bab 1

39
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal. Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi. Meski proses pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin, dalam keadaan tertentu cairannya bisa membeku dalam bentuk non-kristalin. Dalam

Upload: muhammad-wahyu-saputro

Post on 09-Dec-2014

12 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

BAB 1 dari keseluruhan praktikum

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya

terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.Secara

umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi

ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya

"terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan

kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin.

Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal.

Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung

pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien.

Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi. Meski proses

pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin, dalam keadaan tertentu cairannya

bisa membeku dalam bentuk non-kristalin. Dalam banyak kasus, ini terjadi karena

pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atomnya tidak dapat mencapai lokasi

kisinya.Suatu bahan non-kristalin biasa disebut bahan amorf atau seperti

gelas.Terkadang bahan seperti ini juga disebut sebagai padatan amorf, meskipun ada

perbedaan jelas antara padatan dan gelas. Proses pembentukan gelas tidak

melepaskan kalor lebur jenis (Bahasa Inggris: latent heat of fusion). Karena alasan ini

banyak ilmuwan yang menganggap bahan gelas sebagai cairan, bukan padatan.Topik

ini kontroversial, silakan lihat gelas untuk pembahasan lebih lanjut.Meskipun istilah

"kristal" memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat

padat, dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk pada benda padat yang

Page 2: Bab 1

2

menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap kali sedap di mata. Berbagai

bentuk kristal tersebut dapat ditemukan di alam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung

pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan

juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Bunga salju, intan, dan garam dapur adalah

contoh-contoh kristal.

Beberapa material kristalin mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik

khas, seperti efek feroelektrik atau efek piezoelektrik.Kelakuan cahaya dalam kristal

dijelaskan dalam optika kristal. Dalam struktur dielektrik periodik serangkaian sifat-

sifat optis unik dapat ditemukan seperti yang dijelaskan dalam kristal fotonik.

1.2. Maksud dan tujuan

Adapun maksud dan tujuan diadakan praktikum Kristalografi dan Mineralogi

adalah sebagai berikut :

1.      Mempelajari dan menentukan sistem Kristalografi dan Mineralogi dari

bermacam-macam bentuk Kristal baik bentuk dasar maupun bentuk kombinasi

dan letak posisi dan panjang sumbu kristalografi.

2.      Mempelajari dan menentukan kelas simetri dari bermacam-macam bentuk

Kristal berdasarkan jumlah unsure-unsur simetri yang dimilikinya.

3.      Mencari hubungan dalam proyeksi stereografis.

4.      Mengetahui sfat dari mineral itu sendiri.

5.      Menentukan hubungan antara Kristal dan mineral.

1.3. Alat dan Bahan

1. Lembar deksripsi mineral

2. Alat tulis ( penggaris satu set, busur, dlll)

3. Pensil warna

4. Buku tulis

Page 3: Bab 1

3

BAB 2

TINJAUAN UMUM

Kristalografi adalah ilmu yang mempelajadi tentang Kristal. Sedangkan

Kristal itu sendiri adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya

terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi 

Mineralogi adalah ilmu bumi yang bertumpu pada sifat kimia, struktur

kristaldan fisika dari mineral. Dan juga mempelajari tentang proses pembentukan

danperubahan mineralnya.Sedangkan mineral itu sendiri merupakan senyawa alami yang

terbentukakibat proses geologis.mineral termasuk ke dalamkomposisi unsur murni

dangaram sederhana sampai silikat yang kompleks. Bagaimana kita ketahui

adamineral yang berbentuk lempeng, tiang, limas dan kubus.Sifat fisik mineral ini sangat diperlukan

dalam mendeterminasi atau mengenalsecara megaskopis atau tanpa menggunakan

mikroskop, sifat-sifat fisik tersebutadalah warna, kilap, kekerasan, cerat, belahan,

pecahan, berat jenis, sifat dalam,kemagneta dan bentuk dan struktur.

Page 4: Bab 1

4

BAB 3

KRISTALOGARFI

3.1. Isometrik

Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem

kristal  kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu

dengan yang lainnya

3.1.1. Ketentuan Kristal isometrik

Ketentuan system Kristal isometrik dengan perbandingan panjang yang sama

untuk masing-masing sumbunya.Perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang

sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c.Dan sudut antar sumbunya

a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap

sumbu bˉ.Sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3

Sumbu : a = b = c

Sudut : a = b = g = 900

Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a.

3.1.2. Cara menggambar system Kristal isometrik

Cara Menggambar:

a- / b+ = 300

a : b¯: c = 1 : 3 : 3

Page 5: Bab 1

5

Gambar 1 Sistem kristal RegulerSumber: http://thebestsolutionforgeologicalsciences.blogspot.com /2012/03/tujuh-sistem-kristalografi.html

Gambar 2 Sistem kristal Reguler Sumber: http://thebestsolutionforgeologicalsciences.blogspot.com /2012/03/tujuh-sistem-kristalografi.html

Page 6: Bab 1

6

3.2. Hexagonal

Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap

ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚

terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan

panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang)

3.2.1. ketentuan system Kristal hexagonal

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio

(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan

sumbu b dan sama dengan sumbu d.Pada penggambaran dengan menggunakan

proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 :

3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis

dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya

perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini

menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan

sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.

Ada 4 sumbu yaitu a, b, c, d

Sumbu a : = b = d ¹ c

Sudut : b1 = b2 = b3 = 900

Sudut : g1 = g2 = g3 = 1200

Sb a, b, dan d terletak dalam bidang horisontal / lateral dan membentuk Ð 600.

Sb c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a.

Page 7: Bab 1

7

3.2.2. Cara menggambar system Kristal hexagonal

a+ / b¯ = 170

b+ / d¯ = 390

b : d : c : = 3 : 1 : 6

Contoh Mineral : Apatite [Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]

Gambar 3 sistem kristal Hexagonal yang termasuk dalam Nama Kristal Hexagonal Prisma dengan contoh mineral Quarst (SiO2) dan Apatite [Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]

Sumber: http://thebestsolutionforgeologicalsciences.blogspot.com/ 2012/03/tujuh-sistem-kristalografi.html

Page 8: Bab 1

8

3.3. Orthorombik

Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri

kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut

mempunyai panjang yang berbeda. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal

Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c.Pada

penggambaran, sistem Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c =

sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada

sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini

menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.

3.3.1. Ketentuan system Kristal orthorombik

Ketentuan:

Sumbu : a ¹ b ¹ c

Sudut a = b = g = 900

Sb c adalah sumbu terpanjang

Sb a adalah sumbu terpendek

Sb a disebut Sb Brachy

Sb b disebut Sb Macro

Sb c disebut Sb Basal

Page 9: Bab 1

9

3.3.2. Cara menggambar system Kristal orthorombik

a- / b+ = 300

a : b : c = 1 : 4 : 6

Gambar 4 sistem kristal Orthorombik dengan nama Orthorombic Brachi Makro Basal Pinacoid

Sumber:http://thebestsolutionforgeologicalsciences.blogspot.com/2012/ 03/tujuh-sistem-kristalografi.html

Page 10: Bab 1

10

3.4. Tetragonal  

Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal

yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang

sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi

pada umumnya lebih panjang(perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang

sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c.Dan sudut antar

sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai

30˚ terhadap sumbu bˉ. sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b :

c = 1 : 3 : 6

3.4.1. Ketentuan system Kristal tetragonal

Sumbu : a = b ¹ c

Sudut : a = b = g = 900

Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb a

Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau b.

Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar

Bila Sb c lebih pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout.

Page 11: Bab 1

11

3.4.2. Cara menggambar system Kristal tetragonal

a + / b-- = 30o

a : b : c = 1 : 3 : 6

Contoh mineral : Cassiterite (SnO2), Calcophyrite (CuFeS)

Gambar 5 sistem kristal Tetragonal yang termasuk dalam Nama Kristal Tetragonal Prisma Orde I dengan contoh mineral Chalcopyrite (CuFeS2) dan Cassiterite (SnO2).

Sumber: http://thebestsolutionforgeologicalsciences.blogspot.com /2012/03/tujuh-sistem-kristalografi.html

Page 12: Bab 1

12

3.5. Monoklin

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu

yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap

sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut

mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan

sumbu b paling pendekPada penggambaran dengan menggunakan proyeksi

orthogonal, sistem kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c =

sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada

sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini

menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.

3.5.1. Ketentuan system Kristal monoklin

Ketentuan:

Sumbu : a ¹ b ¹ c

Sudut : a = g = 900 b ¹ 900

Sb a disebut sumbu Clino

Sb b disebut sumbu Ortho

Sb c disebut sumbu Basal

Page 13: Bab 1

13

3.5.2. Cara menggambar system Kristal monoklin

a- / b + = 450

a : b : c = 1 : 4 : 6

Sb c adalah sumbu terpanjang

Sb a adalah sumbu terpendek

Gambar 6 sistem kristal Monoklin dengan nama Monoklin Hemybipyramid dengan contoh mineral Orthoclase (K Al Si3O8)

Sumber: http://thebestsolutionforgeologicalsciences. blogspot.com /2012 /03/tujuh-sistem-kristalografi.html

Page 14: Bab 1

14

3.6. Triklin

  Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak

saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.Pada

penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki

perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan

menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar

sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+

memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut 80˚ terhadap c+.

3.6.1. Ketentuan system Kristal triklin

Sumbu : a ¹ b ¹ c

Sudut : a ¹ b ¹ g ¹ 900

Semua Sb a, b, c saling berpotongan dan

membuat sudut miring tidak sama besar.

Sb a disebut Sb Brachy

Sb b disebut Sb Macro

Sb c disebut Sb Basal

3.6.2 Cara menggambar system Kristal triklin

a+ / c¯ = 450

b- / c + = 800

a : b : c = 1 : 4 : 6

Page 15: Bab 1

15

Gambar 7 sistem kristal Triklin dengan nama Triklin Hemybipyramid dengan contoh mineral Kyanite (Al2O SiO4)

Sumber: http://thebestsolutionforgeologicalsciences. blogspot.com/2012/03/tujuh-sistem-kristalografi.html

Page 16: Bab 1

16

3.7. Trigonal

Jika kita membaca beberapa referensi luar, system ini mempunyai nama lain

yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan system ini kedalam

system kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama.

Perbedaannya, bila pada sistemTrigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang

terbentuk segi enam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua

titik sudut yang melewatisatutitiksudutnya.

3.7.1. Ketentuan Sistem Kristal Trigonal

a = b = d ≠ c

α = β = 90˚ ; γ = 120˚

3.7.2. Cara menggambar system kristal trigonal

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,

system Kristal Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.

Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengannilai 1, pada sumbu b ditarik garis

dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan,

hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal

ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan

sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.

Page 17: Bab 1

17

BAB 4

MINERALOGI

4.1. Dasar Teori Mineralogi

Mineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia,

struktur kristal, dan fisika (termasuk optik) dari mineral. Studi ini juga

mencakup proses pembentukan dan perubahan mineral,sifat-sifat fisik, sifat-

sifat kimia, keterdapatannya, cara terjadinya, dan kegunaannya.

Defenisi mineral menurut beberapa ahli:

a) L. G. Berry dan B. Mason, 1959

“Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat  di alam dan

terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas

tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur”.

b)  D. G. A. Whitten dan J. R. V. Brooks, 1972

“Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen

mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam anorganik”.

c) W. R. Potter dan H. Robinson, 1977

“Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi

kimia tertentu atau dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat

tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan .”

Setiap jenis mineral tidak saja terdiri dari unsur-unsur tertentu, tetapi juga

mempunyai bentuk tertentu yang di sebut bentuk kristal.

Batasan - batasan Defenisi Mineral:

1. Suatu bahan alam. Artinya terbentuk secara alamiah, bukan dibuat

oleh manusia.

2. Mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tetap. Dimana sifat

fisik ini mencakup: warna, kekerasan, belahan, perawakan,

Page 18: Bab 1

18

pecahan, dan lain sebagainya. Sedangkan sifat kimia mencakup:

nyata api terhadap api oksidasi atau api reduksi, dan lain

sebagainya.

3. Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap. Beberapa

contoh unsur tunggal antara lain: diamond(c), native silver(Ag),

dan lain-lain. Sedangkan unsur senyawa diantaranya berupa:

Barit(BaSO4), magnetit(Fe3O4), zircon(ZrSiO4), dan lain-lain.

4. Umumnya bersifat anorganik, dimana mineral bukan hasil dari

suatu kehidupan.

5.  Homogen, artinya mineral tidak dapat diuraikan menjadi

senyawa lain yang lebih sederhana. Berupa padat, cair, dan gas.

4.2. Klasifikasi mineral

Berdasarkan sifat-sifat kimianya, mineral menurut BERZELIUS,

dapat digolongkan menjadi 8, yaitu :

1. Native Elements

2. Sulfides dan Sulfosalts

3. Halides

4. Oxides dan Hydroides

5. Carbonates, Nitrates dan Borates

6. Sulfates, Chromates, Molybdates dan Tungstates

7. Phospates, Arsenates dan Vanadates

8. Silicates

1. Kelompok Native Element (Unsur Murni)

Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan

dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada

Page 19: Bab 1

19

kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya.

Pada umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika

ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan

dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika

dilepaskan. Dibagi lagi dalam 3 kelas mineral yang berbeda , antara lain :

Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya: emas (Au), perak (Ag),

Platina (Pt) dan tembaga (Cu). sistem kristalnya adalahisometrik.

 Semimetal (Semi logam). Contohnya: bismuth (Bi), arsenic (As), , yang

keduanya memiliki sistem kristalnya adalah hexagonal.

Non metal (bukan logam). Contohnya intan, graphite dan sulfur. sistem

kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic,

intan sistem kristalnya isometric, dan graphite sistem kristalnya adalah

hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini

tinggi, kisarannya sekitar 6. 

2. Kelompok Sulfida

Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk

dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S2-). Pada

umumnya unsure utamanya adalah logam (metal).Pembentukan mineral kelas

ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah gunung api yang memiliki

kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-

Page 20: Bab 1

20

tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan

sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang

ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi

air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai

alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal

(air panas).

Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih

(ores). Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis

yang cukup tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah

logam. Pada industri logam, mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses

untuk memisahkan unsur logam dari sulfurnya.

Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur

utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau

nilai kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur

pembentuknya yang bersifat logam.

Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pirit (FeS2), Kalkosit

(Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan Kalkopirit (CuFeS2) .Dan

termasuk juga didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides,

bismuthinides dan juga sulfosalt. 

Page 21: Bab 1

21

3. Kelompok Oksida dan Hidroksida

Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari

kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O2-) dan gugus

hidroksil hidroksida (OH-).

4. Oksida

Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara

oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat.

Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali

silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama

dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan aluminium. Beberapa

mineral oksida yang paling umum adalah, korondum (Al2O3), hematit

(Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).

5. Hidroksida

Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau

persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH-). Reaksi

pembentukannya dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama

seperti oksida, pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada umumnya

adalah unsur-unsur logam. Beberapa contoh mineral hidroksida adalah

Manganite MnO(OH), Bauksit [FeO(OH)] dan limonite (Fe2O3.H2O).

Page 22: Bab 1

22

6. Kelompok Halida

Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenelektronegatif,

seperti: F-, Cl-, Br-, I-. Pada umumnya memiliki BJ yang rendah (< 5).Contoh

mineralnya adalah: Halit (NaCl), Fluorit (CaF2), Silvit (KCl), dan Kriolit

(Na3AlF6).

7. Kelompok Karbonat

Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”,

umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”,

CaCO3 dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan

utama yang membentuk batuan sedimen. Carbonat terbentuk pada lingkungan

laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonat juga terbentuk pada daerah

evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua (caves), stalaktit, dan

stalagmite. Dalam kelas carbonat ini juga termasuk nitrat (NO3) dan juga

Borat (BO3). Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat

ini adalah dolomite (CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite

(MgCO3). Dan contoh mineral nitrat dan borat adalah niter (NaNO3) dan

borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O).

Page 23: Bab 1

23

8. Kelompok Sulfat

Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi

logam dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya

terjadi pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya,

kemudian perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida

berinteraksi. Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat,

kromat, dan tungstat. Dan sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga

terbentuk dari kombinasi logam dengan anion-anionnya masing-masing.

Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah barite (barium

sulfate), celestite (strontium sulfate), anhydrite (calcium sulfate), angelsit dan

gypsum (hydrated calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral

chromate, molybdate, selenate, sulfite, tellurate serta mineral tungstate.

9. Kelompok Phosphat

Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus PO43-, dan pada umumnya

memiliki kilap kaca atau lemak, contoh mineral yaitu:Apatit (Ca,Sr,

Pb,Na,K)5 (PO4)3(F,Cl,OH), Vanadine Pb5Cl(PO4)3,dan Turquoise

CuAl6(PO4)4(OH)8 . 5H2O.

10. Kelompok Silikat

Silikat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral yang

dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang

Page 24: Bab 1

24

merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur

metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi

terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai

kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang

membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan

(metamorf). Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.

1.Quartz                          (SiO2)

2.Feldspar Alkali           (KAlSi3O8)

3.Feldspar Plagioklas    (Ca,Na)AlSi3O8)

4.Mica Muscovit             (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2)

5.Mica Biotit                   (K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2)

6.Amphibol Horblende      (Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH)

7.Piroksin                       (Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6)

8.Olivin                           (Mg,Fe)2SiO4)

Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8 adalah

mineral ferromagnesium.

Page 25: Bab 1

25

BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari

sistem kristal. Kristalografi merupakan salah satu cabang dari mineralogi yang

mempelajari mengenai sistem-sistem kristal serta bertujuan untuk menentukan

susunan atom dalam zat padat. Kristal adalah bahan padat homogeny yang

membentuk bagan polyhedral yang teratur, biasanya anisotropy. Tersusun oleh

komposisi kimia tertentu yang membentuk ikatan atom tertentu yang dikelilingi oleh

bidang permukaan yang halus yang mengikuti hukum geometri tertentu.

Kristalografi adalah ilmu - ilmu yang mempelajari tentang:

a. Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu

kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk

luar yang membatasinya.

b. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping

mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan,

juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal

lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti

kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.

Page 26: Bab 1

26

c. Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal

juga menghitung parameter dan parameter rasio.

d. Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya).

Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi

oleh bidang-bidang kristal: sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan

non kristalin.

Sistem Kristalografi dibagi menjadi 7 sistem, akan tetapi akan

diterangkan lebih lanjut tentang 4 sistem kristal yaitu sistem reguler, sistem

tetragonal, sistem triklin, dan monoklin.

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari

mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,

antara lain mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia, cara terdapatnya, cara

terjadinya dan kegunaannya.

Definisi mineral menurut beberapa ahli :

a) L. G. Berry dan B. Mason, 1959

Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat didalam

terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas

tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.

b) D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972

Page 27: Bab 1

27

Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen

mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang

anorganik.

c) A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977

Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi

kimia tertentu dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap,

dibentuk dialam dan bukan hasil dari suatu kehidupan.

Sifat-sifat fisik dari mineral :

d) Warna (Colour)

e) Perawakan kristal (Crystal habit)

f) Kilap (Luster)

g) Kekerasan (Hardness)

h) Gores (Streak)

i) Belahan (Cleavage)

j) Pecahan (Fracture)

k) Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity)

l) Berat jenis (Specific gravity)

m) Rasa dan bau (Tasteand odour)

n) Kemagnetan

o) Derajat ketransparanan

Page 28: Bab 1

28

5.2. Saran

- Diharapkan pada saat praktikum penggambaran sistem kristal, asisten

memperlihatkan satu sempel mineral kepada praktikan agar praktikan

mengetahui contoh mineralnya secara kasat mata.

- Pada saat praktikum diskripsi mineral, diharapkan para asisten terlebih

dahaulu menjelaskan salah satu mineral kepada praktikan agar praktikan tidak

bingung pada saat praktikum.