bab 1

118
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis adalah dunia yang sangat dinamis yang sarat dengan pengaruh dan perkembangan nilai–nilai yang ada di dalam lingkungan masyarakat yang ditandai dengan perubahan–perubahan yang cukup dramatis disetiap sektor kegiatan ekonomi. Hal ini disebabkan oleh dua kekuatan yang mendasari perubahan, yaitu globalisasi dan kemajuan teknologi. Globalisasi menyebabkan terjadinya persaingan internasional, karena tidak ada satupun Negara di dunia ini dapat bertahan terisolasi dari perubahan ekonomi dunia. Sebaliknya kemajuan teknologi dalam dekade ini menyebabkan terjadinya kemajuan yang luar biasa dalam ketersediaannya informasi dan kecepatan informasi. Adanya dua kekuatan tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia saat ini mencapai situasi dimana persaingan telah menjadi kegiatan sehari–hari yang harus dihadapi oleh pelaku bisnis disetiap sektor kegiatan ekonomi. Fenomena ini tidak hanya terjadi dibelahan dunia yang telah mapan 1

Upload: adtya-djava-net

Post on 12-Dec-2014

86 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dunia bisnis adalah dunia yang sangat dinamis yang sarat dengan pengaruh

dan perkembangan nilai–nilai yang ada di dalam lingkungan masyarakat yang

ditandai dengan perubahan–perubahan yang cukup dramatis disetiap sektor kegiatan

ekonomi. Hal ini disebabkan oleh dua kekuatan yang mendasari perubahan, yaitu

globalisasi dan kemajuan teknologi. Globalisasi menyebabkan terjadinya persaingan

internasional, karena tidak ada satupun Negara di dunia ini dapat bertahan terisolasi

dari perubahan ekonomi dunia. Sebaliknya kemajuan teknologi dalam dekade ini

menyebabkan terjadinya kemajuan yang luar biasa dalam ketersediaannya informasi

dan kecepatan informasi. Adanya dua kekuatan tersebut menyebabkan pertumbuhan

ekonomi dunia saat ini mencapai situasi dimana persaingan telah menjadi kegiatan

sehari–hari yang harus dihadapi oleh pelaku bisnis disetiap sektor kegiatan ekonomi.

Fenomena ini tidak hanya terjadi dibelahan dunia yang telah mapan

perekonomiannya, tetapi juga terjadi di negara – negara yang sedang berkembang

seperti Indonesia.

Dewasa ini negara Indonesia mengalami situasi perekonomian yang tidak

menentu. Hal ini disebabkan oleh situasi dan kondisi di Indonesia yang terpuruk

dalam berbagai masalah krisis yang berkepanjangan terutama di bidang ekonomi.

Akibat yang timbul dari situasi perekonomian yang tidak menentu ini diantaranya

banyak sekali lembaga-lembaga keuangan yang dilikuidasi dan perusahaan-

perusahaan yang menutup kegiatan operasional perusahaannya karena mengalami

kerugian terus-menerus.

1

Page 2: Bab 1

Krisis ekonomi yang melanda Asia, khususnya Indonesia membuat

setiap perusahaan harus berhati–hati dalam melakukan aktivitas yang

berhubungan dengan pengeluaran anggaran. Artinya setiap pengeluaran yang

dilakukan harus diperhitungkan cost–benefitnya. Dalam situasi yang tidak

menentu dan cenderung spekulatif, keberadaan pengendalian internal yang

efektif sangat diperlukan setiap perusahaan. Efektivitas pengendalian internal

suatu perusahaan dapat tercemin dalam implementasi sistem akuntansinya.

Sistem informasi termasuk sistem akuntansi yang sangat dipengaruhi oleh

perubahaan dan perkembangan yang cepat seperti sekarang ini. Perubahaan

dan perkembangan ini sangat tampak pada kebutuhan dan persepsi manajerial,

pada lingkungan usaha dan pada teknologi informasi. Lingkungan yang

dihadapi perusahaan juga semakin kompleks dan menuntut. Setiap manajer

dalam suatu perusahaan membutuhkan informasi yang lebih relevan dan tepat

waktu untuk pengambilaan keputusan dan menuntut adanya sistem informasi

yang lebih cepat tanggap. Implementasi sistem informasi akuntansi

bermanfaat untuk mendapatkan informasi yang handal guna mengendalikan

kegiatan–kegiatan akuntansi, untuk mengevaluasi kerja (Performance) para

staf bagian akuntansi dan menuntut arah fungsi akuntansi perusahaan.

Dalam perusahaan terdapat macam–macam aktivitas atau kegiatan.

Salah satunya adalah aktivitas perolehan sumberdaya atau aktivitas pembelian.

Aktivitas ini sangat penting untuk pertumbuhan dan menjamin kelangsungan

hidup perusahaan. Oleh karena itu diperlukan suatu pengawasan yang baik

untuk memastikan aktivitas tersebut berlangsung secara efektif. Dengan

2

Page 3: Bab 1

adanya pengendalian internal dilingkungan perusahaan yang menyangkut

pembelian dan pengeluaran kas akan mengurangi terjadinya pemborosan dan

kecurangan secara material dan menjaminnya pengadaan persediaan yang

diperlukan, sehingga setiap bagian pada perusahaan dapat menjalankan

tugasnya sebaik mungkin untuk tujuan utama perusahaan. Pengendalian

disetiap perusahaan umumnya berbeda, hal ini tergantung dari besar kecilnya

perusahaan, serta jenis perusahaan itu sendiri. Dengan adanya pengendalian

internal yang baik dan tepat akan mempertahankan kelangsungan hidup suatu

perusahaan dan secara otomatis penyelewengan–penyelewengan akan dapat

dihindari.

Mengingat begitu pentingnya arti dan fungsi pengendalian internal

terutama dalam hal pembelian dan pengeluaran kas dalam suatu perusahaan

melatarbelakangi penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul

“ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP PEMBELIAN

DAN PENGELUARAN KAS PADA PT. GRAHACIPTA HADIPRANA”

B. Identifikasi Masalah

Adapun Identifikasi Masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Sistem pengendalian pembelian dan pengeluaran kas belum diterapkan

oleh PT. Grahacipta Hadiprana.

2. Pengendalian internal terhadap pembelian dan pengeluaran kas tidak

sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan PT. Grahacipta Hadiprana.

3. Terdapat pengaruh pengendalian internal pembelian dan pengeluaran kas

PT. Grahacipta Hadiprana.

3

Page 4: Bab 1

4. Pengendalian internal pembelian dan pengeluaran kas PT. Grahacipta

Hadiprana kurang efektif.

5. Terdapat pengaruh pembelian dan pengeluaran kas terhadap Anggaran

Biaya pada PT. Grahacipta Hadiprana.

C. Pembatasan Masalah

1. Pengendalian Internal adalah “kebijakan dan prosedur yang diterapkan

untuk memberikan keyakinan (assurance) yang memadai bahwa tujuan

tertentu satuan usaha akan dicapai”. Didalam penelitian ini pengendalian

internal dilakukan di PT. Grahacipta Hadiprana.

2. Pembelian adalah “proses pengadaan barang dalam memilih sumberdaya-

sumberdaya, pemesanan dan perolehan barang atau jasa” . Pengeluaran

Kas adalah “Sistem pengeluaran rangkaian kegiatan bisnis dan

operasional pemerosesan data terkait yang berhubungan dengan

pembelian serta pembayaran barang dan jasa”. Dalam penelitian ini

pembelian dan pengeluaran kas dilakukan di PT. Grahacipta Hadiprana.

3. Dalam menganalisa untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam

mengenai obyek–obyek yang akan diteliti dengan tetap mempertahankan

keutuhan dari obyek, sehingga data yang dikumpulkan dapat dipahami

sebagai salah satu keutuhan yang terintegrasi. Mengingat begitu

beragamnya pembelian jenis barang yang dibutuhkan PT. Grahacipta

Hadiprana, maka penulis membatasi pembatasan masalah hanya pada

permintaan barang-barang (IT) yang pelaksanaan pembelian dilakukan

oleh bagian logistik. Dalam menganalisa pengendalian internal terhadap

4

Page 5: Bab 1

pembelian dan pengeluaran kas penulis mempergunakan data Anggaran

Biaya Pembelian dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan judul skripsi ini dan untuk memperjelas inti persoalan

yang akan dibahas serta agar pembahasan lebih terarah, maka penulis

menetapkan pokok masalah yang akan dibahas antara lain:

1. Bagaimanakah pengendalian internal yang diterapkan oleh manajemen

atas pembelian dan pengeluaran kas pada PT. Grahacipta Hadiprana?

2. Bagaimana prosedur pembelian dan pengeluaran kas pada PT. Grahacipta

Hadiprana?

3. Sejauhmana keefektifan pengendalian internal terhadap pembelian dan

pengeluaran kas pada PT Grahacipta Hadiprana?

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitiaan

Tujuannya antara lain:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan prosedur pembelian dan pengeluaran kas

yang diterapkan pada PT. Grahacipta Hadiprana.

2. Untuk mengetahui pengendalian internal atas kegiatan pembelian dan

pengeluaran kas pada PT. Grahacipta Hadiprana sudah memadai atau

belum.

3. Untuk mengetahui peranan pengendalian internal di PT. Grahacipta

Hadiprana.

5

Page 6: Bab 1

Manfaat yang diperoleh sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis (Bagi perusahaan)

a. Untuk membantu PT. Grahacipta Hadiprana dalam pelaksanaan

prosedur pembelian dan pengeluaran kas.

b. Untuk membantu PT. Grahacipta Hadiprana dalam pengendalian

internal atas kegiatan pembelian dan pengeluaran kas.

c. Untuk membantu PT. Grahacipta Hadiprana dalam analisis

pengendalian internal terhadap pembelian dan pengeluaran kas PT

Grahacipta Hadiprana, apakah telah berfungsi dengan baik dan

memenuhi kriteria pengendalian internal yang aktif.

2. Manfaat Teoritis (Bagi Penulis)

a. Penulis dapat mengaplikasi ilmu pengetahuan dan keterampilan

akuntansi yang diperolehnya selama kuliah dengan penerapan pada

obyek penelitian.

b. Penulis dapat membandingkan teori yang dipelajari dengan praktek

nyata.

3. Bagi ilmu pengetahuan

Agar dapat dipergunakan sebagai bahan referensi untuk menambah

pengetahuan dalam bidang akuntansi, khususnya dalam bidang hal analisis

pengendalian internal terhadap pembelian dan pengeluaran kas pada

perusahaan tersebut.

6

Page 7: Bab 1

F. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi

pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling

mendasar dan menjadi fondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya. Kerangka

berfikir penelitian digambarkan dibawah ini:

Gambar 1.1 Kerangka berfikir

7

Page 8: Bab 1

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa

pengendalian internal pembelian dan pengeluaran kas pada PT. Grahacipta

Hadiprana sangat berpengaruh dan saling berhubungan. Penelitian ini adalah

penelitian deskriptif dengan obyek penelitian PT. Grahacipta Hadiprana.

Adapun analisis data yang digunakan adalah menganalisis Anggaran Biaya

pembelian barang-barang (IT), menganalisis bentuk berkas atau dokumen

yang digunakan dalam prosedur pembelian dan pengeluaran kas.

G. Hipotesis

Uji Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap

masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan

kebenarannya, oleh karena itu kebenaranya perlu diuji dengan data empiris

dan hipotesa. Biasanya diformulasikan sebagai berikut:

Ho:þ = 0 Tidak signifikan antara pembelian dan pengeluaran kas

Ho:þ ≠ 0 Terdapat signifikan antara pembelian dan pengeluaran kas

H. Sistematika Penulisan

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan mengenai

alasan-alasan yang menjadi dasar pertimbangan penulis dalam

pemilihan judul, perumusan masalah skripsi, tujuan dan manfaat

penelitian, hipotesis penelitian, kerangka berfikir dan sistematika

penulisan.

8

Page 9: Bab 1

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan tentang pengendalian internal, prosedur

pembelian, pengeluaran kas dan prosedur pengeluran kas,

pengendalian pembelian dan pengeluaran kas hubungan analisis

pengendalian internal terhadap pembelian atas pengeluaran kas.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum

perusahaan, sejarah perusahaan dan pemilihan obyek penelitia,

metode riset yang digunakan serta teknik pengumpulan data

dengan melakukan survei kepustakaan dan lapangan.

BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL

Bab ini menjelaskan tentang hasil pembahasan yaitu,

pengendalian internal pembelian, prosedur pembelian,

pengendalian pengeluaran kas, prosedur pembayaran, dan

hubungan Anggaran pembelian.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dibahas

dalam bab-bab sebelumnya dan dapat disajikan beberapa saran

yang mungkin bermanfaat bagi perusahaan.

9

Page 10: Bab 1

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengendalian Internal

1. Pengertian Pengendalian Internal

Menurut Abdul Halim ( 2002:189) Pengendalian Internal adalah:

“Kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk memberikan keyakinan

(assurance) yang memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai”.

Menurut Arens dan Loebbecke (2005:258), Pengendalian Internal adalah:

“Sistem terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang

dirancang untuk memberikan keyakinan kepada manajemen bahwa tujuan dan

sasaran yang penting bagi satuan usaha dapat dicapai. Kebijakan dan prosedur

ini seringkali disebut persediaan dan secara bersama-sama membentuk

sturktur pengendalian internal suatu satuan usaha”.

Menurut Mulyadi (2002 : 165), Pengendalian Internal adalah :

“Sistem pengendalian yang meliputi, metode dan ukuran-ukuran yang

dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan

keandalan data akuntansi, mendorong efisien dan mendorong dipatuhinya

kebijakan manajemen”.

Menurut penulis pengendalian internal adalah sebuah sistem yang

menggabungkan unsur manusia beserta metode-metode yang diterapkan

perusahaan untuk bekerja sama agar tujuan perusahaan tercapai.

10

Page 11: Bab 1

2. Tujuan Pengendalian Internal

a. Pendapat Amin Widjaja Tunggal (2000:3), menguraikan kembali definisi

pengendalian internal sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan

komisaris, manajemen dan personil lainnya, yang didesain untuk

memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tujuan dalam

kategori berikut:

1). Efektifitas dan efisiensi operasi

2). Keandalan pelaporan keuangan

3). Ketaatan pada hukum dan peraturan yang berlaku

b. Pendapat Abdul Halim (2001:17), Pengendalian internal terdiri dari

kebijakan dan prosedur yang diterapkan perusahaan untuk memberikan

keyakinan bahwa tujuan tertentu dari suatu perusahaan dapat tercapai.

Adapun tujuan pokok dari pengendalian internal yang efektif sebagai

berikut:

1). Menjaga kekayaan dan catatan organisasi

2). Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

3). Mendorong efisiensi

4). Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

c. Menurut penulis tujuan pengendalian internal adalah suatu sistem atau

prosedur yang dibuat oleh perusahaan dengan sengaja dan tertulis untuk

mencapai tujuan perusahaan yang efektif dan efisien.

11

Page 12: Bab 1

3. Keterbatasan Pengendalian Internal

Suatu pengendalian internal yang disusun dengan baik tetap memiliki

keterbatasan dalam pelaksanaannya.

a. Pendapat Amin Widjaja Tunggal (2002: 26-27), mengemukakan bahwa

keterbatasan pengendalian internal terdapat disebabkan antara lain:

1). Manajemen mengesampingkan pengendalian internal

Pengendalian internal bisa saja dikesampingkan oleh manajemen,

misalnya seorang manajer senior memerintahkan bawahannya untuk

mencatat ayat-ayat jurnal dalam catatan akuntansi yang tidak

konsisten dengan substansi transaksi dan melanggar pengendalian

entitas.

2). Kesalahan yang tidak disengaja oleh personil

Sistem pengendalian internal hanya efektif apabila personil yang

menerapkan dan melaksanakan pengendalian juga efektif. Sebagai

contoh, karyawan mungkin salah memahami instruksi atau membuat

kesalahan karena ketidaktelitian pribadi, kebingungan atau kelelahan.

3). Kolusi

Efektifitas pemisahan fungsi terletak pada pelaksanaan individual

sendiri atas tugas-tugas yang diberikan kepada mereka atau

pelaksanan pekerjaan seorang diperiksa oleh orang lain. Sering

terjadi risiko bahwa kolusi antara individual akan merusak efektifitas

pemisahan fungsi.

12

Page 13: Bab 1

b. Pendapat Abdul Halim (2002:192), menyebutkan bahwa keterbatasan

pengendalian internal disebabkan oleh manajemen tidak dapat

mencari tingkat absolute atau mutlak atas kualitas struktur

pengendalian internal, tetapi pada tingkat yang wajar, karena:

1). Kriteria biaya manfaat merupakan titik kritis bagi manajemen

dalam setiap pengambilan keputusan ekonomi. Pada kenyataanya

nilai hubungan antara manfaat dan biaya tersebut merupakan

hasil suatu estimasi dan bukan hasil pengukuran secara pasti.

2). Realisasi bahwa pengendalian tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap efisiensi dan laba perusahaan.

B. Prosedur Pembelian

1. Pengertian Prosedur Pembelian

Kebutuhan akan informasi dari suatu perusahaan, terutama informasi

keuangan, sangat dibutukan dari berbagai macam pihak yang berkepentingan.

Pihak-pihak diluar perusahaan, seperti kerditur, calon investor, kantor pajak,

dan lain-lainya. Memerlukan informasi ini dalam kaitannya dengan

kepentingan mereka. Disamping itu, pihak intern yaitu manajemen juga

memerlukan informasi keuangan untuk mengetahui, mengawasi dan

mengambil keputusan-keputusan untuk menjalankan perusahaan. Untuk

menjamin penanganan transaksi-transaksi perusahaan secara seragam maka

13

Page 14: Bab 1

dibuatlah suatu prosedur. Adapun beberapa definisi mengenai prosedur

pembelian menurut beberapa pendapat diantaranya:

Menurut Mulyadi (2001:5) “prosedur adalah suatu urutan kegiatan

klerikal, biasanya melibatkan dari beberapa orang dalam suatu departeman

atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi

perusahaan yang terjadi berulang-ulang”. Sedangkan menurut Cole, dalam

Zaki Baridwan (2002:3) pada buku yang berjudul Sistem Akuntansi

Penyusunan Prosedur dan metode, definisi “Prosedur adalah suatu urutan-

urutan pekerjaan kerani (klerikal), biasanya melibatkan beberapa orang dalam

suatu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang

seragam terahadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi”. Dari

beberapa definisi prosedur diatas dapat disimpulkan bahwa prosedur

merupakan suatu urutan yang tersusun yang biasanya melibatkan beberapa

orang dalam suatu bagaian departemen atau lebih, yang disusun untuk

menjamin penanganan secara seragam terhadap transaksi-transaksi

perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

Sedangkan pengertian pembelian itu sendiri menurut Soemarso S.R

(2004:208) “pembelian adalah (purchasing) akun yang digunakan untuk

mencatat semua pembelian barang dagang dalam suatu periode”.

Sedangkan menurut Bodnar dan Hopwood (2003:417), pembelian

merupakan sinonim dari pengadaan, yang diartikan sebagai berikut:

“pengadaan adalah proses bisnis memilih sumber, pemesanan, dan

14

Page 15: Bab 1

memperoleh barang dan jasa.”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan

bahwa pembelian merupakan kegiatan yang dilakukan untuk pengadaan

barang yang dibutuhkan perusahaan dalam menjalankan usahannya dimulai

dari pemilihan sumber sampai memperoleh barang. Dalam mengambil suatu

keputusan atau kebijaksanan mengenai transaksi-transaksi yang terdapat

dalam kegiatan pembelian, manajemen perusahaan memerlukan banyak

pertimbangan dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas

perusahaan yang harus dilakukan. Sehingga dalam mengefektifkan dan

mengefisiensikan jalannya proses transaksi pembelian diperlukan prosedur

pembelian yang disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam

terhadap transaksi-transaksi.

Pembelian merupakan akun yang digunakan untuk mencatat semua

barang yang dibeli perusahaan dalam suatu periode. Pembelian yang

dilakukan perusahaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan barang

perusahaan dalam memproduksi barang jadi untuk dijual kembali. Transaksi

pembelian dapat digolongkan menjadi dua, pembelian lokal dan impor.

Pembelian lokal adalah pembelian dari pemasok dalam negeri, sedangkan

impor adalah pembelian dari pemasok luar negeri. pembelian dapat dilakukan

secara kredit dan tunai. Dalam pelaksanan prosedur pembelian terdapat

beberapa hal yang harus diketahui antara lain fungsi-fungsinya yang terkait

dalam pembelian, dokumen-dokumen yang diperlukan, dokumen yang

digunakan, dan bagan alir dokumen.

15

Page 16: Bab 1

2. Fungsi yang terkait pada prosedur pembelian

Untuk melaksanakan transaksi pembelian dalam perusahaan, fungsi-

fungsi yang dibentuk adalah fungsi gudang, fungsi pembelian, fungsi

penerimaan, dan fungsi akuntansi. Pemisahan tanggung jawab fungsional

dalam pelaksanan transaksi pembelian dilakukan untuk membagi berbagai

tahap transaksi ke tangan manajer barbagai unit organisasi yang dibentuk,

sehingga semua tahap transaksi pembelian tidak diselesaikan oleh satu unit

organisasi saja. Dengan demikian dalam pelaksanaan suatu transaksi terdapat

internal chek diantara unit organisasi pelaksana. Beberapa fungsi yang terkait

dan memiliki tanggung jawab serta wewenang dalam melaksanakan transaksi

pembelian antara lain:

a. Fungsi Gudang

Dalam prosedur pembelian, fungsi gudang bertanggungjawab untuk

mengajukan permintaan pembelian sesuai dengan posisi persediaan yang

ada di gudang dan untuk menyimpan barang yang telah diterima oleh

fungsi penerimaan. Untuk barang-barang yang langsung dipakai tidak

diselenggarakan persedian digudang , permintaan pembelian diajukan oleh

pemakai barang.

b. Fungsi Pembelian

Fungsi pembelian bertanggungjawab untuk memperoleh informasi

mengenai harga barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam

pengadaan barang, dan mengeluarkan order pembelian kepada pemasok

16

Page 17: Bab 1

yang dipilih. Fungsi pembelian juga membuat perjanjian syarat

pembelian dengan pemasok.

c. Fungsi Penerimaan

Fungsi penerimaan bertanggungjawab untuk melakukan pemeriksaan

terhadap jenis, mutu dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok

guna menentukan dapat atau tidaknya barang tersebut diterima oleh

perusahaan. Fungsi ini juga bertanggungjawab untuk menerima barang

dari pemasok yang berasal dari transaksi retur penjualan.

d. Fungsi Akuntansi

Fungsi akuntansi yang terkait dalam transaksi pembelian adalah fungsi

mencatat utang dan fungsi mencatat persediaan. Fungsi pencatat utang

bertanggungjawab untuk mencatat transaksi pembelian kedalam register

bukti kas keluar dan untuk menyelenggarakan arsip dokumen (bukti kas

keluar) yang berfungsi sebagai catatan utang atau menyelenggarakan

kartu utang sebagai buku pembantu utang. Sedangkan fungsi pencatat

persediaan bertanggungjawab untuk mencatat harga pokok persediaan

barang yang dibeli kedalam kartu persediaan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bagian-bagian yang

terkait memiliki tanggungjawab dan tugas yang berbeda dalam

melakukan transaksi pembelian.

17

Page 18: Bab 1

3. Dokumen yang Digunakan pada Prosedur Pembelian

Dalam melakukan prosedur pembelian tentu saja memerlukan

dokumen guna menjamin keandalan dan tingkat ketelitian dalam pencatatan

akuntansi. Adapun dokumen yang digunakan dalam prosedur pembelian

antara lain:

a. Surat permintaan pembelian. Surat permintaan pembelian ini dikeluarkan

oleh fungsi gudang setelah mengetahui jumlah jenis persediaan harus

dilakukan pemesanan pembeli (reoder point) dan surat ini disertai pula

otorisasi oleh fungsi gudang.

b. Surat permintaan penawaran harga. Surat permintaan penawaran harga

dilakukan setelah mendapat surat permintaan pembelian dari fungsi

gudang. Surat penawaran harga diberikan kepada beberapa pemasok

melalui fungsi pembelian.

c. Surat order pembelian. Surat order pembelian dapat dilakukan setelah

mendapatkan penawaran harga terhadap barang yang akan dibeli dari

pemasok. Surat order pembelian dikeluarkan oleh fungsi pembelian dan

diotorisasi oleh fungsi pembelian yang kemudian diberikan kepada

pemasok.

d. Laporan penerimaan barang dilakukan oleh fungsi penerimaan, setelah

mendapatkan barang dari pemasok dan membandingkannya dengan surat

order pembelian. Laporan penerimaan barang disertai dengan otorisasi

bagian penerimaan barang.

18

Page 19: Bab 1

e. Bukti kas keluar dilakukan oleh fungsi akuntansi setelah mendapat faktur

dari pemasok dengan membandingkan laporan penerimaan barang dari

fungsi penerimaan. Dalam mengeluarkan bukti kas keluar disertai dengan

otorisasi bagian akuntansi. Semua dokumen dalam transaksi pembelian

sangat dibutuhkan sebagai alat yang membantu keandalan dan tingkat

ketelitian dalam pencatatan akuntansi serta sebagai berikut terjadinya

transaksi pembeliaan.

4. Jaringan prosedur pembelian

Dalam melakukan prosedur pembelian perlu dilakukan jaringan

prosedur yang merupakan tahap-tahap proses terjadinya transaksi pembelian.

Beberapa prosedur pembelian antara lain:

a. Prosedur permintaan pembelian

Dalam prosedur ini fungsi gudang mengajukan permintaan pembelian

dalam formulir surat permintaan pembelian kepada fungsi pembelian. Jika

barang tidak disimpan digudang atau barang langsung dipakai, fungsi

yang memakai barang mengajukan permintaan pembelian langsung ke

fungsi pembelian dengan mengajukan surat permintaan pembelian.

b. Prosedur permintaan penawaran harga dan pemilihan pemasok

Dalam prosedur ini, fungsi pembelian mengirim surat permintaan

penawaran harga kepada para pemasok untuk memperoleh informasi

mengenai harga barang dan berbagai syarat pembelian yang lain, untuk

memungkinkan pemilihan pemasok barang yang diperlukan oleh

19

Page 20: Bab 1

perusahaan. Maka perusahaan akan menerima penawaran harga barang

yang diinginkan dari pemasok.

c. Prosedur order pembelian

Dalam prosedur ini fungsi pembelian mengirim order pembelian kepada

pemasok yang dipilih dan memberitahukan kepada unit-unit organisasi

dalam perusahaan mengenai order pembelian yang sudah dikeluarkan.

d. Prosedur penerimaan barang

Dalam prosedur ini fungsi penerimaan memeriksa mutu, jenis kuantitas

dan mutu barang yang diterima dari pemasok. Kemudian fungsi

penerimaan mengirim barang ke fungsi gudang sebagai tempat

penyimpanan.

e. Prosedur pencatatan utang

Dalam prosedur ini fungsi akuntansi memeriksa dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan pembelian dan menyelenggarakan pencatatan utang

atau mengarsip dokumen sumber sebagai catatan utang. Dengan terlebih

dahulu mencocokan antara penerimaan faktur dari pemasok dengan

laporan penerimaan barang dari fungsi penerimaan.

C. Pengerluaran Kas dan Prosedur Pengeluaran kas

1. Pengeluaran Kas

Secara garis besar pengeluaran kas perusahaan dilakukan melalui dua

sistem, yaitu sistem pengeluaran kas dengan uang tunai (dengan melalui dana

20

Page 21: Bab 1

kas kecil) dan sistem pengeluaran kas dengan cheque. Pengeluaran kas dengan

cheque dinilai lebih aman dibandingkan dengan pengeluaran kas secara tunai.

Adapun menurut Mulyadi (2001:509) pengeluaran kas melalui cheque ditinjau

dari pengendalian internnya, sebagai berikut:

a. Dengan menggunakan cheque atas nama yang berwenang, pengeluaran

cheque akan diterima oleh pihak yang namanya tertulis dalam formulir

cheque.

b. Dengan menggunakan cheque, pencatatan teransaksi pengeluaran kas juga

akan direkam oleh pihak bank.

Sistem akuntansi pengeluaran kas adalah kesatuan yang melibatkan

bagian-bagian, formulir-formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur dan alat-

alat yang saling berkaitan satu sama lain yang digunakan perusahaan untuk

menangani pengeluaran kas. Berikut diuraikan mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan sistem akuntansi pengeluaran kas:

2. Macam-macam Pengeluaran Kas

Kas dalam suatu perusahaan diperlukan untuk membiyayai operasi

sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap.

Macam-macam pengeluaran kas antara lain:

a. Pengeluaran kas yang dihasilkan dan sudah ditentukan penggunaanya

meliputi; biaya perjalanan pegawai, pembayaran pajak, biaya gaji

pegawai.

21

Page 22: Bab 1

b. Pengeluaran kas yang disisihkan untuk jangka pendek seperti yang telah

disebutkan dilaporkan dalam neraca sebagai harta lancar.

c. Kas yang disisihkan dalam jangka panjang meliputi; pembayaran pensiun,

pelunasan pinjaman obligasi.

3. Dokumen yang digunakan

Menurut Mulyadi (2001:510) yaitu Sistem akuntansi pengeluaran kas

pada perusahaan menggunakan dua sistem pokok yaitu sistem akuntansi

pengeluaran kas secara tunai melalui dana kas kecil dan sistem pengeluaran

kas dengan cheque melalui bank. Dokumen yang digunakan dalam sistem

akuntansi pengeluran kas dengan cheque antara lain:

a. Bukti kas keluar

Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas kepada bagian

kasir sebesar yang tercantum dalam dokumen tersebut. Disamping itu,

dokumen ini berfungsi sebagai surat pemberitahuan (remittance advice)

yang dikirim kepada kreditur dan berfungsi pula sebagai dokumen

sumber bagi pencatatan berkurangnya utang.

b. Cheque

Cek merupakan dokumen yang digunakan untuk memerintahkan bank

melakukan pembayaran sejumlah uang kepada orang atau organisasi yang

namanya tercantum pada cek. Ada dua pilihan dalam pengunaan cek

untuk pembayaran membuat cek atas nama dan membuat cek atas nama

yang ditunjuk.

22

Page 23: Bab 1

c. Permintaan Cheque (Cheque Request)

Dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dari fungsi yang memerlukan

pengeluran kas kepada fungsi akuntansi untuk membuat bukti kas keluar.

4. Prosedur Pengeluaran Kas

Menurut Mulyadi (2001:515) prosedur dalam sistem akuntansi pengeluaran

kas sebagai berikut:

a. Sistem akuntansi pengeluaran kas secara tunai yang tidak memerlukan

permintaan cheque, yang terdiri dari jaringan prosedur berikut ini:

1). Prosedur pembuatan bukti kas keluar

2). Prosedur pembayaran kas

3). Prosedur pencatatan pengeluaran kas

b. Sistem akuntansi pengeluran kas dengan cheque yang memerlukan

permintaan cheque, yang terdiri dari jaringan prosedur berikut ini:

1). Prosedur Permintaan Cheque

Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas mengajukan permintaan

pengeluaran kas dengan mengisi permintaan cheque. Dokumen

permintaan cheque harus diotorisasi oleh kepala fungsi yang

bersangkutan dan dikirimkan kefungsi akuntansi (bagian utang).

2). Prosedur Pembuatan Bukti Kas Keluar

Berdasarkan dokumen pendukung yang dikumpulkan melalui sistem

pembelian atau berdasarkan permintaan cheque yang diterima oleh

fungsi akuntansi (bagian utang). Dalam prosedur bukti kas keluar,

23

Page 24: Bab 1

bagian utang membuat bukti kas keluar yang berfungsi sebagai

perintah kepada fungsi kas untuk mengisi cheque sebesar jumlah

rupiah yang tercantum pada dokumen tersebut dan mengirirmkan

cheque tersebut kepada kreditur yang namanya ditulis dalam dokumen

tersebut.

3). Prosedur Pembayaran Kas

Dalam prosedur ini, fungsi kas mengisi cheque, meminta tanda tangan

atas cheque kepada yang berwenang, dan mengirimkan cheque

tersebut kepada kreditur yang namanya tertulis pada bukti kas keluar.

4). Prosedur Pencatatan Kas Keluar

Fungsi akuntansi mencatat pengeluaran kas didalam jurnal

pengeluaran kas atau register cheque. Dalam ontime voucher system

dengan cash basis, disamping mencatat pengeluaran kas, pendebitan

yang timbul dari transaksi pengeluaran dicatat dalam buku pembantu

(dalam kartu biaya dan kartu persediaan).

Catatan Akuntansi yang Digunakan dalam Sistem Pengeluaran Kas

Menurut Mulyadi (2001:513) catatan akuntansi yang digunakan dalam

sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cheque ada dua yaitu, jurnal

pengeluaran kas dan register cheque.

a) Jurnal pengeluaran kas

Dalam pencatatan utang dengan account payable system, untuk

mencatat transaksi pembelian digunakan jurnal pembelian dan

24

Page 25: Bab 1

untuk mencatat pengeluran kas digunakan jurnal pengeluaran kas.

Dokumen sumber yang dipakai sebagai dasar pencatatan dalam

jurnal pengeluaran kas adalah faktur dari pemasok yang telah dicap

“lunas” oleh fungsi kas.

b) Register Cheque

Dalam pencatatan utang dengan voucher payable system, transaksi

untuk mencatat pembelian digunakan dua jurnal yaitu register

bukti kas keluar dan register cheque. Register kas keluar digunakan

untuk mencatat utang yang timbul, sedangkan register cheque

digunakan untuk mencatat pengeluaran kas dengan cheque.

D. Pengendalian Internal Pembelian dan Pengeluaran Kas

1. Pengendalian Internal atas Sistem Pembelian

Menurut Mulyadi (2001:312) Pengendalian internal atas sistem pembelian

dalam buku sistem akuntansi yaitu:

a. Organisasi

1) Fungsi pembelian harus terpisah dari fungsi penerimaan.

2) Fungsi pembelian harus terpisah dari fungsi akuntansi.

3) Fungsi penerimaan harus terpisah dari fungsi penyimpanan barang.

4) Transaksi pembelian harus dilaksanakan oleh fungsi gudang, fungsi

pembelian, fungsi penerimaan, fungsi akuntansi. Tidak ada transaksi

25

Page 26: Bab 1

pembelian yang dilaksanakan secara lengkap oleh hanya satu fungsi

tersebut.

b. Sistem Otorisasi

1). Surat permintaan pembelian diotorisasi oleh fungsi gudang, untuk

barang yang disimpan didalam gudang, oleh fungsi pemakai barang

untuk barang yang langsung pakai.

2). Surat order pembelian diotorisasi oleh fungsi penerimaan barang.

3). Laporan penerimaan barang diotorisasi oleh penerimaan barang.

4). Bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi akuntansi atau pejabat yang

lebih tinggi.

5). Pencatatan terjadinya utang didasarkan pada bukti kas keluar yang

didukung dengan surat order pembelian, laporan penerimaan barang

dan faktur dari pemasok.

6). Pencatatan kedalam kartu hutang dan register bukti kas keluar

(voucher register) diotorisasi oleh fungsi akuntansi.

c. Praktik yang Sehat

1). Surat permintaan pembelian bernomor urut tercetak pada

pemakaianya dipertanggungjawabkan oleh fungsi gudang.

2). Surat order pembelian bernomor urut tercetak dan pemakaianya

dipertanggungjawabkan oleh fungsi pembelian.

3). Laporan penerimaan barang bernomor urut, tercetak pemakaiannya

dipertanggungjawabkan oleh fungsi peneriman.

26

Page 27: Bab 1

4). Pemasok dipilih berdasarkan jawaban penawaran harga bersaing dari

berbagai pemasok.

5). Barang hanya diperiksa dan diterima oleh fungsi penerimaan jika

fungsi ini telah menerima tembusan surat order pembelian dari fungsi

pembelian.

6). Fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan barang yang diterima

dari pemasok dengan cara menghitung dan menginspeksi barang

tersebut dan membandingkan dengan tembusan surat order

pembelian.

7). Terdapat pengecekan terhadap harga, syarat pembelian, dan ketelitian

perkalian dalam faktur dari pemasok sebelum faktur tersebut diproses

untuk dibayar.

8). Catatan yang berfungsi sebagai buku pembantu utang secara periodik

direkonsiliasi dengan rekening control utama dalam buku besar.

9). Pembayaran faktur dari pemasok dilakukan sesuai dengan syarat

pembayaran guna mencegah hilangnya kesempatan untuk

memperoleh potongan tunai.

10). Bukti kas keluar beserta dokumen pendukungnnya dicap “lunas” oleh

fungsi pengeluaran kas setelah cheque dikirimkan kepada pemasok.

Menurut Midjan dan Susanto (2001:146-147), prinsip pengendalian internal

sistem pembelian antar lain:

27

Page 28: Bab 1

a. Aktivitas dari fungsi pembelian dipisahkan terdiri dari:

1). Aktivitas pemesanan pembelian dilakukan oleh bagian diluar bagian

pembeli, yaitu pembagian penjualan untuk perusahaan dagang.

2). Aktivitas pelaksanaan pembeli dilakukan oleh bagian pembelian.

3). Aktivitas penerimaan barang yang dibeli dilakukan oleh bagian

penerimaan barang atau bagian gudang.

4). Aktivitas penyimpanan barang yang dibeli dilakukan oleh bagian

gudang.

5). Aktivitas pencatatan hasil pembelian dilakukan oleh bagian

akuntansi/administrasi persediaan kantor atau stock card.

b. Pada dasarnya bagian pembelian hanya akan melaksanakan pembelian

atas dasar permintaan dari bagian lain yang berada diluar bagian

pembelian dan hanya atas barang-barang yang telah disetujui untuk dibeli.

c. Apabila barang telah tiba, haruslah diperiksa dahulu yaitu ditimbang atau

dihitung dan kemudian diperbandingkan dengan order pembelian, baik

kuantitas, kualitas, jenis maupun ketepatan waktu tibanya barang tersebut.

Pengecekan harga dilaksanakan oleh bagian pembelian dengan

membandingkan antara faktur dengan order pembelian.

d. Harga atas barang yang telah disetujui untuk dipesan dan telah diterima

yang dicatat dan dibayar.

e. Pencatatan dalam stock card (administrasi persediaan kantor) harus tertib

baik jumlah maupun harga, demikian juga pada bin card (kartu gudang)

28

Page 29: Bab 1

untuk fisik atas barang tersebut dan dicocokan kartu gudangnya, berikut

administrasi kantor.

f. Terus menerus diteliti atas pembelian retur maupun potongan pembelian.

2. Pengendalian Internal Atas Sistem Pengeluaran Kas

Mulyadi (2001:517-518) mengemukakan pengendalian internal atas

sistem pengeluaran kas dengan cek dirancang dengan merinci unsur

organisasi, sistem otorisasi, dan prosedur pencatatan, serta unsur praktik yang

sehat yaitu sebagai berikut:

a. Organisasi

1). Fungsi penyimpanan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.

2). Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan

sendiri oleh bagian kasa sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan

dari fungsi lain.

b. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

1). Pengeluaran kas harus mendapat otorisasi dari pejabat yang

berwenang

2). Pembukuan dan penutupan rekening bank harus mendapatkan

persetujuan dari pejabat yang berwenang.

3). Pencatatan dalam jurnal pengeluaran kas harus didasarkan bukti kas

keluar yang telah mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang,

dan dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap.

29

Page 30: Bab 1

c. Praktik Yang Sehat

1). Saldo kas yang ada ditangan harus dilindungi dari kemungkinan

pencurian atau penggunaan yang tidak semestinya.

2). Dokumen dasar dan dokumen pendukung transaksi pengeluaran kas

harus dicap “lunas” oleh bagian kasa setelah transaksi pengeluaran kas

dilakukan.

3). Penggunaan rekening koran bank, yang merupakan informasi dari

pihak ketiga, untuk mengecek ketelitian catatan kas oleh fungsi

pemeriksaan internal yang merupakan fungsi yang tidak terlibat dalam

pencatatan dan penyimpanan kas.

4). Semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan cek atas nama

perusahaan penerimaan pembayaran atau pemindah bukuan.

5). Jika pengeluaran kas hanya menyangkut jumlah yang kecil,

pengeluaran ini dilakukan sistem akuntansi pengeluaran kas melalui

dana kas kecil, yang akuntansinya diselenggarakan dengan imprest

system

6). Secara periodik diadakan pencocokan jumlah fisik kas yang ada

ditangan dengan jumlah kas menurut catatan akuntansi.

7). Kas yang ada ditangan (cash in safe) dan kas yang ada didalam

perjalanan (cash in transit) diasuransikan dari kerugian.

8). Kasir diasuransikan (fidelity bond insurance).

30

Page 31: Bab 1

9). Kasir dilengkapi dengan alat-alat yang mencegah terjadinya pencurian

terhadap kas yang ditangan (misalnya mesin register kas, almari besi).

10). Semua nomer cek harus dipertanggungjawabkan oleh bagian kasa.

Jadi menurut uraian diatas, perusahaan dalam melaksanakan kegiatan

pembelian dan pengeluaran kas harus sesuai dengan prosedur-prosedur yang

sesuai dengan kebijakan perusahaan. Fungsi-fungsi yang melakukan

pembelian dan pengeluaran kas juga harus terpisah agar tidak terjadi

kecurangan yang akan merugikan perusahaan.

31

Page 32: Bab 1

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada sebuah perusahaan konsultan yaitu PT.

Grahacipta Hadiprana yang beralamat Jl. Pangeran Antasari No 12 Cipete

Selatan-Jakarta Selatan.

2. Sejarah Singkat Perusahaan

Sebagai suatu perusahaan yang bergerak dibidang penjualan jasa

konsultan kontraktor, PT Grahacipta Hadiprana kini telah menjadi suatu

perusahaan yang berkembang dengan pesat. Dimana yang semula hanya

mempunyai jumlah pegawai yang tidak lebih dari 10 (sepuluh) orang,

sekarang telah mencapai lebih dari 150 (seratus lima puluh) orang.

Latar belakang dari perusahaan ini yaitu dimulai ketika Bapak Hendra

Hadiprana kembali dari negri Belanda setelah menyelesaikan studinya di

HTS, University of Gronigen dalam bidang arsitektur. Sekembalinya beliau

dari negeri Belanda, pada tahun 1959-1962, beliau juga mendirikan sebuah

biro arsitektur dan interior dengan dibantu oleh 2 (dua) orang drafter dan 4

(empat) orang pelaksana lapangan. Proyek-proyek yang banyak ditangani

pada saat itu sebagian besar adalah rumah tinggal. Pada bulan Mei tahun

1962, beliau mendirikan Hadiprana Art Gallery dijalan paletehan 1/38, yang

32

Page 33: Bab 1

berfungsi untuk menunjang kebutuhan barang-barang seni untuk proyek-

proyek interior yang ditanganinya. Dan pada bulan mei 1969, biro arsitektur

dan interior ini berkembang dengan pesat. Karena semakin bertambahnya

jumlah pegawai dan semakin bertambahnya kebutuhan akan ruangan, maka

pada tahun 1974 biro arsitektur dan interior ini pindah ke jalan pasir putih

III/5, ancol timur, Jakarta Utara. Dan mulai pada tanggal 24 september 1985,

biro arsitektur dan interior ini mulai menempati gedung barunya di jalan

Pangeran Antasari no 12, Cipete Selatan Jakarta Selatan dan

menyempurnakannya menjadi PT. Grahacipta Hadiprana.

Data Perusahaan

Nama Perusahaan : PT. GRAHACIPTA HADIPRANA

Bentuk Usaha : Perseroan Terbatas

Jenis Perusahaan : Jasa Konsultan Arsitektur dan Interior

Alamat Kantor : Jl. Pangeran Antasari No. 12 Cipete Selatan Jakarta

Selatan.

Kualifikasi : A

Sepecialis Usaha : Rancang Bangunan dan Interior, Supervisi, Galery

dan manajemen proyek.

Tahun Berdiri : 24 September 1959

Akte Pendirian : Akte no. 140. Notaris : Kartini Muljadi, SH

SIBP : 577/IBP/AA/DPKK/VII-87

SIUP : 09031605578

33

Page 34: Bab 1

SIUJK : 0904.2.88.89.06212

Tanggal 30 November 1989

NPWP : 6.013.738.7-15

Bank : Bank Niaga

3. Sturktur Organisasi dan Job Deskription

Perusahaan ini dipimpin oleh suatu badan eksekutif, yakni dewan

komisaris dan dewan direksi. Dewan direksi terdiri dari direktur utama yang

dibantu oleh 2 (dua) direktur bagian, yaitu Direktur Keuangan dan Direktur

Oprasional. Direktur Keuangan bertanggungjawab kepada Direktur utama

atas pengeloloaan manajemen umum dan sirkulasi keuangan perusahaan.

Sedangkan Direktur Operasional dalam pengelolaan perusahaan dibantu oleh

dewan perencanaan dan secretariat operasi yang membawahi 4 (empat)

departemen kerja, yaitu:

a. Departemen Arsitektur

Tugas umum dari Departemen Arsitektur sendiri meliputi

pengelolaan perusahaan sehingga menjadi sumber utama kegiatan

perusahaan dengan bidang kerja arsitektur. Selain dari pada tersebut

diatas, departemen ini juga membantu dan juga mengarahkan Direktur

Operasi dalam hal konseptual dan aspek-aspek spesifik sesuai dengan

disipilin ilmu arsitektur, khususnya dibidang rekomendasi ataupun

alternatif-alternatif prinsip perancangan yang menuntut keahlian dan

34

Page 35: Bab 1

pengalaman kerja yang profesional, serta menetapkan kendala

penggunaan dana yang tersedia untuk diterapkan dalam setiap proses

perancangan maupun dalam pelaksanaan. Dibawah departemen arsitektur

terdapat 3 (tiga) bidang kerja antara lain:

1) Autocad

Pada awalnya autocad merupakan bagian dari perencanaan yang

bertugas sebagai pendukung kebutuhan akan gambar kerja yang

memerlukan jasa komputer. Maksud dari pelepasan bidang kerja yang

memerlukan jasa komputer, yaitu agar dapat menjadi bagian yang

dapt melayani jasa komputasi dari luar perusahaan.

2) Pelaksanaan

Sebagai pimpinan dalam pelaksanaan yaitu seoarang ahli struktur,

yang dibantu oleh bidang pengendalian dan Administrasi Keuangan,

yang mengkoordinasi kerja sub bidang Logistik, Tehnik, dan

Estimasi.

Tugas-tugasnya antara lain:

a). Memimpin pelaksanan survei yang diperlukan dalam proses

perancangan.

b). Merumuskan dan menganalisa data perhitungan konstruksi, baik

untuk fasilitas bangunan maupun fasilitas bukan bangunan. Selain

itu juga mempersiapkan prancangan untuk penilaian kelayakan

struktur dan kekuatan anggaran yang bekerja sama dengan tenaga

35

Page 36: Bab 1

ahli value engineer, untuk memastikan sistem struktur serta

metode membangun yang tepat dan optimal.

c). Bertanggungjawab atas perancangan pekerjaan sipil dan stuktur

bangunan. Khususnya untuk fasilitas bangunan dan bukan

bangunan.

d). Menetapkan rekomendasi terhadap alternatif sistem struktur yang

sesuai sebagai hasil analisa struktur, serta memberikan masukan

atau pengarahan dalam kelayakan teknis, metode pelaksanaan dan

perkiraan biaya berdasarkan perhitungan struktur.

e). Bertanggungjawab kepada koordinator Arsitektur atas pemilihan

sistem beserta perhitungan konstruksi untuk fasilitas bangunan.

Tenaga ahli pelaksana arsitek, yaitu sebagai jajaran lapangan

yang berada dibawah bagian tehnik yang terbagi menjadi 2 (dua),

yaitu Kepala Pelaksanan dan Manajer Proyek. Kepala Pelaksana

hanya bertugas sebagai pengawasan didalam proyek yang sedang

berjalan atau sedang proses. Manajer proyek bertugas mengatur

jadwal dan mengawasi jalannya perencanaan proyek yang sedang

berjalan maupun sedang proses.

b. Departemen Interior

Departemen interior dikoordinir oleh seorang kepala Departemen Interior.

Tugas kepala Departemen Interior yaitu:

36

Page 37: Bab 1

1). Membantu dan mengarahkan direktur operasi dalam hal konseptual

dan aspek-aspek yang spesifik sesuai dengan disiplin desain interior,

khususnya dibidang rekomendasi ataupun alternatif-alternatif prinsip

perancangan yang menuntut keahlian dan pengalaman professional

yang luas. Misalnya: rancangan interior masa bangunan bertingkat

terhadap batasan ruang agar berkesan dan tampil sesuai dengan yang

diharapkan oleh pemilik., serta menetapkan kendala penggunaan dana

yang tersedia untuk diterapkan dalam setiap proses perancangan

maupun pelaksanaan.

2). Mendampingi tim perencanan dalam tahap persiapan dan presentasi

produk perancangan untuk mendapatkan persetujuan Direktur

Operasi. Departemen Interior membawahi 2 (dua) bidang kerja yaitu

Bagian Perencanan dan Bagian Produksi.

c. Departemen Manajemen Konstruksi

Fungsi kerja dari Manajemen Konstruksi ini adalah menjalakan fungsi

manajemen konstruksi pada proyek pembangunan segala jenis bangunan.

Departemen ini akan diharapkan akan lebih berkembang mengingat

wawasan kerja dan perancangan proyek oleh biro arsitektur dewasa ini

telah sampai pada tingkat pelayanan penanganan manajemen konstruksi.

d. Departemen Artwork

Departemen artwork berada dibawah pimpinan seniman yang sudah

berpengalaman yang mempunyai bidang kerja untuk mengerjakan benda-

37

Page 38: Bab 1

benda seni yang akan mempunyai nilai tinggi, untuk departemen ini

pemilik perusahaan turun tangan secara khusus untuk mencari tenaga

kerja yang didapat dipelosok daerah-daerah, seperti Bali, Yogyakarta dan

kota-kota lain yang memiliki seni dan budaya-budaya yang tinggi, hal

tersebut dikarenakan bagian inilah yang memberikan cirri-ciri khusus dari

karya-karya PT. Grahacipta Hadiprana. Oleh karena itu pihak perusahaan

membuka gallery khusus yang bernama Galery Mitra Hadiprana yang

terletak dijalan Kemang Raya, Jakarta Selatan yang menyimpan,

memamerkan serta menjual benda-benda seni khas Hadiprana. Berikut

dibawah ini adalah gambar stuktur organisai PT. Grahacipta Hadiprana

38

Page 39: Bab 1

Gambar 3.1Struktur Organisasi PT.Grahacipta Hadiprana

39

Page 40: Bab 1

Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa yang berbentuk

perseroan terbatas, perusahaan ini mempunyai lingkup usaha sebagai berikut:

1. Arsitektur ( Design): Pembuatan program

Pengolahan proyek

Manajemen Konstruksi

Studi Kelayakan

Riset Perancangan

Penelitian Historis

Perancangan Arsitektur

Studi Rehabilitas dan Restorasi

Riset Teknologi Arsitektur

Gambar Kerja dan Spesifikasi

Evaluasi Pasca Kontrak

Arsitektur Landscape

Perencanaan Induk Kawasan

Studi Lingkungan

Perencanaan Sumberdaya

Studi Konservasi

2. Interior (Design): Pembuatan Program Studi Kelayakan dan Penggunaan Barang

Rancangan Interior

40

Page 41: Bab 1

Manajemen Konstruksi

Rancangan Furniture

Peletakan dan Pemilihan Furniture

Gambar Kerja dan Spesifikasi

Jasa Koordinasi Furniture

Jasa Koordinasi Bangunan

Prosedur Kontrak

Administrasi Kontrak

Evaluasi Pasca Kostruksi

3. Artwork (Design): Pembuatan Program Studi Pemanfaatan Ruang

Perancangan Artwork

Pemilihan Artwork

Prosedur Kontrak

Administrasi Kontrak

Evaluasi Pasca Konstruksi

41

Page 42: Bab 1

4. Construktion: Pelaporan Kepada pemilik Proyek

Koordinasi Perancangan

Koordinasi Tender

Koordinasi Sub-Kontraktor

Pengelolaan Jadwal dan Anggaran Proyek

Kendali Mutu

Ada pun uraian wewenang dan tanggungjawab dari masing-masing

bagian inti dari struktur organisasi PT. Grahacipta Hadiprana antara lain:

1. President Commisioner/Presiden Komisaris

a. Merumuskan arah dan tujuan perusahaan melalui rapat direksi serta

menindaklanjutinya melalui kebijakan dan ketentuan perusahaan.

b. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan operasi perusahaan dan

mengawasi semua pelaksanan tugas oleh setiap bagian perusahaan.

2. Direktur Utama

a). Memimpin seluruh  dewan atau komite eksekutif

b). Menawarkan visi dan imajinasi di tingkat tertinggi (biasanya

bekerjasama dengan MD atau CEO)

c). Memimpin rapat umum, dalam hal untuk memastikan pelaksanaan

tata-tertib keadilan  dan kesempatan bagi semua untuk berkontribusi

secara tepat menyesuaikan alokasi waktu per item masalah

42

Page 43: Bab 1

menentukan urutan agenda mengarahkan diskusi ke arah konsensus

menjelaskan dan menyimpulkan tindakan dan kebijakan.

d). Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam hubungannya dengan

dunia luar.

e). Memainkan bagian terkemuka dalam menentukan komposisi dari

board sehingga tercapainya keselarasan dan efektivitas.

f). Mengambil keputusan sebagaimana didelegasikan oleh BOC (Board

Of Commisioner) atau pada situasi tertentu yang dianggap perlu, yang

diputuskan, dalam meeting-meeting BOC.

g). Menjalankan tanggungjawab dari direktur perusahaan sesuai dengan

standar etika dan hukum, sebagai referensi didalam perusahaan

(apapun standar dokumen kebijakan direktur yang mungkin Anda

gunakan).

3. Direktur Operasional

a). Menetapakan recana kerja operasional perusahaan dan kebijaksanaan

dalam pengembangan perusahaan.

b). Menetapkan kepengurusan perusahaan yang dilaksanakan oleh

perusahaan

c). Memimpin semua kegiatan dan perencanaan didalam perusahaan

d). Menyetujui rencana kerja masing-masing bagian yang dibawahnya

dan menetapkan dalam bidangnya

43

Page 44: Bab 1

e). Memberikan keputusan untuk menyelesaikan soal prinsipil dalam

bidangnya

f). Perencanaan, koordinasi dan pengawasan kegiatan perusahaan.

g). Persiapan perencanaan dan design pekerjaan yang akan dilaksanakan,

penyusunan rencana kerja dan pelaksanaannya

h). Pengawasan pelaksanaan

i). Menyiapkan kontrak dengan pemborong /pelaksana pekerjaan,

pengawasan pelaksanaannya dan pemeriksaan dilapangan

j). Mengusahakan agar semua kegiatan dibagian-bagian yang dibawahi

berjalan lancar dan mengusulkan penyesuaian terhadap kebijaksanaan

perusahaan.

4. Finance/bagian keuangan

a). Menyusun Cash Flow, Budget dan Forecast perusahaan sebagai dasar

pertimbangan kebijakan management perusahaan.

b). Memonitor atau memantau Prosedur penagihan yang dilakukan bagian

penagihan dan atas permasalahan yang terjadi di bagian penagihan

untuk segera dicairkan secara pemecahan atau penyelesaian masalah

tersebut. Pekerjaan kasir (Review Laporan Mingguan/Bulanan Kasir).

Daily cash/bank movement (pengeluaran/penerimaan), Rekonsiliasi

Bank.

44

Page 45: Bab 1

c). Melaporkan secara berkala atas saldo piutang macet yang memang

memerlukan penanganan management perusahaan. (Berdasarkan

laporan yang dibuat oleh Bag. Pengihan setiap bulan)

5. Accounting

a). Bertanggungjawab atas kelancaran seluruh aktifitas didepartemen

Finance/Accounting atau seluruh pelaksanaan Job Description yang

telah ditentukan kepada masing-masing supervisor dan staffnya yang

dipimpinnya.

b). Bertanggungjawab atas penyusunan laporan keuangan perusahaan

(final) baik bulanan maupun tahunan.

c). Membuat analisa laporan keuangan perusahaan untuk pertimbangan

kebijakan finansial manajemen perusahaan.

d). Memeriksa dan melakukan verifikasi atas semua transaksi keuangan

perusahaan beserta kelengkapan dokumennya

e). Bertanggungjawab atas kontrol terhadap Asset perusahaan.

f). Bartanggungjawab atas penyusunan laporan perpajakan perusahaan.

g). Bertanggungjawab atas kelancaran pemeriksaan yang dilakukan baik

oleh Auditor Eksternal maupun Internal perusahaan.

6. Kepala HRD

a). Mempersiapkan SDM, terampil sesuai dengan permintaan perusahaan.

b). Mempersiapkan penggajian karyawan.

c). Melakukan recruitment.

45

Page 46: Bab 1

d). Melakukan kegiatan orientasi kerja untuk pegawai baru.

e). Menyusun dan membuat kontrak kerja untuk pegawai baru.

f). Mempersiapkan administrasi jamsostek.

g). Mempersiapkan form HRD, lembur, cuti, penambahan, pengurangan.

h). Bersama manajemen melakukan penilaian prestasi kerja.

i). Mengkaji draft kontrak dengan pihak ke dua jika diminta.

j). Melakukan kontrol terhadap kontrak-kontrak dengan pihak kedua.

k). Melakukan kegiatan dibidang personalia.

7. Departemen Logistik (bagian penawaran dan pembelian)

a). Meminta penawaran kepada supplier sesuai dengan permintaan User.

b). Memeriksa kesesuaian penawaran dengan permintaan.

c). Memeriksa harga pembelian terdahulu.

d). Memberikan kumpulan penawaran kepada price controller.

e). Membuat Surat Order dan Surat Perintah Kerja (SPK).

f). Meminta persetujuan pembelian kepada project control.

g). Mengirimkan Surat Order dan SPK kepada supplier.

h). Membantu follow up ke supplier atas ketepatan pengiriman/pekerjaan

supplier.

i). Mencari supplier.

j). Memeriksa hasil kerja supplier secara berkala ke lapangan.

k). Bertanggungjawab atas tersediannya barang/pekerjaan sesuai dengan

waktu yang ditentukan dan sesuai permintaan.

46

Page 47: Bab 1

8. Departemen IT

a). Menerima, memprioritaskan dan menyelesaikan permintaan bantuan.

b). Merencanakan Anggaran biaya pembelian

c). Mencari Spesifikasi Komputer yang sesuai permintaan user

d). Memesan hardware IT , software dan hal-hal lain yang berhubungan

dengan hal tersebut.

e). Instalasi, perawatan dan penyediaan dukungan harian baik untuk

hardware dan software Windows & Macintosh, peralatan termasuk

printer, scanner, hard-drives external.

f). Korespondensi dengan penyedia jasa eksternal termasuk Internet

Service Provider, penyedia jasa Email, hardware dan software

supplier.

g). Menyediakan data/informasi yang dibutuhkan untuk pembuatan

laporan departmen regular.

h). Menerima dan memeriksa barang yang sudah di pesan.

B. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan dan pengolahan data dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh landasan teoritis, yaitu

memperoleh pengetahuan secara teoritis dengan membaca literature, text

47

Page 48: Bab 1

book, internet dan karya tulis lainnya yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti, sehingga data tersebut dapat digunakan untuk mengadakan

pendekatan teoritis terhadap data yang diperoleh dari penelitian lapangan.

2. Studi Lapangan

Penelitian dilakukan untuk memperoleh data primer, yaitu melalui:

a). Wawancara langsung kepada pihak manajemen dan karyawan PT.

Grahacipta Hadiprana

b). Pengamatan langsung (observasi) mengenai objek yang diteliti, untuk

mendapatkan objek yang lebih jelas mengenai pengendalian internal

pembelian dan pengeluaran kas.

C. Metode Analisis Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

dengan mempelajari secara rinci permasalahan yang terjadi dengan tinjauan

analisis yang ada.

D. Definisi Operasional Variabel

Berkaitan dengan judul “Analisis Pengendalian Internal Terhadap

Pembelian dan Pengeluaran Kas Pada PT. Grahacipta Hadiprana” maka penulis

akan menjabarkan definisi dari setiap variabelnya.

1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan,

dsb) untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (sebab-musabab, atau

perkaranya).

48

Page 49: Bab 1

2. Pembelian adalah suatu aktifitas membeli barang untuk digunakan sebagai

fasilitas atau pendukung suatu pekerjaan sehingga pekerjaan menjadi lancar.

3. Pengeluaran kas adalah aktifitas yang timbul karena adanya kegiatan

pembelian, dengan kata lain pengeluaran kas merupakan pembayaran

kewajiban perusahaan kepada pihak luar dan harus dibayar tepat waktunya

dalam jumlah yang tepat.

4. Pengendalian Internal adalah sebuah sistem yang menggabungkan unsur

manusia beserta metode-metode yang diterapkan perusahaan untuk bekerja

sama agar tujuan bisnis perusahaan dapat tercapai.

49

Page 50: Bab 1

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL

A. Analisis Pengendalian Internal Terhadap Pembelian Dan Pengeluaran Kas

Pada PT. Grahacipta Hadiprana.

Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masing-

masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional

perusahaan atau organisasi tertentu. Perusahaan pada umumnya menggunakan

sistem pengendalian internal untuk mengarahkan operasi perusahaan dan

mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem. Oleh karena itu pembelian dan

pengeluaran kas pada PT. Grahacipta Hadiprana perlu adanya pengendalian yang

baik dari pihak manajemen perusahaan terhadap prosedur pembelian dan

pengeluaran kas.

1. Pengendalian Internal Pembelian Pada PT. Grahacipta Hadiprana

Pengendalian Internal Pembelian berdasarkan tahap survei

pendahuluan didapatkan informasi mengenai kegiatan operasional perusahaan

sebagai berikut:

a. Perusahaan memilki kegiatan pembelian barang-barang IT secara tunai

dan secara jatuh tempo, tetapi sebagian besar kegiatan pembelian sekitar

80% dilakukan secara jatuh tempo.

b. Pembelian barang-barang IT dari Hardware maupun Software,

pembeliannya dilakukan disekitar Jakarta dan Tangerang saja.

50

Page 51: Bab 1

c. Pembelian barang-barang IT dilakukan jika ada form permintaan barang

dari user dan sudah disetujui.

d. Perusahaan berhubugan baik dengan para pemasoknya atau suppliernya.

e. Perusahaan memiliki 2 (dua) gudang yaitu gudang atas dan gudang

bawah. Gudang atas berfungsi untuk persediaan barang-barang IT yang

masih berfungsi atau masih bisa dipakai. Sedangkan gudang bagian

bawah berfungsi untuk barang-barang IT yang sudah rusak atau tidak

terpakai.

Didalam permintaan pembelian barang-barang IT terdapat

prosedur yang wajib dilaksanakan antara lain:

1). User mengisi Form Permintaan Barang IT (FPB-IT) yang telah

disetujui dan ditandatangani oleh kepala departemen/kepala Divisi

dan menyerahkan ke bagian IT.

2). IT melakukan pengecekan atas persediaan barang (stock) yang ada

digudang atas, dari permintaan user.

3). Jika ada stock digudang, maka IT memberikan barang tersebut dengan

meminta user mengisi Form Serah Terima Barang IT (FSTB-IT) dan

membantu menginstal jika diperlukan.

4). Jika tidak ada stock, dimana harga pembelian harga barang tersebut

kurang dari 1 (satu) juta rupiah, maka IT dapat melakukan pembelian

langsung dengan meminta pengeluaran kas secara kasbon kepada

bagian keuangan (Finance) atau bagian kasir, dengan meminta

51

Page 52: Bab 1

persetujuan dari Project Support Head dan Controller dengan

melampirkan FPB dan form kas bon (yang telah ditanda tangani

lengkap).

5). Jika harga barang yang diminta diatas 1 (satu) juta rupiah, maka

kepala IT melaporkan (information) ke Project Head dan

mengambilkan FPB-IT kepada user untuk diajukan kepada

kadep/kadiv yang bersangkutan.

6). Kadep terkait meminta approval kepada bagian Controller

(mengkonfirmasi Budget) dan Project Support Head.

7). Project Support Head memberikan FPB tersebut ke bagian logistik

dan menugaskannya untuk mencari 3 (tiga) penawaran beserta

kelengkapannya (lampirannya).

8). Logistik menyerahkan FPB dan hasil 3 (tiga) penawaran tersebut

kepada IT untuk diverifikasi mengenai kesesuaian spesifikasi

kebutuhan dan menyerahkan kepada Project Support Head.

9). Project Support Head menentukan 1(satu) penawaran yang terbaik,

dan dan menginformasikan ke bagian Controller (memverifikasi)

serta menugaskan logistik untuk membuat Surat Perintah Kerja (SPK)

dan Purchase Order (PO) serta melakukan pembelian.

10).Barang yang sudah datang diserahkan ke bagian IT untuk di cek

apakah sesuai permintaan user.

52

Page 53: Bab 1

Dokumen-dokumen yang digunakan didalam pembelian permintaan

antara lain:

a. Form Permintaan Barang

Form Permintaan barang dibuat oleh user setelah disetujui dan telah

ditanda tangani.

b. Surat Permintaan Penawaran Harga

Surat permintaan penawaran harga dibuat oleh bagian pembelian (logistik)

yang ditujukan kepada Supplier dengan tujuan agar Supplier

mengirimkan penawaran harga atas barang yang ingin dibeli berdasarkan

harga, kualitas, kuantitas, jangka waktu pembayaran, dan waktu

pengiriman barang.

c. Surat Perintah Kerja (SPK)

Surat Perintah kerja dibuat oleh bagian pembelian (logistik) yang

ditujukan untuk Supplier, agar permintaan barang segera diadakan.

d. Purchase Order (PO)

Dibuat oleh bagian pembelian (logistik) setelah penawaran disepakati

yang ditujukan kepada Supplier yang ditunjuk untuk mengadakan sesuai

barang yang diminta dengan berdasarkan kesepakatan yang sudah dibuat

dalam hal harga, kualitas, kuantitas, jangka waktu pembayaran dan waktu

pengiriman barang.

53

Page 54: Bab 1

e. Surat Jalan

Merupakan surat yang diterima oleh bagian IT dari Supplier sebagai bukti

bahwa barang IT yang telah dipesan telah diterima dan sudah dicek

dengan baik.

f. Invoice

Merupakan tagihan yang diberikan oleh Supplier kepada pihak

perusahaan, yang berisi nama barang, harga, kualitas, kuantitas, total

harga dan jangka waktu pembayaran. Berikut gambar prosedur

permintaan pembelian barang-barang IT dibawah ini:

54

Page 55: Bab 1

Gambar 4.1Prosedur Permintaan Pembelian Barang IT

55

Page 56: Bab 1

2. Analisa Bagian Pembelian

a. Analisa Staf Bagian Pembelian

Menyadari betapa pentingnya tugas dan tanggungjawab

pembelian, maka bagian pembelian harus didukung staf-staf yang

memiliki kemampuan dan sikap mental yang baik, antara lain:

1). Staf bagian pembelian harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab

penuh akan tugas-tugasnya.

2). Staf bagian pembelian harus berpengetahuan luas dan memiliki

keahlian dibidangnya, contoh ahli dibidang penawaran dalam

pembelian

3). Staf pembelian harus bertindak sopan

4). Staf pembelian harus mampu memperbaiki diri sendiri.

5). Staf pembelian harus mampu mencari informasi yang akurat.

Menurut penulis hal tersebut diatas telah dilaksanakan

perusahaan dengan baik, karena dengan adanya staf pembelian yang

memliki kemampuan dan sikap mental yang baik maka perusahaan

semakin memiliki mutu dan kualitas yang tinggi dan hal ini akan semakin

menguntungkan perusahaan.

b. Analisa Fungsi Bagian Pembelian

Bagian ini mempunyai fungsi yang sangat penting bagi

perusahaan yaitu untuk mengadakan pembelian dan mengadakan barang

56

Page 57: Bab 1

yang diperlukan dalam jumlah, waktu, harga, dan mutu yang tepat. Bagian

pembelian di dalam perusahaan mempunyai fungsi antara lain:

1). Fungsi penurunan biaya atau penawaran

2). Fungsi pengadaan persediaan

3). Fungsi pembelian barang-barang maupun suku cadang untuk

keperluan perusahaan.

Menurut penulis dari fungsi bagian pembelian di PT. Grahacipta

Hadiprana telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsinya masing-

masing. Buktinya selama ini perusahaan berjalan cukup baik.

c. Hasil Analisa Data Pembelian

Berdasarkan data hasil pemakaian biaya pembelian barang-

barang IT dari tahun 2010 sampai tahun 2011 (lihat lampiran Anggran

Biaya Pembelian tahun 2010 sampai 2011), dapat diketahui bahwa trend

pemakaian barang-barang IT jauh berbeda, pembelian pada tahun 2010

dengan tahun 2011. Hal ini disebabkan banyak faktor permintaan

pembelian barang-barang IT, baik dari segi frekwensi bertambahnya user

baru (Karyawan baru), dari frekwensi kerusakan pada Hardware, maupun

dari segi harga barang-barang IT yang selalu fluktuasi mata uang rupiah

per-dolarnya yang tidak setabil. Dari data yang didapat, bisa disimpulkan

bahwa prosentase pemakaian biaya yang besar dalam pembelian barang-

barang IT pada tahun 2011. Ini karena disebabkan beberapa faktor antara

lain:

57

Page 58: Bab 1

1). Bertambahnya karyawan baru pada tahun 2011, akibatnya pembelian

komputer meningkat.

2). Frekwensi kerusakan pada Hardware, seperti monitor komputer,

memori, printer, mouse,dan lain-lain.

3). Padatnya jadwal perbaikan dan service komputer sehingga banyak

sparepart yang harus dibeli.

4). Pembuatan Anggaran biaya setahun sebelum pembelian, misalnya

untuk tahun pembelian 2010 biaya anggaran dibuat pada tahun 2009

sedangkan anggaran pembelian untuk tahun 2011 biaya anggaran

dibuat pada tahun 2010. Pembelian barang-barang IT untuk tahun

2011 meningkat untuk pembelian komputer, karena kebutuhannya

semakin banyak. Berikut ini penulis lampirkan Anggaran Biaya

pembelian barang-barang IT tahun 2010 dan tahun 2011

3. Pengendalian Internal Pengeluaran Kas Pada PT Grahacipta Hadiprana

Sistem pengendalian intern pengeluaran kas pada PT. Grahacipta

Hadiprana. Perusahaan ini didasarkan pada unsur-unsur pengendalian intern

pengeluran kas. Unsur-unsur tersebut perlu diterapkan untuk mengurangi

resiko terjadinya kesalahan ataupun penggelapan terhadap aktivitas transaksi

pengeluaran kas perusahaan. Unsur-unsur antara lain:

58

Page 59: Bab 1

a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab secara tegas

PT. Grahacipta Hadiprana mempunyai struktur organisasi yang

lurus yaitu berdasarkan atas kedudukan dan wewenang dan

tanggungjawab. Struktur organisasi merupakan panduan bagi setiap

karyawan bagi setiap karyawan dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya. Dari struktur organisasi terlihat dari fungsi kasir dan fungsi

keuangan dipisahkan secara tegas. Hal ini sesuai dengan unsur

pengendalian intern, dimana salah satunya adalah ada pemisahan tugas

fungsional secara tegas antara kedua fungsi yang berkaitan. Tugas

pemisahan secara tegas menjadikan terdapatnya dua pihak yang

memegang data mutasi kas perusahaan sehingga catatan aktivitas kas

perusahaan dapat diawasi dengan baik yang artinya catatan akuntansi yang

diselenggarakan fungsi keuangan dapat berfungsi sebagai pengawasan

semua mutasi kas yang disimpan oleh fungsi kas. Sehingga dengan

adanya pemisahan tugas ini akan menghasilkan informasi yang wajar dan

dapat dipercaya serta mengurangi kesempatan manipulasi pencatatan.

b. Sistem dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang

cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya. Dalam organisasi

transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang berwenang

untuk mensetujui terjadinya transaksi tersebut. Dengan demikian otorisasi

akan menjamin dihasilkan dokumen yang dapat dipercaya sehingga

menghasilkan pencatatan yang dapat dipercaya dan teliti. PT. Grahacipta

59

Page 60: Bab 1

Hadiprana dalam sistem otorisasi dan prosedur pencatatan telah

dilaksanakan sesuai dengan unsur- unsur pengendalian intern antara lain:

1). Pada perusahaan transaksi pengeluaran kas hanya boleh dilakukan

setelah mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang yaitu Kepala

Divisi atau Kepala Departemen dan Bagian Finance (Keuangan)

2). Pencatatan dalam Laporan hasil harian pada perusahaan telah

mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang dengan

membubuhkan tanda tangan Bagian Finance.

3). Pengeluaran kas hanya bersumber dari anggaran biaya pembelian,

karena perusahaan bergerak didalam bidang jasa, dimana setiap user

atau pemakai menggunakan komputer, jadi untuk pembelian barang-

barang IT (Komputer) harus berdasarkan kebutuhan user (Pemakai).

c. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi unit organisasi.

PT. Grahacipta Hadiprana dalam melaksanakan praktik yang

sehat pada pengeluaran kas yang telah dilaksanakan sesuai dengan unsur-unsur

pengendalian intern di antaranya:

1). Semua transaksi pengeluaran kas dipertangungjawabkan oleh bagian

finance salah satunya memakai invoice dimana permintaan dana,

dicairkan melalui cash, bank, atau orang yang bersangkutan.

Pengawasan ini dilakukan oleh bagian finance.

2). Setiap pengeluaran kas perusahanaan file dikirim ke Head Office, lalu

di Report. Dalam hal ini merupakan langkah preventif terhadap

60

Page 61: Bab 1

kemungkinan penyelewengan penggunaan kas serta memastikan dan

keandalan data informasi akuntansi.

3). Semua kwitansi bukti pengeluaran kas telah bernomor urut dan

dibubuhi tanda tangan pihak yang berwewenang. Hal ini merupakan

tindakan untuk mengantisipasi penggandaan kwitansi dan tindakan

kecurangan kas perusahaan.

4). Perusahaan telah menggunakan rekening koran untuk mengetahui

saldo kasnya yang ada dibank, selanjutnya dilakukan rekonsiliasi

bank.

5). Untuk pengeluaran kas yang jumlahnya relatif kecil dan rutin terjadi,

perusahaan telah menyelenggarakan dana kas kecil atau Kasbon.

4. Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas

Pengeluaran kas di PT. Grahacipta Hadiprana dilakukan dengan

menggunakan dana kas kecil untuk jumlah pengeluaran yang relatif

kecil karena tidak efektif jika menggunakan cheque,  sedangkan

untuk pengeluaran yang relatif besar menggunakan kas di tangan dengan

pembayaran jatuh tempo. Fungsi yang terkait dalam Sistem Akuntansi

Pengeluaran Kas sebagai berikut:

a. Fungsi Yang Memerlukan Kas

Dalam sistem akuntansi pengeluran kas, fungsi ini dapat dilaksanakan

oleh semua bagian yang ada di perusahaan yang memerlukan pengeluaran

untuk melaksanakan kegiatan pembelian atau permintaan pembelian.

61

Page 62: Bab 1

b. Fungsi Pemegang Dana Kas, Kas Kecil dan Kas Bank

Dalam sistem akuntansi pengeluaran kas, bagian kasir bertanggungjawab

untuk   mengeluarkan dana kas, kas kecil dan dana Kas Bank kepada

bagian yang memerlukan pengeluaran kas dalam melaksanakan kegiatan

dan transaksi-transaksinya dengan jumlah yang sesuai dengan yang

tercantum dalam bukti kas keluar.

c. Bagian Kasir

Dalam sistem Akuntansi pengeluaran kas, bagian kasir bertanggunjawab

atas pembuatan bukti kas keluar sebagai perintah pengeluaran kas dan

mencatat transaksi pengeluaran kas.

62

Page 63: Bab 1

Gambar 4.2Siklus prosedur pembayaran

PT Grahacipta Hadiprana

63

Page 64: Bab 1

Dari siklus prosedur pembayaran PT. Grahacipta Hadiprana dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

a. Penerimaan berkas penagihan dan pembayaran hanya dilakukan pada hari

selasa dan rabu, jika berkas penagihan diterima selain hari selasa dan rabu,

cek apakah penagihan tersebut diperuntukan pembayaran DP. Jika ya,

maka pembayaran untuk DP harus segera diperoses.

b. Cek kelengkapan dan keakuratan berkas. Jika berkas belum lengkap dan

akurat, maka Bagian Finance berhak untuk menolak memproses

pembayaran. Pihak 2 terkait harus melengkapi berkas terlebih dahulu.

c. Input data ke SAP-AP, lalu kelengkapan berkas diserahkan ke kepala

Accounting untuk diserahkan.

d. Kepala Accounting akan mengecek, jatuh tempo/termin pembayaran, cek

apakah tagihan + PPN/non PPN di SAP dan posting ke SAP.

e. Kepala Accounting (Ka ACC) buat cheque, Bilyet Giro, Cheque Cash

bila supplier baru atau jika pembayaran internal dan urgent.

f. Staf finance membuat voucher bank untuk diserahkan ke Ka. ACC.

g. Ka. ACC mengecek kelengkapan Voucher bank lalu membuatkan tanda

terima BG/Cheque Cash dan minta persetujuan Kepala Departemen atau

Direktur Utama.

h. Setelah disetujui oleh Kepala Departemen/Direktur utama, maka Ka ACC

melakukan pengurangan saldo buku bank di komputer, lalu memberikan

BG/Cheque Cash tersebut ke staf finance untuk dilakukan pembayaran.

64

Page 65: Bab 1

i. Staf finance membutakan tanda terima kelengkapan berkas dari supplier

dan melakukan pembayaran.

j. Setelah dibayarkan, staf finance (AP2) menyerahkan bukti pembayaran

ke staf finance (AP1) untuk di input ke saldo proyek

k. Staf finance (AP2) menyerahkan berkas-berkas (foto copy) supplier untuk

diarsipkan ke bagian ACC.

B. Sistem Pengendalian Internal PT. Grahacipta Hadiprana

Sistem pengendalian internal adalah suatu perencanaan yang meliputi

struktur organisasi dan semua metode dan alat-alat yang dikoordinasikan yang

digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta

milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, mendorong

efisiensi, dan membantu mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang

telah ditetapkan. Adapun sistem pengendalian internal yang diterapkan oleh PT

Grahacipta Hadiprana antara lain:

1. Struktur Organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara

tegas. Struktur organisasi dalam suatu perusahaan merupakan hal yang

penting bagi kinerja perusahaannya. Dalam menjalankan usahanya PT.

Grahacipta Hadiprana menggunakan struktur organisasi yang berbentuk garis

lurus yaitu struktur yang menggambarkan dimana pimpinan melimpahkan

wewenangnya kepada bawahanny. Didalamnya terdapat garis wewenang

yang menghubungkan secara vertical yaitu antara atasan dan bawahan.

65

Page 66: Bab 1

2. Sistem Otorisasi dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan

yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya. Setiap

organisasi dituntut untuk melakukan aktivitasnya secara efektif dan efisien.

Salah satu cara yang digunakan adalah dengan pembagian wewenang yang

ada ke fungsi-fungsi lainya. Pembagian wewenang melalui pemberian sistem

otorisasi atas transaksi-transaksi yang telah dilaksanakan. Dengan sistem

otorisasi untuk setiap transaksi yang telah terjadi harus diotorisasi oleh

karyawan yang berwenang. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjamin

dihasilkannya dokumen-dokumen yang dapat dipercaya bagi proses

pencatatan aktivitas transaksi perusahaan guna melindungi kekayaan

perusahaan. PT. Grahacipta Hadiprana telah melakukannya dengan sistem

otorisasi.

3. Praktek yang sehat dalam melakukan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.

Untuk mencapai tujuan sistem pengendalian intern, pihak perusahaan harus

dapat menciptakan praktik yang sehat bagi setiap fungsi atau fungsi unit

organisasi. Hal ini dilakukan terutama untuk menghindari penyalahgunaan

tanggung jawab dan wewenang masing-masing fungsi yang terkait dengan transaksi

pengeluaran kas perusahaan pada PT. Grahacipta Hadiprana

untuk menciptakan praktek yang sehat dari setiap fungsi organisasi yaitu

setiap pengeluaran kas sekecil apapun telah memiliki bukti kwitansi yang

bernomor urut.

66

Page 67: Bab 1

4. Karyawan merupakan unsur yang paling penting dalam perusahaan.

Jika perusahaan yang memiliki karyawan yang berkompeten dan

bertanggung jawab, maka unsur pengendalian lain dapat dikurangi. Jadi

bagaimanapun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur

pencatatan dan berbagai cara menciptakan praktik yang sehat sudah

diterapkan perusahaan sesuai dengan unsur pengendalian intern bila

karyawan yang melaksanakan tidak kompeten dan tidak bertanggungjawab

maka tujuan sistem pengendalian intern akan sulit tercapai. Untuk

memperoleh karyawan berkompeten PT. Grahacipta Hadiprana melakukan

beberapa langkah antara lain:

a). Seleksi bahan calon karyawan, yang diutamakan yang telah

berpengalaman dalam bidangnya. Dan sesuai dengan bidang yang dicari

dan diperlukan oleh perusahaan.

b). Wawancara (Interview), kepada calon karyawan yang dilakukan oleh

HRD dan Kadep atau kadiv salah satu departemaen yang membutuhkan.

c). Tes Kesehatan (Pshycotest).

d). Tes tertulis yang telah di format atau dibuat khusus dari perusahaan. Dan

harus dijawab secara benar, agar tes terlewati dengan lancar.

e). Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dari fungsi setiap unit

organisasi. Pembagian tugas dan tanggungjawab fungsional serta

pelaksanaan sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang telah

67

Page 68: Bab 1

ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik. Jika tidak diciptakannya

praktek yang sehat dalam pelaksanaannya.

Sesuai dengan ulasan diatas dalam prekrutan karyawan PT, Grahacipta

Hadiprana telah dilakukan seleksi dan analisis seperti disyaratakan dalam prinsip

pengendalian intern. Calon karyawan harus melewati semua langkah-langkah

yang telah ditetapkan perusahaan untuk menjadi karyawan. Karyawan yang

diterima oleh perusahaan terlebih dahulu akan dikontrak oleh perusahaan yang

artinya karyawan tidak langsung diterima langsung menjadi karyawan tetap tetapi

dikontrak dengan jangka waktu tertentu, yaitu enam bulan masa percobaan.

Setelah itu apabila kinerjanya baik maka kontrak akan diperpanjang oleh

perusahaan.

68

Page 69: Bab 1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dilihat dari pembelian PT. Grahacipta Hadiprana untuk kegiatan operasional

pembelian barang-barang IT cukup banyak dan sebagian besar pembeliannya

dilakukan secara jatuh tempo, disebabkan pembelian dalam jumlah biaya yang

relative besar. Di dalam pembelian terdapat prosedur-prosedur yang harus

dilaksanakan, seperti prosedur permintaan barang-barang IT , pembelian

dilakukan jika ada Form Permintaan Barang dari user dan sudah disetujui.

Adapun dokumen yang terkait didalam pembelian antara lain Form

Permintaan Barang, Surat Permintaan Penawaran, Surat Perintah Kerja (SPK)

atau Purchase Order (PO), Surat Jalan, dan Invioce, dapat disimpulkan bahwa

proses dan prosedur pembelian yang dilakukan oleh PT. Grahacipta

Hadiprana sesuai dengan rencana yang sudah dibuat.

2. Pengeluaran kas di PT. Grahacipta Hadiprana dilakukan dengan menggunakan

dana kas kecil untuk jumlah pengeluaran yang relatif kecil karena tidak efektif

jika menggunakan cheque. sedangkan untuk pengeluaran kas yang relatif

besar menggunakan kas ditangan dengan pembayaran jatuh tempo.

Pengeluaran kas hanya bersumber dari Anggaran Biaya Pembelian yang sudah

dibuat dan sudah direncanakan, dalam hal ini semua transaksi pengeluaran kas

dipertanggungjawabkan olen bagian Finance (Keuangan). Pengeluaran kas

69

Page 70: Bab 1

PT. Grahacipta Hadiprana berkaitan dengan Anggaran, dimana Anggaran

yang direncanakan untuk tahun 2011 mengalami Overload (Berlebihan), hal

ini disebabkan banyak faktor permintaan barang-barang IT antara lain

bertambahnya karyawan baru yang masuk , kerusakan pada Hardware seperti

(monitor komputer, memori, komputer, printer, dan lain-lain), padatnya

jadwal perbaikan service komputer dan pembelian sparepart, harga barang-

barang IT yang selalu fluktuasi mata uang rupiah per dolarnya yang tidak

stabil. Setelah hasil survei dan hasil analisis dapat dilihat bahwa dalam

pembuatan Anggaran Biaya Pembelian Barang-brang IT pada PT. Grahacipta

Hadiprana Jakarta, kurang efektif.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis penulis sedikit menyarankan pada PT.

Grahacipta Hadiprana Jakarta dalam pembuatan Anggaran Biaya Pembelian

Barang-barang IT antara lain:

1. Perencanaan yang baik, yaitu salah satu fungsi manajemen dan fungsi ini

merupakan dasar dalam pembuatan Anggran. Anggaran harus bersifat formal

artinya anggaran disusun dengan sengaja, tertulis dan dibuat secara teliti

sehingga tidak menimbulkan peningkatan biaya.

2. Pengawasan yang baik, yaitu perusahaan diminta mengadakan pengawasan

agar rencana yang telah disusun sebelumnya dapat tercapai, dengan demikian

pengawasan adalah mengevaluasi prestasi kerja.

70

Page 71: Bab 1

3. Koordinasi didalam perusahaan harus ditingkatkan karena koordinasi

menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap individu atau

bagian dalam perusahaan untuk mencapai tujuan.

71

Page 72: Bab 1

DAFTAR PUSTAKA

Assauri Sofjan, Manajemen Produksi dan Operasi, edisi 4, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta, 2002

Baridwan Zaki, Akuntan, Sistem Akuntansi, Penerbit BPFE yogjakarta, 2003

____________, Intermediate Accounting, Penerbit BPFE Edisi 7. 2002

Clara Maria Wahyuni, Raima Siregar, Zaitun dan Tarigan, Panduan Belajar Pengelolaan Usaha 3 Penerbit Galaxy Puspa Mega, 2002

Dian Jung, Meningkatkan Efektivitas dan Efesiensi Perusahaan Anda, Penerbit RestuAgung. 2003

DT. Jhon H,A Harding, Manajemen Operasi, Penerbit PPM. Jakarta. 2001

Gunawan Adi Saputro, Marwari Asri, Anggaran Perusahaan, Penerbit BPFE Jogyakarta, Fakultas Ekonomi UGM. 2007

Hendi Sumantri. Dasar-dasar Akuntansi, edisi pertama, Penerbit Armico bandung, 2003

Jay Heizer, Barry Render, Operation Management Decision Marking in Operation function, Penerbit Book Company. 2005

Jhon D. Martin, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Penerbit Rajawali Pers. Jakarta. 2008

Lukman Syamsudin MA, Manajemen Keuangan Perusahaan, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2007

Megaraw, Hill, Operation Management Decision Marking in Operation Function, Penerbit Book Company. 2003

Mulyadi, Akuntansi Biaya, Edisi 3 Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, Penerbit BPFE Jogyakarta. 2007

72

Page 73: Bab 1

Nazir, Metodologi Penelitian, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2001

Rangkuti Freddy, Manajemen dan Operasi, Rajawali Pers, Penerbit Citra Niaga Buku Perguruan Tinggi. Jakarta. 2002

Richardus Eko Indrajit, Manajemen Persediaan Barang Umum, Penerbit Grasindo. 2003

Sanitiah, Faisal. Format-format Penelitian Sosial. Penerbit Rajawali Express. Jakarta. 2008

SR, Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi 4, Penerbit Rhineka Citra, 2008

T. Hani Handoko, Manajemen Produksi Edisi I, Penerbit BFE Yogyakarta, 2002

Zulian Yamit, Manajemen Persedian. Penerbit Ekonisia, Yogyakarta. 2003

73