bab 1-5

46
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita menyadari bahwa mata pelajaran matematika masih dianggap paling sulit oleh para siswa. Hal ini terbukti dengan banyaknya siswa yang tidak senang terhadap mata pelajaran matematika. Akibatnya rendahnya nilai matematika ujian nasional baik siswa SD, SMP, maupun SMA. Sehingga banyak siswa yang tidak lulus karena nilai matematikanya rendah dan tidak dapat mencapai batas minimal kelulusan. Pembelajaran di sekolah dasar masih banyak yang menggunakan cara- cara konvensional. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Guru sering kali berceramah panjang lebar menjelaskan materi yang diajarkan. Guru sering kali memaksakan kepada siswa untuk mendengarkan ceramah yang diberikan. Akibat guru yang demikian, maka banyak siswa yang hanya duduk dengan posisi diatas meja atau hanya tangan berada di bawah meja. Hal ini terjadi karena siswa ingin mendengarkan ceramah, dan atau agar siswa tidak berbicara sendiri. Berdasarkan pengalaman pembelajaran dengan model ceramah juga dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bancer 02 kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro. Alasan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bancer 02 menggunakan model ceramah, karena sudah menjadi kebiasaan selama bertahun-tahun termasuk pembelajaran mata pelajaran matematika. Padahal berdasarkan pengamatan model ceramah itu selain tidak efektif, juga mendatangkan kebosanan, apabila model ceramah yang dilakukan guru tidak menarik. Akibat lebih lanjut sering kali hasil belajar rendah, siswa kurang memperhatikan, motivasi kurang, dan tidak berani bertanya. Menurut Sobel dan Maletsky dalam bukunya Mengajar Matematika (2001:1-2) banyak sekali guru matematika yang menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas lalu, memberi pelajaran baru, memberi tugas kepada siswa. Pembelajaran seperti di atas yang rutin dilakukan hampir tiap hari

Upload: azieka5255

Post on 30-Jun-2015

12.610 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kita menyadari bahwa mata pelajaran matematika masih dianggap paling

sulit oleh para siswa. Hal ini terbukti dengan banyaknya siswa yang tidak

senang terhadap mata pelajaran matematika. Akibatnya rendahnya nilai

matematika ujian nasional baik siswa SD, SMP, maupun SMA. Sehingga

banyak siswa yang tidak lulus karena nilai matematikanya rendah dan tidak

dapat mencapai batas minimal kelulusan.

Pembelajaran di sekolah dasar masih banyak yang menggunakan cara-

cara konvensional. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dengan

menggunakan metode ceramah. Guru sering kali berceramah panjang lebar

menjelaskan materi yang diajarkan. Guru sering kali memaksakan kepada

siswa untuk mendengarkan ceramah yang diberikan. Akibat guru yang

demikian, maka banyak siswa yang hanya duduk dengan posisi diatas meja

atau hanya tangan berada di bawah meja. Hal ini terjadi karena siswa ingin

mendengarkan ceramah, dan atau agar siswa tidak berbicara sendiri.

Berdasarkan pengalaman pembelajaran dengan model ceramah juga

dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bancer 02 kecamatan Ngraho,

Kabupaten Bojonegoro. Alasan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bancer 02

menggunakan model ceramah, karena sudah menjadi kebiasaan selama

bertahun-tahun termasuk pembelajaran mata pelajaran matematika. Padahal

berdasarkan pengamatan model ceramah itu selain tidak efektif, juga

mendatangkan kebosanan, apabila model ceramah yang dilakukan guru tidak

menarik. Akibat lebih lanjut sering kali hasil belajar rendah, siswa kurang

memperhatikan, motivasi kurang, dan tidak berani bertanya. Menurut Sobel

dan Maletsky dalam bukunya Mengajar Matematika (2001:1-2) banyak sekali

guru matematika yang menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan

membahas tugas-tugas lalu, memberi pelajaran baru, memberi tugas kepada

siswa. Pembelajaran seperti di atas yang rutin dilakukan hampir tiap hari

2

2

dapat dikategorikan sebagai 3 M, yaitu membosankan, membahayakan dan

merusak seluruh minat siswa.

Tabel 1 Hasil Tes Pra Penelitian

NO URUT SISWA NILAI 1 50 2 55 3 65 4 70 5 50 6 70 7 50 8 55 9 55

10 65 11 65 12 55 13 55 14 40 15 50 16 65 17 50 18 55 19 60 20 50 21 55 22 70

JUMLAH 1. 240 RATA-RATA 56,36

NILAI TERENDAH 40 NILAI TERTINGGI 70

Pada tabel 1 di atas menunjukkan bahwa ada 15 siswa hasil tes formatif

belum memenuhi standar minimal KKM. Jumlah nilai dalam satu kelas 1.

240. Rata-rata hanya mencapai 56,36. Nilai terendah 40 dan nilai tertinggi

70.Jadi siswa yang tuntas ada 31% dan siswa yang belum tuntas ada 69%.

Peningkatkan hasil belajar tersebut, perlu menerapkan pembelajaran

alternatif untuk mata pelajaran matematika materi berhitung campuran

melalui tutor sebaya. Alasan menggunakan model itu, agar dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

3

3

Menurut penelitian kelebihan tutor sebaya adalah siswa diajarkan untuk

mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Membuat siswa

yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat secara bebas. Membantu siswa yang kurang mampu

atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya. Siswa lebih mudah dan

leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang

bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan

baik.

Pembelajaran melalui tutor sebaya, diharapkan dapat meningkatkan

belajar siswa memenuhi batas minimal KKM yang ditetapkan. Menurut hasil

penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yang mendapat

pembelajaran matematika dengan melalui tutor sebaya lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa, Endang

Winarni (2008:5).

Penerapkan pembelajaran dengan melalui tutor sebaya ini dilakukan

melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah

sebuah penelitian tentang pembelajaran di kelas yang dilakukan dengan

siklus-siklus (Classroom Action Reaserch).

1.2 Identifikasi Masalah

Bsrdasarkan latar belakang dapat diidentifikasi suatu masalah yang akan

diteliti yaitu:

1. Hasil belajar rendah.

2. Kreatifitas siswa kurang.

3. Motivasi kurang.

4. Siswa tidak berani bertanya.

5. Guru hanya menggunakan metode ceramah.

4

4

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian lebih efektif, efisien, dan

terarah. Penulis hanya meneliti tentang peningkatan hasil belajar melalui

penggunaan tutor sebaya pada mata pelajaran matematika materi berhitung

campuran semester I SD Negeri Bancer 02 Kecamatan Ngraho Kabupaten

Bojonegoro tahun pelajaran 2009/2010.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah dapat

dirumuskan permasalahan yaitu : “Bagaimanakah pembelajaran melalui tutor

sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan KKM 60 pada mata

pelajaran matematika siswa kelas IV semester I di SD Negeri Bancer 02

Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro tahun pelajaran 2009/2010 ? “

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah mengetahui

peningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi

berhitung campuran kelas IV semester I di SD Negeri Bancer 02 Kecamatan

Ngraho Kabupaten Bojonegoro tahun pelajaran 2009 / 2010 menggunakan

tutor sebaya.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.6.1 Bagi siswa

a. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika.

b. Dapat meningkatkan pemahaman siswa bahwa belajar tidak harus

bergantung kepada guru.

1.6.2 Bagi Guru

a. Sebagai evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran matematika.

5

5

b. Sebagai wahana dalam memperbaiki proses belajar mengajar dalam

upaya meningkatkan keterlibatan siswa.

1.6.3 Bagi Sekolah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah model

upaya meningkatkan hasil beajar dan keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran matematika.

6

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Matematika

2.1.1 Pengertian Matematika

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos”

secara ilmu pasti, atau “Natheis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak

dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman

keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah-kaidah tertentu

melalui deduksi (Ensiklopedia Indonesia).

Dalam Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) terdapat

istilah matematika sekolah yang dimaksudnya untuk memberi

penekanan bahwa materi atau pokok bahasan yang terdapat dalam

GBPP merupakan materi atau pokok bahasan yang diajarkan pada

jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (Direkdikdas: 1994).

Soemardjono (2003) menyatakan bahwa ”menurut bahasa latin

matematika berasal dari kata manthanein atau mathema yang berarti

belajar atau hal yang dipelajari sedangkan menurut bahasa Belanda

disebut wiskunde atau ilmu pasti”.

2.1.2 Karakteristik Pembelajaran Matematika

Suherman (2003) karaktersitik pembelajaran matematika di sekolah yaitu

sebagai berikut :

1. Pembelajaran matematika langsung (bertahap) Materi pembelajaran diajarkan secara berjenjang atau bertarap yaitu dari hal konkrit ke abstrak, hal yang sederhana ke kompleks atau konsep mudah ke konsep yang lebih sukar. 2. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral Setiap mempelajari konsep baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari. Pengulangan konsep

7

7

dalam bahan ajar dengan cara mempeluas dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika (spiral melebar dan naik). 3. Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif Matematika adalah deduktif, matematika tersusun secara deduktif, aksiomatik. Namun demikian harus dapat dipilihkan pendekatan yang cocok dengan kondisi siswa. Dalam pembelajaran belum sepenuhnya menggunakan pendekatan tetapi masih campur dengan deduktif. 4. Pembelajaran matematika mengantu kebenaran konsistensi Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya meruakan kebenaran konsistensi, tidak bertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas pernyataan-pernyataan yang terdahulu yang telah diterima kebenarannya.

2.1.3 Fungsi dan tujuan pembelajaran matematika

Suherman (2003) fungsi dan tujuan pembelajran matematika yaitu sebagai

berikut :

1. Fungsi pembelajaran matematika Mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan

dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar dan trigonometri.

Mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, dan grafik. 2.Tujuan pembelajaran matematika Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan. Misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi, dan inkonsistensi. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.

8

8

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, secara garis

besar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

2.2.1 Faktor intern

Sardiman (2006:75) menarik kesimpulan sebagai berikut :

Kegiatan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan be Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar. Dalam belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya.

Faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain:

a. Kondisi fisik/jasmani siswa saat mengikuti pelajaran.

b. Pengalaman belajar matematika dijenjang sebelumnya.

c. Minat, bakat, motivasi dan tingkat intelegensi.

2.2.2 Faktor ekstern

Slameto (2003:96) menarik kesimpulan sebagai berikut :

Faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi belajar adalah faktor metode pembelajaran. Selain siswa, unsur terpenting yang ada dalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Guru sebagai pengajar yang memberikan ilmu pengetahuan sekaligus pendidik yang mengajarkan nilai-nilai, akhlak, moral maupun sosial dan untuk menjalankan peran tersebut seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas yang nantinya akan diajarkan kepada siswa. Seorang guru dalam menyampaikan materi perlu memilih metode mana yang sesuai dengan keadaan kelas atau siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan. Dengan variasi metode dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa.

Sedangkan menurut penulis faktor ekstern yang mempengaruhi belajar

antara lain :

a. Metode dan gaya mengajar guru matematika.

b. Tersedianya fasilitas dan alat penunjang pelajaran matematika.

c. Situasi dan kondisi lingkungan.

9

9

2.3 Pengertian Hasil Belajar

Leo Sutrisno (2008:25) mengemukakan ”hasil belajar merupakan

gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik

bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor

jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar”.

Suyono (2009:8) menyatakan ”hasil belajar dapat dijelaskan dengan

memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.

Pengertian hasil menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu

aktivitas yang mengakibatnya berubahnya input secara fungsional”.

Purwanto (1989:3) menyatakan bahwa ”hasil belajar adalah suatu yang

digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada dalam

waktu tertentu”.

Slameto (1993:17) menyatakan ”hasil belajar merupakan tolok ukur yang

utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seorang yang

prestasinya tinggi dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil dalam belajar”.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah tingkat pengetahuan yang dicapai siswa terhadap materi

yang diterima ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan

pembelajaran di sekolah.

2.4 Pembelajaran Tutor Sebaya

2.4.1 Pengertian Tutor Sebaya

Bayu Mukti (2009:4) mengemukakan “tutor sebaya adalah suatu

pembelajaran yang jadi murid dan yang jadi guru adalah teman sebaya

juga atau umurnya itu sebaya”.

Pengajaran tutor sebaya yang pada dasarnya sama dengan program

bimbingan yang bertujuan memberikan bantuan dari dan kepada siswa

supaya dapat mencapai belajar secara optimal.

Edward L. Dejnozken dan Daven E. Kopel dalam American

Education Engcyclopedia menyebutkan “ tutor sebaya adalah sebuah

10

10

prosedur siswa mengajar siswa lainnya. Tipe satu pengajar dan

pembelajar dari usia yang sama. Tipe dua pengajar yang lebih tua

usianya dari pembelajar. Tipe lain adalah pertukaran usia pengajar”.

Nurita Putranti (2007:2) mengemukakan “tutor sebaya adalah siswa

di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya

yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami

materi ajar”.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran dimana siswa yang lebih

pandai dari temannya membantu dan mengajari teman lain yang belum

bisa terhadap suatu materi.

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Tutor Sebaya

1. Kelebihan Tutor Sebaya

a. Anak-anak diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan

yang tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yang

dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang

pandai atau ketinggalan.

b. Siswa lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang

dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk

mempelajari materi ajar dengan baik.

c. Membuat siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi

untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas.

d. Membantu siswa yang kurang mampu atau kurang cepat menerima

pelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor seraya bagi siswa merupakan

kegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakan

kebutuhan siswa itu sendiri.

11

11

e. Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan

mendapat pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam

menerima pelajaran.

2. Kekurangan Tutor Sebaya dan Cara Mengatasinya

a. Kekurangan Tutor Sebaya

Murid yang menjadi tutor hendaknya diperhatikan segi kemampuan

dalam penguasaan materi dan kemampuan membantu orang lain.

Sawali Tuhusya (2007) menyatakan bahwa “tutor adalah murid yang

tergolong baik dalam prestasi belajarnya dan mempunyai hubungan

social yang baik dengan teman-temannya”. Dalam penggunaan

metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan,

seperti halnya tutor sebaya. Uraian di atas adalah beberapa kelebihan

dari metode tutor sebaya sementara kekurangan tutor sebaya antara

lain:

a.Tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya.

b.Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya.

b. Cara Mengatasi Kekurangan Tutor Sebaya

Para tutor dilatih untuk mengajar berdasarkan silabus yang telah

ditentukan. Hubungan antara tutor dengan siswa adalah hubungan

antar kakak-adik atau antar kawan, kekakuan yang ada pada guru agar

dihilangkan.

Muntansir (1985:58) menyatakan ”dalam kegiatan ini tutor dan

guru menjadi semacam staf ahli yang mampu mengatasi kesulitan

yang dihadapi murid, baik dengan cara satu lawan satu maupun

kelompok kecil”.

12

12

2.5 Penelitian yang Relevan

Penelitian upaya peningkatan hasil belajar matematika materi berhitung

campuran melalui tutor sebaya telah diteliti dan dilakukan oleh berbagai pihak

antara lain :

Endang Winarni dengan judul ”Peningkatan Hasil Belajar melalui Tutor

Sebaya Siswa Kelas IV dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris dengan Melalui

Tutor Sebaya” telah berhasil melakukan penelitian bahwa melalui tutor sebaya

dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan hasil belajar siswa, Endang winarni

(2008 :4).

Bagi tutor dengan membimbing atau mengajarkan suatu topik kepada

temannya, maka pengertian terhadap materi itu akan menjadi lebih mendalam

dan kesempatan untuk pengayaan dalam belajar. Sedangkan siswa yang

dibimbing akan lebih cepat mengerti karena bahasa siswa lebih mudah

dimengerti oleh temannya.

2.6 Kerangka Berpikir

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan berbentuk kolaboratif,

artinya melibatkan guru lain untuk mengoptimalkan pembelajaran. Prosedur

penelitian tindakan ini dilakukan dua siklus. Maksudnya, setelah tindakan

pertama selesai dilakukan evaluasi. Bila hasil tindakan pertama belum sesuai

yang diinginkan, maka disusun rencana untuk melakukan tindakan

berikutnya.

13

13

Berikut skema kerangka berpikir :

KONDISI AWAL

GURU/PENELITI Belum memanfaatkan Tutor Sebaya

SISWA/YANG DITELITI Hasil belajar siswa dalam pembelajaran rendah

TINDAKAN

Pembelajaran dengan menggunakan tutor sebaya

SIKLUS I Pert 1. Siswa mengerjakan 4 soal secara individual tanpa tutor dan guru

SIKLUS I Pert. 2 siswa berkelompok mengerjakan 5 soal dengan tutor dan didampingi guru

Dengan menggunakan tutor sebaya hasil belajar Matematika SD Bancer 02 kec Ngraho Kab. Bojonegoro meningkat

KONDISI AKHIR

SIKLUS II Pert 1. Siswa berkelompok mengerjakan 5 soal dengan tutor tanpa didampingi guru

SIKLUS II Pert .2. siswa secara individual meng. Soal 5 tanpa tutor dan guru

SIKLUS I Pert. 3 siswa berkelompok mengerjakan 5 soal tanpa tutor dan tanpa didampingi guru

SIKLUS I Pert 4. Siswa mengerjakan 2 soal secara individual tanpa tutor dan guru

14

14

2.7 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan refleksi kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka

pemikiran masalah maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :

dengan menggunakan tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa

yang ditunjukan oleh pencapaian nilai ketuntasan dengan KKM 60 dari 88%

siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri Bancer 02

Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro.

15

15

BAB III

METODE PENELITIAN

Pembahasan metode penelitian ini dapat dikatakan sebagai pertanggung-

jawaban mengenai metode-metode yang digunakan selama penelitian berlangsung

dari awal sampai akhir.

Bab ini mengemukakan tentang setting dan karakteristik subjek penelitian,

variable yang diselidiki, rencana tindakan, data dan cara pengumpulannya,

indikator kinerja dan analisis data.

3.1 Setting Penelitian

3.1.1 Waktu penelitian

1) Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu Agustus sampai bulan

November 2009.

2) Peneliti memilih pada semester I, karena merupakan waktu yang cukup

baik, dengan alasan waktu untuk melaksanakan penelitian masih

panjang.

3.1.2 Tempat penelitian

Kelas IV semester I SD Negeri Bancer 02, Kecamatan Ngraho, Kabupaten

Bojonegoro.

3.2 Rencana Tindakan

Rencana tindakan yang akan dilaksanakan penulis ada beberapa tahap antara

lain:

3.2.1 Tahap persiapan

a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b) Menyiapkan soal evaluasi.

c) Menyiapkan lembar angket.

16

16

d) Lembar observasi

3.2.2 Tahap Pelaksanaan

Guru mengajar sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah

dipersiapkan.

3.2.3 Tahap pengamatan

Melakukan pengamatan terhadap tindakan kelas tentang peningkatan

hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil pengamatan

sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan proses pembelajaran

selanjutnya.

3.2.4 Tahap evaluasi

Dalam tahap ini peneliti mengadakan evaluasi setelah semua

kegiatan selesai secara keseluruhan untuk mengetahui ketuntasan belajar

siswa sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan proses pembelajaran

selanjutnya.

3.2.5 Tahap refleksi

Dalam tahap ini peneliti sebagai guru kelas melakukan refleksi

setelah pembelajaran tercapai.

3.3 Data dan Cara Pengumpulannya

3.3.1 Data

Data diperoleh dari siswa kelas IV, sebagai subyek penlitian

sejumlah 22 siswa. Sumber data lain dari guru kelas atau teman sejawat.

3.3.2 Cara Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan cara/metode

sebagai berikut:

17

17

a. Observasi

Observasi dilakukan oleh guru dan teman sejawat. Adapun yang

diobservasi ada 2 hal, yaitu guru yang mengajar dan siswa/suasana

kelas. Observasi terhadap guru yang mengajar dapat berfungsi sebagai

alat kontrol, apakah guru tersebut telah melakukan tindakan sesuai

dengan planning (perencanaan), sedangkan observasi siswa dapat

berfungsi untuk mendapatkan informasi tentang minat/suasana kelas

dan kemajuan siswa.

b. Dokumentasi

Penulis menggunakan data tentang nomor induk siswa, hasil dan

laporan tugas siswa serta foto-foto kegiatan belajar siswa.

c. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan

proses belajar mengajar yang dilakukan pada akhir kegiatan tiap-tiap

siklus dengan memberikan sejumlah soal tes subjektif/uraian kepada

siswa (subjek penelitian).

d. Angket.

Angket diberikan kepada siswa untuk refleksi setelah pembelajaran

dilaksanakan untuk mengetahui informasi tentang tanggapan siswa

terhadap penggunakan cara baru dalam mengajar.

3.4 Indikator Kinerja

Indikator kinerja yang ingin dicapai penulis adalah harapan terjadinya

peningkatan hasil tes formatif siswa dalam proses pembelajaran yang

ditunjukkan dengan adanya kenaikan nilai hasil belajar siswa di atas KKM

atau sama dengan KKM yaitu 60 dan target ketuntasan belajar 88%.

18

18

3.5 Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak tindakan pembelajaran dilaksanakan,

dikembangkan selama proses refleksi sampai dengan proses penyusunan

laporan. Ada dua jenis data yang dipakai oleh penulis yaitu data kuantitatif

dan data kualitatif. Data kualitatif dianalisis dengan diskriptif kualitatif.

Sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan diskriptif komparatif

(perbandingan).

19

19

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Awal

Sekolah Dasar Negeri Bancer 02 di kelas IV kecamatan Ngraho,

Kabupaten Bojonegoro sering menggunakan dengan model ceramah . Alasan

di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bancer 02 menggunakan model ceramah,

karena sudah menjadi kebiasaan selama bertahun-tahun termasuk

pembelajaran mata pelajaran matematika. Padahal berdasarkan pengamatan

model ceramah itu selain tidak efektif, juga mendatangkan kebosanan, apabila

model ceramah yang dilakukan guru tidak menarik. Akibat lebih lanjut sering

kali hasil belajar rendah, siswa kurang memperhatikan, motivasi kurang, dan

tidak berani bertanya. Sobel dan Maletsky dalam bukunya Mengajar

Matematika (2001:1-2) menyatakan ”banyak sekali guru matematika yang

menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas lalu,

memberi pelajaran baru, memberi tugas kepada siswa”. Pembelajaran seperti

di atas yang rutin dilakukan hampir tiap hari dapat dikategorikan sebagai 3 M,

yaitu membosankan, membahayakan dan merusak seluruh minat siswa dan

pada umumnya siswa berasal dari lingkungan pedesaan sehingga kurang

memiliki pengalaman.

4.2 Pelaksanaan Siklus

4.2.1 Perencanaan

1) Memberikan pre tes dan tes formatif

2) Merancang skenario pembelajaran sebanyak 6 x pertemuan

3) Membuat lembar observasi untuk mengamati kegiatan siswa dan guru

selama pembelajaran berlangsung.

4) Persiapan alat bantu pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan yang

akan disampaikan.

5) Menyiapkan lembar angket.

20

20

4.2.2 Tindakan Siklus I Pertemuan 1

Tindakan ini merupakan suatu rancangan pembelajaran melalui

tutor sebaya dengan upaya meningkatkan hasil belajar , sehingga tujuan

belajar dapat tercapai secara baik. Pada siklus ini memerlukan 1 kali

tatap muka / pertemuan.

Penerapan rancangan tindakan ini oleh guru terhadap siswa melalui

tutor sebaya. Tindakan ini dilaksanakan pada hari Kamis 3 September

2009. Langkah pertama guru memimpin doa, diteruskan mengisi daftar

hadir siswa. Untuk memberi semangat belajar guru memberikan

apersepsi. Apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan pada

pembelajaran pada materi yang lalu. Pembelajaran yang akan diajarkan

memang berbeda dari pembelajaran hari-hari sebelumnya.

Guru berdiri di depan kelas, menjelaskan jenis pembelajaran yang

baru yaitu pembelajaran melalui tutor sebaya. Guru menjelaskan kurang

lebih 5 menit. Setelah siswa memahami cara melakukan pembelajaran

yang baru, maka guru memberi empat soal yang harus dikerjakan

secara individual. Siswa boleh membuka buku pegangan yang dipakai

setiap hari. Pada pembelajaran ini guru tidak menjelaskan cara

mengerjakan. Guru juga tidak mendampingi siswa mengerjakan soal.

Bahkan guru tidak memberi bimbingan dan arahan kepada siswa. Siswa

dibiarkan mandiri dalam mengerjakan soal itu.

Dalam pembelajaran ini diamati oleh pengamat atau guru kolaborasi

dalam penelitian. Beliau mengamati dan mencatat hasil pengamatannya

ke dalam lembar pengamatan yang disediakan sebelumnya. Dalam

pembelajaran ini didokumentasikan dengan menggunakan laptop, baik

membuat vidio maupun mengambil gambar.

a. Observasi Siklus I Pertemuan 1

Pada pembelajaran siklus I suasana kelas sangat ramai. Beberapa

siswa berbicara dengan temannya. Ada yang suaranya keras , ada yang

berbisik-bisik. Berusaha menghindari perhatian guru, yang selalu

21

21

diawasi. Banyak siswa yang merasa kesulitan menjawab soal. Siswa

tetap berusaha mencarai jawaban. Ada yang menanyakan pada

temannya, ada siswa yang bertanya kepada guru. Guru tidak memberi

jawaban, sengaja siswa di biarkan untuk mengerjakan sendiri. Ada juga

siswa yang merasa pusing karena tidak dapat mengerjakan soal itu.

Tabel 2 Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1

NO BIDANG

PENGAMATAN JUMLAH PERSENTASE

1 Siswa yang aktif parti. dengan baik

14 64 %

2 Siswa mencatat hasil penjelasan 10 45 % 3 Siswa dapat mengemukakan

pert. 4 15 %

4 Siswa yang bermain-main 5 20 % 5 Siswa yang tuntas belajar 10 45 %

Pada tabel 2 di dalam proses pembelajaran siklus I, siswa belum

menunjukkan partisiptif aktif sesuai yang diharapkan, 14 siswa (64 %)

Pada siklus I masih banyak siswa yang ditemukan bermain pada saat

mengerjakan soal yaitu 5 siswa (20%). Siswa ramai karena merasa

kesulitan mengerjakan dan tidak ada tempat bertanya. Siswa harus

mengerjakan soal sendiri. Namun nampak siswa yang mengemukakan

pendapat/ bertanya 4 siswa (15%), terutama pada siswa yang

mempunyai kemampuan lebih di atas rata-rata kemampuan teman-

temannya. Siswa yang mencatat hasil diskusi 10 siswa (45%) . Siswa

yang mencatat ini termasuk siswa yang unggulan dalam pembelajaran

sehari-harinya. Dan mereka memang terlatih dan terbiasa mencatat hasil

penjelasan atau hasil diskusi. Siswa yang tuntas belajar 10 siswa (45%).

22

22

Tabel 3 Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1

NO BIDANG PENGAMATAN ADA TIDAK ADA 1 Perencanaan V 2 Apersepsi dan motivasi V 3 Penyampaian tujuan pembelajaran V 4 Penggunaan alat peraga V 5 Variasi metode pembelajaran V 6 Penugasan pada siswa V 7 Bimbingan individual V

Pada tabel 3 menunjukkan bahwa guru dalam pembelajaran telah

mempersiapkan perencanaan. Sebelum kegiatan inti guru mengadakan

apersepsi dan motivasi. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai

disampaikan dengan baik. Penggunaan alat peraga tidak ada. Variasi

dalam menggunakan metode dilaksanakan dengan baik. Penugasan

pada siswa sudah dilaksanakan. Bimbingan individual belum dilakukan.

Guru masih memperhatikan siswa secara keseluruhan. Perhatian

diarahkan pada penguasaan seluruh kelas. Dengan harapan kegiatan

belajar mengajar dapat berjalan lancar.

Tabel 4 (lampiran 3) menunjukkan bahwa jumlah nilai adalah 1. 225.

Rata-rata nilai tes formatif adalah 55,68. Skor tertinggi 70 dan terendah

40. Dengan demikian hasil tes terhadap siklus I pertemuan 1 bahwa

hasil belajar belum memenuhi indikator yang ditetapkan yaitu 60

Tabel 5

Analisis Nilai Tes Formatif Siklus I Pertemuan 1

NO INTERVAL FREKUENSI

1 41-50 11

2 51-60 6

3 61-70 5

4 71-80 0

5 81-90 0

6 91-100 0

Jumlah 22

23

23

Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa skor 41-50 ada 11 siswa. Skor

51-60 ada 6 siswa. Skor 61-70 ada 5 siswa. Skor 71-80, skor 81-90, dan

skor 91-100 ada 0 siswa. Jadi jumlah yang tuntas ada 10 siswa (45%)

dan yang belum tuntas ada 12 siswa (55%).

b. Refleksi Siklus I Pertemuan 1

Tabel 6

Angket Siklus I Pertemuan 1

NO PERNYATAAN JAWABAN

YA TIDAK

1 Pembelajaran yang telah berlangsung

bermakna

18 4

2 Pembelajaran yang telah berlangsung

bermanfaat

15 7

3 Pembelajaran yang telah berlangsung

menyenangkan

9 13

4 Pembelajaran yang telah berlangsung

menyulitkan

14 8

5 Pembelajaran yang telah berlangsung menarik 5 17

Berdasarkan tabel 6 di atas pada siklus I pertemuan 1 terdapat

beberapa kekurangan , yang nampak yaitu suasana pembelajaran masih

ramai, 14 siswa mengalami kesulitan mengerjakan tes formatif, 13

siswa menyatakan tidak senang, 15 siswa mnyatakan bermanfaat, 5

siswa menyatakan menarik dan hasil tes formatif banyak siswa yang

tidak tuntas. Kekurangan ini dipakai sebagai dasar untuk melakukan

tindakan alternatif pertemuan 2. Tindakan alternatif pertemuan 2 yaitu :

a. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok dan tiap kelompok 3 siswa.

b. Guru menunjuk 7 siswa sebagai tutor sebaya.

c. Guru memberi bimbingan dan arahan.

24

24

4.2.3 Tindakan Siklus I Pertemuan 2 Pembelajaran pada siklus 1 pertemuan kedua ini dilaksanakan

Kamis 10 September 2009. Pembelajaran diawali dengan berdoa dan

mengabsen. Berdoa dipimpin oleh guru dengan tertib. Apersepsi

dilakukan dengan memberikan pertanyaan pada materi siklus I

pertemuan 1. Jawaban diajukan secara klasikal kepada siswa.

Pertanyaan harus dijawab siswa secara lisan. Pertemuan 2 ini

membahas indikator ke-2 sesuai rencana yang ditetapkan. Guru

membagi kelompok yang beranggotakan 3 siswa. Anggota kelompok

selalu ada siswa yang pandai sebagai tutor. Tugas tutor adalah

membimbing teman sebaya dalam mengerjakan tugas kelompok yaitu

Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru membantu dengan memberikan

bimbingan dan arahan kepada kelompok. Dalam mengerjakan tugas

kelompok ada kesulitan dapat menanyakan kepada tutor untuk

menjelaskan kepada teman sebaya atau guru. Kurang lebih 10 menit

setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan

dilanjutkan tanggapan kepada kelompok lain. Tes formatif dilakukan

setelah semua kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Seluruh

proses pembelajaran dishooting dan diambil gambar dengan

menggunakan laptop.

a. Observasi Siklus I Pertemuan 2

Pembelajaran pada pertemuan ini ada beberapa kelompok yang

merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas LKS. Siswa yang menjadi

tutor belum dapat menjelaskan dengan baik. Cara berbicara masih ragu-

ragu. Dalam menjelaskan di hadapan teman belum lancar. Bahasa yang

digunakan belum dikuasai. Guru dengan penuh tenaga dan pikiran

memberi arahan dan bimbingan. Dengan harapan siswa dapat mengerti

dan mengerjakan soal dengan benar.

25

25

Tabel 7

Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2

NO BIDANG PENGAMATAN JUMLAH PERSENTASE 1 Siswa yang aktif part. dengan

baik 16 73 %

2 Siswa mencatat hasil diskusi 20 90 % 3 Siswa dapat mengem. Pend 4 15 % 4 Siswa yang bermain-main 4 15 % 5 Siswa yang tuntas belajar 11 50 %

Pada table 7 di dalam proses pembelajaran siklus I pertemuan 2,

siswa belum menunjukkan partisiptif aktif sesuai yang diharapkan ada

16 siswa (73%) .Masih banyak siswa yang ditemukan bermain pada

saat diskusi 4 siswa (15%). Namun nampak siswa yang mengemukakan

pendapat/ bertanya 4 siswa (15%). Siswa yang mencatat hasil diskusi

20 siswa (90%). Siswa yang tuntas belajar 11 siswa (50%).

Tabel 8 Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2

NO BIDANG PENGAMATAN ADA TIDAK ADA 1 Perencanaan V 2 Apersepsi dan motivasi V 3 Penyampaian tujuan pembel. V 4 Penggunaan alat peraga V 5 Variasi metode pembelajaran V 6 Penugasan pada siswa V 7 Bimbingan individual V

Pada tabel 8 di atas menunjukkan bahwa guru dalam pembelajaran

telah mempersiapkan perencanaan. Sebelum kegiatan inti guru

mengadakan apersepsi dan motivasi. Tujuan pembelajaran yang akan

dicapai disampaikan dengan baik. Penggunaan alat peraga tidak ada.

Variasi dalam menggunakan metode dilaksanakan dengan baik.

Penugasan pada siswa sudah dilaksanakan. Bimbingan individual sudah

dilakukan. Guru masih memperhatikan siswa secara keseluruhan.

Perhatian diarahkan pada penguasaan seluruh kelas. Dengan harapan

kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar.

26

26

Tabel 9 (lampiran 4) menunjukkan bahwa jumlah nilai adalah 1.

350. Rata-rata nilai tes formatif adalah 61,36. Skor tertinggi 90 dan

terendah 50. Dengan demikian hasil tes terhadap siklus I pertemuan 2

bahwa hasil belajar rata-rata sudah memenuhi indikator yang ditetapkan

yaitu 60.

Tabel 10

Analisis Nilai Tes Formatif Siklus I Pertemuan 2

NO INTERVAL FREKUENSI

1 41-50 8

2 51-60 5

3 61-70 6

4 71-80 2

5 81-90 1

6 91-100 0

Jumlah 22

Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa skor 41-50 ada 8 siswa. Skor

51-60 ada 5 siswa. Skor 61-70 ada 6 siswa. Skor 71-80 ada 2 siswa,

skor 81-90 ada 1 siswa, dan skor 91-100 ada 0 siswa. Jadi yang tuntas

ada 12 siswa (55%) dan belum tuntas ada 10 siswa (45%).

b. Refleksi Siklus I Pertemuan 2

Tabel 11

Angket Siklus I Pertemuan 2

NO PERNYATAAN JAWABAN

YA TIDAK

1 Pembelajaran yang telah berlangsung bermakna 20 2 2 Pembelajaran yang telah berlangsung bermanfaat 18 4 3 Pembelajaran yang telah berlangsung

menyenangkan 13 9

4 Pembelajaran yang telah berlangsung menyulitkan 7 15 5 Pembelajaran yang telah berlangsung menarik 18 4

27

27

Berdasarkan tabel 11 di atas ada 20 siswa menyatakan bermakna.

Sedangkan pada siklus 1 pertemuan 2 ini siswa masih ramai, tetapi 18

siswa menyatakan bermanfaat, tutor tidak dapat menjelaskan teman

dengan jelas, dalam menjelaskan suaranya tersendat-sendat sehingga ada

7 siswa menyatakan kesulitan , para tutor masih ragu – ragu dalam

menjelaskan sehingga ada 4 siswa menyatakan tidak tertarik. Sedangkan

guru dalam memberi bimbingan dan arahan belum maksimal. Masih ada

siswa yang belum tuntas. Guru melakukan tindakan alternatif pada

pembelajaran siklus I pertemuan 3.

Tindakan alternatif siklus I pertemuan 3 yaitu :

a. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok dan tiap kelompok 3 siswa.

b. Guru tidak mendampingi.

c. Guru menjelaskan soal yang belum dipahami.

4.2.4 Tindakan Siklus I Pertemuan 3

Pelaksanaan siklus I pertemuan 3 dilaksanakan pada hari Kamis 8

Oktober 2009. Berdoa dan mengabsen selalu dilakukan sebelum masuk

ke pembelajaran. Untuk memberikan semangat guru memberikan

apersepsi dengan mengajukan pertanyaan pada materi minggu yang lalu.

Guru membagi kelompok menjadi 7 kelompok. Setiap kelompok

beranggotakan 3 siswa. Guru menempatkan siswa yang dianggap pandai

untuk ditempatkan setiap kelompok sebagai tutor pada temannya. Pada

pembelajaran siklus ini guru tidak mendampingi setiap kelompok. Setiap

kelompok mengerjakan tugas kelompok pada LKS yang berisikan 5 soal

Bila kelompok menemui kesulitan dapat menanyakan teman yang pandai

atau teman sebaya. Setelah selesai mengerjakan tugas, maka setiap

kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Tanggapan dari kelompok

lain diberikan setelah kelompok tertentu selesai mempresentasikan. Tidak

lupa kurang lebih 25 menit siswa mengerjakan tes formatif. Pembelajaran

didokumentasikan baik vidio maupun foto dengan menggunakan laptop.

28

28

a. Observasi Siklus I Pertemuan 3

Pada pembelajaran siklus I pertemuan 3 siswa dalam mengerjakan

tugas kelompok sudah lancar. Siswa sebagai tutor sudah dapat

menjelaskan dengan baik. Dalam menggunakan bahasa sudah tepat,

suara jelas, dan sebagai siswa dapat mendengarkan dengan tertib.

Pembelajaran cukup tenang dan tertib.

Guru tetap melakukan perhatian kepada siswa. Dengan demikian

siswa dapat dikelola dengan baik. Guru berjalan memperhatikan ke

seluruh kelompok. Walaupun demikian guru tidak memberikan

bimbingan pada setiap kelompok. Dengan teman sebaya diharapkan

dapat saling memberi dan meneriama pendapat.

Tabel 12

Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 3

NO BIDANG PENGAMATAN

JUMLAH PERSENTASE

1 Siswa yang aktif partisipatif dengan baik

18 85 %

2 Siswa mencatat hasil diskusi 20 90 % 3 Siswa dapat mengemukakan

pendapat 8 36 %

4 Siswa yang bermain-main 2 9 % 5 Siswa yang tuntas belajar 19 87 %

Pada tabel 12 di atas dalam proses pembelajaran siklus I pertemuan

3, siswa sudah menunjukkan partisiptif aktif sesuai yang diharapkan,

18 siswa (85%) . Pada siklus ini masih ada siswa yang ditemukan

bermain pada saat diskusi 2 siswa (9%). Namun nampak siswa yang

mengemukakan pendapat/ bertanya 8 siswa (36%). Siswa yang

mencatat hasil diskusi 20 siswa (90%). Siswa yang tuntas belajar 19

siswa (87%).

29

29

Tabel 13 Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 3

NO BIDANG PENGAMATAN ADA TIDAK ADA 1 Perencanaan V 2 Apersepsi dan motivasi V 3 Penyampaian tujuan pembelajaran V 4 Penggunaan alat peraga V 5 Variasi metode pembelajaran V 6 Penugasan pada siswa V 7 Bimbingan individual V

Pada tabel 13 di atas menunjukkan bahwa guru dalam pembelajaran

telah mempersiapkan perencanaan. Sebelum kegiatan inti guru

mengadakan apersepsi dan motivasi. Tujuan pembelajaran yang akan

dicapai disampaikan dengan baik. Penggunaan alat peraga tidak ada.

Variasi dalam menggunakan metode dilaksanakan dengan baik.

Penugasan pada siswa sudah dilaksanakan. Bimbingan individual tidak

dilakukan. Guru masih memperhatikan siswa secara keseluruhan.

Perhatian diarahkan pada penguasaan seluruh kelas. Dengan harapan

kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar.

Tabel 14 (lampiran 5) menunjukkan bahwa jumlah nilai adalah 1.

500. Rata-rata nilai tes formatif adalah 68,1. Skor tertinggi 100 dan

terendah 50. Siswa yang belum tuntas 3 siswa. Dengan demikian hasil

tes terhadap siklus I pertemuan 3 bahwa rata-rata hasil belajar sudah

memenuhi indikator yang ditetapkan yaitu 60. Tetaoi masih ada beberapa

siswa yang belum tuntas.

Tabel 15 Analisis Nilai Tes Formatif Siklus I Pertemuan 3

NO INTERVAL FREKUENSI 1 41-50 2 2 51-60 7 3 61-70 6 4 71-80 4 5 81-90 2 6 91-100 1

Jumlah 22

30

30

Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa skor 41-50 ada 2 siswa. Skor

51-60 ada 7 siswa. Skor 61-70 ada 6 siswa. Skor 71-80 ada 4 siswa,

skor 81-90 ada 2 siswa, dan skor 91-100 ada 1 siswa. Jadi jumlah siswa

yang tuntas ada 15 siswa (69%) dan yang belum tuntas ada 7 siswa

(31%).

b. Refleksi Siklus I Pertemuan 3

Tabel 16

Angket Siklus I Pertemuan 3

NO PERNYATAAN JAWAB

YA TIDAK

1 Pembelajaran yang telah berlangsung bermakna 22 -

2 Pembelajaran yang telah berlangsung bermanfaat 22 -

3 Pembelajaran yang telah berlangsung

menyenangkan

20 2

4 Pembelajaran yang telah berlangsung menyulitkan 3 19

5 Pembelajaran yang telah berlangsung menarik 18 4

Berdasarkan tabel 16 pada pembelajaran siklus I pertemuan 3 siswa

dalam mengerjakan tugas kelompok sudah lancar sehingga semua

siswa menyatakan bahwa pembelajaran dengan tutor sebaya bermakna

dan bermanfaat sehingga. Siswa sebagai tutor sudah dapat

menjelaskan dengan baik. Dalam menggunakan bahasa sudah tepat,

suara jelas, dan sebagai siswa dapat mendengarkan dengan tertib

sehingga 20 siswa menyatakan senang, 18 tertarik, dan 19 siswa

menyatakan tidak sulit. Pembelajaran cukup tenang dan tertib. Tetapi

hasil tes ternyata masih ada siswa yang belum tuntas. Aternatif

tindakan siklus I pertemuan 4 antara lain, siswa mengerjakan tugas

secara individual tanpa didampingi tutor dan guru. Sedangkan guru

31

31

hanya mengawasi siswa dalam mengerjakan tugas. Target

menuntaskan siswa 90 %.

4.2.5 Tindakan Siklus I Pertemuan 4

Pembelajaran pada siklus I pertemuan 4 ini dilaksanakan pada hari

Kamis 15 Oktober 2009. Apersepsi dengan mengajukan pertanyaan lisan

dan harus dijawab secara lisan. Pada pertemuan ini melakukan

pembelajaran pada indikator ke-4. Masing-masing siswa diberi 5 soal,

yang harus dijawab secara individual pula. Guru melepas siswa dalam

mengerjakannya. Artinya guru tidak memberi bimbingan dan arahan

siswa, demikian juga tutor tidak membantu. Proses pembelajaran

dishooting dan diambil gambar dengan menggunakan laptop.

a. Observasi Siklus I Pertemuan 4

Pembelajaran siklus I pertemuan 4 siswa cukup tertib. Siswa dapat

mengerjakan dengan tenang. Siswa sudah ada kepercayaan diri untuk

mengerjakan soal yang harus dikerjakan secara individual. Tidak ada

lagi siswa yang ramai, berbicara sendiri, berbisik-bisik, dan bertanya

kepada teman.

Tabel 17 Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 4

NO BIDANGPENGAMATAN JUMLAH PERSENTASE 1 Siswa yang aktif partisipatif

dengan baik 19 85 %

2 Siswa mencatat hasil penjelasan

22 100 %

3 Siswa dapat mengemukakan pertanyaan

10 5 %

4 Siswa yang bermain-main 0 0 % 5 Siswa yang tuntas belajar 21 95 %

Di dalam proses pembelajaran siklus I pertemuan 4, siswa

menunjukkan partisiptif aktif adalah 19 siswa (85%). Pada siklus ini

tidak ada siswa bermain pada saat mengerjakan soal. Namun nampak

32

32

siswa yang mengemukakan pendapat/ bertanya 10 siswa (5 %). Semua

siswa yang mencatat hasil penjelasan. Siswa yang tuntas belajar 21

siswa (95%).

Tabel 18 Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 4

NO BIDANG PENGAMATAN ADA TIDAK ADA 1 Perencanaan V 2 Apersepsi dan motivasi V 3 Penyampaian tujuan pembelajaran V 4 Penggunaan alat peraga V 5 Variasi metode pembelajaran V 6 Penugasan pada siswa V 7 Bimbingan individual V

Pada tabel 18 menunjukkan bahwa guru dalam pembelajaran telah

mempersiapkan perencanaan. Sebelum kegiatan inti guru mengadakan

apersepsi dan motivasi. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai

disampaikan dengan baik. Penggunaan alat peraga tidak ada. Variasi

dalam menggunakan metode dilaksanakan dengan baik. Penugasan

pada siswa sudah dilaksanakan. Bimbingan individual tidak dilakukan.

Guru masih memperhatikan siswa secara keseluruhan. Perhatian

diarahkan pada penguasaan seluruh kelas. Dengan harapan kegiatan

belajar mengajar dapat berjalan lancar.

Tabel 19 (lampiran 6) menunjukkan bahwa jumlah nilai adalah 1.

635. Rata-rata nilai tes formatif adalah 74,3. Skor tertinggi 100 dan

terendah 55. Dengan demikian hasil tes terhadap siklus I pertemuan 4

bahwa hasil belajar telah memenuhi indikator yang ditetapkan yaitu 60

tetapi masih ada beberapa siswa yang belum tuntas.

33

33

Tabel 20

Analisis Nilai Tes Formatif Siklus I Pertemuan 4

NO INTERVAL FREKUENSI

1 41-50 0

2 51-60 5

3 61-70 8

4 71-80 4

5 81-90 3

6 91-100 2

Jumlah 22

Tabel 20 di atas menunjukkan bahwa skor 41-50 ada 0 siswa. Skor

51-60 ada 5 siswa. Skor 61-70 ada 8 siswa. Skor 71-80 ada 4 siswa,

skor 81-90 ada 3 siswa, dan skor 91-100 ada 2 siswa. Jadi jumlah yang

tuntas ada 18 siswa (82%) dan yang belum tuntas ada 4 siswa (18%).

b. Refleksi Siklus I Pertemuan 4

Tabel 21

Angket Siklus I Pertemuan 4

NO PERNYATAAN SKOR

YA TIDAK

1 Pembelajaran yang telah berlangsung bermakna 22 -

2 Pembelajaran yang telah berlangsung

bermanfaat

22 -

3 Pembelajaran yang telah berlangsung

menyenangkan

21 1

4 Pembelajaran yang telah berlangsung

menyulitkan

3 19

5 Pembelajaran yang telah berlangsung menarik 21 1

34

34

Berdasarkan tabel 21 di atas bahwa semua siswa menyatakan

belajar lebih bermakna dan bermanfaat dan 21 siswa hatinya merasa

senang, kesulitan mengerjakan berkurang yaitu 2 siswa, dan siswa 21

menyatakan bahwa pembelajaran menarik. Walaupun nilai rata-rata

kelas meningkat tapi masih ada beberapa siswa yang belum tuntas.

Maka perlu mengambil tindakan alternatif untuk siklus II pertemuan 1.

Alternatif tindakan siklus II pertemuan 1 yaitu siswa berkelompok

beranggotakan 3 siswa, menggunakan tutor sebaya tanpa didampingi

guru, dengan menaikan target ketuntasan 90% sesuai KKM.

4.3 Pelaksanaan Siklus II

4.3.1 Tindakan Siklus II Pertemuan I

Pelaksanaan siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Kamis 22

Oktober 2009. Berdoa dan mengabsen selalu dilakukan sebelum masuk

ke pembelajaran. Pembelajaran pada siklus ini melaksanakan indikator ke-

5. Untuk memberikan semangat guru memberikan apersepsi dengan

mengajukan pertanyaan pada materi minggu yang lalu. Guru membagi

kelompok menjadi 7 kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 3 siswa.

Guru menempatkan siswa yang dianggap pandai untuk ditempatkan setiap

kelompok sebagai tutor pada temannya. Pada pembelajaran siklus ini guru

tidak mendampingi setiap kelompok. Setiap kelompok mengerjakan tugas

kelompok pada LKS yang berisikan 5 soal. Bila kelompok menemui

kesulitan dapat menanyakan kepada teman yang pandai atau tutor sebaya.

Setelah selesai mengerjakan tugas, maka setiap kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya. Tanggapan dari kelompok lain

diberikan setelah kelompok tertentu selesai mempresentasikan. Tidak lupa

kurang lebih 25 menit siswa mengerjakan tes formatif. Pembelajaran

didokumentasikan baik vidio maupun foto dengan menggunakan laptop.

35

35

a. Observasi Siklus II Petemuan 1

Pada pembelajaran siklus II pertemuan 1, siswa sudah dapat

melaksanakan tugas kelompok dengan lancar. Para tutor lancar

menjelaskan pada teman kelompok. Kerja sama antara tutor dan anggota

kelompok sudah ada peningkatan yang baik. Kesulitan pada kelompok

dapat di atasi dengan bantuan tutor. Sehingga ada peningkatan pada

kegiatan pembelajaran yang baik. Semua kelompok sudah dapat

memainkan perannya dengan benar. Baik antara tutor dan anggota

kelompok telah terjalin komunikasi yang seimbang. Tukar pendapat

diantara mereka berjalan sesuai dengan kemampuan dan kekurangannya

masing-masing.

Tabel 22 Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1

NO BIDANGPENGAMATAN JUMLAH PERSENTASE 1 Siswa yang aktif partisipatif

dengan baik 19 85 %

2 Siswa mencatat hasil penjelasan 22 100 % 3 Siswa dapat mengemukakan

pertanyaan 10 5 %

4 Siswa yang bermain-main 0 0 % 5 Siswa yang tuntas belajar 21 95 %

Pada tabel 22 di atas proses pembelajaran siklus II pertemuan 1, siswa

menunjukkan partisiptif aktif adalah 19 siswa (85%) . Pada siklus ini

siswa bermain pada saat mengerjakan 0 siswa (0%). Namun nampak siswa

yang mengemukakan pendapat/ bertanya 10 siswa (5%). Siswa yang

mencatat hasil penjelasan 22 (100%). siswa. Siswa yang tuntas belajar 21

siswa (95%).

36

36

Tabel 23 Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1

NO BIDANG PENGAMATAN ADA TIDAK ADA 1 Perencanaan V 2 Apersepsi dan motivasi V 3 Penyampaian tujuan pembelajaran V 4 Penggunaan alat peraga V 5 Variasi metode pembelajaran V 6 Penugasan pada siswa V 7 Bimbingan individual V

Pada tabel 23 di atas menunjukkan bahwa guru dalam pembelajaran

telah mempersiapkan perencanaan. Sebelum kegiatan inti guru

mengadakan apersepsi dan motivasi. Tujuan pembelajaran yang akan

dicapai disampaikan dengan baik. Penggunaan alat peraga tidak ada.

Variasi dalam menggunakan metode dilaksanakan dengan baik. Penugasan

pada siswa sudah dilaksanakan sesuai rencana yang ditentukan. Bimbingan

individual tidak dilakukan, karena sesuai rencana tindakan tanpa

didampingi guru. Guru masih memperhatikan siswa secara keseluruhan.

Perhatian diarahkan pada penguasaan seluruh kelas. Dengan harapan

kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar.

Tabel 24 (lampiran 7) menunjukkan bahwa jumlah nilai adalah 1.

690. Rata-rata nilai tes formatif adalah 77,72. Skor tertinggi 100 dan

terendah 55. Dengan demikian hasil tes terhadap siklus II pertemuan 1

bahwa rata-rata hasil belajar ada peningkatan 5, 68.

Tabel 25 Analisis Nilai Tes Formatif Siklus II Pertemuan 1

NO INTERVAL FREKUENSI 1 41-50 1 2 51-60 3 3 61-70 7 4 71-80 7 5 81-90 2 6 91-100 3

Jumlah 22

37

37

Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa skor 41-50 ada 1 siswa. Skor

51-60 ada 3 siswa. Skor 61-70 ada 7 siswa. Skor 71-80 ada 7 siswa,

skor 81-90 ada 2 siswa, dan skor 91-100 ada 3 siswa. Jadi jumlah yang

tuntas ada 19 siswa (86%) dan yang belum tuntas ada 3 siswa (14%).

c. Refleksi Siklus II Pertemuan 1

Tabel 26

Angket Siklus II Pertemuan 1

NO PERNYATAAN JAWABAN

YA TIDAK

1 Pembelajaran yang telah berlangsung bermakna 22 -

2 Pembelajaran yang telah berlangsung bermanfaat 22 -

3 Pembelajaran yang telah berlangsung

menyenangkan

21 1

4 Pembelajaran yang telah berlangsung menyulitkan 2 20

5 Pembelajaran yang telah berlangsung menarik 21 1

Pada tabel 26 menunjukkan bahwa pembelajaran dengan tutor sebaya

sebagian besar menyatakan bermakna, bermanfaat, menyenangkan, menarik,

dan tidak menyulitkan. Dari hasil tes formatif ternyata telah mencapai 86%

prosentase ketuntasan. Dengan demikian masih perlu alternatif tindakan

untuk pertemuan 2. Dengan target kentuntasan 88%. Siswa mengerjakan

soal secara individual.

4.3.2 Tindakan Siklus II Pertemuan 2

Pembelajaran pada siklus II pertemuan 2 ini dilaksanakan pada hari

Kamis 29 Oktober 2009. Apersepsi dengan mengajukan pertanyaan lisan

dan harus dijawab secara lisan. Pada pertemuan ini melakukan

pembelajaran pada indikator ke-6. Masing-masing siswa diberi 5 soal,

yang harus dijawab secara individual pula. Guru melepas siswa dalam

38

38

mengerjakannya. Artinya guru tidak memberi bimbingan dan arahan

siswa. Proses pembelajaran dishooting dan diambil gambar dengan

menggunakan laptop.

a. Observasi Siklus II Pertemuan 2

Pada pembelajaran siklus II pertemuan 2, siswa sudah dapat

melaksanakan tugas individual dengan tertib. Siswa mengerjakan sesuai

dengan kemampuannya sendiri. Sehingga ada peningkatan pada kegiatan

pembelajaran yang baik. Ada beberapa siswa yang belum aktif karena ada

kesulitan pada nomor soal tertentu. Guru mengawasi siswa dalam

mengerjakan. Dan selalu mengawasi siswa yang ingin mengerjakan

dengan kerja sama. Guru selalu mencegah siswa yang ingin bertanya

dengan temannya. Dengan demikian guru dapat membandingkan hasil

pengamatan dengan alternaif tindakan berkelompok.

Tabel 27 Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2

NO BIDANGPENGAMATAN JUMLAH PERSENTASE 1 Siswa yang aktif partisipatif

dengan baik 22 100 %

2 Siswa mencatat hasil penjelasan

22 100 %

3 Siswa dapat mengemukakan pertanyaan

20 90 %

4 Siswa yang bermain-main 0 0 % 5 Siswa yang tuntas belajar 21 95 %

Di dalam proses pembelajaran siklus II pertemuan 1, siswa menunjukkan

partisiptif aktif adalah 22 siswa (100%) . Pada siklus ini siswa yang

bermain pada saat mengerjakan 0 siswa (0 %). Tampak siswa yang mampu

mengemukakan pertanyaan 20 siswa (90%). Siswa yang mencatat hasil

penjelasan 22 siswa atau 100 %. Siswa yang tuntas belajar 21 siswa

(90%).

39

39

Tabel 28 Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2

NO

BIDANG PENGAMATAN ADA TIDAK ADA

1 Perencanaan V 2 Apersepsi dan motivasi V 3 Penyampaian tujuan

pembelajaran V

4 Penggunaan alat peraga V 5 Variasi metode pembelajaran V 6 Penugasan pada siswa V 7 Bimbingan individual V

Pada tabel 28 di atas menunjukkan bahwa guru dalam pembelajaran

telah mempersiapkan perencanaan. Sebelum kegiatan inti guru

mengadakan apersepsi dan motivasi. Tujuan pembelajaran yang akan

dicapai disampaikan dengan baik. Penggunaan alat peraga tidak ada.

Variasi dalam menggunakan metode dilaksanakan dengan baik. Penugasan

pada siswa sudah dilaksanakan sesuai rencana yang ditentukan. Bimbingan

individual belum dilakukan, karena sesuai rencana tindakan tanpa

didampingi guru. Guru masih memperhatikan siswa secara keseluruhan.

Perhatian diarahkan pada penguasaan seluruh kelas. Dengan harapan

kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar.

Tabel 29 (lampiran 8) menunjukkan bahwa jumlah nilai adalah 1.

860. Rata-rata nilai tes formatif adalah 85,45. Skor tertinggi 100 dan

terendah 60.Dengan demikian hasil tes terhadap siklus II pertemuan 2

bahwa rata-rata hasil belajar ada peningkatan 7,73.

Tabel 30 Analisis Nilai Tes Formatif Siklus II Pertemuan 2

NO INTERVAL FREKUENSI 1 41-50 0 2 51-60 3 3 61-70 2 4 71-80 7 5 81-90 5 6 91-100 5

Jumlah 22

40

40

Tabel 30 di atas menunjukkan bahwa skor 41-50 ada 0 siswa. Skor

51-60 ada 3 siswa. Skor 61-70 ada 2 siswa. Skor 71-80 ada 7 siswa,

skor 81-90 ada 5 siswa, dan skor 91-100 ada 5 siswa. Jadi jumlah yang

tuntas ada 20 siswa (91%) dan yang belum tuntas ada 2 siswa (9%).

b. Refleksi Siklus II Pertemua 2

Tabel 31

Angket Siklus II Pertemuan 2

NO PERNYATAAN JAWABAN

YA TIDAK

1 Pembelajaran yang telah berlangsung bermakna 22 -

2 Pembelajaran yang telah berlangsung bermanfaat 22 -

3 Pembelajaran yang telah berlangsung

menyenangkan

21 1

4 Pembelajaran yang telah berlangsung menyulitkan 2 20

5 Pembelajaran yang telah berlangsung menarik 21 1

Pada tabel 31 di atas pembelajaran siklus II pertemuan 2 berjalan

dengan baik. Semua siswa menyatakan bermakna dan bermanfaat. Hanya

ada 1 siswa menyatakan tidak senang. Siswa yang masih kesulitan ada 2.

Namun hasil tes formatif telah melampaui target ketuntasan yaitu 91% dari

target semula yaitu 88%.

4.4 Pembahasan Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menggunakan Tutor

Sebaya

Pada proses pembelajaran diadakan pengamatan tentang aktivitas siswa.

Pengamatan diadakan guru kolaborasi secara keseluruhan siswa. Pengamatan

dilakukan pada aktivitas individual maupun secara kelompok siswa dalam

pembelajaran dengan menggunakan tutor sebaya.

41

41

Pembelajaran melalui tutor sebaya yang dilaksanakan dengan dua siklus,

ada peningkatan yang baik. Untuk siklus I pertemuan 1 siswa masih banyak

yang ramai. Pada pembelajaran siklus I pertemuan 2 belum berjalan lancar.

Terutama kepada siswa yang ditunjuk sebagai tutor. Sebagai tutor ternyata

belum mampu menjelaskan dan berbicara dengan lancar. Siswa belum pernah

menerima pembelajaran melalui tutor sebaya. Suasana pembelajaran ramai

dan ada yang mentertawakan tutor. Para tutor tidak lancar dalam berbicara di

depan teman sebaya. Pada siklus I pertemuan 3 tutor sudah paham tugasnya

sehingga hasil tes meningkat tapi masih siswa yang belum tuntas. Pada siklus

I pertemuan 4 ketuntasan hasil belajar meningkat tapi belum mencapai target

yang diharapkan. Untuk meningkatakan hasil belajar sesuai target ketuntasan

yang di inginkan maka guru mengambil alterntif tindakan pada siklus II.

Proses pembelajaran pada siklus II pertemuan 1 berjalan lancar, suasana

tertib, dan hasil tes formatif telah memenuhi KKM tapi ketuntasan belum

memenuhi target. Pada siklus II pertemuan 2 hasil tes formatif jauh lebih

meningkat sehingga target ketuntasan tercapai 91% bahkan melebihi taget

ketuntasan yang diharapkan yaitu 88%.

Hal positif lain yang dapat didapatkan dari pembelajaran melalui tutor

sebaya adalah peningkatan partisipatif siswa dalam mengikuti pembelajaran. .

Artinya pada pembelajaran melalui tutor sebaya perilaku siswa dalam

pembelajaran lebih baik bila dibandingkan dengan pembelajaran biasa.

Misalnya, pada pembelajaran tutor sebaya ini siswa mulai berani

mengemukakn pendapat, ada semangat yang tinggi, rasa keingintahuan

bertambah, dan siswa tidak merasa bosan selama mengikuti pembelajran.

Peningkatan siswa dalam mencatat hasil dan keberanian siswa dalam

berargumentasi, rasa percaya diri dan rasa kepuasan yang diperoleh setelah

selesai belajar. Siswa merasa bermanfaat dan bermakna terhadap apa yang

baru dilakukan, sehingga merasa bertahan dalam belajar.

Aktivitas siswa dari sebelum tindakan penggunaan tutor sebaya yang pasif

82% dan aktif 18% tapi sesudah tindakan penggunaan tutor sebaya yang pasif

42

42

menurun menjadi 18% dan yang aktif meningkat menjadi 82%. Hal ini dapat

dilihat pada tabel 32.

Tabel 32

Perbandingan prosentase aktivitas siswa sebelum dan sesudah

tindakan kelas

Aktivitas siswa Prosentase

Pasif Aktif

Sebelum tindakan 82% 18%

Sesudah tindakan 18% 82%

Pembelajaran dengan tutor sebaya pada siklus I sampai siklus II ternyata

terdapat peningkatan yang cukup baik. Hasil ketuntasan belajar siklus I selalu

meningkat pada setiap pertemuan yaitu pertemuan 1 tuntas 45% dan belum

tuntas 55%, pertemuan 2 tuntas 55% dan belum tuntas 45%, pertemuan 3

tuntas 69% dan belum tuntas 31%, pertemuan 4 tuntas 82% dan belum tuntas

18%. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.

Tabel 33 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

Siklus I Tuntas Belum Tuntas Pertemuan 1 45% 55% Pertemuan 2 55% 45% Pertemuan 3 69% 31% Pertemuan 4 82% 18%

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

0%20%40%60%80%

100%

Pertemuan 1

Pertemuan 2

Pertemuan 3

Pertemuan 4

Siklus 1

Pros

entas

e

TuntasBelum Tuntas

43

43

Hasil kentuntasan belajar pada siklus II juga selalu meningkat dalam setiap

pertemuan yaitu pertemuan 1 tuntas 86% dan belum tuntas 14% sedangkan

pada pertemuan 2 ketuntusan sudah melebihi target yaitu 91% dan belum

tuntas 9%. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.

Tabel 34

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

Siklus I Tuntas Belum Tuntas

Pertemuan 1 86% 14%

Pertemuan 2 91% 9%

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

0%20%40%60%80%

100%

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Siklus II

Pro

se

nta

se

TuntasBelum Tuntas

Perbandingan ketuntasan hasil belajar dari kondisi awal tuntas 31% dan

belum tuntas 69%, pada siklus I yang tuntas meningkat 51% menjadi 82%

sedangkan yang belum tuntas 18% dan pada siklus II yang tuntas meningkat

6% menjadi 91%. Prosentase ini sudah melebihi target kentutasan hasil belajar

44

44

yang ditentukan yaitu 88%. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan grafik di

bawah ini.

Tabel 35

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar

Keterangan Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Tuntas 31% 82% 91%

Belum Tuntas 69% 18% 9%

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar

0%20%

40%60%

80%100%

KondisiAwal

Siklus I Siklus II

Pro

sen

tase

TuntasBelum Tuntas

45

45

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa penggunaan tutor sebaya dapat meningkatkan hasil

belajar siswa dengan KKM 60 yang ditunjukkan dengan peningkatan

prosentase ketuntasan hasil belajar mulai kondisi awal 31% meningkat pada

siklus I menjadi 82% dan pada siklus II meningkat menjadi 91%. Prosentase

pada siklus II ini telah melebihi target ketuntasan yang ditentukan semula

yaitu 88%. Dan dari hasil angket yang diberikan kepada siswa penggunakan

tutor sebaya juga dapat membangkitkan motivasi, meningkatkan kreatifitas

dan keaktifan siswa, serta kemandirina siswa.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, beberapa saran diberikan

pada pihak-pihak terkait yaitu guru kelas, siswa, sekolah dan peneliti

selanjutnya :

1. Bagi guru, dapat meningkatkan cara pembelajaran dengan variasi metode

pembelajaran yang lain.

2. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajarnya dan keterlibatan siswa

dalam semua mata pelajaran.

3. Bagi sekolah, selalu mendukung cara pembelajaran baru dengan

menyediakan sarana dan prasarana di sekolah.

4. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

perbandingan dalam pembuatan PTK yang lain.

46

46

Daftar Pustaka

Dejnozken Edward L dan Daven E. Kopel.2000.American Education Encyclopedy New York.Harper dan Raw, publicer Direkdiknas.1994.(GBPP)Garis Besar Program Pembelajaran.Jakart:Depdiknas Muntasir.1985.Tutor Sebaya.(diunduh:http://pakdesoja.blog2.plasa.com/archives) Mukti Bayu.2009.Tutor Sebaya.(diunduh:http://www.bayumukti.com/23062009) Purwanto.1989.Hakikat Belajar.(diunduh:http://smpnbilahhula.wordpress.com) Putranti Nurita.2007.Tutor Sebaya.(diunduh:http://nuritaputranti.wordpress.com) Sardiman.2006.Hasil Belajar.(diunduh:http://www.SOE/CL.Network/What is

CL) Slameto.2003.Teori Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi..Salatiga:PT Rineka Cipta Sobel dan Maletsky.2001.Mengajar Matematika.Victoria:Deaken University Soemardjono.2003.Belajar Matematika.(diunduh:http://www.pwcs.edu/stad.html) Suherman.2006.Kajian Matematika SD.Konsosorium Program PJJ S1 PGSD Sutrisno Leo.2008.Hasil Belajar.(diunduh:http://smpnbilahhulu.wordpress.com) Suyono.2008.Bentuk tes dan tingkah laku belajar.(diunduh:http://suyono8.com) Tuhusya Sawali.2007.Diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya.

(diunduh:http://sawali.info/2007/12/29)

Winarni Endang.2009.Peningkatan Hasil Belajar Melalui Tutor Sebaya Kelas IV Mata Pelajaran Bahasa Inggris.Semarang