bab 1

43
Terjemahan Buku Land Information Management (by Peter Dale and John McLaughlin) Bab 1 Informasi Pertanahan Dalam bab ini kita menguji sifat alami tanah dan kebutuhan informasi pertanahan. Kita mendefiniskan sasaran sistem informasi dan membedakan antara beberapa jenis yang menghubungkan secara rinci ke informasi spasial. Kita kemudian mengenalkan konsep manajemen informasi pertanahan. 1.1 Pendahuluan Tanah merupakan hal yang mendasar bagi semua aktivitas manusia; dari tanah kita mendapatkan makanan yang kita makan, tempat tinggal yang kita perlukan, tempat untuk bekerja, dan ruangan untuk istirahat. Dalam laporan yang berkaitan dengan administrasi pertanahan disiapkan untuk Food and Agriculture Organization (FAO), Bernard Binns meninjau: Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat berharga. Tentu saja lebih dibanding: arti hidup tanpa ia tidak pernah mengalaminya dan melanjutkan kehidupan dan mempertahankan kemajuannya. Ia kemudian terus memperingatkan bahwa: 1

Upload: wahyuni-widigdo

Post on 24-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1

Terjemahan Buku Land Information Management

(by Peter Dale and John McLaughlin)

Bab 1

Informasi Pertanahan

Dalam bab ini kita menguji sifat alami tanah dan kebutuhan informasi pertanahan.

Kita mendefiniskan sasaran sistem informasi dan membedakan antara beberapa

jenis yang menghubungkan secara rinci ke informasi spasial. Kita kemudian

mengenalkan konsep manajemen informasi pertanahan.

1.1 Pendahuluan

Tanah merupakan hal yang mendasar bagi semua aktivitas manusia; dari tanah

kita mendapatkan makanan yang kita makan, tempat tinggal yang kita perlukan,

tempat untuk bekerja, dan ruangan untuk istirahat. Dalam laporan yang berkaitan

dengan administrasi pertanahan disiapkan untuk Food and Agriculture

Organization (FAO), Bernard Binns meninjau:

Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat berharga. Tentu saja lebih dibanding: arti hidup tanpa ia tidak pernah mengalaminya dan melanjutkan kehidupan dan mempertahankan kemajuannya.

Ia kemudian terus memperingatkan bahwa:

Sumber daya tanah tidak ada habisnya maupun tak dapat dimusnahkan, seperti banyak orang dan negara-negara menemukan biaya mereka. Sumber daya telah banyak diambil jutaan tahun jumlahnya sudah diboroskan atau dibiarkan sia-sia dalam beberapa dekade, dan skala peningkatan pemborosan dan pembuangan sepertinya berlanjut di manapun ukuran terbatas untuk menghentikannya tidaklah dilakukan.1

Saat ini sejak Birms, menulis laporan nya, jumlah terbuang dan pemusnahan terus

berlangsung. Baru-baru ini, bagaimanapun, kebutuhan akan bijaksana dan hati-

hati dalam mengelola tanah, bersama-sama dengan penggunaan yang lebih

intensif dan manajemen atas sumber dayanya, telah menjadi masalah utama

perhatian global. Ini mendorong untuk melakukan evaluasi kembali kebutuhan

1

Page 2: Bab 1

informasi tentang tanah dan strategi dan program yang mungkin tersedia.

Peningkatan telah diketahui oleh pembuat kebijakan, perencana, pengelola

administrasi pertanahan, dan setiap warganegara semua membutuhkan informasi

tentang pertanahan dan menjadi penting penggunaan data spasial dari hari ke hari.

Seperti Binns sendiri berkata:

Pengetahuan sumber daya alam dan uraian yang tepat dan pencatatan. pengetahuan adalah lebih dulu penting untuk penggunaan yang rasional dan konservasinya.2

Dalam sektor swasta dan sektor publik, informasi pertanahan merupakan

keperluan utama untuk membuat keputusan sehubungan dengan investasi,

pengembangan, dan manajemen dalam pertanahan. Informasi mengurangi ketidak

pastian dengan membantu melakukan identifikasi dan analisa permasalahan.

Strategi untuk mengatasinya kemudian disiapkan dan diterapkan. Nilai informasi

dan efektivitas proses pengambilan keputusan - secara langsung dihubungkan

dengan kualitas informasi dan cara di mana itu dibuat tersedia.

Tanggung jawab untuk menyediakan informasi ini diterima oleh suatu kelompok

individu dan institusi berbeda yang kompleks, yang menyusun apa yang mungkin

ditampilkan 'kelompok manajemen informasi pertanahan’. Ini merupakan

kelompok yang meliputi ahli geografi, surveyor, ahli kartografi, ahli kehutanan,

penilai, dan orang lain yang sudah terbiasa berperan di bidang informasi

pertanahan, seperti halnya insinyur system informasi, ahli komputer, manajer

kearsipan, perencana penggunaan tanah, ahli hukum, dan spesialis sumber daya.

Ini komunitas yang terus meningkat tertarik tidak hanya pada teknologi untuk

mengumpulkan dan memproses informasi, dan dalam menyusun dan

mengembangkan sistim informasi pertanahan, tetapi juga dalam kebijakan dan

strategi untuk penggunaan yang efektif.

Bab-bab selanjutnya tidaklah semata diarahkan khusus pada informasi pertanahan.

Melainkan, mereka diarahkan pada para pimpinan yang bertanggung jawab untuk

meninjau kebutuhan informasi terkait pertanahan, untuk menilai ketercukupan

pengaturan yang ada, dan untuk mengawasi sistim informasi pertanahan yang

2

Page 3: Bab 1

baru. Mereka diarahkan pada keinginan memahami prinsip dasar sistem itu,

komponen yang membentuknya, dan implikasi dibalik penggunaannya.

Pada saat yang sama, dalam tulisan ini kita akan menekankan pengaturan sistim

informasi pertanahan dan pengelolaan yang berhubungan dengan masing-masing

bidang tanah. Banyak negara-negara berkembang mempunyai kebutuhan rumit

untuk memodernisasi dasar administrasi pendaftarannya, terutama yang berkenaan

dengan penguasaan tanah dan nilai tanah. Kelompok Ad Hoc PBB yang ahli Pada

Survey Kadasteral dan Pemetaan telah mencatat bentuk tanah.

Dasar kebanyakan aktivitas manusia. Secara nyata, oleh karena itu, pendaftaran tanah sistematik dan hak atas tanah merupakan hal penting untuk administrasi pemerintahan, perencanaan tanah dan pengembangan tanah, dan transaksi tanah secara pribadi. Situasi ini terutama sekali di negara berkembang ketika pertumbuhan penduduk yang tinggi telah menyebabkan peningkatan tekanan terhadap tanah di pedesaan, sementara secara serempak migrasi penduduk besar-besaran ke kota besar dan kota kecil telah mendorong pertumbuhan yang tidak terkendali pusat kota. Meskipun demikian, kebutuhan pendaftaran tanah secara tepat adalah sering diabaikan oleh pembuat kebijakan; dan sistem kadasteral di banyak negara, karenanya sangat jelek.3

telah diperkirakan Amerika Serikat akan membelanjakan 90 milyar dolar

sepanjang tahun 1986-2000 pada pengumpulan dan manajemen informasi spasial.

Untuk negara-negara Dunia Ketiga, potensi untuk membelanjakan dan

menghabiskan sejumlah uang yang besar pada pengembangan sistem mereka

sendiri terbatas pada ketidak tersedianya dana mereka. Di Canada telah dihitung

bahwa 50 dolar tiap-tiap penduduk dibelanjakan setiap tahun untuk pengukuran

dan pemetaan. Namun bahkan 50 sen per orang hampir tidak diusahakan di

banyak negara-negara Dunia Ketiga di mana rata-rata pendapatan per kapita yang

miskin sering kurang dari ’satu dolar sehari”. Negara-negara tersebut sedikit

mengusahakan untuk menghabiskan sumber daya dan kebanyakan membutuhkan

manfaat pengembangan pertanahan. Ini membantu mereka yang ingin memahami

masalah dan implikasi pengembangan sistim informasi pertanahan bahwa buku ini

ditulis.

3

Page 4: Bab 1

1.2 Manajemen Pertanahan

Tanah

Manajemen Pertanahan merupakan proses dimana sumber daya tanah ditujukan

terhadap pengaruh yang baik, Tanah merupakan suatu istilah dengan arti. Menurut

ahli geografi tanah merupakan bentangan alam, hasil proses geologi dan

geomorpologi. Menurut ahli ekonomi tanah merupakan sumber daya beserta

modal dan tenaga kerja, untuk dimanfaatkan atau dipelihara dalam rangka

mencapai produksi dan pengembangan ekonomi. Menurut ahli hukum tanah

merupakan suatu isi ruang meregangkan secara tidak tetap dari pusat bumi hingga

di langit biru yang tidak terbatas, dan berhubungan dengan itu berbagai hak

menentukan apa yang mungkin dilakukan atas itu. Kebanyakan ini hanya ruang

untuk aktivitas manusia tertentu dicerminkan banyaknya perbedaan jenis

penggunaan tanah. Dalam kaitan saat ini, tanah akan meliputi semua hal yang

merupakan permukaan bumi, mencakup area yang ditutupi dengan air. meliputi

banyaknya atribut fisik dan abstrak, dari hak-hak yang jelas atau untuk

membangun di atas tanah, air tanah dan mineral, dan hak-hak untuk menggunakan

dan memanfaatkannya (lihat Gambar 1.1, diambil dari platt.4 dan

menggambarkan satu bidang tanah). Ini meliputi semua material, biologi, dan

faktor kimia di sekeliling manusia dan yang mendasari sistem ekologis yang

kompleks disebut biosphere. Seperti:

Udara yang kita hirup; air yang kita minum dan menggunakan untuk rekreasi; tanah yang kita tanami, pertambangan; kota yang kita berkumpul dalam pertumbuhan; dan hutan belantara yang kita cari untuk menikmati hari ini dan untuk memelihara untuk masa depan.5

4

Page 5: Bab 1

Gambar 1.1 Bidang Tanah (berdasarkan Platt4)

Pengelolaan pertanahan

Sumber daya dan atribut pertanahan perlu untuk secara hati-hati diatur jika itu

baik digunakan dan jika hal yang sia-sia terhindarkan. Manajemen pertanahan

memerlukan pengambilan keputusan dan pelaksanaan keputusan tentang tanah

(lihat Gambar 1.2). Keputusan mungkin diambil satu demi satu oleh individu atau

secara bersama oleh kelompok. Ini berkaitan dengan pengurus pertanahan, ini dan

untuk generasi masa depan. Ini meliputi proses dimana sumber daya tanah:

mengalokasikan atas ruang dan waktu menurut kebutuhan, aspirasi dan keinginan orang dalam kerangka penemuan teknologinya, Institusi politis dan sosialnya dan, dan pengaturan hukum dan administrasinyanya.6

5

Page 6: Bab 1

Gambar 1.2 Pengaturan Manajemen Pertanahan

Sependapat akhir spektrum, manajemen pertanahan mungkin melibatkan

pembuatan keputusan kebijakan pokok tentang investasi alami dan luas dalam

tanah. Pendapat lain, meliputi keputusan pelaksanaan rutin harian dengan

pengelola administrasi pertanahan seperti para surveyor, penilai, dan, pengelola

pendaftaran. Itu meliputi berbagai hal seperti:

(1) penempatan tanah milik, meliputi keputusan pada hak tangungan dan investasi

(2) pembebanan dan penilaian tanah milik;

(3) pengembangan dan manajemen kegunaan dan pelayanan;

(4) manajemen sumber daya tanah seperti kehutanan, tanah, atau budaya;

(5) formasi dan pelaksanaan kebijakan penggunaan tanah;

(6) penilaian dampak lingkungan;

(7) pengawasan semua dasar aktivitas pertanahan sepanjang mereka berpengaruh

baik terhadap tanah.

Langkah-Langkah dalam Manajemen Pertanahan

Seperti semua bentuk manajemen, manajemen pertanahan mengharuskan

identifikasi dan pengaturan tujuan, Katalog metoda alternatif menuju

6

Page 7: Bab 1

keberhasilannya, dan investigasi konsekwensi dari masing-masing alternatif.

Dalam teori, langkahnya, melibatkan manajemen pertanahan harus termasuk:

(1) Tahap pengawasan, di mana informasi dihimpun tentang lingkungan untuk

mengidentifikasi di mana keputusan dan tindakan diperlukan, (misalnya,

pendeteksian tanah terlantar melalui penggunaan teknik pengindaraan jauh);

(2) Tahap perencanaan, ketika model dikembangkan itu mengijinkan analisa

bermacam tindakan alternatif;

(3) Tahap pembuatan kebijakan, selama tindakan tertentu terpilih;

(4) Tahap pelaksanaan, di mana tindakan yang dipilih diterapkan (misalnya,

membangun jalan tol baru atau tetap menjaga program reformasi pertanahan);

(5) Tahap pengawasan lanjutan, di mana hasil pelaksanaan ditinjau. Aktivitas

terakhir, bagaimanapun, semuanya sering diabaikan.

1.3 Perspektif Lingkungan dan Kelembagaan

Manajemen pertanahan dapat dipandang dari perspektif lingkungan dan

kelembagaan. Lingkungan mungkin mencakup semua faktor fisik, biologi, dan

kimia yang tersusun dalam lingkungan masyarakat dan mungkin dibedakan dalam

kerangka berkelanjutan, sumber daya yang dapat diperbaharui dan yang tidak

dapat diperbaharui. Ketika fokus tulisan ini bukanlah pada perspektif lingkungan,

adalah penting untuk mengetahui peran informasi pertanahan dalam proses

manajemen lingkungan. Dr E. F. Roots, Penasehat Ilmiah Departemen

Lingkungan Canada, mencatat:

Tanpa informasi yang tepat tentang pertanahan dan perairan, dan tanpa pembaruan inventarisasi sumber daya negara dan apa yang sedang terjadi padanya dan terhadap lingkungan, pemerintah dan masyarakat tidak dapat mengendalikan tujuan mereka sendiri. Tidaklah mungkin membuat penggunaan terbaik tanah dan kekayaan alam, atau mencegahnya penggunaan yang salah, tanpa pengetahuan dasar yang baik dari negara dan ciri-cirinya.7

Perspektif kelembagaan, dimana kita mengutamakan perhatian dalam tulisan ini,

focus pada berbagai aspek tindakan kelompok, kolektif, atau sosial yang

mempengaruhi dan mengendalikan penggunaan tanah oleh masyarakat. Hal

utama, walaupun tidak eksklusif, kelembagaan dalam perhatian ini merupakan

7

Page 8: Bab 1

sistem penguasaan tanah. Profesor Petrus Dorner menguraikan sistem penguasaan

tanah dengan mewujudkan:

yang sah, pengaturan biasa atau sesuai kontrak dimana individu atau organisasi memperoleh akses ekonomi dan sosial melalui pertanahan. Bentuk yang tepat dari penguasaan didapat dengan aturan dan prosedur dimana mengurus hak dan tanggung-jawab individu dan kelompok dalam penggunaan dan pengendalian berdasarkan sumber daya tanah.8

Dari perspektif kelembagaan ini, manajemen pertanahan meliputi formulasi

kebijakan pertanahan, persiapan pengembangan pertanahan dan rencana

penggunaan tanah, dan pengaturan berbagai program terkait dengan pertanahan.

Memerlukan prakarsa pemerintah dan sawasta. Kebijakan pertanahan terdiri dari

keseleruhan yang kompleks dari sosial-ekonomi dan cara hukum yang mengatur

bagaimana tanah dan manfaatnya dialokasikan. Administrasi Pertanahan meliputi

dilibatkannya fungsi dalam pengaturan pengembangan dan penggunaan tanah,

mengumpulkan pendapatan dari pertanahan (melalui penjualan, persewaan,

perpajakan, dan sebagainya), dan pemecahan masalah mengenai kepemilikan dan

penggunaan tanah (lihat Gambar 1.3). Terus meningkat, aktivitas ini didukung

oleh suatu proses perencanaan formal.

8

Page 9: Bab 1

Gambar 1.3 Pengaturan Administrasi Pertanahan

Perencanaan

Perencanaan berhubungan dengan semua aktivitas manusia dan mungkin

diarahkan pada kelangsungan hidup pribadi, pada optimalisasi kinerja dan

keuntungan suatu organisasi atau perusahaan, atau pada pengamanan manfaat

untuk bangsa secara keseluruhan. Dalam hal penggunaan tanah, tanggung jawab

untuk meramalkan dan memandu perubahan berdasarkan kepada fisik tanah atau

perencana penggunaan tanah. Dalam konteks lingkungan perkotaan:

perencanaan merupakan rekonsiliasi tujuan sosial dan ekonomi, sasaran swasta dan publik. Ini alokasi sumber daya, terutama sekali tanah, sedemikian rupa

9

Page 10: Bab 1

seperti mendapatkan efisiensi maksimum, ketika memperhatikan sifat alami pembangunan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan cara ini perencanaan merupakan seni mengantisipasi perubahan, dan memutuskan antara ekonomi, sosial, politik, dan kekuatan fisik yang menentukan penempatan, bentuk, dan pengaruh pengembangan kota.9

Dalam lingkungan pedesaan tujuan perencana hampir serupa, meskipun demikian

strategi untuk realisasinya akan berbeda.

Perencanaan merupakan campur tangan dalam pasar bebas sedemikian rupa

membujuk orang-orang untuk menyediakan manfaat yang lebih umum. Ketika

berhubungan dengan lingkungan fisik, proses merupakan dihubungkan

perencanaan fisik atau kadang-kadang kota dan perencanaan negeri. Dua aktivitas

terpisah dilibatkan, yakni persiapan rencana untuk masa datang dan pelaksanaan

apa yang telah diputuskan. Proses selanjutnya kadang-kadang dikenal sebagai

pengendalian pengembangan. Kedua aktivitas harus terlaksana dalam kerangka

kelembagaan yang menutup prosedur untuk perencanaan dan standar untuk

pelaksanaan rancangan.

Langkah pertama dalam persiapan semua rencana adalah meninjau ulang dan

karenanya untuk memahami lingkungan saat ini. Permasalahan yang harus

ditujukan selanjutnya menjadi lebih jelas. Dalam banyak wilayah perencanaan,

tugas yang paling sulit dan penting adalah mengganti permasalahan terhadap

sebagian orang yang secara sadar ke dalam definisi yang lebih tepat tentang sifat

dasar. Sejak ditunjukan cara permasalahan yang dibuat sendiri sering salah

mengira penyebabnya, tugas awal harus memisahkan penyebab dari dampaknya.

Perencanaan harus didasarkan pengetahuan, pengetahuan tergantung pada

informasi, dan informasi tergantung pada metoda survei dan cara di mana hasilnya

dikomunikasikan.

Informasi

Sumber dasar dalam semua pengambilan keputusan adalah informasi. Ini

merupakan fungsi sistem informasi pertanahan untuk mendukung manajemen

pertanahan pada masing-masing tahap yang disebutkan di atas. Dalam praktek.

10

Page 11: Bab 1

banyak keputusan dibuat atas dasar informasi tidak cukup, dalam suatu cara

pemisahan dan tambahan, dan untuk alasan yang seringkali subyektif.

Ketersediaan informasi yang baik dapat mencegah salah urus maupun salah

pengambilan keputusan. Bagaimanapun itu dapat, mengurangi tingkat

konsekwensi ketidaktahuan tindakan atau pelaksanaan. Di India11, tahun 1985,

diperkirakan 300 juta orang kekurangan makanan, ada juga surplus beras sejumlah

30 juta ton yang tidak bisa dijual sebab yang miskin terlalu miskin untuk

membayar harga yang ditetapkan. Pengetahuan statistik tidak mencegah situasi

itu. Pada sisi lain, satu kunci solusi jangka panjang permasalahan Dunia Ketiga

meningkatkan kesadaran karakteristik dan besarnya tugas yang harus dihadapi.

Pada gilirannya, pengaruh pemahaman yang lebih baik dari; sifat alami mereka.

Memiliki informasi yang tersedia adalah bagian penting, tetapi hanya bagian

kecil, dari proses menanggulangi masalah sosial dan ekonomi.

1.4 Sistem Informasi Pertanahan

Sistem informasi secara formal digambarkan sebagai perpaduan sumber daya

manusia dan teknik, bersama-sama dengan satu set mengorganisir prosedur,

bahwa informasi prosedur mendukung beberapa kebutuhan manajerial. Data

merupakan kumpulan fakta yang belum diolah. Data yang berkenaan dengan

tanah mungkin diperoleh dan disimpan dalam format alphanumeric (misalnya,

ditulis dalam buku catatan dan buku bidang pengukuran), atau secara grafis

(misalnya, sebagai peta atau foto udara), atau secara digital (misalnya,

penggunaan metoda elektronik). Untuk menjadi informasi, data mentah harus

diproses sedemikian rupa sehingga dapat dipahami oleh suatu pembuat keputusan.

Suatu sistem informasi pertanahan mendukung manajemen pertanahan dengan

menyediakan informasi tentang tanah, sumber daya di atasnya dan kemajuan yang

dibuat untuk itu.

Pelaksanaan sistem informasi pertanahan meliputi perolehan dan pengolahan data;

pengolahan, penyimpanan, dan pemeliharaannya; dan perolehan kembali, analisa,

dan penyebaran (Gambar 1.4). Kegunaan sistim akan tergantung pada

11

Page 12: Bab 1

pembaharuan, ketelitian, kelengkapan, dan kemudahan, dan juga tingkat dimana

sistem dirancang demi kepentingan pemakai dibanding untuk pemilik informasi.

Gambar 1.4 Sistem Informasi Pertanahan

Beberapa kategori sistim informasi yang berbeda dapat dibedakan, seperti terlihat

pada Gambar 1.5 dan 1.6. Ini meliputi perancangan sistem untuk menyediakan:

(1) informasi lingkungan, dengan perhatian utama adalah pada pembatasan zona

lingkungan berhubungan dengan beberapa fisik yang unik, bahan kimia, atau

peristiwa biotik, seperti area yang tergenang;

(2) informasi infrastruktur, dengan perhatian utama pada struktur rancang-bangun

dan kegunaan, seperti pelayanan bawah tanah dan saluran pipa;

(3) informasi kadateral, yang terkait dengan wilayah di mana hak atas tanah

secara spesifik, tanggung-jawab, atau pengendalian dikenali, seperti wilayah

yang termasuk pengedalian perencanaan tertentu;

(4) informasi sosial-ekonomi, yang meliputi, misalnya, data statistik dan data

sensus.

12

Page 13: Bab 1

Gambar 1.5 Klasifikasi Sistem Informasi

Informasi Terkait Tanah Dan Geografi

13

Page 14: Bab 1

Informasi Pertanahan

INFORMASI LINGKUNGAN

INFORMASI INFRASTRUTUR

INFORMASIKADASTERAL

INFORMASISOSIAL-

EKONOMITanah

GeologiSumber daya air

TumbuhanKehidupan alam

KegunaanBangunan

Sistem Transportasi &

Komunikasi

PenilaianPenguasaan

PengendalianPenggunaan

Tanah

KesehatanKesejahteraan

Keinginan Masyarakat

PertumbuhanPenduduk

penyebrannya

Gambar 1.6 Informasi yang Terkait Pertanahan (berdasarkan Palmer12)

Sistem informasi pertanahan menyediakan data ini dalam bentuk suatu produk

(seperti peta atau sertipikat hak atas tanah) atau dalam bentuk pelayanan (seperti

nasihat profesional). Ini dapat menyediakan data atribut yang mungkin

ditampilkan dalam bentuk verbal atau angka, data spasial ditampilkan pada peta,

dan data sementara yang menandai adanya penyebarannya. Data atribut atau

textual menguraikan gejala di suatu tempat, seperti karakteristik tanah dan

aktivitas yang berlangsung di atas tanah, atau antar tempat, seperti pada aliran

jaringan dan aktivitas. Lokasi komponen data digambar pada peta dalam bentuk

titik, garis atau poligon; mereka menyertakan tiga jenis hubungan keruangan:

14

REFERENSITITIK & POLIGON

REFERENSIBIDANG

PERHATIANPADA TANAH

PERHATIANPADA ORANG

Page 15: Bab 1

(1) geometrik-dimana data disesuaikan untuk kerangka keruangan secara tepat,

seperti koordinat atau grid;

(2) kartografi-dimana data digeneralisasi dan diberi simbol;

(3) topologi-dimana lokasi relatif dan yang non-metric, hubungan keruangan

berbagai unsur data digambarkan.

Sistem informasi pertanahan dirancang untuk melayani satu fungsi utama, atau

mungkin bermacam fungsi. Beberapa telah dikembangkan untuk mendukung

perencanaan strategis. Dalam hal ini fokus menentukan sasaran organisasi dan

pada sumber daya yang digunakan untuk mencapainya. Beberapa menyediakan

pengendalian manajemen dan seni: yang terkait dengan penggunaan sumber daya

yang efektif supaya memenuhi sasaran organisasi. Yang lain telah merancang

untuk pengendalian operasional sehingga tugas khusu dapat dilaksanakan secara

efektif dan efisien (lihat Gambar 1.7). Masing-Masing kebutuhan khusus diatur

kriteria informasi dan karenanya suatu jenis khusus sistem informasi. Sebagian

yang paling utama dari sistem yang terkait dengan bidang tanah. Banyak dari

sistem berbasis luas sedang dikembangkan di sekitar bidang tanah seperti

berdasarkan unit keruangan. Kekurangan dalam banyak sistem kadasteral saat ini,

bagaimanapun, menyebabkan keterlambatan dalam pelaksanaannya.

PERENCANAAN STRATEGIS

PENGAWASAN MANAJEMEN

PENGAWASAN PELAKSANAAN

SKALAMAKRO(Negara, Propinsi)

SKALAMIRO

(Bidang,Lokasi)

MISALNYA

GISInventarisasi hutanPerencanaa wilayah

SISTEMLINGKUNGAN

MISALNYAPendaftaran tanah

Penilaian tanah

Gambar 1.7. Sistem Kelembagaan dan Lingkungan

15

Page 16: Bab 1

1.5 Kadastral

Informasi berbasis bidang diperlukan berbagai aktivitas yang luas. Sering cakupan

para pemakai dari pemilik tanah yang ada atau calon pemilik tanah ke pengacara,

petugas ukur, juru taksir, manajer real estate, dan para agen pada semua tingkat

pemerintahan. Selama dekade terakhir, permintaan untuk informasi ini semakin

luas. Ini telah meningkatkan aplikasi sistem berbasis bidang yang ada dan

menciptakan kebutuhan yang baru. Sebagian dari perubahan sudah muncul

karena:

(1) kebutuhan untuk penanganan dokumen hak atas tanah yang efisien

menyediakan kemanan penguasaan yang lebih baik dari penyerobotan tanah,

dan untuk bisa seiring dengan semakin besarnya permintaan angkutan;

(2) kenaikan dalam nilai tanah milik, dan kebutuhan dukungan yang baik untuk

jaminan dan investasi;

(3) peningkatan yang mantap dalam hal banyaknya pengguna pribadi dan publik

(dari pengembangan tanah milik ke tanah pemerintah dan lembaga keuangan

seperti bank) yang memeriksa secara rutin tentang kepemilikan tanah;

(4) tumbuhnya perhatian tentang kualitas lingkungan, dan transisi di sejumlah

negara mengenai persepsi tanah sebagai suatu komoditas bebas dalam

persediaan yang banyak menjadi warisan untuk generasi yang akan datang dan

kebutuhan manajemen sumber daya untuk kebaikan masyarakat;

(5) perhatian yang besar yang telah dibayarkan untuk program perencanaan fisik

dan pengembangan tanah, pada gilirannya telah mengakibatkan pertumbuhan

banyaknya pemakai dan berbagai penggunaan informasi pendaftaran tanah;

(6) permasalahan prencanaan tanah yang spesifik dan manajemen yang muncul di

area tertentu, seperti kebutuhan untuk melindungi tanah pertanian di sekitar

pinggiran kota besar. Di negara-negara Dunia Ketiga banyak tekanan besar

atas tanah terutama di pinggiran kota. Para penghuni liar berpindah kesana

dari daerah pedesaan untuk mencari pekerjaan dan keamanan yang baik, sejak

tingkatan kelaparan sering berkurang di daerah perkotaan dibanding

masyarakat pedesaan. Pada waktu yang sama, pertumbuhan penduduk

perkotaan berkembang karena tingginya angka kelahiran. Solusinya

16

Page 17: Bab 1

permasalahan memerlukan jenis analisa baru berdasar pada informasi yang

baik dibanding yang dipunyai di masa lalu:

Dalam sistem informasi tanah berbasis bidang, atau kadaster, data diorganisir

pada bidang tanah kadastral. Ini biasanya kepemilikan unit tanah, dapat pula

setiap bidang tanah yang menjadi bagian dari tanah dan mempunyai identitas

terpisah. Fungsi dasar kadaster adalah syarat perhatian data seperti berbagai

kepemilikan tanah, nilai, dan penggunaan. Mungkin, misalnya, menyediakan

komponen informasi pendaftaran tanah. Ini proses dimana berbagai hak atas tanah

didaftarkan. Informasi dalam kadatrasl yaitu dikumpulkan, disimpan, disesuaikan,

dan didapat kembali terutama untuk tingkat bidang tanah. Sistem lain yang

disarankan, seperti koordinat, kemudian ditambahkan untuk memudahkan

manipulasi data dan pertukaran informasi dengan sistem lain.

Penyimpanan pendaftaran tanah terdiri dari peta dan teks; ini dihubungkan dengan

identitas tanah yang unik seperti kode pos, koordinat luasan bidang, atau urutan

nomor ditandai berdasarkan wilayah. Index grafis, diarahkan untuk tumpang

susun peta bidang tanah atau peta pendaftaran, menggambarkan semua bidang di

daerah yang ditentukan dan berhubungan masing-masing bidang dengan identitas

tanah yang unik. Tumpang susun harus didasarkan pada suatu sistem koordinat

sehingga informasi keruangan lainnya batas jalan atau batas administratif dapat

dihubungkan dengan itu. Penyimpanan grafis mungkin punya dikenal mempunyai

kedudukan hukum untuk uraian tanah milik, atau mungkin bertindak sebagai

indeks penyimpanan syah lainnya. Ini tergantung tujuan kadastral, standard untuk

pembuatan dan pemeliharaannya, dan, kelembagaan dan lingkungan hukum di

mana itu terlaksana.

sistim informasi pertanahan berbasis bidang dapat digolongkan menurut informasi

yang dikandungnya atau tujuan utama di mana mereka telah dikembangkan. Tiga

macam kadastral yang biasanya dikenal: kadastral hukum, yang dikenal melayani

pendaftaran tanah resmi dari penguasaan tanah; kadastral fiskal, yang

dikembangkan terutama untuk penilaian tanah; dan yang disebut kadaster

17

Page 18: Bab 1

serbaguna, yang meliputi kedua fiskal dan hukum dengan tambahan dari

informasi terkait bidang tanah yang lain. analisa terperinci dari masing-masing

bentuk kadaster ini disampaikan dalam bab selanjutnya. Kadaster serbaguna

secara umum hampir sama dengan konsep sistem informasi pertanahan. Ini tidak

tergantung pada tingkatan teknologi tertentu maupun pada jenis khusu sistem

penguasaan tanah. Di mana hak tanah milik pribadi tidak dikenali, seperti pada

sebagian atau semua negara-negara Dunia Ketiga, persil lainnya, seperti unit

pendudukan tanah, dapat dipekerjakan. Kadaster serbaguna juga mandiri dari

struktur administratif: mungkin saja dipusatkan, didesentralisasi, atau keduanya,

dan mungkin saja diterapkan oleh satu atau lebih agen lokal, regional, propinsi,

atau bahkan di tingkatan nasional.

1.6 Manajemen informasi Pertanahan

Seperti sumber daya lainnya, informasi pertanahan perlu untuk secara hati-hati

diatur untuk memaksimalkan manfaatnya. Setelah dua dekade terakhir,

kemampuan baru untuk pengumpulan dan pengolahan data, bersama-sama dengan

perkembangan kebutuhan para pemakai, sudah mengarahkan perhatian kepada

kebutuhan akan strategi peningkatan manajemen informasi pertanahan.

Strateginya seperti diperhatikan efektifitas organisasi sumber daya dalam rangka

mencapai tujuan yang ditetapkan. Tujuan dapat meliputi peningkatan pemenuhan,

isi, kecocokan, dan keandalan informasi, untuk mengaksesnya, dan kemungkinan

mengintegrasikannya dengan data lain. Tujuan akhir adalah untuk memenuhi

kebutuhan pemakai lebih efisien, efektif, dan pantas.

Asal manajemen informasi pertanahan

Manajemen informasi pertanahan bukanlah aktivitas baru. Sistim informasi telah

ada sejak orang-orang pertama menetap di pertanian. Ketika bangsa Babilonia

menduduki tanah antara Tigris dan Euphrates dan Orang Mesir menanami daerah

yang subur di sekitar sungai Nil, kebutuhan akan manajemen pertanahan mulai

dikenal. Ini pada gilirannya mendorong pengembangan dasar sistim informasi

pertanahan. Contoh terakhir meliputi program pemetaan rupa bumi dan pemetaan

geologi, survey penilaian dan inventarisasi hutan, dan survei hak atas tanah dan

18

Page 19: Bab 1

sistem pendaftaran. Sistem ini menyediakan keduanya kebutuhan infrastruktur

informasi bagi alokasi tanah dan rumah tinggal dan tambahan kebutuhan

informasi teknik dan sumber daya yang diperlukan untuk pengembangan sumber

daya.

Apa yang baru saat ini adalah jumlah data yang dapat ditangani, kecepatan di

mana data ini dapat diproses, dan cara di mana data dapat dimanipulasi dan

dianalisa. Perubahan adalah satu tingkat dibanding prinsip. Negara pasti

mempunyai aturan yang berkembang dalam proses administrasi pertanahan

melalui, misalnya, pemberian hak atas tanah, pajak tanah, dan program peraturan

lingkungan. Ini, bersama-sama secara bertahap mengenali bentuk, teknik

perencanaan sistematis, telah memusatkan perhatian pada kebutuhan akan strategi

dan prosedur baru untuk mengumpulkan, mengatur, menganalisa, dan penyebaran

informasi terkait pertanahan. Pertumbuhan ini pada gilirannya mendorong

penekanan pada informasi sebagai sumber daya penting dan mahal dalam hak

kepemilikan, dan, apa yang harus dikelola secara efisien.

Tujuan manajemen

Manajemen informasi pertanahan diarahkan pada penggunaan efektif informasi

untuk mencapai tujuan atau tujuan yang telah ditetapkan. Ini memerlukan:

(1) menentukan kebutuhan untuk informasi terkait pertanahan;

(2) pengujian bagaimana informasi benar-benar digunakan dalam proses

pengambilan keputusan, bagaimana informasi mengalir dari satu produsen

atau pemakai ke yang lainnya, dan kendala apa yang ada ketika mengalir;

(3) pengembangan kebijakan untuk menentukan prioritas, mengalokasikan

sumber daya yang dibutuhkan, menetapkan tanggung-jawab atas tindakan, dan

pengaturan standar dan metoda untuk pengawasannyanya;

(4) meningkatkan sistim informasi pertanahan yang ada atau mengenalkan yang

baru;

(5) penilaian dan perancangan alat dan teknik baru.

19

Page 20: Bab 1

Sistem berdasarkan manual dan komputer

Sistem informasi pertanahan dapat berdasarkan komputer atau manual. Sistem

yang tradisional telah dilaksankaan secara manual dan dalam banyak kesempatan

akan tetap sehingga selama bertahun-tahun ada. Dalam banyak sistim informasi

pertanahan tradisional, teknik sumber daya mungkin terbatas pada telepon, mesin

ketik, dan barangkali mesin fotocopy. Dalam sistem yang lebih canggih,

bagaimanapun, akan ada unsur-unsur teknologi tinggi digunakan untuk

penyimpanan data, pengolahan, dan komunikasi. Keuntungan otomasi meliputi:

(1) pemadatan fisik data, sehingga lebih sedikit ruang diperlukan dan

mendapatkanya lebih cepat;

(2) lebih mudah menangani dan memanipulasi, mempertimbangkan analisa jauh

lebih efisien dan efektif;

(3) kemungkinan menggabungkan data grafis dan data atribut dalam satu

pelaksanaan; dan

(4) penyatuan basis data sehingga perbedaan pengaturan data dapat digabungkan

dan diproses bersama-sama.

Teknologi, bagaimanapun, hanya satu komponen sistem informasi pertanahan.

kerugian menggunakan komputer, terutama di negara-negara Dunia Ketiga,

adalah kompleksitas keterkaitannya dan ketergantungan yang besar mereka pada

modal dibanding tenaga kerja. Ketika devisa hanya tersedia sedikit dan di mana

tenaga kerja banyak dan murah, kebutuhan sosial dan ekonomi mungkin untuk

memaksimalkan tenaga kerja lokal. Bahkan di mana investasi dapat dibenarkan,

seperti Burch dan yang lainnya sudah berkata,

Hanya komputerisasi sistem informasi atau proses lama tidak akan dengan sendirinya meningkatkan efektivitas. Penyimpangannya, instalasi komputer dalam merancang sistem informasi yang kurang akan menghasilkan secara normal dalam pengabadian jenis yang sama dari kesalahan dan kekurangan sebelumnya.13

1.7 Informasi Pertanahan dan Dunia Ketiga

Manajemen informasi pertanahan yang efektif menjadi arti penting tertentu bagi

negara-negara berkembang.Seperti Repetto telah mencatat:

20

Page 21: Bab 1

terutama di Dunia yang ketiga, di mana perhatian lain pasti mempunyai prioritas dan kemampuan tipis tersebar, ada keuntungan besar untuk dilaksanakan dengan memperkuat kemampuan manajemen untuk perlindungan lingkungan dan penggunaan sumber daya. Ini melibatkan penempatan personil teknis pada tempatnya. Sistem informasi manajemen, dan mekanisme yang syah dan administratif untuk merencanakan dan memandu penggunaa sumber daya.14

negara-negara Dunia Ketiga paling membutuhkan sistim informasi pertanahan

untuk mencegah terbuangnya sumber daya yang langka. Biaya memperkenalkan

atau menyempurnakan sistem yang berjalan tinggi dan ketersediaan tenaga kerja

trampil dalam negara-negara ini. hampir tidak ada. Bahkan di negara-negara maju

terdapat orang yang telah terlatih dan berpengalaman. Permasalahan Yang harus

dihadapi adalah kelembagaan, teknis dan managerial. Dalam bab selanjutnya,

permasalahan tertentu dari sistem berbasis bidang akan pertama diuji. Isu teknis

akan ditinjau, mendorong untuk diskusi pada hal kelembagaan dan managerial.

Akhirnya, beberapa pilihan terbuka untuk para manajer informasi pertanahan akan

dipertimbangkan, dan usul akan dibuat untuk pengerjaan permasalahan

berhubungan dengan pengembangan sistem. Tantangannya adalah untuk

menghasilkan informasi pertanahan yang lebih baik dalam mendukung kebijakan

pertanahan yang lebih baik (lihat Gambar 1.8).

Gambar 1.8 Tantangan Manajemen Informasi Pertanahan

1.8 Malaysia-Studi Kasus

Malaysia saat ini merupakan contoh menarik negara berkembang yang sedang

dalam proses memperkenalkan pengaturan informasi pertanahan yang baru dan

inovatif. Ini telah muncul pada sebagian dari perhatian besar tentang pengenalan

21

Page 22: Bab 1

khusus komputer ke dalam berbagai departemen pemerintahan. Pada tahun 1984

suatu Komite Pengolahan Data Nasional, yang diketuai oleh Perdana Menteri,

telah diatur untuk melihat semua aspek komputerisasi dalam pemerintahan.

Komite ini memperhatikan kecocokan perangkat keras/perangkat lunak berbagai

komputer yang diinstall, permasalahan keusangan data dan duplikasi, dan isu

kepemilikan data.15

Departemen yang dipimpin Perdana Menteri telah pula membantu menciptakan

sistem informasi bank data dan perkotaan di Lembah Kelang, suatu sistem

ditetapkan untuk memudahkan perencanaan, monitoring, dan koordinasi

pembangunan regional.16 Growino tertarik akan sistim informasi pertanahan juga

telah mengakibatkan perhatian khusus untuk meningkatkan administrasi

pertanahan.17 Pada tahun 1983 Menteri yang bertanggung jawab dalam pertanahan

melaporkan bahwa Kabinet menyetujui pengaturan atas bank data tanah

dikomputerisasi untuk mempercepat dan melancarkan administrasi dan pemakaian

tanah di dalam negeri.18

Ung Cheng Pee, seorang surveyor Malaysia terkemuka, telah menulis bahwa

pelaksanaan program informasi pertanahan berdasarkan skenario berikut:19

(1) pertama, Sistem pengukuran tanah dengan computer (CALS) akan

dikembangkan di salah satu negara bagian Malaysia sebagai proyek

percontohan

(2) jika sukses, konsep CALS kemudian secara berangsur-angsur diperluas ke

bagian lainnya;

(3) pada saat yang sama usaha untuk mengembangkan komputerisasi kadaster

hukum akan dimulai, barangkali dengan penggunaan komputer mikro pada

setiap 99 kantor pertanahan di Malaysia (di mana dokumen hak atas tanah

tetap dijaga);

(4) perhatian kemudian terpusat pada pengembangan Sisten pemetaan dengan

komputer (CAMS) untuk meningkatkan produksi dan kegunaan peta rupa

bumi;

(5) sistem ini kemudian akan dihubungkan dengan arsip pendaftaran tanah.

22

Page 23: Bab 1

Berharap agar sistim tersebut diatas akan tersedia untuk berperan dalam Rencana

kelima Malaysia 1986-1990

Kemajuan penting telah dicapai menuju keberhasilan tujuan ini. Pada bulan

Januari 1982 salah satu dari langkah-langkah akhirnya ke arah komputerisasi arsip

pendaftaran tanah dikenalkan di Malaysia dengan kode nomor masing-masing

bidang tanah yang diidentifikasi uniknya dan kode area. Masing-Masing negara

bagian di Malaysia telah dibagi lagi untuk tujuan administratif dalam sejumlah

daerah, mukins atau bagian, dan bundel. Pada bulan October 1983 penawaran

diadakan untuk 'persediaan, penyerahan, instalasi, pengujian dan pemeliharaan

sistem komputer dengan perangkat lunak pendukung dan aplikasi berbasis

“turnkey” untuk menemukan Sistem pengukuran tanah dengan komputer di

Departemen Survei Negara bagian Johor, Malaysia.20

Baru-baru ini, pemerintah Malaysia telah mengadakan seminar nasional dalam

sistim informasi pertanahan di Kuala Lumpur. Di sini telah dipecahkan bahwa

pemerintah perlu menetapkan suatu Sistem Informasi Pertanahan Nasional yang

terintegrasi dan mendirikan suatu Komite Koordinasi Kebijakan Pusat untuk

diposisikan dalam Departemen yang dipimpin Perdana Menteri 'untuk

merumuskan dan mengkoordinasikan pengembangan sistem informasi di antara

pemerintah pusat dan pemerintah negara bagian seperti lembaga akademis.

Daftar Pustaka

1. Birms, Sir Bernard O. (1953). Cadastral surveys and records of rights in land, p. 1. FAO Land Tenure Study, Rome.

2. Binns, Sir Bernard O. Op. cit., p. 1.3. Report of the meeting of the Ad Hoc Group of Experts on Cadastral Surveying

and Mapping (1974). UN publication E/CONF. 77/L.I., New York. pp. 25-6.

4. Platt, R. (1975). Land use control: interface of law and geography, Association of American Geographers, Resource Paper Washington. No. 75-1

5. MacNeill, J. W. (1971). Environment management, p. 5. Privy Council Office, Govt. of Canada, Ottawa.

23

Page 24: Bab 1

6. O'Riordan, T. (1971). Perspectives on resource management, Pion Ltd., London.

7. Roots, E. F. (1985). Surveys and mapping to aid environmental control and management of resources. Proceedings of the United Nations Inter-Regional Seminar on the Role of Surveying, Mapping and Charting in Country Development Programming, Aylmer, Canada.

8. Dorner, P. (1972). Land reform and economic development, Penguin, London.9. Ratcliffe, J. (1974). An introdUction to town and country planning, p. 4.

Hutchinson, London.10. Holstein,'L., McLaughlin, J. and Nichol, S. (1985). Check-list for evaluating

cadastral systems. Occasional paper, University of New Brunswick.11. Brauer, D. (1986). Editorial in Development and co-operation (D+C), Vol.

3/1986. Deutsche Stiftung filr Internationale Entroicklung, Berlin.12. Palmer, D. (1984). A land information network for New Brunswick, Technical

Report No. Ill, Department of Surveying Engineering, University of New Brunswick.

13. Burch, J. G., Strater, F. and Grudnitski, G. (1979). Information systems: theory and practice, John Wiley and Sons Inc., New York.

14. Repetto, R. (1986). World enough and time, pp. 38-9. Yale University Press, New Haven.

15. Ung Cheng Pee (1985). Towards a land information system in Malaysia. In Hamilton and McLaughlin (eds) The decision maker and land information systems, pp. 137-47. Canadian Institute of Surveying, Ottawa.

16. Johari, bin Mat (1986). Information system for regional planning in Malaysia: the case of Kevis in Kelang Valley. Information systems for urban and regional planning: Asian and Pacific perspectives, p. 305. UN Centre for Regional Development, Nagoya.

17. Kamarudin, R. (1973). Land administration in Peninsular Malaysia-a study on some critical areas. Seminar on Land Administration, Kuala Lumpur.

18. Ung. Op. cit., pp. 137-8.19. Ibid.20. Seah Kok Seang (1984). Proposed computer assisted mapping system and cost

benefit analysis. The Surveyor, Vol. 19, No. 1. pp. 33-8.21. Proceedings of the National Seminar on Land Information Systems (1994).

Ministry of Land and Regional Development, Kuala Lumpur.

24

Page 25: Bab 1

Informasi Pertanahan di Indonesia

1. Manajemen Pertanahan

Kebijakan umum pengelolaan pertanahan merupakan penjabaran pasal 33 ayat (3)

Undang-Undang Dasar. dan hal sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2 ayat

(1) Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), yang menyatakan bahwa bumi, air

dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Selanjutnya

dalam pasal 2 ayat (2) UUPA Hak menguasai dari negara tersebut memberi

wewenang kepada Negara, yang dilaksanakan oleh Pemerintah (Badan Pertanahan

Nasional) untuk:

a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan

pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;

b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dengan bumi, air dan ruang angkasa;

c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan

perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Ada beberapa Instansi yang mengelola bumi, air dan ruang angkasa, termasuk

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya diantaranya :

1. BPN, mengelola tanah dalam arti permukaan bumi untuk kepentingan

hak/hukumnya;

2. Departemen Kehutanan mengelola tanah yang merupakan kawasan hutan

3. Direktorat PBB Departemen Keuangan, mengelola tanah untuk kepentingan

pajak;

4. Departemen Energi dan Sumber daya Mineral, yang mengelola kekayaan alam

yang terkandung dalam tubuh bumi;

5. Pemerintah Daerah melalui Bappeda, yang membuat Rencana Tata Ruang

Wilayah;

6. Bakosurtanal, yang membuat peta secara nasional seluruh wilayah darat

Indonesia.

25

Page 26: Bab 1

2. Sistem Informasi Pertanahan dan Manajemen Pertanahan

Ada beberapa sistem informasi yang telah dikembangkan di Indonesia misalnya

SISMIOP yang dibuat oleh Direktorat PBB Departemen Keuangan, SIMTANAS

yang dikembangkan oleh BPN. Dalam tulisan akan akan difokuskan pada

SIMTANAS yang dikembangkan oleh BPN.

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 (Keppres 34/2003)

tentang Kebijakan Nasional Pertanahan pada Ayat 1 huruf b, ditugaskan untuk

membangun dan mengembangkan Sistem Informasi Pertanahan dan Manajemen

Pertanahan Nasional (SIMTANAS) yang meliputi hal-hal berikut:

1) Penyusunan basis data tanah-tanah aset negara/pemerintah/ pemerintah daerah

di seluruh Indonesia;

Kegiatan yang telah dilaksanakan:

a. Inventarisasi aset Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Perwakilan

Negara Asing

b. Pembangunan Database Aset yang memuat informasi:

– Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah.

– Alamat Persil, Identitas bidang, Luas, Jenis Hak, NOP, NJOP, IMB,

Foto Bangunan, Perubahan data Pemilikan.

2) Penyiapan aplikasi data tekstual dan spasial dalam pelayanan pendaftaran

tanah dan penyusunan basis data penguasaan dan pemilikan tanah, yang

dihubungkan dengan e-government, e-commerce dan e-payment;

Kegiatan yang telah dilaksanakan:

a. Penyusunan Basis Data Pertanahan Digital, meliputi:

– Data Spasial (Peta, Nomor

Indentifikasi Bidang-NIB, Luas, Letak Bidang Tanah)

– Data Tesktual (Kepemilikan,

Penguasaan, Penggunaan, Pemanfaatan, status hak atas tanah, dan

catatan perubahan data)

b. Pembangunan aplikasi data textual spasial dalam pelayanan pendaftaran

tanah meliputi:

26

Page 27: Bab 1

– Pengukuran, Pemetaan dan

Pembukuan tanah

– Pendaftaran hak dan pemeliharaan

data

– Pembukuan & Pemberian surat-

surat tanda bukti hak

– Early Warning System (Sengketa

tanah, pemblokiran, dan berakhirnya Hak Atas Tanah)

– Simulasi Perencanaan Tata

Kota/Pembebasan Tanah

c. Pembangunan Aplikasi Layanan Informasi Pertanahan melalui media

Elektronik (e-Government, e-Commerce, dan e-Payment), meliputi:

– BPN Portal (http://www.bpn.go.id)

:

Informasi Umum (loket Pelayanan, Peraturan, Alamat Kantor

Pertanahan, E-mail Pejabat BPN)

Informasi Pelayanan Pertanahan (Loket dan Prosedur Pelayanan,

Persyaratan permohonan)

Tanya-Jawab Pertanahan

Kegiatan BPN

– Layanan Informasi Pertanahan

online (http://loc.bpn.go.id), yang meliputi informasi aset pemerintah,

kepemilikan bidang tanah, pendaftaran pelayanan BPN, status berkas

permohonan, pelayanan pemeliharaan data, dan lain-lain.

3) Pemetaan kadasteral dalam rangka inventarisasi dan registrasi penguasaan,

pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) dengan menggunakan

teknologi citra satelit dan teknologi informasi untuk menunjang kebijakan

pelaksanaan landreform dan pemberian hak atas tanah;

Kegiatan yang dilaksanakan adalah Pemetaan Kadasteral Digital dengan

menggunakan teknologi Pemotretan Udara dan Citra Satelit, dengan cakupan

data:

27

Page 28: Bab 1

a. Titik Ground Control dengan menggunakan teknologi Global Positioning

System (GPS)

b. Peta Pendaftaran yang memuat informasi bidang-bidang tanah dan nomor

identifikasinya.

c. Batas Administrasi Pemerintah (Desa/Kelurahan, Kecamatan,

Kabupaten/Kota)

d. Batas Kawasan Penggunaan Tanah (Industri, Perumahan, Perkebunan,

Kehutanan, Persawahan)

Peta kadasteral tersebut dapat memberikan manfaat untuk kegiatan

inventarisasi dan registrasi, perencanaan dan implementasi kebijakan nasional

di bidang Landreform, percepatan pemberian Hak Atas Tanah dan

pembebasan tanah untuk kepentingan umum dan masyarakat, dan mendukung

terciptanya Sistem Informasi Pertanahan Nasional berbasis bidang tanah

(multipurpose kadasteral)

4) Pembangunan dan pengembangan pengelolaan penggunaan dan pemanfaatan

tanah melalui sistem informasi geografi, dengan mengutamakan penetapan

zona sawah beririgasi dan tanah-tanah produktif lainnya, dalam rangka

memelihara ketahanan pangan nasional.

Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah Pembangunan dan Pengembangan

Sistem Informasi Geografi, demi menunjang perencanaan penatagunaan tanah,

pemantauan penggunaan dan pemanfaatan tanah, Early Warning System

dalam pengendalian perubahan penatagunaan tanah serta penetapan dan

Pemantauan Zona sawah beririgasi

3. Kadaster

Kadaster itu berasal dari istilah bahasa latin capitastrum yang berarti suatu daftar

umum dimana nilai serta sifat dari benda-benda tetap diuraikan (arti kadaster ini

sudah tidak sesuai lagi dengan kadaster yang modern). Hermanses menyatakan

terdapat dua unsur yang harus dipenuhi oleh kadaster modern yaitu :

28

Page 29: Bab 1

a. pendaftaran atau pembukuan bidang-bidang tanah yan terletak di suatu

daerah/negara dalam daftar-daftar (diuraikan letak, batas, luas, jenis hak dan

pemegang haknya), bersifat administrasi;

b. pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah, bersifat teknis..

Tujuan kadaster dapat dibedakan dalam :

a. kadaster pajak (fiscale kadaster) adalah suatu kadaster yang diadakan untuk

keperluan pajak tanah yang adil dan merata (dikelola oleh Direktorat PBB

Departemen Keuangan);

b. Kadaster hak (eigendoms kadaster) adalah suatu kadaster yang diadakan untuk

kepastian hukum dari letak, batas-batas serta luas bidang tanah yang dipunyai

orang dengan sesuatu hak (dikelola oleh BPN).

Pendaftaran hak dibagi dalam dua macam

a. pendaftaran hak dengan daftar umum yang mempunyai kekuatan bukti

(registration of rights)

b. pendaftaran hak dengan daftar umum yang tidak mempunyai kekuatan bukti

(registration of deeds)

Pendaftaran Tanah di Indonesia dilaksanakan berdasarkan Pasal 19 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1960 yang menyatakan bahwa untuk menjamin kepastian

hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah, yang meliputi :

a. pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah;

b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut

c. pemberian surat tanda bukti , yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat

kemudian juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dan

PMNA/Ka.BPN Nomor3 Tahun 1997.

Menurut Harsono (1997), Sistem pendaftaran yang digunakan di Indonesia adalah

sistem pendaftaran hak (registration of rights), hal tersebut tampak dengan adanya

buku tanah sebagai yang memuat data yuridis dan data fisik yang dihimpun dan

disajikan serta diterbitkannya sertipikat sebagai tanda bukti hak yang didaftar.

29

Page 30: Bab 1

Sistem publikasi yang digunakan adalah sistem negatif yang mengandung unsur

positif. Hal terlihat dari pemberian surat tanda bukti hak, hanya berlaku sebagai

alat bukti yang kuat. Bukan merupakan sistem publikasi negatif yang murni,

dalam sistem publikasi negatif yang murni tidak akan menggunakan pendaftaran

hak. Pelaksanaan pendaftaran tanah di Indonesia meliputi kegiatan :

a. pendaftaran pertama kali;

b. pemeliharaan data pendaftaran tanah.

Daftar Pustaka

Hermanses, R, (1972), Pendaftaran Tanah di Indonesia,

Harsono, Budi, (1997), Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-

Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Edisi Revisi, Djambatan,

Jakarta.

_________(2007), Rencana Srategis BPN RI 2007-2009, BPN

_________, Pembangunan dan Pengembangan Sistem Informasi dan Manajemen

Pertanahan, BPN

30