bab 1-3

Upload: frans-nainggolan

Post on 09-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    1/59

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    2/59

    BAB I

    PENDAHULUAN

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    3/59

    1.1. MATERIAL BETON BERTULANG

    Beton bertulang merupakan material gabungan antara

    bahan beton dan baja.

    Kelebihan material material ini yaitu :

    1. Lebih murah

    2. Mudah dibentuk

    3. Ketahanan terhadap api yang tinggi

    4. Biaya perawatan yang rendah

    5. Material pembentuknya mudah diperoleh

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    4/59

    Kekurangan material beton ini yaitu :

    1. Kekuatan tariknya rendah

    2. Membutuhkan bekisting dan penumpu sementara

    selama konstruksi

    3. Rasio kekuatan terhadap berat yang rendah

    4. Stabilitas volumenya relatif rendah

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    5/59

    1.2. PRINSIP DASAR BETON BERTULANG

    Beton merupakan material yang kuat dalam menahan

    tekan, namun lemah dalam menahan tarik. Oleh karena itu,beton dapat mengalami retak jika beban yang dipikulnya

    menimbulkan tegangan tarik yang melebihi kuat tariknya.

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    6/59

    Gambar 1-1 Distribusi Tegangan Pada Penampang Sebelum Retak

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    7/59

    Gambar 1-2 Distibusi Tegangan Pada Penampang Retak

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    8/59

    Jadi, dapat dikatakan disini bahwa untuk mengatasi

    kelemahan beton dalam menahan tarik maka ditambahkan

    tulangan baja pada bagian penampang beton yang berpotensi

    mengalami tarik pada saat menahan beban.

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    9/59

    1.3. KONSEP PERENCANAAN

    Stuktur yang didesain pada dasa

    rnya harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

    1. Kesesuaian dengan lingkungan sekitar

    2. Ekonomis

    3. Kuat dalam menahan beban yang direncanakan

    4. Memenuhi persyaratan kemampuan layanan

    5. Mudah perawatannya (memiliki durabilitas yang tinggi)

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    10/59

    Gambar 1-3 Langkah-langkah perencanaan

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    11/59

    Ada dua metoda dasar dalam merencanakan elemen struktur

    beton bertulang yaitu:

    Metode Tegangan Kerja

    Unsur struktur direncanakan terhadap beban kerja

    sedemikian rupa sehingga tegangan yang terjadi lebih kecil

    daripada tegangan yang diizinkan, yaitu:

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    12/59

    Metoda Kekuatan Ultimit

    Dengan metoda ini, unsur sruktur direncanakan

    terhadap beban terfaktor sedemikian rupa sehingga

    unsur tersebut mempunyai kuat rencana yangdiinginkan, yaitu:

    un

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    13/59

    1.4.1. BEBAN TERFAKTOR DAN KUAT PERLU

    SNI 03-24847-2002 pasal 11.2 menguraikan tentang faktor-faktor

    beban dan kombinasi-kombinasi beban terfaktor untuk

    perhitungan pengaruh-pengaruh beban. Kombinasi-kombinasi

    beban terfaktor tersebut adalah:

    Kombinasi beban mati dan beban hidup:

    U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)

    Jika pengaruh angin ikut diperhitungkan:

    U = 1.2D + 1,0L 1,6 W + 0,5 (A atau R)

    Atau U = 0.9D 1,6W Diambil pengaruh yang terbesarR A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    14/59

    Jika pengaruh gempa harus diperhitungkan :

    U = 1,2 D + LR E atau

    U = 0,9 D E

    Dimana :

    D = Beban mati

    L = Beban hidup

    A = Beban hidup atap

    R = Beban Hujan

    W = Beban angin

    E = Beban gempaR A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    15/59

    1.4.2. KUAT RENCANA

    Kuat rencana suatu komponen struktur (Rn) didapat denganmengalikan kuat nominal Rn dengan faktor reduksi kekuatan .Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 11.3 nilai faktor reduksi

    kekuatan adalah sebagai berikut:

    1. Lentur tanpa beban aksial . 0,80

    2. Beban aksial dan beban aksial tarik dengan lentur

    a. Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur .. 0,80

    b. Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur :i. Komponen dengan tulangan spiral atau senngkang ikat .. 0,70

    ii. Komponen dengan tulangan sengkang biasa .. 0,65

    3. Geser dan torsi ... 0,75

    4. Tumpuan pada beton . 0,65R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    16/59

    BAB II

    MATERIAL BETON

    BERTULANG

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    17/59

    2.1 BETON

    Beton merupakan material komposit yang terbuat dari /terdiri dari atas kumpulan agregat (halus dan kasar) yangsaling terikat secara kimiawi oleh produk hidrasi semenportland.

    2.1.1 Sifat Mekanik Beton

    Bahan dasar beton, yaitu pasta semen dan aggregat,merupakan bahan mempunyai sifat tegangan-regangan yanglinear dan getas dalam menahan gaya tekan.

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    18/59

    Walaupun beton terbuat dari bahan yang bersifat

    linear elastik, namun kenyataannya hubungan tegangan-regangannya bersifat non-linear (Gambar 2-2).

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    19/59

    Perilaku beton pada saat dikenakan beban uniaksial

    tekan dapat digambarkan sebagai berikut (gambar 2-3)

    1. Pada saat beban tekan mencapai 30-40% fc,perilakutegangan regangan beton pada dasarnya masih linear.

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    20/59

    2. Pada saat beban tekan melebihi 30-40% fc, retak-retak lekatan mulai terbentuk. Pada saat ini, mulaiterjadi deviasi pada hubungan tegangan-regangan

    dari kondisi linear.

    3. Pada saat tegangan mencapai 75-90% kekuatan batas,retak-retak lekatan tersebut merambat ke mortar

    sehingga terbentuk pola retak yang kontinu. Pada

    kondisi ini, hubungan tegangan-regangan beton

    semakin menyimpang dari kondisi linear.

    Hubungan tegangan - regangan beton tersebut dapat

    digambarkan melalui persamaan Hognestad, yaitu:

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    21/59

    Dimana:

    c = Regangan tekan beton

    c = Regangan tekan beton pada teganganfc

    c = Tegangan tekan beton

    Fc = Kuat tekan uniaksial beton

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    22/59

    Pengujian tarik langsung (Gambar 2-5a)

    Pengujian tarik tidak langsung:

    Uji Lentur (Gambar 2-5b)

    Uji Belah (Gambar 2-5c)

    Uji doublepunch(Gambar 2-5d)

    Gambar 2-5 Metode-metode Pengujian Tarik BetonR A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    23/59

    Dalam SNI beton, hubungan kuat tarik langsung fcr,terhadap kuat tekan beton, fcadalah sebagai berikut :

    fcr = 0,33fc(lihat butir 13.4.2.2 SNI 03-2847-02)

    Sedangkan hubungan modulus keruntuhan lentur, fr,

    terhadap kuat tekan beton, ada 2 jenis yaitu :

    Untuk perhitungan defleksi

    fr = 0,7fc (Mpa)

    Untuk perhitungan kuat geser balok prategang

    fr = 0,5fc (Mpa)R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    24/59

    Modulus Elastis Beton

    Berdasarkan SNI Beton butir 10.5, modulus elastisitas

    beton dapat ditentukan berdasarkan :

    Ec = (Wc)1,5*0,043fc (Mpa)

    Dimana Wc = 1500 2500 kg/m3 (berat satuan betonberat normal)

    Untuk beton normal, modulus elastisitas boleh diambil

    sebagai berikut :

    Ec = 4700fc (Mpa)R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    25/59

    2.2 SUSUT, RANGKAK, DAN PENGARUH

    TEMPERATUR

    Susut

    Susut adalah pemendekan beton selama proses

    pengerasan dan pengeringan pada temperatur konstan.

    Besar susut meningkat seiring dengan bertambahnya

    waktu.

    Susut dipengaruhi oleh :

    Rasio Volume terhadap luas permukaan beton

    Ada tidaknya tulangan pada beton

    Komposisi beton Humiditas lingkungan, dll

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    26/59

    Rangkak

    Koefisien rangkak didefinisikan sebagai nilai rasioregangan rangkak terhadap regangan elastik, yaitu :

    =

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    27/59

    Pengaruh Temperatur

    Koefisien pemuaian beton c dipengaruhi oleh

    komposisi beton, kandungan moisture dan umur beton.

    Nilai beton sangat dipengaruhi oleh jenis aggregat yang

    digunakan dalam campuran dan nilainya berkisar antara

    6x10-6/oC (batu kapur) sampai 13x10-6/oC (batu kuarsa).

    Jika jenis aggregat tidak diketahui, nilai c dapat diambil

    sebesar 10x10-6/oC. Regangan akibat perubahan suhu

    dihitung sebagai berikut :

    cT = cTR A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    28/59

    Regangan Total pada Beton

    Regangan total pada saat t pada beton yang dibebani

    secara uniaksial dengan beban konstan c (t0) pada t0

    adalah:

    c(t)= cf (t0) + cR(t) + cs (t) + cT(t)

    cf (t0) = Pengaruh tegangan

    cR(t) = Pengaruh rangkak

    cs (t) = Pengaruh susut

    cT(t) = Pengaruh suhuR A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    29/59

    2.3 TULANGAN BAJA

    Ada dua jenis tulangan baja yang terdapat

    dipasaran, yaitu tulangan polos (BJTP) dan tulangan

    ulir/sirip (BJTS). Tulangan polos biasanya mempunyai

    tegangan leleh minimum sebesar 240 Mpa sedangkantulangan ulir umumnya mempunyai tegangan leleh

    minimum sebesar 400 Mpa.

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    30/59

    Tabel 2-1 Tulangan Ulir dan Ukurannya

    Tulangan polos yang umum terdapat dipasaran adalah 6,8, 10,

    12, 14,dan 16.

    Jenis Diameter Nominal

    (mm)

    Berat per m

    (Kg)

    D10 10 0.617

    D13 13 1.042

    D16 16 1.578

    D19 19 2.226

    D22 22 2.984D25 25 3.853

    D29 29 5.185

    D32 32 6.313

    D36 36 7.990

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    31/59

    BAB III

    LENTU R PADA BALOK PE RSEGI

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    32/59

    3.1. TEORI DASAR

    Berdasarkan teori balok elastik, distribusi tegangan

    normal pada penampang akibat momen lentur M dapat

    dituliskan sebagai berikut :

    =

    Dimana :

    M = Momen yang bekerja pada penampang

    y = Jarak dari sumbu netral

    I = Momen Inersia Penampang R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    33/59

    Rumus ini hanya berlaku untuk penampang beton tanpa tulangan yang belum retak.

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    34/59

    Jika tidak ada gaya aksial luar yang bekerja pada

    penampang, maka penampang diatas berlaku:

    M = C.Jd atau M = T.Jd

    Dan

    C-T = 0 . C=T

    Dimana :

    C = Gaya resultan tekan pada penampang

    T = Gaya resultan tarik pada penampang

    Jd = Lengan Momen

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    35/59

    Teori balok = My/I diatas tidak dapat digunakan dalam desain balok beton

    bertulang

    karena :

    Hubungan tegangan-regangan tekan beton bersifat non linear

    Adanya tulangan baja pada penampang yang berfungsi untuk mentransfer gaya

    tarik pada saat terjadi retak pada penampang.

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    36/59

    3.2. DASAR PERHITUNGAN KUAT LENTUR

    NOMINAL BALOK

    Distribusi tegangan tekan pada balok beton yang telah menacapai kuat nominalnya

    adalah seperti tergambar dibawah ini (Gambar 3-4).

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    37/59

    3.3. ANALISIS VERSUS DESAIN

    Ada 2 jenis perhitungan yang biasa dilakukan dalam evaluasi

    penampang beton bertulang, yaitu :

    1. Analisis

    Pada perhitungan analisis, kita diminta untuk

    menghitung resistance/tahanan atau kapasitas

    penampang berdasarkan data penampang, kuat tekan

    beton, tegangan leleh baja, ukuran dan jumlah tulangan,

    serta lokasi tulangan.

    2. Desain

    Pada perhitungan desain, kita diminta memilih

    penampang yang cocok (termasuk disini pemilihandimensi, fc,fy,tulangan, dll). Untuk menahan pengaruh

    beban terfaktor (seperti Mu)

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    38/59

    KUAT PERLU DAN KUAT RENCANA

    Pada perencanaan terhadap lentur, harus selalu dipenuhi:

    Mn Mu

    Dimana :

    Mn = Kuat lentur rencana

    Mu = Momen ultimit perlu atau kuat lentur perluMn = Kuat lentur nominal

    = Faktor reduksi kekuatan (untuk lentur = 0,80)

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    39/59

    3.4. JENIS-JENIS KERUNTUHAN LENTUR

    Bentuk-bentuk keruntuhan lentur yang dapat terjadi adalah sebagai

    berikut :

    1. Keruntuhan tarik Ductile

    Pada keruntuhan jenis ini, tulangan leleh sebelum beton

    hancur (yaitu mencapai regangan batas tekannya).2. Keruntuhan tekan Brittle (Getas)

    Disini beton hancur sebelum tulangan leleh.

    3. Keruntuhan Seimbang (Balance)

    Pada keruntuhan jenis ini, kondisi beton hancur dantulangan leleh terjadi secara bersamaan.

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    40/59

    3.5. ANALISIS BALOK PERSEGI DENGAN TULANGAN

    TARIK SAJA

    Persamaan-persamaan Mn untuk kondisi tulangan tarik leleh

    a= ,

    = .,

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    41/59

    Mn dapat dihitung sebagai berikut :

    Mn = T.Jd

    Mn = As.fy(d-a/2) Mn = [As.fy(d-a/2)]

    Mn = C.Jd

    Mn = 0,85fcab(d-a/2) Mn = [0,85fcab(d-a/2)]

    Persamaan diatas dalam bentuk lain dapat ditulis :

    Mn = [fcbd2(1-0,59)]

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    42/59

    PEMERIKSAAN APAKAH FS = FY

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    43/59

    CONTOH ANALISIS BALOK BERTULANGAN TUNGGAL :

    Hitung kapasitas momen nominal, Mn untuk penampang beton bertulang tergambar :

    fc = 20 Mpa

    fy = 400 Mpa

    As = 3x500 = 1500 mm2

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    44/59

    =

    =

    = 0,0120

    Asumsi tulangan tarik leleh

    - Hitung a:

    A=

    ,=

    ,= 141

    - Check jika fs=fy ;

    =

    = 0,282

    Sedangkan

    = 1

    := 0,85

    := 0,510

    R A H M I K A R O L I N A , S T , M T

  • 5/19/2018 BAB 1-3

    45/59

    Karena