bab 1

16

Click here to load reader

Upload: irma-sihotang

Post on 25-Jul-2015

361 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Membran timpani yang sangat tipis dan halus (TM) adalah komponen pertama dari

sistem telinga tengah konduktif. TM mudah trauma, dan penyakit dari pasien TM

menghilangkan kemampuan mereka untuk bekerja dan menikmati hidup. Myringitis atau

peradangan pada TM, bisa disertai dengan gangguan pendengaran dan sensasi kemacetan dan

sakit telinga. Setelah 3 minggu, myringitis akut menjadi subakut dan, dalam waktu 3 bulan

menjadi kronis.1

Myringitis bullosa pertama kali ditemukan Lowenberg pada tahun 1891. Penyakit ini

lebih sering terjadi pada musim dingin. Populasi terjadi di daerah dalam pemuda 30 tahun

dan anak-anak, tidak ada perbedaan gender. Lebih sering unilateral walaupun kadang

ditemukan bilateral. Miringitis bulosa akut dapat terjadi akibat infeksi bakteri seperti

streptococus pneumoniae atau infeksi virus seperti influenza, herpes zoster, atau yang

lainnya. Miringitis hemoragik akut dapat terjadi karena infeksi bakteri atau virus. Miringitis

fungal dapat karena infeksi jamur dari epidermis membran timpani. Miringitis eksematosa

dapat terjadi pada eksema dermal dari epidermis membran timpani Miringitis granulosa

terjadi ketika membran timpani diselubungi jaringan granulasi. 1

Di Amerika Serikat kira-kira 8% anak-anak berumur 6 bulan s.d. 12 tahun dengan otitis

media akut punya miringitis bulosa akut. Penyakit ini ditemukan pada anak laki-laki

sebanyak 50-60%. Beberapa hal penting dalam perawatan miringitis; pertama, departemen

emergensi atau layanan primer ketika pasien datang dengan miringitis akut atau myringitis

bulosa. Kedua, analgesik, antiinflamasi, antipruritus, antihistamin. Ketiga, pada komplikasi

perforasi membran timpani, konsul ke spesialis THT. Keempat, saran dari spesialis THT

penting untuk medikasi miringitis kronik yang diatandai perforasi. Kelima, pengobatan

spesifik jika telah terjadi perforasi membran timpani.1

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas kepaniteraan

klinik senior di departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan di RSUP HAM dan

juga memberikan penjelasan tentang myringitis bullosa.

1

Page 2: Bab 1

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan

terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran

Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya

berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam

dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran nafas. Pars tensa mempunyai

satu lapis di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang

berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler di bagian dalam.2

Gambar 1. Anatomi Membran Timpani2

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut sebagai

umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah yaitu pada

pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pada pukul 5 untuk membran timpani kanan.

Refleks cahaya ialah yang dari luar yang dipantulkan membran timpani. Di membran timpani

terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya

refleks cahaya yang berupa kerucut itu. Secara klinis refleks cahaya ini dinilai, misalnya bila

letak reflek cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius.2

2

Page 3: Bab 1

Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan

prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga

didapatkan bagian atas depan, atas belakang, bawah depan, dan bawah belakang, untuk

menyatakan letak perforasi membran timpani.1,2

Gambar 2. Membran Timpani normal.6

1. Pars flaccida; 2. Short process of the malleus; 3. Handle (manubrium) of the malleus; 4.

Umbo; 5. Supratubal recess; 6. Eustachian tube orifice (just to the right of the light reflex);

7. Hypotympanic air cells; 8. Stapedius tendon; c. Chorda tympani; I. Incus; P. Promontory;

o. Oval window; R. Round window; T. Tensor tympani; A. Annulus.

Fungsi fisiologis membran timpani termasuk konduksi suara dari telinga tengah

melalui sistem tulang-tulang kecil, osikula. Permukaan membran timpani kira-kira 25 kali

lebih besar dari lempengan bawah stapes, yang menghasilkan amplifikasi bunyi 45 dB. Pada

waktu yang sama, membran timpani membentuk lapisan dengan jumlah jendela berbentuk

bundar yakni labirin untuk melawan gelombang suara langsung. Jendela ini penting untuk

pergerakan liquid dalam koklea, menyediakan transmisi suara ke reseptor akustik dalam

organ korti. Sebagai tambahan, membran timpani melindungi mukosa telinga tengah dari

lingkungan luar.2,8

2.2 Defenisi

Miringitis bulosa adalah suatu kondisi akut yang ditandai dengan nyeri telinga disertai

terbentuknya bula pada membran timpani.3 Bula yang terbentuk ini dapat menyebar atau

3

Page 4: Bab 1

memanjang sampai ke liang telinga, dan harus dibedakan dengan bula pada liang telinga

(otitis media eksterna).3,4

2.3 Epidemiologi

Diagnosis miringitis bulosa sering dijumpai pada anak-anak terutama usia 2-8 tahun,

tetapi dapat juga ditemukan pada semua usia. Sering ditemukan pada musim dingin dan

berhubungan dengan anak yang menderita infeksi saluran napas atas. Sebuah studi

menyatakan sebanyak 71 % ditemukan apada anak usia dibawah 2 tahun. 50-60% penderita

miringitis bulosa adalah anak laki-laki.1,7

2.4 Etiologi

Miringitis dapat berkembang sebagai penyakit primer yang sembuh sendiri dari

membran timpani (miringitis primer) atau sebagai sebuah proses inflamasi dari jaringan yang

berdekatan dari telinga luar atau tengah (miringitis sekunder). Etiologi dan patogenesis dan

terapi miringitis primer dan sekunder berbeda.2,5

2.4.1 Etiologi Miringitis Primer

Miringitis akut dapat terjadi karena trauma langsung membran timpani melalui

penetrasi benda asing. Miringitis primer dapat disebabkan pembersihan yang tidak berhasil

dari benda asing, seperti serangga. Sebuah ledakan, perubahan tekanan dalam kabin pesawat

dapat menyebabkan trauma membran timpani.2

Miringitis bulosa akut dapat terjadi akibat infeksi bakteri seperti streptococus

pneumoniae atau infeksi virus seperti influenza, herpes zoster, atau yang lainnya. Miringitis

hemoragik akut dapat terjadi karena infeksi bakteri atau virus. Miringitis fungal dapat karena

infeksi jamur dari epidermis membran timpani. Miringitis eksematosa dapat terjadi pada

eksema dermal dari epidermis membran timpani Miringitis granulosa terjadi ketika membran

timpani diselubungi jaringan granulasi. Sebab destruksi ini dari epidermis membran timpani

jarang diketahui. Kecuali kasus yang sama diperlihatkan selama miringoplasti, ketika

epidermis rusak atau ketika mukosa yang berasal dari perforasi membran timpani,

menggantikan lapisan epidermis.2,5

2.4.2 Etiologi Miringitis Sekunder

Terjadi pada miringitis akut dengan otitis media akut. Di sini, membran timpani

berada dalam stadium awal otitis media akut, stadium dimana tekanan negatif dibentuk di

4

Page 5: Bab 1

telinga tengah. Selama stadium ini, ujung maleus, prosesus lateralis maleus, dan membran

timpani menonjol ke arah lateral. Pars flasida juga ikut menonjol ke lateral. Dengan adanya

keluarnya cairan di telinga tengah, cairan dapat diperiksa.2

Proses inflamasi dari infeksi saluran napas atas mempengaruhi membran timpani

dengan terjadinya miringitis. Membran timpani menjadi merah dan menebal, refleks cahaya

tidak ada. Inflamasi pada telinga tengah berakibat penonjolan membran timpani dengan

kemungkinan perforasi. Ini ditandai dengan nyeri telinga terus-menerus dan manifestasi

klinis tipikal otitis media akut lainnya.2

Pada miringitis akut dengan otitis eksterna akut, miringitis akut dapat terjadi pada

kasus otitis eksterna akut post-trauma. Miringitis dapat terjadi karena otitis eksterna bakterial,

otitis eksterna viral. Miringitis fungal dapat terjadi pada otitis eksterna yang disebabkan

jamur. Miringitis eksematousa dapat terjadi karena eksema dermal dari liang telinga.

Miringitis akut dapat terjadi pada kasus eksaserbasi inflamasi kronis meatus akustkus

eksternus.2

2.5 Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang dijumpai pada miringitis bulosa yaitu :7

- Nyeri telinga tiba-tiba biasanya unilateral dan berdenyut

- Bulla bisa tunggal ataupun multipel

- Isi bulla dapat berupa darah atau cairan (serous atau serosanguinous)

- Bulla dapat menutupi sebagian atau seluruh permukaan membran timpani

- Otorrhea, hanya sedikit berair

- Efusi telinga tengah sering ditemukan

- Gangguan pendengaran sensori neural dapat menyertai miringitis bulosa

- Gejala infeksi saluran napas atas sering ditemukan bersamaan dengan kasus (93%

rinitis dan 73% batuk)

2.6 Diagnosa

Diagnosa miringitis bulosa dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang.

2.6.1 Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien datang dengan 2-3 hari riwayat telinga tersumbat dan pendengaran berkurang.

Pasien punya riwayat mengorek liang telnga, trauma, atau penetrasi air ke kanalis auditorius

5

Page 6: Bab 1

eksterna. Sensasi berat dan nyeri ringan telinga dikeluhkan. Kadang-kadang rasa gatal ada di

liang telinga atau keluar cairan dari liang telinga.2

2.6.2 Pemeriksaan Fisik

Membran timpani sebagai “cermin” telinga tengah, dengan perubahan yang terjadi

terlihat pada permukaan membran timpani. Dari pemeriksaan otoskopi tipikal didapatkan hal-

hal sebagai berikut: pada miringitis akut, membran timpani secara tiba-tiba diubah oleh

proses inflamasi, menjadi merah dan berubah bentuk, refleks cahaya kecil dan tidak ada sama

sekali; miringitis hemoragik akut dapat terjadi akibat infeksi bakteri seperti streptococcus

pneumoniae atau infeksi virus. Diferensial diagnosis untuk membran timpani merah sangat

banyak termasuk malformasi, trauma, infeksi, tumor, dan keadaan degeneratif lainnya;

miringitis bulosa akut dapat terjadi karena infeksi bakteri atau virus; granulosa akibat

miringitis ketika membran timpani diselubungi jaringan granulasi dapat dilihat mealui

otoskopi; ketika otitis akut terjadi, perforasi membran timpani dapat terjadi. Perforasi ini

ditandai dengan pembentukan skar (miringosklerosis) dan area kalsifikasi; pada kasus

miringitis kronis, membran timpani mengalami perforasi, batas mengalami inflamasi, dan

jaringan granulasi; tuli dapat terjadi; cairan keluar dari kanalis auditorius eksterna.2

Gambar 3: miringitis bulosa

6

Page 7: Bab 1

2.6.3 Studi laboratorium

Tidak ada tes laboratorium untuk menegakkan diagnosis miringitis. Dapat dilakukan

studi pencitraan. Pemeriksaan lain berupa otomikroskopi dengan mikroskop atau

otoendoskopi dengan tayangan pencitraan; otoskopi pneumatik menyediakan informasi pada

tampilan dan mobiitas membran timpani dan merupakan metode yang baik untuk penegakan

diagnosis; CT-scan resolusi tinggi untuk tulang temporal; MRI menggunakan gelombang

radio yang dihasilkan dari stimulasi nukleus dan relaksasi yang terjadi sesudahnya,

menciptakan sinyal yang berhubungan ke berbagai jaringan; otoskopi akustik-metode

mutakhir untuk memeriksa membran timpani, menggunakan otoskopi dan timpanometri

bersamaan dan khusus untuk anak-anak.2

2.6.4 Tes lain

Tes lain yang dapat dilakukan antara lain: audometri nada murni: ini terdiri dari

osilator, generator sinyal, amplifier, dan atenuator, yang mengontrol dan mengkhususkan

intensitas nada yang diproduksi. Bentuk audiogram untuk individu dengan tuli dapat

ditangani ahli otologi atau audiologi untuk mengetahui perjalanan penyakit dan sebab

penurunan pendengaran. Konfigurasi audiogram tuli konduksi dapat digunakan sebagai tes

tambahan untuk diagnosis miringitis; timpanometri yang dapat mendeteksi adanya cairan di

belakang gendang telinga, ketika audiometri multifrekuensi sudah menjadi metode objektif

yang dapat diterima untuk membedakan status telinga tengah, terutama untuk diagnosis efusi;

termometri timpanik deteksi emisi infra merah.2

2.7 Diagnosa banding

Adapun diagnosa banding dari myringitis bullosa adalah Sindrom Ramsay Hunt.

Sindrom Ramsay Hunt merupakan sindroma yang ditandai dengan kelumpuhan nervus

7

Page 8: Bab 1

fasialis perifer yang disertai adanya ruam vesikel eritematous pada telinga atau mulut.

Etiologi penyakit ini adalah varisella zooster. Bulla ditemukan pada anti heliks atau pada

lobulus dan pada kasus jarang terdapat pada liang telinga. 2

2.8 Penatalaksanaan

Prosedur penatalaksanaan miringitis sebagai berikut: pertama, pembersihan kanalis

auditorius eksterna; kedua, irigasi liang telinga untuk membuang debris (kontraindikasi bila

status membran timpani tidak diketahui); ketiga, timpanosintesis, yaitu pungsi kecil yang

dibuat di membran timpani dengan sebuah jarum untuk jalan masuk ke telinga tengah.

Prosedur ini dapat memungkinkan dilakukan kultur dan identifikasi penyebab inflamasi;

keempat, miringotomi, dimana pada otitis media akut, miringotomi dan pembuangan cairan

mencegah terjadinya pecahnya membran timpani setelah “bulging”. Tindakan ini

menyembuhkan gejala lebih cepat, dan insisi sembuh dalam waktu lebih cepat; kelima,

timpanostomi dengan insersi pipa ke telinga tengah memungkinkan drainase. Perforasi

permanen dapat terjadi.2,5

2.8.1 Perawatan

Beberapa hal penting dalam perawatan miringitis; pertama, departemen emergensi

atau layanan primer ketika pasien datang dengan miringitis akut, suspek otitis media, otitis

eksterna, dan benda asing di telinga. Kedua, analgesik, antiinflamasi, antipruritus,

antihistamin. Ketiga, pada komplikasi supuratif perforasi membran timpani, atau mastoiditis,

konsul ke spesialis THT. Keempat, saran dari spesialis THT penting untuk medikasi

miringitis kronik yang diatandai perforasi. Kelima, pengobatan spesifik perforasi membran

timpani, mencakup larutan alkohol yang mengandung asam salisilat menstimulasi

pertumbuhan epitelium, yang sangat berguna jika rata-rata pertumbuhan epithelium menurun.

Ketika kontak dengan mukosa telinga tengah, alcohol menimbulkan nyeri telinga dan iritasi

berat mukosa dengan dilanjutkan sekresi mucus meningkat; serta larutan akuades dapat

menolong mengeliminasi inflamasi mukosa telinga tengah, tapi menyebabkan pelepasan

epidermis di liang telinga. Jaringan granulasi atau polip harus disingkirkan.2

2.8.2 Perawatan Bedah

Perforasi kronik yang tidak terobati berakibat eksaserbasi otitis media kronik dan

miringitis. Penutupan perforasi diindikasikan pada pasien dengan aktivitas dalam air.

8

Page 9: Bab 1

Penutupan dengan tindakan bedah perforasi disebut miringoplasti. Tingkat keberhasilan

mencapai 70-90%.2

Metode ini terdiri atas mengeluarkan epithelium dari batas perforasi, menutup batas

dengan film/kertas dimana epidermis dan mukosa dapat tumbuh dan menghentikan perforasi.

Film sangat tipis dan bisa rusak bila pasien bersin. Prosedur ini digunakan bila perforasi

kurang dari 10%. Metode yang bermanfaat dari miringoplasti menggunakan kerangka

kartilago. Membran timpani disokong oleh jaringan kartilago tanpa mempengaruhi mobilitas.

Preoperasi: kondisi dasar persiapan membran timpani untuk miringoplasti adalah

tidak ada infeksi.

Intraoperatif: berhubungan dengan anatomi kanalis auditorius eksterna, abnormalitas

telinga tengah, dan metode miringoplasti yang dipilih ahli bedah.

Post-operatif: telinga harus tetap kering. Pasien harus menghindari posisi dan aktivitas

yang menimbulkan tekanan pada graft. Antibiotik topikal diletakkan di kanalis auditorius

eksterna selama 7-14 hari. Dikeluarkan saat follow up dan diganti dengan tetes telinga selama

7-10 hari.

Pada miringitis, diresepkan analgesik asetaminofen dengan kodein. Hasil yang baik

didapat dari penggunaan larutan asam asetil salisilat.2

2.9 Pencegahan

Nasihati pasien untuk melindungi telinga dari air dan menghindari trauma kanalis

auditorius eksterna. Pasien dengan miringoplasti berulang harus menggunakan tetes telinga

yang bersifat asam setelah air masuk telinga.2

2.10 Komplikasi

Setiap intervensi bedah mengakibatkan inflamasi post-operasi dan dapat

mengakibatkan eksaserbasi pada pusat inflamasi kronis di telinga dan dapat mengarah ke

perkembangan otitis media akut/otitis eksterna bersamaan dengan destruksi membran timpani

yang baru.

Penurunan proteksi, contoh penggunaan bahan plastik dalam miringoplasti, dapat

mengakibatkan mudah rusak dan destruksi membran timpani baru.

Tuli konduksi dari kekakuan yang meningkat/erosi osikular merupakan komplikasi

potensial.2

2.11 Prognosis

9

Page 10: Bab 1

Prognosis mayoritas pasien dengan miringitis memiliki prognosis bonam. Pada

destruksi membran timpani yang baru, ahli bedah dapat mencari sebab miringoplasti ulang,

dengan perbaikan perforasi.2

BAB 3

KESIMPULAN

Miringitis bulosa adalah suatu kondisi akut yang ditandai dengan nyeri telinga disertai

terbentuknya bula pada membran timpani.3 Bula yang terbentuk ini dapat menyebar atau

memanjang sampai ke liang telinga, dan harus dibedakan dengan bula pada liang telinga

(otitis media eksterna).

Diagnosis miringitis bulosa sering dijumpai pada anak-anak terutama usia 2-8 tahun,

tetapi dapat juga ditemukan pada semua usia. Sering ditemukan pada musim dingin dan

berhubungan dengan anak yang menderita infeksi saluran napas atas dan pada anak laki-laki.

Miringitis dapat berkembang sebagai penyakit primer yang sembuh sendiri dari membran

timpani (miringitis primer) atau sebagai sebuah proses inflamasi dari jaringan yang

berdekatan dari telinga luar atau tengah (miringitis sekunder). Etiologi dan patogenesis dan

terapi miringitis primer dan sekunder berbeda.

Manifestasi klinis pada miringitis bulosa dapat berupa nyeri telinga (otalgia),

terdapatnya bula berisi cairan atau darah, otorrhea, gangguan pendengaran, dan sering

bersamaan dengan infeksi saluran napas atas. Penegakan diagnosa berdasarakan anamnesis

riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Prosedur penatalaksanaan miringitis sebagai berikut: pertama, pembersihan kanalis

auditorius eksterna; kedua, irigasi liang telinga untuk membuang debris (kontraindikasi bila

status membran timpani tidak diketahui); ketiga, timpanosintesis, yaitu pungsi kecil yang

dibuat di membran timpani dengan sebuah jarum untuk jalan masuk ke telinga tengah.

Prosedur ini dapat memungkinkan dilakukan kultur dan identifikasi penyebab inflamasi.

Prognosis mayoritas pasien dengan miringitis memiliki prognosis bonam. Pada destruksi

membran timpani yang baru, ahli bedah dapat mencari sebab miringoplasti ulang, dengan

perbaikan perforasi.

10

Page 11: Bab 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Schweinfurth, J. Middle Ear, Tympanic Membrane, Infections. Last update: 9

november 2009. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/858558-

overview#showall [diakses tgl: 16 mei 2011]

2. Anonim. Cedera Membran Timpani. Available from :

http://www.docstoc.com/docs/51611516/cedera-membrana-timpani [diakses tgl 12

mei 2011]

3. McCormik, D. et al. Bullous Myringitis: A Case-Control Study. In Pediatrics

2003;112;982-986. Available from:

http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/112/4/982 [diakses tgl 13 mei 2011]

4. Boies:

5. Miyamoto, R. Bullous Myringitis. MerckManual Inc. Last update: februari 2009.

Available from:

http://www.merckmanuals.com/professional/sec08/ch087/ch087c.html [diakses tgl 12

mei 2011]

6. Menner, Myringitis in A Pocket Guide to the Ear .Thieme : 2003. hal 53-54.

7. Anonim. Otology Seminar : Bullous Myringitis. Available from:

http://www.ntuh.gov.tw/ENT/DocLib3/Bullous%20myringitis%2020070918.pdf

[diakses tgl 17 mei 2011]

8. Munir, M., 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala

Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

11