bab 1

32
I-1 REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032 L A P O R A N R E N C A N A 1.1 LATAR BELAKANG Penataan ruang pada dasarnya adalah suatu proses, yang meliputi proses perencanaan, proses pemanfaatan dan proses pengendalian pemanfaatan ruang yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan sebagai suatu sistem. Salah satu bagian penting dari proses menerus tersebut adalah perencanaan tata ruang yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, mulai dari proses penyusunan sampai penetapan dalam bentuk peraturan daerah. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah memiliki dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Wilayah yang disusun pada Tahun 1999 dengan masa berlaku sampai Tahun 2010. Selama periode tersebut, telah banyak kebijakan baik yang berskala lokal, regional sampai nasional yang berubah, termasuk gambaran perkembangan pemanfaatan sumber daya baik alam maupun buatan. Perubahan-perubahan tersebut perlu dikaji ulang serta perlu dilakukan updating data-data yang telah ada guna penyusunan revisi RTRW yang telah ada sebelumnya. Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang No.26 tahun 2007 sebagai pengganti Undang- Undang No. 24 tahun 1992, membawa perubahan yang cukup mendasar bagi pelaksanaan kegiatan penataan ruang, salah satunya pada aspek pengendalian pemanfaatan ruang, selain pemberian insentif dan disinsentif juga pengenaan sanksi yang merupakan salah satu upaya sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Pengenaan sanksi ini tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan ijin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Disamping itu dengan lahirnya Undang-undang No. 26 Tahun 2007 memberikan kejelasan tugas dan tanggung jawab pembagian wewenang antara pemerintah, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang. Sejalan dengan perubahan mendasar tersebut di atas,maka daerah dalam hal ini Kabupaten Banyuwangi diberikan waktu selama 3 (tiga) tahun untuk melakukan penyesuaian terhadap rencana tata ruang yang ada, yaitu dengan melakukan peninjauan kembali atau penyempurnaan rencana tata ruang agar sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 serta untuk menjadikan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Kegiatan peninjauan kembali rencana tata ruang adalah suatu proses yang dilakukan secara berkala selama jangka waktu perencanaan berjalan agar selalu memiliki suatu rencana tata ruang yang berfungsi seperti yang ditetapkan dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007. Selanjutnya rencana tata ruang wilayah yang ada setidaknya ditinjau 1 (satu) kali setiap 5 (lima) tahun dengan tujuan utama untuk mengecek kesesuaian dan keefektifan pelaksanaan RTRW dan bukan ditujukan untuk pemutihan penyimpangan pemanfaatan ruang. Faktor yang menjadikan kegiatan peninjauan kembali

Upload: raden-adimas-anggoro

Post on 09-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Batang Tubuh

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1

I-1

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

1.1 LATAR BELAKANG

Penataan ruang pada dasarnya adalah suatu proses, yang meliputi proses perencanaan,

proses pemanfaatan dan proses pengendalian pemanfaatan ruang yang dilakukan secara

terus menerus dan berkesinambungan sebagai suatu sistem. Salah satu bagian penting dari

proses menerus tersebut adalah perencanaan tata ruang yang dituangkan dalam Rencana

Tata Ruang Wilayah, mulai dari proses penyusunan sampai penetapan dalam bentuk

peraturan daerah. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah memiliki dokumen Rencana

Tata Ruang Wilayah Wilayah yang disusun pada Tahun 1999 dengan masa berlaku sampai

Tahun 2010. Selama periode tersebut, telah banyak kebijakan baik yang berskala lokal,

regional sampai nasional yang berubah, termasuk gambaran perkembangan pemanfaatan

sumber daya baik alam maupun buatan. Perubahan-perubahan tersebut perlu dikaji ulang

serta perlu dilakukan updating data-data yang telah ada guna penyusunan revisi RTRW yang

telah ada sebelumnya.

Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang No.26 tahun 2007 sebagai pengganti Undang-

Undang No. 24 tahun 1992, membawa perubahan yang cukup mendasar bagi pelaksanaan

kegiatan penataan ruang, salah satunya pada aspek pengendalian pemanfaatan ruang,

selain pemberian insentif dan disinsentif juga pengenaan sanksi yang merupakan salah satu

upaya sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai

dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Pengenaan sanksi ini tidak hanya

diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan

pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang

menerbitkan ijin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Disamping itu dengan lahirnya Undang-undang No. 26 Tahun 2007 memberikan kejelasan

tugas dan tanggung jawab pembagian wewenang antara pemerintah, pemerintah propinsi,

pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang.

Sejalan dengan perubahan mendasar tersebut di atas,maka daerah dalam hal ini Kabupaten

Banyuwangi diberikan waktu selama 3 (tiga) tahun untuk melakukan penyesuaian terhadap

rencana tata ruang yang ada, yaitu dengan melakukan peninjauan kembali atau

penyempurnaan rencana tata ruang agar sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 serta untuk menjadikan ruang yang aman, nyaman,

produktif dan berkelanjutan. Kegiatan peninjauan kembali rencana tata ruang adalah suatu

proses yang dilakukan secara berkala selama jangka waktu perencanaan berjalan agar

selalu memiliki suatu rencana tata ruang yang berfungsi seperti yang ditetapkan dalam

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007. Selanjutnya rencana tata ruang wilayah yang ada

setidaknya ditinjau 1 (satu) kali setiap 5 (lima) tahun dengan tujuan utama untuk mengecek

kesesuaian dan keefektifan pelaksanaan RTRW dan bukan ditujukan untuk pemutihan

penyimpangan pemanfaatan ruang. Faktor yang menjadikan kegiatan peninjauan kembali

Page 2: BAB 1

I-2

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

perlu dilakukan salah satunya adalah karena adanya ketidaksesuaian atau simpangan antara

rencana dengan kenyataan yang terjadi di lapangan baik karena faktor internal maupun

karena faktor eksternal. Menyadari hal tersebut, dan sebagai amanat dari dikeluarkannya

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka mulai disusun revisi

terhadap Rencana Tata ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 1999.

Berdasarkan pada hal tersebut di atas, dengan tersusunnya RTRW Kabupaten Banyuwangi

yang baru diharapkan akan terwujud arahan pembangunan yang lebih harmonis, serasi,

selaras dan seimbang dan terkoordinir antar sektor, antar wilayah, maupun antar pemangku

kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan yang mengacu pada RTRW Kabupaten

Banyuwangi. Pada akhirnya diharapkan akan semakin mendorong kualitas ruang dan

kualitas kehidupan masyarakat Kabupaten Banyuwangi secara berkelanjutan. RTRW akan

menjadi alat penyusunan program dan pengendalian pemanfaatan ruang serta menjadi

perangkat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan berwawasan

tata ruang. RTRW kabupaten ini dapat menjadi pedoman bagi perencanaan yang lebih rinci

yakni Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Rencana Detail Tata

Ruang Kawasan Perdesaan dan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten. Rencana-rencana ini

merupakan perangkat operasional dari RTRW Kabupaten Banyuwangi. Selain itu, RTRW

Kabupaten Banyuwangi akan dapat menjadi input bagi Dokumen Perencanaan

Pembangunan Lainnya.

1.2 AZAZ PENATAAN RUANG KABUPATEN BANYUWANGI

Sesuai pasal 2 Undang-Undang No.26 Tahun 2007, maka dalam Penyusunan Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuwangi, akan didasarkan pada azas-azas sebagai

berikut :

a. Azas Keterpaduan,

Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengintegrasikan berbagai

kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah dan lintas pemangku kepentingan

(pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat).

b. Azas Keserasian, Keseimbangan dan Keselarasan,

Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara

struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang, keselarasan antara kehidupan manusia

dengan lingkungannya, keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar daerah

serta antara kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan.

c. Azas Berkelanjutan,

Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan menjamin kelestarian dan

kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan memperhatikan

kepentingan generasi mendatang.

d. Azas Keberdayagunaan dan Keberhasilgunaan,

Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang

dan sumber daya yang terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang

yang berkualitas.

Page 3: BAB 1

I-3

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

e. Azas Keterbukaan,

Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan memberikan akses yang seluas-

luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan

penataan ruang.

f. Azas Kebersamaan dan Kemitraan

Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku

kepentingan.

g. Azas Perlindungan dan Kepentingan Umum,

Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengedepankan kepentingan

masyarakat.

h. Azas Kepastian Hukum dan Keadilan,

Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan berlandaskan ketentuan

peraturan perundang-undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan

mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dan kewajiban

semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian hukum.

i. Azas Akuntabilitas,

Adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat dipertanggungjawabkan, baik

prosesnya, pembiayaannya maupun hasilnya.

1.3 VISI DAN MISI PENATAAN RUANG KABUPATEN BANYUWANGI

Visi penataan ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi dirumuskan berdasarkan isu

pengembangan wilayah dan visi pembangunan wilayah yang tertuang dalam RPJP

Kabupaten Banyuwangi. Visi tersebut adalah :” Terwujudnya pengembangan wilayah

dan pertumbuhan ekonomi kabupaten berbasis pada potensi sumber daya alam

daerah yang didukung oleh pembangunan sarana dan prasarana yang memadai

dengan memperhatikan harmoniasi antara pengelolaan kawasan budidaya,

kawasan lindung, dan pengendalian kawasan rawan bencana. “

Sedangkan misi penataan ruang Kabupaten Banyuwangi yaitu :

1. Mewujudkan pengelolaan kawasan lindung, kawasan budidaya, dan pengendalian kawasan rawan bencana secara harmonis dan berkelanjutan;

2. Mengembangkan sarana dan prasarana wilayah perkotaan dan perdesaan untuk mendukung pengembangan wilayah dan untuk mengurangi disparitas antar wilayah;

3. Mewujudkan pengembangan kawasan ekonomi unggulan yang berbasis sumber daya

lokal berupa pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dan pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

4. Mewujudkan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, industri kecil dan

menengah serta industri besar untuk memacu pertumbuhan ekonomi; 5. Mewujudkan pengembangan pendidikan yang berbasis sumber daya lokal dalam rangka

mendukung peningkatan sumber daya manusia; 6. Meningkatkan kerjasama investasi antara pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat

untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat; 7. Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam secara optimal untuk mendorong

kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Page 4: BAB 1

I-4

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

Disamping itu, visi ini juga didasarkan atas azas penyusunan rencana tata ruang wilayah

dan tujuan penyelenggaraan penataan ruang nasional. Azas penyusunan penataan ruang

yaitu:

1. Keterpaduan;

2. Keserasian, keselarasan dan keseimbangan;

3. Keberlanjutan;

4. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;

5. Keterbukaan;

6. Kebersamaan dan kemitraan;

7. Perlindungan kepentingan umum;

8. Kepastian hukum dan keadilan; serta

9. Akuntabilitas.

Sementara itu, tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang nasional adalah untuk

mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan

berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional melalui :

1. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

2. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya

buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan

3. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap

lingkungan akibat pemanfaatan ruang

Berdasarkan azas dan tujuan penataan ruang wilayah nasional serta isu pengembangan

wilayah dan visi yang telah ditetapkan dalam RPJP Kabupaten Banyuwangi, maka disusunlah

tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi yaitu:

“Mewujudkan ruang kabupaten berbasis pertanian bersinergi dengan

pengembangan perikanan, pariwisata, industri, perdagangan dan jasa yang

berdaya saing dan berkelanjutan.”

1.4 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP 1.4.1. Pengertian

Pengertian-pengertian dasar yang dapat digunakan dalam Penyusunan Revisi Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi, berpedoman pada pasal 1 (satu) Undang-undang

No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka yang dimaksud dengan:

1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk

ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain

hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

2. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang.

3. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan

prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi

masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

Page 5: BAB 1

I-5

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

4. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi

peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya.

5. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan

ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

6. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,

pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.

7. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati atau walikota dan perangkat daerah

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

8. Pengaturan Penataan Ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi

pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam penataan ruang.

9. Pembinaan Penataan Ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan

ruang yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.

10. Pelaksanaan Penataan Ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang

melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang.

11. Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang

dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

12. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan

pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

13. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang

sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program

beserta pembiayannya.

14. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata

ruang.

15. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

16. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur

terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau

aspek fungsional.

17. Sistem Wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan

pelayanan pada tingkat wilayah.

18. Sistem Internal Perkotaan adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai

jangkauan pelayanan pada tingkat internal perkotaan.

19. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung dan budidaya.

20. Kawasan Budidaya yang Memiliki Nilai Strategis Kabupaten adalah kawasan

budidaya yang dipandang sangat penting bagi upaya pencapaian pembangunan

kabupaten dan/atau menurut peraturan perundang-undangan perizinan dan/atau

pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten.

21. Kawasan Lindung Kabupaten adalah kawasan lindung yang secara ekologis

merupakan satu ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten, kawasan lindung yang

memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah

kabupaten, dan kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan

Page 6: BAB 1

I-6

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

perundang-undangan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah

kabupaten.

22. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,

termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan

kegiatan ekonomi.

23. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian

degan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan

distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

24. Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri dari satu atau lebih pusat kegiatan

pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber

daya alam tertentu yang ditunjukkan dengan adanya keterkaitan fungsional dan hirarki

keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

25. Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan

karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan

negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya dan/atau

lingkungan termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

26. Kawasan Strategis Propinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan

karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup propinsi terhadap ekonomi,

sosial, budaya dan/atau lingkungan.

27. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup

kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan, dan

pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi.

28. Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok yang

penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh

secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

29. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh, ditanam dan dikelola diatas tanah yang

dibebani hak milik atau hak lainnya dan arealnya berada diluar kawasan hutan negara.

Hutan rakyat dapat dimiliki oleh orang baik sendiri maupun bersama orang lain atau

badan hukum.

30. Izin Pemanfaatan ruang adalah izin yang disyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan

ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

31. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumberdaya air dalam satu atau

lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau

sama dengan 2.000 km2.

32. Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan

dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan dan

mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang

batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan perairan

yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

33. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten adalah arahan untuk

mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten sesuai dengan rencana

Page 7: BAB 1

I-7

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

tata ruang wilayah kabupaten melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta

pembiayaannya, dalam suatu indikasi program utama jangka menengah lima tahunan

kabupaten yang berisi usulan program utama, perkiraan pendanaan beserta sumbernya,

instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan.

34. Arahan Sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang

melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata

ruang yang berlaku.

35. Indikasi Program Utama Jangka Menengah Lima Tahunan adalah petunjuk yang

memuat usulan program utama, perkiraan pendanaan beserta sumbernya, instansi

pelaksana, dan waktu pelaksanaan, dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang yang

sesuai dengan rencana tata ruang.

36. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten adalah arahan pengembangan

wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten guna mencapai tujuan

penataan ruang wilayah kabupaten dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.

37. Ketentuan Insentif dan Disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan

imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan

juga perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan

yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

38. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten adalah

ketentuan yang dibuat/disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah

kabupaten agar sesuai dengan RTRW Kab yang dirupakan dalam bentuk ketentuan

umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta

arahan sanksi untuk wilayah kabupaten.

39. Ketentuan Perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak, yang

digunakan sebagai alat dalam melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib

sesuai dengan rencana tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan.

40. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Kabupaten adalah ketentuan umum

yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk

setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah

kabupaten.

41. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau

beberapa propinsi.

42. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah

kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan

perbatasan negara.

43. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala regional atau beberapa

kabupaten/kota.

44. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan

yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa

kecamatan.

Page 8: BAB 1

I-8

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

45. Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten adalah rencana distribusi peruntukan

ruang wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan

budidaya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW Kab (20 tahun),

sehingga dapat memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

46. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten adalah rencana jaringan

prasarana wilayah yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten dan

untuk melayani kegiatan yang memiliki cakupan wilayah layanan prasarana skala

kabupaten.

47. Rencana Sistem Perkotaan di Wilayah Kabupaten adalah rencana susunan

kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang

menunjukkan keterkaitan eksisting maupun rencana yang membentuk hierarki

pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten.

48. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten adalah rencana yang mencakup

sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam

wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan

untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala

kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan

kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumberdaya air,

termasuk seluruh daerah hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai, serta

prasarana lainnya yang memiliki skala layanan satu kabupaten.

49. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten adalah rencana tata ruang yang bersifat

umum dari wilayah kabupaten, yang merupakan penjabaran dari RTRW Nasional dan

Propinsi berupa rencana operasional pembangunan wilayah kabupaten sesuai dengan

peran dan fungsi wilayah yang telah ditetapkan, yang akan menjadi landasan dalam

pelaksanaan pembangunan di wilayah kabupaten.

50. Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten adalah penjabaran kebijakan

penataan ruang ke dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang

menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur dan pola ruang wilayah kabupaten.

51. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten adalah tujuan yang ditetapkan

Pemerintahan Daerah Kabupaten yang merupakan perwujudan visi dan misi

pembangunan jangka panjang kabupaten pada aspek keruangan, yang pada dasarnya

mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan

berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

1.4.2. Lingkup Wilayah

Kabupaten Banyuwangi terletak diantara 7043’ s/d 8046’ Lintang Selatan dan 113053’ s/d

114038’ Bujur Timur. Dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Situbondo,

Sebelah Timur : Selat Bali,

Sebelah Selatan : Samudera Indonesia,

Sebelah Barat : Kabupaten Jember dan Bondowoso.

Page 9: BAB 1

I-9

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

Secara administratif Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 24 kecamatan, 28 kelurahan dan

189 desa dengan luas total wilayah sekitar 578,250 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai

batas administratif Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada Peta 1.1.

1.4.3. Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan yang akan dilakukan dalam Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut :

a. Identifikasi perkembangan wilayah Kabupaten Banyuwangi yang mencakup kegiatan:

pengumpulan data primer dan sekunder, pengamatan lapangan, dan inventarisasi

potensi dan permasalahan yang diperlukan untuk melihat kecenderungan perkembangan

wilayah.

b. Menyusun kembali RTRW Kabupaten Banyuwangi tahun 2011-2031 sesuai peraturan

perundangan dan ketentuan prosedur teknis yang disesuaikan dengan Undang-undang

26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan NSPK tentang Penyusunan RTRW

Kabupaten dan Kota yang dikeluarkan oleh Departemen PU dan yang sudah

disosialisasikan ke Pemerintah Kabupaten/Kota yang diselenggarakan oleh Dinas PU

Cipta Karya dan Tata Ruang Prov Jawa Timur tahun 2008-2009.

c. Melaksanakan sosialisasi, diskusi dan seminar, meliputi:

Sosialisasi Kebijakan Penataan Ruang dan maksud penyusunan RTRW Kabupaten

Diskusi pembahasan Laporan Pendahuluan, Laporan Fakta dan Analisis, serta

Laporan Rencana dengan Tim Teknis dan unsur masyarakat.

Penerbitan buletin/pamflet/executive summary khusus untuk sosialisasi konsep

RTRW kepada masyarakat umum.

Seminar Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi yang dilaksanakan di

tingkat kabupaten.

d. Menyusun database dan peta RTRW Kabupaten Banyuwangi dalam bentuk digital

dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG).

e. Mengembangkan kapasitas/pembelajaran kepada aparatur daerah dalam pengelolaan

database dan peta digital RTRW Kabupaten Banyuwangi.

f. Penyiapan Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten Banyuwangi Tahun

2011 sampai dengan Tahun 2031, sesuai dengan muatan materi yang ada di Undang-

Undang 26 Tahun 2007.

1.4.4. Waktu Perencanaan

Waktu perencanaan dalam Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Banyuwangi yaitu selama kurun waktu 20 tahun, yang disesuaikan dengan jangka waktu

perencanaan sebagaimana tertuang dalam RPJP Nasional, RPJP Propinsi dan Kabupaten

Banyuwangi serta RPJMD Kabupaten Banyuwangi. Jangka waktu 20 tahun ini dibagi dalam 5

tahunan, disertai penjelasan waktu penyusunan dan pengesahan sebagai berikut:

Page 10: BAB 1

I-10

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

Penyusunan Revisi RTRW : 2012

Tahap I : 2012 - 2016

Tahap II : 2017 - 2021

Tahap III : 2022 – 2026

Tahap IV : 2027 – 2032

1.5 PROFIL WILAYAH 1.5.1 Wilayah Administrasi

Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur Pulau Jawa.

Wilayah daratannya terdiri atas dataran tinggi berupa pegunungan yang merupakan daerah

penghasil produk perkebunan; dan dataran rendah dengan berbagai potensi produk hasil

pertanian serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke selatan yang

merupakan daerah penghasil berbagai biota laut. Secara keseluruhan administrasi wilayah

di Kabupaten Banyuwangi terbagi menjadi 24 wilayah Kecamatan dengan total luas wilayah

sebesar ± 5.782,5 Km2.

Tabel 1.1 PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI KABUPATEN BANYUWANGI

Kecamatan Luas Wilayah (Km2)

1. Pesanggaran 802,5

2. Siliragung 95,15

3. Bangorejo 137,43

4. Purwoharjo 200,30

5. Tegaldlimo 1.341,12

6. Muncar 146,07

7. Cluring 97,44

8. Gambiran 66,77

9. Tegalsari 65,23

10. Glenmore 421,98

11. Kalibaru 406,76

12 Genteng 82,34

13 Srono 100,77

14 Rogojampi 102,33

15 Kabat 107,48

16 Singojuruh 59,89

17 Sempu 174,83

18 Songgon 301,84

19. Glagah 76,75

20. Licin 169,25

21. Banyuwangi 30,13

22. Giri 21,31

23. Kalipuro 310,03

24. Wongsorejo 464,80

Jumlah 5.782,50

1.5.2 Perkembangan Penduduk

Dengan luas wilayah Kabupaten Banyuwangi sekitar 5.782,52 km2 yang didiami oleh

1.556.078 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Banyuwangi adalah

sebanyak 269 orang per km2.Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya

adalah Kecamtan Banyuwangi yakni sebanyak 3.522 orang per km2sedangkan yang paling

rendah adalah Kecamatan Tegaldlimo yakni sebanyak 46 orang per km2.

Page 11: BAB 1

I-11

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

Dari hasil Sensus Penduduk 2010, masih tampak bahwa penyebaran penduduk

Kabupaten Banyuwangi masih tertumpu di Kecamatan Muncar yakni sebesar 8,2 persen,

kemudian diikuti oleh Kecamatan Banyuwangi sebesar 6,8 persen, Kecamatan Rogojampi

sebesar 5,9 persen, Kecamatan Srono sebesar 5,6 persen, Kecamatan Genteng sebesar 5,3

persen dan kecamatan lainnya di bawah 5 persen. Kecamatan Licin, Glagah dan Giri adalah

3 kecamatan dengan urutan terbawah yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit yang

masing-masing berjumlah 27.993 orang, 28.295 orang dan 33.984 orang. Sedangkan

Kecamatan Muncar dan Banyuwangi merupakan kecamatan yang paling banyak

penduduknya di Kabupaten Banyuwangi, yakni masing-masing sebanyak 127.919 orang dan

106.112 orang.

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuwangi per tahun selama sepuluh

tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 0,44 persen. Laju pertumbuhan

penduduk Kecamatan Kalipuro adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatan lain di

Kabupaten Banyuwangi yakni sebesar 1,72 persen, sedangkan yang terendah di Kecamatan

Singojuruh yakni sebesar -0,17 persen. Kecamatan Muncar menempati urutan pertama dari

jumlah penduduk di Kabupaten Banyuwangi dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar

0,46 persen.

Page 12: BAB 1

I-12

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

Peta 1.1. Orientasi Wilayah

Page 13: BAB 1

I-13

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

Peta 1.2. Admintrasi Wilayah

Page 14: BAB 1

I-14

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

Peta 1.3. Kepadatan Penduduk

Page 15: BAB 1

I-15

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

1.5.3 Fisik Dasar 1.5.3.1 Potensi Daya Dukung Lahan

Topografi wilayah daratan Kabupaten Banyuwangi bagian barat dan utara pada

umumnya merupakan pegunungan, dan bagian selatan sebagian besar merupakan dataran

rendah. Tingkat kemiringan rata-rata pada wilayah bagian barat dan utara 400, dengan

rata-rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding dengan bagian wilayah lainnya. Daratan

yang datar sebagian besar mempunyai tingkat kemiringan kurang dari 150, dengan rata-rata

curah hujan cukup memadai sehingga bisa menambah tingkat kesuburan tanah.

Kabupaten Banyuwangi terletak pada ketinggian 0 sampai dengan > 2500 meter

diatas permukaan laut. Ketinggian tempat tersebut dapat dibedakan atas :

Ketinggian 0 – 100 meter diatas permukaan laut meliputi luas wilayah 131.714 Ha

( 38,10 % dari luas kabupaten. Ketinggian ini terdapat di seluruh kecamatan di

Kabupaten Banyuwangi kecuali kecamatan Singojuruh, Songgo, Genteng, Glenmore

dan Kalibaru.

Ketinggian 100 – 500 meter diatas permukaan laut meliputi luas wilayah 159.056 Ha

( 46,01 % ) dari luas kabupaten. Ketinggian ini terdapat di seluruh kecamatan di

Kabupaten Banyuwangi kecuali kecamatan Banyuwangi, Muncar, dan Purwoharjo.

Ketinggian 500 – 1000 meter diatas permukaan laut meliputi luas wilayah 36.191 Ha

( 10,47 % ) dari luas kabupaten. Ketinggian ini terdapat di kecamatan Wongsorejo,

Giri, Glagah, Songgon, Genteng, Glenmore, dan Kalibaru.

Ketinggian 1000 – 1500 meter diatas permukaan air laut meliputi luas wilayah

10.226,5 Ha (2,96%) dari luas kabupaten. Ketinggian ini terdapat di kecamatan

Wongsorejo, Giri, Glagah, Songgon, Genteng, Glenmore, dan Kalibaru.

Ketinggian 1500 – 2000 meter diatas permukaan air laut meliputi luas wilayah

5.075,5 Ha (1,48%) dari luas Kabupaten Ketinggian ini terdapat di kecamatan

Wongsorejo, Giri, Glagah, Songgon, dan Glenmore.

Ketinggian 2000 – 2500 meter di atas permukaan air laut meliputi luas wilayah 2.235

Ha (0,65%) dari luas kabupaten ketinggian ini terdapat di kecamatan Wongsorejo,

Giri, Glagah, Songgon, Genteng, Glenmore, dan Kalibaru.

Ketinggian lebih dari 2500 meter diatas permukaan air laut meliputi luas wilayah

1.153 Ha (0,33%) dari luas kabupaten. Ketinggian ini terdapat di kecamatan

Wongsorejo, Glagah, Songgon, dan Glenmore.

Page 16: BAB 1

I-16

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

Peta 1.4. Topografi Wilayah

Page 17: BAB 1

I-17

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

Peta 1.5. Kemiringan Lereng

Page 18: BAB 1

I-18

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

Peta 1.6. Morfologi Wilayah

Page 19: BAB 1

I-19

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

1.5.3.2 Jenis Tanah

Jenis tanah yang terdapat dikabupaten Banyuwangi terdiri dari Regosol, Litosol, Latosol,

Padsolik, dan Gambut. Luas tanah terbesar adalah tanah Padsolik yaitu seluas 208.450 Ha

atau 60,39% dari luas wilayah Kabupaten, sednagkan luas tanah yang terkecil adalah

berupa tanah Latosol seluas 8.426 Ha atau 2,44% dari luas wilayah Kabupaten.

1.5.3.3 Geologi

Di Kabupaten Banyuwangi tekstur geologi hasil gunung api kwater muda memiliki angka

paling tinggi yaitu sebesar 131.547 Ha atau 38,05% dari luas wilayah Kabupaten. Lapisan

batuan ini paling tinggi terdapat di Kecamatan Glenmore yaitu seluas 26.260 Ha atau

19,96% dari luas total hasil gunung api kwater muda. Sedangkan ynag paling rendah adalah

lapisan andesit yaitu 8.654 Ha atau 2,50% dari luas wilayah dan tersebar dikecamatan

Pesanggaran, Glenmore, dan Kalibaru.

1.5.3.4 Potensi Sumber Daya Air

Kabupaten Banyuwangi terletak di bawah aquator yang dikelilingi oleh laut jawa, selat Bali,

dan samudra Indonesia dengan iklim tropis yang terbagi menjadi 2 musim :

1. Musim penghujan, antara bulan Oktober sampai dengan April

2. Musim kemarau, antara bulan April sampai dengan Oktober

Diantara kedua musim ini terdapat musim perealihan pancaaroba yaitu sekitar bulan

april sampai mei dan bulan oktober sampai bulan November, dengan rata-rata curah hujan

sebesar 7,64 mm pertahun sedangkan untuk bulam kering yaitu paada bulan april, agustus,

september dan oktober

Kabupaten Banyuwangi terdapat Satuan Wilayah Sungai (SWS) yang mana terdapat banyak

sungai besar dan sungai kecil. Adapun nama-nama sungai dan panjang sungai dapat

dikemukakan sebagai berikut :

Kali Selogiri, panjangnya ± 6,173 Km, Melewati Kecamatan Giri

Kali Ketapang, panjangnya ± 10,260 Km, melewati Kecamatan Giri

Kali Sukodadi panjangnya ± 15,825 Km, melewati Kecamatan Giri

Kali Bendo panjangnya ± 15,826 Km, melewati Kecamatan Glagah

Kali Ketapang panjangnya ± 10,260 Km, melewati Kecamatan Giri

Kali Sobo panjangnya ± 13,818 Km, melewati Kecamatan Galagah dan Banyuwangi

Kali Pakis panjangnya ± 7,043, melewati Kecamatan Banyuwangi

Kali Tambong panjangnya ± 24,347 Km,melewati Kecamatan Glagah dan Kabat

Kali Binau panjangnya ± 21,279 Km, melewati Kecamatan Rogojampi

Kali Bomo panjangnya ± 7,417 Km, melewati Kecamatan Rogojampi

Kali Bajulmati panjangnya ± 20 Km, melewati Kecamatan Wongsorejo

Kali Setail panjangnya ± 73,35 Km, melewati Kecamatan Gambiran, Purwoharjo,

Muncar dan Genteng

Kali Probolinggo panjangnya ± 30,7 Km, melewati Kecamatan Genteng

Page 20: BAB 1

I-20

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

Kali Barumanis panjangnya ± 18 Km, melewati Kecamatan Kalibaru dan Glenmore

Kali Wagud panjangnya ± 44,6 Km, melewati Kecamatan Genteng, Cluring dan

Muncar.

Kali Karangtambak panjangnya ± 44,6 Km, melewati Kecamatan Pesanggaran

Kali Bangi panjangnya ± 18 Km, melewati Kecamatan Bangorejo dan Pesanggaran

Kali Baru panjangnya ± 80,7 Km, melewati Kecamatan Kalibaru dan Pesanggaran.

1.5.4 Penggunaan Lahan

Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur

yang mempunyai luas daerah terbesar. Kabupaten Banyuwangi mempunyai luas wilayah

578.250 Ha, dari luas tersebut penggunaan lahan di Kabupaten Banyuwangi masih

didominasi lahan tidak terbangun berupa hutan, sawah dan lain sebagainya. Berdasarkan

pemanfaatan lahan yang digunakan oleh para petani, mulai dari kawasan Selatan ke arah

Utara yang melebar ke arah Barat merupakan daerah potensi tanaman bahan makanan.

Utamanya tanaman padi banyak ditanam di kawasan ini, bahkan sebagain besar dari

kawasan tersebut pola tanam padi dalam satu tahunnya bisa dilakukan hingga tiga kali.

Seiring dengan perkembangan wilayah Kabupaten Banyuwangi, lahan pertanian

setiap tahun mengalami pengurangan lahan sebagai akibat digunakan untuk kepentingan

lain. Misalnya digunakan sebagai daerah pemukiman maupun pemanfaatan yang lain.

Risikonya produksi tanaman bahan makanan akan menurun sebanding dengan

berkurangnya lahan pertanian tersebut.

Disamping potensi di bidang pertanian, Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah

produksi tanaman perkebunan dan kehutanan, serta memiliki potensi untuk dikembangkan

sebagai daerah penghasil ternak yang merupakan sumber pertumbuhan baru perekonomian

rakyat. Dengan bentangan pantai yang cukup panjang, dalam perspektif ke depan,

pengembangan sumberdaya kelautan dapat dilakukan dengan berbagai upaya intensifikasi

dan diversifikasi pengelolaan kawasan pantai dan wilayah perairan laut.

Page 21: BAB 1

I-21

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

Peta 1.7. Geologi Batuan

Page 22: BAB 1

I-22

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

Peta 1.8. Jenis Tanah

Page 23: BAB 1

I-23

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

Peta 1.9. Tekstur Tanah

Page 24: BAB 1

I-24

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

Peta 1.10. Kedalaman Efektif Tanah

Page 25: BAB 1

I-25

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

Peta 1.11. Daerah Aliran Sungai

Page 26: BAB 1

I-26

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

Peta 1.12. Penggunaan tanah Eksisting

Page 27: BAB 1

I-27

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

1.6 DASAR HUKUM 1.6.1 Dasar Peraturan Perundangan

Dasar hukum Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi

sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

(Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2034);

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Tahun

1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046);

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan

Keamanan Negara Republik Indonesia

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun

1984 Nomor 22, Tambahan lembaran Negara Nomor 3274),

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati

dan Ekosistem (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, tambahan Lembaran Negara

Nomor 3419);

6. Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78, tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 427);

7. Undang-undang No.15 Tahun 1990 tentang Usaha Perikanan;

8. Undang-Undang No 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran;

9. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman (Lembaran

Negara Tahun 1992 Nomor 23, tambahan Lembaran Negara Nomor 3469);

10. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;

11. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman

12. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian;

13. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan

14. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara tahun 1997 Nomor 68, tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

15. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

16. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

17. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi

18. Undang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air;

19. Undang-undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional;

20. Undang-undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan;

21. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

22. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

23. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004, tentang Jalan;

24. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN)

Page 28: BAB 1

I-28

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

25. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

26. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

27. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-

pulau Kecil;

28. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi

29. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;

30. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;

31. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan;

32. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara;

33. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

34. Undang-undang Nomor 3o Tahun 2009 tentang ketenagalistrikkan

35. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan lahan pertanian pangan

berkelanjutan.

36. Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan;

37. Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air;

38. Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 1982 tentang Irigasi;

39. Peraturan Pemerintah No.28 tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan;

40. Peraturan Pemerintah No.13 tahun 1987 tentang Izin Usaha Industri;

41. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1991 tentang Rawa;

42. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai;

43. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban

serta Bentuk dan Tata Cara, Peran Serta Masyarakat dalam Kegiatan Penataan Ruang;

44. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional;

45. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisa Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup;

46. Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang

Wilayah;

47. Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;

48. Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan;

49. Peraturan Pemerintah No.70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;

50. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 Tentang Pedoman Umum Pengaturan

Mengenai Desa;

51. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2001 No.143);

52. Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2003 tentang Penatagunaan Tanah;

53. Peraturan Pemerintah No.34 tahun 2004 tentang Kewenangan Pemerintah;

54. Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol;

Page 29: BAB 1

I-29

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

55. Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan SPAM;

56. Peraturan Pemerintah No.34 tahun 2006 tentang Jalan;

57. Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana

Pembangunan Nasional;

58. Peraturan Pemerintah No.6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana

Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan;

59. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

antara Pemerintah,Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota;

60. Peraturan Pemerintah No.8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

61. Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional;

62. Peraturan Pemerintah No.42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air;

63. Peraturan Pemerintah No.43 tahun 2008 tentang Air Tanah;

64. Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 2010 tentang Usaha Budidaya Tanaman.

65. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;

66. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 tahun 1989 tentang Pengelolaan

Kawasan Budidaya;

67. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 tahun 1989 tentang Kawasan

Industri;

68. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan

Budidaya;

69. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan

Kawasan Lindung;

70. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1990 tentang Penggunaan

Tanah Bagi Pembangunan Kawasan Industri;

71. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 tahun 1993 tentang Tata Cara

Penanaman Modal;

72. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1996 tentang Kawasan

Industri;

73. Keputusan Presiden Republik Indonesia No.62 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penataan

Ruang Nasional;

74. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Badan Koordinasi

Penataan Ruang Nasional;

75. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Peremajaan

Pembinaan Kawasan Kumuh yang berada di atas Tanah Negara;

76. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah

Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;

77. Keputusan Menteri Pertanian No.837/KPTS/UM/1980 dan No. 683/KPTS/UM/II/1998

tentang Klasifikasi Kemampuan Lahan;

Page 30: BAB 1

I-30

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

78. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 378/KPTS/1987 tentang pengesahan 33

Standar Konstruksi Bangunan Indonesia;

79. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 50 Tahun 1997 Tentang

Standar Teknis Kawasan Industri;

80. Keputusan Menteri ESDM No.1456k/20/MBM/2000 tentang pedoman pengelolaan

kawasan Kars

81. Keputusan Menteri ESDM No.1452k/10/MEM/2000 tentang pedoman teknis

penyelenggaraan tugas pemerintahan di Bidang Inventarisasi Sumberdaya Mineral dan

Energi dan penyusunan peta geologi dan pemetaan zona kerentanan gerakan tanah.

82. Keputusan Menteri Kimpraswil No.327 tahun 2002 tentang Penataan Pedoman Bidang

Penataan Ruang;

83. Keputusan Menteri Perhubungan No 54 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan

Pelabuhan Laut;

84. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 173/Menkes/Per/VIII/77

85. Keputusan Menteri Dalam Negeri No.174 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi

Penataan Ruang Daerah;

86. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pelabuhan

Perikanan;

87. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.7 Tahun 1986 tentang Penetapan Batas Wilayah

Kota di Seluruh Indonesia;

88. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan

Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai;

89. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan

Kewajiban, serta bentuk dan Tata Peran Serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan

Tata Ruang di Daerah;

90. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan

Penataan Ruang di Daerah;

91. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta

Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah;

92. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11A Tahun 2006 Tentang kriteria dan

Penetapan Wilayah Sungai;

93. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;

94. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17 Tahun 2008 tentang Kawasan

Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;

95. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Daya Dukung

Lingkungan ;

96. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Kehutanan;

97. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Kriteria teknis Kawasan

Peruntukan Pertanian;

Page 31: BAB 1

I-31

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

98. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 pengganti Permendagri 147

tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

99. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang

Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan;

100. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1989 tentang Pengaturan dan

Pengendalian secara Proporsional Pembangunan Rumah Tinggal di Wilayah Perkotaan;

101. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur No.11 tahun 1991 tentang

Penetapan Kawasan Lindung di Propinsi Dati I Jawa Timur;

102. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No.4 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Hutan di

Jawa Timur;

103. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No.6 tahun 2005 tentang Penertiban dan

Pengendalian Hutan Produksi di Propinsi Jawa Timur;

104. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2007 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur Tahun 2005-2020;

105. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 31 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuwangi Tahun 1999 – 2010;

106. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 2 tahun 2008 tentang Organisasi

Perangkat Daerah Kabupaten Banyuwangi.

1.7 SISTEMATIKA PENYUSUNAN

Sistematika Penyusunan ”Laporan Rencana” Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kabupaten Banyuwangi, sebagai berikut :

BAB 1. PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang penyusunan, dasar hukum yang melandasi

penyusunan, definisi dan ketentuan umum, Visi misi, tujuan dan sasaran, ruang

lingkup, dimensi perencanaan, metode pendekatan serta sistematika penusunan.

BAB 2. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN

BANYUWANGI

Bab ini berisikan tentang kebijakan dan strategi penataan ruang dan

pengembangan wilayah Kabupaten Banyuwangi.

BAB 3. RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUWANGI

Bab ini berisikan tentang Rencana sistem perkotaan wilayah Kabupaten

Banyuwangi serta rencana sistem jaringan prasarana skala kabupaten, mencakup:

Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi, Rencana

Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi, Rencana Pengembangan Sistem

Jaringan Prasarana Sumberdaya Air, Sumber-Sumber Air Baku dan jaringan Air

Baku Wilayah, Sistem Jaringan Irigasi, sungai danau, waduk, DAS/Wilayah Sungai

dan lainnya, Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi,

Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Lingkungan (Rencana Sistem

Persampahan, Rencana Sistem Sanitasi Lingkungan, Rencana Sistem

Pengembangan Kebutuhan Air Bersih).

Page 32: BAB 1

I-32

REVISI RTRW KABUPATEN BANYUWANGI 2012-2032

L A P O R A N R E N C A N A

BAB 4. RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUWANGI

Bab ini berisikan tentang Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung (Kawasan yang

Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya, Kawasan Perlindungan Setempat,

Kawasan Pelestarian Alam dan Cagar Budaya, Kawasan Rawan Bencana Alam)

serta Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya (Kawasan Peruntukan Hutan

Produksi, Kawasan Hutan Rakyat, Kawasan Peruntukan Pertanian, Kawasan

Peruntukan Perkebunan, Kawasan Peruntukan Peternakan, Kawasan Peruntukan

Perikanan, Kawasan Peruntukan Pertambangan, Kawasan Peruntukan Industri,

Kawasan Peruntukan Pariwisata, Kawasan Peruntukan Permukiman, Kawasan

Eksploitasi Sumberdaya Air dan Mineral, Kawasan Ruang Terbuka Hijau).

BAB 5. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH KABUPATEN BANYUWANGI

Bab ini berisikan penetapan Penetapan Kawasan Strategis Hankam, Penetapan

Kawasan Strategis Pengembangan Kawasan Ekonomi, Penetapan Kawasan

Strategis Sosio-Kultural,Penetapan Kawasan Strategis Penyelamatan Lingkungan

Hidup, Penetapan Kawasan Strategis Lainnya

BAB 6. ARAHAN PEMANFATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUWANGI

Bab ini berisikan tentang Tabel indikasi program utama jangka panjang yang dirinci

pada program jangka menengah lima tahunan kabupaten, yang mencakup indikasi

program utama, lokasi, besaran, waktu pelaksanaan, perkiraan pembiayaan,

sumber dana, kelembagaan dan instansi pelaksana yang distrukturkan dalam:

Indikasi program perwujudan rencana struktur wilayah kabupaten, meliputi indikasi

program utama perwujudan pusat-pusat kegiatan, dan program utama perwujudan

sistem prasarana wilayah di kabupaten; Indikasi program perwujudan rencana pola

ruang wilayah kabupaten, meliputi indikasi program perwujudan kawasan lindung,

indikasi program perwujudan kawasan budidaya; dan Indikasi program perwujudan

kawasan strategis kabupaten.

BAB 7. KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH

KABUPATEN BANYUWANGI

Bab ini berisikan tentang Ketentuan Umum Pengaturan Zonasi untuk Pola Ruang

Wilayah Kabupaten, Ketentuan Umum Perizinan (Izin Lokasi, Izin Pemanfaatan

Ruang), Ketentuan Umum Insentif dan Disinsentif, Arahan Sanksi Administratif

BAB 8. HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

Bab ini berisikan tentang hak dan kewajiban serta peranserta masyarakat dalam

Penataan Ruang.

BAB 9.PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari Laporan Rencana kegiatan Penusunan

Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten Banyuwangi sebagai arahan

pengembangan pada masa yang akan datang, serta rekomendasi yang seharusnya

dilakukan guna menunjang kegiatan pembangunan dan pengembangan wilayah.