bab 1
DESCRIPTION
reaktorTRANSCRIPT
Abstrak Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering dijumpai dalam industri kimia. Hal ini dikarenakan kemampuan operasinya yang dapat diatur kapasitasnya. Percobaan reaktor alir kontinyu bertujuan untuk menghitung harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH, mengetahui pengaruh pengadukan terhadap konstanta reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH, mengetahui hubungan orde reaksi dengan harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH, membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu. Pada percobaan ini variabel tetap yang digunakan adalah tinggi cairan 10 cm, konsentrasi NaOH dan etil asetat 0,1 N, dan konsentrasi HCl 0,05 N sedangkan variabel berubahnya adalah pengadukan lambat, sedang, dan cepat. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa semakin cepat pengadukan, NaOH sisa (Ca) semakin sedikit sehingga orde reaksi dan harga konstanta reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH (k) semakin besar. Ca model lebih kecil dari Ca percobaan karena perhitungan Ca model yang menggunakan metode Runge Kutta yang keakuratannya tinggi, sedangkan Ca percobaan diperoleh dari percobaan. Kata kunci : Reaktor tangki berpengaduk, pengadukan, konstanta reaksi penyabunan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi pada raktor CSTR
1.2 Teori
1.2.1 Pengertian Reaktor
Reaktor merupakan alat utama pada industri yang digunakan untuk proses
kimia yaitu untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Reaktor dapat
diklasifikasikan atas dasar cara operasi, fase maupun geometrinya. Berdasarkan
cara operasinya dikenal reaktor batch, semi batch, dan kontinyu. Berdasarkan fase
reaksi yang terjadi didalamnya reaktor diklasifikasikan menjadi reaktor homogen
dan reaktor heterogen, sedangkan ditinjau dari geometrinya dibedakan reaktor
tangki berpengaduk, reaktor kolom, reaktor fluidisasi dan lain lain. Reaktor
merupakan alat yang sangat peting dalam suatu proses begitupula , laju aliran
yang digunakan dalam suatu proses.
Dalam industri kimia, hampir dapat dipastikan terdapat pengendalian laju
alir. Oleh sebab itu, mempelajari dinamika tangki adalah hal yang sangat penting
untuk diketahui dan dipelajari. Jenis reaktor yang akan digunakan dalam suatu
proses reaksi pun perlu diperhatikan guna membantu proses reaksi berjalan
dengan baik.
Perhitungan-perhitungan yang melibatkan reaktor tangki biasanya
menganggap reaktor ideal, seperti waktu tinggal partikel adalah sama semua
reaktan dan penyebaran yang homogenya disemua tempat dalam reaktor yang
digunakan. Peristiwa penyebaran partikel yang menyeluruh akan mengakibatkan
konsentrasi di dalam masing-masing reaktor tangki akan menjadi konstan.
Reaktor
1.2.2 Reactor Batch
Neraca bahan pada reaktor secara simultan
output
input reaktan
bereaksi
akumulasi
Gambar 1.1 Bagan Neraca Massa Suatu Sistem
input = 0
output = 0
Reaktan yang bereaksi = (-rA)
Input = output + reaktan yang bereaksi + akumulasi
0 = 0 + v (-rA) + d (NA)dt
…(1)
0 = Vi (-rA) + d [NAo (1−XA )]
dt …(2)
0 = Vi (-rA) – NAo dXAdt
…(3)
dt = NAo
Vi(−r A)dXA …(4)
t = NAo ∫0
XAdXA
Vi(−r A) …(5)
Pada volume konstan
CA = CAo(1-XA)
dCA = -CAo.dXA …(6)
Pers. (6) masuk ke pers. (5) diperoleh
t = CAo ∫0
XAdNA−rA
= -∫CAo
CAdCA−rA
…(7)
1.2.3 Reaktor Ideal Aliran Kontinyu / Reaktor Alir Tangki Berpengaduk
(CSTR)
Tahapan yang terjadi pada reactor CSTR ini terbagi dalam 3 tahap proses,
yaitu :
a. Tahap Pertama
Tahap pertama dimulai saat t = 0 sampai terjadi overflow
Dari hokum kekekalan massa
Akumulasi = input-output
ρ dvdt
= ρ Fo – 0 …(8)
dV = Fo.dt , pada t = 0 → V = 0
karena density laju alir dianggap konstan maka volumenya hanya merupakan
fungsi dari waktu.
V = Fo. T …(9)
Sedangkan dari neraca komponen :
Akumulasi = input – output – laju konsumsi karena reaksi
ddt
(V .C) = Fo. Co – 0 – V (-rA) …(10)
Dalam hal ini :
V = volume bahan dalam reactor (l)
C = kondentrasi molar reaktan dalam reaktor (mol/l)
Fo = laju alir reaktan masuk (l/ menit)
Co = konsentrasi molar reaktan dalam feed (mol/l)
t = waktu reaksi (menit)
-rA = kecepatan reaksi (mol/menit)
Reaksi yang terjadi =
A + B → C + D
- rA = k CA CB , karena CA = CB maka
- rA = k CA2 = k C2 …(11)
Pers. (11) → pers.(10)
ddt
(V .C) = Fo. Co – V.k.C2
V dCdt
+ C dVdt
= Fo. Co – V.k.C2 …(12)
Pers. (9) → pers. (12)
Fo.t.dCdt
+ C.Fo = Fo.Co – F.t.k.C2 …(13)
dCdt
= Cot
- Ct
- k.C2 …(14)
Dengan menggunakan boundary condition pada t=0 , C = Co dan substitusi U =
exp [k∫C dt ¿¿ maka pers.14 menjadi :
t2 d2Udt 2 + t
dUdt
- k.U. Co. t = 0 …(15)
Pers. (15) diubah menjadi fungsi Bessel dengan substitusi z = t0,5 , menjadi :
z2. d2Vd t2
+ z dVdt
- 4.k.Co.z2.u = 0 …(16)
Pers. (16) merupakan modifikasi pers.Bessel yang mempunyai bentuk umum
sebagai berikut:
x2. d2 yd t2
+ x (a + 2bxr) dydx
+ [c + dx2s – b(1-a-r) x.r + b2.x2.r].y = 0
Dari pers.(5) didapatkan :
a = 1
r = 0
p = 1s
❑√ (1−a)2
2−c = 0
b = 0 s = 0 p = 0
c = 0 d = -4.k.Co √ ds = imajiner
Sehingga penyeledaian pers. (16) adalah :
U = C1. zp. (√4.k .Co. z) + Cz. zp.( √4.k .Co. z) …(18)
Pada t = 0, z = 0 → zp = ~
Sehingga Cz = 0
U = C1. Zp (√4.k .Co. z)
Karena p = 0 dan √d /s = imaginer
Maka = U = C1. I0 (√4.k .Co. z)
dUdt
= ddz
C1. I0 (√4.k .Co. z) …(19)
Dari Sherwood halaman 178 pers. (5.83) didapatkan
dUdt
= C1. (√4.k .Co. z) I0 (√4.k .Co. z) …(20)
Dari substitusi semula, diperoleh :
dUdt
= 2.k. Cz. C1. I0 (√4.k .Co. z) …(21)
Maka pers. (14) dan (15) diperoleh :
C1. (√4.k .Co. z) I0 (√4.k .Co. z) =k. C. C1. I0 (√4.k .Co. z)
C = (√4.k .Co . z )I 0(√4.k .Co. z)k .C2 .C . I 0(√4.k .Co. z)
C = C0.T 1(2√k .Co .T )k .t .T 0(2√k .Co.T )
…(22)
b. Tahap Kedua
Pada tahap ini proses berjalan kontinyu, namun belum tercapai kondisi steady
state. Dapat dinyatakan dengan :
C = f(t) dan V= konstan dVdt
= 0
Dari neraca massa komponen diperoleh :
ddt
(V .C) = F.Co – F.C – k.V.C2 …(23)
VdCdt
- C dVdt
= F.Co – F.C - k.V.C2 …(24)
Apabila T = t – Ť waktu, menit
Ť = VF
konstanta waktu
Pers. (24) menjadi
dCdt
= CoŤ
- CŤ
k. C 2 …(25)
Pada keadaan steady state C = Co
Penyelesaian partikular pers. (25) adalah C – Cs, dimana Cs adalah konsentrasi
pada keadaan steady.
Substitusikan C = Cs + 1/ s
Pers. (25) berubah menjadi pers.differential orde 1 yang mana dapat diselesaikan
dengan metode factor integrasi
C – Co = 1
B . sxp (AT )− KA
…(26)
C1 adalah konsentrasi awal tiap tahap kedua yaitu pada saat t = Ť yang diperoleh
dengan pengukuran konsentrasi contoh.
c. Tahap Ketiga
Pada tahap ini proses berjalan dalam keadaan steady state dan akumulasi = 0
Dari neraca komponen , diperoleh :
F – Co = F.C + Vr …(27)
F – Co = F.C + V.k.Cs2 …(28)
Co = Cs + VF
k. Cs 2 …(29)
k. Ť. Cs 2 + Cs – Co = 0 …(30)
Apabila k diketahui maka Cs dapat diprediksikan. Sebaliknya apanila Cs
diukur maka nilai k dapat dihitung. Pers. (30) merupakan persamaan aljabar biasa
dan dapat diselesaikan dengan mudah.
1.2.4 Tinjauan Thermodinamika
Reaksi = CH3COOC2H5 + NaOH → CH3COONa + C2H5OH
Untuk menetukan sifat reaksi apakah berjalan eksotermis / endotermis
maka perlu membuktikan dengan menggunakan panas permbentukan standart
(∆Hf) pada 1 atm dan 298 K dari reaktan dan produk
∆H298 = ∆Hreaktan - ∆Hproduk
Diketahui data sebagai berikut :
∆H CH3COOC2H5 = -444.500 J/mol
∆H NaOH = -425.609 J/mol
∆H CH3COONa = -726.100 J/mol
∆H C2H5OH = -235 J/mol
Sehingga
∆H reaksi = (∆H CH3COONa + ∆H C2H5OH) – (∆H CH3COOC2H5 +
∆H NaOH )
= -726.100 + -235.609 – (444.500 + 425.609)
= -91091 J/mol
Karena ∆H bernilai negative maka reaksi yang berlangsung adalah reaksi
eksotermis yang menghasilkan panas.
1.2.5 Tinjauan Kinetika
Reaksi = CH3COOC2H5 + NaOH → CH3COONa + C2H5OH
Untuk menentukan sifat reaksi apakah berjalan searah atau bolak balik
dapat diketahui dari nilai konstanta keseimbangan reaksi. Pada suhu kamar
diperoleh data :
∆G CH3COOC2H5 = -328 000 J/mol
∆G NaOH = -379 494 J/mol
∆G CH3COONa = -631 200 J/mol
∆G C2H5OH = -168 490 J/mol
Sehingga,
∆H reaksi = ∆G produk - ∆G reaktan
= [∆G CH3COONa + ∆G C2H5OH] – [∆G
CH3COOC2H5 + ∆G NaOH]
= [-631 200 - 168 490] J/mol – [-328 000 - -379
494]
= -92 196 J/mol
ddT
(∆G /RT ) = ∆ H
RT 2
∆G = RT ln K
K pada standar 298° K = e(−∆G /RT)
Dari data di atas diperoleh nilai konstanta keseimbangan pada temperature
298 K adalah 4,179 x 1067. Pada temperature operasi, harga K dihitung dengan
persamaan:
ln(Kk '
) = - ∆ H °R
(1T
− 1T 1
)
ln( 4,19 .10−67
k ') = -
910911,987
(1
298− 1
343)
= 20, 1827
k’ = 7, 715 . 1058
Karena harga konstanta keseimbangan besar, maka reaksi berlangsung
searah (irreversible).
1.2.6 Sifat Fisis dan Sifat Kimia Reagen
1) NaOH
Sifat fisis :
- Berat Molekul = 40 gr/mol
- Titik didih = 134 °C
- Titik lebur = 318, 4 °C
- Berat jenis = 2, 130 gr/mol
- Kelarutan dalam 100 bagian air dingin 10 °C = 42
- Kelarutan dalam 100 bagian air panas 100°C = 32
Sifat kimia :
- Dengan Pb(NO3)2 membentuk endapan Pb(OH)2 yang larut dalam
reagen excess, merupakan basa kuat, mudah larut dalam air.
2) Etil Asetat
Sifat fisis:
Berat jenis = 1, 356 gr/mol
Titik didih = 85 °C
Berat molekul = 88 gr/mol
Titik lebur = -111 °C
Sifat kimia:
Bereaksi dengan Hg+ membentuk endapan Hg2Cl2 putih yang tidak larut
dalam air panas dan asam encer tetapi larut dalam ammonia encer dan
KCN tiosulfat, beraksi dengan Pb2+ membentuk PbCl2 putih, mudah
menguap apabila dipanaskan.
1.2.7 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Harga k
Persamaan Arhenius
1. Frekuensi tumbukan
Pengadukan akan memperbesar tumbukan partikel sehingga akan
menaikan energi aktifasi,jika energi aktivasi naik, maka kecepatan reaksi juga
naik
2. Energi aktivasi
Energi aktivasi merupakan energi minimum yang diperlukan bagi reaksi
untuk berlangsung. Semakin rendah energi aktivasi, maka reaksi akan berjaan
semakin cepat.
3. Suhu
Semakin tinggi suhu, maka reaksi akan berjalan semakin cepat.
4. Katalis
Katalis dapat mempercepat reaksi karena kemammpuannya mengadakan
reaksi dengan paling sedikit satu molekul reaktan untuk menghasilkan senyawa
yang lebih aktif. Interaksi ini akan meningkatkan laju reaksi.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Khalaf, A.M., “Chemical Engineering Education”, 28 (1), 48. 1994
Charles, E. R, Harold, SM and Thomas K.S., “Applied Mathematics in Chemical
Engineering” 2nd end.,Mc. Graw Hill Book Ltd. 1987, New York
Hill, G.C., “An Introduction to Chemical Engineering Kinetika and Reactor
Design”. 1nd ed, John Willey, New York, N.Y, 1977
Levenspiel. O., “Chemical Reaction Engineering” 2nd ed, Mc. Graw Hill Book
Kogakusha Ltd, Tokyo, 1970
Daftar pustaka bisa bertambah , disesuaikan dengan kebutuhan, terutama pustaka-
pustaka yang mendukung ketika Anda membahas hasil percobaan.