539.046.062.5147.2147.5Agung

639.345.962.5147.6147.7Riswan

RATA-RATA38.9166746.0562.60147.28

STANDEV0.2560.2070.2680.160

AKURASI151.8669222.0728233.2964919.3246

G. Analisis data

Group 1

1. Pada jarak titik A-B diperoleh Standar Deviasi 0.230 dengan memiliki nilai mean 38.84. Maka pengukuran yang paling mendekati adalah pengukuran yang dilakukan oleh Satria, harry dan M kurnia. Pengukuran yang paling menjauhi adalah pengukuran yang dilakukan oleh Supri dan M Surya .

2. Pada jarak titik B-C diperoleh Standar Deviasi 0.391 dan memiliki nilai mean 45.96. Maka pengukuran yang paling mendekati adalah pengukuran yang di lakukan oleh Satria dan Harry. Selainnya pengukuran yang menjauhi dari rata-rata.

3. Pada jarak titik C-D diperoleh Standar Deviasi 0.130 dan memiliki nilai mean 62.32. Maka pengukuran yang paling mendekati adalah pengukuran yang di lakukan oleh Satria. Selainnya pengukuran yang menjauhi dari rata-rata.

4. Pada jarak titik A-D diperoleh Standar Deviasi 0.182 dan memiliki nilai mean 147.40. Maka pengukuran yang paling mendekati adalah pengukuran yang di lakukan oleh Satria Supri, dan M surya. Pengukuran yang paling menjauhi adalah pengukuran yang di lakukan oleh Harry dan M kurnia.

Group 2

1. Pada jarak titik A-B diperoleh Standar Deviasi 0.228 dengan memiliki nilai mean 0.400. Maka pengukuran yang paling mendekati adalah pengukuran yang dilakukan oleh Erwin, Samuel dan Syahmina. Pengukuran yang paling menjauhi adalah pengukuran yang dilakukan oleh Moammar, Suryani dan Azhari .

2. Pada jarak titik B-C diperoleh Standar Deviasi 0.293 dan memiliki nilai mean 45.92. Maka pengukuran yang paling mendekati adalah pengukuran yang di lakukan oleh Erwin dan Syahmina. Selainnya pengukuran yang menjauhi dari rata-rata.

3. Pada jarak titik C-D diperoleh Standar Deviasi 0.283 dan memiliki nilai mean 62.32. Maka pengukuran yang paling mendekati adalah pengukuran yang di lakukan oleh Suryani dan Samuel. Selainnya pengukuran yang menjauhi dari rata-rata.

4. Pada jarak titik A-D diperoleh Standar Deviasi 0.266 dan memiliki nilai mean 147.46. Maka pengukuran yang paling mendekati adalah pengukuran yang di lakukan oleh Satria Supri, dan M surya. Pengukuran yang paling menjauhi adalah pengukuran yang di lakukan oleh Harry dan M kurnia.

Group 3

1. Pada jarak titik A-B di peroleh Standar Deviasi 0.207 dengan memiliki nilai mean 39.06667. Maka pengukuran yang paling mendekati adalah pengukuran yang dilakukan oleh Fahmi, Ricky dan Edo. Pengukuran yang paling menjauhi adalah pengukuran yang dilakukan oleh Natal, Tobi dan Wita .

2. Pada jarak titik B-C di peroleh Standar Deviasi 0.261 dan memiliki nilai mean 46. Maka pengukuran yang paling mendekati adalah pengukuran yang di lakukan oleh Fahmi dan Edo. Selainnya pengukuran yang menjauhi dari rata-rata.

3. Pada jarak titik C-D di peroleh Standar Deviasi 0.354 dan memiliki nilai mean 62.58333. Maka pengukuran yang paling mendekati adalah pengukuran yang di lakukan oleh Fahmi dan Edo. Selainnya pengukuran yang menjauhi dari rata-rata.

4. Pada jarak titik A-D di peroleh Standar Deviasi 0.266 dan memiliki nilai mean 147.4333. Maka pengukuran yang paling mendekati adalah pengukuran yang di lakukan oleh Ricky, Fahmi, Wita dan Edo. Pengukuran yang paling menjauhi adalah pengukuran yang di lakukan oleh Tobi dan Natal.

Group 4

1. Pada jarak titik A-B di peroleh Standar Deviasi 0.256 dengan memiliki nilai mean 38.91667. Maka pengukuran yang paling mendekati adalah pengukuran yang dilakukan oleh John, Fransiska, Suci dan Agung. Pengukuran yang paling menjauhi adalah pengukuran yang dilakukan oleh Fahri dan Riswan .

2. Pada jarak titik B-C di peroleh Standar Deviasi 0.207 dan memiliki nilai mean 46.05. Maka pengukuran yang paling mendekati adalah pengukuran yang di lakukan oleh John, Fransiska, Agung dan Riswan. Selainnya pengukuran yang menjauhi dari rata-rata.

3. Pada jarak titik C-D di peroleh Standar Deviasi 0.268 dan memiliki nilai mean 62.60. Maka pengukuran yang paling mendekati adalah pengukuran yang di lakukan oleh Suci, Agung dan Riswan. Selainnya pengukuran yang menjauhi dari rata-rata.

4. Pada jarak titik A-D di peroleh Standar Deviasi 0.160 dan memiliki nilai mean 147.28. Maka pengukuran yang paling mendekati adalah pengukuran yang di lakukan oleh Satria,Fahri, Fransiska, Suci dan Agung. Pengukuran yang paling menjauhi adalah pengukuran yang di lakukan oleh Riswan dan John.

H. Kesimpulan.

1. Titik A-B

Grup yang memiliki rata-rata grup dan yang mendekati adalah grup 3 karena memiliki rata-rata 39.06667 ,Standar Deviasinya 0.207 dan Akurasi 189.1307.

Di banding dengan grup lain yaitu:

Grup 1 rata-rata 38.84 ,Standar Deviasinya 0.230, Akurasi 168.7102.Grup 2 rata-rata 39.00, Standar Deviasinya 0.228, Akurasi 171.0263.Grup 4 rata-rata 38.91667, Standar Deviasinya 0.256, Akurasi 151.8669.

2. Titik B-C

Grup yang memiliki rata-rata grup dan yang mendekati adalah grup 4 karena memiliki rata-rata 46.05, Standar Deviasinya 0.207 dan Akurasi 222.0728.

Di banding dengan grup lain yaitu:

Grup 1 rata-rata 45.96, Standar Deviasinya 0.391, Akurasi 117.499.Grup 2 rata-rata 45.92, Standar Deviasinya 0.293, Akurasi 156.8789.Grup 3 rata-rata 46, Standar Deviasinya 0.261, Akurasi 176.4019.

3. Titik C-D

Grup yang memiliki rata-rata grup dan yang mendekati adalah grup 1 karena memiliki rata-rata 62.32 ,Standar Deviasinya 0.130 dan Akurasi 477.9726.

Di banding dengan grup lain yaitu:Grup 1 rata-rata 62.60, Standar Deviasinya 0.283, Akurasi 221.3244.Grup 2 rata-rata 62.58333, Standar Deviasinya 0.354, Akurasi 176.5422.Grup 4 rata-rata 233.2964, Standar Deviasinya 0.268, Akurasi 62.60.

4. Titik A-D

Grup yang memiliki rata-rata grup dan yang mendekati adalah grup 4 karena memiliki rata-rata 147.28, Standar Deviasinya 0.160dan Akurasi 919.3246. Di banding dengan grup lain yaitu:

Grup 1 rata-rata 147.46, Standar Deviasinya 0.182, Akurasi 811.7406.Grup 2 rata-rata 147.40, Standar Deviasinya 0.400, Akurasi 368.5.Grup 4 rata-rata 147.4333, Standar Deviasinya 0.266, Akurasi 554.6109.

Bab II

Pengukuran jarak

A. Pendahuluan

1. Pengertian pengukuran jarak

Pengukuran jarak adalah basis seluruh pengukuran tanah. Walaupun sudutsudut dapat dibaca seksama dengan peralatan yang rumit, paling sedikit ada sebuah garis harus diukur panjang nya untuk melengkapi sudut-sudut dalam penentuan lokasi titik-titik.ontal Dalam pengukuran tanah datar, jarak antara dua titik berarti jarak horizontal. Jika kedua titik berbeda elevasinya, jarak nya adalah panjang garis horizontal antara garis unting-unting di kedua titik itu.Pengukuran jarak horizontal dengan pita terdiri atas penerapan panjang yang di ketahui pada pita berpembagian skala langsung pada sebuah garis beberapa kali. Dua jenis masalah yang timbul :1. Mengukura jarak antara dua ttitik tertentu, misalnya dua patok di tanah.2. Memasang sebuah jarak dari satu titik awal saja yang tentu tempatnya.

B. Latar belakang

Ilmu ukur tanah merupakan salah satu ilmu yang di pelajari dalam teknik sipil. Ilmu ini adalah cabang ilmu geodesi yang berhubungan dengan pengukuran yang memperhitungkan bentuk muka bumi. Tujuan dari pengukuran geodesi ini adalah menentukan posisi-posisi yang teliti di atas permukaan bumi dan menentukan posisi-posisi dengan jarak tertentu.

C. Landasan teori

C.1. Pengukuran jarak dengan pita

Pengukuran jarak horizontal dengan pita terdiri atas penerapan panjang yang diketahui pada pita berpembagian skala langsung pada sebuah garis bebrapa kali. Dua jenis masalah yang itmbul : (1) mengukur jarak antara dua titik tertentu.(2) memasang sebuah jarak dari suatu titik awal yang tertentu tempatnya .

Pengukuran dilakukan dengan 6 cara :1. Meluruskan2. Memberi tegangan3. Pengguntingan 4. Menandai panjang pita5. Membaca pita 6. Mencatat jarak

Alat alat tambahan pengukuran dengan pita :1. Paku lapangan (Taping pins), kadang disebut juga juru ukur, dipakai untuk menandai panjang pita.2. Alat sipat datar tangan, digunakan untuk menjaga agar ujung ujung pita sama tinggi nya pada waktu mengukur jarak, pada tanah berbukit.3. Anjir (Jalon atau tongkat pelurus), biasa nya dicat selang seling warna merah adan putih.4. Bandul atau unting unting.5. Meteran 50m.6. Buku catatan lapangan (field book).

C.2. Sumber sumber galat pada pengukuran dengan pita .

1. Galat instrumental. Panjang nominal pita berbeda dengan panjang sebenarnya. 2. Galat alamiah. Jarak horizontal antara ujng pembagian skala berbeda karena suhu, angin dan berat pita itu sendiri.3. Galat pribadi. Petugas pita dapat cerboh memasang paku lapangan, membaca pita atau melakukan peralatan.

C.3. jenis jenis kesalahan umum yang mungkin dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Panjang pita yang tidak benar.2. Suhu yang bukan baku.3. Cara menarik pita.4. Pelurusan yang tidak baik.5. Pita yang tidak horizontal.6. Pemasangan Jalon yang tidak benar.7. Kesalahan menanda.8. Salah baca atau interpolasi.9. Lendutan.

D. Praktek Lapangan

Ketua :Agung PraseptyoAnggota:Fahri HalomoanJohn FransiscusFransiska MayasariSuci Lestari BancinRiswanTujuan:Mengukur Jarak di lapangan Hari:RabuTanggal:2010Waktu:Pukul 13.05 15.20Lokasi:Kampus POLITEKNIK NEGERI MEDANCuaca: PanasAlat: Jalon 6 buah, Meteran Gulung (50m), Tripod (2 Buah), Buku Catatn Lapangan, Hand level, Unting Unting .

E. Langkah kerja

Jika suatu jarak A-B akan diukur, pertama-tama yang dilakukan adalah memasang jalon pada masing-masing titik. Anggota memegang titik nol dari pita ukur dan ditepatkan pada as jalon titik A (gambar 3.2). Kemudian kepala regu menarik pita ukur kearah titik B (gambar 3.3 dan gambar 3.4)

Jika pita ukur sudah kencang, maka kepala regu memegang jalon untuk siap dipasang. Sementara itu, pembantunya memberikan aba-aba siap dite-gakkan jika jalon tepat pada garis lurus AB. Kemudian pita ukur ditarik kuat dan sebuah pen ditancapkan ke dalam tanah pada ujung pita ukur. Tahapan di atas diulang sampai mendekati titik B. Sambil mengikuti, si pembantu bertu-gas mengumpulkan pen ukur yang kemudian dihitung jumlahnya. Bagian yang tersisa, yaitu diantara pen terakhir dan titik B diukur panjangnya kemudian ditambahkan ke jumlah panjang sebelumnya untuk mendapatkan panjang totalnya.

Gambar 3.2. Jalon dan As Jalon

Gambar 3.3. Mengukur Jarak Pada Garis Yang Panjang

Gambar 3.4. Cara Melakukan Pengukuran Panjang

Jika sebuah jalon akan ditancapkan di tanah yang keras, maka akan mengalami kesulitan. Untuk itu jalon dapat ditegakkan dengan bantuan kaki segitiga seperti yang terlihat pada gambar 3.5 dan hasil pengukurannya dapat dimasukkan ke dalam tabel 3.2 untuk kemudian diambil panjang rata-rata-nya.

Gambar 3.5. Jalon ditegakkan dengan kaki segitiga

F. Tabel Pengukuran Jarak

Tabel Pengukuran

Tanggal :

Pengukur :

Meteran :

Titik No.Pengukuran IPengukuran IIPengukuran IIIRata - Rata

1-25m, 21cm, 0mm5m, 20cm, 1mm5m, 21cm, 0mm5m, 20cm,6mm

2-37m, 0cm, 4mm7m, 1cm, 4mm7m, 0cm, 6mm7m, 0cm, 8mm

3-48m, 66cm, 8mm8m, 66cm, 5mm8m, 66cm, 9mm8m, 66cm, 7mm

1-311m, 96cm, 6mm11m, 97cm, 6mm11m, 97cm, 6mm11m, 97cm, 6mm

2-44m, 44cm, 4mm 4m, 44cm, 4mm 4m, 44cm, 6mm 4m, 44cm, 5mm

4-521m, 12cm, 6mm21m, 13cm, 6mm21m, 12cm, 6mm21m, 13cm,6mm

5-61m, 16cm, 6mm1m, 16cm, 7mm1m, 16cm, 5mm1m, 16cm, 6mm

6-719m, 71cm, 2mm19m, 71cm, 2mm19m, 71cm, 2mm19m, 71cm, 2mm

7-89m, 20cm, 2mm 9m, 20cm, 2mm 9m, 20cm, 2mm 9m, 20cm, 2mm

8-932m, 21cm, 0mm32m, 21cm, 0mm32m, 21cm, 0mm32m, 21cm, 0mm

9-130m, 21cm, 4mm30m, 20cm, 4mm30m, 22cm, 4mm30m, 21cm, 4mm

Pengukuran Bertahap

Pengukuran bertahap catatan lapangan

Tanggal :

Titik no.Pengukuran IPengukuran IIPengukuran IIITotal

25- 4022m, 69cm, 17mm8m, 7cm, 8mm5m, 72cm, 6mm36m, 48cm, 31mm

40-3324m, 69cm, 10mm10m, 0cm, 6mm4m, 18cm, 3mm38m, 87cm, 19mm

33-3425m, 73cm, 13mm12m, 87cm, 8mm13m, 16cm, 0mm51m, 76cm, 21mm

34-3528m, 29cm, 8mm, 5m, 90cm, 2mm8m, 58cm, 7mm41m, 77cm, 17mm

35-4118m, 12cm, 8mm5m, 97cm, 6m, 73cm, 7mm32m, 82cm, 21mm

41-4227m, 33cm, 10mm5m, 52cm, 4mm9m, 79cm, 2mm42m, 64cm, 16mm

42-4310m, 28cm, 8mm15m, 9cm, 2mm8m, 38cm, 8mm33m, 75cm, 18mm

43-447m, 86cm, 6mm16m, 31cm, 8mm13m, 10cm, 2mm37m, 27cm, 16mm

44-4519m, 87cm, 10mm15m, 41cm, 8mm10m, 29cm, 0mm45m, 56cm, 18mm

45-508m, 66cm, 4mm20m, 18cm, 8mm24m, 97cm, 8mm53m, 81cm, 20mm

G. ANALISIS DATATABEL PENGUKURAN JARAK :

1. Pada pengukuran dari jarak 1-2 di peroleh nilai rata-rata 5m, 20cm, 6mm dan pada engukuran kami yang paling mendekati adalah pengukuran yang ke II2. Pada pengukuran dari jarak 2-3 di peroleh nilai rata-rata 7m, 0cm, 8mm dan pada engukuran kami yang paling mendekati adalah pengukuran yang ke III 3. Pada pengukuran dari jarak 3-4 di peroleh nilai rata-rata 8m, 66cm, 7mm dan pada engukuran kami yang paling mendekati adalah pengukuran yang ke I4. Pada pengukuran dari jarak 1-3 di peroleh nilai rata-rata 11m, 97cm, 6m dan pada engukuran kami yang paling mendekati adalah pengukuran yang ke II dan III 5. Pada pengukuran dari jarak 2-4 di peroleh nilai rata-rata 4m, 44cm, 5mm dan pada engukuran kami yang paling mendekati adalah pengukuran yang ke I6. Pada pengukuran dari jarak 4-5 di peroleh nilai rata-rata 21m, 13cm, 6mm dan pada engukuran kami yang paling mendekati adalah pengukuran yang ke II7. Pada pengukuran dari jarak 5-6 di peroleh nilai rata-rata 1m, 16cm, 6mm dan pada engukuran kami yang paling mendekati adalah pengukuran yang ke I 8. Pada pengukuran dari jarak 6-7 di peroleh nilai rata-rata 19m, 71cm, 2mm dan pada engukuran kami yang paling mendekati adalah pengukuran yang ke I, II, III9. Pada pengukuran dari jarak 7-8 di peroleh nilai rata-rata 9m, 20cm, 2mm dan pada engukuran kami yang paling mendekati adalah pengukuran yang ke I, II, III 10. Pada pengukuran dari jarak 8-9 di peroleh nilai rata-rata 32m, 21cm, 0mm dan pada engukuran kami yang paling mendekati adalah pengukuran yang ke I, II, III11. Pada pengukuran dari jarak 9-1 di peroleh nilai rata-rata 30m, 21cm, 4m dan pada engukuran kami yang paling mendekati adalah pengukuran yang ke I

Table pengukuran bertahap :1. Jumlah total dalam pengukuran dari titik 25-40 adalah 36m, 48cm, 31mm2. Jumlah total dalam pengukuran dari titik 40-33 adalah 38m, 87cm, 19mm3. Jumlah total dalam pengukuran dari titik 33-34 adalah 51m, 76cm, 21mm

4. Jumlah total dalam pengukuran dari titik 34-35 adalah 41m, 77cm, 17mm5. Jumlah total dalam pengukuran dari titik 35-41 adalah 32m, 82cm, 21mm 6. Jumlah total dalam pengukuran dari titik 41-42 adalah 42m, 64cm, 16mm7. Jumlah total dalam pengukuran dari titik 42-43 adalah 33m, 75cm, 18mm8. Jumlah total dalam pengukuran dari titik 43-44 adalah 37m, 27cm, 16mm 9. Jumlah total dalam pengukuran dari titik 44-45 adalah 45m, 56cm, 18mm10. Jumlah total dalam pengukuran dari titik 45-50 adalah 53m, 81cm, 20mm

H. KesimpulanDalam pengukuaran jarak baik yang secara tidak bertahap maupun bertahap hasil dari pengukuran akan sama.Tinggal ketelitian si pengukur dalam melaksanakan kegiatan mengukur di lapangan.

Faktor dari lengkungan yang di sebabkan oleh meteran juga akan mempengaruhi hasil pengukuran.

Jadi ada baiknya jika dalam pelaksanaan pengukuran alat yang di gunakan harus standart.

BAB IIIA. LANDASAN TEORI1. Alat penyipat datar Alat Penyipat Datar adalah salah satu alat pada lingkup survei dan pemetaan yang lazim digunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik yang satu dengan titik-titik yang lainnya, serta dapat pula mengukur jarak atau disebut pula jarak optik.Menyipat datar adalah menentukan atau mengukur beda tinggi antara titik-titik yang ada di permukaan tanah atau terhadap suatu ketinggian referensi tertentu.Salah satu bentuk pengukuran beda tinggi yaitu menggunakan metode polar. Prinsip kerja mengukur beda tinggi metode polar yaitu menghitung tinggi alat dan benang tengah di tiap-tiap titik yang akan dibidik.2. Lensa Pemantulan Cahaya

Sinar yang datang mengenai suatu permukaan obyek akan dipantulkan dengan sudut yang sama besar terhadap normal pada bidang yang dikenai. Gambaran dari sinar dating dan sinar pantul dapat dilihat pada gambar 1. Secara sederhana dapat dikatakan sudut antara dengan sama besar dengan sudut antara dengan .

Pembentukan sinar pantul

Untuk mencari arah sinar pantul dapat dirumuskan (Whit 1980) seperti pada persamaan 1.

= 2 * N * (N L) L

Dinama := sinar pantul

= normal

= negasi dari sinar datangPembiasan CahayaSinar yang mengenai benda transparan akan dibiaskan. Hasil pembiasan tergantung pada kerapatan material obyek. Sinar bias dihitung dengan acuan vektor normal dari obyek seperti yang terlihat pada gambar 2. Perhatikan sinar b yang berasal dari medium satu, kecepatan sinar di medium satu adalah c1 dan membentuk sudut datang 1 terhadap garis normal, mengenai dan melewati obyek dengan medium dua, kecepatan sinar pada medium dua adalah c2 dan sudut pembiasan yang terbentuk antara sinar bias dengan normal adalah 2, maka hukum Snell dinyatakan pada persamaan 2.

c adalah satu banding n sehingga persamaan diatas dapat ditulis dengan

sin(1) * n1 = sin(2) * n2 dimana :1 dan 2 = sudut dating dan sudut pantulc1 dan c2 = kecepatan sinar di medium asal dan tujuann1 dan n2 = index bias medium asal dan tujuan sinar

Jika sudut biasnya 90 maka sinar tidak dibiaskan tetapi dipantulkan secara sempurna. Untuk mencari arah sinar yang sudah dibiaskan (d), seperti yang terlihat pada gambar 2 di dapat dengan persamaan (Hill 1990) seperti pada persamaan 4,5 dan 6.

Dimana : d = sinar bias. = jarak antara cahaya yang dibiaskan dengan garis normal.Un= normal bidangc1= kecepatan pada medium 1 c2= kecepatan pada medium 2b = sinar dating yang mengenai suatu permukaan obyekGambar pembiasan cahaya menurut hukum Snell terlihat pada gambar 2.

Lensa cembungLensa cembung bersifat mengumpulkan sinar. Lensa cembung memiliki sifat-sifat sebagai berikut : Sinar-sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama akan dibiaskan oleh lensa cembung melewati titik fokus. Sinar-sinar yang datang dari titik fokus dibiaskan sejajar dengan sumbu utama. Sinar yang melewati pusat lensa (vertex) tidak akan dibiaskan melainkan diteruskan tanpa mengalami pembiasan. Sifat-sifat di atas berlaku hanya bagi lensa tipis dan sinar-sinar merupakan sinar paralax.Perhatikan gambar-gambar di bawah ini :

Sinar-sinar sejajar sumbu utama dibiaskan lensa cembung melewati titik fokus

Sinar-sinar yang berasal dari titik fokus akan dibiaskan sejajar sumbu utama

Sinar yang melewati pusat lensa (vertex) akan diteruskan tanpa dibiaskan.Lensa cekungLensa cekung bersifat menyebarkan sinar. Lensa cekung memiliki sifat-sifat sebagai berikut: Sinar-sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama akan dibiaskan oleh lensa cekung seolah-olah berasal dari titik fokus. Sinar-sinar yang menuju titik fokus dibiaskan oleh lensa cekung sejajar sumbu utama. Sinar yang melewati pusat lensa (vertex) tidak akan dibiaskan melainkan diteruskan tanpa mengalami pembiasan.Sifat-sifat di atas berlaku hanya bagi lensa tipis dan sinar-sinar merupakan sinar paralax.

Gambar 3. Sinar-sinar sejajar sumbu utama dibiaskan lensa cekung seolah-olah berasal dari titik fokus.

Gambar 2. Sinar-sinar yang menuju titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama.

Gambar 3. Sinar yang melewati pusat lensa (vertex) diteruskan tanpa dibiaskan.

Gambar Kerja

B. Praktek Lapangan

Ketua :Agung PraseptyoAnggota:Fahri HalomoanFransisca SimanjuntakJohn FransiscusRiswanSuci LestariTujuan:Mengukur jarakHari:SeninTanggal:15 november 2010Waktu:Pukul 13.05 18.00Lokasi:Gedung Sipil Kelas SI 1E POLITEKNIK NEGERI MEDANCuaca: Hujan

C. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN 1. Pesawat Penyipat Datar ( PPD )2. Statif3. Rambu ukur 4. Metetan 5. Data board 6. Patok 7. Alat tulis Pesawawat penyipat datar statip/tripod rambu ukur

Meteran

D. LANGKAH KERJACARA MEMASANG STATIP/TRIPOD1. Longgarkan sekrup yang berda pada statip/tripod.2. Tarik statip / tripod samai kira-kira aetinggi mata atu hidung3. Dirikan tripod/statip tiap kaki harus cukup lebar dibuka minimal 60 derajat.4. Tancapkan ujung statip dengan kaki ke dalam tanah supaya kuat dan kokoh. CARA MEMASANG PESAWAT1. Usahakan piringan kepala tripod harus datar.2. Ambil pesawat dari dalam case/tempat pesawat 3. Putar seperti penggerak gelembung air yang ada pada pesawat sampai berada pada satu garis.4. Letakkan pesawat diatas piringan kepala tripod dan kunci dengan sekrup pengunci tripod.5. Sejajarkan teropong pesawat dengan dua buah sekrup pengatur nivo (a dan b)6. Putar dua sekrup ini (a dan b) secara bersama-sama menurut arah ibu jari, kalau keluar, keluar semua, kalau kedalam, kedalam semua sehingga gelembung nivo seimbang dan ditengah-tengah.7. Putar sekrup c supaya gelembung nivo benar-benar kedudukannya tepat ditengah-tengah.8. Arahkan teropong ke rambu ukur dan nivo di cek kembali.9. Bila gelembung nivo belum di tengah-tengah maka penyetelan nivo diulangi lagi seperti di atas.10. Arahkan kembali ke rambu ukur dan selanjutnya periksa benang silang dengan memutar lensa okuler.11. Periksa pula paralak rambu, dengan memutar sekrup diafragma sampai jelas melihat rambu ukur.12. Jika nivo sudah baik, paralak sudah baik dan benang silang sudah baik, berarti kita sudah siap untuk membaca rambu ukur. Perhatian untuk memngontrol kebenaran dari hasil pengukuran, ukur jarak antara unting-unting yang berada pada alat ke objek yang dituju dengan menggunakan meteran E. Tabel pengukuranTanggal :

BENANGPENGUKURAN

IIIIIIIVV

BA1,395cm1,397 cm1,395 cm1,396 cm1,396 cm

BT1,328 cm1,328 cm1,327 cm1,327 cm1,327 cm

BB1,269 cm1,269 cm1,258 cm1,258 cm1,258 cm

Do = (BA - BB) x 10012.6 m12.8 m13.7 m13.8 m13.8 m

1.332 cm1.333 cm1.3265 cm1.327 cm1.327 cm

Meteran (jarak)13.734 m

F. LANGKAH PERHITUNGAN1. Jarak Optis ( do ) Syarat bacaan bak ukur : BA + BB = 2 BT BA BT = BT BB do = ( BA-BB) x 100

G. KESIMPULANKontrol dalam pengukuran jarak dengan menggunakan auto level ini sangat di perlukan. Terutama bagi pemula dalam menggunkannya. Apabila sudah terbiasa menggunkan alat maka keakuratan data pun dapat dipertanggung jawabkan tanpa harung mengukur kembali jarak antara objek dengan alat.

BAB IV

A. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan :

Dalam melakakukan setiap pengukuran alat yang digunakan harus dalam keadaan standart. Usahakan dalam melakukuakan pengukuran kondisi badan anda dalan keadaan sehat. Cuaca yang tidak mendukung juga harus diperhitungkan dalam melakukan pengukuran. Dalam menulis laporan pengukuran harus langsung dilakukan dilapangan dan nomor seri dari alat juga harus dicatat. Gunakan waktu yang sebaik-baik nya.

Saran : Gunakan waktu dengan sebaik-baik mungkin jangan bermain-main waktu di lapangan. Kerja sama tim sangat dibutuhkan dalam pengukuran ini. Usahakan anda mahir dalam menggunakan setiap alat yang digunakan dalam pengukuran. Dalam mengukur tidak cukup satu kali dilakukan, untuk keakuratan data pengukuran di usahakan tiga kali atau lebih. Hindarilah kesalahan-kesalahan yang fatal maupun yang tidak fatal, agar hasil pengukuran bagus.

30