bab 1

19
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sub Divisi Myxomycotina dikenal sebagai jamur lender plasmodial / aseluler. Jamur lender plasmodial biasanya hidup seperti plasmodium. Mereka memiliki lapisan lendir dan bersifat fagositosit terhadap materi tumbuhan di hutan atau lahan pertanian. Pada saat yang tidak menguntungkan, seperti musim kemarau, plasmodium berkembang membentuk sporangia (tunggal : sporangium). Sporangium adalah struktur reproduksi penghasil spora. Kumpulan dari sporangium disebut badan buah. Jika kondisi memungkinkan untuk tumbuh, misalnya kelembapan tingg, spora yang dihasilkan oleh sporangium akan berkecambah. Pada proses perkecambahan, spora dilepas dalam bentuk sel- sel berflagel atau sel-sel ameboid. Pada akhirnya, kedua bentuk sel tersebut bersatu membentuk zigot dan tumbuh membentuk plasmodium multinukleat lagi. Myxomycota merupakan jamur lendir yang tidak bersekat. Jamur ini berinti banyak, setiap intinya tidak dipisahkan oleh adanya sekat, bersifat uniseluler ataupun multiseluler, dan dapat bergerak bebas. Jamur lendir hidup di batang kayu yang membusuk, tanah lembap, sampah basah, kayu lapuk, dan di hutan basah. Jamur lendir dapat berkembang biak dengan cara vegetatif dan generatif.

Upload: shinta-a-wulandari

Post on 01-Feb-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sub Divisi Myxomycotina dikenal sebagai jamur lender plasmodial / aseluler. Jamur lender

plasmodial biasanya hidup seperti plasmodium. Mereka memiliki lapisan lendir dan bersifat

fagositosit terhadap materi tumbuhan di hutan atau lahan pertanian.

Pada saat yang tidak menguntungkan, seperti musim kemarau, plasmodium berkembang

membentuk sporangia (tunggal : sporangium). Sporangium adalah struktur reproduksi penghasil

spora. Kumpulan dari sporangium disebut badan buah. Jika kondisi memungkinkan untuk

tumbuh, misalnya kelembapan tingg, spora yang dihasilkan oleh sporangium akan berkecambah.

Pada proses perkecambahan, spora dilepas dalam bentuk sel- sel berflagel atau sel-sel ameboid.

Pada akhirnya, kedua bentuk sel tersebut bersatu membentuk zigot dan tumbuh membentuk

plasmodium multinukleat lagi.

Myxomycota merupakan jamur lendir yang tidak bersekat. Jamur ini berinti banyak, setiap

intinya tidak dipisahkan oleh adanya sekat, bersifat uniseluler ataupun multiseluler, dan dapat

bergerak bebas. Jamur lendir hidup di batang kayu yang membusuk, tanah lembap, sampah

basah, kayu lapuk, dan di hutan basah. Jamur lendir dapat berkembang biak dengan cara

vegetatif dan generatif. Fase vegetatif Plasmodium bergerak amoeboid mengelilingi dan menelan

makanan berupa bahan organik. Makanan dicerna dalam vakuola makanan. Sisa yang tidak

dicerna ditinggal sewaktu plasmodium bergerak. Jika telah dewasa, Plasmodium membentuk

sporangium (kotak spora). Sporangium yang masak akan pecah dan spora tersebar dengan

bantuan angin. Spora yang berkecambah akan membentuk sel gamet yang bersifat haploid,

kemudian sel gamet ini melakukan singami. Singami adalah peleburan dua gamet yang bentuk

dan ukurannya sama (yang tidak dapat dibedakan jantan dan betinanya). Hasil peleburan berupa

zigot dan zigot tumbuh dewasa.

Pada Myxomycota, massa berinti banyak yang disebut Plasmodium (jangan dikacaukan dengan

plasmodium penyebab malaria), bergerak berpindah tempat di tanah atau sepanjang dasar hutan,

di daun, kayu busuk untuk memakan bakteri. Plasmodium mempunyai banyak inti, tetapi tidak

Page 2: BAB 1

dapat dibagi menjadi beberapa sel-sel terpisah. Myxomycota yang sedang bergerak dapat

seukuran buah anggur. Saat Plasmodium membesar, intinya membelah. Sebaliknya, pada

Acrasiomycota, sel-sel individu tetap terpisah saat mereka bergabung membentuk

pseudoplasmodium atau massa multiseluler.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ingin dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana ciri-ciri yang dimiliki oleh lumut dari sub divisi Myxomycotina?

2. Bagaiman klasifikasi dari Myxomycotina?

3. Apakah manfaat dan kerugian dari lumut Myxomycotina dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui lebih jauh tentang lumut Myxomycotina

2. Mengetahui klasifikasi dari lumut Myxomycotina

3. Mengetahui manfaat maupun kerugian dari lumut Myxomycotina dalam kehidupan

sehari-hari

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dapat dihasilkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai

berikut :

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang apa dan bagaimana lumut yang

tergolong dalam Myxomycotina tersebut.

2. Mahasiswa dapat mengembangkan lebih dalam lagi mengenai penggunaan lumut dari sub

divisi Myxomycotina untuk dimanfaatkan lebih luas lagi

3. Sebagai bahan pembelajaran yang penting

Page 3: BAB 1

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri dan Klasifikasi Myxomycota

Ciri – ciri umum yaitu : terbentuk tubuh buah dan menghasilkan spora. Ada fase gametofit dan

sporofit, pembentukan spora diawali pembelahan meiosis, dan gamet dibentuk dari pembelahan

mitosis. Contoh : Dictyostelium discoideum, Fuligo infestans, Aethalium septicum Fuligo

infestans Dictyostelium discoideum Aethalium septicum

Jamur lendir adalah bersifat heterotrof. Pada umumnya merupakan saprofit yang dapat menyerap

makanan dari substrat. Jamur lendir mudah ditemukan di tempat lembab sebagai saprofit yang

tumbuh pada kulit kayu.

Sub Divisi Myxomycotina dibagi menjadi 3 Kelas yaitu : Pseudomyxomycetes,

Plasmodiophoromycetes, dan Myxomycetes

A. Kelas Pseudomyxomycetes

Oraganisme yang masuk dalam klas ini di alam bebas tidak mudah dikenal, karena tubuh-

tubuhnya hanya tampak sebentar saja, karena kecilnya talus pada tahap vegetative, dan biasanya

karena keseluruhannya kurang menarik perhatian.

Pada tahap vegetatif Pseudomyxomycetes terdiri atas satu sel yang tidak berdinding, sedang

intinya satu haploid. Sel ini berupa satu tetes protoplasma mirip dengan suatu amoeba dan oleh

karena itu disebut miksamuba. Makanannya pun mirip dengan apa yang dimakan amoeba, yaitu

bakteri dan zat-at organic lainnya. Pseudomyxomycetes tidak menghasilkan sel yang berflagel,

cara bergeraknya miksamuba sama dengan bergeraknya amoeba.

Pada suatu waktu tertentu miksamuba-miksamuba berkumpul menjadi satu kelompok lendir,

namum tiap-tiap sel masih tetap tampak sendiri-sendiri. Oleh karena itu, kelompok lendir ini

tidak merupakan suatu plasmodium, melainkan pseudoplasmodium. Klas Pseudomyxomycetes

dibagi menjadi dua ordo yaitu Ordo Acrasiales dan Ordo Labyrinthulales.

Page 4: BAB 1

1. Ordo Acrasiales

Tubuh buah Acrasiales disebur sorokarp, yaitu suatu bentuk yang terdiri atas suatu himpunan

“buah-buah”. Pada Guttulinopsis tumbuhan itu kecil, hanya tampak jelas jika dilihat dengan

mikroskop. Pada polysphondylium tubuh buah itu bercabang-cabang dan besarnya sampai lebih

dari 1 cm.

Pada beberapa spesies tertentu sorokarp itu sederhana, terdiri atas satu tangkai yang

membawakan satu kelompok spora diujungnya. Pada beberapa spesies yang lain sporokarp

bercabang-cabang, dan pada tiap ujung cabang terdapat satu kelompok spora.

Oskar Brefeld (1869), seorang ahli jamur bangsa Jerman, adalah sarjana pertama yang

membicarakan jamur lendir bersel. Organisme yang disebut ialah Dictyostelium mucoroides.

E.W. Olive (1902) menyusun monografi tentang jamur lendir bersel ini. Perhatian tentang jamur

ini bertambah terus-menerus dan Bonner (1959) menghimpun hasil penelitian para ahli selama

setengah abad dalam bukunya “The Cellular Slime Molds” (1959)

Siklus hidup Acrasiales berawal dari spora yang terlepas dari sorokarp dan berkecambah menjadi

bentuk serupa amoeba (miksamuba). Miksamuba ini berkembangbiak, dan keturunannya tetap

berkelompok sehingga terbentuklah suatu kelompok protoplasma dengan banyak inti. Masing-

masing inti adalah haploid. Berhubung batas antara amuba-amuba tetap ada, maka kelompok

protoplasma itu merupakan apa yang telah disebutkan di depan, yaitu pseudoplasmodium.

Pseudoplasmodium yang kecil-kecil berkerumun dan bergabung menjadi pseudoplasmodium

yang besar disuatu tempat tertentu.

Bentuk sorokarp berbeda-beda menurut spesiesnya, dan berdasarkan perbedaan itu ordo

Acrasiales diklasifikasikan sebagai berikut. Ordo Acrasiales dibagi atas 4 famili, yaitu :

1. Famili Sappiniaceae dengan sorokarp yang sederhana. Kepala sorokarp berupa gada.

Antara tangkai dan kepala tidak tampak batas yang jelas. Genus Sappinia mempunyai 1 spesies.

2. Famili Guttulinaceae dengan sorokarp berupa bola atau serupa gelembung. Antara tangkai

dan kepala tampak batas yang jelas. Sebagai contoh ialah : Guttulina dengan 4 spesies,

Guttulinopsis dengan 3 spesies, Acrasis dengan 2 spesies.

Page 5: BAB 1

3. Famili Acytosteliaceae dengan sorokarp yang tidak terdiri atas sel. Pada pangkal tangkai

terdapat semacam kepingan sebagai landasan. Contoh dari famili ini ialah : Protostelium dengan

1 spesies, Acytostelium dengan 1 spesies.

4. Famili Dictyosteliaceae dengan sorokarp yang langsing. Tangkai panjang, tunggal atau

majemuk, bercabang-cabang lateral atau diujung. Pangkal tangkai serupa kepingan atau serupa

bongkol. Kepala sorokarp kecil, serupa bola. Contonya adalah : Dictyostelium dengan 6 spesies,

Polysphondylium dengan 2 spesies, dan Coenonia dengan 1 spesies.

2. Ordo Labyrinthulales

Labyrinthulales adalah ordo kecil terdiri atas organisme-organisme penghuni perairan (terutama

laut) maupun darat. Organisme ini boleh dianggap sebagai koloni dari sel-sel yang bentuknya

serupa kumparan atau serupa telur. Sel-sel itu tidak berinding, dan tiap sel berinti satu. Sel-sel

tersebut terhimpun menjadi satu kelompok oleh benang-benang dari lendir, dan sel-sel dapat

bergerak lewat benang-benang tersebut. Benang-benang merupakan suatu jaring-jaring tempat

koloni bersemayam.

Kebanyakan Labyrinthulales hidup dilaut sebagai parasit pada bangsa ganggang, misalnya Ulva,

atau pada tumbuhan tinggi seperti Zostera, suatu rumput laut. Dari semua spesies yang sudah

diketahui hanya Labyrinthula minuta yang sel-selnya berbentuk seperti telur, lainnya mempunyai

sel-sel berbentuk kumparan. Dari Labyrinthula algeriensis diketahui, bahwa organisme ini

menghasilkan zoospora yang berflagel 2 tak sama panjang. Sel-selnya berinti satu, dalam inti

terdapat nukleolus. Sel membelah diri secara mitosis, sedang arahnya transversal. Sejumlah sel

berkelompok di suatu tempat tertentu dalam jaring-jaring lendir. Tiap sel membesar dan berubah

menjadi sporosit yang mengandung enam, delapan, atau lebih spora. Spora-spora ini berselaput

lendir dan berflagel dua. Setelah terlepas dari sporosit, spora tersebut berenang-renang sebentar,

lalu menanggalkan flagel serta membelah diri berkali-kali hingga terbentuk satu koloni baru.

Selaput spora berkembang menjadi benang-benang lendir.

Sel pada Labyrinthula minuta membelah dua kali berturut-turut, yang pertama secara membujur.

Dengan demikian terjadi satu kelompok yang terdiri atas 4 sel. Keempat sel ini kemudian

berceraian dan masing-masing membelah diri lagi seperti diuraikan di atas.

Page 6: BAB 1

Ordo Labyrinthulales terdiri atas 4 genus dengan 11 spesies. Genus yang terkenal ialah

Labyrinthula dengan contoh-contohnya Labyrinthula minuta, L. algeriensis, L.vitellina, L.

macrocystis. Kebanyakan hidup di laut.

Ordo yang terkenal kedua ialah Labyrinthorhiza. Pada umumnya Labyrinthoriza adalah penghuni

air tawar.

B. Kelas Plasmodiophoromycetes

Jamur-jamur yang dikelompokkan dalam kelas ini memiliki banyak persamaan dengan jamur

Myxomyetes, misalnya talus berupa plasmodium, dan adanya zoospora. Kelas ini hanya terdiri

dari satu ordo saja, yaitu ordo Plasmodiophorales, dan ordo ini terdiri dari satu famili saja, yaitu

famili Plasmodiophoraceae.

Famili ini terdiri atas 9 genus, yang dibedakan dari yang lainnya berdasarkan sifat spora istirahat.

Ke 9 genus itu ialah Plasmodiophora, Spongospora, Sorodiscus, Sorophaera, Ligniera, Etramyxa,

Octomyxa, Polymyxa, dan Woromina.

Kebanyakan dari genus-genus ini hidup sebagai parasit pada ganggang Vaucheria, atau pada

jamur air Saprolignea, Achlia, dan Pythium. Beberapa spesies hidup sebagai parasit pada

tumbuhan berpembuluh yang hidup di air tawar atau didarat seperti kol, kentang, dll.

Dua spesies, yaitu Plasmodiophora brassiceae dan Spongospora subterranea, dibicarakan disini

karena peranannya bagi kesejahteraan manusia. Yang pertama adalah parasit pada Cruciferaae,

sedang yang kedua adalah penyebab kudis kentang.

Talus berupa plasmodium yang hidup dalam sel inang. Plasmodium menghasilkan

zoosporangium yang mengandung zoospora, atau langsung membagi-bagi diri menjadi spora

istirahat berinti satu. Pada beberapa spesies, spora-spora istirahat terhimpunmenjadi suatu bola

atau cakram tanpa ada tubuh buah.

Tiap spora istirahat kemudian menghasilkan 1 sel kembara. Baik sel kembara maupun zoospora

mempunyai 2 flagel polos yang tidak sama panjangnya. Pembelahan inti dalam fase plasmodium

berlangsung menurut suatu cara yang hanya kedapatan pada protozoa. Tiap-tiap inti membelah

diri dengan membentuk gelendong, sedikit demi sedikit bercerai kromosom-kromosom dari

Page 7: BAB 1

bidang equator menuju kutub yang berdekatan. Sementara itu, nukleolus membagi diri atas 2

bagian dan bagian-bagian itu bergerak mengikuti gerakan kelompok kromosom yang menuju ke

kutub.

Seringkali dikatakan, bahwa pada suatu ketika datang fase tanpa inti (akaryotik). Kemudian,

spora istirahat tumbuh menghasilkan 1 sel kembara berinti 1, berflagel 2 tak sama. Kemudian sel

kembara masuk kedalam inang dan tumbuh menjadi plasmodium. Pada suatu waktu,

plasmodium membagi diri menjadi zoosporangium yang biasanya berinti banyak.

Zoosporangium menghasilkan zoospora-zoospora yang haploid.

Ada kalanya plasmodium membagi dirinya menjadi spora istirahat. Bentuk spora istirahat tidak

dapat dibedakan dengan zoosporangium kecuali zoosporangium sedang menghasilkan spora.

C. Kelas Myxomycetes

Berdasarkan ciri-ciri yang khas, maka setengah ahli menyebutnya Mycetozoa (kata Yunani

Mykes = Jamur, Zoon = Hewan) dalam siklus hidup organisme-organisme tersebut terdapat

tahap atau fase yang serupa dengan kehidupan protozoa, berseling dengan tahap atau fase yang

mirip dengan kehidupan jamur biasa.

Setengah ahli yang lain menamakan kelompok organisme ini Myxomycetes (kata Yunani Myxa

= lendir, Mykes = jamur) atau jamur lendir, dan pada fase lain tampaknya seperti jamur.

Makanan jamur lendir yaitu bakteri, protozoa, dan mikroorganisme yang lain. Dalam hal ini

dapat dikatakan mereka membantu manusia dalam “pembersihan” lingkungan. Di samping itu,

jamur lendir berguna sebagai bahan studi protoplasma dan morfogenesis dalam laboratorium.

Jamur lendir hidup bebas, dan dalam fase lendir dapat berpindah-pindah dengan menjulur ke

tempat-tempat lain yang mengandung banyak makanan. Dalam siklus hidupnya terdapat fase

vegetatif yang diseling dengan fase generatif. Dalam fase vegetatif bentuknya serupa seonggok

lendir (protoplasma) tak berdinding, dan menjulur kemana-mana seperti amoeba. Dalam fase

generatif bentuknya tetap dan terpaku pada suatu tempat tertentu. Bentuk itu adalah tubuh buah

dimana spora-spora kembara dibentuk. Kebanyakan jamur lendir menghasilkan tubuh buah yang

cerah warnanya. Tubuh buah itu berdinding (peridium). Fase pembentukan tubuh buah dengan

spora itu disebut fase generatif atau fase pembiakan.

Page 8: BAB 1

Kelas Myxomycetes dibagi menjadi 6 ordo berdasarkan cara pembentukan spora, warna spora,

bentuk tubuh buah, dan kadar kapur yang dikandung tubuh buah. Keenam ordo itu ialah

Ceratiomyxaes, Liceales, Trichiales, Echinosteliales, Stemonitales, dan Physarales.

1. Subklas Ceratiomyxomycetidae (Exosporae)

Subklas ini terdiri dari satu ordo, yaitu Ceratiomyxales. Dengan satu famili yaitu

Ceratiomyxaceae, dan satu genus yaitu Ceratiomyxa. Dari genus ini dikenal 3 spesies, dan

Ceratiomyxa fruticulosa adalah yang paling terkenal. Siklus hidupnya berbeda dengan siklus

hidup Myxomycetes yang lainnya. Tubuh buah berwarna putih, banyak bercabang. Spora

istirahat terdapat pada permukaan tubu buah yang bercabang-cabang tanpa tertutup oleh

peridium, itulah sebabnya ada penamaan Exosporae.

2. Subklas Myxogastromycetidae (Myxogastres)

Jika keadaan menguntungkan untuk Myxogastres, tiap spora menghasilkan satu sampai empat

spora kembara. Spora kembara dapat berfungsi sebagai gamet dan segera mengadakan

perkawinan, atau spora kembara dapat kehilangan flagel dulu, lalu mengalami pembelahan diri

beberapa kali, dan akhirnya mengadakan perkawinan.

Plasmogami segera diikuti dengan karyogami. Zigot yang semula berflagel dan kemudian

kehilangan flagelnya, atau dari semula tidak berflagel sama sekalii, hal ini bergantung kepada

gamet yang mengadakan perkawinan. Zigot membesar dibarengi dengan pembelahan inti secara

mitotik, dan dengan demikian terbentuklah plasmodium dengan banyak inti yang diploid.

Plasmodium dapat juga terbentuk karena persatuan beberapa zigot, dan dalam perkembangannya

terus dapat menampung zigot atau plasmodium lainnya.

Pada saat dewasa maka plasmodium mengental dan menjadi tubuh buah. Inti-inti mengadakan

meiosis sehingga terbentuklah inti-inti haploid dan kemudian tiap inti haploid terkelilingi oleh

sekelumit protoplasma dengan dinding yang tebal. Demikianlah bentuk spora.

Mengenai pembiakan seksual terdapat beberapa cara yang kebenarannya masih memerlukan

penelitian lebih lanjut. Pada Didymium nigribes dan Physarum gyrosum pembiakan seksual oleh

sel-sel berflagel maupun oleh sel-sel tak berflagel. Pada Stemonitis fusca pembiakan seksual

dilakukan oleh sel berflagel dalam amorba lendir. Amoeba lendir masuk kedalamsel berflagel

Page 9: BAB 1

dengan demikian terjadilah zigot berflagel. Persatuan antara 2 sel kembala berlangsung dengan

perpaduan ujung yang tidak berflagel itu kemudian lenyap, dan akhirnya zigot menjadi amoeba

lendir.

Segera setelah kapilitium terbentuk maka mulailah pembentukan spora. Inti-inti yang diploid

membelah diri secara meiosis, kemudian inti haploid mengelilingi dir dengan sedikit

protoplasma disertai dengan dinding. Spora-spora tersebut berada di sela-sela kapilitium tetapi

tak ada hubungan dengannya. Jika peridium melenyap, barulah spora-spora dapat keluar, dibantu

dengan pengembangan kapilitium.

a.) Ordo Liceales

Pada Liceales tidak ada kapilitium, tetapi mungkin ada atau tidak ada benang-benang yang

serupa itu. Martin (1949) membagi ordo ini atas tiga famili dengan sepuluh genus yang

mencakup 43 spesies. Yang biasanya mudah diperoleh dimana-mana yaitu : Lycogala

epidendrum, Tubifera ferruginosa, dan Dictydium cancellatum.

b.) Ordo Trichiales

Tubuh buah Trichiales mempunyai banyak kapilitium, jauh berbeda dengan tubuh buah Liceales.

Sporanya berwarna muda. Trichiales terdapat dimana-mana, terutama pada kayu-kayuan yang

sudah mati.

Hemitrichia, Trichia, dan Arcyria terdapat di daerah sub-tropik di musim semi sampai musim

gugur. Hemitrichia clavata terdapat pada kayu-kayuan yang telah mati. Dari genus trichia

banyak dikenal Trichia scabra, Trichia persimilis, Trichia varia. Dari genus Arcyria banyak

ditemukan Arcyri incarnata, Arcyria nutans, dan Arcyria cinerea.

c.) Ordo Echinosteliales

Spora ada yang tidak berwarna, ada juga yang berwarna agak jingga atau kuning keemasan.

Dinding spora tidak halus rata, melainkan ada penebalan-penebalan yang tidak teratur. Peridium

mengalami disintegrasi pada waktu tubuh buah masih muda, sehingga sporangium-sporangium

yang dewasa tidak terkurung dalam peridium lagi.

Page 10: BAB 1

Dua spesies tidak mempunyai kapilitium, satu spesies mempunyai kapilitium yang kerdil, sedang

satu spesies lagi kapilitiumnya merupakan jaring-jaring. Tiga diantara keempat spesies dapat

menghasilkan plasmodium jika dipiara dalam medium buatan dan semuanya berbentuk

protoplasma. Salah satu contoh spesiesnya yaitu Achinostelium minutum.

d.) Ordo Stemonitales

Di Amerik Utara terdapat 3 famili dengan 12 genus yang mencakup 64 spesies. Peridium

maupun kapilitium tidak berkapur, akan tetapi tangkai tubuh buah mungkin dapat mengandung

kapur. Biasanya banak kapilitium serupa benang dan berwarna abu-abu tua.

Stemonitis fusca, Stemonitis splendens, dan Stemonitis axifera yang biasanya sering ditemui.

Dari genus Comatricha nigra, Comatricha typhoides-lah yang paling dikenal. Comatricha laxa,

Comatricha elegans, dan Comatricha cornea adalah yang biasa terdapat pada kulit pohon yang

sudah mati. Lamproderma arcyriodes mempunyai peridium yang berwarna biru keemasan.

e.) Ordo Physarales

Ordo ini mencakup Myxogastres yang tubuh buahnya mengandung banyak kapur. Ordo ini

terdiri atas dua famili dengan 12 genus yang mencakup banyak spesies. Dari genus Physarumi

dikenal 68 spesies. Physarum viride, Physarum leucophaeum, dan Physarum leucopodium

dikenal dimana-mana. Physarum nicaraguense adalah penghuni daerah tropik. Tipe genus yang

terkenal juga ialah Badhamia, Diderma, dan Didymium.

B. Susunan Tubuh Myxomycota

Pada Pseudomyxomycetes tubuh buahnya (sorokarp) beberapa jenis tertentu bentuknya

sederhana. Terdiri atas satu tangkai yang membawa satu kelompok spora diujungnya. Pada

beberapa jenis yang lain ujungnya bercabang.

Tubuh jamur lendir berupa plasmodium yang merayap secara amoeboid pada substrat.

Plasmodium adalah gumpalan plasma dengan banyak inti yang dibatasi oleh membran. Pada

jenis tertentu berwarna kuning, jingga merah, warna tersebut umumnya disebabkan oleh pigmen

yang dihasilkan oleh plasmodium.

Page 11: BAB 1

Protoplasma pada plasmodium dapat dibedakan menjadi dua zona. Zona terluar lebih kokoh dan

mengandung sedikit cairan disebut ektoplasma. Protoplasma bagian dalam mempunyai lebih

banyak cairan, berinti disebut endoplasma.

C. Susunan Sel Myxomycota

Pada jamur lendir tidak memiliki dinding sel, sel hanya dibatasi oleh membran plasma.

Alat gerak ada dua macam :

a. Pseudopodia : apabila dalam bentuk miksamuba

b. Flagela : tipe heterokon dibentuk pada sel kelamin

D. Reproduksi Myxomycota

a. Vegetatif : membelah diri dan fragmentasi

b. Sporik : selalu dalam keadaan haploid dan dibentuk oleh tubuh buah atau langsung oleh

plasmodium dewasa.

c. Gametik : Pada dasarnya merupakan tipe isogami-zoogami. Gamet pada cara pembiakan

ini adalah miksamuba dan sel kembara.

Page 12: BAB 1

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ciri – ciri umum yaitu : tidak punya kloroplas, merupakan predator fagosit, dapat menelan

bakteri, hama, spora dan komponen organic, reproduksi : aseksual (membelah diri) dan seksual

(penyatuan 2 inti , membelah mitosis berulang, plasmodium berinti banyak), menghasilkan lendir

saat lingkungan kurang menguntungkan.

Klasifikasi dari lumut sub-divisi Myxomycotina yaitu memiliki 3 kelas. Kelas

Pseudomyxomycetes, Kelas Plasmodiophoromycetes, dan Kelas Myxomycetes. Dan terdiri dari

8 ordo total.

Manfaat dari jamur Myxomycotina yaitu memakan bakteri, protozoa, dan organisme lainnya,

dengan kata lain dapat membantu manusia dalam pembersihan lingkungan. Di samping itu,

jamur lendir berguna sebagai bahan studi tentang protoplasma dan morfonenesis dalam

laboratorium. Bagi penggemar jamur lendir, warna dan bentuk tubuh buah yang dimiliki oleh

jamur lendir dianggapnya sangatlah menarik.

Page 13: BAB 1

DAFTAR RUJUKAN

ü Dwidjoseputro, D. 1978. Pengantar Mikologi. Bandung : Penerbit Alumni

ü http://www.ebookpp.com/ma/manfaat-dan-kerugian-fungi-jamur-ppt.html