bab 1

Upload: gkeruh

Post on 10-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

5

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSayuran merupakan salah satu makanan yang paling banyak ditolak oleh anak-anak terutama pada anak usia prasekolah, pada fase ini anak anak seringkali mengalami fase sulit makan, misalnya beberapa anak prasekolah masih memilih kebiasaan makan yang khas pada masa toodler dan menganggap sayuran rasanya kurang enak atau tidak sperti makanan cepat saji yang gurih yang mengandung vetsin. Jika problem ini berkepanjangan, maka dapat mengganggu tumbuh kembang anak karena jumlah dan jenis gizi masuk dalam tubuhnya kurang (Dona L Wong, 2009). Perilaku gizi yang salah pada anak prasekolah perlu mendapat perhatian. Misalnya tidak sarapan pagi, kurang mengonsumsi sayuran dan buah, terlalu banyak mengonsumsi fast food dan junk food, makanan yang mengandung bahan pengawet, pewarna, dan penambah cita rasa. Padahal, bisa dibilang konsumsi sayuran dan buah adalah kunci menjalani makan pola sehat. Sayur mengandung vitamin, zat fitokimia, dan enzim yang berfungsi membangun sel sel tubuh, membantu tumbuh dan berkembang secara normal. Serat di dalamnya juga bermanfaat dalam membersihkan sisa sisa metabolisme dan menstabilkan kadar kolesterol. Manfaatnya itu berperan besar dalam mencegah berbagai penyakit degeneratif pada kemudian hari, seperti diabetes, kanker, stroke, dan serangan jantung (Pratitasari, 2010).Menurut penelitian yang dilakukan Yesica Dewi (2013), dalam jangka panjang sedikit konsumsi buah dan sayuran pada anak dapat mengakibatkan penyakit kronis misalnya hipertensi, kanker, jantung koroner, diabetes, hipertensi dan obesitas. Di Indonesia prevalensi obesitas pada anak semakin meningkat dari tahun 2007-2010 dari 8,05% meningkat 9,2%. Selain mengalami obesitas hasil penelitian Nutriplanet yang sejalan dengan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa 27,7 persen anak Indonesia usia 1-4 tahun menderita anemia karena kekurangan zat besi yang mengakibatkan pertumbuhan dan pencapaian kognitifnya tidak optimal. Selain itu terdapat 36,8 persen anak Indonesia usia 1-5 tahun yang mengalami stunting (gangguan pertumbuhan), dimana salah satu penyebabnya adalah kekurangan mikronutrien dan fitronutrien (Anonim,2013).Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti di TK A Musra Surabaya pada tanggal 14 Desember 2013 pukul 08.30 WIB diantaranya, 15 anak prasekolah setelah dilakukan wawancara dan kuisioner menunjukkan 13,3% atau 2 anak mengatakan suka makan semua sayuran, 23% atau 3 anak mengatakan hanya menyukai 2 jenis sayuran, 18 % atau 2 anak menyukai 1 jenis sayuran, dan 46% atau 9 anak mengatakan tidak menyukai sayuran, sedangkan data mengenai konsumsi sayuran pada anak praskolah setelah dilakukan kuisioner pada ibu anak prasekolah di TK A Musra 5% mengatakan tidal pernah, 85 % mengatakan jarang, 10% mengatakan sering, hal tersebut dikarenakan sebagian besar anak tidak dibiasakan makan sayur oleh orang tuanya, anak tidak mengetahui apa fungsinya makan sayur. Hasil survey terakhir konsumsi sayuran pada anak prasekolah di TK A Musra Surabaya setelah dilakukan kuisinoner dan observasi pada ibu anak prasekolah menunjukkan 5% menunjukkan tidak pernah, 30% menunjukkan jarang, 45% sering, 20% menunjukkan selalu.Ternyata setelah ditelusuri sulit makan sayur tidak timbul begitu saja pada anak pra sekolah. Menurut Pratistasari (2010) faktor terbesar adalah pola pengasuhan dan kebiasaan yang diterapkan pada anak, selain itu banyak faktor lain yang mempengaruhi diantaranya adalah anak tidak diperkenalkan sejak dini dengan sayuran, rasa sayuran yg tidak begitu disukai anak , penyajian sayuran yang kurang menarik, tipe makanan anak yang kurang dipahami orang tua, trauma, dan yang terakhir gangguan cerna.Orang tua sering menganggap hal yang biasa jika anaknya sulit makan sayur, mereka beranggapan bahwa anak akan suka makan sayur dengan sendirinya, padahal mengkonsumsi sayuran harus dilakuakan sedini mungkin agar anak bisa mendapat gizi yang seimbang. Tidak hanya faktor dari orang tua saja yang menjadi faktor terbesar penyebab anak prasekolah sulit makan sayur, faktor dari anaknya sendiri harus diperhatikan. Anak prasekolah harus diberikan pemahaman mengenai berbagai makanan ideal yang bisa membuat mereka makan lebih banyak sayur sesuai selera mereka .Sehingga dalam hal ini perlunya tenaga kesehatan khususnya perawat untuk melakukan tugasnya sebagai edukator mempromosikan kepada anak usia prasekolah tentang betapa pentingnya mengkonsumsi sayuran bagi pertumbuhan mereka agar mereka tidak jatuh pada krisis gizi buruk.

Menurut psikolog Sarah Gripshover dan Ellen Markman dari Stanford University mengatakan bahwa anak-anak prasekolah akan mampu memahami pendekatan yang lebih konseptual terkait gizi meskipun usia mereka masih muda. Materi yang diberikan kepada anak-anak, tentu saja harus lebih sederhana. Dengan catatan materi tersebut tetap memberikan pembelajaran bagi mereka dan memajukan pemikirannya (Sukmasari,2013). Materi akan diberikan dengan metode story telling atau bercerita yaitu kegiatan untuk menyampaikan sebuah kisah atau cerita kepada anak-anak, dimana didalamnya ada pesan yang ingin disampaikan pada anak ataupun tidak ada pesan khusus yang ingin disampaikan pada anak, story telling atau bercerita bisa dibantu dengan alat peraga, misalnya dengan memakai boneka jari, boneka tangan, menggunakan wayang dan lainnya. Metode ini sangat cocok dalam pembelajaran usia anak prasekolah yang memiliki sifat unik dan khas, selain itu metode ini akan membawa manfaat besar dalam perkembangan bahasa verbal, kecerdasan anak serta sikap dan perilaku anak seperti mengasah imajinasi anak, mengembangkan kemampuan baerbahasa, mengembangkan aspek sosial, mengembangkan aspek moral, mengembangkan aspek spiritual, mengembangkan aspek emosi, menumbuhkan semangat berprestasi, dan melatih konsentrasi aank.Berdasarkan beberapa wacana diatas dapat dikatakan anak usia prasekolah yang sulit mengkonsumsi sayuran perlu diberi informasi agar mereka tertarik mengkonsumsi sayuran karena kebutuhan untuk memenuhi gizinya bukan karena terpaksa mengkonsumsi sayuran, informasi atau materi yang diberikan sebisa mungkin mudah diterima dan dipahami anak usia prasekolah sehingga bisa meningkatkan minat dan mau mengkonsumsi sayuran, oleh karena itu dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh metode story telling terhadap konsumsi sayuran pada anak usia prasekolah.

1.2 Rumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh metode story telling terhadap konsumsi sayuran pada anak usia prasekolah di TK musra Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumMempelajari pengaruh metode story telling terhadap konsumsi sayuran pada anak usia prasekolah di TK Musra Surabaya1.3.2 Tujuan Khusus1. Mengidentifikasi konsumsi sayuran pada usia anak prasekolah sebelum dilakukan tindakan penyuluhan dengan metode story telling.2. Mengidentifikasi konsumsi sayuran pada usia anak praskolah setelah dilakukan tindakan penyuluhan dengan metode story telling.3. Menganalisis pengaruh metode story telling terhadap konsumsi sayuran pada usia anak prasekolah.

1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Manfaat Teoritis1. Bagi keperawatan khususnya keperawatan anak, dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh metode story telling terhadap konsumsi sayuran pada anak usia prasekolah di sekolah TK.2. Menambah literatur dan penelitian bagi dunia keperawatan anak dan keperawatan komunitas.3. Dapat memberikan gambaran atau informasi bagi peneliti berikutnya.

1.4.2 Manfaat praktis1. Bagi institusi bidang pendidikan Sebagai cara untuk memberikan masukan dan informasi dalam upaya meningkatkan konsumsi sayuran sehingga pada anak usia prasekolah mendapat gizi yang cukup untuk tumbuh kembangnya.2. Bagi orang tua dan masyarakat Memberikan informasi upaya untuk meningkatkan konsumsi sayuran sehingga anak mau mengkonsumsi sayuran 3. Bagi peneliti. Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian di bidang keperawatan anak dan keperawatan komunitas.

1