bab 1

15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekspresi spiritual pasien dengan penyakit akut maupun kronis sangat beragam, mulai dari kondisi pasien yang pasrah dan menerima takdir penyakitnya sampai dengan kondisi menggugat Tuhan nya melalui ekspresi kemarahan dan menolak pengobatan maupun perawatan yang diberikan. Ketidaktahuan maupun ketidakmampuan pasien dalam melaksanakan ibadah yang diyakininya, sementara dukungan spiritual dari perawat menurut pengakuan pasien tersebut tidak mereka dapatkan. Peristiwa tersebut seringkali terjadi pada pasien dengan penyakit kronis yang memerlukan perawatan yang lama, contohnya adalah Stroke (Inggriane, 2005 dalam Puspita, 2009). Stroke merupakan penyakit syaraf dan menjadi salah satu masalah kesehatan yang amat penting dan terus mengalami peningkatan yang signifikan setiap 1

Upload: dido-resehh

Post on 12-Feb-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

skripsi

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekspresi spiritual pasien dengan penyakit akut maupun kronis sangat

beragam, mulai dari kondisi pasien yang pasrah dan menerima takdir

penyakitnya sampai dengan kondisi menggugat Tuhan nya melalui ekspresi

kemarahan dan menolak pengobatan maupun perawatan yang diberikan.

Ketidaktahuan maupun ketidakmampuan pasien dalam melaksanakan

ibadah yang diyakininya, sementara dukungan spiritual dari perawat

menurut pengakuan pasien tersebut tidak mereka dapatkan. Peristiwa

tersebut seringkali terjadi pada pasien dengan penyakit kronis yang

memerlukan perawatan yang lama, contohnya adalah Stroke (Inggriane,

2005 dalam Puspita, 2009).

Stroke merupakan penyakit syaraf dan menjadi salah satu masalah

kesehatan yang amat penting dan terus mengalami peningkatan yang

signifikan setiap tahunnya khususnya stroke non hemoragik yang banyak

diderita oleh masyarakat (Tuti, 2009). Berdasarkan data WHO lebih dari

5,47 juta orang meninggal karena stroke di dunia. Dari data yang

dikumpulkan oleh American Heart Association tahun 2004 setiap 3 menit

satu orang meninggal akibat stroke (Freitas et al., 2005). Menurut data

Riskesdas Depkes RI (2007), stroke merupakan penyebab kematian

terbesar sekitar 15.4%. Secara umum diketahuai 85% merupakan stroke non

1

Page 2: Bab 1

2

hemoragik dan 15% merupakan stroke hemoragik. Dinas Kesehatan Jawa

Tengah menunjukkan bahwa prevalensi stroke hemoragik di Jawa Tengah

tahun 2010 adalah 0,03% lebih rendah dibandingkan dengan angka tahun

2009 sebesar 0,05%. Sedang prevalensi stroke non hemoragik pada tahun

2010 sebesar 0,09%, tidak ada perubahan bila dibandingkan prevalensi

tahun 2009 sebesar 0,09%. Data Rumah Sakit Umum Daerah dr.R.Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga pada Juli - September tahun 2013, menunjukan

adanya peningkatan jumlah pasien stoke non hemoragik dari 1,7% menjadi

2,2%.

Stroke menimbulkan dampak yang sangat besar dari segi ekonomi

karena biaya pengobatan dan perawatan sangat tinggi. Selain itu stroke juga

berdampak sosial dari gejala sisa karena penderita tidak dapat lagi bekerja

seperti sediakala dan proses sosialisasinya dapat terhambat (Sutarto, 2010).

Penelitian WHO menyatakan seperlima sampai dengan setengah dari

penderita stroke mengalami kecacatan menahun yang mengakibatkan

munculnya keputusasaan, merasa diri tidak berguna, tidak ada gairah hidup,

disertai menurunnya keinginan berbicara, makan dan bekerja, sedangkan

25% penderita dapat bekerja seperti semula (Purna, 2010).

Pasien yang dirawat di rumah sakit dalam waktu yang lama membuat

cemas. Terlebih karena stroke merupakan masalah serius karena dapat

menyebabkan kematian, kecacatan, dan biaya dikeluarkan sangat besar.

Pada umumnya pasien yang datang di unit perawatan kritis ini adalah

dalam keadaan mendadak dan tidak direncanakan, hal ini yang

Page 3: Bab 1

3

menyebabkan stressor yaitu ketakutan akan kematian, ketidakpastian hasil,

kekhawatiran akan biaya perawatan, situasi dan keputusan antara hidup dan

mati (Kaplan, 2007).

Berdasarkan fakta dampak stroke non hemoragik, sebagaimana tersebut

di atas, maka tidak heran banyak pasien stroke yang mengalami kecemasan.

Berdasarakan survey pendahuluan pada tanggal 13 Nopember 2013 sampai

dengan tanggal 17 Nopember 2013 terhadap lima orang pasien stroke non

hemoragik yang di rawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr.R.Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga menyatakan bahwa seluruh pasien merasa

cemas dan takut akan penyakit stroke yang dideritanya.

Kecemasan yang terjadi pada pasien stroke mengakibatkan terjadinya

serangan stroke berulang, yang merasa menyerah terhadap penyakit dan

kondisi tubuhnya yang mengalami kecacatan atau kelumpuhan jangka

panjang pasca stroke, sehingga penderita tidak dapat melakukan aktivitas

dan berperan seperti sebelumnya (Kumolohadi dalam Adientya, 2012).

Kejadian stroke berulang kerap kali terjadi di antara pasien yang telah pulih

dari serangan stroke. Sekitar 25% pasien akan mengalami kejadian stroke

berulang. Resiko kematiaan dan ketidak mampuan setelah stroke meningkat

dengan adanya kejadian stroke berulang tersebut (NINDS, 2003).

Melihat dampak tersebut sebagai seorang perawat maka harus

melakukan upaya supaya kecemasan pasien stroke menurun. Salah satu

upaya untuk menurunkan kecemasan adalah dengan memenuhi kebutuhan

spiritual. Spiritual adalah aspek keyakinan individu terhadap

Page 4: Bab 1

4

Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan kekuatan sehingga

dapat mempengaruhi individu dalam menjalani hidupnya.

Aktivitas spiritual memberikan efek yang positif dalam

menurunkan stress atau depresi (Potter & Perry, 2005).

Praktik spiritual yang dilakukan pasien lansia dapat

meningkatkan kemampuan berdapatasi dan penerimaan

terhadap keadaannya sekarang sehinggat timbul

produktivitas yang dapat membantu dalam menghadapi

sakit kronis (Potter & Perry, 2005). Individu mampu

menemukan arti dan tujuan hidup, menyadari kemampuan

yang ada dalam diri sehingga mampu memaksimalkan

kekuatan dan potensi yang dimilikinya karena adanya

spiritual. Spiritual juga dapat membantu pasien dalam

meningkatkan motivasi untuk proses penyembuhan dan

meningkatkan kemampuan perawatan dirinya (Yang & Yen,

2012).

Pelayanan rohani di Rumah Sakit Umum Daerah dr.R. Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga dimulai sejak tahun 2007 hingga kini.

Pelayanan rohani dilakukan oleh seorang petugas bimbingan rohani

(bimroh). Jumlah petugas bimbingan rohani yang dimiliki rumah sakit

berjumlah 4 orang, yang bertugas memberikan pembimbingan rohani

dengan melakukan kunjungan rutin pada pasien-pasien dengan masalah

tertentu, pasien yang akan menjalani operasi, pasien dengan penyakit kronis

Page 5: Bab 1

5

dan pasien yang akan sakaratul maut. Tujuan dilakukan kegiatan bimbingan

rohani tidak lain adalah untuk membantu proses penyembuhan pasien dari

segi psikologis, yaitu menurunkan kecemasan pasien.

Hasil survey pendahuluan pada tanggal 5 Desember sampai dengan

tanggal 15 Desember 2013 terhadap lima orang pasien stroke non

hemoragik yang mendapatkan pelayanan bimbingan rohani, menyatakan

setelah diberi pelayanan bimbingan rohani pasien merasa lebih tenang dan

tampak lebih rileks.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti efektifitas pelayanan

bimbingan rohani islam terhadap penurunan kecemasan pasien stroke non

hemoragik di Ruang Rawat Inap RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “apakah pelayanan bimbingan rohani

islam efektif dalam menurunkan kecemasan pasien stroke non hemoragik?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektifitas pelayanan bimbingan rohani islam

terhadap penurunan kecemasan pasien stroke non hemoragik di Ruang

Rawat Inap RSUD dr.R.Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

Page 6: Bab 1

6

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik pasien stroke non hemoragik di Ruang

Rawat Inap RSUD dr.R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

b. Mengetahui rata-rata kecemasan pasien stroke non hemoragik

sebelum dan sesudah diberikan pelayanan bimbingan rohani islam di

Ruang Rawat Inap RSUD dr.R.Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

c. Menganalisis perbedaan rata-rata kecemasan sebelum dan sesudah

diberikan pelayanan bimbingan rohani islam pada pasien stroke non

hemoragik di Ruang Rawat Inap RSUD dr.R.Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah bahan pustaka mengenai

efektifitas bimbingan rohani islam terhadap pasien stroke non

hemoragik dan dapat dijadikan dasar penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat memberikan bahan acuan dalam upaya

penurunan kecemasan pasien stroke non hemoragik dengan

bimbingan rohani islam.

b. Bagi Peneliti

Page 7: Bab 1

7

Mendapatkan tambahan pengetahuan dan praktek dalam proses

penelitian tentang efektifitas pelayanan bimbingan rohani islam

terhadap penurunan kecemasan pasien stroke non hemoragik di

ruang rawat inap.

c. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan referensi baru dalam

penurunan kecemasan pasisn stroke non hemoragik.

d. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan pasien akan mendapatkan

pelayanan kesehatan secara komprehensip meliputi fisik, psikologi,

sosial dan spiritual.

E. KeaslianPenelitian

Beberapa penelitian terkait dengan bimbingan rohani dan kecemasan

pasien.

Tabel 1.1

Nama Judul Penelitian

Tahun Metode Penelitian

Persamaan Perbedaaan

Darwanti dkk

Bimbingan Rohani Dan Pengaruhnya Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Ibu Primigravida Dengan Persalinan Kala 1 Di RSU

2007 Quasi Eksperimen dengan Nonequivalent control group pretest and posttest design. Teknik pengambilan sampel dengan cara

Variabel yang diteliti bimbingan rohani dan penurunan kecemasan pada pasien.

Subyek pada penelitian ini adalah pasien stroke non hemoragik. Metode penelitian Pra Eksperimen dengan one group pre

Page 8: Bab 1

8

Banyumas purposive sampling. Besar sampel yang diambil untuk tiap kelompok 30 orang. Alat ukur yang digunakan manifest anxiety scale dari Taylor (T-MAS). Analisis data menggunakan unavalilable dan wilcoxon rank sum test.

and posttest design.Teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Alat ukur yang digunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Tempat dan waktu penelitian.

Nataliza Pengaruh Pelayanan Kebutuhan Spiritual Oleh Perawat Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Ruang Rawat RSI Siti Rahmah Padang 2011

2011 Quasi eksperimen dengan menggunakan Time Series Design. Teknik pengambilan sampel dengan cara accindental sampling. Besar sampel 20 orang. Pengambilan data menggunakan kuisioner. Analisis data yang digunakan adalah

Variabel yang diteliti tentang spiritual dan kecemasanpada pasien.

Penelitian ini subyeknya pasien stroke non hemoragik. Metode penelitian Pra Eksperimen dengan one group pre and posttest design. Tehnik pengambilan sampel dengan consecutive sampling.Alat ukur yang digunaka

Page 9: Bab 1

9

analisis bivariat dan univariat menggunakan uji wilcoxon.

n Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Analisis data menggunakan paired sample t- test. Tempat dan waktu penelitian.

Suprana Analisis Pengaruh Pelayanan Rohani Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Panti Wilasa Dr.Cipto Semarang Tahun 2009

2009 Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dengan pendekatan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode konsekutif sampling. Besar sampel 138 orang. Alat ukur yang digunakan adalah. try out angket. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dengan uji statistic Chi Square dan

Variabel yang diteliti pelayanan bimbingan rohani. Tehnik pengambilan sampel dengan consecutive sampling

Penelitian ini subyeknya pasien stroke non hemoragik. Metode penelitian Pra Eksperimen dengan one group pre and posttest design.Alat ukur yang digunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Analisis data univariat dan bivariat menggunakan uji paired sample t- test.Tempat dan

Page 10: Bab 1

10

multivariate dengan uji Regresif Logistik.

waktu penelitian.