bab 1
DESCRIPTION
BAB 1 dari keseluruhan praktikumTRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.Secara
umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi
ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya
"terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan
kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin.
Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal.
Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung
pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien.
Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi. Meski proses
pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin, dalam keadaan tertentu cairannya
bisa membeku dalam bentuk non-kristalin. Dalam banyak kasus, ini terjadi karena
pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atomnya tidak dapat mencapai lokasi
kisinya.Suatu bahan non-kristalin biasa disebut bahan amorf atau seperti
gelas.Terkadang bahan seperti ini juga disebut sebagai padatan amorf, meskipun ada
perbedaan jelas antara padatan dan gelas. Proses pembentukan gelas tidak
melepaskan kalor lebur jenis (Bahasa Inggris: latent heat of fusion). Karena alasan ini
banyak ilmuwan yang menganggap bahan gelas sebagai cairan, bukan padatan.Topik
ini kontroversial, silakan lihat gelas untuk pembahasan lebih lanjut.Meskipun istilah
"kristal" memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat
padat, dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk pada benda padat yang
2
menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap kali sedap di mata. Berbagai
bentuk kristal tersebut dapat ditemukan di alam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung
pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan
juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Bunga salju, intan, dan garam dapur adalah
contoh-contoh kristal.
Beberapa material kristalin mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik
khas, seperti efek feroelektrik atau efek piezoelektrik.Kelakuan cahaya dalam kristal
dijelaskan dalam optika kristal. Dalam struktur dielektrik periodik serangkaian sifat-
sifat optis unik dapat ditemukan seperti yang dijelaskan dalam kristal fotonik.
1.2. Maksud dan tujuan
Adapun maksud dan tujuan diadakan praktikum Kristalografi dan Mineralogi
adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari dan menentukan sistem Kristalografi dan Mineralogi dari
bermacam-macam bentuk Kristal baik bentuk dasar maupun bentuk kombinasi
dan letak posisi dan panjang sumbu kristalografi.
2. Mempelajari dan menentukan kelas simetri dari bermacam-macam bentuk
Kristal berdasarkan jumlah unsure-unsur simetri yang dimilikinya.
3. Mencari hubungan dalam proyeksi stereografis.
4. Mengetahui sfat dari mineral itu sendiri.
5. Menentukan hubungan antara Kristal dan mineral.
1.3. Alat dan Bahan
1. Lembar deksripsi mineral
2. Alat tulis ( penggaris satu set, busur, dlll)
3. Pensil warna
4. Buku tulis
3
BAB 2
TINJAUAN UMUM
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajadi tentang Kristal. Sedangkan
Kristal itu sendiri adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi
Mineralogi adalah ilmu bumi yang bertumpu pada sifat kimia, struktur
kristaldan fisika dari mineral. Dan juga mempelajari tentang proses pembentukan
danperubahan mineralnya.Sedangkan mineral itu sendiri merupakan senyawa alami yang
terbentukakibat proses geologis.mineral termasuk ke dalamkomposisi unsur murni
dangaram sederhana sampai silikat yang kompleks. Bagaimana kita ketahui
adamineral yang berbentuk lempeng, tiang, limas dan kubus.Sifat fisik mineral ini sangat diperlukan
dalam mendeterminasi atau mengenalsecara megaskopis atau tanpa menggunakan
mikroskop, sifat-sifat fisik tersebutadalah warna, kilap, kekerasan, cerat, belahan,
pecahan, berat jenis, sifat dalam,kemagneta dan bentuk dan struktur.
4
BAB 3
KRISTALOGARFI
3.1. Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu
dengan yang lainnya
3.1.1. Ketentuan Kristal isometrik
Ketentuan system Kristal isometrik dengan perbandingan panjang yang sama
untuk masing-masing sumbunya.Perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang
sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c.Dan sudut antar sumbunya
a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap
sumbu bˉ.Sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3
Sumbu : a = b = c
Sudut : a = b = g = 900
Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a.
3.1.2. Cara menggambar system Kristal isometrik
Cara Menggambar:
a- / b+ = 300
a : b¯: c = 1 : 3 : 3
5
Gambar 1 Sistem kristal RegulerSumber: http://thebestsolutionforgeologicalsciences.blogspot.com /2012/03/tujuh-sistem-kristalografi.html
Gambar 2 Sistem kristal Reguler Sumber: http://thebestsolutionforgeologicalsciences.blogspot.com /2012/03/tujuh-sistem-kristalografi.html
6
3.2. Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚
terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan
panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang)
3.2.1. ketentuan system Kristal hexagonal
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu d.Pada penggambaran dengan menggunakan
proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 :
3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan
sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Ada 4 sumbu yaitu a, b, c, d
Sumbu a : = b = d ¹ c
Sudut : b1 = b2 = b3 = 900
Sudut : g1 = g2 = g3 = 1200
Sb a, b, dan d terletak dalam bidang horisontal / lateral dan membentuk Ð 600.
Sb c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a.
7
3.2.2. Cara menggambar system Kristal hexagonal
a+ / b¯ = 170
b+ / d¯ = 390
b : d : c : = 3 : 1 : 6
Contoh Mineral : Apatite [Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]
Gambar 3 sistem kristal Hexagonal yang termasuk dalam Nama Kristal Hexagonal Prisma dengan contoh mineral Quarst (SiO2) dan Apatite [Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]
Sumber: http://thebestsolutionforgeologicalsciences.blogspot.com/ 2012/03/tujuh-sistem-kristalografi.html
8
3.3. Orthorombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal
Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c.Pada
penggambaran, sistem Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c =
sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada
sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
3.3.1. Ketentuan system Kristal orthorombik
Ketentuan:
Sumbu : a ¹ b ¹ c
Sudut a = b = g = 900
Sb c adalah sumbu terpanjang
Sb a adalah sumbu terpendek
Sb a disebut Sb Brachy
Sb b disebut Sb Macro
Sb c disebut Sb Basal
9
3.3.2. Cara menggambar system Kristal orthorombik
a- / b+ = 300
a : b : c = 1 : 4 : 6
Gambar 4 sistem kristal Orthorombik dengan nama Orthorombic Brachi Makro Basal Pinacoid
Sumber:http://thebestsolutionforgeologicalsciences.blogspot.com/2012/ 03/tujuh-sistem-kristalografi.html
10
3.4. Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang
sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi
pada umumnya lebih panjang(perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang
sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c.Dan sudut antar
sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai
30˚ terhadap sumbu bˉ. sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b :
c = 1 : 3 : 6
3.4.1. Ketentuan system Kristal tetragonal
Sumbu : a = b ¹ c
Sudut : a = b = g = 900
Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb a
Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau b.
Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar
Bila Sb c lebih pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout.
11
3.4.2. Cara menggambar system Kristal tetragonal
a + / b-- = 30o
a : b : c = 1 : 3 : 6
Contoh mineral : Cassiterite (SnO2), Calcophyrite (CuFeS)
Gambar 5 sistem kristal Tetragonal yang termasuk dalam Nama Kristal Tetragonal Prisma Orde I dengan contoh mineral Chalcopyrite (CuFeS2) dan Cassiterite (SnO2).
Sumber: http://thebestsolutionforgeologicalsciences.blogspot.com /2012/03/tujuh-sistem-kristalografi.html
12
3.5. Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap
sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b paling pendekPada penggambaran dengan menggunakan proyeksi
orthogonal, sistem kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c =
sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada
sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.
3.5.1. Ketentuan system Kristal monoklin
Ketentuan:
Sumbu : a ¹ b ¹ c
Sudut : a = g = 900 b ¹ 900
Sb a disebut sumbu Clino
Sb b disebut sumbu Ortho
Sb c disebut sumbu Basal
13
3.5.2. Cara menggambar system Kristal monoklin
a- / b + = 450
a : b : c = 1 : 4 : 6
Sb c adalah sumbu terpanjang
Sb a adalah sumbu terpendek
Gambar 6 sistem kristal Monoklin dengan nama Monoklin Hemybipyramid dengan contoh mineral Orthoclase (K Al Si3O8)
Sumber: http://thebestsolutionforgeologicalsciences. blogspot.com /2012 /03/tujuh-sistem-kristalografi.html
14
3.6. Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.Pada
penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan
menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar
sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut 80˚ terhadap c+.
3.6.1. Ketentuan system Kristal triklin
Sumbu : a ¹ b ¹ c
Sudut : a ¹ b ¹ g ¹ 900
Semua Sb a, b, c saling berpotongan dan
membuat sudut miring tidak sama besar.
Sb a disebut Sb Brachy
Sb b disebut Sb Macro
Sb c disebut Sb Basal
3.6.2 Cara menggambar system Kristal triklin
a+ / c¯ = 450
b- / c + = 800
a : b : c = 1 : 4 : 6
15
Gambar 7 sistem kristal Triklin dengan nama Triklin Hemybipyramid dengan contoh mineral Kyanite (Al2O SiO4)
Sumber: http://thebestsolutionforgeologicalsciences. blogspot.com/2012/03/tujuh-sistem-kristalografi.html
16
3.7. Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, system ini mempunyai nama lain
yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan system ini kedalam
system kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama.
Perbedaannya, bila pada sistemTrigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang
terbentuk segi enam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua
titik sudut yang melewatisatutitiksudutnya.
3.7.1. Ketentuan Sistem Kristal Trigonal
a = b = d ≠ c
α = β = 90˚ ; γ = 120˚
3.7.2. Cara menggambar system kristal trigonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,
system Kristal Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.
Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengannilai 1, pada sumbu b ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan,
hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal
ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan
sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
17
BAB 4
MINERALOGI
4.1. Dasar Teori Mineralogi
Mineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia,
struktur kristal, dan fisika (termasuk optik) dari mineral. Studi ini juga
mencakup proses pembentukan dan perubahan mineral,sifat-sifat fisik, sifat-
sifat kimia, keterdapatannya, cara terjadinya, dan kegunaannya.
Defenisi mineral menurut beberapa ahli:
a) L. G. Berry dan B. Mason, 1959
“Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam dan
terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas
tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur”.
b) D. G. A. Whitten dan J. R. V. Brooks, 1972
“Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen
mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam anorganik”.
c) W. R. Potter dan H. Robinson, 1977
“Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu atau dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat
tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan .”
Setiap jenis mineral tidak saja terdiri dari unsur-unsur tertentu, tetapi juga
mempunyai bentuk tertentu yang di sebut bentuk kristal.
Batasan - batasan Defenisi Mineral:
1. Suatu bahan alam. Artinya terbentuk secara alamiah, bukan dibuat
oleh manusia.
2. Mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tetap. Dimana sifat
fisik ini mencakup: warna, kekerasan, belahan, perawakan,
18
pecahan, dan lain sebagainya. Sedangkan sifat kimia mencakup:
nyata api terhadap api oksidasi atau api reduksi, dan lain
sebagainya.
3. Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap. Beberapa
contoh unsur tunggal antara lain: diamond(c), native silver(Ag),
dan lain-lain. Sedangkan unsur senyawa diantaranya berupa:
Barit(BaSO4), magnetit(Fe3O4), zircon(ZrSiO4), dan lain-lain.
4. Umumnya bersifat anorganik, dimana mineral bukan hasil dari
suatu kehidupan.
5. Homogen, artinya mineral tidak dapat diuraikan menjadi
senyawa lain yang lebih sederhana. Berupa padat, cair, dan gas.
4.2. Klasifikasi mineral
Berdasarkan sifat-sifat kimianya, mineral menurut BERZELIUS,
dapat digolongkan menjadi 8, yaitu :
1. Native Elements
2. Sulfides dan Sulfosalts
3. Halides
4. Oxides dan Hydroides
5. Carbonates, Nitrates dan Borates
6. Sulfates, Chromates, Molybdates dan Tungstates
7. Phospates, Arsenates dan Vanadates
8. Silicates
1. Kelompok Native Element (Unsur Murni)
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan
dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada
19
kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya.
Pada umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika
ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan
dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika
dilepaskan. Dibagi lagi dalam 3 kelas mineral yang berbeda , antara lain :
Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya: emas (Au), perak (Ag),
Platina (Pt) dan tembaga (Cu). sistem kristalnya adalahisometrik.
Semimetal (Semi logam). Contohnya: bismuth (Bi), arsenic (As), , yang
keduanya memiliki sistem kristalnya adalah hexagonal.
Non metal (bukan logam). Contohnya intan, graphite dan sulfur. sistem
kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic,
intan sistem kristalnya isometric, dan graphite sistem kristalnya adalah
hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini
tinggi, kisarannya sekitar 6.
2. Kelompok Sulfida
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk
dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S2-). Pada
umumnya unsure utamanya adalah logam (metal).Pembentukan mineral kelas
ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah gunung api yang memiliki
kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-
20
tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan
sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang
ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi
air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai
alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal
(air panas).
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih
(ores). Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah
logam. Pada industri logam, mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses
untuk memisahkan unsur logam dari sulfurnya.
Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur
utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau
nilai kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur
pembentuknya yang bersifat logam.
Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pirit (FeS2), Kalkosit
(Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan Kalkopirit (CuFeS2) .Dan
termasuk juga didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides,
bismuthinides dan juga sulfosalt.
21
3. Kelompok Oksida dan Hidroksida
Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari
kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O2-) dan gugus
hidroksil hidroksida (OH-).
4. Oksida
Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara
oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat.
Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali
silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama
dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan aluminium. Beberapa
mineral oksida yang paling umum adalah, korondum (Al2O3), hematit
(Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
5. Hidroksida
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau
persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH-). Reaksi
pembentukannya dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama
seperti oksida, pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada umumnya
adalah unsur-unsur logam. Beberapa contoh mineral hidroksida adalah
Manganite MnO(OH), Bauksit [FeO(OH)] dan limonite (Fe2O3.H2O).
22
6. Kelompok Halida
Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenelektronegatif,
seperti: F-, Cl-, Br-, I-. Pada umumnya memiliki BJ yang rendah (< 5).Contoh
mineralnya adalah: Halit (NaCl), Fluorit (CaF2), Silvit (KCl), dan Kriolit
(Na3AlF6).
7. Kelompok Karbonat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”,
CaCO3 dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan
utama yang membentuk batuan sedimen. Carbonat terbentuk pada lingkungan
laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonat juga terbentuk pada daerah
evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua (caves), stalaktit, dan
stalagmite. Dalam kelas carbonat ini juga termasuk nitrat (NO3) dan juga
Borat (BO3). Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat
ini adalah dolomite (CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite
(MgCO3). Dan contoh mineral nitrat dan borat adalah niter (NaNO3) dan
borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O).
23
8. Kelompok Sulfat
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi
logam dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya
terjadi pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya,
kemudian perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida
berinteraksi. Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat,
kromat, dan tungstat. Dan sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga
terbentuk dari kombinasi logam dengan anion-anionnya masing-masing.
Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah barite (barium
sulfate), celestite (strontium sulfate), anhydrite (calcium sulfate), angelsit dan
gypsum (hydrated calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral
chromate, molybdate, selenate, sulfite, tellurate serta mineral tungstate.
9. Kelompok Phosphat
Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus PO43-, dan pada umumnya
memiliki kilap kaca atau lemak, contoh mineral yaitu:Apatit (Ca,Sr,
Pb,Na,K)5 (PO4)3(F,Cl,OH), Vanadine Pb5Cl(PO4)3,dan Turquoise
CuAl6(PO4)4(OH)8 . 5H2O.
10. Kelompok Silikat
Silikat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral yang
dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
24
merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur
metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi
terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai
kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang
membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan
(metamorf). Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
1.Quartz (SiO2)
2.Feldspar Alkali (KAlSi3O8)
3.Feldspar Plagioklas (Ca,Na)AlSi3O8)
4.Mica Muscovit (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2)
5.Mica Biotit (K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2)
6.Amphibol Horblende (Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH)
7.Piroksin (Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6)
8.Olivin (Mg,Fe)2SiO4)
Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8 adalah
mineral ferromagnesium.
25
BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari
sistem kristal. Kristalografi merupakan salah satu cabang dari mineralogi yang
mempelajari mengenai sistem-sistem kristal serta bertujuan untuk menentukan
susunan atom dalam zat padat. Kristal adalah bahan padat homogeny yang
membentuk bagan polyhedral yang teratur, biasanya anisotropy. Tersusun oleh
komposisi kimia tertentu yang membentuk ikatan atom tertentu yang dikelilingi oleh
bidang permukaan yang halus yang mengikuti hukum geometri tertentu.
Kristalografi adalah ilmu - ilmu yang mempelajari tentang:
a. Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu
kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk
luar yang membatasinya.
b. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping
mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan,
juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal
lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti
kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.
26
c. Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal
juga menghitung parameter dan parameter rasio.
d. Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya).
Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi
oleh bidang-bidang kristal: sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan
non kristalin.
Sistem Kristalografi dibagi menjadi 7 sistem, akan tetapi akan
diterangkan lebih lanjut tentang 4 sistem kristal yaitu sistem reguler, sistem
tetragonal, sistem triklin, dan monoklin.
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,
antara lain mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia, cara terdapatnya, cara
terjadinya dan kegunaannya.
Definisi mineral menurut beberapa ahli :
a) L. G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat didalam
terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas
tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
b) D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
27
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen
mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang
anorganik.
c) A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap,
dibentuk dialam dan bukan hasil dari suatu kehidupan.
Sifat-sifat fisik dari mineral :
d) Warna (Colour)
e) Perawakan kristal (Crystal habit)
f) Kilap (Luster)
g) Kekerasan (Hardness)
h) Gores (Streak)
i) Belahan (Cleavage)
j) Pecahan (Fracture)
k) Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity)
l) Berat jenis (Specific gravity)
m) Rasa dan bau (Tasteand odour)
n) Kemagnetan
o) Derajat ketransparanan
28
5.2. Saran
- Diharapkan pada saat praktikum penggambaran sistem kristal, asisten
memperlihatkan satu sempel mineral kepada praktikan agar praktikan
mengetahui contoh mineralnya secara kasat mata.
- Pada saat praktikum diskripsi mineral, diharapkan para asisten terlebih
dahaulu menjelaskan salah satu mineral kepada praktikan agar praktikan tidak
bingung pada saat praktikum.